BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 829a1e6a0c BAB VIIfinal bab 7

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Permukiman

7.1.1 Kondisi Eksisting

  Kondisi permukiman padat di kabupaten Lamandau secara umum terdapat di kota Nanga Bulik yaitu sepanjang bantaran sungai Lamandau yang meliputi dua kelurahan yaitu kelurahan Nanga Bulik dan kelurahan Kujan. Permukiman kumuh yang terdapat pada kawasan kota Nanga Bulik merupakan permukiman kampung yang berkembang secara alamiah dan tidak tertata. Permukimannya sangat padat dan mengelompok, kondisi bangunannya sangat rapat. Dengan kondisi kepadatan bangunan saat ini, terlihat berbagai kerawanan dan masalah lingkungan. Kerawanan yang mungkin dapat terjadi adalah rawan kebakaran, rawan penyakit menular dan berbagai masalah-masalah sosial dan kesehatan lainnya.

  Gambar 7 : Lokasi Kawasan Kumuh di Kota Nanga Bulik dengan tingkat kekumuhan sedang mempunyai tipikal lokasi nya berada di tengah kota (urban core), yang merupakan pemukiman lama atau tradisional. Pemukiman yang dimaksud disini adalah pemukiman yang dahulu merupakan pemukiman yang diperuntukkan bagi hunian kalangan menengah ke bawah, yaitu daerah jalan R.Kertawana, Jalan Niaga dan di Kelurahan Kujan RT 3,4,5,6. Pada Area ini sudah ditemui hunian permanen dengan dinding beton dan lantai keramik. Daerah Permukiman kumuh dengan tingkat kekumuhan tinggi mempunyai tipikal lokasi berada di sepanjang pinggir sungai Lamandau, yaitu daerah Wanaraya (RT 2B), Daerah pasar Nanga Bulik yaitu RW 04 RT 04A. RW 05 RT 05 A dan daerah Kujan kecuali RT 7. Merupakan Permukiman yang dekat pusat kegiatan sosial ekonomi yaitu pasar Nanga Bulik dan SPBU Kujan. Karakteristik Hunian, sebagian besar hunian di wilayah penelitaan didominasi oleh bangunan yang masih kurang layak huni karena belum memiliki persyaratan sesuai standar kesehatan hunian. Kondisi bangunan seperti ini lebih banyak ditemukan pada wilayah kelurahan Kujan dan daerah Wanaraya Ujung. Adapun definisi tidak layak huni yang dimaksud dalam hal ini adalah dari sisi jenis bangunan yang semi permanen, luasan bangunan yang berukuran kecil dan sempit, tidak adanya pemisahan bagian untuk ruang privat maupun ruang bersama, kurangnya perawatan dari pemilik hunian terhadap bangunan huniannya dan tidak adanya sertifikat kepemilikan yang sah oleh masyarakat terhadap hunian yang ditinggalinya selama ini.

  Gambar 8 : Permukiman Kumuh di Kabupaten Lamandau Di kawasan yang terindikasi menjadi kawasan slum perkotaan ini, permasalahan yang terdiri berupa bersih, permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan seperti terletak di sepadan sungai dan bangunan rumah yang tidak layak huni. Berdasarkan karakteristik diatas diindikasikanlah suatu kawasan sebagai kawasan kumuh pusat kota dan kawasan kumuh tepi air, sebaran kawasan permukiman kumuh di kota Nanga Bulik disajikan pada bagan berikut ini :

  Tabel 23 : Sebaran Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Lamandau

  No Nama Kawasan Lokasi Luas dalam Ha

  1 Kawasan I Daerah Pingiran Sungai, Wanaraya, Kertawana, JC Rangkap 7,09 Kelurahan Nanga Bulik.

  2 Kawasan II Daerah Pemukiman dekat pasar, Jalan NIaga Kelurahan 6,13 Nanga Bulik.

  3 Kawasan III Kampung Seberang Kelurahan Nanga Bulik. 1,56

  4 Kawasan IV Daerah Pingiran Sungai Kelurahan Kujan. 6,46

  Sumber : Inventarisasi Kawasan Kumuh Kabupaten Lamandau, 2016 Selain permasalahan permukiman kumuh, diidentikasikan bahwa di kabupaten Lamandau memerlukan perbaikan sarana dan prasarana pada daerah Agropolitan. Pengembangan kawasan agropolitan tersebut menjadi sangat penting dalam kontek pengembangan wilayah mengingat kawasan dan sektor yang dikembangkan sesuai dengan keunikan lokal. Perkebunan menjadi penopang utama ekonomi penduduk kabupaten Lamandau, baik mempunyai kebun sendiri ataupun bekerja di perusahaan perkebunan sawit. Kebun kelapa sawit dan karet seluas lebih dari 2 ribu hektare, tercatat sebagai milik warga. Belum lagi perkebunan perusahaan swasta yang banyak merekrut penduduk setempat sebagai pekerjanya. Pengembangan kawasan strategis agropolitan merupakan alternatif solusi yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa melupakan pembangunan perkotaan.

  Pengembangan kawasan agropolitan dapat meningkatkan pemerataan mengingat sektor yang dipilih merupakan basis aktifitas masyarakat, ini berarti keberlanjutan dari pengembangan kawasan dan sektor menjadi lebih pasti mengingat sektor yang dipilih mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dibandingkan dengan sektor lainnya. Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan wilayah dengan meningkatkan keterkaitan desa dengan kota. Pengembangan kawasan agropolitan perlu dilakukan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan melalui pengembangan agrobisnis, agropolitan dan industri kecil. Upaya pengurangan ketimpangan pembangunan antara desa sebagai sentra perkebunan dengan kota sebagai pusat perekonomian agar konsep agropolitan antara pusat kawasan dengan wilayah produksi pertanian, sehingga pembangunan PSD lingkungan wilayah agropolitan tersebut diharapkan dapat menambah nilai tambah produk yang ada di kawasan agropolitan tersebut.

  Gambar 9 : Desa Bumi Agung sebagai kawasan Agropolitan di Kabupaten Lamandau Untuk mengatasi masalah-masalah di perkotaan dan perdesaan di atas, diperlukan suatu perencanaan yang matang, sinergis dan integral dalam setiap sektor yang akan menghasilkan keluaran pengembangan perumahan dan permukiman yang lebih baik. Belum optimalnya perencanaan pada saat ini berakibat pada lemahnya arah kebijakan pengembangan, tumpang tindihnya rencana aksi pengembangan antar sektor, dan ketidakfokusan dalam menentukan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman, permasalahan pembiayaan merupakan salah satu poin penting dalam pemecahan permasalahan perumahan dan permukiman. Secara umum tantangan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di kabupaten Lamandau, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

  2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana di kota dan desa.

  3. Penyediaan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman yang serasi dan berkelanjutan terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

  4. Pengelolaan pembangunan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman secara

  5. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan agropolitan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan.

7.1.2 Sasaran Program

  Kegiatan pengembangan permukiman yang diusulkan untuk Kabupaten Lamandau terdiri dari peningkatan kualitas kawasan kumuh dan pengembangan kawasan perdesaan potensial Agropolitan. Pengembangan sektor permukiman terdiri dari:

  1. Perbaikan sarana dan prasarana permukiman kumuh melalui penyediaan sarana dan prasarana pada wilayah yang dikategorikan dalam wilayah kumuh.

  2. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktifitas kawasan perdesaan.

  Perbaikan sarana dan prasarana permukiman kumuh dimulai dengan penyiapan Master Plan Penanganan Kawasan Kumuh pada tahun 2018 ini dan dilanjutkan dengan penyediaan sarana dan prasarana agar terpenuhi lingkungan permukiman yang layak. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan dimulai dengan Penyiapan Master Plan Kawasan Agropolitan dan DED pada tahun 2018 ini termasuk didalamnya rencana-rencana prasarana dan sarana dan akan dilanjutkan dengan pembangunan prasarana dan sarana, Pada tahun 1 (pertama) dukungan PSK diarahkan pada kawasan-kawasan sentra produksi, terutama pemenuhan kebutuhan air baku, jalan usaha tani, dan drainase. Pada tahun ke 2 (kedua) dukungan PSK diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan meningkatkan nilai tambah dan pemasaran termasuk sarana untuk menjaga kualitas serta pemasaran ke luar kawasan agropolitan.

  Tabel 24 : Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Sasaran Program Total Luas No Uraian Sasaran Program Ket Kawasan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

  1 Kawasan Permukiman Kumuh 21,24 ha 7,09 ha 6,13 ha 3,23 ha 3,23 ha 1,56 ha Kawasan Permukiman 2 39,60 ha 15 ha 4,8 ha 7,2 ha 7,8 ha 4,8 ha Perdesaan

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

  Berdasarkan sasaran program diatas, dibuat rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan

  Tabel 25: Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Luas Rencana Program (Rp juta) No Kegiatan Ket Kws. Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

  I Permukiman Perkotaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

  1 8000 5000 Kawasan Nanga Bulik

  Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

  2 5000 5000 Kawasan Kujan

  Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

  3 5000 Kawasan Nanga Bulik, Kampung Seberang

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

  II Permukiman Perdesaan Penyusunan Perencanaan Teknis (DED) Sarana dan Prasarana permukiman kawasan

  1 1 lap. 250 Agropolitan Bumi Agung, Agra Mulya dan Sumber Mulya. PSD Kawasan Perdesaan Potensial 2 14,4 ha 2500 2500 (Agropolitan) desa Bumi Agung Kec.Bulik. PSD Kawasan Perdesaan Potensial 3 9,6 ha 2500 2500 (Agropolitan) desa Agra Mulya Kec.Bulik.

  PSD Kawasan Perdesaan Potensial 4 15,6 ha 2500 2500 (Agropolitan) desa Sumber Mulya Kec.Bulik.

7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Kondisi Eksisting

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lamandau terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :

  • Belum terdapatnya pendataan atas gedung negara di kota Nanga Bulik sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Lamandau, sehingga sukar untuk mengukur apakah bangunan gedung negara yang ada telah memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, efisen dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
  • Seiring dengan perkembangan kehidupan kota Nanga Bulik yang sangat pesat dapat menyebabkan terjadinya perubahan morfologi kota sehingga mengakibatkan berkurangnya lahan peruntukkan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai paru- paru kota, seyogyanya kota Nanga Bulik mempunyai prasarana ruang terbuka hijau minimal 30 persen ruang terbuka hijau untuk publik.
  • Kebutuhan masyarakat perkotaan kabupaten Lamandau terhadap suatu tempat yang dapat digunakan sebagai tempat beraktifitas secara bersama sama seperti aktifitas
akbar pada saat-saat tertertu atau juga digunakan untuk upacara-upacara resmi, dapat pula dipadukan dengan tempat-tempat perdagangan.

  • Bahaya kebakaran di kota Nanga Bulik memerlukan perencanaan yang baik untuk penanganan bencana kebakaran dan kebutuhan sarana prasarana yang lebih baik dalam penanggulangan kebakaran pada saat terjadi.
  • Kabupaten Lamandau mempunyai objek-objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan tetapi sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata tersebut belum memadai.
  • Terdapat kawasan tradisional dan bersejarah yang memerlukan rehabilitasi untuk bangunan bersejarah dan lingkungan yang ada didalamnya agar dapat menjadi laik fungsi. Dengan adanya rehabilitasi kawasan tradisional dan bersejarah diharapkan akan mendorong pengembangan ekonomi wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keserasian lingkungan.

  Peraturan Daerah yang telah disusun di Kabupaten Lamandau yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan adalah sebagai berikut : Tabel 26 : Perda/Peraturan Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

  No Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No/Tahun Perihal

  1 Perda Nomor 15 tahun 2012 Bangunan Gedung Agar bangunan gedung dapat menjamin keamanan dan keselamatan penghuni dan lingkungannya, maka pelaksanaanya harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persya- ratan administratif dan teknis bangunan gedung.

  2 Perda Nomor 18 tahun 2012 Retribusi izin mendirikan bangunan Kebijakan retribusi izin mendirikan bangunan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pela- yanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah.

  3 SK Bupati Lamandau Nomor.

  188.45/153/III/HUK/2015 Kawasan wisata Delang Penetapan Kecamatan Delang sebagai tujuan wisata alam dan budaya.

  4 SK Bupati Lamandau Nomor.

  600/01.a/PU/I/2016

Kawasan Kumuh

Dasar bagi Pemda untuk penanganan kawasan kumuh sebagai prioritas pembangunan di kabupaten/kota.

  5 Peraturan Bupati Lamandau Nomor.

  Tahun 2016 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Nanga Bulik Kabu-

paten Lamandau

Dasar bagi Pemda untuk penataan wilayah civic centre di kota Nanga Bulik Sumber : Bappeda Kabupaten Lamandau, diolah.

  Melalui telaah bentuk dan struktur kota Nanga Bulik diidentifikasi keberadaan gereja katolik yang sejak kota Nanga Bulik terbentuk. Selain sebagai ciri khas kota Nanga Bulik dengan bentuk bangunan tradisional yang dipertahankan sejak dahulu, kawasan gereja katolik terletak pada pusat kota, dapat berfungsi untuk ativitas-aktivitas yang melibatkan warga kota, dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kawasan, baik di dalam kota yang sama maupun yang berasal dari kota lain, disekitar kawasan gereja katolik masih terdapat lahan kosong yang dapat dikembangkan menjadi civic centre bagi penduduk kota Nanga Bulik dan sekitarnya.

  Gambar 10 : Gereja Katolik kota Nanga Bulik sebagai salah satu ciri khas kota Nanga Bulik Kota Nanga Bulik mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, semakin padatnya permukiman di kota Nanga Bulik akan meningkatkan resiko kebakaran. Saat ini belum terdapat pemetaan atas kawasan yang merupakan kawasan rawan kebakaran dan pola penanganan kebakaran apabila terjadi kebakaran. Diperlukan suatu perencanaan untuk menanggulangi bahaya kebakaran berupa pencegahan dan penanganan kebakaran. Rencana Induk Sistem Pemadam Kebakaran Kota (RISPK) di Kota Nanga Bulik, dinilai penting karena akan memudahkan tugas para pemadam kebakaran saat kebakaran terjadi. Pemkab Lamandau menetapkan Kecamatan Delang sebagai tujuan wisata budaya dan wisata alam. Penetapan ini berlaku setelah dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Bupati Lamandau Nomor 188.45/153/III/HUK/2015. Gagasan penetapan Delang sebagai kawasan tujuan wisata budaya dan warisan budaya yang masih terjaga. Kebutuhan infrastruktur, seperti infrastruktur jalan dan sarana prasarana kawasan wisata yang akan menunjang kegiatan di kecamatan Delang sebagai daerah wisata. Hampir setiap desa mempunyai riam yang sangat indah sebagai objek wisata, tetapi jalan yang menuju riam yang tidak ada, dibutuhkan dukungan bagaimana membangun dan membuka infrastruktur jalan menuju lokasi wisata yang ada di kecamatan Delang selain sarana dan prasarana kawasan wisatanya.

  Salah satu kekhasan yang dimiliki oleh Kabupaten Lamandau adalah rumah Betang di desa Kudangan dan Merambang dan kawasan bukit Sampuraga di desa karang Besi, namun kondisinya kini mengalami penurunan vitalitas kawasan yang ditandai dengan menurunnya kualitas fisik lingkungan serta hilangnya aktivitas pada kawasan. Pada kawasan tersebut memerlukan revitalisasi kawasan sehingga kawasan tersebut kembali berfungsi seperti sedia kala dan dapat menjadi tujuan wisata dan membangkitkan ekonomi masyarakat.

7.2.2 Sasaran Program

  Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Lamandau meliputi kegiatan : 1.

  Peningkatan aspek kualitas perencanaan terkait penataan bangunan dan lingkungan berupa Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); Penyusunan DED Penataan Lingkungan Tradisional/ Bersejarah/Wisata; Penyusunan DED Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Penyusunan DED Penataan dan Revitalisasi Kawasan Civic Centre.

2. Kegiatan penataan bangunan dan lingkungan berupa PSD Penataan dan Revitalisasi

  Kawasan Civic Centre, PSD sistem proteksi kebakaran, Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan dan Sarana Prasarana Lingkungan Tradisional, Bersejarah dan Wisata.

  Tabel 27 : Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Sasaran Program Sasaran No Uraian Sasaran Program Ket Penangangan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

  Revitalisasi Kawasan Tematik I 1 kawasan 1 kws Perkotaan

  II Pengembangan RTH 2 kawasan 1 kws 1 kws Penataan Bangunan Kawasan

  III 1 kawasan 1 kws Destinasi Wisata Revitalisasi Kawasan Pusaka

  IV 4 kawasan 1 kws 1 kws 1 kws 1 kws dan Permukiman Tradisional

7.2.3 Usulan Kebutuhan Program

  Rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dijabarkan dalam tabel matriks usulan kebutuhan sebagai berikut :

  Tabel 28 : Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Jumlah Rencana Program (Rp juta) No Kawasan Permukiman Ket Kws. Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Penyelenggaraan Penataan Bangunan

  I dan Lingkungan Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Civic Center (Gereja Katolik)

  1 1 10000 Nanga Bulik PSD Ruang Terbuka Hijau Di Ibukota

  2 2 10000 10000 Kabupaten Penataan Bangunan Kawasan Destinasi

  II Wisata Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan

  1 1 10000 Tradisional Bersejarah Kec. Delang Revitalisasi Kawasan Pusaka dan

  III Permukiman Tradisional Pekerjaan Fisik Revitalisasi Kawasan Tradisional Bersejarah Rumah Betang

  1 1 2000 Pulau Saheban di desa Merambang kecamatan Bulik Timur Pekerjaan Fisik Revitalisasi kawasan

  2 1 2000 tradisional/wisata Sampuraga desa Karang Besi kecamatan Belantikan Raya Pekerjaan Fisik Revitalisasi Kawasan

  3

  1 Bersejarah Rumah Betang Dinding Tambi 2000 di desa Tapin Bini kecamatan Lamandau Pekerjaan Fisik Revitalisasi Kawasan Bersejarah Rumah Betang Rumbang

  4

  1 2000 Bulin di desa Bakonsu kecamatan Lamandau

7.3 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.3.1 Kondisi Eksisting

  Di kota Nanga Bulik daerah kepadatan penduduk yang tinggi berada di sepanjang bantaran sungai Lamandau. Pada daerah ini, limbah rumah tangga adalah limbah cair yang dibuang melalui saluran limbah langsung menuju sungai, limbah juga berasal dari toko/warung para pedagang, yang langsung dibuang ke sungai. Di kawasan yang terindikasi menjadi kawasan slum perkotaan ini, permasalahan minimnya fasilitas air bersih, permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan seperti terletak di sepadan sungai dan bangunan rumah yang tidak layak huni.

  Gambar 11 : Sanitasi buruk di kota Nanga Bulik Berdasarkan karakteristik diatas telah diindikasikan suatu kawasan sebagai kawasan kumuh pusat kota dan kawasan kumuh tepi air. Lebih jelasnya sebaran kawasan permukiman kumuh bersanitasi buruk di kota Nanga Bulik disajikan pada bagan berikut ini :

  Tabel 29 : Sebaran Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Lamandau

  Nama Luas dalam No Lokasi Kondisi kesanitasian Kawasan Ha Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku

  Sebagian masyarakat belum terpenuhi Daerah Pingiran Sungai, kebutuhan minimal air baku Wanaraya, Kertawana, JC

  1 Kawasan I 7,09 Rangkap Kelurahan Nanga Kondisi Pengelolaan Air Limbah Bulik. Sebagian Masyarakat belum terpenuhi sarana pengolahan air limbah rumah tangga

  Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku Sebagian masyarakat belum terpenuhi kebutuhan minimal air baku

  Daerah Pemukiman dekat

2 Kawasan II pasar, Jalan NIaga 6,13

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah Kelurahan Nanga Bulik.

  Sebagian Masyarakat belum terpenuhi sarana pengolahan air limbah rumah tangga

  Nama Luas dalam No Lokasi Indikator Kekumuhan Kawasan Ha Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku

  Sebagian besar permukiman belum terlayani Air Baku Sebagian masyarakat belum terpenuhi kebutuhan minimal air baku Akses PDAM tidak sampai Kondisi Pengelolaan Air Limbah/Persampahan Sebagian masyarakat belum terpenuhi sarana Kawasan Kampung Seberang

  3 1,56 pengolahan air limbah rumah tangga III Kelurahan Nanga Bulik.

  Mayoritas sampah domestik belum terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA Kondisi Drainase Lingkungan Mayoritas Lokasi Permukiman terjadi genangan Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku Sebagian besar permukiman belum terlayani Air Baku Kondisi Pengelolaan Air Limbah Sebagian Masyarakat belum terpenuhi sarana pengolahan air limbah rumah tangga

  Kawasan Daerah Pingiran Sungai

  4 6,46

  IV Kelurahan Kujan. Kondisi Pengelolaan Persampahan Mayoritas sampah domestik belum terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA

  Sumber : Inventarisasi Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Lamandau, diolah Berdasarkan LKIP Kabupaten Lamandau dan data BPS, sekitar 31,84% penduduk sudah menggunakan wc individual dan cubluk untuk pengelolaan tinja, sisanya tanpa diolah/sembarang, sedangkan air cucian (mandi, cuci) saat ini belum dikelola, ada yang dibuang ke sungai, dan yang lainnya dibuang sembarang.

  Proses pengelolaan air limbah di Kabupaten Lamandau masih dilakukan secara setempat (on-site system), pada tahun 2018 ini mulai dibangun sistem pengelolaan air limbah komunal berupa tangki septik komunal di desa Bumi Agung, Bina bakti, Bukit Raya, Batu Tunggal, Penopa, Lopus, Benakitan dan Sungai Buluh. Rumah tinggal penduduk pada umumnya telah dilengkapi oleh kamar mandi pribadi dalam rumah yang dilengkapi cubluk atau toilet leher angsa. Untuk rumah baru yang banyak baik berupa tangki septik 2 ruangan yaitu ruang basah dan ruang lumpur. Untuk bangunan perkantoran, sudah lebih maju lagi yaitu dilengkapi juga dengan soakaway atau bidang resapan.

  Tabel 30 : Sistem prasarana dan sarana air limbah

  No Uraian Jumlah/Volume Keterangan

1 ON SITE SYSTEM

  On site individual Jumlah Unit Cubluk 6506 unit WC senator individual 6247 unit 3 Kapasitas (m ) Cubluk 3 Septic Tank Perorangan 24988 m

  On site individual komunal Jumlah Unit WC komunal 3

8 Unit

  Kapasitas (m ) 3 Septic Tank 1600m Wilayah Layanan WC komunal Semua Kecamatan

  2 OFF SITE SISTEM IPLT Jumlah IPLT (unit) 3

  1 3 Kapasitas (m ) 25 m /hari Belum fungsional Wilayah layanan (Ha) 66500

  • Wilayah layanan wilayah kab/kota (%)

  3 OFF SITE SYSTEM IPAL Jumlah IPLT (unit) 3 Tidak Punya IPAL Kapasitas (m )

  Wilayah layanan (Ha) Wilayah layanan wilayah kab/kota (%)

  Sumber : Buku Putih Sanitasi Lamandau 2013, dan hasil survey, diolah Di daerah pesisir (kampung atas air) dan beberapa daerah sekitar sungai, kamar mandi tidak dilengkapi oleh tangki septik tetapi langsung dibuang ke sungai. Untuk daerah pesisir yang agak jauh dari sungai biasanya cubluk dilengkapi pipa untuk menyalurkan air limbah ke sungai. Di beberapa daerah, penduduk tidak memiliki kamar mandi, mereka membuang kotoran di kebun, hutan bakau atau perairan terbuka. Di beberapa tempat Dinas PU Keciptakaryaan Kabupaten Lamandau telah membangun sistem MCK Komunal, namun dari pengamatan, kemauan masyarakat untuk mandi dan membuang hajat di tempat tersebut masih kurang, mereka lebih memilih untuk melakukannya di sungai. Bahkan kondisi MCK Komunal yang dibangun oleh pemerintah keadaannya sudah mulai tidak terawat, masyarakat tidak mempunyai rasa memiliki terhadap fasilitas umum ini dan lebih senang kembali kepada kebiasaan lama mereka untuk mandi dan buang hajat di sungai.

  Untuk daerah diluar ibukota kabupaten kota Nanga Bulik, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dengan tingkat pelayanan sanitasi yang sangat minim. Masih banyak masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi, bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatip rendah dari masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.

  Cakupan pelayanan air limbah on-site di tiap kecamatan di Kabupaten Lamandau berdasarkan hasil sampling dan wawancara dengan aparat kecamatan gambarannya adalah sebagai berikut : Tabel 31 : Cakupan Pelayanan Air Limbah on-site Kabupaten Lamandau

  Jumlah PS Sanitasi sistem On Site Pengumpulan Pengolahan No Kecamatan Jamban MCK Lain-lain Septik Tank Cubluk Lain-lain Keluarga (KOMUNAL)

  1 Bulik 80% 15% 5% 40% 40% 20%

  2 Bulik Timur 70% 10% 20% 30% 40% 30%

  3 Sematu Jaya 80% 10% 10% 50% 30% 20%

  4 Menthobi Raya 75% 10% 15% 20% 50% 30%

  5 Lamandau 80% 10% 10% 25% 50% 25%

  6 Belantikan Raya 40% 10% 50% 5% 20% 75%

  7 Batang Kawa 60% 10% 30% 10% 25% 65%

  8 Delang 50% 10% 40% 5% 20% 75% Total penduduk Kabupaten Lamandau yang mendapat pelayanan air limbah sistem on site : 27.419 orang atau 35% dari total penduduk Kabupaten Lamandau.

  Sumber : Buku Putih Sanitasi Lamandau 2013, diolah Gaya hidup masyarakat yang terbiasa buang air besar di sungai, saluran terbuka dan areal terbuka sekitar rumahnya masih banyak dijumpai. Hal ini membuat lingkungan yang tidak menyenangkan dan juga tidak sehat yang dapat menimbulkan resiko epidemik diare. Persoalan yang dihadapi didalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Lamandau selain masalah sarana/prasarana pengelolaan air limbah yang belum mencukupi adalah masalah perilaku masyarakat yang ditandai dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat atas pentingnya pola hidup sehat, masih lemahnya regulasi/aturan yang ada untuk dipakai sebagai acuan dalam menertibkan masyarakat dalam pengelolaan air limbah dan sanitasi yang sehat.

  Menyangkut pengelolaan persampahan sampai saat ini berupa tahap penyediaan lahan TPA dari Pemerintah Kabupaten tetapi belum ada pengolahan lebih lanjut sehingga menjadi tempat penimbunan saja. Sarana prasarana yang sudah ada di Kabupaten Lamandau meliputi angkutan sampah (Truk sampah), pickup L300, motor roda 3, dan tempat sampah sementara dari plat besi. Sedangkan untuk cakupan pelayanan masih sebatas pada ibukota kabupaten yaitu di Nanga Bulik saja, sehingga sampah yang terangkut untuk dibuang ke TPA masih relatip sedikit dengan total jumlah jiwa yang dilayani berjumlah sekitar 16 ribu jiwa. Dari hasil study EHRA di Kabupaten Lamandau pengolahan sampah rumah tangga sebagian besar dilakukan dengan cara dibakar (70,5%), kemudian dibuang ke sungai/kali (13%), dikumpulkan dan dibuang ke TPS (8,5%), dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah (3,5%), dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang (3,5%), dan dibuang ke lahan kosong/ hutan/kebun dan dibiarkan membusuk (0,8 %).

  Sistem drainase lingkungan di kabupaten Lamandu pada umumnya masih secara alami yaitu mengalir oleh gaya gravitasi dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah melalui alur-alur alam dan saluran buatan sesuai dengan topografinya. Sebagian bentuk saluran adalah saluran terbuka umumnya terletak di tepi jalan, sedangkan saluran yang lain adalah merupakan saluran tertutup yang sebagian terletak di jalan-jalan protokol atau pusat kota. Bentuk saluran drainase yang terbuat dari konstruksi batu kali serta tidak dilengkapi dengan street inlet atau lubang pembuang tepi jalan sebagian merupakan saluran tertutup dengan dimensi yang umumnya relatip kecil dan dibeberapa tempat ditemui bahwa sistem drainase lingkungan tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan.

  Sebagian besar perumahan baru yang berada di kota Nanga Bulik belum dilengkapi dengan drainase lingkungan, limpahan grey water dibiarkan mengalir ke tempat yang lebih rendah atau/dan kemudian terserap oleh tanah secara alami karena luas tanah kosong yang masih besar, hal ini dapat menyebabkan timbulnya potensi bau dan ketidakmampuan mengalirkan limpasan air hujan. Untuk wilayah di luar ibukota kabupaten sudah terdapat drainase berkonstruksi batu beton namun belum dapat melayani keseluruhan wilayah, sebagian besar drainase yang melayani permukiman masih berupa galian tanah kasar di sisi jalan.

7.3.2 Sasaran Program

  Program yang dicakup dalam Penyehatan Lingkungan Permukiman meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini :

  1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat dan terpusat.

  3. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman.

  4. Mengembangkan dan menetapkan sistem intensif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R.

  5. Pembangunan baru drainase.

  Tabel 32 : Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan

  Sasaran Program No Uraian Sasaran Program Kondisi Eksisting Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

  I Sistim Pengelolaan Air Limbah 1 Cakupan Pelayanan SPAL Setempat Belum ada 2 kws. 3 kws. 1 kws. 1 kws. 1 kws.

2 Pembangunan Sanimas 1 kws. 1 kws. 3 kws.

  II Pengelolaan Persampahan Pengolahan Sampah diolah dari 1 Belum ada 1 kw.s 2 kws. 1 kws. 1 kws. 1 kws. sumber

  III Drainase Permukiman

  1 Penanganan Drainase Permukiman Batu Beton sepanjang 10.163m (42% dalam Wil. 12000 keadaan rusak/tidak

  Nanga m terawat), 16.274m

  Bulik saja galian tanah

7.3.3 Usulan Kebutuhan Program

  Usulan kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan penyehatan lingkungan permukiman adalah sebagai berikut : Tabel 33 : Matriks Usulan Program Sektor Pengembangan PLP

  Rencana Program (Rp juta) No Kegiatan Pengembangan PLP Satuan Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Penguatan Kapasitas Masyarakat I dan Kemitraan dalam Bidang Pengembangan PLP

  Belanja Konsultasi Pendamping 5 laporan 100 100 100

1 Sanitasi Lingkungan Berbasis

  100 100 Masyarakat Sistem Pengelolaan Air Limbah

  II Setempat Skala Kota PSD Sistem Pengelolaan Air Limbah 1 kawasan 10000

  1 Setempat Pemasangan sambungan pipa rumah 1 kawasan 1000 2 tangga Sistem Pengelolaan Air

  Limbah Setempat Sistem Pengelolaan Air Limbah

  III Domestik Skala Permukiman Pembangunan IPAL daerah pinggiran 3 kawasasn 5250 6000

  1 sungai

  No Kegiatan Pengembangan PLP Satuan Rencana Program (Rp juta) Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

  3 Pengadaan dan pemasangan sambungan IPAL daerah pinggiran sungai 3 kawasan 600 600

  4 Pengadaan dan pemasangan sambungan pipa rumah tangga IPAL kawasan perumahan 4 kawasan 100 100

  100 100

  5 Pembangunan Sanimas 3 kawasan 2000 3000

  6 Pembangunan Sanimas plus Kawasan Kumuh Perkotaan 1 kawasan 1500

  IV Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan Permukiman

  1 Pembangunan dan Pengawasan Drainase Primer Kab.Lamandau 1 paket 25000

  V Sistem Penanganan Persampahan Berbasis Masyarakat

  1 Penyusunan DED Pilot Project TPST

  3R Kabupaten Lamandau 1 laporan 500

  2 Pembangunan Infrastruktur TPS 3R 5 kawasan 6000 1000 1000 1000

7.4 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

7.4.1 Kondisi Eksisting

7.4.1.1 Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan Perpipaan/PDAM

  Berdasarkan UU No. 16 tahun 2005, kelembagaan penyelenggaraan SPAM tediri dari kelembagaan di tingkat pusat, tingkat propinsi dan tingkat kota/k abupaten. Pembagian kewenangan disesuaikan dengan tingkatan pemerintah sesuai dengan tanggung jawabnya. Di Kabupaten Lamandau penyelenggaraan SPAM pada saat ini dilaksanakan melalui kelembagaan PDAM Lamandau berdasarkan susunan organisasi dan tata kerja yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Lamandau. Kelembagaan pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum perlu diarahkan, sehingga memberikan kepastian kuantias, kualitas air (tetap sehat), dan kontinuitas pengaliran 24 jam per hari kepada masyarakat pada daerah/wilayah/kawasan yang belum terjangkau pelayanan. Berdasarkan laporan Badan Peningkatan Penyelenggaran Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) mempunyai penilaian kinerja baik dengan nilai skor 2.95. Walaupun begitu, terdapat kendala bahwa PDAM Lamandau sampai saat ini belum dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan walaupun permintaan sambungan baru terus meningkat.

  Tabel 34: Jumlah Pelanggan PDAM Nanga Bulik tahun 2018

  21

  Lamandau >1000 l/dtk

  Sistem Jaringan Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air Luas Wilayah Pelayanan Jumlah Penduduk Wilayah Pelayanan Jumlah Penduduk Terlayani % Pddk % Wilayah Lokasi Debit PDAM Nanga Bulik 19,96 km 2 17.876 jiwa 12.802 jiwa 71,62% 19,65% Sungai

  Tabel 35 : Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Sistem Perpipaan Kabupaten Lamandau

  Sumber : PDAM Lamandau, 2018 Tingkat pelayanan yang belum maksimal dikarenakan kapasitas produksi sekarang hanya dapat mencukupi untuk melayani pelanggan sebanyak 2800 saja sedangkan jumlah pelanggan sudah mencapai 3460 pelanggan. Kapasitas produksi saat ini 40 liter/detik dan kapasitas air terjual juga 40 liter/detik, kapasitas tersebut tidak mencukupi mencukupi untuk melayani kebutuhan pelanggan sebanyak 3460 pelanggan.

  Total 3460

  13 Rumah Tangga III 274

  12 Rumah Tangga II 2292

  11 Rumah Tangga I 265

  17

  10 Tempat Ibadah

  3

  9 Hidran Umum

  8 Sekolah

  No Jenis Pelanggan Jumlah

  4

  7 Yayasan Sosial

  2

  6 Rumah Sakit

  92

  5 Pemerintah Kabupaten

  4

  4 Pemerintah Kecamatan

  8

  3 Niaga Besar

  16

  2 Niaga Kecil 2

  1 Niaga Kecil 1 462

  Sumber : PDAM Lamandau, 2018, diolah Jaringan pipa air bersih PDAM Lamandau sampai saat ini masih tetap berfungsi dan tidak mengalami kerusakan yang berarti. Jaringan perpipaan merupakan suatu hal yang rumit dan kompleks karena disatu sisi kebutuhan air bersih terus meningkat sejalan dengan perkembangan kota dan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan disisi lain dalam suatu distribusi air bersih, sistem jaringan distribusi merupakan bagian yang paling mahal bagi suatu perusahaan penyedia air bersih. a. Terdapat lokasi-lokasi yang pada waktu tertentu yang memperoleh aliran air tetapi tekanannya sangat kecil bahkan tidak memperoleh air sama sekali, ini ditambah dengan banyaknya tandon air yang dipakai oleh pelanggan sehingga semakin memperberat beban distribusi air ke pelanggan.

  b. Pada suatu lokasi air terus mengalir karena udara yang masih ada di dalam pipa akibat beban puncak terus menerus sebagai imbas banyaknya pemakaian tandon air oleh penduduk.

  c. Lokasi PDAM dengan lahan di pusat kota saat ini lahannya sangat terbatas dan untuk mengupgrade kapasitas diperlukan biaya yang besar karena harus menganti /membongkar sistim eksisting.

  d. Upgrade jaringan distribusi eksisting sulit dilaksanakan karena pemilihan pipa yang tidak tepat, sehingga harus mengganti suatu jaringan secara keseluruhan.

  e. Banyaknya pelanggan yang menggunakan pompa untuk mendapatkan aliran air PDAM yang kuat.

  f. Pipa distribusi mengalami kebocoran karena kondisinya yang sudah tua atau pecah oleh pekerjaan galian konstruksi.

  g. Kebocoran sambungan rumah tidak terdeteksi dan jika terdeteksi sikap masyarakat terkadang membandel dan tidak mau ditertibkan.

  Gambar 12 : Sarana dan Prasarana PDAM kota Nanga Bulik dengan kapasitas kurang lebih 40 liter/detik yang dialirkan melalui pipa berdiameter 500 mm. Kondisi kualitas air minum hasil produksi instalasi PDAM Kabupaten Lamandau untuk pelayanan di Kota Nanga Bulik juga baik, namun diperlukan pengamatan yang kontinu dan teliti mengingat kondisi kualitas air baku sering berubah-ubah akibat musim dan pasang surut sungai Lamandau sebagai sumber air baku. Namun saat ini, guna pengamatan kualitas air masih diperlukan peralatan laboratorium yang memadai yang membutuhkan biaya tinggi, dimana laboratorium tersebut akan mendapatkan pengakuan dari instansi yang berwenang sehingga prosedur pemeriksaan dapat terstandardisasi dengan baik Panjang total perpipaan jaringan distribusi adalah sebesar 18,342 km, terdiri dari pipa berdiameter 2” sampai dengan 8”. Di PDAM Kota Nanga Bulik saat ini terdapat reservoir sebanyak 2 (dua) unit 3 3 dengan total kapasitas 700 m dan 1 (satu) unit di IPA Bukit Hibul berkapasitas 400 m dengan sistem pendistribusian air dengan pompa centrifugal dengan total kapasitas 40 lt/dt.

  Dilihat dari produksi air, terlihat bahwa air produksi dan terdistribusi terus mengalami peningkatan dengan kenaikan jumlah air yang didistribusikan rata rata mengalami kenaikan sebesar 10 persen per tahun. Untuk persentase kehilangan air dirasa masih cukup tinggi yaitu sebesar 24 %, meskipun demikian angka kehillangan air dari tahun ke tahun terus menurun, terlihat rata rata kehilangan air tahun 2015 sebesar 26% tersebut menurun sebesar 3% dari kehilangan air pada tahun 2014 yang sebesar 29%.

7.4.1.2 Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan/Non PDAM

  Jumlah kebutuhan air bersih yang meningkat di kabupaten Lamandau sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Menyikapi kebutuhan yang semakin tinggi dan mendesak tersebut, masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari sistem penyediaan air bersih yang disediakan oleh pemerintah, umumnya mengupayakan sendiri kebutuhan sarana air bersih tersebut dengan berbagai cara, seperti memanfaatkan air sungai, menampung air hujan atau memanfaatkan potensi air tanah yang ada dengan cara membuat sumur-sumur pompa, kendati kualitas air yang dihasilkan kurang memenuhi syarat.

  Sikap masyarakat di kabupaten Lamandau sebagian besar belum paham cara memanfaatkan sumber airnya sehingga bergantung terus pada bantuan pemerintah. Di beberapa wilayah tertentu juga desa di Kecamatan Delang, Kecamatan Menthobi Raya yaitu desa Bukit Raya, desa Kahingai di kecamatan Belantikan Raya dan Kinipan di kecamatan Batang Kawa dimana pembangunannya adalah lewat swadaya masyarakat dan program PNPM. Sistem penyaluran mata air ini masih sangat sederhana dan hanya memanfaatkan gravitasi untuk penyalurannya.

  Kebutuhan penduduk akan air bersih di Kabupaten Lamandau non perpipaan saat ini sebagian besar menggunakan sumur pompa dan sumur gali, sungai, serta sebagian dari truk tangki PDAM. Sumber-sumber sumur gali pada musim penghujan kondisinya sangat baik dan mudah diperoleh, tetapi pada musim kemarau, ketersedian air bersih dari sumber ini menjadi berkurang dan di beberapa sumber-sumber air tanah dangkal tidak dapat dipergunakan lagi karena mengalami kekeringan sehingga masyarakat harus mencari alternatif sumber air yang lain yang terkadang sumbernya jauh dari tempat tinggal. Sumber air bersih lainnya yang dipakai untuk daerah yang belum terjangkau jaringan perpipaan PDAM umumnya adalah air sungai dengan kualitas untuk saat ini cukup baik. Di Kabupaten Lamandau sudah dibangun empat Sistem Penyediaan Air Minum Ibukota Kecamatan (IKK) yaitu IKK Kecamatan Lamandau di Tapin Bini, IKK kecamatan Sematu Jaya di desa Batu Hambalang, IKK Kecamatan Batang Kawa di Kinipan dan IKK Kecamantan Bulik Timur di Merambang. Program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Ibu Kota Kecamatan (IKK) yang ada di Kabupaten Lamandau sering terkendala oleh keterbatasan pasokan energi untuk menjalankan unit produksi dan distribusi pada IKK tersebut.

7.4.2 Sasaran Program

  Kegiatan Sistem Pengembangan Air Minum di Kabupaten Lamandau yang diusulkan meliputi kegiatan :

  1. Mengembangkan SPAM perpipaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

  2. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan yang terlindungi dan berkelanjutan.

  Tabel 36 : Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan SPAM

  Kondisi Sasaran Program No Uraian Sasaran Program Ket Eksisting Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

  I Sistim Perpipaan

  1 Kebocoran (%) 24% 15% 12% 12% 11% 10%

  2 Cakupan Pelayanan Penduduk (%) 56% 59% 62% 64% 67% 69%

  3 Kapasitas Terpasang 40 l/dtk 46,47 l/dtk 48,81 l/dtk 52,58 l/dtk 55,14 l/dtk 57,78 l/dtk

  4 Idle Capacity 14,34 l/dtk 15,49 16,27 17,53 18,38 19,26

  II Sistim Bukan Perpipaan

  1 Cakupan Pelayanan Penduduk (%) 28% 59% 62% 64% 67% 69%

  2 Kapasitas Terpasang 40 l/dtk 64 l/dtk 68 l/dtk 73 l/dtk 78 l/dtk 83 l/dtk

7.4.3 Usulan Kebutuhan

  Rincian usulan kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan SPAM adalah sebagai berikut : Tabel 37 : Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan SPAM

  Rencana Program (Rp juta) No Kegiatan Pengembangan SPAM Satuan Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Pembinaan Pengembangan SPAM

  I Khusus Pengadaan alat uji Bakteriologi, uji 1 1 paket

  500 sampel air baku & peralatan lab

  2 Pengadaan Kendaraan Tangki Air 1 unit 500

  II Bantuan Program PDAM

25 Pembangunan Sarana Air Bersih

  1 3650 1250 650 900 1200 Perdesaan kawasan

  III Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan Lanjutan Pembangunan SPAM Bukit

  1

  1 Paket 6000 Hibul Pemasangan Pipa Collector DN 500 mm (

  2

  1 Paket 5000 Intake - IPA ) Pembangunan Reservoir II IPA Bukit

  3 3 5000

  1 Paket Hibul = 2600 m

  4

  2 Paket Upgrade Reservoir PDAM Nanga Bulik 5300 Pembangunan Intake kapasitas 150

  5

  1 Paket 3000 l/detik sungai Lamandau Pengadaan dan Pemasangan Pipa

  6 3 paket 2782 1391 1391 Jaringan Distribusi Utama

7 Pengadaan dan Pemasangan Pipa SR 5 paket 407 407 407 407 407

  Rencana Program (Rp juta) No Kegiatan Pengembangan SPAM Satuan Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Pembangunan SPAM Ibu Kota

  IV Kecamatan (IKK) Pembangunan SPAM Ibu Kota

  10

  1 Kecamatan (IKK) Merambang Kecamatan 5000 liter/detik Bulik Timur Sumber listrik dan pipa distribusi IKK

  10

  2 Batu Hambawang kecamatan Sematu 200 liter/detik Jaya

  V Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa 1 5 paket

  1879 1879 1879 1879 1879 Rehabilitasi 2 5 paket Penggantian meter air 385 385 385 385 385

  Program penurunan NRW secara 3 1 paket 250 komersil

  4 1 paket Program penurunan NRW secara teknis 200