Menulis Puisi (Gabungan)
PENULISAN PUISI
ANWAR EFENDI
FBS UNY
Griya Purwo Asri E-340
Purwomartani Kalasan Sleman
08122720889 – (0274) 4395706
EMPAT POKOK
BAHASAN
Elemen Puisi
Modal Menulis Puisi
Model Menulis Puisi
Praktik Menulis Puisi
ELEMEN-ELEMEN
PUISI
PENGANTAR
• Bahasa adalah media pengucapan karya sastra
• Poetry is the best word in the best order (puisi
adalah kata-kata terbaik dalam susunan yang
terbaik
• Bahasa dalam sastra tidak sekadar media, tetapi
juga tujuan
• Penyair bergelut dengan bahasa dan tidak
sekadar menjumput kata-kata begitu saja
• Kata-kata adalah segalanya dalam puisi
• Kata-kata sebagai penghubung ide, intuisi, dan
imaji antara pembaca dan penyair
Bahasa Keilmuan
• Bersifat mengajar (to
teach)
• Murni denotatif
• Korespondensi tanda
dan arti
• Sistem tanda
(matematika/logika)
• Ragam resmi
• Meniadakan nada
personal
Bahasa Sastra
• Bersifat menggerakkan
(to move) perasaan
• Tidak hanya menerangkan, juga ekspresif
• diresapi air peristiwa
sejarah, kenangan
• Mengandung asosiasi
• Penuh homonim dan
bersifat personal
• Simbolisasi bunyi
ELEMEN-ELEMAN
PEMBENTUK PUISI
Struktu Fisik
(Bentuk/Metode)
•
•
•
•
Diksi
Citraan (Imaji)
Kata Konkret
Bahasa Figuratif
(Majas)
• Versifikasi
• Tipografi
Struktur Batin
(Makna/Hakikat)
•
•
•
•
Tema
Nada
Perasaan
Amanat
DIKSI
• Diction (pilihan kata)
• Choise and use of words
• Kemampuan membedakan secara tepat nuansanuansa makna sesuai gagasan yang akan
disampaikan
• Kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai denagn situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh banyaknya penguasaan
sejumlah
CITRAAN
• Bahasa yang mampu membangkitkan gambaran
angan, gambaran pikiran, kesan mental atau
bayangan visual
• Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan, menarik
perhatian
• Imaji berguna untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran
• Ide-ide abstrak dalam puisi dikonkretkan dengan
menggunakan alat-alat keindraan
• Ide-ide yang semula abstrak dapat ditangkap
atau seolah-olah dapat dilihat, didengar, dicium,
diraba, dan dipikirkan
JENIS CITRAAN
• Citraan Penglihatan: dihasilkan dengan
memberi rangsangan indra penglihatan,
berupa sumber dan kualitas cahaya
• Citraan Pendengaran: dihasilkan dengan
menyebutkan atau menguraikan sumber
dan kualitas bunyi
• Citraan Penciuman: dihasilkan dengan
menyebutkan dan menguraikan sumber
dan kualitas bau
• Citraan Pencecapan: dihasilkan dengan
menyebutkan dan menguraikan sumber dan
kualitas rasa
• Citraan Perabaan: berupa rangsangan kepada
perasaan atau sentuhan, biasanya berupa
kualitas dan permukaan bahan
• Citraan Pikiran: dihasilkan oleh adanya
asosiasi dan analogi pikiran
• Citraan Gerak: dihasilkan dengan cara
menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal
yang tidak bergerak menjadi bergerak
KATA KONKRET
• Kata-kata yang digunakan penyair untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau
suasana batin dengan maksud membangkitkan
imaji pembaca
• Kata-kata diupayakan agar dapat menyaran
kepada arti yang menyeluruh
• Kata konkret merupakan syarat atau sebab
terjadi pencitraan (pengimajian dalam puisi)
• Dengan kata konkret pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau
keadaan yang dilukiskan penyair
Beberapa Contoh
• Pengemis/gembel: gadis kecil berkaleng
kecil daripada gadis peminta-minta
• Dunia penuh kemayaan: hidup dari
kehidupan angan-anagn yang gemerlapan
• Kedukaan: bulan di atas itu tak ada yang
punya // kotaku hidupnya tak punya tanda
• Penuh dosa: aku hilang bentuk/ remuk
• Perjalanan ke surga: kuketuk pintu langit
Bahasa Figuratif
• Bahasa yang mempergunakan kata-kata yang
susunan dan artinya sengaja disimpangkan
• Bentuk penyimpangan dari bahasa normatif,
baik dari segi makna maupun rangkaian katakatanya
• Bertujuan untuk mencapai efek estetis,
kesegaran dan kekuatan ekspresi
• Memudahkan pembaca dalam menikmati
sesuatu yang disampaikan penyair
Kategori Bahasa Figuratif
• Kategori Perbandingan
a. Simile: perbandingan bersifat eksplisit,
dengan kata-kata pembanding langsung
Contoh: bagai, laksana, seperti, bak
b. Metafora: perbandingan dua benda atau
hal secara implisit, tanpa kata
pembanding ekplisit
Contoh: kami kejar cahaya, tatkala
bertiup sepi
Kategori Perwakilan
a. Sinekdoki: menyebutkan suatu bagian penting
dari suatu benda atau hal untuk benda atau
hal itu sendiri, sebagian untuk keseluruhan
(pars pro toto), keseluruhan untuk sebagian
(totem pro parte)
b. Metonimia: pemindahan istilah atau nama
suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda
lainnya yang mempunyai kaitan rapat
Pengertian yang satu dipergunakan sebagai
pengganti pengertian lain karena adanya
unsur-unsur yang berdekatan
Kaitan itu karena: hubungan kausalitas, logika,
hubungan waktu dan ruang
Kategori Pemberian Ciri Insani
• Personifikasi: mempersamakan benda
atau hal dengan manusia
Benda atau hal yang digambarkan dapat
bertindak dan mempunyai kegiatan seperti
manusia
Benda atau hal yang bernyawa seolaholah memiliki sifat kemanusiaan
VERSIFIKASI
• Versifikasi berkenaan dengan karakteristik karya puisi,
yakni persajakan
• Versifikasi meliputi: (a) ritma, (b) rima, dan (c) metrum
• Ritma (rhythm), yaitu pergantian turun naik, keras
lembut, panjang pendek, tinggi rendah ucapan bunyi
bahasa dengan teratur
• Rima (rhyme), yakni pengulangan bunyi dalam baris
atau larik, berupa aliterasi, asonansi, persamaan bunyi
awal/tengah/akhir
• Metrum adalah irama yang tetap menurut pola tertentu,
karena (i) jumlah suku kata, (ii) tekanan yang tetap, dan
(iii) alunan suara menaik dan menurun tetap
TIPOGRAFI
• Tipografi berkenaan dengan bentuk lahir, yang
langsung dikenali
• Pembeda (sementara) antara puisi dan
prosa/drama
• Baris-baris puisi tidak selalu di awali dari tepi kiri
dan berakhir di tepi kanan
• Mengenal adanya enjabement (lompatan baris)
• Baris kata atau kalimat dalam puisi membentuk
periodisitet yang disebut bait
TEMA
•
•
•
•
Sesuatu yang menjadi pikiran pengarang,
Sesuatu yang menjadi dasar bagi penulisan puisi
Dapat berupa “segala permasalahan hidup”
Permasalahan tersebut disusun dan diperkaya
dengan ide, gagasan, cita-cita, dan sikap
(pendirian) penyair
• Dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan
penyair, juga terbayang pandangan hidup
penyair, bagaimana penyair melihat
permasalahan ang dipikirkannya itu
• Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi
yang ditulisnya
NADA
• Sikap penyair kepada pembaca
• Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi
bersikap menggurui, menasehati,
mengejek, menyindir kepada pembaca
• Adakalanya penyair hanya bersikap lugas,
sekedar menceritakan sesuatu
• Adakalnya penyair hanya bersikap “mainmain”
SUASANA
• Suasana adalah keadaan jiwa pembaca
setelah membaca puisi
• Artinya, sebuah puisi dapat membawa
akibat psikologis pada pembacanya
• Akibat psikologis ini terjadi karena nada
yang dituangkan penyair dalam puisi
AMANAT
• Amanat atau tujuan adalah hal-hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya
• Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan
di balik tema yang diungkapkan
• Dalam puisi tema berkaitan dengan arti, sedangkan
amanat berkaitan dengan makna karya sastra
• Arti puisi bersifat kias, subjektif, dan umum
• Makna berhubungan dengan individu, konsep
seseorang, situasi, tempat penyair
mengimajinasikan puisinya
MODAL
MENULIS PUISI
MODAL MENULIS PUISI
• FAKTA EMPIRIK (event)
• FAKTA INDIVIDUAL (momentum)
• FAKTA IMAJINATIF (kontemplatif)
Bagaimana cara memberi makna pada setiap
pengalaman?
Salah satu caranya
“memutus rutinitas”
memberi “makna” pada
setiap pengalaman
Jika ingin bisa
menulis puisi,
sebaiknya Anda
jatuh cinta dulu ....?
HUMANISME
• Cinta Kasih
• Keindahan
• Penderitaan
• Keadilan
• Tanggung Jawab
• Pandangan Hidup
• Harapan
• Kecemasan
LATIHAN
MENULIS
PUISI
Pengantar
• Kata orang kalau kita mau belajar melukis, maka menurut
cara Barat kita harus belajar garis dan bentuk dulu,
kemudian anatomi, perspektif, warna dan sebagainya
menurut urut-urutan yang sesuai dengan pendirian guru
yang mengajar.
• Konon di Cina pada zaman dahulu tidak demikian halnya.
• Orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi sebuah
lukisan yang sudah jadi dan baik.
• Biasanya lukisan itu dibuat oleh seorang master, yaitu
orang yang ahli melukis yang terkenal.
• Calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi, sebisabisanya, semirip mungkin.
• Sesudah sepuluh-duapuluh kali mencoba, sang calon akan
mendapat master baru untuk ditiru.
• Metode ini biasanya dinamakan copy the master, yang
artinya meniru lukisan seorang ahli.
• Metode ini menuntut banyak latihan sesuai dengan master
( sebut saja contoh) yang diberikan.
• Model-model ini harus dibacakan terlebih dulu dan dilihat
apakah unsur-unsurnya sudah ada ataukah belum, baru
sesudah itu siswa disuruh menulis.
• Tentu saja yang dituliskan tidak persis seperti modelnya:
ini namanya menyalin, menjiplak, atau bahkan membajak.
• Dalam latihan menulis itu yang di-copy adalah ‘unsurunsurnya’, ‘idenya’, atau bahkan ‘teknik’ dan ‘caranya
LATIHAN SATU: KEINGINAN
• Setiap kita manusia pasti mempunyai banyak keinginan,
baik keinginan yang dapat dijangkau maupun yang tidak
terjangkau oleh kemampuan kita.
• Pada acara-acara tertentu, misalnya pada acara pesta
atau perayaan ulang tahun, kita mengungkapkan
keinginan-keinginan kita.
• Dan semua yang hadir dalam acara itu turut mendo’akan
demi terkabulnya keinginan kita itu.
• Nah, pada kesempatan ini mintalah siswa untuk
menuangkan keinginannya dalam bentuk puisi.
Caranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Siswa menulis minimal satu baris, maksimal tiga baris
puisi.
Baris puisi itu dimulai dengan aku ingin …
Masukkan ke dalam baris itu:
a. sebuah warna
b. seorang manusia,
c. sebuah tempat (jalan, desa, kota, negara, benua)
Guru membacakan model.
Waktu menulis 10’ (menit)
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru membacakan semua puisi yang dibuat siswa
secara berurutan.
Nah, demikianlah puisi itu telah jadi, yaitu puisi
gabungan atau puisi bersama yang dibuat oleh siswa.
Model 1
• Aku ingin menjadi switer ketat warna merah
kalau hari dingin aku dipakai cewek cantik untuk
menghangatkan badan dan dibawa jalan-jalan
ke puncak.
• Aku ingin menjadi penerjun melompat dari
ketinggian 3.000 meter dengan payung udara
biru tua dan mendarat tepat di pekarangan
bagian depan rumah calon mertua.
LATIHAN KEDUA: SIMILE
•
•
•
•
•
•
Kalau kita menerangkan sesuatu kepada seseorang, lalu seseorang
itu tidak mengerti-mengerti juga, apa yang kita lakukan agar orang
itu mengerti?
Kita akan menggunakan perbandingan antara sesuatu itu dengan
sesuatu yang lain yang sudah diketahuinya bukan?
Perbandingan itu disebut juga simile.
Perbandingan dalam puisi sama dengan perbandingan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bedanya, perbandingan dalam puisi tidak hanya diterapkan antara
sesuatu yang belum diketahui (abstrak) dengan sesuatu yang
sudah diketahui (kongkret), tetapi lebih sering digunakan
sebaliknya, yaitu untuk membandingkan sesuatu yang kongkret
dengan sesuatu yang abstrak.
Perbandingan dalam puisi juga bisa diterapkan antara sesuatu yang
abstrak dengan sesuatu yang abstrak lainnya.
•
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nah pada kesempatan ini mintalah siswa untuk
membuat puisi yang berisi simile.
Caranya adalah:
Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
Siswa menulis puisi antara yang panjangnya 4 – 7
baris.
Pada setiap baris ada simile, misalnya:
a. seperti, b. mirip, c. bagai, d. laksana
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit)
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 2
Gugus awan di langit putih bagai kapas
Mendung berarak-arakan seperti kambing
digiring ke kandang
Gunung berhamburan laksana kapas yang
beterbangan
Wajahnya mirip anak kecil dengan kaleng
kecil yang kujumpai di stasiun kereta.
LATIHAN KETIGA: BUNYI
•
Kalau telinga kita normal, setiap hari kita
mendengar apa saja, bukan?
• Nah, kali ini suruhlah siswa untuk memasukkan
bunyi-bunyi itu dalam puisi mereka buat.
• Caranya ialah:
1. Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
2. Siswa menulis puisi 4-7 baris.
3. Pada setiap baris ada bunyi.
3. Bunyi itu boleh berasal dari: benda,
hewan, mesin, instrumen musik, apa
saja yang mungkin mengeluarkan bunyi
4. Waktu menulis 20’ (menit).
5. Kertas dikumpulkan pada guru.
6. Pilihlah puisi yang bagus yang dibuat
siswa menurut versi guru.
7. Guru/ siswa membacakan puisi yang
bagus di depan kelas.
Model 3
Nang ning nung ning nang ning nung suara
nenekku menghibur adik,
Sebutir kelereng digelindingkan adik masuk ke
kolam dan berbunyi plung.
Seekor kucing terkejut dan lari bagai kilat miaaau!
Bam! Bam! Bam! Morter ditembakkan ke sebuah
gedung berlantai enam.
LATIHAN KEEMPAT: ALAM
•
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kita ini hidup di alam, bukan? Ada berapa banyak benda-benda di
alam ini? Coba mintalah siswa untuk menggambarkan dengan
kata-kata tentang benda alam itu.
Caranya adalah:
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Tulis puisi antara 4-7 baris.
Pada setiap baris ada kata: (pilih salah satu) gunung, bukit, laut,
danau, langit, awan, sungai, dan semacamnya, sebuah warna,
manusia
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit)
Kertas dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi terbaik.
Guru/siswa membacakan puisi terbaik itu di depan kelas.
Model 4
Danau yang luas itu terbentang biru,
Sungai keluar dari ujung danau yang
berhutan hijau,
Awan berarak putih terang, berhenti di atas
curamnya jurang,
Kini aku meluncur jadi angin, tanpa warna
dan dingin.
LATIHAN KELIMA:
MIMPI
• Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka
bermimpi?
• Sering bukan?
• Bagaimana mimpi mereka itu: indah,
menyenangkan, buruk, menakutkan,
menyeramkan?
• Mengapa tidak kita suruh saja mereka
menuangkan mimpinya dalam bentuk puisi?
•
Caranya:
1.
2.
3.
4.
Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
Tulis puisi antara 4-7 baris.
Puisi itu dimulai dengan Aku bermimpi …
Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, bunyi,
manusia, nama tempat
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit).
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakan puisi yang bagus di depan
kelas
5.
6.
7.
8.
9.
Model 5:
Aku bermimpi sebuah sikat gigi warna ungu menggosok-gosok
mulutku
supaya terbuka srek-srek-srek, usrek-usrek-usrek
Ketika bangun pagi hari, aku pergi ke kamar mandi
Sikat gigiku tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya tersesat dalam mimpiku dan tak
bisa kembali
Aku bermimpi seluruh RT/RW-ku di malam hari berwarna putih salju,
Terdengar ada tetangga yang bermain kecapi Cianjuran,
Berkata Hansip tetangga kami, „Wah, klining-klining itu merdu sekali.“
Di dalam mimpi itu aku lalu bermimpi tentang kecapi lagi.
LATIHAN KEENAM:
FANTASI TAK MASUK AKAL
• Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka
mengkhayalkan sesuatu? Pasti pernah, sebab tanpa
khayalan hidup ini menjadi tidak kreatif.
• Konon, sebelum akhirnya manusia benar-benar dapat
menginjakkan kakinya di bulan diawali lebih dulu dengan
berkhayal bagaimana caranya untuk sampai ke bulan.
Lalu diciptakanlah pesawat apolo.
• Pada kesempatan ini mintalah siswa untuk berkhayallah
tentang sesuatu yang tak masuk akal. Dan khayalan itu
dituangkan dalam bentuk puisi.
•
Caranya:
1.
2.
3.
4.
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Mulailah menulis puisi antara 4-7 baris.
Puisi dimulai dengan dengan kutemukan …
Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, hewan/benda,
alam
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit).
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakan puisi yang bagus di depan
kelas.
5.
6.
7.
8.
9.
Model 6
Kutemukan buaya menggigit kaki gunung
Gunung itu menjerit kesakitan
Lalu hujan turun menyerakkan kebocoran tiga ribu
botol sampho
Gunung pun kedinginan dan awan putih
membelit lehernya.
LATIHAN KETUJUH:
METAFOR
• Masih ingat simile?
• Metafor ini perbandingan juga, tetapi tidak
menggunakan kata pembanding, seperti, bagai,
mirip dsb.
• Karena tidak menggunakan kata pembanding
inilah, metafor dinamakan juga perbandingan
tidak langsung.
• Caranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Mulailah menulis puisi antara 4-7 baris.
Setiap baris ada metafor menggunakan kata adalah …
Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, hewan/benda,
alam, tempat
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit).
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 7
Gerimis yang turun dari langit adalah bening air mata
pengungsi korban stunami yang malang nasibnya,
Awan putih di lereng bukit adalah bantal unggas yang
kelelahan setelah terbang panjang seharian,
Samudera Pasifik yang biru adalah akuarium Tuhan
yang amat indah,
Hari depanku adalah kepalaku di mulut buaya hitam
menganga yang siap mengatup kapan saja.
LATIHAN KEDELAPAN:
MENJELMA HEWAN, MENJELMA BENDA
•
Tanyakan kepada siswa, pernahkah sewaktu kecil mereka bermain
pasar-pasaran dengan teman kecilnya? Waktu itu mereka berpurapura sebagai penjual atau pembeli, bukan? Nah, kalau mereka bisa
menjadi pembeli atau pembeli, mereka juga bisa menjadi yang lain,
bukan?
• Sekarang mintalah mereka untuk berpura-pura menjadi hewan
(maaf jangan marah, ya) atau menjadi benda. Kalau mereka
kesulitan, suruh mereka memejamkan mata beberapa saat,
mengosongkan pikiran, menanggalkan diri, dan menjadi hewan
atau benda.
• Apa yang mereka rasakan atau mereka alami selama menjelma
menjadi hewan atau benda itu? Mintalah mereka untuk
menuangkan pengalaman yang ‘indah’ itu dalam puisi.
•
Caranya:
1. Siswa menyiapkan selembar kertas.
2. Siswa mulai menulis puisi antara 4-7 baris.
3. Di dalam puisi itu mereka seakan-akan menjelma menjadi hewan
(semut, lebah, kucing, gajah, kuda, harimau dsb.) atau menjadi
benda (pencil, terompet, mobil, TV, pistol, kapal terbang dsb.)
4. Di dalam puisi itu ada nama seekor hewan atau sebuah benda.
5. Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, bunyi, manusia, tempat,
alam
6. Guru membacakan model.
7. Waktu menulis 20’ (menit).
8. Puisi dikumpulkan pada guru.
9. Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
10. Guru/siswa membacakannya di depan kelas
Model 8
Minggu yang lalu aku menjadi tanaman di tepi
jalan kota
Pagi buta kupanggil embun untuk membasuh
badanku, hijaulah aku
Siang sedikit banyak orang yang lalu lalang
Karena senangnya dijewerlah daun telingaku
dipatahkan ranting tanganku
Aku menangis
Telingaku juga bising oleh ngong, ngong, ngong
tat, tit, tut, deru motor, bus, dan lebih-lebih truk
Sore hari badanku jadi kotor, hitam dan dekil oleh
asap, dan juga sakit dan capek yang luar biasa,
“Hujan, mandikan aku dong!”
Model 9
Tahun yang lalu aku jadi lantai kantor pengadilan
Setiap pagi aku dipel dengan cairan deterjen berwarna
biru
Setiap hari aku diinjak-injak hakim, jaksa, dana
apesakitan
Sepatu mereka berbunyi gluduk-gluduk-gluduk
Dan fajar sampai matahari tenggelam, dari langit samarsamar
sampai hitam aku diinjak-injak, pegal badanku luar biasa.
LATIHAN KESEMBILAN:
SAMBIL MENDENGARKAN MUSIK
1. Siapkan pita rekaman atau CD untuk diperdengarkan kepada
siswa di kelas. Pilihlah musik instrumentalia (tanpa penyanyi)
klasik, pop, dangdut, keroncong, rock, jazz, flamenco, gendang
Afrika, kicau burung, deru kereta api, ombak lautan dsb.
2. Perdengarkan pita rekaman atau CD itu selama 20’ dan mintalah
siswa untuk memusatkan pikiran, mendengarkan dengan mata
tertutup..
3. Sesudah itu, tanyai siswa citra-citra apa yang
menyusup dalam relung mereka. Kota mana? Negara
apa? Benua mana? Manusia seperti apa? Alam mana?
Peristiwanya bagaimana? Cuacanya seperti apa?
Warnanya? Emosi macam bagaimana? Semua itu
bahan untuk dituliskan menjadi puisi
4. Perdengarkan musik yang lain selama 20’ dan mintalah
siswa untuk menulis puisi.
5. Pada tahap ini,, siswa bebas untuk menentukan
menulis puisi dengan cara yang mana saja.
Apakah
akan memulai dengan aku ingin … ; aku bermimpi
… ; kutemukan … , fantasi tak masuk akal;
6. Unsur-unsur warna, bunyi, manusia, tempat,
dan alam, semestinya sudah secara otomatis
dituliskan, tidak perlu dipikir-pikirkan lagi.
7. Guru membacakan model.
8. Sesudah 20’ puisi dikumpulkan.
9. Pilihlah puisi yang bagus menurut versi guru.
10. Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 10
Suasana kafe pojok jalan suatu malam yang
hangat bersahabat
Kerdip lampu merah, kuning, biru menyala
bergantian, membuat suasana hangat
berkeringat
Irama menghentak-hentak, pinggang goyangbergoyang
Tubuh semua orang serasa layang-melayang.
Model 11
Di pesta besar ini, satu porsi seratus ribu rupiah
Musik bising Pepito Cha Cha dan Kopi Dangdut pula
Ikan patin, dendeng balado, nasi bali dan spaghetti italia
Bertebaran di atas meja sepuluh meter panjangnya
Sampaikah ke kamp pengungsi saudara kita
Yang lima ratus ribu banyaknya, tak makan, tak bersuara?
Selamat mencoba, yakinlah
bahwa setiap huruf yang
terkatakan dan tertuliskan tak
kan pernah sia-sia. Semuanya
akan menjadi pernik catatan
sejarah kehidupan kita,
betapapun sederhananya
ANWAR EFENDI
FBS UNY
Griya Purwo Asri E-340
Purwomartani Kalasan Sleman
08122720889 – (0274) 4395706
EMPAT POKOK
BAHASAN
Elemen Puisi
Modal Menulis Puisi
Model Menulis Puisi
Praktik Menulis Puisi
ELEMEN-ELEMEN
PUISI
PENGANTAR
• Bahasa adalah media pengucapan karya sastra
• Poetry is the best word in the best order (puisi
adalah kata-kata terbaik dalam susunan yang
terbaik
• Bahasa dalam sastra tidak sekadar media, tetapi
juga tujuan
• Penyair bergelut dengan bahasa dan tidak
sekadar menjumput kata-kata begitu saja
• Kata-kata adalah segalanya dalam puisi
• Kata-kata sebagai penghubung ide, intuisi, dan
imaji antara pembaca dan penyair
Bahasa Keilmuan
• Bersifat mengajar (to
teach)
• Murni denotatif
• Korespondensi tanda
dan arti
• Sistem tanda
(matematika/logika)
• Ragam resmi
• Meniadakan nada
personal
Bahasa Sastra
• Bersifat menggerakkan
(to move) perasaan
• Tidak hanya menerangkan, juga ekspresif
• diresapi air peristiwa
sejarah, kenangan
• Mengandung asosiasi
• Penuh homonim dan
bersifat personal
• Simbolisasi bunyi
ELEMEN-ELEMAN
PEMBENTUK PUISI
Struktu Fisik
(Bentuk/Metode)
•
•
•
•
Diksi
Citraan (Imaji)
Kata Konkret
Bahasa Figuratif
(Majas)
• Versifikasi
• Tipografi
Struktur Batin
(Makna/Hakikat)
•
•
•
•
Tema
Nada
Perasaan
Amanat
DIKSI
• Diction (pilihan kata)
• Choise and use of words
• Kemampuan membedakan secara tepat nuansanuansa makna sesuai gagasan yang akan
disampaikan
• Kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai denagn situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh banyaknya penguasaan
sejumlah
CITRAAN
• Bahasa yang mampu membangkitkan gambaran
angan, gambaran pikiran, kesan mental atau
bayangan visual
• Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan, menarik
perhatian
• Imaji berguna untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran
• Ide-ide abstrak dalam puisi dikonkretkan dengan
menggunakan alat-alat keindraan
• Ide-ide yang semula abstrak dapat ditangkap
atau seolah-olah dapat dilihat, didengar, dicium,
diraba, dan dipikirkan
JENIS CITRAAN
• Citraan Penglihatan: dihasilkan dengan
memberi rangsangan indra penglihatan,
berupa sumber dan kualitas cahaya
• Citraan Pendengaran: dihasilkan dengan
menyebutkan atau menguraikan sumber
dan kualitas bunyi
• Citraan Penciuman: dihasilkan dengan
menyebutkan dan menguraikan sumber
dan kualitas bau
• Citraan Pencecapan: dihasilkan dengan
menyebutkan dan menguraikan sumber dan
kualitas rasa
• Citraan Perabaan: berupa rangsangan kepada
perasaan atau sentuhan, biasanya berupa
kualitas dan permukaan bahan
• Citraan Pikiran: dihasilkan oleh adanya
asosiasi dan analogi pikiran
• Citraan Gerak: dihasilkan dengan cara
menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal
yang tidak bergerak menjadi bergerak
KATA KONKRET
• Kata-kata yang digunakan penyair untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau
suasana batin dengan maksud membangkitkan
imaji pembaca
• Kata-kata diupayakan agar dapat menyaran
kepada arti yang menyeluruh
• Kata konkret merupakan syarat atau sebab
terjadi pencitraan (pengimajian dalam puisi)
• Dengan kata konkret pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau
keadaan yang dilukiskan penyair
Beberapa Contoh
• Pengemis/gembel: gadis kecil berkaleng
kecil daripada gadis peminta-minta
• Dunia penuh kemayaan: hidup dari
kehidupan angan-anagn yang gemerlapan
• Kedukaan: bulan di atas itu tak ada yang
punya // kotaku hidupnya tak punya tanda
• Penuh dosa: aku hilang bentuk/ remuk
• Perjalanan ke surga: kuketuk pintu langit
Bahasa Figuratif
• Bahasa yang mempergunakan kata-kata yang
susunan dan artinya sengaja disimpangkan
• Bentuk penyimpangan dari bahasa normatif,
baik dari segi makna maupun rangkaian katakatanya
• Bertujuan untuk mencapai efek estetis,
kesegaran dan kekuatan ekspresi
• Memudahkan pembaca dalam menikmati
sesuatu yang disampaikan penyair
Kategori Bahasa Figuratif
• Kategori Perbandingan
a. Simile: perbandingan bersifat eksplisit,
dengan kata-kata pembanding langsung
Contoh: bagai, laksana, seperti, bak
b. Metafora: perbandingan dua benda atau
hal secara implisit, tanpa kata
pembanding ekplisit
Contoh: kami kejar cahaya, tatkala
bertiup sepi
Kategori Perwakilan
a. Sinekdoki: menyebutkan suatu bagian penting
dari suatu benda atau hal untuk benda atau
hal itu sendiri, sebagian untuk keseluruhan
(pars pro toto), keseluruhan untuk sebagian
(totem pro parte)
b. Metonimia: pemindahan istilah atau nama
suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda
lainnya yang mempunyai kaitan rapat
Pengertian yang satu dipergunakan sebagai
pengganti pengertian lain karena adanya
unsur-unsur yang berdekatan
Kaitan itu karena: hubungan kausalitas, logika,
hubungan waktu dan ruang
Kategori Pemberian Ciri Insani
• Personifikasi: mempersamakan benda
atau hal dengan manusia
Benda atau hal yang digambarkan dapat
bertindak dan mempunyai kegiatan seperti
manusia
Benda atau hal yang bernyawa seolaholah memiliki sifat kemanusiaan
VERSIFIKASI
• Versifikasi berkenaan dengan karakteristik karya puisi,
yakni persajakan
• Versifikasi meliputi: (a) ritma, (b) rima, dan (c) metrum
• Ritma (rhythm), yaitu pergantian turun naik, keras
lembut, panjang pendek, tinggi rendah ucapan bunyi
bahasa dengan teratur
• Rima (rhyme), yakni pengulangan bunyi dalam baris
atau larik, berupa aliterasi, asonansi, persamaan bunyi
awal/tengah/akhir
• Metrum adalah irama yang tetap menurut pola tertentu,
karena (i) jumlah suku kata, (ii) tekanan yang tetap, dan
(iii) alunan suara menaik dan menurun tetap
TIPOGRAFI
• Tipografi berkenaan dengan bentuk lahir, yang
langsung dikenali
• Pembeda (sementara) antara puisi dan
prosa/drama
• Baris-baris puisi tidak selalu di awali dari tepi kiri
dan berakhir di tepi kanan
• Mengenal adanya enjabement (lompatan baris)
• Baris kata atau kalimat dalam puisi membentuk
periodisitet yang disebut bait
TEMA
•
•
•
•
Sesuatu yang menjadi pikiran pengarang,
Sesuatu yang menjadi dasar bagi penulisan puisi
Dapat berupa “segala permasalahan hidup”
Permasalahan tersebut disusun dan diperkaya
dengan ide, gagasan, cita-cita, dan sikap
(pendirian) penyair
• Dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan
penyair, juga terbayang pandangan hidup
penyair, bagaimana penyair melihat
permasalahan ang dipikirkannya itu
• Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi
yang ditulisnya
NADA
• Sikap penyair kepada pembaca
• Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi
bersikap menggurui, menasehati,
mengejek, menyindir kepada pembaca
• Adakalanya penyair hanya bersikap lugas,
sekedar menceritakan sesuatu
• Adakalnya penyair hanya bersikap “mainmain”
SUASANA
• Suasana adalah keadaan jiwa pembaca
setelah membaca puisi
• Artinya, sebuah puisi dapat membawa
akibat psikologis pada pembacanya
• Akibat psikologis ini terjadi karena nada
yang dituangkan penyair dalam puisi
AMANAT
• Amanat atau tujuan adalah hal-hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya
• Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan
di balik tema yang diungkapkan
• Dalam puisi tema berkaitan dengan arti, sedangkan
amanat berkaitan dengan makna karya sastra
• Arti puisi bersifat kias, subjektif, dan umum
• Makna berhubungan dengan individu, konsep
seseorang, situasi, tempat penyair
mengimajinasikan puisinya
MODAL
MENULIS PUISI
MODAL MENULIS PUISI
• FAKTA EMPIRIK (event)
• FAKTA INDIVIDUAL (momentum)
• FAKTA IMAJINATIF (kontemplatif)
Bagaimana cara memberi makna pada setiap
pengalaman?
Salah satu caranya
“memutus rutinitas”
memberi “makna” pada
setiap pengalaman
Jika ingin bisa
menulis puisi,
sebaiknya Anda
jatuh cinta dulu ....?
HUMANISME
• Cinta Kasih
• Keindahan
• Penderitaan
• Keadilan
• Tanggung Jawab
• Pandangan Hidup
• Harapan
• Kecemasan
LATIHAN
MENULIS
PUISI
Pengantar
• Kata orang kalau kita mau belajar melukis, maka menurut
cara Barat kita harus belajar garis dan bentuk dulu,
kemudian anatomi, perspektif, warna dan sebagainya
menurut urut-urutan yang sesuai dengan pendirian guru
yang mengajar.
• Konon di Cina pada zaman dahulu tidak demikian halnya.
• Orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi sebuah
lukisan yang sudah jadi dan baik.
• Biasanya lukisan itu dibuat oleh seorang master, yaitu
orang yang ahli melukis yang terkenal.
• Calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi, sebisabisanya, semirip mungkin.
• Sesudah sepuluh-duapuluh kali mencoba, sang calon akan
mendapat master baru untuk ditiru.
• Metode ini biasanya dinamakan copy the master, yang
artinya meniru lukisan seorang ahli.
• Metode ini menuntut banyak latihan sesuai dengan master
( sebut saja contoh) yang diberikan.
• Model-model ini harus dibacakan terlebih dulu dan dilihat
apakah unsur-unsurnya sudah ada ataukah belum, baru
sesudah itu siswa disuruh menulis.
• Tentu saja yang dituliskan tidak persis seperti modelnya:
ini namanya menyalin, menjiplak, atau bahkan membajak.
• Dalam latihan menulis itu yang di-copy adalah ‘unsurunsurnya’, ‘idenya’, atau bahkan ‘teknik’ dan ‘caranya
LATIHAN SATU: KEINGINAN
• Setiap kita manusia pasti mempunyai banyak keinginan,
baik keinginan yang dapat dijangkau maupun yang tidak
terjangkau oleh kemampuan kita.
• Pada acara-acara tertentu, misalnya pada acara pesta
atau perayaan ulang tahun, kita mengungkapkan
keinginan-keinginan kita.
• Dan semua yang hadir dalam acara itu turut mendo’akan
demi terkabulnya keinginan kita itu.
• Nah, pada kesempatan ini mintalah siswa untuk
menuangkan keinginannya dalam bentuk puisi.
Caranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Siswa menulis minimal satu baris, maksimal tiga baris
puisi.
Baris puisi itu dimulai dengan aku ingin …
Masukkan ke dalam baris itu:
a. sebuah warna
b. seorang manusia,
c. sebuah tempat (jalan, desa, kota, negara, benua)
Guru membacakan model.
Waktu menulis 10’ (menit)
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru membacakan semua puisi yang dibuat siswa
secara berurutan.
Nah, demikianlah puisi itu telah jadi, yaitu puisi
gabungan atau puisi bersama yang dibuat oleh siswa.
Model 1
• Aku ingin menjadi switer ketat warna merah
kalau hari dingin aku dipakai cewek cantik untuk
menghangatkan badan dan dibawa jalan-jalan
ke puncak.
• Aku ingin menjadi penerjun melompat dari
ketinggian 3.000 meter dengan payung udara
biru tua dan mendarat tepat di pekarangan
bagian depan rumah calon mertua.
LATIHAN KEDUA: SIMILE
•
•
•
•
•
•
Kalau kita menerangkan sesuatu kepada seseorang, lalu seseorang
itu tidak mengerti-mengerti juga, apa yang kita lakukan agar orang
itu mengerti?
Kita akan menggunakan perbandingan antara sesuatu itu dengan
sesuatu yang lain yang sudah diketahuinya bukan?
Perbandingan itu disebut juga simile.
Perbandingan dalam puisi sama dengan perbandingan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bedanya, perbandingan dalam puisi tidak hanya diterapkan antara
sesuatu yang belum diketahui (abstrak) dengan sesuatu yang
sudah diketahui (kongkret), tetapi lebih sering digunakan
sebaliknya, yaitu untuk membandingkan sesuatu yang kongkret
dengan sesuatu yang abstrak.
Perbandingan dalam puisi juga bisa diterapkan antara sesuatu yang
abstrak dengan sesuatu yang abstrak lainnya.
•
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nah pada kesempatan ini mintalah siswa untuk
membuat puisi yang berisi simile.
Caranya adalah:
Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
Siswa menulis puisi antara yang panjangnya 4 – 7
baris.
Pada setiap baris ada simile, misalnya:
a. seperti, b. mirip, c. bagai, d. laksana
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit)
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 2
Gugus awan di langit putih bagai kapas
Mendung berarak-arakan seperti kambing
digiring ke kandang
Gunung berhamburan laksana kapas yang
beterbangan
Wajahnya mirip anak kecil dengan kaleng
kecil yang kujumpai di stasiun kereta.
LATIHAN KETIGA: BUNYI
•
Kalau telinga kita normal, setiap hari kita
mendengar apa saja, bukan?
• Nah, kali ini suruhlah siswa untuk memasukkan
bunyi-bunyi itu dalam puisi mereka buat.
• Caranya ialah:
1. Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
2. Siswa menulis puisi 4-7 baris.
3. Pada setiap baris ada bunyi.
3. Bunyi itu boleh berasal dari: benda,
hewan, mesin, instrumen musik, apa
saja yang mungkin mengeluarkan bunyi
4. Waktu menulis 20’ (menit).
5. Kertas dikumpulkan pada guru.
6. Pilihlah puisi yang bagus yang dibuat
siswa menurut versi guru.
7. Guru/ siswa membacakan puisi yang
bagus di depan kelas.
Model 3
Nang ning nung ning nang ning nung suara
nenekku menghibur adik,
Sebutir kelereng digelindingkan adik masuk ke
kolam dan berbunyi plung.
Seekor kucing terkejut dan lari bagai kilat miaaau!
Bam! Bam! Bam! Morter ditembakkan ke sebuah
gedung berlantai enam.
LATIHAN KEEMPAT: ALAM
•
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kita ini hidup di alam, bukan? Ada berapa banyak benda-benda di
alam ini? Coba mintalah siswa untuk menggambarkan dengan
kata-kata tentang benda alam itu.
Caranya adalah:
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Tulis puisi antara 4-7 baris.
Pada setiap baris ada kata: (pilih salah satu) gunung, bukit, laut,
danau, langit, awan, sungai, dan semacamnya, sebuah warna,
manusia
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit)
Kertas dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi terbaik.
Guru/siswa membacakan puisi terbaik itu di depan kelas.
Model 4
Danau yang luas itu terbentang biru,
Sungai keluar dari ujung danau yang
berhutan hijau,
Awan berarak putih terang, berhenti di atas
curamnya jurang,
Kini aku meluncur jadi angin, tanpa warna
dan dingin.
LATIHAN KELIMA:
MIMPI
• Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka
bermimpi?
• Sering bukan?
• Bagaimana mimpi mereka itu: indah,
menyenangkan, buruk, menakutkan,
menyeramkan?
• Mengapa tidak kita suruh saja mereka
menuangkan mimpinya dalam bentuk puisi?
•
Caranya:
1.
2.
3.
4.
Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
Tulis puisi antara 4-7 baris.
Puisi itu dimulai dengan Aku bermimpi …
Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, bunyi,
manusia, nama tempat
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit).
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakan puisi yang bagus di depan
kelas
5.
6.
7.
8.
9.
Model 5:
Aku bermimpi sebuah sikat gigi warna ungu menggosok-gosok
mulutku
supaya terbuka srek-srek-srek, usrek-usrek-usrek
Ketika bangun pagi hari, aku pergi ke kamar mandi
Sikat gigiku tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya tersesat dalam mimpiku dan tak
bisa kembali
Aku bermimpi seluruh RT/RW-ku di malam hari berwarna putih salju,
Terdengar ada tetangga yang bermain kecapi Cianjuran,
Berkata Hansip tetangga kami, „Wah, klining-klining itu merdu sekali.“
Di dalam mimpi itu aku lalu bermimpi tentang kecapi lagi.
LATIHAN KEENAM:
FANTASI TAK MASUK AKAL
• Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka
mengkhayalkan sesuatu? Pasti pernah, sebab tanpa
khayalan hidup ini menjadi tidak kreatif.
• Konon, sebelum akhirnya manusia benar-benar dapat
menginjakkan kakinya di bulan diawali lebih dulu dengan
berkhayal bagaimana caranya untuk sampai ke bulan.
Lalu diciptakanlah pesawat apolo.
• Pada kesempatan ini mintalah siswa untuk berkhayallah
tentang sesuatu yang tak masuk akal. Dan khayalan itu
dituangkan dalam bentuk puisi.
•
Caranya:
1.
2.
3.
4.
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Mulailah menulis puisi antara 4-7 baris.
Puisi dimulai dengan dengan kutemukan …
Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, hewan/benda,
alam
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit).
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakan puisi yang bagus di depan
kelas.
5.
6.
7.
8.
9.
Model 6
Kutemukan buaya menggigit kaki gunung
Gunung itu menjerit kesakitan
Lalu hujan turun menyerakkan kebocoran tiga ribu
botol sampho
Gunung pun kedinginan dan awan putih
membelit lehernya.
LATIHAN KETUJUH:
METAFOR
• Masih ingat simile?
• Metafor ini perbandingan juga, tetapi tidak
menggunakan kata pembanding, seperti, bagai,
mirip dsb.
• Karena tidak menggunakan kata pembanding
inilah, metafor dinamakan juga perbandingan
tidak langsung.
• Caranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Siswa menyiapkan selembar kertas.
Mulailah menulis puisi antara 4-7 baris.
Setiap baris ada metafor menggunakan kata adalah …
Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, hewan/benda,
alam, tempat
Guru membacakan model.
Waktu menulis 20’ (menit).
Puisi dikumpulkan pada guru.
Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 7
Gerimis yang turun dari langit adalah bening air mata
pengungsi korban stunami yang malang nasibnya,
Awan putih di lereng bukit adalah bantal unggas yang
kelelahan setelah terbang panjang seharian,
Samudera Pasifik yang biru adalah akuarium Tuhan
yang amat indah,
Hari depanku adalah kepalaku di mulut buaya hitam
menganga yang siap mengatup kapan saja.
LATIHAN KEDELAPAN:
MENJELMA HEWAN, MENJELMA BENDA
•
Tanyakan kepada siswa, pernahkah sewaktu kecil mereka bermain
pasar-pasaran dengan teman kecilnya? Waktu itu mereka berpurapura sebagai penjual atau pembeli, bukan? Nah, kalau mereka bisa
menjadi pembeli atau pembeli, mereka juga bisa menjadi yang lain,
bukan?
• Sekarang mintalah mereka untuk berpura-pura menjadi hewan
(maaf jangan marah, ya) atau menjadi benda. Kalau mereka
kesulitan, suruh mereka memejamkan mata beberapa saat,
mengosongkan pikiran, menanggalkan diri, dan menjadi hewan
atau benda.
• Apa yang mereka rasakan atau mereka alami selama menjelma
menjadi hewan atau benda itu? Mintalah mereka untuk
menuangkan pengalaman yang ‘indah’ itu dalam puisi.
•
Caranya:
1. Siswa menyiapkan selembar kertas.
2. Siswa mulai menulis puisi antara 4-7 baris.
3. Di dalam puisi itu mereka seakan-akan menjelma menjadi hewan
(semut, lebah, kucing, gajah, kuda, harimau dsb.) atau menjadi
benda (pencil, terompet, mobil, TV, pistol, kapal terbang dsb.)
4. Di dalam puisi itu ada nama seekor hewan atau sebuah benda.
5. Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, bunyi, manusia, tempat,
alam
6. Guru membacakan model.
7. Waktu menulis 20’ (menit).
8. Puisi dikumpulkan pada guru.
9. Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
10. Guru/siswa membacakannya di depan kelas
Model 8
Minggu yang lalu aku menjadi tanaman di tepi
jalan kota
Pagi buta kupanggil embun untuk membasuh
badanku, hijaulah aku
Siang sedikit banyak orang yang lalu lalang
Karena senangnya dijewerlah daun telingaku
dipatahkan ranting tanganku
Aku menangis
Telingaku juga bising oleh ngong, ngong, ngong
tat, tit, tut, deru motor, bus, dan lebih-lebih truk
Sore hari badanku jadi kotor, hitam dan dekil oleh
asap, dan juga sakit dan capek yang luar biasa,
“Hujan, mandikan aku dong!”
Model 9
Tahun yang lalu aku jadi lantai kantor pengadilan
Setiap pagi aku dipel dengan cairan deterjen berwarna
biru
Setiap hari aku diinjak-injak hakim, jaksa, dana
apesakitan
Sepatu mereka berbunyi gluduk-gluduk-gluduk
Dan fajar sampai matahari tenggelam, dari langit samarsamar
sampai hitam aku diinjak-injak, pegal badanku luar biasa.
LATIHAN KESEMBILAN:
SAMBIL MENDENGARKAN MUSIK
1. Siapkan pita rekaman atau CD untuk diperdengarkan kepada
siswa di kelas. Pilihlah musik instrumentalia (tanpa penyanyi)
klasik, pop, dangdut, keroncong, rock, jazz, flamenco, gendang
Afrika, kicau burung, deru kereta api, ombak lautan dsb.
2. Perdengarkan pita rekaman atau CD itu selama 20’ dan mintalah
siswa untuk memusatkan pikiran, mendengarkan dengan mata
tertutup..
3. Sesudah itu, tanyai siswa citra-citra apa yang
menyusup dalam relung mereka. Kota mana? Negara
apa? Benua mana? Manusia seperti apa? Alam mana?
Peristiwanya bagaimana? Cuacanya seperti apa?
Warnanya? Emosi macam bagaimana? Semua itu
bahan untuk dituliskan menjadi puisi
4. Perdengarkan musik yang lain selama 20’ dan mintalah
siswa untuk menulis puisi.
5. Pada tahap ini,, siswa bebas untuk menentukan
menulis puisi dengan cara yang mana saja.
Apakah
akan memulai dengan aku ingin … ; aku bermimpi
… ; kutemukan … , fantasi tak masuk akal;
6. Unsur-unsur warna, bunyi, manusia, tempat,
dan alam, semestinya sudah secara otomatis
dituliskan, tidak perlu dipikir-pikirkan lagi.
7. Guru membacakan model.
8. Sesudah 20’ puisi dikumpulkan.
9. Pilihlah puisi yang bagus menurut versi guru.
10. Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 10
Suasana kafe pojok jalan suatu malam yang
hangat bersahabat
Kerdip lampu merah, kuning, biru menyala
bergantian, membuat suasana hangat
berkeringat
Irama menghentak-hentak, pinggang goyangbergoyang
Tubuh semua orang serasa layang-melayang.
Model 11
Di pesta besar ini, satu porsi seratus ribu rupiah
Musik bising Pepito Cha Cha dan Kopi Dangdut pula
Ikan patin, dendeng balado, nasi bali dan spaghetti italia
Bertebaran di atas meja sepuluh meter panjangnya
Sampaikah ke kamp pengungsi saudara kita
Yang lima ratus ribu banyaknya, tak makan, tak bersuara?
Selamat mencoba, yakinlah
bahwa setiap huruf yang
terkatakan dan tertuliskan tak
kan pernah sia-sia. Semuanya
akan menjadi pernik catatan
sejarah kehidupan kita,
betapapun sederhananya