DOCRPIJM 8929def151 BAB VIIBAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Bab 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

  

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan

kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi

tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada

awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan

perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d),

pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman

kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,

rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung

jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan

penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022 penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

  

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata

Ruang.

  

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman

kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan

kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan

perdesaan potensial;

  c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan

kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan

pembangunan rumah susun sederhana;

  d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan

kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah

perbatasan dan pulau- pulau kecil termasuk penanggulangan bencana

alam dan kerusuhan sosial;

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022 e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan

permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah: Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim; Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan; Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

  Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Tabel 7.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan

  Permukiman Kabupaten Sarmi No Isus Strategis Keterangan

  1 Kecenderungan pembangunan yang tidak terkontrol di sepanjang Jalan/Pesisir Pantai yang berpotensi kumuh.

  Urgensi Tinggi

  2 Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman Urgensi Tinggi

  3 Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman, baik dalam skala kota maupun kawasan

  Urgensi Tinggi

  4 Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan tidak layak huni/kumuh Urgensi Tinggi

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kawasan permukiman adalah kawasan yang memenuhi kriteria budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai kelerengan antara 0 – 25% dan berada di kawasan APL (areal penggunaan lainnya). Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

  Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program- program perdesaan seperti PISEW (RISE), serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain: Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni

sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan

pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

  3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Program- Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta

Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih

rendah

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa

pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi

tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

  Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

7.1.2 Sasaran Program

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

  Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan

potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta

perbatasan dan pulau kecil

  2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan  Infrastruktur kawasan permukiman kumuh  Infrastruktur permukiman RSH Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial  (Agropolitan/Minapolitan)  Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana  Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil  Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) Infrastruktur perdesaan RIS PNPM 

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam Gambar 7.1.

  Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

  

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

  Kesiapan lahan (sudah tersedia). 

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL  KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK) Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana  daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi

  Ada unit pelaksana kegiatan.  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 

  2. Khusus Rusunawa  Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum,  dan PSD lainnya  Ada calon penghuni RIS PNPM  Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

  Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.   Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

  PISEW  Berbasis pengembangan wilayah  Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv)

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022 air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan Mendukung komoditas unggulan kawasan  Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

  

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

  

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh

memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

  

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang

dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022 permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

  

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada

wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

  

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana

keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian

penduduk kawasan permukiman kumuh

  3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

  4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

  a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana

penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master

plan) kawasan dan lainnya.

Tabel 7.2 Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  TOTAL SASARAN PROGRAM (Ha) URAIAN NO SASARAN

KET LUAS 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM KAWASAN

  Belum Kawasan Kumuh

  I

  • Perkotaan
  • memiki SK - -

  Kumuh Kawasan

  Kawasan

  II Permukiman 17.761 3.552 3.552 3.552 3.552 3.552 Perdesaan

  Perdesaan Kawasan Permukiman Khusus

  Pulau (Permukiman

  Kecil,

  III Nelayan, 15.180 3.036 3.036 3.036 3.036 3.036 Rawan

  Perbatasan, Bencana

  Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari tahun pertama hingga kelima.

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

Tabel 7.3 Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  LUAS RENCANA PROGRAM (Ha) KAWASAN NO KAWASAN PERMUKIMAN (Ha) 2018 2019 2020 2021 2022 KET

  1

  2

  3

  4

  

5

  6

  7

  8

  9 Kawasan

  • I
  • -
  • Kumuh

  Perkotaan

  1 Perkotaan Sarmi

  Kawasan

  II Permukiman 1488,8 1488,8 1488,8 1488,8 1488,8 17.467 Perdesaan

  1 Pantai Barat 350,2 350,2 350,2 350,2 350,2 1.751

  2 Sarmi 34,2 34,2 34,2 34,2 34,2 171

  3 Sarmi Timur 103,8 103,8 103,8 103,8 103,8 519

  4 Sarmi Selatan 101 100,8 100,8 100,8 100,8 504

  5 Tor Atas 900 899,8 899,8 899,8 899,8 4.499

  6 Pantai Timur 639 639 639 639 3.193

  639 Pantai Timur 7 804 804 804 804 Bagian Barat 4.020

  804 Kawasan

  8 Bonggo 154 154 154 154 770

  154 Perdesaan

  9 Bonggo Timur 167 167 167 167 836

  167

  10 Apawer Hulu 241 241 241 241 1.204

  241

  11 Apawer Hilir

  12 Sobey

  13 Muara Tor

  14 Verkam

  15 Ismari

  16 Sungai Biri

  17 Fee’en

  18 Bonggo Barat

  19 Apawer Tengah RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman

  III Nelayan, 3587,8 3587,8 3587,8 3587,8 3587,8 5.719 Perbatasan, Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

  1 Pulau Liki 47,2 47,2 47,2 47,2 47,2 236

  2 Pulau Amo 47,2 47,2 47,2 47,2 47,2 236

  3 Pantai Barat 350,2 350,2 350 350,2 350,2 151

  4 Sarmi 34,2 34,2 34,2 34,2 34,2 171

  5 Sarmi Timur 103,8 103,8 103,8 103,8 103,8 519

  6 Sarmi Selatan 101 100,8 100,8 100,8 100,8 504

  7 Tor Atas 900 899,8 899,8 899,8 899,8 499

  8 Pantai Timur 639 639 639 639 1.193

  639 Pantai Timur 9 804 804 804 804

  Rawan Bagian Barat 400

  804 Bencana

  10 Bonggo 154 154 154 154 770

  154

  11 Bonggo Timur 167 167 167 167 836

  167

  12 Apawer Hulu 241 241 241 241 204

  241

  13 Apawer Hilir

  14 Sobey

  15 Muara Tor

  16 Verkam

  17 Ismari

  18 Sungai Biri

  19 Fee’en

  20 Bonggo Barat

  21 Apawer Tengah RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta serta DAK. Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke dalam Tabel 7.4

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  

Tabel 7.4

Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan

Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Tahun 2018 – 2022

  SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-) NO URAIAN KEGIATAN LOKASI

  VOLUME SATUAN TAHUN APBN APBD APBD DAK BUMD KPS CSR PROV KAB/KOTA Rp. MURNI

  1

  3

  5

  6

  7

  8

  10

  11

  12

  13

  14

  15 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peraturan Pengembangan Permukiman

  Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)

  Pembinaan Dan Pengawasan Pengembangan Permukiman

  Pendampingan Penyusunan Produk Pengaturan tentang Kawasan Permukiman Kumuh Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengembangan Permukiman Pendampingan Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kab. Sarmi

  1 Lap 2019 500.000 1.000.000

  Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kabupaten Deiyai Pengawasan dan Evaluasi Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  Peningkatan Kualitas Kawasan RPIJM Bidang Cipta Karya

  | 2018 – 2022 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI Permukiman Kumuh Peningkatan Kualitas Permukiman

  Distrik Sarmi

  1 Kws 2019 Rawan Kumuh Distrik Sarmi

  7.500.000 Peningkatan Kualitas Permukiman

  Distrik Sarmi

  1 Kws 2020 Rawan Kumuh Distrik Sarmi

  7.500.000 Peningkatan Kualitas Permukiman

  Distrik Sarmi

  1 Kws 2021 Rawan Kumuh Distrik Sarmi

  7.500.000 Peningkatan Kualitas Permukiman

  Distrik Sarmi

  1 Kws 2022 Rawan Kumuh Distrik Sarmi

  7.500.000 Peningkatan Kembali Kawasan Permukiman Kumuh

  Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

  Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya (Sub-Output)

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Bonggo

  1 Kws

  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • 2018 -
  • 1.000.000 Potensial Distrik Bonggo Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2019

  • Kawasan Permukiman Perdesaan Betaf 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Desa Betaf Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020 - - - Kawasan Permukiman Perdesaan Sp VII / Rimser Sari

  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Distrik Bonggo Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020

  • Kawasan Permukiman Perdesaan Pantai Barat 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020

  • Sarmi Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - RPIJM Bidang Cipta Karya

  | 2018 – 2022 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020 - Sarmi Timur

  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020

  • Kawasan Permukiman Perdesaan Sarmi Selatan
  • 5.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

  1

  • Tor Atas
  • Kws 2020 - 5.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020 - Pantai Timur

  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Pantai Timur

  1 Kws

  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • 2020 Bagian Barat 5.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Bonggo

  1

  • Kws - 2020 - 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Bonggo Timur

  1 Kws 2020

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Apawer Hulu

  1 Kws 2020

  • 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
  • >1
  • Apawer H
  • Kws 2020 - 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020 - Sobey

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000

  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws

  • Kawasan Permukiman Perdesaan Muara Tor
  • 2020 5.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

  1

  • 2020 - - - Verkam Kws

  5.000.000

  • 1.000.000 Potensial RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI

  Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020 - - Kawasan Permukiman Perdesaan

  • Ismari
  • 5.000.000 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1

  • Kws
  • 2020 5.000
  • Kawasan Permukiman Perdesaan Sungai Biri
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1

  • Kws 2020 5.000.000 1.000.000 -
  • Kawasan Permukiman Perdesaan Fee’en

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020

  • Kawasan Permukiman Perdesaan Bonggo Barat

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2020

  • Kawasan Permukiman Perdesaan Apawer Tengah 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021 - - - - Kawasan Permukiman Perdesaan Armo 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Distrik Sarmi Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  2021

  • 1 Kws
  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Pantai Barat Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Sarmi Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000

  • 1.000.000 Potensial Sarmi Timur Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021 - - Kawasan Permukiman Perdesaan

  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Sarmi Selatan Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  • 1 Kws 2021
  • Kawasan Permukiman Perde
  • 5.000.000 1.000.000 Potensial Tor Atas Pemb./ Peningkatan Infrastruktur 1 2021
  • Kawasan Permukiman Perdesaan Kws - -

  5.000.000

  • 1.000.000 Potensial Pantai Timur RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI

  Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Pantai Timur

  1 Kws 2021 - - - - Kawasan Permukiman Perdesaan 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Bagian Barat Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Bonggo Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Bonggo Timur Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial

  Apawer Hulu

  Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial

  Apawer Hilir

  Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • 1.000.000 - 5.000.000
  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  Potensial

  Sobey

  Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021 - - - 5.000.000 1.000.000 -

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  Potensial Muara Tor Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Verkam Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • 5.000.000 1.000.000 -
  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  Potensial Ismari Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  • 1 Kws 2021
  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Sungai Biri Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2021

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Fee’en Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  • 1 Kws 2021
  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Bonggo Barat

  1 Kws 2021

  • Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Apawer Tengah

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI

  5.000.000 1.000.000 - Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Distrik Pantai Barat

  1

  • 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Distrik Pantai Barat Pemb./ Peningkatan Infrastruktur
  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • Kws 2022 -

  1 Kws 2022 - Pantai Barat

  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000

  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Sarmi

  1 Kws

  • 2022 - - - 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Sarmi Timur

  Kawasan Permukiman Perdesaan 1 Kws 2022 -

  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Sarmi Selatan Kawasan Permukiman Perdesaan 1 Kws 2022 -

  • 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Tor Atas

  1

  • Kws
  • Kawasan Permukiman Perde
  • 2022 - 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Pantai Timur
  • 1 Kws 2022
  • Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Pantai Timur

  1 Kws 2022

  • Kawasan Permukiman Perdesaan Bagian Barat 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Bonggo

  1 Kws 2022 - - - - Kawasan Permukiman Perdesaan 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Bonggo Timur

  1 Kws 2022 - Kawasan Permukiman Perdesaan

  • 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Apawer Hulu

  Kawasan Permukiman Perdesaan 1 Kws 2022 -

  • 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur
  • 1 Kws 2022
  • Apawer Hilir Kawasan Permukiman Perdesaan

  5.000.000 1.000.000 - RPIJM Bidang Cipta Karya

  | 2018 – 2022 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2022 - - - Kawasan Permukiman Perdesaan Sobey

  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  Muara Tor

  1 Kws - 2022 - Kawasan Permukiman Perdesaan

  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2022 - Verkam

  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • 5.000.000 1.000.000 -

  Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

  1 Kws 2022

  • Ismari
  • 5.000.000 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws 2022 - Sungai Biri

  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1 Kws

  • Fee’en
  • Kawasan Permukiman Perde
  • 2022 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Bonggo Barat

  1

  • Kawasan Permukiman Perdesaan
  • Kws - 2022
  • 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

  1

  • Apawer Tengah
  • Kawasan Permukiman Perde
  • Kws 2022 5.000.000
  • 1.000.000 Potensial

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

  Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Pasca Bencana Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perbatasan/Pulau Terluar/Terpencil Penyediaan infrastruktur permukiman perdesaan tertinggal,

  1 Kws 2019 - - - - Liki terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau 8.000.000

  • 400.000 Liki Kabupaten Sarmi RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI

  Penyediaan infrastruktur permukiman perdesaan tertinggal,

  1 Kws 2020 - Liki

  • terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau

  8.000.000

  • 400.000 Liki Kabupaten Sarmi Penyediaan infrastruktur permukiman perdesaan tertinggal,
  • 1 Kws 2021
  • Armo
  • 8.000.000 400.000
  • terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau Armo Kabupaten Sarmi Penyediaan infrastruktur permukiman perdesaan tertinggal,
  • 1 Kws 2022
  • Armo
  • 8.000.000

  400.000 - terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau Armo Kabupaten Sarmi

  Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial (RISE)

  Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial (RISE) (SubOutput)

  Keswadayaan Masyarakat

  Keswadayaan Masyarakat (Sub Output)

  • - - - - TOTAL

  367.500.000 64.600.000 -

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SARMI

7.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:

  1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,

pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya

pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta

peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

  

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling

tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam

penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci

tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus

diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan

fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis

bangunan gedung.

  Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang

hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

  

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata

bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata

bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,

mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur

bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,

persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,

kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga

mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang

meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan

pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh

pemerintah.

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36

Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini

membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan

gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan

pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan

ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  

bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan

lingkungan.

  4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan

pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No.

  

06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL

disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan

yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,

kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan

gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang

disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

  5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal

bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis

dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh

setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan

indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di

lingkungan Kementerian PU beserta sektor- sektornya.

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

7.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program- program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

  Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

  Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022 hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

  Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

  Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

  

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di

perkotaan;

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka

hijau (RTH) di perkotaan;

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional

dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal;

g. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung

(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda

bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional,

tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan

rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta

orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk