Pengaruh penggunaan media audio visual Terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IX MTS Jabal Nur Cipondoh Tangerang Tahun pelajaran 2014/2015

(1)

CIPONDOH TANGERANG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh

Nur Afianti

NIM : 1110013000010

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

ii

MTs Jabal Nur Cipondoh Tahun Pelajaran 2014/2015. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX MTs Jabal Nur Cipondoh Tahun Pelajaran 2014/2015, dilaksanakan di MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual terhadap pembelajaran menulis puisi di kelas IX-1 MTs Jabal Nur Cipondoh.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dan menggunakan teknik one group pretest-posttest design. Metode tersebut merupakan penelitian yang mendekati percobaan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan pretest posttest pada kelas IX-1 dengan jumlah dua puluh siswa menggunakan media audio visual berupa video puisi melalui proyektor, laptop dan pengeras suara.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu thitung> ttabel yaitu 2.31 > 0.68, dengan selisih peningkatan 24.25.Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media audio visual terhadap pembelajaran menulis puisi di kelasIX MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang tahun pelajaran 2014/2015.


(6)

iii

Media to increase Poetry Writing Skill at Class IX of Mts Jabal Nur Cipondoh Students on 2014/2015. Indonesia Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah state Islamic University Jakarta, 2014. The research of the Influence for Using Audio Visual Media to increase Poetry Writing Skills at Class IX of Mts Jabal Nur Cipondoh Students on 2014/2015 works at Mts Jabal Nur Cipondoh Tangerang. The purpose of the research is know the influence for using Audio Visual Media to poetry writing learning at class IX-1.

The research methods are experiment cast and one group pretest posttest design

technique. The methods are approach to experimentation. The research’s sample is pretest is pretest posttests on twenty student of class IX-1 to use Audio Visual Media. It is poetry video by projector, laptop and loudspeakers.

The research’s result is t. arithmetic > t. table = 2.31 > 0,68, It rises 24,25 To Sum

up, the influence for using Audio Visual media to poetry writing learning at Class IX of MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang on 2014/2015 is significant.


(7)

iv

nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Salawat dan salam tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX MTs Jabal Nur Cipondoh, Tangerang Tahun Pelajaran 2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa hormat, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Didin Syafruddin, MA., Ph.D. PLT Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan semangat dan saran-saran.

3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan saran-saran, semangat dan meluangkan waktunya membantu penulis selama perkuliahan berlangsung.

4. Dra. Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran-saran saat penyusunan skripsi ini.


(8)

v

6. Saudara kandung, Nurmala Hayati dan Muhammad Guntur yang selalu memberikan dukungan lahir batin dan doa, serta Chalief Rayyan Alteza, ponakan yang menjadi penghilang lelah untuk penulis.

7. Keluarga besar Alm Jamhari yang selalu memberikan doa, serta dukungannya bagi penulis.

8. Deni Andrian, S.Kom sahabat yang tidak pernah lelah untuk meluangkan waktunya dalam memberikan dukungan serta semangat selama penulis mengerjakan skripsi ini.

9. Rike Rahmalia, S.Pd dan Jayanti Puspita Dewi, S.Pd yang selalu memberi dukungan sampai skripsi ini selesai.

10.Sahabat berbagi cerita Nurfie Ramadhani, S.E.Sy, Dina Sakinah, S.Pd, Vera Aditya Susanti, S.Pd, dan Wilda Istiana Nasution, S.Pd.

11.Umi Churin in Nabila yang telah memberikan jalan selama penelitian. 12.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia kelas A, B, dan C angkatan 2010.

13.Keluarga besar MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang khususnya siswa-siswi kelas IX-1 yang membantu mengumpulkan puisi.

14.Seluruh dosen dan staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

15.Semua orang yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.


(9)

vi

membangun skripsi ini. Semoga kehadiran skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 05 November 2014


(10)

vii

SURAT PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ... 7

A. Hakikat Media Pembelajaran ... 7

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 7


(11)

viii

6. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 19

7. Audio Visual terhadap Media Pembelajaran... 20

B. Hakikat Keterampilan Menulis ... 24

1. Pengertian Keterampilan Menulis ... 24

2. Manfaat dan Tujuan Menulis ... 25

3. Ciri-ciri Tulisan yang Baik... 26

4. Hubungan Menulis dengan Aspek Keterampilan Bahasa yang Baik ... 28

C. Hakikat Puisi ... 29

1. Pengertian Puisi ... 29

2. Jenis-jenis Puisi ... 30

3. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi ... 34

D. Penelitian yang Relevan ... 43

E. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode dan Desain Penelitian ... 45


(12)

ix

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Hipotesis... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang ... 51

B. Deskripsi Data ... 56

C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian... 68

BAB V PENUTUP ... 79

A. Simpulan... 86

B. Implikasi ... 86

C. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

UJI REFERENSI


(13)

x Tabel 2 : Sampel

Tabel 3 : Penilaian Instrumen Tabel 4 : Tenaga Kependidikan Tabel 5 : Nilai Pretest dan Posttest

Tabel 6 : Data Nilai Pretest Menulis Puisi Siswa Kelas IX Tabel 7 : Distribusi Frekuensi

Tabel 8 : Penghitungan Uji Normalitas Pretest (Uji Lilifors) Tabel 9 : Data Nilai Pretest Menulis Puisi Siswa Kelas IX Tabel 10 : Distribusi Frekuensi

Tabel 11 : Penghitungan Uji Normalitas Postest (Uji Liliefors) Tabel 12 : Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors Tabel 13 : Data Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest Menulis Puisi Tabel 14 : Skor Puisi Minhatul Maula

Tabel 15 : Skor Puisi Firda Fisqiya. A Tabel 16 : Skor Puisi Hilyaturrahman Tabel 17 : Skor Puisi Riyani

Tabel 18 : Skor Puisi Nur Faizah Tabel 19 : Skor Puisi Rahmi Safira. A


(14)

xi

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 4 : Puisi Minhatul Maula“Lautan”

Lampiran 5 : Puisi Firda Fisqya A’yun “Keindahan Alam Lampiran 6 : Puisi Hilyaturrahmah “Keindahan Alam” Lampiran 7 : Puisi Riyani “Keidahan Alam”

Lampiran 8 : Puisi Nurfaizah “ Air Terjun” Lampiran 9 : Puisi Rahmiy “Derai-derai Cemara” Lampiran 10 : Puisi Riyani “Ibu”

Lampiran 11 : Puisi Minhatul Maula “Ibu” Lampiran 12 : Puisi Firda Fisqya A’yun “Ibu” Lampiran 13 : Puisi Hilyaturrahmah “Ibu” Lampiran 14 : Puisi Riyani “Ibu”

Lampiran 15 : Puisi Nurfaizah “ Ibu” Lampiran 16 : Puisi Rahmiy “Ibu” Lampiran 17 : Surat Penelitian Lampiran 18 : Surat Bimbingan


(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan, yang menjadi salah satu tempat untuk melatih seseorang dalam terampil berbahasa. Pendidikan bisa didapatkan melalui pembelajaran formal maupun informal. Di lembaga yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan suatu pendidikan dan pengetahuan dapat dilihat dari hasil prestasi belajarnya. Dalam pembelajaran proses belajar merupakan proses interaksi peserta didik, pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajarnya. Namun, permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu teknologi juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Ilmu yang diberikan pendidik diharapkan bisa membentuk pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi belajar dan kreativitas pengajar. Selain itu juga, dapat ditunjang dengan fasilitas yang memadai dan kreativitas guru yang akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut, motivasi dan pembelajaran membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut seorang guru dituntut mahir mengelola sebuah kelas dengan kreatif, ataupun strategi yang direncanakan sebelumnya, hal ini merupakan kunci sekaligus ujung tombak pencapaian tujuan pembaharuan pendidikan. Seorang guru dituntut untuk dapat mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.


(16)

Strategi pembelajaran merupakan serangkaian rencana kegiatan yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam mencapai suatu keberhasialan pembelajaran yang diinginkan. Strategi pembelajaran di dalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Suatu keberhasilan dalam belajar mengajar, dapat dilihat dari metode dan pengunaan media yang tepat dari seorang guru. Penggunaan media yang tepat dalam pengajaran akan menimbulkan minat siswa dalam mengikuti suatu pembelajaran. Pentingnya media pembelajaran bagi peningkatan kualitas pendidikan semakin tampak dengan perkembangan teknologi sekarang ini. Dengan perkembangan teknologi, pelaksanaan pendidikan dapat diperbarui. Kelengkapan media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk menunjang proses kelancaran belajar mengajar, sehingga akan tercipta suatu pembelajaran yang menarik dan mengasikkan.

Media pembelajaran merupakan bentuk saluran yang digunakan untuk menyalurkan sebuah pesan, informasi maupun bahan pelajaran kepada penerima pesan. Penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan pengetahuan yang baru terhadap siswa. Media audio visual misalnya, merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik dalam proses belajar, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan merespon materi yang telah dilihat dan didengarnya. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Melalui kegiatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, siswa diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat materi menulis seperti menulis puisi.

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Keterampilan menulis merupakan


(17)

kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus juga didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan. Melalui keterampilan menulis, siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaanya dengan baik dan terbuka, sehingga siswa dapat mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara tidak langsung melalui menulis, seperti menulis sebuah karangan yaitu puisi.

Puisi merupakan salah satu materi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang sangat penting. Sebuah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian fisik dan struktur batinnya. Keindahan sebuah puisi didukung oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut.

Pada kesempatan ini, penulis membahas mengenai puisi, selama ini berdasarkan observasi, pengetahuan siswa terhadap karya sastra khususnya puisi masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk dapat menulis puisi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pemahaman siswa terhadap karya sastra masih kurang, siswa tidak senang dengan pembelajaran monoton dan membosankan, terbatasnya pengetahuan siswa untuk mengembangkan gagasan atau ide menjadi suatu bentuk karangan yaitu sebuah puisi, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan siswa dalam berimajinasi. Selain itu, keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya pembelajaran menulis di kelas. Agar siswa dapat maksimal dalam menulis perlu distimulus dengan bahan ajar yang menarik. Untuk itu, guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa tertarik agar siswa dapat menulis dengan baik dan dapat menjadikan pembelajaran puisi yang lebih menyenangkan.

Selain itu, seorang guru diharapkan dapat mengelola kelas. Guru yang kreatif dalam mengajar juga bisa memberikan semangat atau keinginan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Tentu saja dari hal tersebut


(18)

dapat mendukung kesuksesan dalam belajar mengajar, dengan demikian tujuan dalam pembelajaran tersebut tercapai dengan maksimal. Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, guru harus dapat menemukan bahan ajar dan media yang tepat. Penggunaan media yang tepat untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia akan merangsang siswa untuk lebih bersemangat dan lebih menyenangi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang sedang berlangsung. Dengan demikian, materi yang sedang diajarkan akan lebih mudah ditangkap oleh para siswa.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian peningkatan pengetahuan siswa terhadap puisi, dengan menggunakan media audio visual. Media audio visual dipilih dengan pertimbangan bahwa media ini merupakan media yang paling digemari, mudah diingat oleh siswa. Selain itu, media audio visual juga belum pernah diterapkan di MTs Jabal Nur Cipondoh, kelas IX pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan mengunakan media audio visual akan mempermudah guru dalam mengajar, dan siswa dapat mengingat apa yang dilihat dan didengar serta dapat mengembangkan kreativitas, daya imajinasi, serta mempermudah siswa dalam menuangkan ide-ide kreatif mereka. Dengan media audio visual diharapkan siswa dapat menangkap atau mengingat pelajaran yang diberikan oleh guru, juga dapat mengungkapkan ide-ide kreatif mereka dalam sebuah tulisan yaitu, puisi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX MTs Jabal Nur Cipondoh Tahun Pelajaran 2014/2015.”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran puisi; 2. Pembelajaran puisi membosankan dan tidak menarik; 3. Pengetahuan siswa terhadap karya sastra sangat terbatas;


(19)

4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi;

5. Perlunya media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan media Audiovisual (musikalisasi puisi) terhadap peningkatan hasil keterampilan menulis puisi siswa kelas IX-1 MTs Jabal Nur Cipondoh, Tangerang tahun pelajaran 2014/2015.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh penggunaan media audio visual terhadap peningkatan hasil keterampilan menulis puisi siswa kelas IX-1 di MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang tahun pelajaran 2014/2015?

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini, bertujuan untuk:

Mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual terhadap Peningkatan kereatif menulis puisi siswa kelas IX MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang tahun Pelajaran 2014/2015.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini utamanya adalah untuk meningkatkan kemampuan keterampilan menulis puisi siswa. Maka manfaat hasil penelitian ini dapat diperuntukan antara lain:


(20)

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk memperkaya pengembangan strategi dalam pembelajaran puisi.

b. Untuk memperbaiki strategi mengajar yang selama ini digunakan agar dapat menciptakan dan menerapkan kegiatan belajar mengajar yang menarik serta tidak membosankan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan mengenai pembelajaran puisi dan mengembangkan teori pembelajaran puisi dengan menggunakan media audio visual.

b. Bagi Guru

Untuk memperkaya strategi dalam pembelajaran puisi, untuk memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan.

c. Bagi siswa

Untuk memberikan pengalaman dalam proses pembelajaran yang baru dan mengasikan, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terutama dalam keterampilan menulis puisi.


(21)

7

A.

Hakikat Media Pembelajaran

1. Pengertian Media pembelajaran

Secara umum media merupakan kata jamak dari ”medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Dalam proses belajar-mengajar, media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan pelajaran, ketidakjelasan bahan yang disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata dan kalimat tertentu.

Sanjaya mengungkapkan:

Bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti, radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu Rossi menyatakan, alat-alat seperti radio, dan televisi apabila digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.1 Secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.2

Jadi dari dari definisi di atas media merupakan alat atau perantara untuk mencapai tujuan pendidikan.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2006), h. 163.

2 Ibid.


(22)

Penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menujukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran.

Media menjadi bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan isi materi pejarana, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.3

Yudhi Munadi dalam bukunya, mengungkapkan bahwa: Media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan perasan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.4

Jadi, berdasarkan beberapa definisi di atas, media pembelajaran dapat dipahami, sebagai sesuatu alat yang dapat digunakan sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi kepada siswa yang bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efesien dan kondusif serta pencapaian pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Sudarwan dalam bukunya mengungkapkan:

Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Alat bantu itu disebut media pendidikan, sedangkan komunikasi adalah sistem penyampaian.5

3

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2010), h.3-4.

4

Yudhi Munadi, Media Pelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h.7.

5


(23)

Jadi, media pendidikan merupakan alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik.

Arif S. Sadiman dkk, dalam bukunya juga mengungkapkan: Media pendidikan sabagai salah-satu sumber yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, inteligensi, keterbatasan gaya indra cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan pemanfaatan media pembelajaran.6

Jadi, media merupakan sumber yang dapat menyalurkan pesan dan dapat membantu mengatasi perbedaan gaya belajar peserta didik.

Gerlach dan Ely dalam Arsyad mengemukakan:

Tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesian) melakukannya.

a. Ciri Fiksatif (fixative Properti)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyampaikan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek fotografi, video tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya (direkam)dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat diproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

Ciri ini sangat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad.) dapat diabadikan dan

6


(24)

disusun kembali untuk keperluan pelajaran. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian diproduksi beberapa kali pun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok. b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transnformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik fotografi tersebut. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali suatu rekaman video. Misalnya, proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui kemampuan bantuan manipulatif dari media. Demikian pula, suatu aksi gerakan dapat direkam dengan foto kamera untuk foto. Pada rekaman gambar hidup (video, motion film) kejadian dapat diputar mundur. Media (rekaman video atau audio) dapat diedit sehingga guru dapat menampilkan bagian-bagian penting/utama dari ceramah, pidato, atau urusan kejadian dengan memotong bagian-bagian yang diperlukan. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan kejadian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan menjadi kebingungan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan.

Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu. Proses penanaman dan panen gandum, pengolahan gandum menjadi tepung, dan penggunaan


(25)

tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat waktunya dalam satu urutan rekaman video atau film yang mampu menjadikan informasi yang cukup bagi siswa utuk mengetahui asal-usul dan proses dari penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti.

c. Ciri Distributif (distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditrasportasi melalui ruang, dan secara bersama kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket,komputer, dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.7

Dengan demikian ciri-ciri media ada tiga yaitu ciri fiksatif, ciri manipulatif dan ciri distributif. Ciri-ciri media pembelajaran sangat penting diperhatikan oleh guru, sehingga guru dapat memilih dengan tepat media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, media dalam sebuah pengajaran sangat diperlukan, oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih dan menggunakan media dengan baik dalam pengajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

7


(26)

3. Manfaat dan Nilai Media

Susilana memaparkan pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan akan disampaikan melalui kata verba. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan.

Secara umum media mempunyai kegunaan; 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera; 3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antar murid dan sumber belajar; 4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai bakat dan kempuan visual, auditori, & kinestetiknya; 5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.8

Jadi kegunaan media untuk memperjelas pesan, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, menimbulkan gairah belajar, menimbulkan motivasi, dan memberikan rangsangan.

Ada juga pendapat Kemp dan Dayton dalam Susilana mengatakan kontribusi media pembelajaran: 1) penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar; 2) pembelajaran dapat lebih menarik; 3) pembelajaran dapat lebih interaktif dengan penerapan teori belajar; 4) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek; 5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan; 6) proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan; 7) sikap positif siswa terhadaap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan; 8) peran guru berubah ke arah positif.9

Jadi kontribusi media bagi pembelajaran adalah penyampaian pesan pembelajaran agar menjadikan pembelajaran yang lebih menarik dan lebih interaktif, serta meningkatkan materi pembelajaran.

8

Rudi Susilana, dkk, Media Pembelajaran, (Bandung: VC.Wancana Prima),h.9-10

9 Ibid.


(27)

Dengan demikian nilai media sangatlah penting, banyaknya manfaat yang telah dipaparkan di atas media sangat berfungsi dalam proses belajar-mengajar, dengan adanya media dapat memudahkan guru dalam memokuskan perhatian siswa dan penyampaian materi dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Selain memiliki manfaat media pembelajaran juga memiliki nilai sebagai berikut:

1. Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikongkretkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran.

2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.

3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.

4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan menggunakan taktik gerakan lambat (slow motion).10

Jadi, manfaat lain dari media adalah membuat kongkret konsep-konsep yang abstrak, menghadirkan objek-objek yang terlalu kecil dan berbahaya, serta dapat memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu cepat maupun lambat.

4. Fungsi Media Pelajaran

Telah banyak alat maupun media yang tersedia bagi pengajar, namun yang terpenting dalam melaksanakan pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam mengajar ialah bagaimana menggunakan media pendidikan ini sebagai suatau system yang terintregrasi dalam pembelajaran. Tugas seorang pendidikan adalah tugas profesional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin menjadi pendidik yang kreatif, dinamis, kritis dan ilmiah. Sebelum ia menentukan bahan pelajaran, ia harus menentukan tujuan instruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, kemampuan yang akan dikembangkan, menyusun kegiatan

10 Ibid.


(28)

pembelajaran, untuk ini ia harus mampu menentukan media dan metode pengajaran yang tepat.

Banyak media pendidikan sekarang ini telah diprogram melalui media masa. Kenyataan ini bertujuan untuk bisa menyerap segala macam informasi, khususnya informasi yang relevan dengan bidang studinya, demi perkembangan lebih lanjut. Sebagai konsekuensi perkembangan media pendidikan yang pesat dewasa ini, pendidikan dituntut untuk mampu memanfaatkan media pendidikan yang tersedia di sekolah dan lingkungan.11

Dengan demikian sebagai seorang pendidik kita harus bisa memanfaatkan segala media pendidikan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, dan informasi yang ingin diberikan dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu ada bebrapa pendapat mengenai fungsi media pembelajaran.

Edgar Dale dalam Sanjaya menggambarkan bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini menunjukan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam makna tersebut. Hal semacam ini akan menimbulkan persepsi siswa. Oleh sebab itu sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih kongkret, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, dilakukan kegiatan yang dapat mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya.12

Memperhatikan penjelasan di atas, maka secara khusus media pembelajaraan memiliki fungsi yang berperan untuk: 1) menangkap suatu objek atau peristiwa tertentu, 2) memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu, 3) menambah gairah dan motivasi belajar siswa.13

11

Iskandarwassid, dkk., Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 209-210.

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.169.

13


(29)

Sementara Yudhi Munadi dalam bukunya, bahwa fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada penggunaanya.

Pertama, fungsi yang didasarkan pada media pembelajaran, yakni :

(1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, bahwa media itu dapat dikatakan sebagai media penyalur, penyampaian, penghubungan dan lain-lain dalam proses pembelajran,

(2) fungsi semantik, yakni kemampuan media dalam menambah perbedaan kata (simbol verba) yang maknanya benar-benar dipahami peserta didik,

(3) fungsi manipulatif, dalam fungsi ini media memiliki dua kemampuan, yakni pertama, mengatasi batas-batas ruang dan waktu, seperti menghadirkan objek, menghadirkan objek, dan menghadirkan kembali objek yang telah terjadi, kedua mengatasi keterbatasan indrawi manusia, seperti membantu siswa dalam memahami objek.

Kedua, fungsi yang didasarkan kepada pengguannya (anak didik) terdapat dua fungsi, yakni:

(1) fungsi psikologis, antara lain:

a) fungsi atensi, yaitu media pembelajaran yang meningkatkan perhatian siswa terhadap materi ajar,

b) fungsi afetif, yaitu mediapembelajaran dapat menggugah perasaan, emosi, dan dan tingkat penerimannya atau penolakan siswa terhadap sesuatu,

c) fungsi kognitif, media pembelajaran dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa,

d) fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa,

e) fungsi motivasi, yaitu media pembelajaran melaui guru dapat memotivasi siswa dengan cara membangkitkan minat belajar siswa dan dengan cara memberikan harapan pada diri siswa.


(30)

(2) fungsi sosio-kultural, yakni media pembelajaran dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.14

Jadi, fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar untuk memahami makna, mengatasi ruang dan waktu, memusatkan perhatian, dan membangkitkan imaji serta minat belajar pada siswa. Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut:

1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. 2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari

keseruluhan proses pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.

3. Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan kompetensi yang ingin diciptakan dan isi pembelajaran itu sendiri. fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.

4. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.

5. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwadengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.

6. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan lebih lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran akan memiliki nilai yang lebih tinggi.

7. Media pembelajaran meletakan dasar-dasar yang kongkrit untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit varbalisme.15

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sangat penting bagi siswa., Dengan menggunakan media

14

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 36.

15


(31)

pembelajaran pengalaman siswa dapat menjadi lebih konkret dan pesan yang ingin disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan benar dan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya media pembelajaran juga dapat menambah kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa menjadi konkret.

5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Di antara faktor yang perlu diperhatikan di antaranya : tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, modalitas belajar siswa (ada beberapa auditif, visual dan kinestetik), lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung, dan lain-lain. Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam memilih media. Namun demikian secara teoretik bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada afaktifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh dalam mengkaji media sebagai integral dalam proses pendidikan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum sebagai berikut:

a. Sesuai dengan tujuan (instructional goals)

Dikaji tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran dari kajian Tujuan Instruksional Umum (TUI) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ini bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut. Selain itu analisis dapat diarahkan pada taksonomi tujuan dari Bloom, dkk apakah tujuan itu bersifat kognitif, afejtif dan psikomotorik.

b. Kesesuaian dengan Materi Pembelajaran (instructional content)

Bahan atau kajian apa yang akan diajarkan. Dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.


(32)

c. Kesesuaian dengan Karakteristik Pelajaran atau Siswa

Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Hal lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas, ciri, dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang cocok digunakan. Ada media yang cocok untuk sekelompok siswa ada juga media yang tidak cocok untuk sekelompok siswa.

d. Sesuai dengan Teori

Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga telah diuji validitasnya. Pemilihan media bukan pula alasan selingan atau hiburan semata. Melainkan media harus merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

e. Kesesuaian dengan Gaya Belajar Siswa

Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa. Harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa, yaitu : tipe visual, auditorial dan kinestetik.

f. Sesuai dengan Kondisi lingkungan, fasilitas, pendukung, dan waktu yang tersedia

Bagaimanapun bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung dengan fasilitas dan waktu yang tersedia, maka kurang efektif.

Jadi, kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu 1) harus sesuai dengan tujuan 2) kesesuaian dengan materi pembelajaran 3) kesesuaian dengan karakteristik siswa 4) sesuai dengan teori 5)


(33)

sesuai dengan gaya belajar siswa 6) sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas, pendukung dan waktu.16

6. Klasifikasi Media Pembelajaran

Pengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok besar, antara lain:

a. Media Audio

Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Media audio dapat menerima pesan verba dan nonverba. Jenis-jenis media audio adalah program radio dan program media rekam (software), yang disalurkan melalui hardware seperti radio dan alat-alat perekam.

b. Media Visual

Media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Jenis-jenis media ini adalah media cetak-verba, media cetak-grafis, dan media yang memuat pesan-pesan verba. Kedua, media visual-nonverbal-grafis adalah media visual atau unsur-unsur visual-nonverbal-grafis. Ketiga, media visual nonverbal-tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi.

c. Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.

d. Multimedia

Multimedia adalah media yang melibatkan seluruh indera dalam proses pembelajaran. Yang termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui secara komputer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat dan terlibat.17

16

Ibid, h.53-55.

17 Ibid.


(34)

Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi media: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio visual semi-gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi-gerak, 7) media audio 8) media cetak.18

Jadi klasifikasi media yaitu, media audio hanya melibatkan indera pendengaran, media visual yaitu hanya melibatkan indera penglihatan, media audio visual yaitu melibatkan indera pendengaran dan penglihatan dalam satu proses, dan multimedia memberikan secara langsung.

7. Audio Visual terhadap Media Pembelajaran

a. Perkembangan video

Video adalah teknologi memproses sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video adalah play back, storage media (seperti pita magnetic dan disc), dan monitor. Pembahasan tentang play back dan strorage media terintegrasi pada subbab ini. Pada 1951, Alexander M. poniatoff (1892-1980), pendiri Ampex Corporation yang berkantor di California, mulai berusaha untuk mengembangkan mesin praktis untuk perekam pita video dengan Charles Ginsberg, Charles Anderson, dan seorang mahasiswa muda bernama Ray Dolby (lahir 1933), yang ditahun 1967 menemukan sistem Dolby untuk mengurangi kebisingan dalam perekam magnetik. Setelah melalui berbagi perbaikan dan perkembangan, akhirnya perusahaan video

18


(35)

di Jepang seperti Hitachi, JVC, Mutsushita, dan Sony, serta Philips di Belanda mengusai pasar dunia. Mereka menguasai video dalam dua format yakni video tape recorder (VTR) dan video cassettle recorder (VCR). VTR mempunyai banyak tipe, di antarannya adalah tipe 2 inci, 1inci, ½ inci.19

b. Perkembangan Media Audio Visual

Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertimbangkan daya serap dan retensi belajar siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan pembelajaran (instruction*) produksi dan evaluasinya. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan dengan alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA).

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan program-program pembelajaran. Sayang sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media saja. Faktor siswa yang menjadi komponen utama dalam proses belajar belum mendapat perhatian.20

19

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h.127.

20


(36)

Guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah-laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa berbeda-beda, sebagian ;ebih cepat belajar melalui media visual, sebagian melalui media audio, sebagian lagi lebih senang memalui media cetak, yang lain memalui media audio visual.21

c. Video

1. Karakteristik video

Karateristik video banyak kemiripannya dengan media film, diantaranya adalah:

a) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

b) Video dapat diulang bila perlu untuk menambah kejelasan.

c) Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat. d) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. e) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan

gambaran yang lebih realistik.

f) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

g) Sangat baik memperjelas suatu proses dan keterampilan; mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan serta dengan tujuan respon dari siswa.

h) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai mampun yang kurang pandai.

i) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

j) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

Namun selain kelebihan-kelebihan di atas, karakteristik video tidak lepas dari kelemahannya, yakni media ini terlalu menekankan

21


(37)

pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Dilihat dari ketersediaannya, masih sedikit video dipasarkan yang sesuai tujuan pembelajaran di sekolah. Di sisi lain, produksi video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak.

2. Langkah-langkah pemanfaatan video

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal tersebut:

a. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hubungan program video dengan tujuan pembelajaran.

b. Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu objek atau benda dan benda. Mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain-lain. Di samping itu untuk mengajarkan aturan dan prinsip, seperti atauran dan prinsip zakat, waris, dan lain-lain.

c. Pemakaian video untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak, seperti gerakan shalat, adab makna bersama, cara pengurusan mayat, dan lain-lain. Melalui media ini, siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencoba keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.


(38)

d. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap emosi.22

Jadi, langkah-langkah pemanfaatan video yaitu 1) video harus dipilih dahulu sesuai dengan tujuan pembelajaran, 2) video haruslah memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi 3) dapat memperlihatkan contoh ketrampilan gerak yang dapat memberikan umpan balik terhadap peserta didik, 4) media haruslah ampuh untuk mempengaruhi sikap emosi.

B.

Hakikat Keterampilan Menulis

1. Pengertian Keterampilan Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis itu sendiri. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan yang lainnya. Oleh karena itu, keterampilan menulis sudah tentu berhubungan dengan menyimak, berbicara dan membaca.

Menulis yaitu suatu aktivitas menuangkan fikiran secara sistematis di dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan memikirkan, menggali, dan mengembangkan suatu ide sambil menuliskannya.23

Selain itu juga, menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan askara.24

Dalman berpendapat: menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya, selain itu menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga

22

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h.127-128.

23

M.Yunus,dkk, menulis 1 (Jakarta:Universitas Terbuka,2011), h.1.3.

24

Elaka,dkk, Buku Bahasa untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Khariama Putra Utama,2010), h.106.


(39)

orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu.

Menulis adalah mengungkapkan ide tau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa. Dalam hal ini, menulis itu membutuhkan skemata yang luas sehingga sipenulis mampu menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah dan lancar. Skemata itu sendiri adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Jadi, semakin luas skemata seseorang, semakin mudahlah ia menulis.25

Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli bahwa menulis merupakan penyampaian pikiran, perasaan dalam bentuk lambang atau tulisan yang disusun menjadi sebuah pesan yang dapat tersampaikan atau dibaca oleh orang lain.

2. Manfaat dan Tujuan Menulis

a. Manfaat menulis

Manfaat menulis yaitu: (1) meningkatkan kecerdasan, (2) mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas, (3) penumbuhan keberanian (4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

b. Tujuan Menulis

Adapun tujuan menulis yaitu: 1. Melatih kreativitas

Dengan terbiasa menulis, seseorang akan dapat terampil dalam menulis.

2. Mencari informasi pokok

Merangkum suatu tulisan atau pembicaraan akan dapat menemukan informasi pokok dengan lebih cepat dan juga akan timbul kemauan mengumpulkan informasi pada diri seseorang. 3. Mengurai kata-kata atau kalimat yang tidak diperlukan

25


(40)

Merangkum dapat mengurai atau membuang kata-kata atau kalimat yang tidak diperlukan oleh penulis untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

4. Untuk meningkatkan kecerdasan

Dengan menulis rangkuman akan meningkatkan daya pikir seseorang, seseorang akan berpikir mana saja yang akan ia rangkung untuk rangkumannya.

5. Penumbuhan keberanian

Terkadang banyak orang takut untuk menulis, seorang guru memberikan tugas menulis rangkuman terhadap para siswanya sehingga dengan tugas menulis rangkuman seseorang akan tumbuh keberaniannya untuk menulis.26

Jadi manfaat dan tujuan menulis yaitu untuk melatih kreativitas, mencari informasi pokok, mengurai kata-kata atau kalimat yang tidak diperlukan, untuk meningkatkan kecerdasan serta penumbuhan keberanian dari dalam diri.

3. Ciri-ciri Tulisan yang Baik

Agar maksud dan tujuan penulis dapat tercapai, yaitu agar pembaca memberikan respons yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, mau tidak mau dia harus menyajikan tulisan yang baik, dan adapun ciri-ciri tulisan yang baik itu, antara lain:

a) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang sesuai.

b) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan menulis menyusun bahan-bahan yang menjadi suatu kesatuan yang utuh.

c) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar: memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, para

26


(41)

pembaca tidak usah payah-payah bergumul memahami makna yang tersurat dan tersirat.

d) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat-teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini seharusnya mengurangi kata-kata dan pengulangan frase-frase yang tidak perlu. Setiap kata harusnya menunjang pengertian yang serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis.

e) Tulisan yang baik memberikan dorongan kepada penulis untuk mengkritik dan merevisi naskah yang ditulisnnya.

f) Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah ataupun manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan tanda-baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar bahaya hal-hal seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terhadap karnya.27

Jadi tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang sesuai, menyusun bahan-bahan yang menjadi satu kesatuan, menulis tidak samar-samar, mengurai kata-kata dan pengurangan frase-frase yang tidak perlu, merevisi atau memeriksa tulisan, dan mempergunakan ejaan dan tanda baca yang benar.

27


(42)

4. Hubungan Menulis Dengan Aspek Keterampilan Berbahasa Lain

1. Hubungan Menulis dengan Membaca

Menulis dan membaca merupakan ragam bahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang ditulis.28

2. Hubungan Menulis Dengan Menyimak

Dalam menulis seseorang memerlukan informasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Itu semua dapat di peroleh dari berbagai sumber. Sumber itu tidak hanya bahan tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, laporan penelitian, jurnal, atau artikel. Tetapi juga dari bahan tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, diskusi, wawancara, dan obrolan. Jika informasi dari sumber tercetak diperoleh melalui kegiatan membaca, maka informasi tak tercetak diperoleh melalui menyimak.

Melalui menyimak, penulis tidak hanya mendapatkan ide atau informasi yang diperlukannya. Pada saat yang bersamaan, ia juga menginspirasi cara memilih kata, penataran struktur sajian, serta pengorganisasian dan perangkaian gagasan yang menarik dan berguna dalam kegiatan menulis.29

3. Hubungan menulis dengan berbicara

Menulis dan berbicara memilki banyak persamaan. Kedua sama-sama sebagai ragam keterampilan berbahasa aktif-produktif. Maksudnya, menulis dan berbicara adalah dua kegiatan yang bersifat membangun dan menyampaikan pesan (isi tulisan atau isi pembicaraan) pada pihak lain, dalam hal ini pembaca dan pendengar. Sebagai penyampai pesan, kegiatan berbahasa itu menghadapkan pelakunya pada sejumlah keputusan yang harus di ambil. Keputusan itu berkenaan dengan topik, tujuan, isi informasi yang akan disampaikan, corak wacana, serta cara penyampaian

28

Suparno, dkk., Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h.1.8.

29


(43)

yang disesuaikan dengan keadaan sasaran (pembaca dan pendengar).

Karena banyaknya kesamaan antara menulis dan berbicara, maka ketika kita belajar tentang bagaimana merencanakan sebuah tulisan, maka pada dasarnya kita juga belajar tentang cara menyiapkan sebuah pembicaraan. Menyiapkan menulis tak jauh berbeda dengan berbicara.oleh karena itu pula orang yang tulisannya tertata, biasanya pembicaraannya juga tertata. Namun demikian, di samping berbagai kesamaan tertadapat pula perbedaan mendasar antara menulis dan berbicara.30

C. Hakikat Puisi

1. Pengertian Puisi

Menganalisis sastra atau mengkritik karya sastra (puisi) itu adalah usaha menangkap makna dan memberi makna kepada teks karya sastra (puisi). Karya sastra itu merupakan struktur yang bermakna.31 Rene Wellek, dkk dalam bukunya memaparkan: puisi sebagai bagian dari karya sastra, tentunya banyak mengandung nilai dan keindahan khas yang akan terungkap jika kita mampu memahaminya dengan baik dan

benar. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. “Definisi sastra dapat dibatasi pada “mahakarya” (great books), yaitu buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya. Dalam hal ini, kriteria yang dipakai adalah segi estetis, atau nilai estetis yang

dikombinasikan dengan nilai ilmiah”32

Jadi puisi merupakan karya sastra yang mengandung nilai dan keindahan yang khas apabila kita mampu memahaminya dengan baik dan benar.

30

Ibid. 31

Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannyanya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 141.

32

Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 12.


(44)

Selain itu juga Waluyo ,menyatakan, puisi adalah teks-teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Maksud dari pendapat tersebut ialah isi dari puisi bukan semata-mata merupakan sebuah cerita, tetapi merupakan ungkapan perasaan. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair dan imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.33

Jadi, menurut Waluyo puisi merupakan teks-teks yang isinya bukan semata-mata sebuah cerita, tetapi ungkapan perasaan atau pemikiran penulis dengan mengonsentrasikan fisik dan struktur batin.

Booth berpendapat, Poems, perhaps even more than other texts, can sharpen your reading skills because they tend to be so compact, so fully dependent on concise expressions of feeling. Maksudnyaa adalah: puisi bukan hanya sekedar kegiatan membaca biasa, skil membaca, karena mereka tersusun dari satu kesatuan yang padat atau rapih maka sangat tergantung pada ungkapan perasaan.34

Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian puisi adalah karya sastra yang berupa teks-teks monolog yang tersusun dari satu kesatuan yang padat yang terbentuk dari pemikiran dan perasaan penulis.

2. Jenis-jenis Puisi

Puisi terbagi menjadi beberapa jenis. Pembagian jenis puisi tersebut ialah sebagai berikut.

a. Segi ungkapan

1) Puisi naratif, adalah puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, sugestif, dan komplek. Puisi naratif contohnya balada, epik, syair dan romansa.

33

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 107-108.

34


(45)

2) Puisi lirik, dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi ini misalnya ode, elegi, dan serenade.

3) Puisi deskriptif, pada jenis syair ini penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap peristiwa, benda, atau suasana yang dianggap menarik perhatian. Jenis puisi ini adalah satire, kritik sosial, dan puisi-puisi impresionik.

4) Puisi kamar atau puisi auditorium. Puisi kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau satu dua orang pendengar saja di kamar. Puisi auditorium adalah puisi yang cocok dibacakan di auditorium, di mimbar dengan jumlah pendengar ratusan orang.

5) Puisi fisikal, platonik dan metafisikal. Puisi fisikal adalah puisi yang bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan bukan gagasan hal-hal yang dilihat, didengar atau dirasakan. Puisi platonik adalah puisi yang berisikan hal-hal spiritual dan kejiwaan, contoh puisi ini misalnya puisi religius, dan puisi cita-cita. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan tuhan, puisi religius juga bisa termasuk puisi ini.

6) Puisi subjektif dan objektif. Puisi subjektif sering disebut juga puisi personal yaitu puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana diri dalam penyair. Puisi objektif merupakan puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi ini juga disebut puisi impersonal, meskipun ada beberapa yang subjektif.

7) Puisi konkret, puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan.

8) Puisi diafan dan puisi prismatis. Puisi diafan adalah puisi yang kata-katanya sangat terbuka tidak mengandung lambang-lambang atau kiasan, dalam puisi diafan penyair menggunakan


(46)

kata-kata yang mudah dipahami dan cenderung merupakan bahasa sehari-hari. Puisi prismatis adalah jenis puisi yang menggunakan kata-kata lambang atau kiasan, dalam puisi ini pengarang memilih kata-kata yang sulit dipahami.

9) Puisi pernasian dan puisi inspiratif. Puisi pernasian adalah puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi inspiratif adalah puisi yang berasal dari mood atau passion.

10) Puisi demonstrasi dan puisi pamflet. Puisi demonstrasi adalah puisi endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional selama penyair terlibat dalam suatu peristiwa. Puisi ini banyak pada karya angkatan 66. Puisi pamflet adalah puisi yang mengungkapkan protes sosial dengan menggunakan bahasa pamflet secara spontan tanpa perenungan yang mendalam. 11) Alegori, dikenal juga dengan parabel yang sering juga disebut

dongeng perumpamaan yang maknanya dapat kita cari balik yang tersurat.35

Dapat disimpulkan jenis puisi ada 11 jenis yaitu puisi naratif, lirik, deskriptif, puisi kamar dan auditorium, puisi fisikal, paltonik, metafisikal. Puisi subjektif dan objektif, puisi konkret, puisi diafan dan prismatis, puisi pernasian dan inspiratif, puisi demonstrasi dan pamflet, serta alegori.

b. Segi bentuk

Dari segi bentuk, secara garis besar dapat disebutkan adanya sajak-sajak yang bentuknya terikat, seperti soneta, kwatrin, dan pantun. Soneta biasanya terdiri atas empat belas larik dengan pola rima tertentu, sedangkan kwatrin adalah sebait sajak yang terdiri atas empat larik dengan rima tertentu. Pantun adalah sebuah bentuk puisi khas Melayu yang terdiri atas empat baris.

c. Segi isi

35

Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, Kajian Puisi (Teori dan Praktik), (Jakarta: Unindra Press: 2013), h. 18-19.


(47)

Dari segi isi, puisi dapat dikategorikan dalam ode, epitaf, dan elegi. Ode adalah sajak yang berisi pujian untuk seorang tokoh atau suatu peristiwa besar. Epitaf merupakan sajak yang biasanya diguratkan pada batu nisan di makam seseorang yang berisi pesan moral yang dipetik dari pengalaman orang yang dimakamkan. Elegi adalah puisi yang berisi semacam dukacita akan sesuatu yang sangat berharga namun telah hilang.36 Adapun jenis puisi berdasarkan isi yaitu:

1) Balada adalah puisi yang mengungkapkan sesuatu dan berakhir dengan kesedihan.

2) Romans adalah puisi yang mengungkapkan tentang kisah percintaan.

3) Elegy adalah puisi yang mengisahkan tentang ratapan nasib. 4) Himne adalah puisi yang berisi tentang pemujaan kepada

dewa-dewa dan Tuhan.

5) Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang atau sesuatu yang dianggap luhur.

6) Satire adalah puisi yang berisi protes sosial dan sindiran keras terhadap kondisi tertentu dan perilaku kelompok masyarakat. 7) Idyle adalah puisi yang mengisahkan kehidupan aman,

tentram, damai sentosa (gemah ripah loh jinawi).

8) Epigram adalah puisi sindiran yang berisi ajaran kehidupan yang luhur dan perjuangan.

9) Didaktis adalah puisi yang berisi tentang nilai-nilai pendidikan dan pengajaran.

10) Serenade adalah puisi yang mengungkapkan tentang kisah percintaan yang dapat dinyanyikan (puisi/lirik lagu cinta). 11) Diafan adalah puisi sederhana karena mudah ditangkap dan

mudah dicerna maknanya (diksi sederhana).

36


(48)

12) Prismatis adalah puisi yang cenderung sulit dicerna maknanya (diksi konotatif), tetapi bila dibaca secara cermat maknanya dapat dicerna.

13) Hermetis adalah puisi yang sulit dipahami maknanya. Untuk memahami puisi harus memahami latar belakang dan kepribadian penyair.37

Dari beberapa jenis puisi berdasarkan isinya, terdapat 13 jenis yaitu puisi balada, romans, elegy, himne, ode, satire, idyle, epigram, didaktis, serenade, diafan, prismatis, hermetis.

3. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi

Bentuk dan struktur fisik puisi sering disebut metode puisi. Bentuk dan struktur fisik puisi mencakup:

1) Perwajahan Puisi (Tipografi)

Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi. Pada puisi konvensional, kata-katanya diatur dalam deret yang disebut larik atau baris. Pengaturan baris dalam puisi dapat menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas).

Berwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa

pengarangnya. Perhatikan tipografi puisi “Hyang?” (Sutardji

Calzoum Bachri) yang berlubang-lubang, terputus dan meloncat-loncat mengungkapkan kekosongan, kegelisahan, dan ketidakmenentuan pikiran penyairnya dalam mencari Hyang (Tuhan).

37

Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, Kajian Puisi (Teori dan Praktik), (Jakarta: Unindra Press: 2013), h. 18-19.


(49)

HYANG

yang mana

ke atau

dari

mana meski

pun

lalu se

bab

antara

Kau

dan

aku

Dapat disimpulkan bahwa perwajahan atau tipografi dalam puisi dapat membedakan puisi dengan prosa, fiksi, dan drama. Tipografi merupakan bentuk dari puisi yang bermacam-macam tergantung penyairnya.

2) Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

Pilihan kata akan mempengaruhi ketepatan makna dan

keselarasan bunyi. Dalam puisinya “Aku” (Chairil Anwar),

sebelumnya tertulis seperti di bawah ini.

Kutipan 1

Aku


(50)

„Ku tahutak seorang „kan merayu Tidak juga kau

…………..

Chairil sadar bahwa kata tahu menunjukkan kelemahan dan menunjukkan sikap pesimis. Kemudian kata tahu diubah pada penerbitan berikutnya menjadi kata mau yang menunjukkan sikap kuat dan optimis. Seperti kutipan di bawah ini.

Kutipan 2

Aku

Kalau sampai waktuku

„Ku mau tak seorang „kan merayu

Tidak juga kau

………

Siswanto dalam bukunya menyatakan:

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata juga berhubungan erat dengan latar belakang penyair.38

Jadi fungsi diksi bagi puisi yaitu untuk memperindah dan memberikan fariasi pada puisi serta makna yang tersembunyi.

3) Imaji

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan,dan peraba atau sentuh. Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair.39

38

Opcit, h.113-116.

39


(51)

Jadi, dengan imaji pada puisi akan mebuat pembaca seakan-akan melihat, mendengar, mencium dan merasseakan-akan apa yang dirasakan oleh penulis

.

4) Kata Kongkret

Kata konkret berhibungan erat dengan imaji. Kata konkreat adalah kata-kata yang diungkapkan dengan indera. Dengan kata Konkret akan memungkinkan imaji muncul.

IKAN

aku lihat ikan di akuaruim tidak pernah tidur

lalu bagaimana ia menghitung hari dan kematian barangkali memang tidak perlu dihiraukan Karena ia selalu berzikir dengan mata dan siripnya

Pada puisi di atas, kata konkret ditunjukan oleh kata ikan,

akuarium, mata, dan sirip. Kata konkret berhubungan dengan kata kiasan atau lambang.

Jadi, kata kongkret sangat erat dengan imaji karena kata kongkret dapat diungkapan dengan imaji. Kata kongkret dalam puisi berfungsi untuk menimbulkan imaji pada pembaca.

5) Bahasa Figuratif (Majas)

Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Sudjito dalam Siswanto : Bahasa figurative menyebabkan puisi menjadi prismatik, artinya memancarkan banak makna atau kaya akan makna. Waluyo dalam Siswanto : Perrine menyatakan bahasa riguratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair karena (1) bahasa figuratif mampu


(52)

menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret san menjadikan puisi lebih lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa singkat.

Terdapat bermacam-macam bahasa kiasan/majas di dalam puisi. Namun ada beberapa bahsa kiasan/majas yang pemakaiannya lebih dominan, yaitu: perbandingan (simile), metafora, personifikasi, metonimi, sinekdot, hiperbola, alegori. a) Metafora

Pada dasarya adalah sebuah kata atau ungkapan yang maknannya bersifat kiasan, dan bukan harfiah karena ia berfungsi menjelaskan sebuah konsep. Dengan demikian, demikian konsep tersebut lebih mudah dimengerti, dan efeknya pun menjadi lebih kuat.

Contohnya menggunkan ungkapan : “Dewi bulan” untuk

melukiskan seorang kasih yang cantik. b) Perbandingan (simile)

Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun yang masih memiliki kesamaan-kesamaan tertentu.

Contohnya dengan kata-kata : senyumnya semanis gula atau nusantara

c) Personifikasi

Gaya bahasa yang cukup popular dalam puisi. Dengan gaya bahasa ini, benda-benda mati seolah-olah bernyawa.

Contohnya : Aku adalah sepotong kayu / yang berlumut dan ditumbuhi bunga.


(53)

Memiliki hubungan kedekatan dengan hal yang diwakilinya. Contoh : aku sedang membaca Rendra, maksudnya penutur tidak membaca Rendra sebagi orang, melainkan karya-karya tulis Rendra.

e) Sinekdok merupakan bahasa kiasan yang mengungkapkan sebagian untuk menunjuk keseluruhan objek atau mengungkapkan keseluruhan untuk menunjuk sebagian objek.

f) Hiperbola adalah sejenis majas yang mengandung pernyataan-pernyataan yang berlebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.40

Jadi, penggunaan bahasa figuratif pada puisi sangat penting karena dapat memperindah, memperkaya makna dan memberi variasi pada puisi.

6) Verfikasi (Rima, Ritme, dam Metrum)

a. Rima

Rima adalah persaaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi.

b. Ritma

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi.

c. Metrum

Metrum merupakan tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi. Ritma lebih menonjol bila puisi itu dibacakan. Adahal yang menyamakan ritma dengan metrum.

Dalam deklamasi, biasanya puisi diberi („) pada suku kata

40


(54)

bertekanan keras, dan (u) diatas suku kata yang bertakan lemah.41

Jadi manfaat rima, ritma dan mertum dalam puisi yaitu untuk memberikan fariasi pada puisi terutama pada bunyi, sehingga dapat dibacakan dengan nada atau bunyi yang akan menjadikan puisi lebih menyenangkan saat dibacakan.

7) Struktur Batin Puisi

Waluyo berpendapat, Bahwa puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur batin dan struktur fisik puisi.

Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya bait-bait puisi itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana, sedangkan struktur fisik puisi adalah medium pengungkap struktur batin puisi. Baris-baris puisi dibedakan dari baris prosa karena setiap baris puisi menunjukan adannya enjambemen yakni, kesenyapan yang menunjukkan bahwa setiap baris puisi mengungkapan kesatuan makna yang belum tentu harus menjadi bagian dari kesatuan makna baris berikutnya.

Struktur batin puisi terdiri atas : tema, nada, perasaan, dan amanat. Keempatnya merupakan jiwa puisi yang padu.42

Sedangkan LA. Richards dalam Siswanto: struktur batin puisi dengan istilah hakikat puisi. Dalam buku ini sengaja tidak digunakan istilah hakikat puisi (meskipun isi yang dimaksud dalam istilah itu sama) karena hakikat puisi tidak hanya ditentukan oleh isi puisi seperti yang dimaksud oleh I.A Richards, tetapi juga ditentukan oleh bentuk dan struktur fisik puisi, serta oleh maksud dan tanggapan pembaca seperti yang sudah diterangkan ditas.

41

Ibid, h. 42-43.

42


(1)

LAMPIRAN 2

Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)

Pr df 0.25 0.50 0.10 0.20 0.05 0.10 0.025 0.050 0.01 0.02 0.005 0.010 0.001 0.002 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 1.00000 0.81650 0.76489 0.74070 0.72669 0.71756 0.71114 0.70639 0.70272 0.69981 0.69745 0.69548 0.69383 0.69242 0.69120 0.69013 0.68920 0.68836 0.68762 0.68695 0.68635 0.68581 0.68531 0.68485 0.68443 0.68404 0.68368 0.68335 0.68304 0.68276 0.68249 0.68223 0.68200 0.68177 0.68156 0.68137 0.68118 0.68100 0.68083 0.68067 3.07768 1.88562 1.63774 1.53321 1.47588 1.43976 1.41492 1.39682 1.38303 1.37218 1.36343 1.35622 1.35017 1.34503 1.34061 1.33676 1.33338 1.33039 1.32773 1.32534 1.32319 1.32124 1.31946 1.31784 1.31635 1.31497 1.31370 1.31253 1.31143 1.31042 1.30946 1.30857 1.30774 1.30695 1.30621 1.30551 1.30485 1.30423 1.30364 1.30308 6.31375 2.91999 2.35336 2.13185 2.01505 1.94318 1.89458 1.85955 1.83311 1.81246 1.79588 1.78229 1.77093 1.76131 1.75305 1.74588 1.73961 1.73406 1.72913 1.72472 1.72074 1.71714 1.71387 1.71088 1.70814 1.70562 1.70329 1.70113 1.69913 1.69726 1.69552 1.69389 1.69236 1.69092 1.68957 1.68830 1.68709 1.68595 1.68488 1.68385 12.70620 4.30265 3.18245 2.77645 2.57058 2.44691 2.36462 2.30600 2.26216 2.22814 2.20099 2.17881 2.16037 2.14479 2.13145 2.11991 2.10982 2.10092 2.09302 2.08596 2.07961 2.07387 2.06866 2.06390 2.05954 2.05553 2.05183 2.04841 2.04523 2.04227 2.03951 2.03693 2.03452 2.03224 2.03011 2.02809 2.02619 2.02439 2.02269 2.02108 31.82052 6.96456 4.54070 3.74695 3.36493 3.14267 2.99795 2.89646 2.82144 2.76377 2.71808 2.68100 2.65031 2.62449 2.60248 2.58349 2.56693 2.55238 2.53948 2.52798 2.51765 2.50832 2.49987 2.49216 2.48511 2.47863 2.47266 2.46714 2.46202 2.45726 2.45282 2.44868 2.44479 2.44115 2.43772 2.43449 2.43145 2.42857 2.42584 2.42326 63.65674 9.92484 5.84091 4.60409 4.03214 3.70743 3.49948 3.35539 3.24984 3.16927 3.10581 3.05454 3.01228 2.97684 2.94671 2.92078 2.89823 2.87844 2.86093 2.84534 2.83136 2.81876 2.80734 2.79694 2.78744 2.77871 2.77068 2.76326 2.75639 2.75000 2.74404 2.73848 2.73328 2.72839 2.72381 2.71948 2.71541 2.71156 2.70791 2.70446 318.30884 22.32712 10.21453 7.17318 5.89343 5.20763 4.78529 4.50079 4.29681 4.14370 4.02470 3.92963 3.85198 3.78739 3.73283 3.68615 3.64577 3.61048 3.57940 3.55181 3.52715 3.50499 3.48496 3.46678 3.45019 3.43500 3.42103 3.40816 3.39624 3.38518 3.37490 3.36531 3.35634 3.34793 3.34005 3.33262 3.32563 3.31903 3.31279 3.30688


(2)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : IX/1

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit Standar Kompetensi: Menulis sastra

16. mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis puisi

Kompetensi Dasar : 16.2 menulis puisi berkenaan dengan pristiwa yang dialami I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta didik mampu:  mampu menulis puisi sesuai dengan judul

 mampu menulis puisi sesuai dengan tema  mampu menulis puisi dengan imaji yang sesuai

 mampu menulis puisi dengan pilihan kata atau bahasa figuratif Karakter siswa yang diharapkan :

 dapat dipercaya (Trustworthines)  rasa hormat dan perhatian (respect)  tekun (diligence)

 Kepemimpinan (Leadership) II.Materi Pembelajaran

 pengertian puisi  pertain tema

 pengertian bahasa figuratif/diksi  pengertian imaji

III. Metode Pembelajaran  Inkuiri

 Contoh  Tanya jawab  Latihan


(3)

IV. Media/Sumber/Alat Pembelajaran  Buku paket Bahasa Indonesia  Media audio visual berupa video  Proyektor/laptop/pengeras suara V. Langkah-Langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal Apersepsi :

 Mengucapkan salam  Menanyakan kabar

 Mengabsen kehadiran siswa

 Bertanya jawab mengenai kebiasaan membuat puisi  Bertanya jawab mengenai pengertian puisi

 Peserta didik diberikan pretest berupa tugas menulis puisi bertema

“Keindahan Alam”

Motivasi :

 Menjelaskan mengenai cara penulisan puisi B. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat;

 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.  Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :  mencermati video puisi;


(4)

 memberikan kesempatan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

 peserta didik mengerjakan postest yang diberikan tentang penilian puisi dengan

tema “Ibu”;

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi :

 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;

 memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber;

 memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar :

 berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

 memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

 memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

C. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup :

 bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.


(5)

VI. Penilaian

Indikator Pencapaian Kompetensi

Teknik Penilaian Instrumen

 mampu menulis puisi sesuai dengan judul  mampu menulis puisi

sesuai dengan tema  mampu menulis puisi

dengan imaji yang sesuai

 mampu menulis puisi dengan pilihan kata atau bahasa figuratif

Tes Tertulis 1. (Pretest) tulislah puisi dengan tema

”Keindahan Alam”

2. (Posttest) Tulislah puisi dengan tema

”Ibu”

VII. Teknik Penilaian Instrumen

Indikator Skor (bobot skor 5) Skor

Maksimal

1 2 3 4 5

Tema 25

Kesesuaian Judul dengan Isi Puisi

25

Imaji 25

Bahasa Figuratif 25

Jumlah Skor 100

Kriteria Penilaian:

5 = Sangat baik 2 = Kurang

4 = Baik 1 = Sangat Kurang

3 = Cukup

Tangerang, Agustus 2014 Peneliti,


(6)

BIODATA PENULIS

Nur Afianti dilahirkan pada 26 Agustus 1992 di Kota tangerang. Merupakan anak kedua dari pasangan Joi Buckhori dan Nunung Rusmaidah .

Putri kedua dari tiga bersaudara yang dikenal dengan nama Via ini memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Nuri. Selanjutnya, pernah duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri Sudimara VIII Ciledug, Sekolah Menengah Pertama MTs Al-Islamiah Ciledug, Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Tangerang, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010.

Penulis gemar sekali berkumpul dengan banyak orang, maka dari itu penulis cukup aktif pada organisasi yaitu BadaN Eksekutif Mahasiswa dan HMI pada awal hingga pertengahan kuliah. Saat kecil penulis bercita-cita menjadi bidan namun, orang tua penulis ingin sekali penulis menjadi seorang guru, dan sebelum pengumuman UN penulis mendapat satu bangku pendidikan di UIN dengan Jurusan PBSI. Penulis mengahiri perkuliahannya dengan menulis skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Ketrampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang Tahun Pelajaran 2014/2015.” “Hal terpenting bagi penulis saat ini dan selamannya yaitu KELUARGA”.


Dokumen yang terkait

Efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra Tahun pelajaran 2013-2014

2 20 195

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Peningkatan motivasi belajar siswa kelas X melalui media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMK Karya Ekopin

0 5 96

Pengaruh penggunaan media audio visual Terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IX MTS Jabal Nur Cipondoh Tangerang Tahun pelajaran 2014/2015

3 14 115

Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fikih di MTS Fatahillah Buncit Jakarta Selatan

3 20 116

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band Surga Cinta pada siswa kelas VIII MTS Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA) Ciputat, Tangerang.

0 7 147

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band "Surga Cinta" pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi'iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

2 14 147

Peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan menggunakan media audio visual siswa kelas VIII semester II SMPN 2 Tangerang Selatan Tahun pelajaran 2013/2014

3 35 174

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta” pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

1 10 147