ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO NO. 64/PDT.P/2014/PA.BJN PERIHAL PENOLAKAN PERMOHONAN WALI ADHOL KARENA PENGINGKARAN ANAK.

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian dokumentasi (conten analisis) tentang
penetapan Pengadilan Agama Bojonegoro perihal penolakan permohonan wali
adhol karena pengingkaran anak. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang bagaimana pertimbangan hukum hakim terhadap penetapan
PA Bojonegoro No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn dan bagaimana Analisis yuridis
terhadap penetapan PA Bojonegoro No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn.
Guna menjawab permasalahan di atas, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data melalui dokumentasi dan interview atau wawancara.
Dokumentasi yang berupa putusan Pengadilan Agama Bojonegoro, Dan data
hasil wawancara yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif yaitu mengemukakan teori atau
dalil-dalil yang bersifat umum tentang wali nikah, kedudukan anak serta proses
penetapan wali adhol dalam hukum positif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Majelis Hakim dalam menetapkan
penetapan dengan menolak permohonan wali adhol karena pengingkaran anak ini
menurut penulis masih kurang dasar hukumnya, sehingga kepastian hukum dalam
perkara ini belum mencapai batas minimal pembuktian. Adapun pertimbangan
hakim dalam menetapkan perkara ini adalah berdasar pada ketentuan Pasal 49
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah untuk

keduakalinya dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, serta hukum syar’i
dan didukung dengan bukti tertulis berupa foto copy E-KTP dan dua orang saksi.
Alasan wali adhol dalam perkara ini adalah karena wali pemohon
mengingkari bahwa Pemohon adalah anak sahnya. Namun pada kenyataannya
wali pemohon tidak pernah mengajukan pengingkaran anak ke pengadilan,
padahal menurut peraturan perundang-undangan pengingkaran anak hanya sah
dilakukan di depan sidang pengadilan. Selain itu, ditemukan fakta bahwa
pemohon adalah anak sah yang lahir dalam perkawinan yang sah antara wali
pemohon dan Ibu pemohon dengan hak-hak keperdataan melekat pada dirinya.
Dalam hal ini tentunya majlis hakim harus membuktikan terlebih dahulu tentang
pembuktian asal-usul anak dengan cara-cara pembuktian yang telah ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan yang telah ada.
Dari kesimpulan diatas, Dalam hal majelis sidang pemeriksaan perkara,
diharapkan Pengadilan Agama Bojonegoro untuk lebih detail dalam meneliti dan
memeriksa perkara dan cukup dasar hukumnya untuk dapat menjatuhkan sebuah
putusan atau penetapan. Hal ini agar terwujudnya rasa keadilan sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan, serta memenuhi rasa keadilan masyarakat.
Selain itu juga demi terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung
sebagaimana visi dan misi Mahkamah Agung Republik Indonesia.


viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN
AGAMA BOJONEGORO NO. 64/PDT.P/2014/PA.BJN PERIHAL
PENOLAKAN PERMOHONAN WALI ADHOL KARENA
PENGINGKARAN ANAK

SKRIPSI

Oleh
Moh. Mursyid Asyari
NIM. C01210040

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syakhsiyah
Surabaya


2015

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN
AGAMA BOJONEGORO NO. 64/PDT.P/2014/PA.BJN PERIHAL
PENOLAKAN PERMOHONAN WALI ADHOL KARENA
PENGINGKARAN ANAK

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh
Moh. Mursyid Asyari
NIM. C01210040

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syakhsiyah
Surabaya

2015

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identitas dan Batasan Masalah ....................................................... 12
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 13
D. Kajian Pustaka ................................................................................ 13
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 15
F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................. 15
G. Definisi Operasional ....................................................................... 16
H. Metode Penelitian ........................................................................... 18

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

I.

Sistematika Pembahasan ................................................................ 21

BAB II TINJAUAN


UMUM

TENTANG

WALI

NIKAH

DAN

KEDUDUKAN ANAK SERTA PROSES PENETAPAN WALI

ADHOL DALAM HUKUM POSITIF ............................................... 24
A. Konsep Wali Nikah dalam Hukum Positif ................................... 24
B. Kedudukan Anak dalam Hukum Positif ...................................... 26
1.

Anak Sah ............................................................................... 26

2.


Pengingkaran Anak ............................................................... 28

3.

Pembuktian Asal-Usul Anak ................................................. 29

C. Proses Penetapan Wali Adhol dalam Hukum Positif .................. 30
1.

Pembuktian di muka Persidangan ......................................... 31

2.

Pengambilan Putusan ............................................................ 40

BAB III PENETAPAN

PERKARA


PERIHAL PENOLAKAN

NOMOR

64/PDT.P/2014/PA.BJN

PERMOHONAN

WALI ADHOL

KARENA PENGINGKARAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA
BOJONEGORO .................................................................................. 44
A. Deskripsi Putusan Hakim ............................................................. 44
1.

Identitas Para Pihak .............................................................. 44

2.

Posita (Fakta Hukum) ........................................................... 44


3.

Petitum (Tuntutan) ............................................................... 46

4.

Diktum (Amar Putusan) ........................................................ 51

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menetapkan Perkara
No:64/Pdt.P/2014/PA.Bjn Perihal Penolakan Permohonan Wali

Adhol karena Pengingkaran Anak ................................................ 52
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN
AGAMA BOJONEGORO NO:64/PDT.P/2014/PA.BJN PERIHAL
PENOLAKAN PERMOHONAN


WALI ADHOL

KARENA

PENGINGKARAN ANAK ................................................................. 58
A. Analisis Yuridis terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam
Menetapkan

Perkara

No. 64/Pdt.P/2014/PA.Bjn

perihal

Penolakan Permohonan Wali Adhol karena Pengingkaran
Anak ..................................................................................................... 58
B. Analisis Yuridis

terhadap Penetapan Pengadilan Agama


Bojonegoro No. 64/Pdt.P/2014/PA.Bjn

perihal Penolakan

Permohonan Wali Adhol karena Pengingkaran Anak .................. 63
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 82
A. Kesimpulan ................................................................................... 82
B. Saran ............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
LAMPIRAN ......................................................................................................... 89

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan adalah suatu cara yang dijadikan oleh Allah SWT. sebagai
salah satu jalan bagi manusia untuk meraih ketentraman jiwa dan
kebahagiaan

hidup,

dan

juga

untuk

melestarikan

serta

menjaga

keturunannya. Selain itu, pernikahan juga dapat dipandang sebagai satu jalan
menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lain. Karena
pada hakekatnya, akad nikah adalah pertalian yang teguh dan kuat dalam
hidup dan kehidupan manusia, bukan hanya antara suami-istri dan
keturunannya, melainkan antara dua keluarga.1 Bentuk pernikahan ini telah
memberikan rasa aman bagi manusia untuk memelihara keturunan dengan
baik dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana rumput yang bisa
dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Peraturan pernikahan yang
seperti inilah yang diridlai Allah SWT. dan diabadikan Islam untuk
selamanya. 2
Dalam pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan telah dijelaskan bahwa, “Perkawinan adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

1
2

Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 11.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Mohammad Thalib, 6, (Bandung: PT Alma’arif, Cetakan Pertama
1998), 8.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.3 Begitu juga diterangkan
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2, bahwa: “Perkawinan menurut

hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
miitsaaqon gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah”.4
Kedua pasal di atas menjelaskan tentang tujuan pernikahan yaitu
untuk membentuk keluarga yang bahagia dan juga sekaligus beribadah
mentaati perintah Allah SWT. Dalam sebuah perkawinan terkadang dari
beberapa pasangan, pada awalnya mereka tidak saling mengenal dan kadang
kala mereka mendapatkan pasangan yang berjauhan. Akan tetapi, tatkala
memasuki dunia pernikahan, mereka begitu menyatu dalam keharmonisan,
dan bersatu dalam menghadapi tantangan dalam mengarungi bahtera
kehidupan,5 Seperti dijelaskan dalam firman Allah surat Ar-Rum ayat 21 :

‫ومن ايته ان خلق لكم من انفسكم ازواجا لتسك وا اليها وجعل بي كم مودة ورمة ان ي ذلك‬
. ‫ايت لقوم يتفكرون‬
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ( Rhedbook
Publisher, 2008).
4
Kompilasi Hukum Islam, (Media Centre).
5
Rahmad Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: Pustaka
Setia, 2000), 17-18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (Q.R. Ar-Rum: 21).6
Menurut Beni Ahmad Saebani dalam bukunya Fiqh Munakahat 1
(2001:107), dalam beribadah yang dalam hal ini adalah pernikahan, akan
dianggap sah apabila terpenuhi syarat dan rukunnya. Syarat dan rukun nikah
ini merupakan bagian yang wajib dipenuhi. Jika tidak terpenuhi pada saat
berlangsung, maka pernikahan tersebut dianggap batal. Dalam KHI Pasal 14
dijelaskan tentang rukun nikah, yaitu:
Untuk melaksanakan perkawinan harus ada:
a. Calon suami;
b. Calon istri;
c. Wali nikah;
d. Dua orang saksi; dan
e. Ijab dan kabul.7

Seperti halnya adanya calon suami, calon istri, dua orang saksi dan
adanya ijab kabul, pernikahan belum dianggap sah apabila tidak ada wali
yang menikahkan. Dalam KHI pasal 19 menerangkan bahwa wali nikah
dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon
mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya. Adapun yang
bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat
hukum Islam yakni muslim, aqil dan baligh. Dan yang paling berhak menjadi
wali bagi mempelai perempuan adalah Ayah kandungnya. Atau orang yang
Depatemen Agama RI, Al-Jumanatul Ali AL-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Jumanatul ‘Ali Art, 2006), 311.
7
Rahmad Hakim, Hukum Perkawinan Islam..., 17-18.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dipasrahi mewakili ayah tersebut atau yang diberi wasiat oleh ayah
kandungnya untuk menjadi wali.8
Adapun tentang syarat-syarat perkawinan, dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, persyaratan tersebut hanya
menyangkut persetujuan kedua calon dan batasan umur serta tidak adanya
halangan perkawinan antara kedua calon mempelai tersebut. ketiga hal ini
sangat menentukan untuk mencapai tujuan perkawinan itu sendiri.9
Persetujuan kedua calon meniscayakan perkawinan itu tidak didasari oleh
paksaan. Syarat ini setidaknya mengisyaratkan adanya emansipasi wanita
sehingga setiap wanita dapat dengan bebas menentukan pilihannya siapa
yang paling cocok dan maslahat sebagai suaminya, jadi disini tidak ada
paksaan, terlebih lagi bagi masyarakat yang telah maju.10
Wali nikah terdiri dari wali nasab dan wali hakim. “Wali Nasab

adalah pria beragama Islam yang mempunyai hubungan darah dengan calon
mempelai wanita dari pihak ayah menurut hukum Islam”. Sedangkan, “Wali
Hakim adalah Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan yang ditunjuk oleh
Menteri Agama untuk bertindak sebagai wali nikah bagi calon mempelai
wanita yang tidak mempunyai wali”.11
Dalam KHI dijelaskan bahwa wali nasab terdiri dari empat kelompok
dalam urutan kedudukan, yaitu:
Fatihuddin Abul Yasin, Risalah Hukum Nikah, (Surabaya: Terbit Terang, 2006), 31.
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan, Hukum Adat dan
Hukum Agama, (Bandung: Mandar Maju, 1990), 45-47.
10
Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading, 1975), 35.
11
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Wali Hakim,
pasal 1 ayat 1 dan 2.
8

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

a.

Pertama, kelompok kerabat laki-laki garis lurus ke atas yakni ayah,
kakek dari pihak ayah dan seterusnya.

b. Kedua, kelompok kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara lakilaki seayah dan keturunan laki-laki mereka.

c.

Ketiga, kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah,
saudara seayah dan keturunan laki-laki mereka.

d. Keempat, kelompok saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki
seayah kakek dan keturunan mereka.
Dalam hal ini kelompok yang satu didahulukan dari kelompok yang lain
sesuai erat tidaknya susunan kekerabatan dengan calon mempelai wanita.12
Apabila dalam satu kelompok wali nikah terdapat beberapa orang
yang sama-sama berhak menjadi wali, maka yang paling berhak menjadi wali
ialah yang paling dekat derajat kekerabatannya dengan calon mempelai
wanita. Jika ada yang sama-sama berhak menjadi wali maka mengutamakan
yang lebih tua dan memenuhi syarat-syarat wali. Apabila wali nikah yang
paling berhak urutannya tidak memenuhi syarat sebagai wali nikah atau
karena wali nikah itu menderita tuna wicara, tuna rungu atau sudah udzur,
maka hak menjadi wali bergeser kepada wali nikah yang lain menurut derajat
berikutnya, begitu seterusnya hingga wali hakim. Namun wali hakim ini baru
dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak

12

Kompilasi Hukum Islam, Pasal 19-21, (Rhedbook Publisher, 2008).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib
atau adhol atau enggan.13 Rasulullah SAW bersabda :

) ‫فالسلطان وي من ا وي له (روا امد وابو داود وابن ماجه وال سائ‬
Artinya: “Maka hakimlah yang bertindak menjadi wali bagi seseorang yang

tidak ada walinya.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Nasa’i).14
Dalam hal menolaknya wali untuk menikahkan anak perempuannya
yang sudah baligh dan berakal untuk menikahkannya dengan calon suami
yang sederajat (sekufu’), hendaknya wali yang menolak ini menyatakan
keengganannya menikahkan di hadapan hakim dan menyebutkan sebabsebab keengganannya setelah diperintahkan hakim.15 Dalam KHI pasal 23
ayat 2 diterangkan bahwa dalam hal wali adhol atau enggan maka wali
hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan
Pengadilan Agama tentang wali tersebut.
Selaras dengan masalah enggannya seorang wali untuk menikahkan
anaknya, kasus dengan register perkara Nomor : 64/Pdt.P/2014/PA.Bjn
tertanggal 14 Maret 2014 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Agama Bojonegoro pada tanggal 14 Maret 2014, merupakan pengajuan surat
permohonan dalam kasus Wali Adhol. Dalam perkara ini pemohon bernama
Ferin Ambitawati Binti Mukmin (usia 19 tahun, agama Islam pekerjaan CV.

13

Kompilasi Hukum Islam, Pasal 21-23.
Beni Ahmad saebani, Fiqh Munakahat 1..., 249.
15
Muhammad bin Salim bin Hafizh, Al-Miftahu Libabin Nikah, Kunci memahami Hukum
Pernikahan, S. Alwi bin Isa As-Seggaf, (Surabaya: Cahaya Ilmu Publisher, 2013), 19.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Maju Jaya) adalah anak sah dari Mukmin bin Radi (usia 60 tahun, agama
Islam, pekerjaan Pensiunan PNS) yang hendak menikah dengan Bukhori Bin
Sukardi (usia 20 tahun, agama Islam, pekerjaan PT Semen Holcim).
Pada dasarnya, pemohon dan calon suami pemohon dianggap sudah
sepadan (sekufu) dan juga antara keduanya tidak ada hubungan nasab
ataupun hubungan sesusuan yang menjadi penghalang antara keduanya untuk
melangsungkan pernikahan. Namun ketika calon suami pemohon berusaha
melamar pemohon, wali nikah pemohon tidak berkenan menerima lamaran
tersebut dan tidak bersedia menjadi wali dalam pernikahan pemohon dengan
calon suami pemohon.
Penolakan wali nikah pemohon tersebut, dikarenakan wali nikah
pemohon tidak mengakui pemohon sebagai anaknya. Sebab ketika wali
pemohon masih berstatus suami istri dengan ibu pemohon, wali pemohon ini
dengan sengaja mengikuti program KB untuk Pria, yaitu dengan melakukan
vasektomi (Vasektomi adalah operasi kecil (bedah minor) yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan terlatih untuk mencegah transportasi sperma pada
testikel dan penis.16) dengan maksud sudah tidak ingin mempunyai anak lagi,
namun Ibu pemohon hamil lagi. Dan hal tersebut membuat wali pemohon
ragu apakah anak yang dikandung tersebut adalah anaknya.17
Dalam perkara ini, selain pemohon meminta agar membebankan
biaya perkara kepada pemohon, pemohon juga meminta kepada Pengadilan

Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Timur, Buku Pedoman KB Bagi Kader Dasa Wisma,
(BPPKB), 11.
17
Salinan Penetapan Pengadilan Bojonegoro Nomor 64/Pdt.P/2014/PA.Bjn, 1-2.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

supaya mengabulkan permohonan pemohon dengan menetapkan wali nikah
pemohon yang bernama Mukmin Bin Radi adalah adhol, dan bilamana
Pengadilan Agama berpendapat lain, pemohon mohon perkara tersebut
diputus menurut hukum dengan seadil-adilnya.
Akan tetapi pada akhirnya selain membebankan biaya perkara sebesar
Rp. 341.000,- kepada pemohon, Pengadilan Agama Bojonegoro tidak
menetapkan Mukmin bin Radi sebagai wali adhol. Namun menyatakan
bahwa Mukmin bin Radi tidak berhak menjadi wali nikah terhadap pemohon.
Melihat penetapan Pengadilan Agama ini perlu kiranya dikaji terlebih
dahulu. Karena jika kita lihat, wali pemohon telah enggan untuk menikahkan
anaknya karena wali pemohon tidak mengakui pemohon sebagai anaknya.
Namun pada kenyataannya pemohon adalah anak yang lahir dalam
perkawinan yang sah antara Mukmin bin Radi dengan Sulikah binti Suwito
(Ibu pemohon), yang mana dikatakan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada Bab IX tentang
kedudukan anak, bahwa Anak yang sah adalah anak yang lahir dalam atau
sebagai akibat dari perkawinan yang sah.
Dari sini jika kita melihat penetapan Pengadilan Agama yang
menyatakan bahwa Mukmin bin Radi tidak berhak menjadi wali nikah
pemohon, tidak selaras dengan UU No.1 Tahun 1974 pasal 42, bahwa
pemohon adalah anak yang lahir dalam perkawinan yang sah. Berarti
Mukmin bin Radi tetap berhak menjadi wali nikah pemohon, karena

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

pemohon adalah anak yang lahir dalam pernikahan yang sah antara Mukmin
bin Radi dengan Sulikah binti Suwito (Ibu Pemohon).
Adapun tentang program KB yang telah diikuti wali pemohon
sebelum Ibu pemohon hamil pemohon, yaitu vasektomi, seharusnya Majlis
Hakim mendatangkan saksi ahli yaitu dokter spesialis untuk melakukan tes
dan pemeriksaan. Namun dalam sidang ini hakim tidak mendatangkan saksi
ahli tersebut. Padahal hal ini penting dilakukan, karena meskipun vasektomi
dinilai paling efektif untuk mengontrol kesuburan pria, namun masih
mungkin dijumpai suatu kegagalan. Adapun vasektomi dianggap gagal
apabila18:
1. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 15
sampai 20 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa;
2. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma;
3. Istri (pasangan) menjadi hamil.
Oleh karena itulah guna mengetahui dan menjaga kondisi pasien serta
menilai hasil dari pembedahan tersebut, pasien dianjurkan melakukan
perawatan dan pemeriksaan pascabedah vasektomi secara rutin. Kunjungan
tersebut dilakukan dengan jadwal satu minggu setelah pembedahan,
dilanjutkan satu bulan setelah pembedahan, tiga bulan setelah pembedahan,
dan satu tahun setelah pembedahan.19

BPPKB Provinsi Jawa Timur, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 3 (Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011).
19
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Buku KIE Program KB Nasional, (BKKBN
Provinsi Jawa Timur, 2010), 3.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Dengan mendatangkan saksi ahli maka seharusnya majlis hakim
dapat memperoleh keterangan lebih detail mengenai apakah benar bahwa
dengan mengikuti vasektomi ini seseorang benar-benar dimungkinkan tidak
memiliki keturunan lagi. Karena menurut keterangan salah satu saksi yang
didatangkan oleh pemohon sendiri, yaitu As’ad bin Kandar (52 Tahun)
bahwa benar, wali pemohon pernah mengikuti program KB vasektomi
bersama banyak orang di desanya namun selain wali pemohon, ada juga
orang lain yang juga mengikuti program vasektomi saat itu dan ternyata
istrinya masih tetap hamil juga, tetapi mereka tetap rukun.20
Mengingat

pentingnya

hal

ini,

seharusnya

majlis

hakim

mendatangkan saksi ahli, bahkan kalau perlu dilakukan tes DNA untuk
mengetahui status pemohon sebagai anak kandung Mukmin bin Radi.
Selain itu untuk meneguhkan dalil-dalil permohonan pemohon,
pemohon hanya mengajukan bukti tertulis berupa E-Kartu Tanda Penduduk
atas nama pemohon. Seharunya Majlis Hakim meminta alat bukti lain
semisal Akte Kelahiran pemohon, mengingat hal ini juga penting kiranya,
karena dalam UU Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
pada Bab XII bagian kesatu pasal 55 ayat 1 menegaskan bahwa asal-usul
seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akte kelahiran yang otentik,
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.21

20
21

Salinan Penetapan Perkara No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, (Rhedbook
Publisher, 2008).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Namun akte kelahiran ini juga tidak diminta oleh Majlis Hakim.
Seharusnya akte kelahiran ini dapat menambah dan memperkuat alat bukti
lainnya. Dan dilanjutkan penjelasannya dalam ayat 2 dari pasal 55 diatas
bahwa bila akte kelahiran tersebut tidak ada, maka pengadilan dapat
mengeluarkan penetapan tentang asal-usul seorang anak setelah diadakan
pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi syarat.22
Selain beberapa hal di atas, dalam perkara ini, sebelumnya wali
pemohon juga tidak pernah mengajukan pengingkaran anak. Oleh karenanya
tidak sah apabila wali nikah pemohon tersebut baru mengingkari sahnya
anak tersebut (pemohon) ketika anak tersebut membutuhkan wali untuk
menikahkannya. Karena dalam KHI dalam Bab XIV tentang pemeliharaan
anak, pasal 102 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa, suami yang akan
mengingkari seorang anak yang lahir dari istrinya, mengajukan gugatan ke
Pengadilan Agama dalam jangka waktu 180 hari sesudah hari lahirnya atau
360 hari sesudah putusnya perkawinan atau setelah suami itu mengetahui
bahwa istrinya melahirkan anak dan berada di tempat yang memungkinkan
dia mengajukan perkaranya kepada Pengadilan Agama. Pengingkaran yang
diajukan sesudah lampau waktu tersebut tidak dapat diterima.23
Melihat realita yang ada, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
tentang penyelesaian perkara wali adhol ini. Untuk itu penulis mengambil
judul : “Analisis Yuridis Terhadap Penetapan PA Bojonegoro No.

22
23

Ibid.
Kompilasi Hukum Islam, (Rhedbook Publisher, 2008).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

64/Pdt.P/2014/PA.Bjn Perihal Penolakan Permohonan Wali Adhol Karena
Pengingkaran Anak”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas, maka
identifikasi masalah yang dapat diperoleh adalah:
1. Permohonan wali adhol karena pengingkaran anak ke Pengadilang Agama
Bojonegoro;
2. Alasan permohonan wali adhol karena pengingkaran anak ke Pengadilan
Agama Bojonegoro;
3. Penetapan

perkara

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn

tentang

penolakan

permohonan wali adhol karena pengingkaran anak;
4. Pertimbangan

hukum

hakim

dalam

sidang

penetapan

perkara

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn tentang penolakan permohonan wali adhol
karena pengingkaran anak;
5. Analisis

yuridis

terhadap

penetapan

PA

Bojonegoro

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn tentang penolakan permohonan wali adhol
karena pengingkaran anak.
Dari identifikasi masalah ini diperlukan adanya pembatasan masalah
agar penelitian ini fokus dan terarah, oleh karena itu penulis membatasi
masalah yang berkaitan dengan beberapa hal, yaitu:
1. Penetapan PA Bojonegoro No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan
permohonan wali adhol;

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2. Analisis

yuridis

terhadap

penetapan

PA

Bojonegoro

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan permohonan wali adhol.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim terhadap penetapan PA
Bojonegoro No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan permohonan wali

adhol karena pengingkaran anak?
2. Bagaimana Analisis yuridis terhadap penetapan PA Bojonegoro
No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan permohonan wali adhol
karena pengingkaran anak?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi tentang kajian atau penelitian yang
sudah pernah dilakukan sebelumnya, sehingga terlihat jelas bahwa kajian ini
bukanlah pengulangan atau duplikasi dari kajian terdahulu. Dari beberapa
literatur yang penulis baca perihal wali adhol, penulis menemukan beberapa
penelitian yang berhubungan dengan pembahasan wali adhol, antara lain:
1. Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan

Pengadilan Agama Gresik No.0051/Pdt.P/2010/PA.Gs Tentang Wali
Adhol Karena Perceraian Kedua Orang Tua” yang ditulis oleh Fithna
Nurul Laily, Tahun 2013. Skripsi ini menjelaskan tentang kasus wali

adhol dengan alasan perceraian kedua orang tua, dan menggunakan
analisis hukum Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2. Skripsi berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama

Surabaya No.573/Pdt.P/2011/PA.Sby Tentang Permohonan Wali Adhol
yang Tidak Melalui Prosedur Administrasi” oleh Moch. Dwi Hendra
Mufaizin, Tahun 2013. Skripsi ini memfokuskan pembahasannya pada
prosedur administrasi pengajuan perkara wali adhol tersebut.
3. Skripsi berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Kecakapan Bertindak

Bagi Seseorang yang Mengajukan Permohonan Wali Adhol di Pengadilan
Agama Surabaya” oleh Lutfiah, Tahun 2012. Dalam skripsi ini penulis
memfokuskan bahasannya pada kecakapan hukum bagi pemohon yang
mengajukan permohonan wali adhol di Pengadilan Agama Surabaya dan
menggunakan analisis hukum Islam.
Dari penelitian-penelitian yang penulis cantumkan di atas, berbeda
dengan penelitian yang hendak penulis lakukan ini. Skripsi yang penulis
angkat ini yaitu berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Penetapan PA

Bojonegoro No. 64/Pdt.P/2014/PA.Bjn Perihal Penolakan Permohonan Wali
Adhol Karena Pengingkaran Anak”. Adapun perbedaan yang dapat dilihat,
yaitu penelitian yang penulis angkat ini adalah kasus permohonan wali adhol
karena alasan pengingkaran anak, yang mana wali pemohon tidak mengakui
pemohon adalah anak kandungnya. Sehingga wali pemohon tidak berkenan
menjadi wali nikah pemohon. Kasus ini terjadi di Pengadilan Agama
Bojonegoro dan dianalisis menggunakan analisis yuridis. Sedangkan
penelitian yang penulis cantumkan di atas, yang pertama adalah kasus wali

adhol karena perceraian kedua orang tuanya, di Pengadilan Agama Gresik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dan dianalisis dengan Hukum Islam. Yang kedua, permohonan wali adhol
yang tidak melalui Prosedur Administrasi di Pengadilan Agama Surabaya.
Dan yang ketiga adalah Analisis hukum Islam terhadap kecakapan bertindak
bagi seseorang yang mengajukan permohonan wali adhol di Pengadilan
Agama Surabaya.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan ini
adalah:
1. Menjelaskan dasar pertimbangan hukum hakim terhadap penetapan PA
Bojonegoro No. 64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan permohonan
wali adhol karena pengingkaran anak.
2. Menjelaskan analisis yuridis terhadap penetapan PA Bojonegoro No.
64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan permohonan wali adhol karena
pengingkaran anak.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari penelitian ini, yang menjadi harapan bagi penulis adalah sebagai
berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan dan
khazanah keilmuan kepada masyarakat dan para praktisi hukum dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

bidang hukum di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan UndangUndang tentang perkawinan.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis semoga penelitian ini dapat berguna bagi
Mahasiswa Syari’ah UIN Sunan Ampel Surabaya dan memberikan
tambahan informasi tentang diskripsi perkara wali adhol di Peradilan
Agama di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan pula dapat
berguna bagi hakim Pengadilan Agama sebagai evaluasi dan tambahan
informasi tentang perkara wali adhol.

G. Definisi Operasional
Penegasan

istilah/definisi

operasional

diperlukan

apabila

dimungkinkan akan terjadi kesalahfahaman penfsiran istilah antara pembaca
dengan peneliti.24 Maka dari itu untuk menghindari kesalahfahaman dalam
pengertian maksud dari judul di atas maka penulis memberikan definisi yang
menunjukkan kearah pembahasan sesuai dengan maksud yang dikehendaki
oleh judul tersebut, diantaranya yaitu:
1. Analisis Yuridis

: adalah penelitian atau penyelidikan terhadap suatu
peristiwa atau perbuatan hukum untuk mengetahui
kebenarannya

24

berdasarkan

undang-undang

yang

Imron Rosidi, Sukses Menulis Karya Ilmiah, Suatu Pendekatan Teori dan Praktek, (Pasuruan:
Pustaka Sidogiri, 2009), 82.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

dibuat

dan

diberlakukan

di

Negara

Republik

Indonesia.
Dalam skripsi ini penulis menganalisis dengan
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Undang-Undang
Republik Indonesia No.1 Tahun 1974 tentang
perkawinan beserta penjelasannya, Undang-Undang
RI No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
sebagaimana yang diubah untuk keduakalinya dengan
Undang-Undang No.50 Tahun 2009, Undang-Undang
No.14 Tahun 1970 tetang ketentuan-ketentuan pokok
kekuasaan kehakiman, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) serta Reglemen Indonesia
yang

diperbaharui

(Het

Herziene

Indonesisch

Reglement (HIR)).
2. Wali adhol

: adalah wali yang enggan menikahkan atau menolak
untuk menikahkan atau tidak berkenan menjadi wali
pernikahan anak perempunnya dengan seorang lakilaki yang menjadi pilahan anak perempuannya.25

3. Pengingkaran anak : adalah penolakan pengakuan atau penyangkalan
terhadap sahnya seorang anak oleh seorang suami

25

Ahrum Hoerudin, Peradilan Agama, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1999), 47.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

terhadap anak yang dilahirkan istrinya, bahwa anak
tersebut dianggap bukan anak kandungnya.

H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dan digunakan oleh
penulis untuk diteliti dan dianalisis adalah:
a.

Salinan Penetapan Perkara No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn yang telah
dilegaliser dari Pengadilan Agama Bojonegoro;

b.

Data hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Bojonegoro
tentang dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam menetapkan perkara

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn. perihal penolakan permohonan wali adhol
karena pengingkaran anak.
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis ada 2 jenis data,
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a.

Sumber data primer, adalah sumber data yang diperoleh penulis
secara langsung dari sumber aslinya, dan yang digunakan dalam karya
ini adalah:
-

Salinan Penetapan Perkara No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn yang telah
dilegaliser dari Pengadilan Agama Bojonegoro;

-

Hakim yang mengadili Perkara No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn di
Pengadilan Agama Bojonegoro.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

c.

Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diambil dan diperoleh
dari wawancara dengan para pakar (ahli) dan dari bahan pustaka yaitu
dengan mencari data atau informasi tertulis yang berkaitan dengan
perkara yang penulis teliti:
-

Al-Miftahu

Libabin

Nikah,

Kunci

Memahami

Hukum

Pernikahan, karya Muhammad bin Salim bin Hafizh,
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh S. Alwi bin Isa AsSeggaf;
-

Fikih Sunnah 6 karya Sayyid Sabiq, diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia oleh Mohammad Thalib;

-

Fiqh Munakahat 1 karya Beni Ahmad Saebani;

-

http://id.wikipedia.org/wiki/Vasektomi;

-

Kompilasi Hukum Islam;

-

Peradilan Agama karya Ahrum Hoerudin;

-

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2005 Tentang Wali Hakim;

-

Risalah Hukum Nikah karya Fatihuddin Abul Yasin;

-

Sukses Menulis Karya Ilmiah, Suatu Pendekatan Teori dan
Praktek karya Imron Rosidi;

-

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan;

-

Juga literatur-literatur lain yang berkaitan dan mendukung
penulisan skripsi ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

3. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan
data yang dilakukan oleh penulis antara lain, adalah:
a.

Studi Dokumentasi
Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
langsung ditujukan kepada subyek penelitian melalui dokumen atau
berkas yang ada. Dalam hal ini dokumen yang diteliti adalah
Penetapan Pengadilan Agama Bojonegoro No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn
perihal permohonan wali adhol karena pengingkaran anak.

b.

Wawancara
Dalam penelitian ini penulis mewawancarai Hakim dan
Panitera di Pengadilan Agama Bojonegoro yang terkait dengan
perkara ini.

4. Teknik analisis data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka penulis akan
menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode analisis
deskriptif, yaitu penulis memaparkan dan menjelaskan permasalahan yang
ada. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis kembali dengan pola pikir
deduktif, yakni berangkat dari persoalan yang bersifat umum kemudian
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.26
Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan permasalahan dalam
penetapan
26

perkara

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn

perihal

penolakan

Moh. Nazhir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indah, 1999), 62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

permohonan wali adhol karena pengingkaran anak, yang kemudian
dianalisis dengan teori yang telah penulis kumpulkan dan kemudian
ditarik kesimpulan dari analisis tersebut. Dari deskripsi perkara
No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan permohonan wali adhol
karena pengingkaran anak, penulis menganalisis dengan pola pikir
deduktif, yaitu dengan memaparkan kajian teori tentang konsep perwalian
dan prosedur penetapan wali adhol dalam hukum positif, untuk digunakan
dalam menganalisis kasus yang diangkat dalam skripsi ini. Kemudian
dengan pola pikir induktif, penulis memaparkan kesimpulan dari analisis
tersebut.

I.

Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dan mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai sistematika penulisan dan pembahasan pada skripsi ini, penulis
membagi skripsi ini dalam lima bab.
Pertama adalah bab pendahuluan yang memuat uraian tentang latar
belakang dari permasalahan yang diangkat oleh penulis, yang kemudian
diidentifikasi dan diberi batasan masalah, dan juga dirumusan masalahnya,
pada bab pertama ini juga diuraikan tentang kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian
hingga sistematika pembahasan. Sehingga dari bab ini akan diketahui
bagaimana tata cara penelitian akan dilaksanakan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Kemudian pada bab dua, penulis memaparkan tentang kajian teori
tentang tinjauan umum mengenai wali nikah dan kedudukan anak serta
proses penetapan wali adhol dalam hukum positif. Uraian pada Bab dua ini
akan menjadi dasar bagi penulis di dalam menganalisis kasus yang diangkat
dalam skripsi ini.
Selanjutnya pada bab tiga, penulis lebih menekankan pada
pendeskripsian

penetapan

perkara

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn

tentang

penolakan permohonan wali adhol karena pengingkaran anak, dan dasar
pertimbangan hukum hakim dalam menetapkan perkara ini. Dari bab tiga ini
akan dipahami seperti apa kasus yang diangkat oleh penulis dalam menyusun
skripsi ini.
Dilanjutkan bab empat, penulis akan menganalisis dari apa yang telah
dideskripsikan

pada

bab

tiga,

yaitu

tentang

penetapan

perkara

No.64/Pdt.P/2014/PA.Bjn perihal penolakan permohonan wali adhol karena
pengingkaran anak, dan dasar pertimbangan hukum hakim dalam
menetapkan perkara tersebut, dengan menggunakan materi yang telah
dipaparkan pada bab dua.
Pada bab empat ini, yang pertama akan dibahas adalah pembahasan
mengenai analisis yuridis terhadap pertimbangan hukum hakim Pengadilan
Agama Bojonegoro dalam menetapkan perkara No. 64/Pdt.P/2014/PA.Bjn
perihal penolakan permohonan wali adhol karena pengingkaran anak,
kemudian dilanjut dengan analisis yuridis terhadap penetapan Pengadilan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Agama

Bojonegoro

No.

64/Pdt.P/2014/PA.Bjn

perihal

penolakan

permohonan wali adhol karena pengingkaran anak.
Kemudian yang terakhir adalah bab lima, yang merupakan sebuah
kesimpulan dan saran dari penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh
penulis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG WALI NIKAH DAN KEDUDUKAN ANAK
SERTA PROSES PENETAPAN WALI ADHOL DALAM HUKUM POSITIF

A. Konsep Wali Nikah dalam Hukum Positif
Masalah perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena itu pemerintah Indonesia sejak
Proklamasi Kemerdekaan hingga sekarang menaruh perhatian yang serius
dalam hal perkawinan ini.1 Banyak aturan perundang-undangan yang telah
dibuat untuk mengatur masalah perkawinan ini, salah satunya yaitu pada
tahun 1985 pemerintah memprakarsai Proyek Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Setelah berhasil diproyeksikan bahwa buku hukum (Kompilasi
Hukum Islam) tersebut menjadi buku standar yang tunggal bagi hakim
Pengadilan Agama di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.2
Di jelaskan dalam KHI bahwa untuk melaksanakan sebuah
perkawinan terdapat syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Diantara syarat
dan rukun perkawinan tersebut salah satunya adalah adanya seorang wali
nikah. Pernikahan tidak dianggap sah apabila tidak ada wali yang
menikahkannya. Dalam KHI, masalah wali nikah ini diatur dalam Pasal 19
sampai 23. Dalam Pasal 19, KHI mengatakan: “Wali nikah dalam

1
2

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 3.
Mahfud, Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia,
(Yogyakarta: UII Press, 1993), 2.

24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai
wanita yang bertindak untuk menikahkannya”. 3
Selanjutnya pada Pasal 20 ayat (1), KHI menyatakan bahwa: “Yang

bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat
hukum Islam yakni muslim, akil dan balig. Diteruskan pada ayat (2), “Wali
nikah terdiri dari : wali nasab dan wali hakim”.
Kemudian dijabarkan pada pasal 21 ayat (1), ada empat kelompok
wali nasab, yaitu :
Wali nasab terdiri dari empat kelompok dalam urutan kedudukan,
kelompok yang satu didahulukan dari kelompok yang lain sesuai erat
tidaknya susunan kekerabatan dengan calon mempelai wanita.
- Pertama, kelompok laki-laki garis lurus keatas yakni ayah, kakek
dari pihak ayah dan seterusnya.
- Kedua, kelompok kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara
laki-laki seayah, dan keturunan laki-laki mereka.
- Ketiga, kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung
ayah, saudara seayah dan keturunan laki-laki mereka.
- Keempat, kelompok saudara laki-laki kandung kakek, saudara lakilaki seayah kakek dan keturunan laki-laki mereka.
Selanjutnya dalam pasal 22, “apabila wali nikah yang paling

berhak urutannya tidak memenuhi syarat sebagai wali nikah atau oleh
karena wali nikah itu menderita tuna wicara, tuna rungu atau sudah udzur,
maka hak menjadi wali bergeser kepada wali nikah yang lain menurut
derajat berikutnya”.

3

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2012),
72-73.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Menyangkut dengan wali hakim, diterangkan pada Pasal 23 yang
berbunyi4 :
(1) Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila
wali nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirinya atau
tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau adhol atau
enggan.
(2) Dalam hal wali adhol atau enggan maka wali hakim baru
dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan
Pengadilan Agama tentang wali tersebut.

B. Kedudukan Anak dalam Hukum Positif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa anak
adalah keturunan kedua sebagai hasil dari hubungan antara pria dan wanita.5
1. Anak sah
Dalam

Undang-Undang

Nomor

1

Tahun

1974

tentang

Perkawinan, masalah anak sah diatur dalam Pasal 42, yaitu : “Anak yang

sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah”.6
Kemudian dalam KHI pasal 99 mengatakan bahwa : “Anak yang

sah adalah :
a. anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah;

4

Ibid.
WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka), hal.38.
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ( Rhedbook
Publisher, 2008).
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

b. hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh
isteri tersebut”.7
Dari pasal-pasal diatas, kita ketahui antara UUP dan KHI
memiliki persamaan dalam merumuskan definisi anak sah. Dapat kita
pahami bahwa anak sah adalah anak yang lahir dalam dan akibat
perkawinan yang sah. Disini ada dua pengertian, yaitu dikatakan anak sah
apabila anak tersebut lahir dalam perkawinan yang sah, dan anak yang
lahir akibat perkawinan yang sah. Jadi, pada intinya anak yang lahir
dalam suatu ikatan perkawinan yang sah mempunyai status sebagai anak
sah dengan hak-hak keperdataan melekat pada dirinya.8
Selain itu KHI juga mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi akibat kemajuan teknologi kedokteran seperti bayi tabung.
Di dalam pasal 99 KHI dinyatakan “hasil pembuahan suami istri yang sah

diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut”. maksudnya bahwa
pembuahan anak diluar rahim itu sah dan dibolehkan selama pembuahan
itu berasal dari sperma suami istri yang sah dan dilahirkan oleh istrinya
sendiri. Sebaliknya, tidak dibenarkan menggunakan atau menyewa rahim
wanita lain.9

7

Kompilasi Hukum Islam.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam..., 78-79.
9
M. Yahya Harahap, Pengadilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia, (Yogykarta: UII Press, 1999), 106.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

2. Pengingkaran Anak
Seorang

suami

berhak

melakukan

pengingkaran

atau

penyangkalan terhadap sahnya seorang anak dengan ketentuan-ketentuan
yang telah diatur dalam undang-undang.10 Dalam UUP, berkenaan dengan
masalah pengingkaran anak diatur dalam Pasal 44 yang berbunyi :
(1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan
oleh isterinya, bilamana ia dapat membuktikan bahwa
isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari perzinaan
tersebut.
(2) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak
atas permintaan pihak yang berkepentingan.
Sebagaimana UUP, dalam KHI juga dijelaskan menyangkut
keadaan suami yang mengingkari sahnya anak dan proses yang harus
ditempuhnya jika ia menyangkal anak yang dikandung atau dilahirkan
oleh istrinya. Lebih jelas dinyatakan dalam Pasal 101 dan 102 sebagai
berikut.11
Pasal 101
Seorang suami yang mengingkari sahnya anak, sedang isteri tidak
menyangkalnya, dapat meneguhkan pengingkarannya dengan li`an.
Pasal 102
(1) Suami yang akan mengingkari seorang anak yang lahir dari
isterinya, mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama
dalam jangka waktu 180 hari sesudah hari lahirnya atau 360
hari sesudah putusnya perkawinan atau setelah suami itu
mengetahui bahwa istrinya melahirkan anak dan berada di
tempat yang memungkinkan dia mengajukan perkaranya
kepada Pengadilan Agama.
(2) Pengingkaran yang diajukan sesudah lampau waktu tersebut
tidak dapat diterima.
10
11

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam..., 282.
Ibid, 283.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsb

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26