Aspek Kelembagaan Kabupaten Belitung Timur

  Bab

Aspek Kelembagaan

Kabupaten Belitung Timur

  Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

10.1 ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada PemerintahanKabupaten Belitung Timur.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi:

  “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum ”.

  Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 10.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

  Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

  Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada

gambar 10.2 berikut ini

  Sumber: Road Map Reformasi Birokrasi

Gambar 10.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksi- kan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender s e s u a i dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing- masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip- prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimum

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

Penataan Organisasi Perangkat Daerah

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan

Perkotaan

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan

Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata- rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan. Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

10.2 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI

  Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kabupaten Belitung Timur yang menangani bidang Cipta Karya.

10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

  Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang Cipta Karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur.

  Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan struktur organisasi pemerintah Kabupaten Belitung Timur adalah Peraturan daerah kabupaten Belitung Timur Nomor

  10 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pola Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Belitung.

  2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur saat ini.

  Susunan organisasi dinas daerah terdiri dari :

  a. Kepala dinas;

  b. Sekretaris yang membawahkan 3 (tiga) subbagian; c. Paling banyak 4 (empat) bidang, yang masing-masing membawahkan paling banyak 3 (tiga) seksi; dan d. Unit pelaksana teknis dinas sesuai kebutuhan yang terdiri dari :

  1. Subbagian tata usaha; dan 2. Kelompok jabatan fungsional.

  Dinas daerah terdiri dari :

  a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan;

  b. Dinas Kesehatan;

  c. Dinas Pekerjaan Umum;

  d. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan;

  e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

  f. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

  g. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan;

  h. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; i. dihapus; j. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; k. Dinas Pertambangan dan Energi; l. Dinas Kelautan dan Perikanan; m. Dinas Kebersihan, Pasar, dan Pertamanan; n. Dinas Pemuda dan Olah Raga; dan o. Dinas Pendapatan Daerah.

  Susunan organisasi inspektorat, terdiri dari :

  a. Inspektur;

  b. Sekretaris yang membawahkan 3 (tiga) subbagian;

  c. Paling banyak 4 (empat) Inspektur Pembantu; dan d. Kelompok jabatan fungsional.

  Susunan organisasi badan, terdiri dari :

  a. Kepala badan;

  b. Sekretaris yang membawahkan 3 (tiga) subbagian;

  c. Paling banyak 4 (empat) bidang yang masing-masing membawahkan 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional; dan d. Unit pelaksana teknis sesuai kebutuhan, yang terdiri dari :

  1. Sub bagian tata usaha; dan

  2. Kelompok jabatan fungsional. Lembaga teknis daerah berbentuk badan, terdiri dari :

  a. Inspektorat;

  b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

  c. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana;

  d. Badan Lingkungan Hidup Daerah;

  e. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah;

  f. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana;

  g. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; dan h. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu.

  Susunan organisasi kantor, terdiri dari :

  a. Kepala kantor;

  b. Sub bagian tata usaha; dan c. Paling banyak 3 (tiga) seksi.

  Lembaga teknis daerah berbentuk kantor, terdiri dari :

  a. Satuan Polisi Pamong Praja;

  b. Kantor Kearsipan dan Perpustakaan; Susunan organisasi rumah sakit umum daerah, ditetapkan sesuai klasifikasi dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Untuk lebih jelasnya struktur oganisasi pemerintah Kabupaten Belitung Timur dapat dilihat pada Gambar 10.3.

Gambar 10.3 Susunan Organisasi Pemerintahan Kabupaten Belitung

  

3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta

Karya Kabupaten Belitung Timur saat ini.

  Instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya Kabupaten Belitung Timur saat ini adalah Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat, Dinas Bina Marga dan SDA, Bappeda dan BLHD.

A. Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat

  Kedudukan Dinas Cipta Karya dan Perumahan rakyat: (1) Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat merupakan unsur pelaksana otonomi Daerah dibidang cipta karya dan perumahan rakyat.

  (2) Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. (3) Unit Pelaksana Teknis Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat merupakan unsur operasional Dinas, yang dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas pokok melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang cipta karya dan perumahan rakyat. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat mempunyai fungsi:

  a. perumusan kebijakan teknis dibidang cipta karya dan perumahan;

  b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang cipta karya dan perumahan; dan c. membina dan pelaksanaan tugas dibidang cipta karya, dan perumahan. Susunan Organisasi Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat terdiri dari:

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat, terdiri dari:

  1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Sub Bagian Keuangan; dan 3. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

  c. Bidang Pengembangan Perumahan dan Pemukiman, terdiri dari:

  1. Seksi Pengembangan Pemukiman dan Air Minum dan 2. Seksi Pengembangan Perumahan Rakyat.

  d. Bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman, terdiri dari:

  1. Seksi Pengelolaan Sampah dan Limbah; dan 2. Seksi Penataan dan Pemeliharaan Drainase.

  e. Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:

  1. Seksi Penataan Bangunan; dan 2. Seksi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

  f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); dan g. Kelompok Jabatan Fungsional.

  Bagan susunan Organisasi Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat di Kabupaten Belitung Timur dapat dilihat pada Gambar 10.4.

Gambar 10.4 Susunan Organisasi Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belitung Timur

B. Dinas Bina Marga dan sumber Daya Air

  Kedudukan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air: (1) Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dibidang bina marga dan sumber daya air.

  (2) Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. (3) Unit Pelaksana Teknis Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air merupakan unsur operasional Dinas, yang dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang bina marga dan sumber daya air. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air mempunyai fungsi : a. perumusan kebijakan teknis dalam bidang bina marga dan sumber daya air pengelolaan urusan-urusan dalam bidang bina marga dan sumber daya air; dan b. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Susunan Organisasi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air terdiri dari:

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat, terdiri dari:

  1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Sub Bagian Keuangan; dan 3. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

  c. Bidang Bina Marga, terdiri dari:

  1. Seksi Jalan; dan 2. Seksi Jembatan.

  d. Bidang Sumber Daya Air dan Irigasi, terdiri dari:

  1. Seksi Pembangunan Pengairan; dan 2. Seksi Operasi dan Pemeliharaan.

  e. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); dan f. Kelompok Jabatan Fungsional.

  Bagan susunan Organisasi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air dapat dilihat pada Gambar 10.5 berikut ini.

Gambar 10.5 Susunan Organisasi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Belitung Timur

C. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

  Berdasarkan Peraturan Bupati Belitung Timur Nomor 57 Tahun 2013 Tentang Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Timur mempunyai fungsi sebagai berikut:

  1. Perumusan kebijakan bidang perencanaan pembangunan, statistik, penelitian, pengembangan dan penataan ruang;

  2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan, statistik, penelitian, pengembangan dan penataan ruang;

  3. Pembinaan dan pengendalian perencanaan pembangunan daerah yang meliputi perencanaan pembangunan ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya, sarana, prasarana wilayah dan lingkungan hidup serta statistik, penelitian dan pengembangan;

  4. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan perencanaan pembangunan Daerah, statistik, penelitian, pengembangan dan penataan ruang; dan

  5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

  Berdasarkan Peraturan Bupati Belitung Timur Nomor 57 Tahun 2013 Tentang Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Timur, struktur organisasi Bappeda sebagai berikut:

Gambar 10.6 Susunan Organisasi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Timur

D. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)

  Badan Lingkungan Hidup Daerah merupakan satuan kerja yang berkedudukan sebagai perangkat daerah dibidang pengelolaan lingkungan hidup. Badan Lingkungan Hidup Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Badan Lingkungan Hidup Daerah mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis dibidang pengelolaan lingkungan hidup serta mengelola urusan-urusan dibidang pengelolaan lingkungan hidup. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Badan Lingkungan Hidup Daerah mempunyai fungsi :

  a. perumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan lingkungan hidup; dan b. pengelolaan urusan-urusan dibidang pengelolaan lingkungan hidup.

  Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Daerah terdiri dari :

  a. Kepala Badan;

  b. Sekretariat membawahkan :

  1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Sub Bagian Keuangan; 3. Sub Bagian Program dan Perencanaan.

  c. Bidang Pengawasan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan membawahkan :

  1. Sub Bidang Pengawasan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; 2. Sub Bidang Pemulihan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan.

  d. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan membawahkan:

  1. Sub Bidang Teknis AMDAL dan Perizinan; 2. Sub Bidang Tata Lingkungan.

  e. Bidang Bina Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam membawahkan :

  1. Sub Bidang Bina Lingkungan dan Informasi; 2. Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam.

  f. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium g. Kelompok Jabatan Fungsional.

  Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 10.7 Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah

  

Kabupaten Belitung Timur

10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

  

Tabel X.1.

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  Peran Instansi dalam Unit / Bagian yang

No. Instansi Pembangunan Bidang Menangani Pembangunan

CK Bidang CK

  (1) (2) (3) (4)

Melaksanakan perencanaan pembangunan sanitasi

1. Bappeda

  Bidang Perencanaan

  • - Menyediakan berbagai kemudahan dan

    penciptaan iklim yang dapat mendorong

    terwujudnya perumahan dan permukiman yang

    layak, sehat, aman, tertib dan serasi.
  • - bertanggungjawab akan pelaksanaan urusan

    perumahan, telah melaksanakan program

    kegiatan yang mendukung tersedianya

    infrastruktur perumahan dan pemukiman.

  4. Dinas Bina Marga dan SDA

Melaksanakan urusan wajib yaitu urusan pekerjaan

umum yang meliputi pembangunan, peningkatan,

rehabilitasi infrastruktur untuk menunjang mobilitas

dan meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat.

  Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

  5. SOP Non-Teknis Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat

  3. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  2. Penyehatan Lingkungan Permukiman

  1. Pengembangan Perumahan dan Permukiman

  (1) (2) (3) (4)

  

Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No. Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP

  Bidang Bina Marga (Seksi Jalan) Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

Tabel X.2.

  

Tolak ukur urusan Pekerjaan umum adalah kondisi

infrastruktur jalan, jembatan, jaringan irigasi dan

infrastruktur sarana dan prasarana yang mampu

mendorong potensi ekonomi lokal secara optimal.

  3. Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

  2. Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman

  1. Bidang Pengembangan Perumahan dan Permukiman

  3. Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat

  2. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

  1. Bidang Pengawasan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan

  2. BLHD

Menangani urusan lingkungan hidup yang

berkenaan dengan bidang cipta karya.

  Pembangunan Sarana dan Prasarana Wilayah

  (1) (2) (3) (4)

sesuai amanat Kementerian Pekerjaan Umum dan

Kementerian Dalam Negeri tentang penanganan air

limbah domestik di daerah.

  

CK

Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

  No. Instansi

Peran Instansi dalam

Pembangunan Bidang

  • Pengembangan permukiman dan air minum Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat dan PDAM
  • Pengembangan Perumahan Rakyat Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat
  • Pengelolaan Sampah dan Limbah Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat - Penataan dan Pemeliharaan Drainase Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat
  • Penataan Bangunan Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat - Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Dinas Cipta Karya dan Perumahan Rakyat

10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia bidang Cipta Karya

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

  

Tabel X.3.

Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit Jenis Latar Belakang

  Jabatan Golongan Kerja Kelamin Pendidikan Fungsional (1) (2) (3) (4) (5)

  Golongan IV: 3 orang Dinas Cipta S2: 3 orang Bidang PPP: 7 orang Karya dan Golongan III: 16 orang S1/D4: 7 orang Bidang PLP: 106 orang Perumahan Golongan II: 10 orang D3: 9 orang Bidang PBL: 16 orang

  Golongan I: 4 orang Rakyat SMA: 19 orang SMP: 3 orang SD: 1 orang

  Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

10.3 ANALISIS KELEMBAGAAN

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Belitung Timur yang menangani bidang Cipta Karya.

10.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

  1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

  2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

  3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya? Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPI2-JM.

  10.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

  1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

  2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

  3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang Cipta Karya?

  5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  10.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

  1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

  2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang cipta karya?

  3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

TABEL X.4.

  

Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

  

Tingkat Jumlah Pegawai

Jumlah Pegawai No. Instansi Pendidikan yang Ada yang Diperlukan

  (1) (2) (3) (4) (5)

  1. Dinas Cipta S2 3 orang Karya dan S1/D4 7 orang Perumahan D3 9 orang Rakyat SMA 19 orang

  SMP 3 orang SD 1 orang Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

10.4 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

  Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Belitung Timur yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di Kabupaten Belitung Timur.

  10.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya. Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

  10.4.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

10.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel X.5.

  

Tabel X.5.

Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

  Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1 Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan 4 dan Lingkungan

  Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan

  5 Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat

  7 Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata

  9 Persuratan

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik

  10 Bidang Cipta Karya Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam

  11 Tanggap Darurat Bencana Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik

  12 Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional Sumber: Pedoman Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya