Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013
IMPELEMENTASI KALENDER TANAM PADI SAWAH
SEBAGAI ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM
Yong Farmanta dan Nurmegawati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Jl. Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota Bengkulu
email [email protected]
ABSTRAK
Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian, khususnya
tanaman pangan. Penyesuaian waktu tanam melalui kalender tanam merupakan salah satu teknologi untuk
mengurangi risiko kegagalan produksi pertanian. Penelitian ini bertujuan melihat implementasi kalender tanam
di kabupaten Bengkulu melalui penanam varietas Inpari 20. Untuk menghindari ledakan serangan hama dan
penyakit yang mengakibatkan gagalnya panen maka perlu adanya penyesuaian waktu dan pola tanan melalui
pemanfaatan kalender tanam yang ada.
Kata kunci : perubahan iklim, hama padi, produktivitas, kalender tanam
PENDAHULUAN
Pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, paling rentan terhadap perubahan iklim
terkait tiga faktor utama, yaitu biofisik, genetik dan manajemen. Hal ini karena tanaman pangan pada
umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman, terutama kelebihan
dan kekurangan air. Secara teknis, kerentanan sangat berhubungan dengan sistem penggunaan
lahan dan sifat tanam, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air dan tanaman, serta varietas
tanaman (Las et al., 2008 dalam Surmaini et al., 2011). Mejaya (2011) menambahkan bahwa
perubahan iklim juga dapat mengakibatkan terjadinya dinamika organisme pengganggu tumbuhan
(OPT), yaitu peningkatan serangan hama dan penyakit di areal persawahan di Indonesia.
Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian,
khususnya tanaman pangan. Untuk mengantisipasi dampak perubahan itu perlu adanya upaya
mitigasi dan adaptasi. Teknologi mitigasi adalah untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian
antara lain adalah varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan lahan.Teknologi adaptasi
bertujuan melakukan penyesuaian terhadap dampak perubahan iklim untuk mengurangi risiko
kegagalan produksi pertanian (Surmaini et al., 2011). Salah satu teknologi adaptasi yaitu penyesuaian
waktu tanam, yang merupakan upaya yang sangat strategis guna mengurangi atau menghindari
dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian
Pertanian telah menerbitkan peta kalender tanam.
Kalender tanam (cropping calendar) merupakan jadwal penanaman tanaman tertentu selama
setahun di suatu wilayah, yang meliputi masa persiapan tanah, penanaman dan panen. Manfaat dari
penentuan waktu tanam ini sangat bervariasi diantaranya : (1) Penentuan waktu tanam sebagai salah
satu cara untuk mengatasi masalah keterbatasan air dengan menggunakan data curah hujan, air
sungai dan kebutuhan air irigasi, (2) Penentuan awal waktu yang tepat dapat mengatasi kehilangan
nutrisi tanaman, terutama pada saat transisi dari musim kering ke musim hujan. Penerapan sistem
kalender tanam mempunyai banyak kendala salah satunya sulitnya penerapan kalender tanam
dilakukan, untuk itu perlu dilakukan verifikasi implementasinya di lapangan. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat implementasi kalender tanam di kabupaten Bengkulu melalui penanam varietas Inpari
20.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2013 di Balai
Benih Kota Medan Kabupaten Bengkulu Selatan. Komponen teknologi yang dipakai antara lain,
persiapan lahan dan persemaian, varietas yang digunakan Inpari 20 dengan keperluan benih 25 – 30
kg/ha. Umur bibit yang digunakan 10 – 15 hss dengan jumlah bibit 1 – 3 batang/rumpun. Cara
tanam yang digunakan yaitu jajar legowo 2 : 1 dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Karena ketersedian
pupuk di lapangan kurang maka pemupukan dilakukan Urea 75 kg/ha + NPK 100 kg/ha. Pelaksanaan
persemaian dilakukan pada bulan Mei minggu I tahun 2013, hal ini tidak sesuai dengan sistem
kalender tanam terpadu, untuk wilayah Kecamatan Kota Manna jadwal tanamnya pada bulan Mei IIIJun I. Data yang diukur meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan (aktif dan produktif) dan komponen
hasil (panjang malai, jumlah gabah per malai) dan data produksi. Data yang didapat kemudian
dihubungkan dengan kalender tanam melalui waktu tanam yang dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen dan Hasil
Komponen hasil yang terdiri dari jumlah malai yang mencerminkan jumlah anakan produktif,
panjang malai, jumlah gabah permalai, gabah bernas dan gambah hampa. Hasil pengamatan dapat
dilihat Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata jumlah malai, panjang malai, gabah bernas, gabah hampa, total gabah, % gabah hampa dan
% gabah bernas.
Sampel
Tanaman
Jumlah
Malai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rata-rata
15
17
17
16
13
23
23
20
16
17,78
Panjang
Malai
(cm)
20,60
20,29
19,59
20,31
19,23
21,30
21,48
21,25
19,13
20,35
Gabah
Bernas
(butir)
72,87
63,00
59,29
65,00
66,39
71,26
77,48
65,15
59,06
66,61
Gabah
Hampa
(butir)
8,93
9,59
17,71
11,31
12,93
9,78
10,17
8,35
10,06
10,98
Total
Gabah
(butir)
81,8
72,59
77
76,31
79,32
81,04
87,65
73,5
69,12
77,59
% gabah
hampa
% gabah
bernas
10,92
13,21
23,00
14,82
16,30
12,07
11,60
11,36
14,55
14,20
89,08
86,79
77,00
85,18
83,70
87,93
88,40
88,64
85,45
85,80
Rata-rata jumlah malai varietas Inpari 20 yaitu 17,78 helai. Jumlah malai sangat
mempengaruhi hasil gabah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah malai yang dihasilkan sebanyak
pula gabah yang dihasilkan. Demikian juga dengan panjang malai berbanding lurus dengan gabah
yang dihasilkan. Rata-rata panjang malai Inpari 20 yang dihasilkan 20,35 ini termasuk panjang malai
sedang. Menurut Norsalis (2011) panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas
dan keadaan keliling. Panjang malai beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan
panjang (lebih dari 30 cm).
Total gabah/malai dihitung berdasarkan jumlah gabah isi dan gabah hampa/malai. Tujuan
penghitungan total gabah hampa adalah untuk mengetahui jumlah gabah/mala.Rata-rata Jumlah
gabah 77,95 butir, yang terdiri dari 66,61 butir (85,80%) gabah bernas dan 10,98 butir (14,20%)
gabah hampa. Persentase gabah bernasnya lebih tinggi dari persentase gabah hampa,ini akan
mempengaruhi hasil gabah. Menurut Suparwoto, et al. (2004), tanaman berpotensi hasil tinggi
mempunyai persentase gabah hampa yang rendah. Semakin rendah persentase gabah hampa berarti
persentase gabah isi semakin tinggi. Menurut Abdullah (2009), rata-rata gabah hampa 24,2-28,2%,
sedangkan rata-rata persentase gabah hampa varietas unggul baru padi sawah seperti Ciherang ratarata 20% dan varietas Fatmawati 44%.
Rata-rata hasil display varietas Inpari 20 yaitu 2,5 t/ha GKP. Rendahnya hasil dikarenakan
pertanaman diserang tikus hampir 30%, walang sangit sekitar 40 % dan serangan burung pada fase
generatif . Berdasarkan deskripsinya maka hasil tersebut jauh dari rata-ratanya 6,40 t/ha GKG
(Suprihatno et a., 2010).
Kartasapoetra (1997) dalam Nurhadi (2011) melaporkan bahwa tikus merupakan hama yang
menimbulkan kerugian besar pada berbagai tanaman pangan. Hama ini merusak pertanaman dan
hasil tanaman baik di lahan maupun di penyimpanan. Tanaman pangan yang sering diserang
diantaranya padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Fattah dan Hamka (2011)
menambahkan bahwa Walang sangit merupakan salah satu jenis hama yang banyak mengurangi
produksi padi. Hama ini menyerang tanaman pada saat malai padi matang susu. Cairan tanaman
diisap, akibatnya biji menjadi hampa atau berisi tidak penuh.
Sakti dan Tjahjono (1989) dalam Nurhadi (2011) menambahkan bahwa hama tikus menjadi
masalah dalam peningkatan produksi padi, karena menyerang mulai dari fase vegetatif dan generatif.
Pada fase vegetatif tikus mulai menyerang dari pembenihan sampai pada awal fase generatif, yaitu
pada saat padi berumur 45 hari setelah tanam dengan tinggi rata-rata 60 cm dari permukaan tanah.
Tikus memutuskan batang padi dan menggigit lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk makan. Pada
fase generatif tikus memakan malai hingga malai yang mulai menguning.
Validasi data dengan jadwal tanam dengan kalender tanam
Dalam menghadapi perubahan iklim salah satu teknologi adaptasi yaitu dengan penyesuaian
jadwal tanam. Badan litbang Pertanian telah mengeluarkan kalender tanam terpadu yang di
dalamnya memuat informasi jadwal tanam, pola tanam, prediksi luas tanam, dosis pupuk,
Rekomendasi kebutuhan pupuk, rekomendasi benih dan varietas padi dan palawija dan potensi OPT
padi dan palawija.
Jadwal tanam bulan Mei minggu pertama yang dilakukan merupakan tanam selang di musim
kemarau. Faktor pemicu kegagalan panen salah satunya adalah serangan hama dan penyakit.
Perubahan iklim mengakibatkan perkembangan dinamika serangan hama dan penyakit, salah satu
serangan walang sangit dan tikus.
Fattah dan Hamka (2011) menyatakan serangan tikus di musim kemarau lebih tinggi karena
pengaruh iklim seperti cuaca. Pada musim kemarau, intensitas curah hujan lebih rendah dibanding
musim hujan sehingga aktifitas tikus untuk mencari makanan lebih banyak Berbeda halnya pada
musim hujan, berbagai kendala yang dihadapi tikus untuk melakukan aktifitasnya seperti curah hujan
yang tinggi menyebabkan terjadinya banjir sehingga banyak lubang-lubang tikus yang terendam
akibatnya banyak tikus yang mati karena kedinginan terutama anak tikus
Baehaki ( 2008) menyatakan bahwa perubahan iklim global juga dapat mengakibatkan
terjadinya dinamika organisme penganggu tumbuhan yaitu peningkatan serangan hama dan penyakit
di areal persawahan di Indonesia. Fattah dan Hamka (2011) menambahkan bahwa penyebab
serangan walang sangit adalah karena pengaruh iklim. Kondisi suhu yang panas kemudian diiringi
dengan hujan akan mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama walang sangit.
Perkembangan populasi walang sangit pada kondisi iklim yang mendukung sangat cepat, apalagi bila
disertai dengan ketersediaan bahan makanan akan menyebabkan populasi mengalami peningkatan
yang sangat tajam sehingga dapat menyebabkan serangan yang lebih luas.
Surmaini et al., (2011) menyatakan bahwa penyesuaian waktu dan pola tanam merupakan
upaya yang sangat strategis guna mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat
pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian Pertanian menerbitkan peta
kalender tanam yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam bagi tanaman pangan terutama
padi. Peta kalender tanam disusun berdasarkan kondisi pola tanam petani saat ini, dengan tiga
skenario kejadian iklim, yaitu tahun basah, tahun normal dan tahun kering.
KESIMPULAN
Untuk menghindari ledakan serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan gagalnya
panen maka perlu adanya penyesuaian waktu dan pola tanan melalui pemanfaatan kalender tanam
yang ada.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Hendri Suyanto yang telah banyak
membantu selama pelaksanaan penelitian di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B. 2009. Perakitan dan pengembangan varietas padi tipe baru. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Badan Litbang Pertanian. hal 67-89.
Baehaki,S.E. Abdullah,B. 2008. Evaluasi karakter ketahanan galur padi terhadap wereng coklat biotipe 3 melalui
uji penapisan dan population built up. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN.
Buku I. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.p.367-382
Fattah, A. Hamka. 2011. Tingkat Serangan Hama Utama Padi Pada Dua Musim Yang Berbeda Di Sulawesi
Selatan. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.
Mejaya,M.J. 2011. Varietas unggul padi toleran dampak perubahan iklim dalam mendukung swasembada beras
berkelanjutan. Prosiding seminar ilmiah hasil penelitian padi nasional 2011. 27-28 Juli 2011.
Norsalis,
E.
2011.
Padi
gogo
dan
padi
sawah.
http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/Padigogodansawah_ekonorsalis_17170.pdf [23 September) 2013.
Nurhadi .2011. Pengaruh ketinggian penempatan perangkap tabung bambu terhadap hasil tangkapan tikus di
sawah kecamatan kuranji padang.Jurnal Ilmiah Ekotrans Universitas Ekasakti Padang. 11( 2):1-8
Surmaini, E. Runtunuwu,E. Las,I. 2011. Upaya sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim. Jurnal
Litbang Pertanian 30 (1) : 1-7
Suparwoto, Waluyo, dan Jumakir. 2004. Pengaruh varietas dan metode pemupukan terhadap hasil padi di rawa
lebak. Jurnal Agronomi 8 (1) : 21-25.
Suprihatno, B., A. A. Daradjat, Satoto, Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, I.P. Wardana, dan H.
Sembiring. 2010. Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
SEBAGAI ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM
Yong Farmanta dan Nurmegawati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Jl. Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota Bengkulu
email [email protected]
ABSTRAK
Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian, khususnya
tanaman pangan. Penyesuaian waktu tanam melalui kalender tanam merupakan salah satu teknologi untuk
mengurangi risiko kegagalan produksi pertanian. Penelitian ini bertujuan melihat implementasi kalender tanam
di kabupaten Bengkulu melalui penanam varietas Inpari 20. Untuk menghindari ledakan serangan hama dan
penyakit yang mengakibatkan gagalnya panen maka perlu adanya penyesuaian waktu dan pola tanan melalui
pemanfaatan kalender tanam yang ada.
Kata kunci : perubahan iklim, hama padi, produktivitas, kalender tanam
PENDAHULUAN
Pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, paling rentan terhadap perubahan iklim
terkait tiga faktor utama, yaitu biofisik, genetik dan manajemen. Hal ini karena tanaman pangan pada
umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman, terutama kelebihan
dan kekurangan air. Secara teknis, kerentanan sangat berhubungan dengan sistem penggunaan
lahan dan sifat tanam, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air dan tanaman, serta varietas
tanaman (Las et al., 2008 dalam Surmaini et al., 2011). Mejaya (2011) menambahkan bahwa
perubahan iklim juga dapat mengakibatkan terjadinya dinamika organisme pengganggu tumbuhan
(OPT), yaitu peningkatan serangan hama dan penyakit di areal persawahan di Indonesia.
Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian,
khususnya tanaman pangan. Untuk mengantisipasi dampak perubahan itu perlu adanya upaya
mitigasi dan adaptasi. Teknologi mitigasi adalah untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian
antara lain adalah varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan lahan.Teknologi adaptasi
bertujuan melakukan penyesuaian terhadap dampak perubahan iklim untuk mengurangi risiko
kegagalan produksi pertanian (Surmaini et al., 2011). Salah satu teknologi adaptasi yaitu penyesuaian
waktu tanam, yang merupakan upaya yang sangat strategis guna mengurangi atau menghindari
dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian
Pertanian telah menerbitkan peta kalender tanam.
Kalender tanam (cropping calendar) merupakan jadwal penanaman tanaman tertentu selama
setahun di suatu wilayah, yang meliputi masa persiapan tanah, penanaman dan panen. Manfaat dari
penentuan waktu tanam ini sangat bervariasi diantaranya : (1) Penentuan waktu tanam sebagai salah
satu cara untuk mengatasi masalah keterbatasan air dengan menggunakan data curah hujan, air
sungai dan kebutuhan air irigasi, (2) Penentuan awal waktu yang tepat dapat mengatasi kehilangan
nutrisi tanaman, terutama pada saat transisi dari musim kering ke musim hujan. Penerapan sistem
kalender tanam mempunyai banyak kendala salah satunya sulitnya penerapan kalender tanam
dilakukan, untuk itu perlu dilakukan verifikasi implementasinya di lapangan. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat implementasi kalender tanam di kabupaten Bengkulu melalui penanam varietas Inpari
20.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2013 di Balai
Benih Kota Medan Kabupaten Bengkulu Selatan. Komponen teknologi yang dipakai antara lain,
persiapan lahan dan persemaian, varietas yang digunakan Inpari 20 dengan keperluan benih 25 – 30
kg/ha. Umur bibit yang digunakan 10 – 15 hss dengan jumlah bibit 1 – 3 batang/rumpun. Cara
tanam yang digunakan yaitu jajar legowo 2 : 1 dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Karena ketersedian
pupuk di lapangan kurang maka pemupukan dilakukan Urea 75 kg/ha + NPK 100 kg/ha. Pelaksanaan
persemaian dilakukan pada bulan Mei minggu I tahun 2013, hal ini tidak sesuai dengan sistem
kalender tanam terpadu, untuk wilayah Kecamatan Kota Manna jadwal tanamnya pada bulan Mei IIIJun I. Data yang diukur meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan (aktif dan produktif) dan komponen
hasil (panjang malai, jumlah gabah per malai) dan data produksi. Data yang didapat kemudian
dihubungkan dengan kalender tanam melalui waktu tanam yang dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen dan Hasil
Komponen hasil yang terdiri dari jumlah malai yang mencerminkan jumlah anakan produktif,
panjang malai, jumlah gabah permalai, gabah bernas dan gambah hampa. Hasil pengamatan dapat
dilihat Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata jumlah malai, panjang malai, gabah bernas, gabah hampa, total gabah, % gabah hampa dan
% gabah bernas.
Sampel
Tanaman
Jumlah
Malai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rata-rata
15
17
17
16
13
23
23
20
16
17,78
Panjang
Malai
(cm)
20,60
20,29
19,59
20,31
19,23
21,30
21,48
21,25
19,13
20,35
Gabah
Bernas
(butir)
72,87
63,00
59,29
65,00
66,39
71,26
77,48
65,15
59,06
66,61
Gabah
Hampa
(butir)
8,93
9,59
17,71
11,31
12,93
9,78
10,17
8,35
10,06
10,98
Total
Gabah
(butir)
81,8
72,59
77
76,31
79,32
81,04
87,65
73,5
69,12
77,59
% gabah
hampa
% gabah
bernas
10,92
13,21
23,00
14,82
16,30
12,07
11,60
11,36
14,55
14,20
89,08
86,79
77,00
85,18
83,70
87,93
88,40
88,64
85,45
85,80
Rata-rata jumlah malai varietas Inpari 20 yaitu 17,78 helai. Jumlah malai sangat
mempengaruhi hasil gabah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah malai yang dihasilkan sebanyak
pula gabah yang dihasilkan. Demikian juga dengan panjang malai berbanding lurus dengan gabah
yang dihasilkan. Rata-rata panjang malai Inpari 20 yang dihasilkan 20,35 ini termasuk panjang malai
sedang. Menurut Norsalis (2011) panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas
dan keadaan keliling. Panjang malai beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan
panjang (lebih dari 30 cm).
Total gabah/malai dihitung berdasarkan jumlah gabah isi dan gabah hampa/malai. Tujuan
penghitungan total gabah hampa adalah untuk mengetahui jumlah gabah/mala.Rata-rata Jumlah
gabah 77,95 butir, yang terdiri dari 66,61 butir (85,80%) gabah bernas dan 10,98 butir (14,20%)
gabah hampa. Persentase gabah bernasnya lebih tinggi dari persentase gabah hampa,ini akan
mempengaruhi hasil gabah. Menurut Suparwoto, et al. (2004), tanaman berpotensi hasil tinggi
mempunyai persentase gabah hampa yang rendah. Semakin rendah persentase gabah hampa berarti
persentase gabah isi semakin tinggi. Menurut Abdullah (2009), rata-rata gabah hampa 24,2-28,2%,
sedangkan rata-rata persentase gabah hampa varietas unggul baru padi sawah seperti Ciherang ratarata 20% dan varietas Fatmawati 44%.
Rata-rata hasil display varietas Inpari 20 yaitu 2,5 t/ha GKP. Rendahnya hasil dikarenakan
pertanaman diserang tikus hampir 30%, walang sangit sekitar 40 % dan serangan burung pada fase
generatif . Berdasarkan deskripsinya maka hasil tersebut jauh dari rata-ratanya 6,40 t/ha GKG
(Suprihatno et a., 2010).
Kartasapoetra (1997) dalam Nurhadi (2011) melaporkan bahwa tikus merupakan hama yang
menimbulkan kerugian besar pada berbagai tanaman pangan. Hama ini merusak pertanaman dan
hasil tanaman baik di lahan maupun di penyimpanan. Tanaman pangan yang sering diserang
diantaranya padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Fattah dan Hamka (2011)
menambahkan bahwa Walang sangit merupakan salah satu jenis hama yang banyak mengurangi
produksi padi. Hama ini menyerang tanaman pada saat malai padi matang susu. Cairan tanaman
diisap, akibatnya biji menjadi hampa atau berisi tidak penuh.
Sakti dan Tjahjono (1989) dalam Nurhadi (2011) menambahkan bahwa hama tikus menjadi
masalah dalam peningkatan produksi padi, karena menyerang mulai dari fase vegetatif dan generatif.
Pada fase vegetatif tikus mulai menyerang dari pembenihan sampai pada awal fase generatif, yaitu
pada saat padi berumur 45 hari setelah tanam dengan tinggi rata-rata 60 cm dari permukaan tanah.
Tikus memutuskan batang padi dan menggigit lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk makan. Pada
fase generatif tikus memakan malai hingga malai yang mulai menguning.
Validasi data dengan jadwal tanam dengan kalender tanam
Dalam menghadapi perubahan iklim salah satu teknologi adaptasi yaitu dengan penyesuaian
jadwal tanam. Badan litbang Pertanian telah mengeluarkan kalender tanam terpadu yang di
dalamnya memuat informasi jadwal tanam, pola tanam, prediksi luas tanam, dosis pupuk,
Rekomendasi kebutuhan pupuk, rekomendasi benih dan varietas padi dan palawija dan potensi OPT
padi dan palawija.
Jadwal tanam bulan Mei minggu pertama yang dilakukan merupakan tanam selang di musim
kemarau. Faktor pemicu kegagalan panen salah satunya adalah serangan hama dan penyakit.
Perubahan iklim mengakibatkan perkembangan dinamika serangan hama dan penyakit, salah satu
serangan walang sangit dan tikus.
Fattah dan Hamka (2011) menyatakan serangan tikus di musim kemarau lebih tinggi karena
pengaruh iklim seperti cuaca. Pada musim kemarau, intensitas curah hujan lebih rendah dibanding
musim hujan sehingga aktifitas tikus untuk mencari makanan lebih banyak Berbeda halnya pada
musim hujan, berbagai kendala yang dihadapi tikus untuk melakukan aktifitasnya seperti curah hujan
yang tinggi menyebabkan terjadinya banjir sehingga banyak lubang-lubang tikus yang terendam
akibatnya banyak tikus yang mati karena kedinginan terutama anak tikus
Baehaki ( 2008) menyatakan bahwa perubahan iklim global juga dapat mengakibatkan
terjadinya dinamika organisme penganggu tumbuhan yaitu peningkatan serangan hama dan penyakit
di areal persawahan di Indonesia. Fattah dan Hamka (2011) menambahkan bahwa penyebab
serangan walang sangit adalah karena pengaruh iklim. Kondisi suhu yang panas kemudian diiringi
dengan hujan akan mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama walang sangit.
Perkembangan populasi walang sangit pada kondisi iklim yang mendukung sangat cepat, apalagi bila
disertai dengan ketersediaan bahan makanan akan menyebabkan populasi mengalami peningkatan
yang sangat tajam sehingga dapat menyebabkan serangan yang lebih luas.
Surmaini et al., (2011) menyatakan bahwa penyesuaian waktu dan pola tanam merupakan
upaya yang sangat strategis guna mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat
pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian Pertanian menerbitkan peta
kalender tanam yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam bagi tanaman pangan terutama
padi. Peta kalender tanam disusun berdasarkan kondisi pola tanam petani saat ini, dengan tiga
skenario kejadian iklim, yaitu tahun basah, tahun normal dan tahun kering.
KESIMPULAN
Untuk menghindari ledakan serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan gagalnya
panen maka perlu adanya penyesuaian waktu dan pola tanan melalui pemanfaatan kalender tanam
yang ada.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Hendri Suyanto yang telah banyak
membantu selama pelaksanaan penelitian di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B. 2009. Perakitan dan pengembangan varietas padi tipe baru. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Badan Litbang Pertanian. hal 67-89.
Baehaki,S.E. Abdullah,B. 2008. Evaluasi karakter ketahanan galur padi terhadap wereng coklat biotipe 3 melalui
uji penapisan dan population built up. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN.
Buku I. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.p.367-382
Fattah, A. Hamka. 2011. Tingkat Serangan Hama Utama Padi Pada Dua Musim Yang Berbeda Di Sulawesi
Selatan. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.
Mejaya,M.J. 2011. Varietas unggul padi toleran dampak perubahan iklim dalam mendukung swasembada beras
berkelanjutan. Prosiding seminar ilmiah hasil penelitian padi nasional 2011. 27-28 Juli 2011.
Norsalis,
E.
2011.
Padi
gogo
dan
padi
sawah.
http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/Padigogodansawah_ekonorsalis_17170.pdf [23 September) 2013.
Nurhadi .2011. Pengaruh ketinggian penempatan perangkap tabung bambu terhadap hasil tangkapan tikus di
sawah kecamatan kuranji padang.Jurnal Ilmiah Ekotrans Universitas Ekasakti Padang. 11( 2):1-8
Surmaini, E. Runtunuwu,E. Las,I. 2011. Upaya sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim. Jurnal
Litbang Pertanian 30 (1) : 1-7
Suparwoto, Waluyo, dan Jumakir. 2004. Pengaruh varietas dan metode pemupukan terhadap hasil padi di rawa
lebak. Jurnal Agronomi 8 (1) : 21-25.
Suprihatno, B., A. A. Daradjat, Satoto, Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, I.P. Wardana, dan H.
Sembiring. 2010. Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian