Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi Belajar dengan Teknik Cognitive Restructuring Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan T1 132010053 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Izin Penelitian
Mengurus izin penelitian pada tanggal 9 Mei 2014, penulis memiinta surat
permohonan izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang
dtujukan kepada Kepala Sekolah SMP N 2 Pabelan. Sebelumnya, penulis telah meminta izin
kepada guru BK dan Kepala Sekolah SMP N2 Pabelan secara informal untuk mengadakan
penelitian di SMP N2 Pabelan, serta menyampaikan maksut dan tujuan penulis mengadakan
penelitian. Berdasarkan surat permohonan izin penelitian tersebut, Kepala Sekolah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Penulis juga melakukan
persiapan instrumen berupa satuan layanan, prosedur pelaksanaan konseling kelompok.
Penulis juga membentuk kelompok eksperimen sebagai sampel penelitian.

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian
Siswa kelas VIII C SMP N 2 Pabelan, yang terdiri dari 41 siswa ini adalah kelas yang
paling disoroti dibandingkan dengan kelas-kelas lain. Menurut guru BK kelas VIII, siswa
kelas VIII C ini mengalami permasalahan yaitu semangat belajar yang kurang, suka ramai
dikelas, susah diatur dan motivasi belajarnya kurang. Terdapat 8 orang siswa yang termasuk
dalam kategori tertinggi yang mengalami motivasi belajar rendah melalui pengambilan
subjek berdasarkan hasil skala motivasi dari 41 responden.


4.3 Uji Homogenitas
Dalam penelitian eksperimen dibutuhkan jumlah yang sama untuk setiap
kelompoknya. Dalam penelitian ini kesamaan antara kedua kelompok dapat dilihat dari hasil

skor motivasi belajar. Setelah dilakukan uji beda pada hasil kuisioner motivasi belajar pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok dengan ditunjukkan sig. 0.758> 0.5, sedangkan mean rank kelompok
eksperimen 8.69 dan mean rank kelompok kontrol adalah 8.31, sehingga penulis dapat
melanjutkan penelitian.
Tabel 4.1 Uji homogenitas Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Ranks
VAR00001
VAR00002

N

Mean Rank

Sum of Ranks


kelompok eksperimen

8

8.69

85.50

kelompok kontrol

8

8.31

50.50

Total

16


Test Statisticsb
VAR00002
Mann-Whitney U

14.000

Wilcoxon W

36.000

Z

-.394

Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.758
.865a


a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00001

Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil motivasi belajar pada kelompok
eksperimen dan kontrol, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok
dengan ditunjukan sig 0.758>0.5 sedangkan mean rank kelompok eksperimen 8.69 dan mean
rank kelompok kontrol 8.31.

4.4 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua kali yaitu pre test dan
post test. Pre test dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2014, dengan menyebar skala
motivasi yang terdiri dari 30 item. Pre test diberikan kepada siswa kelas VIII C yang
berjumlah 41 orang.
Pengambilan data post test dilakukan setelah seluruh rangkaian kegiatan eksperimen
selesai. Post test dilakukan pada tanggal 31 Mei 2014, diberikan kepada kelompok
eksperimen yang terdiri dari 8 siswa. Daftar pernyataan yang diberikan pada post test sama
dengan pernyataan pada pre test.

Tabel 4.2 Berikut ini merupakan susunan program layanan yang akan diberikan

kepada kelompok eksperimen
Sesi/frekuensi
1-2
(2x45 menit)

Indikator
Anggota
kelompok dapat
menjalin
hubungan yang
baik dan terbuka
dengan
pemimpin
kelompok

topik
Penggunaan
teknik
cognitive
restructuring

dalam
konseling

3-4
(2x45 menit)

Mampu
menyelesaikan
masalah dalam
kelompok

Penggunaan
teknik
cognitive
restructuring
dalam
konseling
kelompok

5-6

(2x45 menit)

Mampu
menyelesaikan
masalah dalam
kelompok

7-8
(2x45 menit)

Evaluasi kegiatan
konseling
kelomp[ok

Penggunaan
teknik
cognitive
restructuring
dalam
konseling

kelompok
Penggunaan
teknik
cognitive
restructuring
dalam

tujuan
tercipta hubungan
yang baik antara
anggota kelompok
dengan pemimpin
kelompok.
Anggota kelompok
mau menceritakan
masalahnya secara
terbuka
Anggota kelompok
dapat mengenali
masalahnya dan

mampu
menyelesaikannya
dalam kelompok
dengan bantuan
pemimpin kelompok

Metode
Ceramah
Tanya jawab

Anggota kelompok
dapat mengenali
masalahnya dan
mampu
menyelesaikan dalam
kelompok

Tanya jawab
Sharing
teknik

cognitive
restructuring

Anggota kelomp[ok
dapat menunjukkan
perubahan sikap
setelah kegiatan
konseling berakhir

Tanya jawab

tanya jawab
sharing
teknik
cognitive
restructuring

konseling
kelompok


4.5 Perlakuan ( Treatment)
Penulis memberikan treatment dengan memberikan layanan konseling kelompok
teknik cognitive restructuring sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat oleh penulis
selama 8 sesi dan dilaksanakan selama kurang lebih satu minggu atau sesuai dengan
kesepakatan siswa setelah jam kegiatan sekolah usai. Layanan yang diberikan penulis dapat
dikatakan berhasil apabila kelompok eksperimen setelah mendapatkan layanan konseling
kelompok teknik cognitive restructuring selama 8 kali pertemuan selesai dan diberiakn post
test menunjukan peningkatan motivasi belajar dari pada kelompok kontrol.
Adapun sesi kegiatan layanan konseling kelompok atau treatment sebagai berikut :
Sesi 1 : Sabtu, 25 Mei 2014
Pada pertemuan pertama ini penulis tidak langsung memberikan kegiatan konseling
kelompok, melainkan mengadakan layanan bimbingan klasikal terlebih dulu yang bertujuan
untuk memperkenalkan diri, membina hubungan yang akrab dengan siswa yang akan
mengikuti kegiatan konseling kelompok. Penulis juga menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, memberikan penjelasan tentang konseling kelompok.
Penulis menceritakan pengalamannya mengenai motivasi belajar, yang bertujuan agar
siswa yang akan mengikuti kegiatan konseling kelompok dapat terdorong untuk menceritakan
masalahnya khususnya yang berkenaan dengan motivasi belajar. Siswa diajak untuk ikut aktif
dalam Tanya jawab menegenai motivasi belajar.
Sebelum mengakhiri sesi pertama, penulis meminta kepada siswa untuk
mengungkapkan perasaan serta hal apa yang siswa dapat dalam kegiatan ini. Penulis juga
menyampaikan rencana layanan sesi selanjutnya.

Sesi 2 : Senin, 26 Mei 2014
Pada sesi kedua ini penulis memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan pada sesi kedua kali ini. Penulis mengajak anggota kelompok untuk melakukan
kegiatan konseling kelompok teknik cognitive restructuring. Penulis menjelaskan pengertian,
tujuan, asas, dan prosedur dari kegiatan konseling kelompok. Menyiapkan kontrak waktu
(1x40menit), memberikan semangat agar anggota kelompok antusias dalam melakukan
layanan yang diberikan.
Setelah menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan, penulis
akan memulai kegiatan dengan memberikan tugas kepada anggota kelompok untuk membuat
pohon keluarga dan menceritakan keadaan serta pengalaman masing-masing anggota
kelompok yang berkenaan dengan belajar dan motivasi belajar. Kegiatan ini bertujuan agar
siswa dapat dengan terbuka mengungkapkan masalah apa saja yang sedang dialaminya.
Setelah para anggota kelompok mengungkapkan permasalahannya masing-masing,
penulis membantu anggota kelompok untuk menentukan masalah siapa saja yang akan
dibahas terlebih dahulu. Setelah menyepakati untuk membahas masalah yang dialami oleh V2
karena dirasa paling mendesak. V2 diminta untuk menceritakan masalah yang dialaminya
secara mendetail dan terbuka kepada anggota kelompok. V2 mengaku ia tidak termotivasi
belajar karena ia lebih suka balapan liar dengan teman-temannya dari sekolah lain.
Menurutnya itu lebih menarik dari pada harus terpaku terhadap pelajaran yang kurang
menarik dan menantang. Kemudian kepada V2, penulis mengarahkan perubahan skema
berpikir agar menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih positif. V2 diminta untuk
mencoba mau membaca, membuka kembali atau sekedar memperhatikan dengan salah satu
mata pelajaran yang paling ia sukai agar V2 tidak merasa bosan dan lebih merasa antusias
terhadap mata pelajaran tersebut. Kemudian untuk mata pelajaran yang menurutnya sulit dan

tidak disukai, penulis meminta agar V2 duduk di barisan bangku tengah (zona aman).
Mengajukan pertanyaan sederhana kepada guru mata pelajaran apabila ia tidak jelas.
Setelah V2 menyetujui arahan dari penulis, ia berjanji akan melakukan kesepakatan
itu pada hari berikutnya setelah layanan konseling kelompok sesi kedua ini selesai. Sebelum
mengakhiri kegiatan pada sesi kedua ini, penulis dan anggota kelompok membuat kesepatan
untuk sesi berikutnya akan membahas permasalahan yang dialami oleh V1, V4, V5 karena
memiliki masalah yang hampir sama. Penulis menutup kegiatan dan diakhiri dengan doa.
Sesi 3 dan 4: Selasa, 27 Mei 2014
Pada sesi ketiga ini dilanjutkan dengan sesi keempat karena waktunya pada hari yang
sama, sebelum memulai kegiatan penulis menanyakan kepada V2 apakah sudah memulai
dapat merubah seperti yang disepakati pada sesi konseling kelompok sebelumnya. Penulis
meminta kepadsa V2 untuk memberikan contoh perubahan perilaku seperti apa yang sudah
dilakukan oleh V2. V2 mengaku baru membuka-buka buku pelajaran yang ia suka sesekali.
Penulis memberikan semangat kepada V2 agar mau melanjutkan pada tahap-tahap
berikutnya.
Penulis melanjutkan kegiatan konseling kelompok dengan kesepakatan sebelumnya
yaitu akan membahas permasalahan yang dialami oleh V1, V4, dan V5. mereka ini memiliki
masalah yang sama karena mereka adalah teman satu geng. V4 mengakui ia tidak termotivasi
untuk belajar sendiri karena ia hanya mengandalkan teman yang lain yaitu V1. V5 pun juga
demikian, ia lebih suka meminta bantuan kepada V1. sedangkan V1 merasa ia biasa-biasa
saja disaat teman-temannya meniru setiap tugas yang diberikan guru ia berpikir jika
mendapat nilai jelek maka teman-teman yang lain juga akan mendapatkan nilai jelek pula.
Jadi kesimpulannya mereka ini saling bergantung satu sama lain.

Penulis mencoba mencari jalan keluar atas permasalahan yang mereka alami.
Pertama-tama penulis menjelaskan bahwa skema berpikir mereka yang seperti itu adalah
salah, penulis menjelaskan sisi negatif dan sisi positifnya. Kemudian memberikan contoh
kepada V1, V4 dan V5 pikiran yang benar dan perubahan perilaku yang bermanfaat kepada
mereka yaitu dengan menjadikan teman-temannya sebagai kompetitor. Penulis meminta agar
V1, V4 dan V5 berkompetisi dalam pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar V1, V4 dan V5
dapat termotivasi dalam belajar untuk menjadi yang terbaik di antara teman-teman yang lain.
Penulis juga meminta agar V1, V4 dan V5 mau mengadakan belajar kelompok bersama agar
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pelajaran dapat diselesaikan bersama-sama.
Sebelum mengkhiri kegiatan konseling kelompok pada sesi ini penulis dan anggota
kelompok kembali membuat kesepakatan yaitu, membahas permasalahan V3, V6 dan V7
karena memiliki masalah yang sama. Penulis menutup kegiatan konseling kelompok sesi ini
dengan doa
Sesi 5 : Rabu, 28 Mei 2014
Pada sesi kelima ini, sebelum memulai kegiatan penulis kembali menanyakan kepada
V1, V4 dan V5 tentang apa yang sudah mereka sepakati pada konseling kelompok sesi
sebelumnya. Apakah sudah memulai menjalankan apa yang menjadi tugas mereka. V1, V4
dan V5 hari ini mulai duduk terpisah supaya tidak menimbulkan keramaian dikelas. Mereka
mengaku jika duduk berdekatan intensitas mengobrol saat jam pelajaran berlangsung lebih
besar. oleh karenanya V1, V4 dan V5 memilih untuk duduk terpisah untuk bisa lebih
berkonsentrasi dalam menerima pelajaran.
Penulis dan anggota kelompok kembali melanjutkan kegiatan konseling kelompok
dengan membahas permasalahan yang dialami oleh V3,V6 dan V7. mereka adalah anak-anak
yang mempunyai permasalahan sama yaitu kurang perhatian orang tua. Terutama dalam

kegiatan di sekolahnya. Mereka mengaku orang tuanya cuek terhadap hasil belajar, dan hanya
sesekali menanyakan saat kenaikan kelas saja. Karena itu mereka tidak termotivasi untuk
mencapai prestasi agar membuat orang tuanya bangga. V3 menceritakan tentang orang
tuanya yang sibuk sendiri dengan pekerjaannya dan jarang memeprtanyaakan kegiatan
sekolahnya. V6 merasa tidak dipedulikan orangtuanya karena lebih focus kepada adiknya
yang masih kecil. Setelah pulang sekolah ia lebih memilih pergi bermain dengan temanteman sebayanya. V7 karena orang tuanya membuka usaha PS2 dirumahnya, ia disuruh untuk
menjaga PS2 setelah pulang sekolah, karena itu ia berkesempatan untuk tidak belajar dan
malah bermain PS2.
Kegiatan konseling kelompok pada sesi ini di akhiri sebelum sampai pada tahap
pemecahan jalan keluar karena kontrak waktu dan beberapa siswa harus mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler dan akan dilanjutkan pada sesi berikutnya. Penulis menutup kegiatan
konseling kelompok pada sesi ini dengan doa.
Sesi 6 : Kamis, 29 Mei 2014
Pada pertemuan sesi keenam ini melanjutkan pembahasan dari sesi sebelumnya, yaitu
permasalahan dari V3, V6 dan V7. penulis meminta agar V3, V6 dan V7 mengulas kembali
sedikit tentang permasalahan mereka yang diungkapkan pada sesi sebelumnya agar anggota
kelompok yang lain dapat mengingat-ingat kembali. Setelah mengungkapkan kembali
permasalahan masing-masing, maka akan dibahas mengenai pemecahan jalan keluar apa
yang akan diambil oleh V3, V6 dan V7.
Penulis mengarahkan kepada V3, V6 dab V7 agar berani membuka pembicaraan
dengan orang tua masing-masing. Meminta agar orangtuanya lebih perhatian terhadap setiap
kegiatan disekolah dan mau memberikan semangat serta motivasi belajar anak-anaknya.
Penulis memberikan contoh kepada V3, V6 dan V7 cara memberikan penjelasan dan

pengertian kepada orang tua bahwa dengan dukungan orangtua si anak akan termotivasi
untuk lebih giat belajar dan juga meraih prestasi untuk membuat bangga orangtua. Begitu
pula dengan V3, V6 dan V7, mereka juga harus mau belajar disela-sela waktu luang mereka,
apalagi akan mendekati tes akhir semester. Penulis meminta V3, V6 dan V7 untuk
mempraktrikkan apa yang sudah dicontohkan oleh penulis kepada mereka sebelum
mengakhiri kegiatan konseling kelompok sesi ini.
Sesi 7 : Jum’at, 30 Mei 2014
Pada sesi ketujuh ini akan membahas permasalahan yang dialami oleh V8 . penulis
meminta agar V8 mengungkapkan masalahnya kepada anggota kelompok yang lain dengan
terbuka. V8 ini adalah anak yang cenderung pendiam dibandingkan dengan anggota
kelompok yang lain. Ia agak merasa enggan untuk menceritakan masalahnya kepada anggota
kelompok lain. Penulis mencoba memberi pengertian dan penguatan kepada V8 agar ia mau
mengungkapkan masalahnya.
V8 ini sebenarnya termasuk siswa yang cukup baik dalam belajar, hanya saja ia tidak
bisa membagi waktu antara belajar dengan kegiatn pekerjaan rumahnya. Dirumah V8 biasa
menggantikan pekerjaan rumah neneknya, karena ia tinggal bersama neneknya sedang
orangtuanya pergi merantau ke luar jawa. Ia hanya berpikir untuk membantu neneknya.
Menurut pengakuannya, neneknya ingin ia melanjutkan sekolah supaya menjadi orang yang
berguna.
Penulis meminta agar V8 membuat jadwal harian dan menyelipkan waktu kurang
lebih 2 jam untuk belajar dalam jadwalnya. Dan menjadikan neneknya (factor eksternal)
sebagai motivasi, penulis meminta agar V8 mematuhi jadwal yang dibuatnya sendiri setiap
harinya.

Sesi 8 : Sabtu, 31 Mei 2014
Pada sesi ke delapan ini, evaluasi terhadap semua anggota kelompok dari pembahasan
sesi pertama sampai ke tujuh. Disini setiap anggota kelompok akan diminta untuk
mengutarakan setiap perubahan yang di alami selama proses konseling kelompok.
Pada sesi ini penulis mengemukakan bahwa kegiatan konseling kelompok akan
berakhir. Kemuidian penulis dan anggota kelompok mengemukakan kesan-kesan dan hasil
kegiatan yang sebagian siswa merasa senang dan bermanfaat dengan adanya kegiatan
konseling kelompok ini. Penulis mengucapkan terimakasih atas kepartisipasian anggota
dalam kegiatan kelompok dan ditutup dangan doa.
Pengambilan data post test di lakukan setelah rangkaian kegiatan selesai. Post test
dilakukan pada pertemuan terakhir hari sabtu 31 Mei 2014. Test yang di berikan pada post
test sama dengan test yang di berikan pada pre test sebelumnya.

4.6 Hasil Observasi
Menurut hasil observasi yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa selama
mengikuti kegiatan layanan konseling kelomppok siswa cukup antusias selama kegiatan
berlangsung. Siswa dapat menunjukkan keseriusan dan dapat menjalin hubungan yang baik
dengan penulis dan mau terbuka dalam menceritakan semua masalahnya. Interaksi antara
anggota kelompok satu dengan yang lain juga cukup baik, mereka merespon dan memberikan
tanggapan terhadap masalah yang sedang diungkapkan anggota kelompok dengan
mendengarkan masalah yang diungkapkan. Siswa mampu menyelesaikan masalah dalam

kelompok. Siswa dapat menunjukkan tanda-tanda perubahan sikap yang telah disepakati saat
kegiatan layanan konseling setelah berakhirnya kegiatan layanan.

4.7 Analisis Data
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney, pengujian pertama
dilakukan pada data pre test. Pre test dilaksanakan sebelum pemeberian layanan konseling
kelompok cognitive restructuring pada tanggal 3 Februari 2014. Pengujian kedua adalah post
test yang diberikan setelah diberikan layanan konseling kelompok cognitive restructuring
pada tanggal 31 Mei 2014. Setelah memberikan post test, penulis kemudian mengolah skala
tersebut dan memperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Tabel Perbandingan Hasil Post test Skala Motivasi Belajar pada Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Kelompok ekperimen
Nama
Skor
IF
73
NT
74
AS
75
FA
88
MN
96
MF
94
SA
83
DM
67

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Kelompok Kontrol
Nama
Skor
RS
63
SF
75
BK
71
RR
74
IM
61
DS
54
WS
65
LS
57

Berikut merupaka hasil analisis data perbandingan hasil post test skala motivasi
belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji menggunakan analisis
data Mann Whitney.

Table 4.4 Hasil Analisis Data Perbandingan Post test Skala Motivasi Belajar pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Ranks

VAR00002
VAR00001

N

Mean Rank

Sum of Ranks

kelompok eksperimen

8

11.63

93.00

kelompok control

8

5.38

43.00

Total

16

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah
diberikan treatmen berupa layanan konseling kelompok teknik cognitive restructuring pada
kelompok eksperimen, mean rank hasil skala motivasi belajar pada kelompok ini berjumlah
11.63. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatmen berupa layanan
konseling kelompok teknik cognitive restructuring, jumlah mean rank hasil skala motivasi
belajar pada kelompok ini berjumlah 5.38, sehingga mean rank hasil skala motivasi belajar
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank hasil skala motivasi belajar
kelompok kontrol.

Test Statisticsb

VAR00001
Mann-Whitney U

7.000

Wilcoxon W

43.000

Z

-2.629

Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002

.009
.007a

Berdasarkan hasil analisis diatas, diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara hasil skala motivasi belajar kelompok eksperimen dengan hasil skala motivasi belajar
kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis
berjumlah 0.009 < 0.01.
Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post test skala
motivasi belajar pada kelompok eksperimen yang diuji menggunakan Analisis data Mann
Whitney.

Ranks

Total
Kelompok

N

Mean Rank

Sum of Ranks

pre test

8

4.50

36.00

post test

8

12.50

100.00

Total

16

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala motivasi belajar pada kelompok
eksperimen. Mean rank pre test skala motivasi belajar 4.50, sedangkan mean rank post test
skala motivasi belajar lebih tinggi dibanding hasil pre test skala motivasi belajar pada
kelompok eksperimen.
Test Statisticsb

kelompok

Mann-Whitney U

.000

Wilcoxon W

36.000

Z

-3.411

Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.001
.000a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: total

Berdasarkan hasil analisis diatas, diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara hasil pre test dan post test skala motivasi belajar pada kelompok eksperimen. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) 0.001 < 0.01.
4.8 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan penulis adalah Layanan Konseling Kelompok teknik
cognitive restruckturing dapat meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa kelas VIII C
SMP N 2 Pabelan Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis data yang
membandingkan hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan hasil Asymp. Sig
(2-tailed) 0.001 < 0.01 sehingga dinyatakan signifikan. Selain itu, ada peningkatan motivasi
belajar siswa yang signifikan yaitu sebesar 8.00, dibuktikan dengan hasil analisis data mean
rank pre test yaitu 4.50 dan mean rank post test sebesar 12.50 pada kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima.
4.9 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.009 <
0.01 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan motivasi belajar siswa
yang signifikan yaitu sebesar 8.00, dibuktikan dengan hasil analisis data mean rank pre test
yaitu 4.50 dan mean rank post test sebesar 12.50 pada kelompok eksperimen.

Menurut Supriyatna (2003) Layanan Konseling Kelompok dengan pendekatan
Behavioral, khususnya teknik cognitive restructuring dapat digunakan sebagai strategi
penanganan masalah belajar.
Teknik cognitive restructuring disebut juga teknik penataan ulang skema pikiran ini
adalah proses menemukan dan menilai kognisi siswa, memahami dampak negatif pikiran
tertentu terhadap perilaku, dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pikiran yang lebih
realistik dan lebih cocok. Proses kognitif yang terjadi di dalam diri siswa sering kali
mempunyai implikasi terhadap perubahan tingkah laku. Cognitive restructuring adalah proses
mengajar anggota kelompok untuk mengindentifikasi, mengevaluasi dan mengubah
perusakan yang ada pada diri atau pikiran irasional yang secara negatif mempengaruhi
perilaku siswa, sehingga dengan adanya layanan konseling kelompok behavioral teknik
cognitive restruckturing siswa dapat teratasi dalam motivasi belajar (Sudrajat, 2008).
Hal tersebut juga didukung oleh temuan hasil penelitiandari Evi Seytaningsih(2010),
menemukan bahwa ada perubahan perilaku malas belajar setelah mengikuti layanan
konseling kelompok behavioral teknik cognitive restructuring pada subjek penelitian yang
mendapatkan perlakuan atau tindakan.
Dengan demikian, layanan konseling kelompok teknik cognitive restruckturing dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP N 2 Pabelan tahun Ajaran 2013/2014.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi Belajar dengan Teknik Cognitive Restructuring Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi Belajar dengan Teknik Cognitive Restructuring Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan T1 132010053 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi Belajar dengan Teknik Cognitive Restructuring Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan T1 132010053 BAB II

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi Belajar dengan Teknik Cognitive Restructuring Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan T1 132010053 BAB V

0 1 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi Belajar dengan Teknik Cognitive Restructuring Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan

0 0 57

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan T1 132008019 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan T1 132008019 BAB II

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan T1 132008019 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan T1 132008019 BAB V

0 0 2