Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band "Surga Cinta" pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi'iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh: Vera Aditia Susanti NIM 1110013000021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

i

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing Drs. Cecep Suhendi, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa catatan lapangan, wawancara dengan guru, dan penilaian keterampilan menulis puisi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media lagu Ada Band “Surga Cinta” dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang dari pratindakan sampai pascatindakan siklus II. Pada awal pratindakan, siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran dan cenderung bosan. Setelah dilakukan tindakan, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada guru. Selain itu, siswa menjadi lebih berani mengungkapkan pertanyaan dan pernyataan serta berani menjawab pertanyaan dari guru. Proses pembelajaran yang lebih menyenagkan mampu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dan berdampak positif pada hasil puisi siswa. Hal ini ditunjukkan oleh hasil tes praktik menulis puisi dari pratindakan sampai pascatindakan siklus II yang terus mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang telah mengalami peningkatan.


(5)

ii

University, Jakarta. Advisor Drs. Cecep Suhendi, M.Pd.

The research aimed to describe the increase in skill to write poetry in grade VIII of MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat using the media song popular artist of Ada Band “Surga Cinta”.

The method use in this research is action research method. The research consisted of two cycles. Each cycle consists of four stages, the planning, implementation, observation, and reflection. Data collection techniques used in the form of observation, interview with teacher, poetry writing skill assessment, and evaluation of materials poetry. Data was analyzed by descriptive qualitative with quantitative data supported.

The result of this research indicate that the use of the media song popular artist of Ada Band “Surga Cinta” to improve the skills of writing poetry in grade VIII of MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang a from pre-action to post-action. At the start of pre-action, students aren’t spirit of the learning process and tend to get bored. In the post-action stage, students are more enthusiastic in participating in the learning process. Students become more independent and not rely on teacher. In addition, students become more daring to question and statement and dare to answer question from the teacher. Learning process more fun can improve students’s interest towards learning to write poetry and positive impact on the result poem written by students. This is shown by the result of the practice test writing poetry from pre-action to post-action that continue to increase. It can be concluded that the skill to write poetry in grade VIII of MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang has increased.


(6)

iii

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Lagu Ada Band “Surga Cinta” pada Peserta Didik Kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang”.

Dengan diselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakara;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., ketua jurusan dan dosen penasihat akademik, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi dalam menyelesaikan skripsi ini;

3. Cecep Suhendi, M.Pd., dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini; 4. Dra. Hindun, M.Pd., sekretaris jurusan, yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama penulis belajar;

6. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Tarbiyah yang telah mempermudah penulis mencari referensi;

7. Moh. Husni Thamrin, S.Sos, kepala MTs Nur Asy-Syafi’iyah Rempoa, yang telah membantu memudahkan penulis melakukan penelitian; Yuyun Sufitri, S.Pd., guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam emnyelesaikan penelitian;

8. Ayah dan Ibuku tercinta, yang telah menaruh harapan besar dan selalu berdoa demi selesainya skripsi ini; serta seluruh keluargaku yang kucintai;


(7)

iv

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya.

Jakarta, 10 Juli 2014


(8)

v LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK……….…i

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL………....viii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ………...………..6

BAB II LANDASAN TEORI...7

A. Hakikat Keterampilan Menulis Puisi...7

1. Pengertian Keterampilan Menulis Puisi...7

2. Hakikat Menulis Kreatif………...8

3. Hakikat Puisi ...9

B. Hakikat Media Pembelajaran...24

1. Pengertian Media Pembelajaran...24

2. Ciri-ciri Media Pendidikan...25

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran...26

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran………...28

5. Klasifikasi Media Pembelajaran...31

C. Lagu Sebagai Media Pembelajaran...33


(9)

vi

C. Subjek dan Objek Penelitian………...39

D. Sumber dan Jenis Data………...39

E. Tinjauan Pustaka………....40

F. Prosedur Penelitian………....42

G. Teknik Pengumpulan Data...45

H. Instrumen Penelitian………...46

I. Instrumen Penilaian………46

J. Teknik Analisis Data………..…48

K. Kriteria Keberhasilan Tindakan………...49

L. Hipotesis Penelitian………49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...50

A. Deskripsi Setting Penelitian...50

B. Hasil Penelitian...53

1. Informasi Awal Peserta Didik dalam Menulis Puisi (Tahap Pratindakan)………..………...53

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas………..56

3. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Peserta Didik dengan Menggunakan Media Lagu Ada Band “Surga Cinta”………….…....65

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….66

1. Informasi Awal Peserta Didik dalam Menulis Puisi (Tahap Pratindakan)………...67

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Media Lagu Ada Band “Surga Cinta”……….68


(10)

vii

DAFTAR PUSTAKA...82 LAMPIRAN


(11)

viii

Tabel 3 Rombongan Belajar……….…..52

Tabel 4 Tingkat Keterampilan Menulis Puisi Tahap Pratindakan………..55

Tabel 5 Tingkat Keterampilan Menulis Puisi Siklus I………..………..59

Tabel 6 Tingkat Keterampilan Menulis Puisi Siklus II…………...64

Tabel 7 Perbandingan Skor Keterampilan Menulis Puisi dari Pratindakan hingga Pascatindakan Siklus II……….……….66


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Keterampilan menulis adalah salah satu dari empat jenis keterampilan berbahasa. Keterampilan ini sangat penting bagi pengembangan diri siswa, baik untuk melanjutkan studi ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat. Keterampilan menulis memungkinkan mereka mengkomunikasikan isi jiwa, penghayatan, dan pengalaman kepada berbagai pihak.

Keterampilan menulis merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan memakai bahasa tulisan yang baik sesuai kaidah kebahasaan. Terkait dengan menulis sebagai salah satu aspek berbahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas VIII MTs, siswa dituntut untuk mampu mengorganisasikan pemikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai bentuk tulisan baik sastra maupun non sastra. Salah satu tulisan dalam ranah sastra adalah puisi.

Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah menulis puisi. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas merupakan Standar Kompetensi dalam menulis untuk siswa kelas VIII MTs. Menulis puisi merupakan suatu keterampilan menulis sastra yang kegiatannya memaparkan isi jiwa, pengalaman, dan penghayatan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya. Tingkah laku yang termasuk dalam keterampilan menulis puisi, antara lain keterampilan memilih ide, keterampilan menggunakan bahasa menurut kaidah yang benar, dan keterampilan memilih dan menggunakan kosakata, ungkapan, dan gaya bahasa yang tepat dan menarik.

Berangkat dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa keterampilan menulis puisi merupakan pembelajaran yang harus dikuasai siswa. Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat puisi, tetapi juga mencermati pemilihan diksi, dan


(13)

memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat puisi yang menarik untuk dibaca.

Keterampilan menulis puisi bukan keterampilan yang dapat diwariskan, tetapi hasil proses belajar dan berlatih. Keadaan dan kualitas keterampilan menulis setiap orang tidak sama. Seseorang yang mempunyai rasa seni yang kental akan menggunakan karya seni itu sebagai medium komunikasi untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada pencintanya. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai medium untuk mengungkapkan makna. Makna tersebut diungkapkan melalui sistem tanda yakni tanda yang memiliki arti. Bahasa dalam karya sastra merupakan lambang yang punya arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat atau ditentukan oleh konvensi masyarakat.

Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Puisi juga banyak mengandung nilai dan keindahan khas yang akan terungkap jika kita mampu memahaminya dengan baik dan benar. Menulis puisi merupakan sebuah kenikmatan seni sastra. Dari dulu hinggga sekarang karya sastra puisi digemari oleh masyarakat, karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu selalu meningkat, maka corak, sifat, dan bentuk puisi selalu berubah, mengikuti perkembangan selera. Sekarang wujud puisi semakin kompleks sehingga siswa kelas VIII MTs merasa sulit untuk menulis puisi. Menulis puisi merupakan salah satu proses pengungkapan isi jiwa yang berlangsung pada diri siswa sehingga membutuhkan proses belajar dan pembentukan yang terus- menerus. Dalam hubungan ini, pengajaran menulis membina siswa agar mereka memiliki keterampilan menulis yang baik. Keberhasilan pengajaran menulis ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa sendiri, seperti minat, perhatian, dan kematangan jiwa, dan faktor dari luar siswa, seperti lingkungan sekitarnya, metode dan media yang digunakan oleh pendidik. Kedua faktor tersebut perlu dibina dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya agar dapat dimanfaatkan dengan tepat


(14)

untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu keterampilan menulis puisi bagi siswa.

Pembinaan dan pengembangan keterampilan menulis puisi memerlukan guru yang kreatif dalam menggunakan media. Media pembelajaran merupakan semua bentuk perantara yang dipakai untuk mengintegrasikan tujuan dan isi pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Dalam menentukan media pembelajaran, hal yang perlu diperhatikan tidak saja hanya mengenai penggunaan alat sebagai perantara, tetapi juga kesesuaian jenis media tersebut dengan kondisi perkembangan siswa. Maka, seharusnya pembelajaran menulis puisi dimulai dengan cara dan media yang dapat menarik perhatian siswa. Seorang guru harus cermat dalam memilih apa yang harus diajarkan dan tentang bagaimana cara menyampaikan materi pada jenjang usia tertentu siswa, karena berbeda usia akan berbeda pula kebutuhan, kompetensi dan kemampuan kognitifnya. Salah satu syarat efektif penggunaan media pembelajaran pada siswa kelas VIII MTs yang termasuk ke dalam kategori usia remaja, yaitu dengan menggunakan media yang mengandung unsur seni dan musik.

Salah satu cara yang tepat untuk memotivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengenal dan memahami puisi, yaitu dengan memanfaatkan media lagu. Melalui lagu diharapkan siswa mendapat stimulus positif untuk lebih komunikatif, kreatif dan secara tidak langsung dapat menghafal lirik puisi. Namun, lagu yang disajikan pun harus mempunyai kriteria yang sesuai untuk tujuan pembelajaran, yang terpenting, yaitu menarik minat siswa dan meningkatkan kemampuan serta hasil belajar siswa dalam menciptakan puisi. Penulis menggunakan lagu Ada Band Surga Cinta karena band tersebut termasuk band yang popular di kalangan anak-anak dan remaja saat ini. Judul lagu Surga Cinta mengandung bahasa yang puitis dan bertemakan kisah cinta.

Dalam pelaksanaan proses pengajaran menulis di madrasah kelas VIII MTs Yaspina Ciputat, Tangerang, guru memainkan peranan penting. Guru bukan saja sebagai pengarah atau pemandu kegiatan belajar siswa, tetapi juga


(15)

sebagai motivator dan penyedia media yang cocok untuk digunakan oleh siswa. Dalam implementasi pembelajaran bahasa Indonesia di Madrasah banyak ditemukan kesulitan siswa dalam menulis puisi. Banyak siswa mengeluh saat mereka ditugaskan untuk menulis puisi. Hal ini dikarenakan mereka menganggap menulis puisi itu merupakan hal yang sulit dan tidak penting. Kesulitan yang mereka hadapi diantaranya dalam menentukan tema, memilih diksi, dan merangkai kata.

Dalam kenyataannya, keterampilan menulis puisi di kelas VIII MTs Yaspina Ciputat, Tangerang masih rendah., rata-rata kererampilan menulis puisi siswa masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu 58,7. Rendahnya kemampuan menulis puisi disebabkan oleh pembelajaran yang diciptakan dinilai kurang efektif, baik dalam hal metode-metode pengajarannya, strategi yang kurang tepat untuk diberikan kepada peserta didik, maupun teknik-teknik pembelajaran yang dinilai kurang kreatif dan membosankan, tidak semua guru bahasa memiliki kegemaran terhadap menulis puisi, dan sikap berpikir inovatif dan kreatif yang belum tumbuh pada guru sebagai upaya mengembangkan diri.

Beberapa faktor permasalahan di atas, timbul keinginan peneliti untuk menerapkan media lagu dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VIII MTs Yaspina Ciputat, Tangerang, karena pengajaran menulis puisi pada madrasah tersebut masih kurang kreatif, sehingga para siswa kurang bersemangat dalam menciptakan dan menulis puisi. Penggunaan media lagu dalam pembelajaran mampu menciptakan suasana yang menyenangkan, membuat pembelajaran menjadi lebih santai, dan pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Media lagu digunakan sebagai inspirasi untuk memudahkan siswa mengungkapkan perasaannya dalam bentuk puisi. Selain itu, lagu hampir sama dengan puisi, keduanya harus memperhatikan pemilihan kata yang sesuai, mempunyai nilai seni yang dapat mengasah kreativitas. Berdasarkan pemaparan di atas, pembelajaran menulis puisi akan lebih baik lagi jika disajikan dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik, yang menggetarkan perasaan, mampu mewadahi kreativitas peserta


(16)

didik, dan mudah dipahami siswa. Media lagu dalam menulis puisi dipilih dalam penelitian ini disebabkan media dalam pembelajaran menulis puisi selama ini masih kurang efektif, masih kurang mengarahkan seluruh kemampuan siswa dan kurang memperhatikan minat siswa sehingga siswa tidak senang dengan kegiatan menulis puisi. Maka dari itu, saya melakukan

penelitian tentang “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media

Lagu Ada Band “Surga Cinta” pada Siswa kelas VIII MTs Nur

Asy-Syafi‟iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang”. Penggunaan media lagu dalam

keterampilan menulis puisi diharapkan dapat membuat siswa lebih tertarik dalam menuangkan ide dan perasaannya melalui puisi sehingga kegiatan menulis puisi tidak lagi menjadi hal yang membosankan.

B.

Identifikasi Masalah

1. Siswa kurang mendapatkan pelatihan dalam menulis puisi.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam hal pemilihan kata dan gaya bahasa. 3. Guru kesulitan dalam membangkitkan minat menulis siswa.

4. Guru belum mengoptimalkan media yang tepat dalam pembelajaran.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, muncul banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam kajiannya, perlu ada pembatasan masalah penelitian. Dengan demikian, masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi‟iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti, yaitu Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta” pada siswa kelas VIII MTs Nur


(17)

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta” pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi‟iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang.

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis:

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai alternatif bahan ajar di madrasah dalam pembelajaran menulis puisi.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pendukung pemikiran tentang penelitian pendidikan untuk mengembangkan media pembelajaran.

2. Manfaat Praktis: a. Bagi guru:

1) Meningkatkan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. 2) Guru terampil menggunakan model pembelajaran yang variatif. b. Bagi Madrasah:

1) Memberi arah kinerja kepala madrasah dalam memfasilitasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

2) Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah bahwa pembelajaran menulis khususnya menulis puisi dapat menggunakan media lagu sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

c. Bagi Peneliti:

1) Dapat dijadikan sebagai bahan ajar ketika nanti menjadi guru. 2) Dapat mengembangkan kreativitas peneliti untuk terus mencari dan

menemukan media yang lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa.


(18)

1

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Hakikat Keterampilan Menulis Puisi

1.

Pengertian Keterampilan Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis itu sendiri. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan yang lainnya. Keterampilan menulis sudah tentu berhubungan dengan menyimak, berbicara, dan membaca.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat memahami lambang-lambang grafik tersebut”.1 Menulis bukan hanya sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan.

Akhadiah dalam bukunya menjelaskan, “Menulis merupakan suatu

proses aktivitas seseorang dalam menuangkan pikiran, ide-ide, perasaan, dan pendapat. Selain itu, menulis juga merupakan alat komunikasi secara tidak langsung. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.2

Pengertian menulis lainnya diungkapkan oleh Suriamiharja dalam Resmini dan Juanda, yaitu menulis merupakan ''Kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis

1 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1984), h. 21.

2


(19)

adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis''.3

Dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi keduanya demi tercapainya suatu tujuan. Keterampilan menulis merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan memakai bahasa tulisan yang baik sesuai kaidah kebahasaan.

2. Hakikat Menulis Kreatif

Menulis kreatif atau menulis sastra tidak sama dengan menulis laporan, surat dinas, ataupun makalah. Menulis sastra berkaitan dengan pribadi kreatif, karena dalam menulis sastra harus ada nilai seni dan kegunaan yang terkandung di dalamnya.

The Oxford English Dictionary Online dalam Masri Sareb Putra, creative writing dipahami sebagai tulisan yang mengandung dimensi imaginasi dan intelegensi sekaligus: “…imaginative; exhibiting imagination as well as intellect, and thus differentiated from the merely critical, „academic‟, journalistic, professional, mechanical, etc., in literary or artistic production”.4

Maksudnya, menulis kreatif merupakan tulisan yang mengandung dimensi imaginasi dan intelegensi yang menunjukkan kecerdasan dalam hal mengkritik, akademik, jurnalistik, dan lain-lain dalam sastra.

Menulis puisi merupakan salah satu kegiatan yang menunjukkan kreativitas. Menulis kreatif berhubungan dengan memberanikan siswa untuk mengungkapkan ide, dan perasaan mereka dalam mengomentari sebagian pikiran peserta didik yang jarang mereka gunakan. Menulis kreatif puisi adalah suatu proses penciptaan karya sastra yang merupakan bentuk curahan pengalaman.

3

Novi Resmini dan dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 31.

4


(20)

3. Hakikat Puisi

Puisi sebagai bagian dari karya sastra, tentunya banyak mengandung nilai dan keindahan khas yang akan terungkap jika kita mampu memahaminya dengan baik dan benar. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. “Definisi sastra dapat dibatasi pada “mahakarya” (great books), yaitu buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya. Dalam hal ini, kriteria yang dipakai adalah segi estetis, atau nilai estetis yang dikombinasikan dengan nilai ilmiah”.5

Luxemburg dalam Siswanto menyatakan, “Puisi adalah teks-teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur”.6 Maksud dari pendapat tersebut ialah isi dari puisi bukan semata-mata merupakan sebuah cerita, tetapi merupakan ungkapan perasaan.

James Smith dalam Handayani menyatakan, “Poetry is the “distillation of the essence of being”. At its best, poetry honours the subjective experience of the individual, and presents it in a manner that is

“metaphorically generalizable”.7

Maksudnya puisi merupakan pengalaman subjektif individu dan menyajikannya ke dalam sebuah cara penggenaralan metafor. Dengan kata lain, puisi merupakan karya sastra berdasarkan pengalaman subjektif individu dengan menggunakan bahasa kias.

Pendapat lain menyatakan, “Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif)”.8 Dalam puisi, penyair memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi dan kata-kata dalam puisi juga singkat dan padat namun memiliki makna yang luas.

W.H Auden dalam Wulandini mengatakan:

5 Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 12.

6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 107. 7Ratih Kanthi Handayani, “Pengaruh Media Pembelajaran Lagu Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Ditinjau Dari Pemahaman Bahasa Figuratif: Eksperimen pada Siswa Kelas 10 SMA

N 1 Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011,” (Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2011), h. 7.


(21)

Poetry makes nothing happen. Maksudnya puisi dapat membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Sesuatu yang tidak mungkin teripikrkan oleh kita, menjadi ada dan bermakna. Misalnya puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang membebaskan kata-kata dari maknanya yang disebut juga sebagai puisi konkret. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf sangat

potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang “kasat

mata” lebih dipentingkan daripada makna yang ingin

disampaikan.9

Putra dalam bukunya membagi simbol dalam puisi menjadi beberapa macam sebagai berikut.

Terdapat tiga macam simbol dalam puisi. Pertama, blank symbol yang maknanya bersifat umum, dan tidak perlu ditafsirkan lagi oleh pembaca. Misalnya, adu domba (menghasut), tahi lalat (bintil hitam di kulit).

Kedua, natural symbol, yakni sim,bol yang menggunakan realitas alam seperti kerap dijumpai pada sajak-sajak Chairil anwar. Ketiga, private symbol, yakni simbol yang khusus diciptakan sendiri oleh penyair. Misalnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang sarat dengan simbol pribadi. Simbol pribadi itu sukar dimengerti orang lain dan hanya dimengerti oleh segelintir orang, bahkan kerap hanya dimengerti oleh penulisnya sendiri.10

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Puisi adalah ungkapan perasaan, emosi, dan ide yang disampaikan dengan bahasa yang indah susunannya dan mempunyai makna yang luas. Puisi merupakan wujud dari pengalaman penulisnya dalam bentuk bahasa yang memiliki makna yang dalam. Bahasa puisi mampu mengakomodasikan berbagai dimensi makna di balik apa yang tersurat.

a. Klasifikasi Ragam Puisi

Ragam puisi dapat digolongkan berdasarkan segi ungkapan, bentuk, dan isi . Pembagian ragam puisi tersebut ialah sebagai berikut.

9Intan Febrina Wulandini, “Pengaruh Media Ilustrasi Musik Terhadap Kemampuan

Menulis Puisi Siswa Kelas X: Eksperimen pada Siswa SMA PGRI 22 Serpong,” (Skripsi S1

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 16. 10 R. Masri Sareb Putra, Principles of Creative Writing, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 118.


(22)

1) Segi ungkapan

Dari segi ungkapan, puisi dapat dikategorikan dalam lirik dan epik. Puisi lirik lebih mengutamakan suasana daripada tema, dan makna kerap perlu dipahami dalam kaitan dengan suasana batin tertentu yang hendak dibangun daripada dengan pesan-pesan moral. Sesangkan puisi epik pada umumnya berisi tentang perjalanan seorang pahlawan atau tokoh serta berbagai perbuatan luhur yang dilakukannya. Epik banyak menggunakan kisahan dan lebih bergaya prosais sambil tetap mempertahankan unsur-unsur puitik.

2) Segi bentuk

Dari segi bentuk, secara garis besar dapat disebutkan adanya sajak-sajak yang bentuknya terikat, seprti soneta, kwatrin, dan pantun. Soneta biasanya terdiri atas empatbelas larik dengan pola rima tertentu, sedangkan kwatrin adalah sebait sajak yang terdiri atas empat larik dengan rima tertentu. Pantun adalah sebuah bentuk puisi khas Melayu yang terdiri atas empat baris.

3) Segi isi

Dari segi isi, puisi dapat dikategorikan dalam ode, epitaf, dan elegi. Ode adalah sajak yang berisi pujian untuk seorang tokoh atau suatu peristiwa besar. Epitaf merupakan sajak yang biasanya diguratkan pada batu nisan di makam seseorang yang berisi pesan moral yang dipetik dari pengalaman orang yang dimakamkan. Elegi adalah puisi yang berisi semacam dukacita akan sesuatu yang sangat berharga namun telah hilang.11

b. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi

Bentuk dan struktur fisik puisi sering disebut metode puisi. Bentuk dan struktur fisik puisi mencakup:

1) Perwajahan Puisi (Tipografi)

Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi. Pada puisi konvensional, kata-katanya diatur dalam deret yang disebut larik atau baris. Pengaturan baris dalam puisi dapat menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas)”.12

11 Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera, 2006), h. 61. 12 Ibid, h.113.


(23)

Perwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya. Perhatikan tipografi puisi “Hyang?” (Sutardji Calzoum Bachri) yang berlubang-lubang, terputus dan meloncat-loncat mengungkapkan kekosongan, kegelisahan, dan ketidakmenentuan pikiran penyairnya dalam mencari Hyang (Tuhan).

HYANG yang mana

ke atau

dari

mana meski

pun

lalu se bab antara

Kau

dan

aku

Dapat disimpulkan bahwa perwajahan atau tipografi dalam puisi dapat membedakan puisi dengan prosa, fiksi, dan drama. Tipografi merupakan bentuk dari puisi yang bermacam-macam tergantung penyairnya.

2) Diksi

“Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya”.13 Karena puisi adalah bentuk karya sastra


(24)

yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

Pilihan kata akan mempengaruhi ketepatan makna dan

keselarasan bunyi. Dalam puisinya “Aku” (Chairil Anwar),

sebelumnya tertulis seperti di bawah ini. Kutipan 1

Aku

Kalau Sampai Waktuku

„Ku tahu tak seorang „kan merayu Tidak juga kau

…………..

Chairil sadar bahwa kata tahu menunjukkan kelemahan dan menunjukkan sikap pesimis. Kemudian kata tahu diubah pada penerbitan berikutnya menjadi kata mau yang menunjukkan sikap kuat dan optimis. Seperti kutipan di bawah ini.

Kutipan 2 Aku

Kalau sampai waktuku

„Ku mau tak seorang „kan merayu

Tidak juga kau

………

Siswanto dalam bukunya menyatakan, “Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata juga berhubungan erat dengan latar belakang penyair”.14

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata-kata dalam puisi sangat besar peranannya. Setiap kata mempunyai fungsi tertentu dalam menyampaikan ide penyairnya. Kata-kata dalam puisi hendaknya disusun sedemikian serupa


(25)

sehingga dapat menyalurkan pikiran, perasaan penulisanya dengan baik. Kata-kata dalam puisi bisa juga tergantung siapa penyairnya, dan apa profesinya, karena latar belakang dan profesi penyair dapat mempengaruhi kata-kata yang digunakan.

3) Pengimajian (citraan)

Altendbernd menyatakan, “Citraan ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya”.15

Pendapat lain mengemukakan, “Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair”.16

Dapat disimpulkan bahwa pengimajian atau citraan merupakan bayangan atau gambar yang muncul dalam pikiran pembaca. Melalui imaji, penyair dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pengalamannya kepada pembaca.

Secara umum, terdapat beberapa jenis imaji, yaitu imaji visual (penglihatan), imaji auditif (pendengaran), imaji taktil (perasaan).

(a) Imaji penglihatan. “Dalam imaji ini pembaca seolah-olah

melihat objek yang diungkapkan”.17

Pembaca seolah-olah akan melihat suasana yang dibahas pada puisi. Perhatikan bait puisi yang terdapat imaji penglihatan berikut ini.

Chairil Anwar:

Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda.

Amir Hamzah:

15 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 79.

16 Herman J Waluyo, Apresiasi Puisi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 10. 17 Atmazaki, Analisis Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 96.


(26)

Nanar aku gila sasar

Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai

(b) Imaji auditif (pendengaran). “Imaji ini merupakan imaji yang ditimbulkan oleh pendengaran. Penyair yang banyak menggunakannya disebut penyair auditif”.18 Perhatikan bait puisi Hartojo Andangdjaja yang menggunakan imaji pendengaran di bawah ini.

Hartojo Andangdjaja: RAKYAT

…………..

Rakyat ialah kita

beragam suara di langit tanah tercinta

suara bangsi di rumah berjenjang bertangga

suara kecapi di pegunungan jelita

suara boning mengambang di pendapa

suara kecak di muka pura

suara tifa di hutan kebun pala

Rakyat ialah surara beraneka

…………..

(c) Imaji taktil (perasaan) adalah “Penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya”.19 Dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil”, Chairil Anwar menciptakan imaji taktil, sehingga pembaca merasakan kedukaan secara mendalam.

…………..

18 Pradopo, op. cit., h. 82. 19 Waluyo, op. cit., h. 11.


(27)

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

4) Kata Konkret

Siswanto dalam bukunya menjelaskan, “Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret, akan memungkinkan imaji muncul”.20

Melalui kata konkret, penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Sebagai contoh, Rendra dalam “Balada Terbunuhnya

Atmo Karpo” membuat kata konkret berikut ini.

Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para

Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu

Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang.

Kaki kuda yang bersepatu besi disebut penyair kuku besi. Kuda itu menapaki jalan tidak beraspal yang disebut kulit bumi. Atmo Karpo sebagai perampok yang naik kuda digambarkan sebagai penunggang perampok yang diburu. Penggambaran perjalanan Atmo Karpo naik kuda yang meletihkan itu diperkonkret dengan larik surai bau keringat basah. Ia siap berperang dan telah menghunus jenawi (samurai). Hal ini diperkonkret dengan larik jenawi pun telanjang.21

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penyair menggunakan kata konkret dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca, karena kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Dengan kata konkret, pembaca dapat

20 Siswanto, op. cit., h.119. 21 Waluyo, op. cit., h. 9.


(28)

menggambarkan atau membayangkan dengan jelas keadaaan atau suasana batin yang dilukiskan oleh penyair.

5) Bahasa kiasan (Majas)

Abrams dalam Atmazaki mengemukakan, “Bahasa kiasan adalah pengganti arti dari apa yang kita pahami sebagai arti standar atau asli menjadi arti lain untuk mendapatkan arti atau efek tertentu”.22 Dapat disimpulkan bahwa efek yang ditimbulkan dalam memahami bahasa kiasan yang digunakan dalam sebuah puisi akan berbeda dengan efek yang ditimbulkan dalam memahami bahasa kiasan sehari-hari.

Pendapat lain menyatakan, “Majas merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti orator atau ahli pidato”.23

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa pada umumnya bahasa kiasan atau majas dipakai untuk menghidupkan sebuah puisi, dan untuk lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan.

Terdapat bermacam-macam bahasa kiasan/majas di dalam puisi. Namun ada beberapa bahsa kiasan/majas yang pemakaiannya lebih dominan, yaitu: perbandingan (simile), metafora, personifikasi, metonimi, sinekdot, hiperbola dan alegori.

(a) Perbandingan (simile)

“Perbandingan (simile) ialah bahasa kiasan yang menyamakan

satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding, seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, dan

sebagainya”.24

Dalam majas ini, dua hal yang pada hakikatnya

22 Atmazaki, op. cit., h. 49.

23 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, (Bandung: Angkasa, 1985), h. 179. 24 Pradopo, op. cit., h. 62.


(29)

berlainan, namun penyair sengaja menganggap sama. Perhatikan contoh majas perbandingan di bawah ini.

Subagio Sastrowardojo: AFRIKA SELATAN

………

Tetapi istriku terus berbiak

seperti rumput di pekarangan mereka seperti lumut di tembok mereka seperti cendawan di roti mereka. Sebab bumi hitam milik kami. Tambang intan milik kami. Gunung natal milik kami.

(b) Metafora

Wahab dalam Sihabudin menjelaskan, “Metafora adalah ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai, karena makna yang dimaksud terdapat prediksi ungkapan kebahasaan itu”.25 Perbedaan metafora dengan majas perbandingan ialah metafora tidak menggunakan kata pembanding seperti yang digunakan dalam majas perbandingan. Perhatikan metafor di bawah ini.

Segenap warga mengepung desa itu

Dalam satu pusaran pulang balik Atma Karpo Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri

(W.S. Rendra, “Balada Atmo Karpo”)

(c) Personifikasi

Moeliono dalam Tarigan mengemukakan, “Personifikasi ialah jenis majas yang melekatkan sifat insani kepada barang yang

25 Sihabudin, dkk, op. cit., h. 6-11.


(30)

tidak bernyawa dan ide yang abstrak”.26 Benda-benda mati dibuat dapat berpikir, berbuat sesuatu seperti yang dilakukan oleh benda hidup. Perhatikan bait puisi Goenawan Mohamad

“Di Beranda Angin tak Kedengaran Lagi” di bawah ini. …………..

Di beranda angin tak kedengaran lagi langit terlepas, ruang menunggu malam hari Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba Ku dengar angin berdesah ke arah kita

(d) Metonimi

“Metonimi adalah kiasan pengganti nama. Sifat atau atribut suatu objek disebutkan sebagai pengganti objek tersebut, kemudian atribut atau sifat itu dianggap dapat berbuat sebagaimana objeknya sendiri berbuat”.27 Sebagai contoh,

perhatikan bait puisi Toto Sudarto Bachtiar “Ibu Kota Senja”

berikut.

Klakson dan lonceng bunyi bergiliran

…………..

Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan Di bawah bayangan samar istana kejang

O, kota kekasih setelah senja

Klakson dan lonceng dapat menggantikan orang atau partai yang bersaing adu keras suaranya. Sungai kesayangan menggantikan sungai ciliwung. Istana menggantikan kaum kaya yang memiliki rumah seperti istana. Kota kekasih adalah Jakarta.

(e) Sinekdok

“Sinekdok merupakan bahasa kiasan yang mengungkapkan

sebagian untuk menunjuk keseluruhan objek atau

26 Tarigan, op. cit., h. 184. 27 Atmazaki, op. cit., h. 56.


(31)

mengungkapkan keseluruhan untuk menunjuk sebagian

objek”.28

Pradopo dalam bukunya membagi sinekdok dalam dua macam, yaitu:

1. pars pro toto: sebagian untuk keseluruhan. 2. totum pro parte: keseluruhan untuk sebagian.29

Sebagai contoh, perhatikan bait puisi Toto Sudarto Bachtiar berikut ini.

KEPADA SI MISKIN Terasa aneh dan aneh

Sepasang-sepasang mata memandangku Menimpakan dosa

Terus terderitakankah pandang begini?

IBU KOTA SENJA

Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja

…………

Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas Menunggu waktu mengangkut maut

(f) Alegori

“Alegori adalah cerita yang diceritakan dalam lambang

-lambang dan merupakan metafora yang diperluas. Biasanya alegori merupakan cerita yang panjang dan rumit dengan makna atau maksud dan tujuan yang terselubung”.30 Perhatikan puisi Sapardi Djoko Damono di bawah ini.

DI KEBON BINATANG

Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya, katanya kepada suaminya,

28 Ibid, h. 57.

29 Pradopo, op. cit., h. 78. 30 Tarigan, op. cit. h. 185.


(32)

“Alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan sepatu!”

Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat

menarik lengan istrinya meninggalkan tempat terkutuk itu.

(g) Hiperbola

“Hiperbola adalah sejenis majas yang mengandung pernyataan

-pernyataan yang berlebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan

kesan dan pengaruhnya”.31 Sebagai contoh, perhatikan bait

puisi Chairil Anwar berikut ini. AKU

…………

Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli Aku akan hbidup seribu tahun lagi 6) Rima

Wahyudi dalam bukunya mengatakan, “Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir

baris puisi”.32

Sedangkan Abrams dalam Atmazaki memaparkan: rima menyangkut bunyi vokal huruf hidup yang diberi tekanan dan bunyi yang mengikuti vokal itu. Ia juga menyebutkan beberapa rima. Rima akhir end rhymes

31 Ibid, h. 186.


(33)

adalah rima yang terdapat di akhir baris sajak; sedangkan rima dalam internal rhymes adalah rima yang terdapat di dalam baris sajak. Selanjutnya disebutkan rima jantan masculine rhymes, yaitu rima yang terdiri atas satu suku kata yang mendapatkan tekanan; sedangkan rima betina feminine rhymes adalah rima yang terdapat pada kata yang terdiri atas dua suku kata atau lebih, suku kata pertama mendapat tekanan, sedangkan suku kata berikutnya tidak bertekanan. Rima betina yang terdapat pada kata bersuku dua disebut double rhymes dan bersuku tiga disebut triple rhymes. Keduanya dalam bahasa Indonesia disebut rima ganda.33

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rima berkaitan dengan baris, maka dapat dilihat pada persamaan bunyi antara baris yang satu dengan baris yang lain.

7) Ritme dan Metrum

Waluyo dalam bukunya mengatakan, “Ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi, ritme berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan”.34

Di samping ritme, dalam puisi dikenal juga apa yang

disebut dengan metrum. “Metrum adalah bagian dari ritme.

Apabila ritme tersusun terjadi dari dalam suatu perulangan dari unit-unit yang teratur, maka itu disebut metrum”.35

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi akan terdengar lebih indah apabila rima, ritme dan metrum dalam puisi tersebut teratur. Apabila perulangan dan pergantian kesatuan bunyi tidak dialunkan dengan teratur, maka puisi mungkin tidak akan terdengar dengan indah.

33 Atmazaki, Analisis Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 81.

34 Herman J Waluyo, Apresiasi Puisi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 12. 35 Atmazaki, op. cit., h. 93.


(34)

c. Struktur Batin Puisi 1) Tema

Dalam Waluyo, “Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada

penyair”.36

Untuk mengetahui tema, perlu juga mencari tahu latar belakang penyair agar tidak salah dalam menentukan tema. Misalnya, penyair yang religius cenderung menulis puisi dengan tema ketuhanan.

2) Perasaaan

“Puisi dapat mengungkapkan perasaan penyair. Membaca

puisi dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi

tersebut”.37

Perasaan dalam puisi tergantung dengan psikologis penyair dan latar belakang social penyair, baik dari latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas social, usia, maupun kedudukan dalam masyarakat.

3) Nada

Siswanto dalam bukunya mengatakan, “Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga

berhubungan dengan tema dan rasa”.38

Dapat disimpulkan bahwa nada berhubungan dengan tema dan rasa. Jika dalam suatu puisi memiliki tema tentang Tuhan, maka nada dalam puisi tersebut juga harus sesuai dengan tema Tuhan.

4) Amanat

Dalam Waluyo, “Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi”.39

36 Waluyo, op. cit., h. 17. 37 Ibid, h. 39.


(35)

Seorang penyair harus menghasilkan sebuah karya yang memiliki amanat yang jelas. Setiap pembaca dalam menentukan amanat akan berbeda karena pembaca memiliki cara pandang yang berbeda-beda terhadap suatu puisi.

Dilihat dari definisi menulis dan definisi puisi menurut beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud keterampilan menulis puisi dalam penelitian ini adalah pengungkapan perasaan, gagasan/ide terhadap sesuatu yang dialami, dirasakan, didengar, dan dilihat. Semuanya dituangkan secara tertulis dalam bentuk puisi dengan mempertimbangkan aspek ketepatan pilihan kata, penggunaan majas, serta keindahan bahasa. Menulis puisi merupakan suatu keterampilan menulis sastra yang kegiatannya memaparkan isi jiwa, pengalaman, dan penghayatan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya. Tingkah laku yang termasuk dalam keterampilan menulis puisi, antara lain keterampilan memilih ide, keterampilan menggunakan bahasa menurut kaidah yang benar, dan keterampilan memilih dan menggunakan kosakata, ungkapan, dan gaya bahasa yang tepat dan menarik.

B.

Hakikat Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sarana dan prasarana yang dapat mempermudah penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran. Pesan atau informasi dapat berupa, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.

Rossi dan Breidle dalam Sanjaya mengatakan, “Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran , majalah,

dan sebagainya”.40

39 Waluyo, op. cit., h. 40.

40 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 163.


(36)

Gerlach dan Ely dalam Arsyad menyatakan, “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”.41 Sedangkan, Bretz dalam Budinuryanta, menjelaskan:

Media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, menjadi suatu perantara. Ia menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan. Bretz membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaannya adalah media komunikasi merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan informasi dan menggerakkan paling tidak antara pelajaran dan subjek yang dipelajari, sedangkan alat bantu komunikasi semata-mata merupakan penunjang pada penyajian yang dilakukan oleh guru.42

Ada juga pendapat lain yang mendefinisikan media, Munadi dalam bukunya, “Media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.43

Berdasarkan beberapa definisi di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara penyampaian pesan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Ciri-ciri Media Pendidikan

Gerlach & Ely dalam Arsyad, mengemukakan tiga ciri-ciri media pendidikan sebagai berikut.

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property), ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property), transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat

41 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3.

42 Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 4.3.


(37)

disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. c. Ciri Distributif (Distributive Property), ciri distributif dari

media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.44

Media pendidikan selain sebagai perantara penyampaian pesan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, media juga memiliki ciri-ciri, yaitu dapat menyimpan, merekam suatu objek atau peristiwa, media dapat memanipulasi suatu peristiwa atau objek untuk kemudian disajikan kepada siswa, dan media juga dapat didistribusikan sehingga suatu objek atau peristiwa dapat disajikan di depan kelas.

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Kemp & Dayton dalam Arsyad mengatakan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:

Pertama, memotivasi minat atau tindakan. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela,atau memberikan sumbangan material).

Kedua, menyajikan informasi. Untuk memenuhi tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapkan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang.

Ketiga, memberi instruksi. Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.45

44 Arsyad, op. cit., h. 12. 45 Arsyad, op. cit., h. 19.


(38)

Sementara Yudhi Munadi dalam bukunya, berpendapat bahwa fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada penggunanya, antara lain:

Pertama, fungsi yang didasarkan pada media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, bahwa media itu dapat dikatakan sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain dalam proses pembelajaran, (2) fungsi semantik, yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang maknanya benar-benar dipahami anak didik, (3) fungsi manipulatif, dalam fungsi ini media memiliki dua kemampuan, yakni pertama, mengatasi batas-batas ruang dan waktu, seperti mengahdirkan objek, menjadikan objek, dan menghadirkan kembali objek yang telah terjadi, kedua mengatasi keterbatasan indrawi manusia, seperti membantu siswa dalam memahami objek.

Kedua, fungsi yang didasarkan kepada penggunanya (anak didik) terdapat dua fungsi, yakni (1) fungsi psikologis, antara lain: a) fungsi atensi, yaitu media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi ajar, b) fungsi afektif, yaitu media pembelajaran dapat menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu, c) fungsi kognitif, yaitu media pembelajaran dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa, d) fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa, e) fungsi motivasi, yaitu media pembelajaran melalui guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajar siswa dan dengan cara memberikan harapan pada diri siswa, (2) fungsi sosio-kultural, yakni media pembelajaran dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran.46

Winkel dalam Alfin, dkk mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi, yakni “(1) menyimpan dan merekam data informasi; (2) memanipulasi objek yang tidak dapat dihadirkan; dan (3) menyebarluaskan informasi. Selain itu media juga berfungsi (1) memperjelas informasi; (2) menarik dan memperkuat minat belajar; (3) memudahkan proses belajar; dan (4) mengongkretkan konsep abstrak”.47

46 Munadi, op. cit., h. 36.

47 Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidiyah, 2009), h. 7-8.


(39)

Media pembelajaran juga banyak menunjukkan dampak positif dalam pembelajaran di kelas. Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya. c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,

ruang, dan waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.48

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sangat penting bagi siswa, dengan menggunakan media pembelajaran pengalaman siswa menjadi lebih konkret dan pesan yang ingin disampaikan oleh guru dapat tersampaikan dengan benar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa lebih menjadi konkret.

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Proses belajar mengajar akan mempunyai arti bagi siswa jika melahirkan suatu hasil yang optimal, artinya siswa mengalami perubahan tingkah laku baik menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini dapat diantisipasi oleh guru dengan upaya menggunakan perangkat media dalam proses mengajarnya.pemilihan media pengajaran bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru, artinya dalam pelaksanaannya guru harus mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain:

48 Arsyad, op. cit., h. 26.


(40)

a. Sesuai dengan tujuan

Dalam pemilihan media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Sesuai dengan kemampuan guru

Penggunaan media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kemampuan seorang guru. Oemar Hamalik dalam Ruswandi mengatakan bahwa guru dapat melakukan dua hal sebelum mencoba mempergunakan media dalam proses belajar mengajar, yaitu: “(1) mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh bidang pengembangan pada organisasi media pendidikan, (2) rajin membaca petunjuk/panduan yang berkaitan dengan penggunaan media dalam proses belajar mengajar”.49

c. Sesuai dengan taraf berpikir anak

Dalam penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, jika pemilihan media mengabaikan kemampuan siswa, maka siswa tidak akan memperhatikan materi yang diajarkan.

d. Kemudahan untuk memperolehnya

Media harus dirancang oleh guru sesederhan mungkin, untuk mampu membuat atau mengembangkan media untuk pembelajaran agar sesuai dengan yang diharapkan, seorang guru harus mengetahui langkah-langkahnya. Arif S. Sadiman dalam Ruswandi membagi elapan langkah untuk membuat atau mengembangkan media

pembelajaran, yaitu: “(1) identifikasi kebutuhan siswa, (2) perumusan

tujuan pembelajaran, (3) perumusan butir-butir materi, (4) perumusan alat ukur keberhasilan, (5) penulisan naskah media, (6) ujicoba media, (7) revisi, dan (8) produksi media”.50

49 Uus Ruswandi, dkk, Media Pembelajaran, (Bandung: CV. Insan Mandiri), h. 28 50 Ibid.


(41)

e. Sesuai dengan situasi dan kondisi

Dalam pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, misalnya dari segi sarana dan prasarananya. f. Kualitas alat/teknik

Untuk menghindari terjadinya ketidakberesan dalam proses belajara mengajar yang disebabkan oleh kualitas alatnya, seorang guru sebaiknya memiliki media yang representatif, seperti kualitas gambar dan suara.

g. Efektif dan efisien dalam penggunaannya

Sudirman dalam Ruswandi mengatakan, “Efektif adalah informasi yang diberikan oleh guru dapat diserap oleh siswa secara optimal sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri siswa. Efisiensi adalah penyajian materi dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga”.51 Penggunaan media pembelajaran sebaiknya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dalam pemilihan media pembelajaran bahasa Indonesia juga perlu mempertimbangkan prinsip pemilihan media. Prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Prinsip efisien/hemat (cost factor), yakni media yang dipilih harus terjangkau pengadaannya.

b. Prinsip ketersediaan (availability factor), yakni media yang dipilih harus benar-benar tersedia pada saat dibutuhkan.

c. Prinsip teknis (technical quality), yakni media yang dipilih harus memenuhi persyaratan teknik sehingga dapat dibaca, dilihat, atau didengar dengan jelas.

d. Prinsip penggunaan (technical know how), yakni media yang dipilih harus dapat digunakan dengan mudah oleh guru.52

Dalam pemilihan media pembelajaran jika disesuaikan dengan beberapa kriteria yang disebutkan di atas, maka proses belajar mengajar akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan

51 Ibid, h. 31.

52 Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidiyah, 2009), h. 7-12.


(42)

yang telah ditetapkan. Sebaiknya seorang guru harus benar-benar mempertimbangkan beberapa kriteria di atas.

5. Klasifikasi Media Pembelajaran

Munadi dalam bukunya mengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok besar, antara lain:

a. Media Audio

Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.

b. Media Visual

Media yang hanya melibatkan indera penglihatan. c. Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. d. Multimedia

Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Yang termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui computer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat dan terlibat.53

Sanjaya dalam bukunya juga mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya, antara lain:

a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:

1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti radio dan rekaman suara.

2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak.

3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam:

1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi.


(43)

2) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

c. Dilihat dari cara pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam: 1) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip,

transparansi, dan lain sebagainya.

2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan , radio, dan lain sebagainya.54

Kemp & Dayton dalam Arsyad mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu:

a. Media cetakan, media ini meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi.

b. Media pajang, media ini pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil, yaitu papan tulis, flip chart, papan magnet, papan kain, papan buletin, dan pameran.

c. Proyektor transparansi (OHP), transparasi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor.

d. Rekaman audio-tape, pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan.

e. Slide (film bingkai), media ini merupakan suatu film transparansi yang berukuran 35mm dengan bingkai 2 x 2 inci dan terbuat dari karton atau plastic. Film bingkai diproyeksikan melalui slide proyektor.

f. Film dan video, media ini merupakan gambar hidup dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.

g. Televisi, media ini merupakan system elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.

h. Komputer, media ini merupakan mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit.55

54 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 172.


(44)

Dari uraian dan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum media pembelajaran terdiri atas, media audio, media visual, dan media audio-visual. Sebagai seorang guru harus mengerti taksonomi media pembelajaran yang telah disebutkan di atas agar dapat memilih media sesuai dengan yang diinginkan dan memenuhi kriteria peserta didik. Dengan pemilihan jenis media yang baik dalam pembelajaran, maka siswa akan mudah dalam memahami materi yang diajarkan.

C.

Lagu Sebagai Media Pembelajaran

Lagu merupakan bagian dari musik. Gracyk dan Kania dalam Andjani mengatakan, “Musik adalah (1) Suara, (2) yang diproduksi dan diorganisir dengan intensi, (3) untuk memiliki setidaknya satu ciri

musikal, seperti nada atau irama”.56

Dengan kata lain, musik merupakan suara yang dihasilkan dari nada atau irama.

Musik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan lagu. Lagu adalah gubahan nada (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama).57

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa musik merupakan seni yang timbul atau yang dihasilkan dari suatu nada-nada atau suara-suara yang harmonis. Musik sendiri tidak dapat dipisahkan dengan lagu yang merupakan gubahan musik yang timbul dari perasaan atau pikiran manusia sebagai pengungkapan ekspresi diri yang mengandung nada dan irama yang enak didengar.

Penggunaan lagu dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan dampak positif untuk proses pembelajaran. Hal itu

56 Karina Andjani, Apa Itu Musik? Kajian tentang Sunyi dan Bunyi Berdasarkan 4‟33”

Karya John Cage, (Tangerang: CV. Marjin Kiri, 2014), h.42.

57Ratih Kanthi Handayani, “Pengaruh Media Pembelajaran Lagu Terhadap Kemampuan

Menulis Puisi Ditinjau Dari Pemahaman Bahasa Figuratif: Eksperimen pada Siswa Kelas 10 SMA N 1 Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011,” (Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2011), h. 16.


(45)

dikarenakan iringan lagu merupakan salah satu cara untuk merangsang pikiran, sehingga siswa dapat menerima materi pelajaran dengan baik. Selain merangsang pikiran, iringan lagu juga dapat memperbaiki konsentrasi, ingatan, meningkatkan aspek kognitif, dan juga kecerdasan emosional. Lagu mempengaruhi perasaan siswa yang akan berpengaruh pada proses belajar mengajar. Iringan lagu tidak mesti selalu ada supaya proses pembelajaran dapat berlangsung akan tetapi lagu dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Lagu berasal dari sebuah karya tertulis yang diperdengarkan dengan iringan musik. Mereka yang mendengarkan lagu bisa merasa sedih, senang, bersemangat, dan perasaan emosi lain karena efek dari lagu yang begitu menyentuh. Selain itu, lagu mampu menyediakan sarana ucapan yang secara tidak sadar disimpan dalam memori di otak. Keadaan ini yang justru menjadikan proses pembelajaran menjadi tidak kaku, dan terkesan dikondisikan, yang kadang dalam beberapa hal tidak disenangi oleh siswa. Melihat keuntungan tersebut, lagu memberikan keuntungan tersendiri bagi pengajaran pengucapan, sehingga hasilnya dianggap lebih efektif.

Pemanfaatan lagu sebagai media pembelajaran sebenarnya merupakan hal yang biasa jika dibandingkan dengan media lainnya. Namun, menjadi hal yang luar biasa ketika pendengar menangkap pesan yang disampaikan oleh penyanyi secara mudah. Jadi, penyanyi tidak sekedar menyanyi dengan suara indah, tetapi juga dapat menyampaikan pesan pada lagu tersebut.

D.

Profil Ada Band

Ada band adalah sebuah grup musik yang berasal dari Jakarta. Band ini terdiri dari 4 personel, yaitu Aditya Pratama, Dika Satjadibrata, Marshall Suryarachman, dan Donnie Sibarani. Vokalis pada band ini adalah Donnie Sibarani.

Ada band memiliki 11 album, yaitu Seharusnya (1996), Peradaban (2000), Tiara (2001), Metamorphosis (2003), Heaven of


(46)

Love (2004), Romantic Rhapsody (2006), Cinema Story (2007), dan Harmonius (2008), Mystery of Musical (2009), Empati (2011), Masa Demi Masa (2013). Album “Romantic Rhapsody” berisi 12 lagu yang bertemakan cinta. Album ini didukung penuh oleh PT. Softex Indonesia bekerja sama promosi dengan EMI Music Indonesia.58

Single “Surga Cinta” merupakan salah satu single yang ada pada album “Romantic Rhapsody”. Berikut ini disajikan lirik lagu Ada Band “Surga Cinta”.

Surga Cinta

Terdiam

Hanya bisa diam Dingin menyerang Di sekujur tubuhku

Layangkan mata Menembus cahaya Putih kilaunya

Meneduhkan lamunan

Masih jelas terlihat Pesona ayumu Masih jelas terasa

Getar dawai jiwamu aahh…

Perlahan

bawa semua tanya Satu bersama

Langkah di taman ini

Terangkai bunga tanda Cinta murni adanya

58Dadang Herdiana, “Biodata dan Profil Ada Band”, diakses pada 16 September 2014 pukul 21.13


(47)

Tapi kekasih pun tiada

Muncul hapus rinduku aahh…

Inikah surga cinta yang banyak orang pertanyakan Atau hanya mimpi yang tiada pernah berakhir jua Di mana aku sedang berada

Mengapa sendiri

Lari telanjang tanpa seorang pun Yang akan mau peduli

Inikah surga cinta yang banyak orang pertanyakan Atau hanya mimpi yang tiada pernah berakhir jua Terbanglah cinta sampaikan sayangku hanya bagi dia Tak ingin rasa sepi meratapi malang tanpa dirinya


(48)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Setting Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Nur-Asyafi‟iyah (Yaspina), yang beralamat di Jl. Pahlawan No. 18 Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

2. Waktu

Pengambilan data ini dilaksanakan pada semester genap 2013/2014 selama empat bulan, yaitu mulai bulan Maret-Juni 2014 di MTs

Nur-Asyafi‟iyah (Yaspina). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan

jumlah peserta didik 22 orang.

B.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media lagu.

Nana Syaodih mengatakan, “Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri, dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan penyempurnaan”.59

Adapun Ridho Kurnianto, dkk dalam bukunya mengungkapkan,

“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat

reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan secara bersama di kelas secara professional”.60

59 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 140.

60 Rido Kurnianto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Learning Assistance


(49)

Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang reflektif dan kolaboratif untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas dengan tindakan tertentu.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan Kemmis dan Mc Taggart. Dalam Kurnianto, dkk, model penelitian tindakan Kemmis dan Mc Taggart terdapat empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).61

Adapun proses penelitian tindakan pada setiap siklus adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan menyusun alat evaluasi atau instrumen penelitian.

2. Tindakan (Acting)

Pelaksanaan penelitian ini mnegikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yakni membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan, pengamatan/observasi, dan melaksanakan refleksi. Adapun pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan dengan menerapkan lagu sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi peserta didik kelas VIII-1 MTs

Nur-Asyafi‟iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang.

Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan secara berdaur ulang. Secara garis besar, pelaksanaan tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media lagu, yakni: siswa memahami teori menulis puisi dan unsur pembangunnya, siswa mendengarkan lagu

61 Ibid, h. 5 – 14.


(50)

yang diputar, siswa mencatat kata-kata yang terdapat pada lagu yang telah diperdengarkan, siswa memetakan kata-kata yang dicatatnya, siswa menulis puisi berdasarkan kata yang terdapat pada lagu, dan siswa memeriksa kembali hasil karyanya dan mengumpulkannya. b. Observer melakukan pengamatan pada pelaksanaan tindakan. 3. Observasi (Observing)

Pada tahap ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran dengan menggunakan catatan lapangan. Observasi dilakukan untuk mencatat proses pembelajaran dan mengetahui kesulitan siswa dengan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kegiatan observasi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, peneliti mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, dan mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.

C.

Subjek dan Objek Penelitian

Peserta didik yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 MTs Nur Asy-syafi‟iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang. Objek penelitian tindakan kelas ini mencakup proses dan hasil. Objek penelitian yang berupa proses adalah proses pelaksanaan pembelajaran menulis puisi yang berlangsung pada siswa kelas VIII-1. Objek penelitian yang berupa hasil, yaitu skor yang diperoleh siswa melalui penulisan puisi sebagai produk setelah melakukan kegiatan pembelajaran menulis puisi melalui media lagu Ada Band

“Surga Cinta”.

D.

Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut.


(51)

1. Sumber Tertulis

Sumber tertulis dalam penelitian ini meliputi catatan lapangan, dan hasil karya puisi siswa.

2. Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan diperoleh dari guru sebagai kolaborator dan siswa sebagai subjek penelitian. Data kata-kata dan tindakan guru mencakup setiap kegiatan yang berlangsung selama penelitian, yaitu mulai dari observasi awal, pengidentifikasian masalah, diskusi, penerapan media lagu dalam pembelajaran menulis puisi serta refleksi dan evaluasi. Data kata-kata dan tindakan dari peserta didik diperoleh melalui proses pembelajaran menulis puisi dengan media lagu yang meliputi aktivitas dan interaksi siswa di dalam kelas.

3. Alat rekam gambar

Alat rekam gambar ini berupa foto-foto dan rekaman audio selama penelitian berlangsung. Foto dan rekaman digunakan untuk menangkap kegiatan yang dilakukan guru, siswa, dan peneliti dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa dengan menggunakan media lagu.

E.

Tinjauan Pustaka

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Intan Febrina Wulandini yang berjudul “Pengaruh Media Ilustrasi Musik Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA

PGRI 22 Serpong”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian true

experimental design (eksperimen yang betul-betul). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian posttest-only control group design, yaitu kedua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol) hanya diambil hasil tes akhirnya saja (posttest).

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang dilakukan pada penelitian Intan Febrina Wulandini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Rata-rata


(52)

hasil belajar yang menggunakan media ilustrasi musik lebih tinggi disbanding rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan media ilustrasi musik.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian penulis karena sama-sama membahas mengenai keterampilan menulis puisi. Perbedaannya, penelitian Intan Febrina Wulandini menggunakan metode eksperimen dan menggunakan media ilustrasi musik sedangkan penelitian penulis merupakan penelitian tindakan kelas dan menggunakan media lagu.

Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Ratih Kanthi Handayani yang berjudul

“Pengaruh Media Pembelajaran Lagu Terhadap Kemampuan Menulis Puisi

Ditinjau dari Pemahaman Bahasa Figuratif Siswa Kelas 10 SMA N 1

Gemolong, Sragen”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi dan variabel bebas terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas media pembelajaran yang dikategorikan media lagu dan gambar, dan variabel atributif pemahaman bahasa figuratif yang dikategorikan tinggi dan rendah.

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian Ratih Kanthi Handayani dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rataan yang signifikan antara pembelajaran menulis puisi dengan media lagu dan media gambar terhadap kemampuan menulis puisi siswa, terdapat perbedaan rataan yang signifikan antara siswa yang memilki pemahaman bahasa figuratif tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah terhadap kemampuan menulis puisi, dan terdapat interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi.

Persamaan penelitian Ratih Kanthi Handayani dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahasa mengenai keterampilan menulis puisi dengan media lagu. Perbedaannya, penelitian Ratih Kanthi Handayani menggunakan metode eksperimen dan menggunakan dua media pembelajaran, yaitu media lagu dan media gambar serta menggunakan bahasa figuratif sebagai variabel bebas atributif sedangkan penelitian penulis merupakan


(53)

penelitian tindakan kelas dan hanya menggunakan satu media, yaitu media lagu.

Penelitian yang dilakukan oleh Annita Dwi Widayanti juga relavan

dengan penelitian penulis, yaitu berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis

Puisi dengan Model Pembelajaran Examples Non Examples pada Siswa kelas

VII SMP N 4 Pati Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini menggunakan

metode eksperimen dengan analisis data deskripsi kuantitatif. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa thitung > ttabel, jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Daapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menulis puisi dengan model pembelajaran examples Non examples pada Siswa kelas VII SMP N 4 Pati Tahun Ajaran 2012/2013 efektif.

Persamaan penelitian Annita Dwi Widayanti dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas mengenai peningkatan keterampilan menulis puisi. Perbedaannya, penelitian Annita Dwi Widayanti menggunakan metode eksperimen dan menggunakan model pembelajaran examples Non examples sedangkan penelitian penulis menrupakan penelitian tindakan kelas dan menggunakan media lagu.

F.

Prosedur Penelitian

Susilo dalam Rido Kurnianto mendefinisikan, “Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran”.62

Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan berbentuk siklus yang merupakan siklus proses putaran yang terdiri dari empat komponen, meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahapan dalam penelitian tindakan tersebut merupakan unsur untuk membentuk sebuah siklus.


(54)

Berikut merupakan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian penggunaan media lagu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis puisi.

1. Studi Pendahuluan (Pratindakan)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan dimulai dengan observasi, dan melaksanakan tes menulis puisi sebelum tindakan dilakukan (pratindakan) sebagai alat ukur yang akan digunakan sebagai perbandingan dengan hasil setelah tindakan dilakukan (pascatindakan).

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Tahap Perencanaan tindakan siklus I meliputi: 1) menentukan tema pembelajaran, 2) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, 3) mempersiapkan lagu sebagai media pembelajaran, 4) membuat instrumen.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap pelaksanaan tindakan siklus I meliputi: 1) pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah disusun, 2) menjelaskan pengertian puisi, 3) pemutaran lagu Ada Band “Surga Cinta”, 4) siswa memperhatikan dan mencatat kata-kata yang terdapat pada lagu, 5) siswa memetakan kata-kata yang dicatatnya, 6) siswa menulis puisi berdasarkan kata yang terdapat pada lagu dengan memperhatikan aspek penilaian yang diminta, dan 7) peserta didik memeriksa kembali hasil karyanya dan mengumpulkannya.

c. Tahap Observasi Siklus I

Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati segala aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas yang berkaitan dengan kegiatan menulis puisi. Pengamatan tersebut meliputi: 1) kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, 2) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, 3) motivasi siswa ketika mengikuti proses


(1)

Menjelaskan Materi Pratindakan Menulis Puisi Pratindakan

Mendengarkan Lagu Siklus I Mendengarkan Lagu Siklus II


(2)

Menulis Puisi Siklus I


(3)

(4)

(5)

(6)

i

RIWAYAT PENULIS

VERA ADITIA SUSANTI, lahir di Lampung, 20 April 1993. Menuntaskan pendidikan dasar di SDN Gandasari 01 Tangerang. Kemudian, menuntut ilmu di SMPN 08 Tangerang. Setelah itu, melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMAN 11 Tangerang. Di tahun 2010, meneruskan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Anak dari Hermansyah dan Samiasih ini sejak kecil tinggal bersama orang tuanya di Tangerang. Dia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya bernama Ricky Febriansyah. Sejak kuliah, dia menambah pengalamannya dengan mengajar di beberapa tempat bimbel dan privat di rumah.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa: studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA), Rempoa Ciputat, Tangerang Selatan.

1 50 115

Pengaruh penggunaan media audio visual Terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IX MTS Jabal Nur Cipondoh Tangerang Tahun pelajaran 2014/2015

3 14 115

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band Surga Cinta pada siswa kelas VIII MTS Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA) Ciputat, Tangerang.

0 7 147

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi'iyah Ciputat

1 23 122

PENGGUNAAN MEDIA IKLAN DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DI KELAS VIII.5 SMP ISLAMIYAH CIPUTAT TANGERANG SELATAN

2 27 157

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta” pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

1 10 147

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK AKROSTIK DENGAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS V SDN GAJAHMUNGKUR 02 SEMARANG

2 26 248

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI STRATEGI ENAM M DENGAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIII MTS 01 MOJO

1 12 132

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 12