PENGARUH LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN PARU JANTUNG DAN DAYA TAHAN ANAEROBIK PADA PEHOKI RUANGAN PUTRA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembinaan olahraga di Indonesia saat ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti betapa pentingnya olahraga itu sendiri. Menurut Sumarjo (2002) yang dikutip Deva Friandika (2010: 1) mengatakan bahwa olahraga sebagai bagian dari budaya kehidupan telah lama dianggap sebagai cara yang tepat untuk meningkatkan kesehatan. Pendapat lain juga mengatakan bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang dilakukan dengan sengaja dalam memperoleh kesenangan dan prestasi optimal (Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum, 2007: 184). Jadi, tujuan olahraga secara umum meliputi memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani, memelihara dan meningkatkan kesehatan, meningkatkan kegemaran manusia berolahraga sebagai rekreasi, serta menjaga, dan meningkatkan prestasi olahraga setinggi-tingginya.
Olahraga untuk prestasi terdiri dari olahraga individu dan olahraga tim. Olahraga individu antara lain tenis lapangan, atletik, beladiri, dan renang, sedangkan olahraga tim meliputi bola basket, bola voli, sepak bola, hoki, dan bola tangan. Hoki merupakan salah satu cabang olahraga yang belum memasyarakat. Olahraga hoki ada dua sumber asal-usulnya, yaitu Persia Kuno dan Mesir Kuno. Menurut Primadi Tabrani (2002:1) hoki adalah sebuah permainan yang dimainkan antara dua regu yang setiap regunya memegang sebuah tongkat bengkok yang disebut stick untuk menggerakkan sebuah bola.
(2)
2
Menurut Jhon Parthiban (2012) untuk menjadi pemain hoki yang baik perlu mengembangkan kebugaran jasmani terutama, kekuatan, ketahanan, dan kecepatan. Perkembangan olahraga hoki dapat dilihat dalam terselenggaranya berbagai macam kejuaraan hoki di dalam negeri maupun luar negeri. Begitu juga dengan UNY selalu berpartisipasi dalam berbagai kejuaraan hoki, seperti kejuaraan antar daerah di Yogyakarta, antar perguruan tinggi se-Indonesia, dan berhasil meraih juara I kejuaraan nasional hoki ruangan piala KEMENPORA di Jakarta 2008, 2009, dan juara III hoki lapangan antar perguruan tinggi se-Indonesia 2010, akan tetapi ketika tahun 2012, dan 2013 tim hoki ruangan putra UNY gagal meraih juara.
Hal ini disebabkan karena kurangnya latihan fisik yang diberikan dan teman-teman tim hoki ruangan putra UNY selalu mengeluh ketika diberikan latihan fisik serta belum diberikannya metode latihan fisik yang efektif sesuai dengan tujuan yaitu untuk melatih daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik. Tim hoki ruangan putra UNY ketika berada di lapangan konsentrasi dan daya tahan yang dimiliki sangat lemah hal ini terbukti selalu terjadi gol di gawang hoki putra UNY ketika menit-menit akhir pertandingan yang mengakibatkan tim hoki ruangan putra UNY gagal meraih juara di Kejuaraan Nasional Hoki ruangan Piala KEMENPORA RI di Jakarta 2012 dan 2013. Pencapaian sebuah prestasi yang maksimal dalam sebuah tim dapat diraih dengan: kemampuan fisik, teknik, taktik, mental, dan kerjasama tim atau kohesivitas tim yang baik.
(3)
3
Dalam olahraga prestasi keberhasilan diraih dengan proses latihan yang baik, ada kerjasama antara pelatih yang berpengalaman dan berpengetahuan serta didukung dengan ilmu olahraga dan IPTEK olahraga yang memadai. Latihan kondisi fisik merupakan suatu bentuk latihan yang disusun, dilaksanakan secara teratur dan terencana sehingga latihan meraih tingkat kondisi yang diharapkan. Untuk meningkatkan kondisi fisik daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pemain hoki ruangan perlu diadakan latihan daya tahan, yaitu dengan menggunakan metode latihan fartlek. Sukadiyanto (2011: 72) mengatakan bahwa metode latihan fartlek berasal dari Swedia yang artinya adalah memainkan kecepatan. Metode ini merupakan bentuk latihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan hampir pada semua cabang olahraga.
Dalam olahraga hoki ruangan berlangsung waktu yang cukup lama, sehingga pemain haruslah mempunyai daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik yang bagus. Pemain hoki ruangan dalam bertahan maupun menyerang harus mempunyai kondisi fisik yang bagus, baik dalam menghadapi benturan keras, lari dengan kecepatan penuh, melewati lawan dengan kecepatan, dan berhenti menguasai bola dengan tiba-tiba. Komponen kebugaran jasmani yang di butuhkan dalam olahraga hoki ruangan diantaranya yaitu daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik.
Dari hasil pengamatan di lapangan pada pemain hoki ruangan putra UNY saat latihan ataupun bertanding daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik masih lemah, terlihat kurangnya variasi latihan yang diberikan untuk
(4)
4
meningkatkan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik. Oleh karena itu perlu adanya latihan pembinaan kondisi fisik yang efektif untuk meningkatkan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pehoki ruangan putra UNY 2013. B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masih kurangnya kebugaran jasmani daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pehoki ruangan putra UNY 2013.
2. Pemain hoki UNY 2012 mempunyai konsentrasi dan daya tahan yang lemah ketika bertanding di kejuaraan nasional hoki ruangan piala KEMENPORA dari tahun 2011 – 2012 di Jakarta hal ini terbukti selalu kemasukan di menit-menit terakhir.
3. Belum diketahuinya pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung pada pehoki ruangan putra UNY 2013.
4. Belum diketahuinya pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik pada pehoki ruangan putra UNY 2013.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan berbagai identifikasi masalah di atas maka dapat diberikan pembatasan permasalahan. Agar penelitian efektif dan lebih fokus maka penelitian ini hanya membatasi masalah tersebut dengan: pengaruh latihan
(5)
5
fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pemain hoki ruangan putra UNY 2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:
1. Adakah pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung pada pehoki ruangan putra UNY 2013?
2. Adakah pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik pada pehoki ruangan putra UNY 2013?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung pada pehoki ruangan putra UNY 2013
2. Untuk mengetahui pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik pada pehoki ruangan putra UNY 2013
F. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya penelitian yang telah ada di bidang olahraga, khususnya bentuk latihan dalam peningkatan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada olahraga hoki ruangan, serta dapat menunjukan bukti - bukti secara ilmiah tentang pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan
(6)
6
daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pehoki ruangan putra UNY 2013, sehingga dapat digunakan sebagai wahana dalam pembinaan prestasi olahraga khususnya cabang olahraga hoki ruangan. 2. Secara praktis: Penelitian ini sebagai informasi dan pengetahuan kepada
pihak yang berkepentingan dalam usaha meningkatkan prestasi olahraga khususnya hoki ruangan. Bagi pendidik atau pelatih berguna sebagai bahan pembelajaran agar dalam memberikan pembelajaran dapat memperhatikan faktor-faktor yang mendukung untuk meningkatkan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik dicabang olahraga hoki ruangan melalui latihan fartlek.
(7)
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Latihan
Latihan adalah suatu bentuk aktivitas untuk meningkatkan ketrampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya (Sukadiyanto, 2011: 5). Seperti, susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan sebagai berikut: (1) pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan (warming up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5) penutup (cooling down). Sedangkan pengertian latihan dari kata training menurut Martin dalam Nossek (1982) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2011: 6) adalah peningkatan dari suatu bentuk perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi, teori, praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa latihan merupakan suatu bentuk aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Bompa, 1994: 4). Menurut Dikdik Zafar Sidik, dkk (2007: 1) latihan merupakan proses yang sistematis digunakan untuk menyempurnakan kualitas kinerja olahragawan berupa: kebugaran, keterampilan, dan kapasitas energi dengan memperhatikan aspek pendidikan dan menggunakan
(8)
8
pendekatan secara ilmiah. Berdasarkan pada berbagai pengertian latihan di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu bentuk aktivitas olahraga yang sistematik, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk meningkatkan ketrampilan berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga masing-masing.
Menurut (Bompa, 1994: 33) ada beberapa prinsip dari latihan agar latihan mencapai hasil yang diinginkan, antara lain:
a. Prinsip aktif dan kesungguhan dalam melaksanakan latihan
Kesungguhan dan aktif berpartisipasi dalam latihan akan menjadikan latihan maksimal dalam mencapai target yang diinginkan, selain itu diskusi dan hubungan yang baik akan menghidupkan susana dalam latihan.
b. Prinsip pengembangan yang menyeluruh
Seorang pelatih harus mengembangkan latihan secara meluas, artinya pengembangan fisik yang luas serta mendasar, khususnya persiapan fisik secara umum merupakan salah satu dasar tuntutan yang penting untuk mencapai tingkat spesialisasi yang tinggi dari persiapan fisik dan penguasaan teknik.
c. Prinsip spesialisasi
Prinsip ini mengarahkan pada spesialisasi di masing-masing cabang olahraga yang diambil, spesialisasi yang dimaksudkan adalah latihan yang khusus untuk satu cabang olahraga.
(9)
9 d. Prinsip individualisasi
Dalam merespon latihan yang diberikan setiap olahragawan tentu akan berbeda-beda, maka dari pada itu sangat penting prinsip individualisasi ini diterapkan dalam proses berlatih untuk keberhasilan latihan.
e. Prinsip variasi
Pemberian program latihan pada olahragawan haruslah bervariasi agar tidak jenuh.
f. Prinsip model latihan
Pembuatan model latihan mengacu kepada spesifikasi suatu pertandingan yang akan di ikuti dan sesuai dengan frekuensi, intensitas, time, tipe. g. Prinsip penambahan beban latihan secara progresif
Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara ajeg, maju dan bekelanjutan.
Menurut Sukadiyanto (2011: 15) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan olahragawan dalam merespon beban latihan, antara lain:
a. Keturunan
Faktor yang berkaitan dengan keturunan di antaranya adalah keadaan fisik, jenis otot, ukuran jantung dan paru.
b. Kematangan
(10)
10
intensitas beban latihan yang lebih tinggi. c. Gizi
Latihan mengakibatkan perubahan jaringan dan organ-organ dalam tubuh, dimana perubahan dalam tubuh tersebut memerlukan protein, lemak, karbohidrat, dan nutrisi-nutrisi yang lain.
d. Waktu istirahat dan tidur
Olahragawan yunior pada umumnya memerlukan waktu tidur kurang lebih 8 jam sehari semalam.
e. Tingkat kebugaran
Anak yang tidak bugar akan mudah lelah dalam menerima beban latihan, maka dari itu pentingnya tingkat kebugaran dalam prinsip individual.
f. Pengaruh lingkungan
Faktor-faktor lingkungan baik secara fisik maupun psikis akan berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam merespon beban latihan.
g. Rasa sakit dan cidera
Pada saat olahragawan melakukan latihan dengan keras, keadaan dan kemungkinan yang diakibatkan harus sudah di perhitungkan dan dipertimbangkan oleh pelatih.
h. Motivasi
Olahragawan yang memiliki motivasi tinggi akan berlatih dan bertanding dengan usaha yang keras sehingga mampu tampil baik.
(11)
11
Djoko Pekik (2002: 53) mengatakan ada beberapa komponen latihan yang dipergunakan untuk menentukan takaran latihan, meliputi:
a. Volume
Merupakan ukuran kuantitas dalam latihan, misalnya : waktu tempuh, jarak tempuh, jumlah beban, dan jumlah repetisi- set- seri.
b. Intensitas
Merupakan ukuran dari kualitas latihan meliputi, kinerja maksimum, detak jantung maksimal, dan kadar Vo2 max.
c. Densitas
Merupakan ukuran derajat kepadatan latihan yakni perbandingan antara kerja dengan istirahat
d. Kompleksitas
Merupakan tipe latihan atau keberagaman dalam latihan agar olahragawan tidak jenuh dan dapat mencapai prestasi maksimal.
e. Frekuensi
Diartikan sebagai banyaknya unit latihan persatuan waktu, seperti latihan untuk meningkatkan kebugaran dilakukan 3-5 kali/minggu.
2. Latihan Fartlek
Latihan fartlek adalah bentuk aktivitas lari yang dilakukan dengan cara jalan, jogging, sprint, dan jalan secara terus menerus (Sukadiyanto, 2011: 72). Latihan fartlek merupakan suatu sistem daya tahan untuk membangun, mengembangkan, atau memelihara kondisi tubuh seorang atlit. Menurut Rusli Lutan, dkk (2001: 57) latihan fartlek sangat bagus efeknya terhadap
(12)
12
pengembangan keterampilan teknik, kekuatan, daya tahan, dan kebugaran mental. Penggagas latihan ini adalah Gotta Roamer yang menggunakan latihan ini pada tahun 1930-an, yang mulai diperkenalkan di Negara Swedia. Latihan ini berdasarkan kepada perubahan kelajuan dalam sesi latihan yaitu: variasi fase lambat, sedang, dan cepat. Menurut Christine Luff (2010) latihan fartlek berasal dari Negara swedia yang berarti “memainkan kecepatan”, latihan ini merupakan latihan lanjutan dari latihan interval atau latihan kecepatan yang efektif untuk meningkatkan kecepatan dan daya tahan. Intensitas pada latihan fartlek berada pada 60% - 80% dari denyut jantung maksimal olahragawan diunduh dari (http://en.wikipedia.org/wiki/Fartlek).
Latihan fartlek, diikuti dengan latihan interval, dan latihan pengulangan, digunakan untuk membentuk dasar latihan anaerobik serta untuk membentuk kecepatan khusus (Bompa, 1994: 73). Seperti halnya yang diungkapkan Husein A, dkk (2007: 65) bahwa daya tahan dibagi menjadi dua jenis yaitu: daya tahan paru jantung (aerobik) dan daya tahan anaerobik. Bentuk latihan ini dapat dilakukan dengan permukaan tanah yang tinggi dan rendah seperti di pasir, rumput, bukit, dan jalan raya. Metode ini merupakan bentuk latihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan hampir pada semua cabang olahraga. Latihan fartlek merupakan jenis latihan lanjutan untuk meningkatkan kecepatan dan daya tahan (Ian Kemp, 2010). Menurut Sukadiyanto (2011: 73) Ada dua macam latihan fartlek yaitu latihan fartlek dengan intensitas tinggi dan latihan fartlek dengan intensitas rendah. Metode latihan fartlek dengan intensitas rendah bentuknya lari dengan jalan, jogging,
(13)
13
deselingi sprint, dan jalan secara terus menerus, sedangkan fartlek dengan intensitas tinggi hanya dilakukan dengan cara jogging yang diselingi dengan lari cepat. Sebagai contoh latihan fartlek dengan durasi 25 menit, pelaksanaannya diawali dengan jogging selama 5 menit sebagai pemanasan , diselingi lari cepat 50 meter selama 4 set, dilanjutkan jogging 7 menit, diselingi lari cepat 50 meter selama 4 set dan demikian seterusnya.
Pendapat lain juga mengatakan fartlek merupakan variasi dari latihan interval dan latihannya dilakukan dengan intensitas yang terkontrol serta fartlek juga merupakan cara melatih otot-otot yang berbeda-beda (Rusli Lutan dkk, 2001: 57). Metode latihan ini berbeda dengan interval training dikarenakan tidak terstruktur, dan intensitas serta kecepatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan atlit diunduh dari (http://en.wikipedia.org/wiki/Fartlek). Untuk anak yang lebih tua usianya pelaksanaan fartlek bisa lebih bervariasi dan lebih berat. Sukadiyanto (2011:73) mengatakan bahwa metode latihan ini dilaksanakan pada saat periode persiapan pertandingan. Pendapat lain mengatakan bahwa latihan fartlek sebaiknya dilakukan pada masa persiapan atau masa pra kompetisi, dikarenakan latihan daya tahan paru jantung sangat penting untuk menghadapi latihan-latihan yang lebih berat pada musim berikutnya (Imam, 1992) dikutip oleh Didik Joko Tri Purnomo (2009: 21). Latihan ini merupakan latihan gabungan antara aerobic dan anaerobic, dikarenakan dalam latihan ini terdiri dari jogging, jalan, dan lari cepat (sprint).
(14)
14
Tujuan dari metode ini adalah untuk meningkatkan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik. Berikut ada beberapa prinsip pada latihan fartlek diunduh dari (http://nota-notapismppj.blogspot.com/2012/06/latihan- fartlek.html) yaitu:
a) Latihan fartlek merupakan latihan bebas dimana jarak tidak terlalu dipentingkan, dan atlit bebas menentukan jarak serta kecepatan sendiri melalui pelatih yang telah ada.
b) Intensitas latihan harus ditingkatkan secara progresif dari tahap satu ketahap berikutnya.
c) Latihan terdiri dari jalan, jogging, dan lari cepat (sprint), serta setelah selesai dilanjutkan dari awal lagi.
Dari berbagai pendapat diatas dapat dismpulkan bahwa latihan fartlek merupakan latihan gabungan antara aerobic dan anaerobic, dimana jarak pada latihan tersebut tidak ditentukan yang terdiri dari jalan, jogging, dan lari cepat 50 (sprint) meter.
3. Daya Tahan Paru Jantung (Kardiovaskuler)
Daya tahan kardiovaskuler merupakan kemampuan untuk terus menerus dengan tetap menjalani kerja fisik yang mencakup sejumlah besar otot dalam waktu tertentu, hal ini merupakan kemampuan system peredaran darah dan system pernapasan untuk menyesuaikan diri terhadap efek seluruh kerja fisik (Depdiknas, 2000: 53). Pendapat lain mengatakan bahwa daya tahan paru jantung merupakan kemampuan fungsional paru jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama (Joko Pekik, 2004: 25). Olahraga yang
(15)
15
teratur dapat meningkatkan kesehatan yang kita miliki karena jantung kita menjadi kuat dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Seseorang yang memiliki daya tahan paru jantung yang baik, maka dia tidak akan cepat kelelahan setelah melakukan aktivitas kerja, misalnya pada saat naik tangga dari lantai 1 sampai lantai 4 tidak akan terengah-engah secara berlebihan. Secara praktis kebugaran paru jantung dapat diprediksi dengan mengukur detak jantung istirahat, yaitu detak jantung yang dihitung saat bangun tidur pagi hari ketika belum turun dari tempat tidur, tidak stress fisik maupun psikis, dan tidak sedang sakit, serta sebaiknya dilakukan selama 3 hati berturut-turut, untuk mendapatkan angka rata-rata.
Tabel 1. Tingkat Kebugaran Paru Jantung Berdasarkan Detak Jantung Istirahat (Djoko Pekik, 2004: 24)
PRIA ( Usia Tahun )
STATUS 20-29 30-39 40-49 50+
>59 <63 <65 <67 Istimewa 60-69 64-71 66-73 68-75 Baik 70-85 72-85 74-89 76-89 Cukup
>86 >86 >90 >90 Kurang
Daya tahan paru jantung sering disebut juga sebagai daya tahan kardiovaskuler. Sungguh penting sekali peranan daya tahan kardiovaskuler bagi tubuh manusia, karena daya tahan kardiovaskuler merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan
(16)
16
kemampuan biologis organ tubuh. Seperti yang diungkapkan G. Chrissi-Mundy (2006: 98) bahwa apabila memiliki jantung dan paru-paru yang bekerja lebih efisien, maka akan menjadi lebih berenergi dan lebih bervitalitas.
Seseorang yang memiliki sistem jantung, paru dan pembuluh darah yang baik akan efisien dari pada orang yang tidak terlatih (Wahjoedi, 2001: 58). Seperti halnya yang diungkapkan Depdiknas (2000: 53) bahwa daya tahan kardiovaskuler merupakan kemampuan sistem peredaran darah dan sistem pernafasan untuk menyesuaikan diri terhadap efek seluruh beban kerja fisik. Dengan melakukan aktivitas gerak dan olahraga yang teratur dan sistematis akan dapat meningkatkan kualitas sistem jantung dan paru. Hubungan antara daya tahan dan penampilan fisik olahragawan di antaranya adalah menambah: (1) kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja secara terus-menerus dengan intensitas yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama, (2) kemampuan untuk memperpendek waktu pemulihan, terutama pada cabang olahraga pertandingan dan permainan, (3) kemampuan untuk menerima beban latihan yang lebih berat , lebih lama, dan bervariasi (Sukadiyanto, 2011: 61).
Daya tahan kardiovaskuler merupakan kemampuan sistem peredaran darah dan sistem pernafasan untuk membekalkan oksigen kepada otot secara berterusan pada waktu yang lama selama melakukan aktivitas, serta merupakan komponen yang terpenting dalam profil fisiologi manusia yang diunduh dari (wikipedia.org/wiki/Daya_tahan_kardiovaskular).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan paru jantung (kardiovaskular) menurut Depdiknas (2000: 54), antara lain yaitu:
(17)
17 a. Keturunan (genetik)
Faktor genetik yang berperan dapat membedakan kapasitas jantung, paru, sel darah merah dan hemoglobin.
b. Umur
Hal ini disebabkan oleh penurunan faal organ transpor dan penggunaan oksigen yang terjadi akibat bertambahnya umur.
c. Jenis Kelamin
Sampai umur pubertas tidak terjadi perbedaan antara laki-laki dan wanita, setelah umur tersebut nilai pada wanita lebih rendah 15-25% dari pada pria.
d. Aktifitas Fisik
Macam-macam aktivitas fisik akan mempengaruhi nilai daya tahan kardiovaskuler.
Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap daya tahan paru jantung seseorang. Daya tahan paru jantung bukanlah sesuatu yang diperoleh secara cepat, melainkan melalui usaha yang dilakukan. Daya tahan paru jantung yang baik akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan pernapasan akan bertambah baik dan efisien didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya, serta dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti kecepatan, kelincahan dan koordinasi.
Ada beberapa fungsi sistem daya tahan paru jantung atau kardiovaskuler yang diunduh dari (http://ms.wikipedia.org/wiki/Kardiovaskular), antara lain:
(18)
18 a. Penghantar
Menghantar oksigen dan nutrient ke setiap sel di dalam badan melalui darah yang dipam oleh jantung.
b. Pengeluar
Mengeluarkan karbon dioksida dan sisa hasil metabolism daripada setiap sel dalam badan
c. Pengangkut
Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke sel-sel sasaran melalui plasma darah.
d. Pengatur
Membantu mengatur suhu dalam tubuh. e. Penghalang
Menghalang dehidrasi dan infeksi dengan mengatur tahap cairan pada kadar yang sesuai.
f. Sistem Peredaran Darah
1) Sistem Peredaran Pulmonari 2) Sistem Peredaran Sistemik
Daya tahan kardiovaskuler lebih banyak terkait dengan asupan oksigen yang cukup. Saat berolahraga, kebutuhan oksigen meningkat dan paru-paru menangkap oksigen dan dimasukkan ke dalam darah. Jantung dan jaringan pembuluh darah mengedarkannya keseluruh tubuh.
Dari berberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa, daya tahan paru jantung merupakan kemampuan untuk terus menerus dengan tetap menjalani kerja fisik yang mencakup sejumlah besar otot dalam waktu tertentu, hal ini merupakan kemampuan sistem peredaran darah dan sistem pernafasan untuk menyesuaikan diri terhadap efek seluruh beban kerja fisik.
Pengukuran daya tahan paru jantung bertujuan untuk mengukur kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal, baik pada keadaan istirahat maupun bekerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme. Alat ukur yang dipakai adalah hal yang
(19)
19
berhubungan dengan kerja otot dan fungsi organ. Tes ini dapat dilakukan dengan kerja berat sampai lelah atau kerja submaksimal dalam standar latihan. Kerja luar seseorang terutama dipengaruhi berat badan, selain beberapa faktor lainnya seperti: kenyamanan suhu udara, kelembaban udara, waktu, kadar hemoglobin di dalam darah, lama latihan dan berapa lama setelah tes dilakukan.
Menurut Sukadiyanto (2011: 83) ada beberapa cara untuk mengukur daya tahan paru jantung seseorang, diantaranya yaitu: Tes lari selama 15 menit dan dihitung total jarak tempuhnya, tes lari menempuh jarak 1600 meter dan dihitung total waktu tempuhnya, dan dengan multistage fitness test, yaitu lari bolak-balik menempuh jarak 20 meter. Pendapat lain juga mengatakan beberapa cara untuk mengukur daya tahan paru jantung (kardiovaskular) seseorang, diantaranya yaitu: Tes lari 2,4 km (Metode Cooper), Tes naik turun bangku (Harvard Step Ups Test), Tes lari atau jalan 12 menit, dan Tes jalan cepat 4,8 km (Wahjoedi, 2001: 72). Untuk mengetahui tingkat daya tahan paru jantung (kardiovaskular) seseorang pada penelitian ini dipilih Tes Lari 2,4 km (Metode Cooper) yang berpedoman pada buku Landasan Evaluasi Pendidakan Jasmani (Wahjoedi, 2001: 72).
Tes ini di gunakan untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler (jantung – paru). Pelaksanaan tes ini tergolong sederhana, karena hanya diperlukan lintasan lari datar sepanjang 2,4 km, stop watch, dan alat pencatat hasil. Dengan menggunakan start berdiri, setelah diberi aba-aba oleh petugas kemudian peserta tes berlari menempuh jarak 2,4 km secepat mungkin dan
(20)
20
dihitung waktu tempuh dalam satuan menit dan detik, kemudian dikonversikan pada tabel norma tes lari 2,4 km.
3. Daya Tahan Anaerobik
Daya tahan anaerobik merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang berperan penting dalam olahraga permainan termasuk cabang olahraga hoki ruangan, khususnya pada saat berlari merebut bola dan menggiring bola. Daya tahan anaerobik sering disebut juga dengan anaerobic capacity atau kapasitas anaerobik dan dalam cabang olahraga tertentu sering disebut dengan daya tahan kecepatan (Husein A, dkk, 2007: 65). Daya tahan anaerobik adalah kecepatan maksimal dengan kerja yang dilakukan menggunakan sumber energi anaerobik. Menurut Dikdik Zafar Sidik, dkk (2007: 72) daya tahan anaerobik adalah faktor yang penting untuk memulai kegiatan otot yang tidak bisa didukung oleh sistem energi aerobik. Daya tahan anaerobik memungkinkan penurunan kekurangan oksigen dalam jumlah yang sangat besar, sehingga sistem aerobik dapat bekerja lebih cepat. Daya tahan anaerobik merupakan proses pemenuhan kebutuhan energi yang tidak memerlukan bantuan oksigen dari luar tubuh manusia, oleh karena itu daya tahan anaerobik berbeda dari daya tahan aerobik.
Menurut Pate dan Rottela yang dikutip dari jurnal Sujarwo, dkk (2012: 4) kemampuan anaerobik adalah kecepatan maksimal dimana kerja dapat dilakukan dengan sumber energi anaerobik. Kemampuan dan kecepatan anaerobik ditentukan oleh faktor-faktor berikut: (a) jenis serabut otot-distribusi serabut otot cepat dan lambat; (b) kordinasi otot saraf; (c) faktor biomekanika;
(21)
21
dan (d) kekuatan otot. Seperti yang tertulis di situs internet Soebroto dikutip dari http://hendratno-fikuny.blogspot.com (2008) daya tahan anaerobik adalah suatu kerja yang membuat kita mampu untuk dilaksanakan secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan dengan kondisi anaerobik. Sukadiyanto (2011: 63) mengatakan bahwa daya tahan anaerobik menurut system energy dibedakan menjadi dua yaitu daya tahan anaerobik laktik dan daya tahan anaerobik alaktik. Daya tahan anaerobik laktik merupakan kemampuan seseorang untuk mengatasi beban latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu antara 10 detik sampai 120 detik, sedangkan daya tahan anaerobik alaktik merupakan kemampuan seseorang untuk mengatasi beban latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu kurang dari 10 detik. Daya tahan kecepatan adalah kemampuan untuk bergerak cepat dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan (Husein Argasasmita, dkk, 2007: 63).
Daya tahan anaerobik adalah bentuk ketahanan olahragawan melakukan aktifitas tanpa menggunakan oksigen, tubuh dapat mempertahankan tingkat intensitas tertentu hanya untuk waktu singkat diunduh dari situs (http://www.livestrong.com). Menurut Husein Argasasmita, dkk (2007: 63) latihan daya tahan kecepatan biasanya dalam bentuk lari atau bergerak cepat dalam waktu berkisar antara 6 sampai 120 detik tergantung dengan kebutuhan cabang olahraganya dengan metode repetisi atau pengulangan. Pada latihan daya tahan anaerobik, latihan fartlek, diikuti dengan latihan interval, dan latihan pengulangan, digunakan untuk membentuk dasar latihan anaerobik
(22)
22
serta untuk membentuk kecepatan khusus (Bompa, 1994: 73). Menurut Junusul Hairy yang dikutip dari Rudi Prasetya (2010: 18) daya tahan anaerobik merupakan kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan yang melibatkan kontraksi otot besar dalam keadaan anaerobik (tenaga yang diperoleh untuk kegiatan tersebut melalui mekanisme anaerobik) yang dapat diartikan semua kegiatan yang berlangsung dalam waktu beberapa detik saja.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa daya tahan anaerobik adalah bentuk ketahanan olahragawan untuk bergerak cepat dalam melakukan aktivitas tanpa menggunakan oksigen yang berlangsung hanya beberapa detik.
Pengukuran daya tahan anaerobik bertujuan untuk menentukan ketahanan anaerobik melalui aktifitas cepat seperti sprint tanpa menggunakan oksigen. Latihan ini dapat dilakukan pada lari cepat dengan pengulangan pada jarak tertentu dengan waktu berkisar antara 6 sampai 120 detik tergantung dari kebutuhan cabang olahraganya. Ada beberapa cara untuk menentukan daya tahan anaerobik, diantaranya yang paling populer adalah dengan metode invasif Janssen dan tes Conconi maupun uji lapangan dengan RAST.
Running-based Anaerobic Sprint Test (RAST) merupakan suatu bentuk tes yang dianggap dapat mengukur kapasitas anaerobik seseorang yang direpresentasikan dalam dua komponen utama yang dimunculkan, yaitu power dan fatigue indeks. Uji RAST pertama kali dikembangkan di University of Wolverhampton (Inggris) untuk melakukan tes untuk mengetahui kapasitas anaerobik atlet. Teknik pengukuran yang dilakukan pada RAST hampir sama
(23)
23
dengan Wingate Anaerobic 30 cycle test (WANT) yang sudah lebih dahulu dikembangkan dan seringkali digunakan sebagai instrumen tes.
Untuk melaksanakan RAST, diperlukan beberapa alat pendukung, di antaranya adalah lintasan lari sepanjang 400 meter – dengan penanda lintasan lurus yang ditandai sepanjang 35 meter dan stop-watch. Selain itu, dibutuhkan seorang asisten untuk melakukan pencatatan data hasil tes yang diperoleh orang uji. Mekanisme pelaksanaan RAST sederhana dan tidak memerlukan banyak alat. Pertama-tama, lintasan dan cone penanda jarak harus sudah siap, sementara itu orang uji melakukan pemanasan selama 10 menit, yang bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh, mencegah cedera, dan menyiapkan otot-otot agar siap untuk menerima beban lebih. Kemudian orang uji melakukan enam kali pengulangan lari cepat dengan kecepatan maksimal sejauh 35 meter, sementara asisten penelitian mencatat waktu yang diperlukan oleh testee untuk setiap 35 meter lari cepat. Dari enam kali pengulangan lari cepat sejauh 35 meter, masing-masing dicatat waktunya. Sebagai langkah awal perhitungan, akan diketahui power ke enamnya yang diperoleh dari perkalian berat badan dan kuadrat jarak, kemudian dibagi dengan waktu tempuh pangkat tiga. Dari data tersebut, kita dapat mengetahui power minimum, power maksimum, power rata-rata, dan indeks kelelahan dengan cara memasukan hasil waktu lari sprint 35 meter pertama hingga ke enam ke dalam rumus sebagai berikut (Marckenzie, 2005: 67).
Kecepatan = Jarak / waktu Akselerasi = Kecepatan / waktu
(24)
24 Force = Berat badan x Akselerasi
Power = Force x Kecepatan = Berat badan x Jarak2 / waktu3 Dimana
Waktu3 = Waktu x Waktu x Waktu
Rata-rata Power = Jumlah keseluruhan 6 nilai power / 6. Keterangan:
Semakin tinggi skor yang di dapat pada rata- rata power semakin baik kemampuan atlet untuk mempertahankan daya tahan anaerobik dari waktu ke waktu.
Berdasarkan hasil penelitian Widodo (2007), bahwa uji RAST merupakan jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur komponen kondisi fisik daya tahan anaerobik dengan r = 0,9301 dan hasil uji validitas = 0,897 (sempurna) serta hasil uji reliabilitas = 0,919 (sempurna) dengan demikian uji RAST ini bisa direkomendasikan untuk mengukur kemampuan daya tahan anaerobik.
5. Karakteristik Hoki Ruangan a. Sejarah Olahraga Hoki
Olahraga hoki ada dua sumber asal-usulnya, yaitu Persia Kuno dan Mesir Kuno. Menurut Primadi Tabrani (2002:1) hoki adalah sebuah permainan yang dimainkan antara dua regu yang setiap regunya memegang sebuah tongkat bengkok yang disebut stick untuk menggerakkan sebuah bola. Di Indonesia ada ada dua jenis olahraga hoki, yaitu hoki lapangan dan hoki ruangan. Olahraga hoki lapangan adalah sebuah permainan yang dimainkan
(25)
25
antara dua regu yang setiap regunya memegang tongkat bengkok dan tebal disebut dengan stick yang dimainkan di lapangan terbuka dengan jumlah pemain 11 pemain, sedangkan hoki ruangan adalah sebuah permainan yang dimainkan antara dua regu yang setiap regunya memegang tongkat bengkok dan tipis disebut dengan stick yang di mainkan didalam ruangan dengan jumlah pemain 6 pemain. Didalam olahraga hoki ruangan ketika mengoper bola tidak boleh naik harus datar dan menggunakan papan pantul sedangkan di hoki lapangan bebas dan tidak memakai papan pantul.
b. Sistem Energi Olahraga Hoki
Dalam olahraga hoki ruangan berlangsung waktu yang cukup lama, sehingga setiap pemain haruslah mempunyai daya tahan yang baik. Menurut Husein Argasasmita, dkk (2007: 65) bahwa daya tahan dibagi menjadi dua jenis yaitu: daya tahan paru jantung (aerobik) dan daya tahan anaerobik. Untuk menjadi pemain hoki yang baik perlu mengembangkan kebugaran jasmani terutama, kekuatan, ketahanan, dan kecepatan (Jhon Parthiban, 2012: 149). Pendapat lain juga mengatakan kondisi fisik yang diperlukan dalam olahraga hoki meliputi, daya tahan aerobik, daya tahan anaerobik, kecepatan, kelincahan, kekuatan dan daya tahan otot, serta kelentukan (Joko Purwanto, 2004: 40). Menurut Dikdik Zafar, dkk (2007: 6) sistem energi dalam olahraga dibedakan menjadi dua yaitu sistem energi anaerobik dan sistem energi aerobik. Sistem energi anaerobik merupakan proses untuk menghasilkan energi tanpa adanya oksigen, sistem ini dibedakan menjadi dua yaitu:
(26)
26 1) Sistem anaerobik alaktik (AA)
Sumber energi diperoleh dari pemecahan ATP dan PC yang tersedia dalam tubuh yang menimbulkan terbentuknya asam laktat serta peroses pembentukan energi sangat cepat sehingga hanya mampu menyediakan energi sangat sedikit untuk aktivitas yang sangat singkat.
2) Sistem anaerobik laktik (AL)
Sumber energi diperoleh diperoleh melalui pemecahan glukosa darah dan glikogen otot lewat proses glikolisis anaerobik. Sistem ini selain menghasilkan energi juga menimbulkan terbentuknya asam laktat.
Sedangkan sistem energi aerobic merupakan proses untuk menghasilkan energi dengan memerlukan oksigen, yang berasal dari glukosa dan glikogen melalui glikolisis aerobik, selain itu untuk aktivitas yang lebih lama dipergunakan lemak dan protein.
Tabel 2. Prediksi Predominan Cabang Olahraga Hoki (Sukadiyanto, 2011: 42) Cabang olahraga % Predominan sistem energi
Anaerobik Anaerobik Aerobik Alaktik Laktik Hoki 60 20 20
Perkiraan predominan sistem energi pada tabel di atas cenderung berdasarkan energi yang digunakan pada saat gerak dan teknik pada cabang olahraga hoki. Permainan hoki memiliki, 70% anaerobik alaktik, 20% anaerobik laktik, dan 20% oksigen, dimana pada saat melakukan push, dribbling, dan close dribbling lebih dominan memerlukan energi anaerobik
(27)
27
alaktik. Sedangkan kebutuhan energi selama satu babak, lebih dominan memerlukan energi anaerobik laktik, dan agar pehoki mampu bermain dua babak atau lebih energi dominannya adalah aerobik. Banyak faktor yang ikut menentukan pemilihan metode dan bentuk latihan selain sistem energi aerobik dan sistem energi anaerobik, antara lain: faktor teknik, taktik, macam gerak, jenis lapangan, dan kebutuhan energi dominannya (Sukadiyanto, 2011: 40). c. Teknik Dasar Olahraga Hoki
Menurut Joko Purwanto (2004: 9), teknik dasar permainan hoki meliputi: 1) Pegangan (Grips)
Pegangan dasar yang pertama yaitu posisi tangan kiri pada ujung bagian pegangan stik dan tangan kanan dibawah tangan kiri lebih kurang di bagian tengah panjang stik. Sedangkan pegangan dasar yang kedua yaitu tangan kiri pada ujung bagian pegangan stik dan tangan kanan dibawah tangan kiri lebih kurang di bagian tengah panjang stik.
2) Menggiring Bola (Dribbling)
Teknik dasar menggiring bola dalam hoki ada tiga macam, yaitu: a) Close Drible
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik menggiring bola ini adalah berusaha agar stik selalu menempel pada bola dalam semua gerakan, pandangan diusahakan tidak selalu tertuju pada bola, tetapi harus dapat melihat bola, teman dan lawan serta keadaan sekitar. Close dribble yaitu menggiring bola dengan cara mendorong bola menggunakan stik yang permukaannya menghadap ke depan (terbuka).
(28)
28
Gambar 1. Teknik Close Dribble (Joko Purwanto, 2004: 13) Teknik menggiring bola ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) Posisi badan sedikit membungkuk, stik dipegang dengan kedua tangan lurus ke bawah di depan kaki kanan, kepala stik menempel di permukaan lapangan, sisi yang rata menghadap ke depan dengan bola diletakkan di depannya.
(2) Dengan berjalan atau lari bola didorong ke depan dengan bola tetap menempel pada stik.
(3) Posisi stik diusahakan tetap di depan kaki kanan. (4) Pandangan ke arah yang dituju.
b) Loose Dribble
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik menggiring bola ini adalah berusaha agar bola tidak lepas dengan stik terlalu jauh. Pandangan diusahakan tidak tertuju pada bola, tetapi harus dapat melihat bola, teman, lawan dan keadaan sekitar.
Gambar 2. Teknik Loose Dribble (Joko Purwanto, 2004: 14) Teknik menggiring bola ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) Posisi badan sedikit membungkuk, stik dipegang dengan kedua tangan lurus ke bawah di depan kaki kanan, kepala stik
(29)
29
menempel di permukaan lapangan, bola diletakkan di sisi yang rata pada kepala stik.
(2) Kemudian dengan berjalan atau lari, bola didorong atau dipukul ke depan dengan bola tetap dalam jangkauan stik.
(3) Posisi stik diusahakan tetap mengarah ke bawah di depan badan. c) Indian Dribble
Yaitu menggiring bola berbelok-belok ke arah kanan dan kiri dengan menggunakan bagian dalam stik, dan di dalam bergerak ke depan berusaha agar bola tidak lepas terlalu jauh dari stik. Pandangan tidak terlalu tertuju pada bola tetapi sesekali harus melihat teman, lawan, dan keadaan sekitar.
Gambar 3. Teknik Indian dribble (Joko Purwanto, 2004: 15) Teknik menggiring bola ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) Posisi badan sedikit membungkuk, stik dipegang dengan kedua tangan lurus ke bawah di depan kaki kanan, kepala stik menempel di permukaan lapangan, bola di letakkan di bagian dalam kepala stik.
(30)
30
(2) Kemudian dengan berjalan atau berlari bola didorong ke samping kiri, setelah itu dengan membalik posisi stik bola disentuh dengan ujung kepala stik ke arah kanan, dan dengan membalik stik lagi bola disentuh dengan bagian tengah kepala stik ke arah kiri, begitu dilakukan bergantian.
3) Mengoper Bola (Passing)
Dalam permainan hoki ruangan teknik mengoper bola yang digunakan adalah push (mendorong bola). Dalam teknik ini bola tidak boleh naik. Prinsip yang harus diperhatikan di dalam melakukan teknik mendorong bola ini adalah bahwa pada waktu menggerakkan stik bola harus selalu berada didekat stik dan cenderung menggunakan power lengan, tangan, dan bahu, serta pegangan harus selalu rapat dan kuat, hal ini ditujukan agar kecepatan bola maksimal baik ketika menembak ke arah gawang ataupun mengoper. Teknik mengoper bola ini dapat dilakukan dengan dua cara push dan reverse push.
Gambar 4. Teknik Push
Menurut Jhon Dawkins dan Ros Kelly (1990: 40) cara melakukan teknik push adalah sebagai berikut:
(31)
31
1) Berdiri dengan kaki kiri sedikit lebih ke depan daripada kaki kanan menyamping arah sasaran, badan condong ke depan, lutut kedua kaki di tekuk, stik dipegang kedua tangan lurus di depan badan, bola di letakkan di tengah-tengah depan bagian badan.
2) Stik diletakkan rapat dengan bola, perkenaan bola di bagian dalam stik.
3) Dengan gerakan badan secara berurutan, badan dicondongkan ke arah kanan, titik berat badan lebih banyak di kaki kanan sebagai power position.
4) Gerakan stik ke arah kiri sejajar dengan lantai.
Gambar 5. Teknik Reverse Push Cara melakukan teknik reverse push adalah sebagai berikut:
1) Berdiri dengan kaki kanan sedikit ke depan daripada kaki kiri menyamping arah sasaran, badan sedikti condong kedepan, lutut kaki kanan di tekuk, kaki kiri lurus, stik di pegang kedua tangan lurus di depan kaki kanan.
(32)
32
3) Dengan gerakan kedua lengan yang memegang stik mendorong bola ke arah sasaran di kanan badan.
4) Pandangan mengikuti arah jalannya bola. 4) Menerima dan Mengontrol Bola
Menurut Jhon Dawkins dan Ros Kelly (1990: 41) yang harus di perhatikan dalam teknik ini adalah:
1) Pemain harus siap bergerak ke depan sebelum menerima bola. 2) Stik harus siap di bawah dan diletakkan mendatar.
3) Pemain harus melihat bola.
4) Kedua kaki di tekuk dan badan sedikit condong ke bawah.
5) Kaki harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga pemain mempunyai keseimbangan untuk bergerak ke segala arah.
5) Merampas Bola
Dalam teknik ini tidak diperbolehkan menggunakan badan, memukul atau mengait stik lawan melainkan harus menggunakan stik dan saling berhadapan. Salah satu cara merempas bola dalam hoki ruangan adalah dengan teknik jab (kejutan). Teknik kejutan adalah sebuah unsur penting dalam menyergap bola, di mana stik dengan tangan kiri secara tiba-tiba menyodok ke depan pada bola dan mengambil alih dari lawan (Jhon Dawkins dan Ros Kelly, 1990: 41).
d. Peraturan Umum Olahraga Hoki
Menurut Maretha Yuda (2009) peraturan umum dalam olahraga hoki adalah sebagai berikut:
(33)
33
a. Dilarang mengangkat stick di atas pundaknya bilamana dapat membahayakan.
b. Dilarang melakukan permainan yang dapat membahayakan. c. Dilarang memukul bola ke udara.
d. Dilarang menendang atau menahan bola dengan kaki (kecuali penjaga gawang sesuai peraturan).
e. Dilarang memukul, menggigit atau menahan stick lawan.
f. Dilarang menghalangi lawan dengan badan atau stick, mendorong, menahan atau menjatuhkan lawannya.
Hukuman yang dapat diberikan adalah : a. Free push/ mendorong bebas
Menggiring bola bebas dilakukan pada tempat dimana pelanggaran terjadi.
b. Short Corner
Dapat dilakukan di atas garis pinggi gawang regu yang mendapat hukuman di sebelah mana saja, karena bola naik ketika di stop menggunakan stik di dalam daerah penjaga gawang.
c. Penalty Stroke
Penalty stroke di berikan di karenakan kesalahan yang dilakukan dalam D atau striking circle bila seorang pemain yang bertahan dengan jelas menghalangi sebuah bola yang akan masuk dengan cara yang tidak dibenarkan. Berikut lapangan olahraga hoki ruangan :
(34)
34
Gambar 6. Lapangan Hoki Ruangan sumber
(http://www.google.com/search?q=ukuran+ lapangan+hoki+ indoor). B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teoritik yang dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan untuk kajian hipotesis. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Deva Friandika (2010) dengan judul
Hubungan antara Daya Tahan Kardiovaskuler dan Kelincahan dengan Keterampilan Menggiring Bola Pemain Hoki Putra. Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara daya tahan kardiovaskuler dan kelincahan dengan keterampilan menggiring bola pemain hoki UNY. Hasil yang diperoleh adalah: (1) Ada hubungan antara daya tahan kardiovaskuler dengan keterampilan menggiring bola, hal ini ditunjukan r = 0,718 dengan p = 0,001 = signifikan. (2) Ada hubungan antara kelincahan dengan keterampilan menggiring bola yang ditunjukkan r = 0,736 dengan p = 0,000 = signifikan. (3) Ada hubungan antara daya tahan kardiovaskuler
(35)
35
dan kelincahan dengan keterampilan menggiring bola yang ditunjukkan F = 11,100 dengan p = 0,001 = signifikan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Didik Joko Tri Purnomo (2009) dengan judulPengaruh Latihan Interval Training dan Fartlek terhadap daya tahan aerobik pemain bola basket di SMA N 1 Prambanan. Hasil yang diperoleh adalah: (1) Ada pengaruh latihan interval training terhadap daya tahan aerobik, hal ini ditunjukkan t hitung 6,421 dan nilai t tabel dengan db = 9 pada taraf signifikan 5% sebesar 1,833, nilai t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh yang signifikan. (2) Ada pengaruh latihan fartlek terhadap daya tahan aerobik, hal ini ditunjukkkan t hitung 10,223 dan nilai t tabel dengan db = 9 pada taraf signifikan sebesar 1,833, nilai t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Latihan Interval Training dan Fartlek terhadap Daya Tahan Aerobik Pemain Bola Basket Di SMA N 1 Prambanan.
C. Kerangka Berpikir
Latihan fartlek merupakan latihan gabungan yang terdiri dari jalan, jogging, dan sprint. Latihan ini sangat baik digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan. Pemain hoki yang bagus tentunya memiliki kebugaran jasmani yang baik pula khususnya kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan yaitu daya tahan paru jantung dan kecepatan. Untuk meningkatkan daya tahan paru jantung tentunya diperlukan latihan daya tahan yang baik. Selain teknik, dalam olahraga hoki daya tahan sangat dibutuhkan ketika kita berlari sambil menggiring bola, melewati musuh,
(36)
36
mengoper, dan menembak ke arah gawang tentunya diperlukan kondisi fisik yang bagus. Karena dalam olahraga hoki waktu yang diperlukan cukup lama, maka setiap pemain hoki haruslah memiliki daya tahan paru jantung yang bagus pula, hal ini ditujukan agar ketika bertanding pemain tidak mudah kelelahan yang mengakibatkan menurunya konsentrasi dalam proses pertandingan. Selain daya tahan paru jantung, kecepatan juga sangat berpengaruh dikarenakan dalam olahraga hoki ruangan permainan sangat cepat, dalam satu menit dapat terjadi satu gol atau lebih, untuk berlari merebut bola, menggiring bola, dan menembak bola ke arah gawang di perlukan kecepatan yang baik. Seorang pemain hoki yang mempunyai kecepatan lari yang baik dia akan selalu dapat memenangkan perebutan dalam mendapatkan bola dan dapat melakukan penyerangan dengan cepat yang dapat menghasilkan gol.
Faktor kebugaran jasmani khususnya daya tahan paru jantung dan kecepatan perlu ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk latihan. Terbentuknya daya tahan paru jantung dan kecepatan seorang pehoki ruangan dengan baik maka, seorang atlit tersebut dapat menguasai bola, mengontrol bola, mengoper, dan menembak ke arah gawang dengan baik pula. Dalam proses latihan kondisi fisik, kondisi pemain haruslah baik agar tujuan latihan dapat tercapai, sehingga ketika diberikan program latihan yang sedikit lebih berat pemain dapat tetap mengikutinya dengan baik pula.
(37)
37 D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut bisa berupa pernyataan tentang hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan (komparasi), atau variable deskripsi (Sugiono: 84). Berdasarkan dari kajian teoritik di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sementara sebagai berikut:
1. Ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung pada pemain hoki ruangan putra UNY.
2. Ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik pada pemain hoki ruangan putra UNY.
(38)
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen tidak murni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-posttest design, (Suharsimi Arikunto, 2003: 279). Adapun desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan:
O1 : Pengukuran awal/Pretest meliputi daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik
X : Perlakuan/Treatment latihan fartlek
O2 : Pengukuran akhir/Posttest meliputi daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik
Dari desain penelitian di atas, seluruh populasi diberikan tes untuk mengukur daya tahan paru jantung dan kecepatan kemudian diberikan latihan fartlek. Dari data yang didapat pada tes daya tahan paru jantung kemudian dihubungkan dengan latihan fartlek. Penelitian ini dilakukan selama 18 kali latihan dengan frekuensi 3 kali dalam satu minggu selama 6 minggu. Hal ini
(39)
39
sesuai dengan pendapat Maglischo (2003) yang dikutip oleh Didik Joko Tri Purnomo (2009: 53) bahwa latihan akan menunjukan perubahan yang signifikan setelah 6-8 minggu berlatih.
Untuk menghindari faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian, maka dilakukan pengontrolan atau pengendalian faktor-faktor di bawah ini : 1. Pengaruh yang ditimbulkan subyek. Untuk mencegah pengaruh yang
disebabkan oleh aktivitas diluar penelitian maka dihimbau kepada pemain hoki ruangan putra UNY untuk tidak melakukan aktivitas fisik diluar jam penelitian, yang dapat mengganggu kondisi fisik dari pemain tersebut. 2. Pengaruh cuaca dan kemasan waktu. Untuk mencegah pengaruh dari cuaca
maka kegiatan pemberian latihan dilakukan pada waktu sore hari, yaitu mulai jam 15.00 WIB sampai dengan selesai.
3. Menggunakan lebih dari satu orang pengamat dan melengkapi instrumen tes dengan pedoman pelaksanaan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lapangan Hoki FIK UNY.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 01 Mei - 17 Juni 2013. Pelaksanaan pengambilan tes daya tahan paru jantung, daya tahan anaerobik dan latihan fartlek dimulai pada sore hari pukul 15.00 WIB yaitu pada hari Rabu, Jumat, dan Minggu.
(40)
40 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Sugiono (2003: 2) variabel adalah gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Menurut pendapat Cholid Narbuko dan H. Abu
Achmadi (2007: 118), “variabel penelitian ditentukaan oleh landasan
teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian”. Menurut
Sugiono (2003: 3) variabel yang mempengaruhi disebut penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan variabel terikat atau dependent variabel (Y). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah latihan fartlek. Variabel terikatnya adalah daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik.
Sedangkan untuk definisi operasionalnya adalah:
1. Tes lari 2,4 km (metode Cooper) di gunakan untuk mengukur daya tahan paru jantung. Peserta tes berlari menempuh jarak 2,4 km dan apabila tidak dapat berlari secara terus-menerus maka dapat diselingi dengan jalan kaki. 2. Daya tahan anaerobik merupakan bentuk ketahanan pada pemain hoki ruangan putra UNY untuk bergerak cepat dalam melakukan aktivitas tanpa menggunakan oksigen yang berlangsung dalam beberapa detik selama melakukan Uji RAST ( running-based anaerobic sprint test ) di ambil dari rata- rata power.
3. Latihan fartlek adalah kemampuan pemain hoki putra UNY dalam menjalankan bentuk latihan gabungan yaitu, jalan, jogging, dan sprint. Dilaksanakan selama 20 menit pada latihan pertama, pelaksanaannya diawali dengan jogging selama 6 menit sebagai pemanasan, diselingi lari
(41)
41
cepat 50 meter selama 3 set, dilanjutkan jalan 1 menit, dan jogging 3 menit, kemudian lari cepat lagi 50 demikian seterusnya. Penelitian ini dilakukan selama 18 kali latihan dengan frekuensi 3 kali dalam satu minggu selama 6 minggu pada hari Rabu, Jumat, dan Minggu.
D. Populasi Penelitian 1. Populasi Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi (2000: 182) populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Dikatakan pula bahwa populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Jadi pengertian di atas mengandung arti, populasi adalah seluruh individu yang akan dijadikan obyek penelitian dan keseluruhan dari individu itu paling tidak harus memiliki sifat yang sama. Sedangkan Sukandarrumidi (2002: 47) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tetentu dan sama.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemain hoki ruangan putra Universitas Negeri Yogyakarta yang berjumlah 12 orang. Berdasarkan keterangan di atas bahwa populasi dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat-sifat yang sama, maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan karena memiliki sifat-sifat yang sama sebagai berikut:
(42)
42
2) Sama-sama pemain hoki putra UNY yang mengikuti pusat latihan untuk Kejuaraan Nasional Hoki Ruangan di Jakarta .
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 136) "Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjanya lebih mudah dan lebih baik". Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu:
a. Tes daya tahan paru jantung (kardiovaskuler) 1)Tes Lari 2,4 km (Metode Cooper)
Tujuan tes ini untuk mengukur daya tahan paru jantung (Wahjoedi, 2001: 72). Reliabilitas tes 0,9886.
a) Fasilitas dan alat -Lintasan lari yang datar -Stopwatch
-Peluit -Alat tulis -Bendera start -Roll meter, dan
-Daftar tabel untuk konversi hasil lari. b)Petugas
- Pengukur jarak - Petugas start
(43)
43 - Pengambil waktu, dan - Pencatat skor.
c) Tata Cara Pelaksanaan Tes
- Testi memakai pakaian olahraga.
- Sebelum melaksanakan tes lari 2,4 km, seluruh testi diwajibkan melakukan pemanasan (warming up) selama 10 menit.
- Setelah pemanasan selesai, testi menempati garis start dan berlari dengan menggunakan start berdiri.
- Setelah start dimulai bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch, pada aba-aba “Ya” testi berlari menempuh jarak 2,4 km.
- Apabila testi tidak mampu berlari secara terus-menerus, maka dapat diselingi dengan jalan kaki kemudian lari lagi hingga garis akhir jarak 2,4 km.
- Jika testi berhenti untuk makan dan minum maka dinyatakan gagal.
- Testi harus berlari mengelilingi lintasan sebanyak 8 kali putaran dengan mencapai garis finish di lapangan Hoki FIK UNY.
- Setelah selesai berlari 2,4 km, testi melakukan pendinginan. d)Hasil
Hasil lari dicatat setelah masuk garis finish. Untuk mengetahui klasifikasi daya tahan kardiovaskuler, waktu tempuh dicocokan
(44)
44
dengan tabel norma tes yang berlaku menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
Tabel 3. Norma Tes Lari 2,4 Km untuk Putra
No
Kategori Usia (thn) dan Waktu (menit, detik)
13-19 20-29
1 Sangat kurang ≥ 15' 31" ≥ 16' 01" 2 Kurang 12' 11" - 15' 30" 14' 01" - 16' 00" 3 Sedang 10' 49" - 12' 10" 12' 01" - 14' 00" 4 Baik 9' 41" - 10' 48" 10' 46" - 12' 00" 5 Baik Sekali 8' 37" - 9' 40" 9' 45" - 10' 45" 6 Istimewa < 8' 37" < 9' 45"
b. Tes Daya Tahan Anaerobik
1) Uji RAST (Running-based Anaerobic Sprint Test)
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan daya tahan anaerobik (Widodo, 2007).
1. Alat dan Fasilitas
-Lintasan lurus, rata, tidak licin, lintasan lari sepanjang 35 meter -Bendera start
-Peluit -Count -Stop watch
(45)
45 -Formulir tes
-Alat tulis -Kalkulator 2. Petugas Tes
-Petugas pemberangkatan
-Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes c) Pelaksanaan
-Sikap permulaaan peserta berdiri dibelakang garis start
-Pada aba-aba “SIAP” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari
-Pada aba- aba “YA” dengan dibunyikannya peluit peserta lari secepat mungkin, menempuh jarak 35 meter, selama 6 set, dan setiap satu set istirahat 10 detik sampai set ke 6.
d) Hasil pengukuran
-Mencatat masing-masing waktu antar set sejak aba-aba “ya”
hingga bunyi “pluit” tanda waktu selesai yang didapat selama
lari 6 set, kemudian data di konversi melalui Uji RAST Calculator dan di ambil rata- rata power yang di dapat.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan teknik tes. Pelaksanaan tes dimulai pada tanggal 01 Mei – 17 Juni di lapangan hoki FIK UNY yaitu pada hari Rabu, Jumat, dan Minggu dimulai pukul 15.00 WIB selama 6 minggu.
(46)
46 F. Teknik Analisis Data
Data merupakan bentuk catatan penting yang akan dijadikan acuan dalam sebuah penelitian. Data yang dianalisis menggunakan analisis statistik. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu variable yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan fartlek sedangkan variabel terikatnya adalah daya tahan paruh jantung (kardiorespirasi) dan daya tahan anaerobik. Untuk menganalisis data menggunakan Uji-t, yaitu dengan membandingkan hasil pretest dengan posttest pada kelompok eksperimen. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasarat yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas data. Proses analisis data hasil penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0.
(47)
47 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lapangan Hoki FIK UNY yang beralamatkan di Jalan. Colombo no. 1 Depok Sleman. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemain hoki ruangan putra Universitas Negeri Yogyakarta yang berjumlah 12 orang yang sedang mengikuti pusat latihan untuk Kejuaraan Nasional Piala KEMENPORA di Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 01 Mei - 17 Juni 2013.
Pengambilan data pretest daya tahan paru jantung dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2013 dan pelaksanaan pretest daya tahan anaerobik pada tanggal 02 Mei 2013. Sedangkan pelaksanaan posttest daya tahan paru jantung dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2013 dan posttest daya tahan anaerobik pada tanggal 17 Juni 2013. Pelaksanaan pengambilan tes daya tahan paru jantung, daya tahan anaerobik, dan latihan fartlek dimulai pada sore hari pukul 15.00 WIB pada hari Rabu, Jumat, dan Minggu.
2. Deskripsi Data dan Analisis Data
a. Latihan Fartlek terhadap Peningkatan Daya Tahan Paru Jantung Pretest, Middletest, dan Posttest
Deskripsi data penelitian berfungsi untuk mempermudah penelitian yang telah dilakukan. Deskripsi data penelitian meliputi data pre-test, middle-test, dan post-test dari eksperimen yang dilakukan.
(48)
48
Dalam sub-bab ini akan disajikan satu persatu data penelitian, dari data pretest dan posttest dari kelompok eksperimen latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung.
Tabel 4. Data Pretest, Middletest, dan Posttest Latihan Fartlek Variabel Daya Tahan Paru Jantung
Pretest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung memiliki nilai minimum 11,27, nilai maksimum 15,02, rerata 12,58, median 12,25, modus 11.27, dan standar deviasi 1,24.
Middletest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung memiliki nilai minimum 10,22, nilai maksimum 13,41, rerata 11.81, median 11.51, modus 10,22, dan standar deviasi 0.93.
Posttest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung memiliki nilai minimum 9,43, nilai maksimum 13,02, rerata 11,31, median 11,30, modus 9,43, dan standar deviasi 0,95.
Subjek Pretest Middletest Posttest
X 1 12,20 11,41 11,21
X 2 12,26 11,50 11,39
X 3 11,27 10,22 09,43
X 4 11,29 11,03 10,46
X 5 11,35 11,20 11,02
X 6 12.02 11,53 11,40
X 7 12,34 12,04 11,51
X 8 12,25 11,35 11,19
X 9 12,57 12,40 12,20
X 10 14,09 13,37 13,02
X 11 14,30 12,22 10,54
(49)
49
Tabel 5. Frekuensi Data Perbandingan Pretest, Middletest, dan Posttest Latihan Fartlek Terhadap Peningkatan Daya Tahan Paru
Jantung
Pretest Middletest Posttest
Nilai Minimum 11,27 10,22 9,43
Nilai Maksimum 15,02 13,41 13,02
Rerata 12,58 11.81 11,31
Median 12,25 11.51 11,30
Modus 11.27 10,22 9,43
Std. Deviasi 1,24 0.93 0,95
10.5 11 11.5 12 12.5 13 Kategori F r e k u e n s i Pretest Middletest Posttest
Gambar 7. Histogram rata-rata latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung
b. Latihan Fartlek terhadap Peningkatan Daya Tahan Anaerobik
Deskripsi data penelitian berfungsi untuk mempermudah penelitian yang telah dilakukan. Deskripsi data penelitian meliputi data pre-test, middle-test, dan post-test dari eksperimen yang dilakukan. Dalam sub-bab ini akan disajikan satu persatu data penelitian, dari data pretest dan posttest dari kelompok eksperimen latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik.
(50)
50
Tabel 6. Data Pretest, Middletest, dan Posttest Latihan Fartlek Variabel Daya Tahan Anaerobik
Pretest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik memiliki nilai minimum 221,50, nilai maksimum 452,60, rerata 305,16, median 306,55, modus 221,50, dan standar deviasi 60,2721.
Middletest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik memiliki nilai minimum 274,00, nilai maksimum 503,00, rerata 355,42, median 358,50, modus 380,00, dan standar deviasi 60,6652.
Posttest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik memiliki nilai minimum 326,60, nilai maksimum 550,90, rerata 416,03, median 420,00, modus 326,60, dan standar deviasi 55,9385.
Subjek Pretest Middletest Posttest
X 1 332,1 380,0 412,7
X 2 327,9 362,3 434,2
X 3 299,9 326,7 436,7
X 4 308,6 390,9 410,9
X 5 304,5 382,9 427,3
X 6 235,3 306,1 374,3
X 7 221,5 274,7 326,6
X 8 323,4 355,1 442,1
X 9 258,1 293,2 373,5
X 10 452,6 503,4 550,9
X 11 333,9 380,3 438,1
(51)
51
Tabel 7. Frekuensi Data Perbandingan Pretest, Middletest, dan Posttest Latihan Fartlek Terhadap Peningkatan Daya Tahan Anaerobik
Pretest Middletest Posttest
Nilai Minimum 221,50 274,00 326,60
Nilai Maksimum 452,60 503,00 550,90
Rerata 305,16 355,42 416,03
Median 306,55 358,50 420,00
Modus 221,50 380,00 326,60
Std. Deviasi 60,2721 60,6652 55,9385
0 200 400 600 Kategori F r e k u e n s i Pretest Middletest Posttest
Gambar 8. Histogram rata-rata latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik
3. Uji Persyaratan Analisis a. Pengujian Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil tes sebenarnya mengikuti pola sebaran normal atau tidak. Uji normalitas variabel dilakukan dengan menggunakan Kai Kuadrat. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu sebaran adalah jika 2 hitung < 2 tabel, maka normal dan jika 2 hitung > 2 tabel sebaran dikatakan tidak normal. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
(52)
52 Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
Kelompok
Kai Kuadrat ( 2)
Sig Keterangan 2
Hitung df 2
Tabel Pretest – Daya
Tahan Paru Jantung 4.667 4 9,488
0,323
Normal Middletest – Daya
Tahan Paru Jantung 4.667 3 7,815 0.198 Normal Posttes - Daya
Tahan Paru Jantung 7.167 4 9,488 0,127 Normal Pretest - Daya
Tahan Anaerobik 0.000 11 19,675 1,000 Normal Middletest – Daya
Tahan Anaerobik 0.833 10 18,307 1,000 Normal Posttest – Daya
Tahan Anaerobik 0.000 11 19,675 1,000 Normal
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa data pretest dan posttest keempat kelompok data memiliki 2 hitung < 2 tabel, maka keempat kelompok data berdistribusi normal. Dari sisi lain dapat dilihat pada nilai signifikannya, karena dari nilai signifikan semuanya lebih besar dari 0,05 (Signifikan > 0,05) maka hipotesis yang menyatakan data yang berdistribusi normal diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenormalan distribusi terpenuhi. b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi atau untuk menguji bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang homogen. Kriteria pengambilan keputusan diterima apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (signifikan > 0,05). Hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut :
(53)
53
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Kelompok F Hitung Signifikansi Keterangan Pretest – Posttest
Daya Tahan Paru Jantung
0,385 0,764 Homogen
Pretest – Posttest Daya Tahan AnAerob
0,588 0,649 Homogen
Berdasarkan hasil uji homogenitas variabel penelitian diketahui data pretest dan posttest daya tahan paru jantung diperoleh nilai signifikan (p = 0,764), karena p > 0,05 maka data pada kelompok daya tahan paru jantung adalah homogen, sedangkan pada kelompok pretest dan posttest daya tahan anaerobik diperoleh nilai signifikan (p = 0,649), karena p > 0,05 maka data pada kelompok daya tahan anaerobik adalah homogen.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pehoki ruangan putra UNY 2013. Uji hipotesis menggunakan uji-t yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Uji-t
Variabel Uji-t Keterangan
hitung df tabel Sig Pretest – Posttest
Daya Tahan Paru Jantung
4,007 11 2,20 0,002 Signifikan Pretest – Posttest
(54)
54
a. Pengaruh Latihan Fartlek terhadap Peningkatan Daya Tahan Paru Jantung.
Hipotesis awal (Ho) mengatakan bahwa tidak ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung pada pemain hoki ruangan putra UNY. Hipotesis alternatif (Ha) mengatakan bahwa ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung pada pemain hoki ruangan putra UNY. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh signifikan adalah jika t hitung > t tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan dan jika t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai uji-t antara pretest dan posttest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung yang memiliki nilai t hitung 4,007 dan nilai t tabel dengan df = 11 pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,20. P = 0,002, karena p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan. Dilihat dari nilai rata-rata kemampuan daya tahan paru jantung, maka diperoleh nilai rata-rata pretest = 12,58 dan nilai rata-rata posttest = 11,31, karena nilai rata-rata pretest lebih besar dari nilai rata-rata posttest maka terjadi peningkatan kemampuan daya tahan paru jantung sebesar = 1,27 atau 10,09 %.
b.Pengaruh Latihan Fartlek terhadap Peningkatan Daya Tahan Anaerobik.
Hipotesis awal (Ho) mengatakan bahwa tidak ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik pada pemain hoki
(55)
55
ruangan putra UNY. Hipotesis alternatif (Ha) mengatakan bahwa ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik pada pemain hoki ruangan putra UNY. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh signifikan adalah jika t hitung > t tabel, maka terdapat perbedaan yang signifikan dan jika t hitung < t tabel maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil uji statistik nilai uji-t antara pretest dan posttest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan anaerobik yang memiliki nilai t hitung 22,951 dan nilai t tabel dengan df = 11 pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,20. P = 0,000, karena p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan. Dilihat dari nilai rata-rata kemampuan daya tahan anaerobik, maka diperoleh nilai rata-rata pretest = 305,16 dan nilai rata-rata posttest = 416,03, karena nilai rata-rata pretest lebih besar dari nilai rata-rata posttest maka terjadi peningkatan kemampuan daya tahan anaerobik sebesar = 110,87 atau 36,33%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data hasil penelitian diperoleh peningkatan yang signifikan terhadap kedua kelompok yang diteliti. Pemberian perlakukan selama 18 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali semingggu selama 6 minggu memberikan pengaruh terhadap peningkatan daya Tahan Paru Jantung dan Daya Tahan Anaerobik melalui latihan Fartlek. Hal ini sesuai dengan pendapat Maglischo (2003) yang dikutip oleh Didik Joko Tri
(56)
56
Purnomo (2009: 53) bahwa latihan akan menunjukan perubahan yang signifikan setelah 6-8 minggu berlatih.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai uji-t antara pretest dan posttest latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung yang memiliki nilai t hitung 4,007 dan nilai t tabel dengan df = 11 pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,20. P = 0,002, karena p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan. Dilihat dari nilai rata-rata kemampuan daya tahan paru jantung, maka diperoleh nilai rata-rata pretest = 12,58 dan nilai rata-rata posttest = 11,31, karena nilai rata-rata pretest lebih besar dari nilai rata-rata posttest maka terjadi peningkatan kemampuan daya tahan paru jantung sebesar = 1,27 atau 10,09 %. Berdasarkan hasil uji statistik nilai uji-t anuji-tara preuji-tesuji-t dan posuji-tuji-tesuji-t lauji-tihan faruji-tlek uji-terhadap peningkauji-tan daya uji-tahan anaerobik yang memiliki nilai t hitung 22,951 dan nilai t tabel dengan df = 11 pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,20. P = 0,000, karena p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan. Dilihat dari nilai rata-rata kemampuan daya tahan anaerobik, maka diperoleh nilai rata-rata pretest = 305,16 dan nilai rata-rata posttest = 416,03, karena nilai rata-rata pretest lebih besar dari nilai rata-rata posttest maka terjadi peningkatan kemampuan daya tahan anaerobik sebesar = 110,87 atau 36,33%.
Dalam olahraga hoki ruangan sangat di butuhkan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik yang bagus dikarenakan untuk dapat menjadi pemain hoki yang bagus dibutuhkan fisik yang bagus pula serta untuk merebut bola dan menggiring bola sangat dibutuhkan daya tahan
(57)
57
anaerobik yang tinggi. Untuk meningkatkan kondisi fisik daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pemain hoki ruangan perlu diadakannya latihan daya tahan, yaitu dengan menggunakan metode latihan fartlek. Christine Luff (2010) latihan fartlek berasal dari Negara swedia yang berarti “memainkan kecepatan”, latihan ini merupakan latihan lanjutan dari latihan interval atau latihan kecepatan yang efektif untuk meningkatkan kecepatan dan daya tahan.
Metode fartlek adalah bentuk aktivitas lari yang dilakukan dengan cara jalan, jogging, sprint, dan jalan secara terus menerus. Menurut Sukadiyanto (2011: 72) Latihan fartlek adalah bentuk aktivitas lari yang dilakukan dengan cara jalan, jogging, sprint, dan jalan secara terus menerus. Metode ini merupakan bentuk latihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan hampir pada semua cabang olahraga. Ada dua macam latihan fartlek yaitu latihan fartlek dengan intensitas tinggi dan latihan fartlek dengan intensitas rendah (Sukadiyanto, 2011: 72). Metode latihan fartlek dengan intensitas rendah bentuknya lari dengan jalan, jogging, diselingi sprint, dan jalan secara terus menerus, sedangkan fartlek dengan intensitas tinggi hanya dilakukan dengan cara jogging yang diselingi dengan lari cepat. Sebagai contoh latihan fartlek dengan durasi waktu 25 menit, pelaksanaannya diawali dengan jogging selama 5 menit sebagai pemanasan , kemudian diselingi lari cepat 50 meter selama 4 set, dilanjutkan jogging 7 menit, diselingi lari cepat 50 meter selama 4 set dan demikian seterusnya. Pada umumnya dusari yang digunakan dalam latihan merupakan jumlah waktu yang digunakan dalam latihan, seperti
(58)
58
berapa menit per-satuan latihan atau berapa hari per-minggu, serta berapa bulan program latihan dirancang (Bompa, 1994: 1001). Menurut Egger (1993) yang dikutip oleh Suharjana (2008: 30) mengatakan bahwa untuk meningkatkan kapasitas aerobik memerlukan waktu 10-60 menit. Sedangkan untuk pengembangan anaerobik memerlukan waktu 10-30 menit (Rushall and Pyke, 1990: 206).
Latihan fartlek, diikuti dengan latihan interval, dan latihan pengulangan, digunakan untuk membentuk dasar latihan anaerobik serta untuk membentuk kecepatan khusus (Bompa, 1994: 73), dikarenakan dalam latihan ini terdiri dari lari menggunakan metode repetisi atau pengulangan yang merupakan salah satu cara untuk melatih daya tahan anaerobik (Husein Argasasmita, dkk 2007: 63). Bentuk latihan ini dapat dilakukan dengan permukaan tanah yang tinggi dan rendah seperti di pasir, rumput, bukit, dan jalan raya. Metode ini merupakan bentuk latihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan hampir pada semua cabang olahraga.
Seperti halnya yang diungkapkan Husein A, dkk (2007: 65) bahwa daya tahan dibagi menjadi dua jenis yaitu: daya tahan paru jantung (aerobik) dan daya tahan anaerobik. Latihan fartlek sebaiknya dilakukan pada masa persiapan atau masa pra kompetisi, dikarenakan latihan daya tahan paru jantung sangat penting untuk menghadapi latihan-latihan yang lebih berat pada musim berikutnya (Imam, 1992) dikutip oleh Didik Joko Tri Purnomo (2009: 28). Metode latihan ini berbeda dengan interval training dikarenakan tidak terstruktur, dan intensitas serta kecepatan bervariasi sesuai dengan
(59)
59
kebutuhan atlit diunduh dari (http://en.wikipedia.org/wiki/Fartlek). Untuk anak yang lebih tua usianya pelaksanaan fartlek bisa lebih bervariasi dan lebih berat. Pendapat lain mengatakan bahwa daya tahan paru jantung merupakan kemampuan fungsional paru jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama (Joko Pekik, 2004: 25). Latihan fartlek akan meningkatkan kemampuan daya tahan paru jantung untuk bekerja secara optimal dikarenakan latihan fartlek yang dilakukan dengan terprogram akan merangsang dinding paru jantung menjadi lebih tebal, sehingga volume udara menjadi lebih banyak dan stroke volume darah tiap denyutannya menjadi lebih banyak.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latihan fartlek merupakan latihan gabungan antara aerobic dan anaerobic, dimana jarak pada latihan tersebut tidak ditentukan yang terdiri dari jalan, jogging, dan lari cepat 50 meter lalui atau di tempuh. Hasil penelitian juga menyimpulkan ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung dan daya tahan anerobik. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penghitungan nilai sig. daya tahan paru jantung sebesar 0,002 dan sig. daya tahan anaerobik sebesar 0,000. Jadi hipotesis yang mengatakan bahwa ada pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan paru jantung dan daya tahan anaerobik pada pemain hoki ruangan putra UNY, diterima.
(1)
viii
6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa, bimbingan, motivasi, dan kasih sayang yang berlimpah.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
8. UKM Hoki UNY atas dukungan dan segala bantuannya demi terselesaikannya skripsi ini.
9. Teman-teman IKORA angkatan 2009 dan rekan-rekan semua yang tidak memungkinkan disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan menghaturkan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga pembaca dapat menikmati dan memperoleh manfaat dari karya ini. Amin.
Penulis,
(2)
ix DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Deskripsi Teori ... 7
1. Latihan ... 7
2. Latihan Fartlek ... 11
3. Daya Tahan Paru Jantung ... 14
4. Daya Tahan Anaerobik ... 20
5. Karakteristik Hoki Ruangan ... 24
a. Sejarah Olahraga Hoki ... 24
b. Sistem Energi Olahraga Hoki ... 25
c. Teknik Dasar Olahraga Hoki ... 27
d. Peraturan Umum Olahraga Hoki ... 32
B. Penelitian yang relevan ... 34
C. Kerangka Berfikir ... 35
D. Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III. METODE PENELITIAN ... 38
A. Desin Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Definisi Opersional Variabel Penelitian ... 40
(3)
x
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian ... 47
2. Deskripsi Data dan Analisis Data ... 47
3. Uji Prasyaratan Analisis ... 51
4. Pengujian Hipotesis ... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Implikasi Hasil Penelitian ... 60
C. Keterbatasan Penelitian ... 61
D. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
(4)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Tingkat Kebugaran Paru Jantung Berdasarkan Detak Jantung Istirahat
... 15
Tabel 2. Prediksi Predominan Cabang Olahraga Hoki ... 26
Tabel 3. Norma Tes Lari 2,4 Km untuk Putra ... ... 44
Tabel 4. Data Pretest, Middletest, dan Posttest Latihan Fartlek Variabel Daya Tahan Paru Jantung ... 48
Tabel 5. Frekuensi Data Perbandingan Pretest, Middletest, dan Posttest Latihan Fartlek Terhadap Peningkatan Daya Tahan Paru Jantung ... 49
Tabel 6. Data Pretest, Midlletest, dan Posttest Latihan Fartlek Variabel Daya Tahan Anaerobik ... 50
Tabel 7. Frekuensi Data Perbandingan Pretest, Middletest, dan Posttest Latihan Fartlek Terhadap Peningkatan Daya Tahan Anaerobik ... 51
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 52
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 53
(5)
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Teknik Close Dribble ... 28
Gambar 2. Teknik Loose Dribble ... 28
Gambar 3. Teknik Indian dribble ... 29
Gambar 4. Teknik Push ... 30
Gambar 5. Teknik Reverse Push ... 31
Gambar 6. Lapangan Hoki Ruangan ... 34
Gambar 7. Histogram Rata-Rata Latihan Fartlek terhadap Peningkatan Daya Tahan Paru Jantung ... 49
Gambar 8. Histogram Rata-Rata Latihan Fartlek terhadap Peningkatan Daya Tahan Anaerobik ... 51
(6)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Analisis Data Penelitian ... 68
Lampiran 2. Data Pretest, Midlletest, dan Posttest Daya Tahan Paru Jantung ... 76
Lampiran 3. Data Pretest Daya Tahan Anaerobik ... 77
Lampiran 4. Data Middletest Daya Tahan Anaerobik ... 78
Lampiran 5. Data Posttest Daya Tahan Anaerobik ... 79
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 80
Lampiran 7. Sertifikat Kalibrasi ... 81
Lampiran 8. Program Latihan Fartlek ... 83
Lampiran 9. Daftar hadir penelitian ... 86