BAB VII. RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 33a4788413 BAB VIIIBAB 7

BIDANG CIPTA KARYA

BAB VII. RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1Kondisi Eksisting

  Dilihat dari sisi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh diartikan sebagai permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Penggunaan ruang para permukiman kumuh tersebut seringkali berada pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi permukiman, seperti muncul kantung-kantung permukiman pada daerah sempadan untuk kebutuhan ruang terbuka hijau atau lahan-lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya (squatters). Keadaan demikian yang menunjukkan bahwa penghuninya kurang mampu untuk membeli dan menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/ bangunan yang tinggi, sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada. Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni.

  Berdasarkan Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten ini, maka Pemerintah Daerah berkomitmen untuk melaksanakan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh secara tuntas dan berkelanjutan sebagai prioritas pembangunan daerah dalam bidang perumahan dan permukiman dengan melihat kondisi eksisting yang ada sebagai berikut.

Tabel 7.1 Data Kondisi Eksisting

  Luas Kawasan Tertangani (Ha) [Data Kabupaten/Kota

  SK KUMUH Kumuh 2015 (Ha) Dari Sektor Bangkim]

  Kab. Bolsel

  48.42 Ada sumber: satker bangkim Provinsi Sulawesi Utara

Gambar 7.1 SK Kumuh Bolaang Mongondow Selatan

  Untuk memetakan potensi, permasalahan, tantangan, dan hambatan dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaan dipergunakan Analisis SWOT. Potensi dan permasalahan didapatkan dari keadaan di lapangan yang diambil perkecamatan untuk dirangkum dalam skala kabupaten. Dari potensi dan permasalahan yang ada serta keadaan eksisting, maka dapat diperkirakan peluang dan tantangan yang kemungkinan ada dan terjadi.

Tabel 7.2 Usulan Program dan Kegiatan

  NO URAIAN OUTPUT / SUB OUTPUT DETAIL LOKASI

  VOL SAT TAHUN Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Rumah

  1 Lungkap/Pinolosian

  1 KWS 2020 Layak Huni

  2 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Rumah Manggada/Posigadan 2,25 Ha 2018 Layak Huni Desa Manggadaa Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Rumah

  3 Biniha Selatan 1,6 Ha 2018 Layak Huni Desa Biniha Selatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Rumah

  4 Pinolosian timur 4,05 Ha 2018 Layak Huni Desa Motandoi Selatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Rumah

  5 Ilomata/Pinolosian 1,75 Ha 2018 Layak Huni Desa Ilomata 142

  7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupuin di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung maupun lingkungannya.

  Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: 1) memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi, dan selaras dan 2) memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

  Kebijakan dan Program Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  . Kebijakan 1)

  Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara 2)

  Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan bangunan gedung dan penataan lingkungan permukiman 3)

  Meningkakan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan permukiman 4)

  Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat 5)

  Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota 6)

  Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang bangunan gedung dan penataan lingkungan permukiman

  7) Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

  8) Menjaga kelestarian nilai-nilai arstitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya)

  Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur bangunan gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

  Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain: a.

  Permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung

  • Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
  • Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian
  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

  b.

  Permasalahan dan tantangan di bidang gedung dan rumah negara

  • Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
  • Penyelenggaraan bangunan gedunng dan rumah negara kurang tertib dan efisien.
  • Masih banyak aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  c.

  Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan Masih adanya permukiman kumuh

  • Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung
  • bersejarah padahal mempunyai potensi pariwisata
  • kurang diperhatikan.

  Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olahraga, dan lain-lain

  d.

  Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat perkotaan Terdapat penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan

  • Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat
  • Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, dan penetapan
  • prioritas pembangunan di wilayahnya.

  e.

  Tantangan penataan bangunan dan lingkungan

  • Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua bangunan gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.

  Amanat Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan

  • (MDGs), bahwa pada tahun 2015, 2000 daerah kabupaten/kota bebas kumuh dan 2025 semua daerah bebas kumuh.

  Komitmen terhadap kesepakatan internasional tentang Millenium Development Goals

  Program Program Penataan Bangunan dan Lingkungan a.

  Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung Lingkup kegiatan terdiri dari : 1)

  Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan Sasaran kegiatan

  • Meningkatkan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan sehingga dapat turut ambil bagian secara aktif dalam proses pembangunan bangunan gedung dan lingkungan
  • Pemerintah daerah dapat menyelaraskan peraturan perundangan tentang bangunan gedung agar memenuhi persyaratan administratif dan teknis yang diamanatkan UUBG dan peraturan pelaksanaannya.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk sosialisasi, dengan peserta dari kabupaten
  • Paket materi terkait dengan undang-undang, peraturan pelaksanaan, standar dan pedoman tentang penataan bangunan dan lingkungan permukiman

  Keluaran/produk kegiatan

  • Produk dari kegiatan ini adalah laporan penyelenggaraan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan

  2) Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung

  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur Sasaran kegiatan

  • Memberikan pemahaman dan wawasan dalam penyusunan Ranperda bangunan gedung, sekaligus peningkatan pemahaman kelembagaannya
  • Peningkatan kemampuan kelembagaan bangunan gedung di daerah Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Fasilitasi ranperda bangunan gedung, berupa penyiapan materi yang diperlukan dalam penyusunan perda bangunan gedung di daerah dan memberikan pengarahan kepada daerah dalam penyusunan perda bangunan gedung
  • Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung berupa penyelenggaraan sosialisasi serta bantuan teknis pembentukan kelembagaan bangunan gedung di daerah
  • Bantuan teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung di daerah Keluaran/produk kegiatan
  • Laporan kegiatan bangunan gedung di daerah yang memuat inventarisasi lembaga/instansi terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah termasuk di dalamnya tupoksi dan susunan organisasinya serta konsep pengembangan kelembagaan
  • Laporan kegiatan fasilitasi penyusunan raperda bangunan gedung di daerah, dengan ketentuan memuat pemetaan substansi perda dan raperda sesuai yang diamanatkan oleh UUBG dan peraturan pelaksanaannya serta tindak lanjutnya
  • Laporan kegiatan bantuan teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung, dengan ketentuan memuat laporan penyelenggaraan sosialisasi mengenai pedoman teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung

  3) Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur

  Sasaran kegiatan

  • Tercapainya keragaman pemahaman, kesadaran, dan tanggung jawab para aparat dan pelaksana khususnya para PPK pembinaan teknis bangunan gedung dan mampu mengimplementasikan di daerah
  • Tercapainya pelayanan pusat informasi bidang bangunan gedung bagi masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah sendiri yang maksimal di daerah

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Pembinaan teknis kepada para pelaksana pembangunan bangunan gedung
  • Pembuatan/pengembangan website pusat informasi bangunan
  • Penyusunan materi informasi PIPPB
  • Pelayanan sistem informasi dan teknologi
  • Penyuluhan bidang penataan bangnan gedung dan lingkungan
  • Penyelenggaraan pameran bidang penataan bangunan gedung dan lingkungan Keluaran/produk kegiatan
  • Produk dari kegiatan ini adalah laporan yang berisi laporan hasil forum diskusi, penyuluhan dan pameran, dokumentasi bahan publikasi dan tutorial website.

  4) Pelatihan teknis tenaga pendata HSBG dan keselamatan bangunan

  Sasaran kegiatan

  • Terwujudnya bangunan gedung yang andal dan tertib pembangunan bangunan gedung negara melalui tersedianya tenaga yang terampil di daerah dalam hal:
  • Pengecekan keandalan bangunan gedung khususnya keselamatan dan kemudahan
  • Pendata harga pembangunan bangunan gedung Negara Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
  • Pelatihan teknis untuk petugas pendata harga dan dinas yang terkait dengan penanggulangan kebakaran

  Keluaran/produk kegiatan - Laporan pelaksanaan kegiatan pelatihan.

  5) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara

  Sasaran kegiatan Terpenuhinya tertib pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara melalui:

  • Terselenggaranya proses pemanfaatan dan penghapusan
  • Terselenggaranya proses pendaftaran, pengalihan status dan hak rumah negara yang tertib, dan tersedianya laporan kegiatan
  • Tersedianya sistem arsip yang handal, data bangunan gedung dan rumah negara yang up to date, retrieval yang mudah, lengkap dan tertib serta tenaga arsiparis yang terampil

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Penyusunan format pengendalian untuk proses pendaftaran, pengalihan status dan pengalihan hak
  • Melakukan inventarisasi Bangunan Gedung Negara/BGN (pendataan geding dan rumah negara)
  • Melakukan penataan arsip BGN
  • Peningkatan keterampilan tenaga arsiparis
  • Pendataan harga dan penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) sesuai dengan mekanisme penyusunan dan penetapan
  • Pelaksanaan administrasi pelaporan terhadap proses pengalihan status dan pengalihan hak di daerah
  • Penyusunan laporan pengelolaan gedung dan rumah negara
  • Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung Keluaran/produk kegiatan
    • Laporan pengelolaan bangunan gedung negara yang terdiri atas:

  • Jumlah rumah negara yang telah ditetapkan statusnya menjadi golongan III
  • Jumlah surat ijin penghunian/SIP rumah negara golongan III
  • Jumlah dan nilai penaksiran/penilaian harga rumah negara golongan III
  • Jumlah dan nilai pengalihan hak dan penetapan harga rumah negara golongan III beserta tanahnya
  • Jumlah perjanjian sewa beli rumah negara golongan III
  • Penerimaan negara dari penjualan/pengalihan hak rumah negara golongan

  III setiap tahun

  • Jumlah dan nilai penyerahan hak milik rumah negara dan pelepasan hak atas tanahnya
    • Daftar inventarisasi BGN yang terdiri dari:

  • Bangunan Gedung Negara - Rumah negara golongan I dan golongan II
  • Rumah negara golongan III
  • Ledger, yang terdiri dari: i) Kartu Ledger BGN, dan ii) Kartu Ledger Rumah Negara 6)

  Pembinaan teknis pembangunan gedung negara Sasaran kegiatan

  • Tersedianya tenaga teknis yang memenuhi syarat, terampil dan handal, yang dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional
  • Terwujudnya proses penyelenggaraan BGN yang fungsional, memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan, dan kenyamanan, serta efisien dalam penggunaan sumberdaya dan serasi dengan lingkungannya

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Melakukan penugasan tenaga bantuan teknis kepada instansi pemegang mata anggaran baik berupa bantuan tenaga, informasi, maupun percontohan
  • Melakukan inventarisasi dan evaluasi tenaga teknis yang dapat ditugaskan
  • Melakukan pembinaan terhadap tenaga teknis dan koordinasi berkala
  • Menyusun laporan pelaksanaan bantuan teknis Keluaran/produk kegiatan
  • Laporan pelaksanaan pembinaan
  • Laporan bulanan pelaksanaan bantuan teknis penyelennggaraan BGN
  • Laporan tahunan 7)

  Penyusunan rencana induk sistem proteksi kebakaran (RISPK) Sasaran kegiatan

  • Sasaran yang hendak dicapai adalah tesedianya panduan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di daerah, dalam rangka meningkatkan kemampuan kelembagaan pemadam kebakaran dan masyarakat dalam pelaksanaan tugas pencegahan dan penanggulangan kebakaran, serta menurunnya kejadian kebakaran, jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Rencana Induk Kebakaran (RIK) merupakan acuan pencegahan penanggulangan kebakaran daerah untuk kurun waktu 5-10 tahun
  • Pemantapan lokasi daerah terpilih dengan melakukan kesepakatan dengan pemerintah daerah
  • Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di daerah terpilih Keluaran/produk kegiatan
    • Naskah kajian akdemis RISPK daerah, minimal memuat:

  • Hasil identifikasi dan kajian teknis tentang latar belakang permasalahan, pengalaman pemda terhadap penanganan kawasan yang mengalami peristiwa kebakaran, narasumber, dinas/instansi yang berkepentingan dengan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
  • Hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan RISPK daerah serta pelaksanaan strategi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di daerah serta hasil studi literatur terkait.
    • Draft rencana induk sistem proteksi kebakaran (RISPK) daerah hasil konsensus, yang minimal memuat

  • Program kebutuhan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
  • Penjabaran mengenai potensi topografi, kondisi alam, dan persebaran titik- titik rawan kebakaran, dan penentuan daerah yang memiliki potensi sumber air, serta faktor-faktor lain yang mendukung RISPK daerah
  • Rencana umum pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
  • Rencana detail pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
  • Program pengendalian, pengawasan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
  • Tahapan program dan pendanaan yang diusulkan, dan - Ditetapkan sebagai rancangan peraturan daerah.
    • Kesepakatan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk Peraturan Kepala Daerah 8)

  Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung Sasaran kegiatan

  • Tersedianya rencana peraturan daerah tentang bangunan gedung Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
    • Penyusunan Ranperda bangunan gedung dilakukan berdasarkan model Ranperda bangunan gedung. Daerah difasilitasi berdasarkan surat permintaan daerah yang bersangkutan
    • Melakukan pengendalian pekerjaan yang dilakukan dengan:

  • Konsultasi dan identifikasi dengan instansi terkait di daerah
  • Konsultasi dan pembahasan
  • Penyiapan materi Ranperda untuk dikirimkan kepada DPRD Keluaran/produk kegiatan
  • Produk dari kegiatan adalah Ranperda bangunan gedung yang siap dibahas dengan DPRD, termasuk seluruh data pendukungnya, antara lain hasil pembahasan ranperda dengan instansi terkait dan masyarakat
  • Kesepakatan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti dalam bentuk Perda Bangunan Gedung.

  9) Percontohan pendataan bangunan gedung

  Sasaran kegiatan

  • Terselenggaranya tertib pendataan bangunan gedung melalui penyusunan database bangunan gedung

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Pendataan bangunan gedung di daerah
  • Koordinasi dengan pemerintah daerah atau dinas yang menangani pembinaan bangunan gedung
  • Memfasilitasi pelatihan pengoperasian program pendataan bangunan gedung
  • Program/sistem informasi pendataan bangunan disediakan oleh Direktorat penataan bangunan dan lingkungan Dirje Cipta Karya.
  • Melakukan pengendalian pekerjaan Keluaran/produk kegiatan
  • Laporan percontohan pendataan bangunan gedung, yang memuat hasil pelaksanaan kegiatan percontohan pendataan bangunan gedung di daerah, dengan dilampiri data hasil pendataan dan analisis atas kasus-kasus permasalahan di lapangan.

  10) Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan

  Sasaran kegiatan

  • Sasaran dari kegiatan adalah tersedianya fasilitas aksesibilitas pada bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan gedung pelayanan umum yang aksesibel bagi semua.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Penyusunan kelengkapan aksesibilitas ini merupakan pekerjaan konstruksi fisik yang dilakukan oleh penyedia jasa pelaksana konstruksi yang ditugasi, berdasarkan rencana teknis yang sesuai Permen PU Nomor 30/PRT/M/2006, tentang persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
  • Melakukan kegiatan:
    • Koordinasi dengan pemda dan instansi pengelola/pemilik bangunan gedung
    • Survey dan inventarisasi kondisi bangunan
    • Penyusunan rencana teknis
    • Uji coba dan penyerahan pada pengelola bangunan Keluaran/produk kegi
    • Fisik fasilitas aksesibilitas 11)

  Rehabilitasi bangunan gedung negara Sasaran kegiatan

  • Terlaksananya rehabilitasi BGN yang fungsional memenuhi syarat keselamatan, kesehatan, kemudahan dan kenyamanan serta efisien dalam penggunaan sumberdaya dan serasi dengan lingkungannya sehingga mampu meningkatkan kualitas, keandalan dan umur pemanfaatan BGN.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Merupakan pekerjaan konstruksi fisik
  • Melakukan kegiatan:
    • Koordinasi dengan daerah/instansi pengelola/pemilik bangunan gedung
    • Survey dan inventarisasi kondisi bangunan

  • Pengendalian pekerjaan Keluaran/produk kegiatan
    • BGN yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
    • Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan
    • Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi - Dokumen pendaftaran sebaga BGN.

  12) Dukungan prasarana dan sarana pusat informasi pengembangan permukiman dan bangunan (PIPPB)

  Sasaran kegiatan

  • Tersedianya pilot project pusat informasi pengembangan permukiman dan bangunan (PIPPB) sebagai wadah pelayanan publik untuk dapat dikembangkan

  • di daerah dalam rangka mendukung perwujudan bangunan gedung yang fungsional, andal dan berjati diri.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Merupakan pekerjaan konstruksi fisik
  • Melakukan kegiatan:
    • Koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi pengelola/pemilik bangunan gedung, termasuk penyediaan lahan dan kontribusi pendanaan
    • Survey dan/atau inventarisasi kondisi bangunan gedung kebutuhan kelengkapan bangunan gedung dan
    • Menginventarisasi peralatannya

  • Pengendalian pekerjaan Keluaran/produk kegiatan
    • Bangunan gedung POPPB yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi termasuk kelengkapan bangunan gedung dan peralatannya.
    • Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan
    • Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi - Dokumen pendaftaran sebaga BGN.

  b.

  Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Lingkup kegiatan terdiri dari: 1)

  Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Sasaran kegiatan

  • Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya panduan rancang bangun suatu kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable), berjatidiri (imageable) dan produktif (enduring).

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • RTBL merupakan pengaturan persyaratan tata bangunan dan lingkungan sebagai tindak lanjut dari RTRW dan atau RDTR, digunakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang suatu kawasan dan sebagai panduan rancangan kawasan untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan
  • Pemantapan lokasi dan batas lokasi wilayah perencanaan di setiap daerah terpilih dan melakukan kesepakatan dengan pemerintah daerah
  • Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di daerah
  • Melakukan pengendalian produk konsultan berupa naskah RTBL sesuai dengan substansi yang ada di dalam pedoman umum penyusunan RTBL
  • Fasilitasi konsultasi dan pembahasan produk RTBL dengan instansi terkait di daerah
  • Memfasilitasi dinas yang membidangi keciptakaryaan untuk membuat kesepakatan dengan pemerintah daerah agar menindaklanjuti naskah RTBL menjadi peraturan kepala daerah.

  Keluaran/produk kegiatan

  • Naskah kajian akademis RTBL, yang minimal memuat:
  • Draft RTBL sesuai dengan pedoman umum yang minimal memuat:
    • Penetapan lokasi dan delineasi RTBL (Disetujui instansi terkait/pemerintah daerah)
    • Program Bangunan dan Lingkungan - Program Investasi - Rencana Umum (Design Plan)
    • Rencana Detail ( Design Guidelines)
    • Administrasi pengendalian program dan rencana
    • Arahan pengendalian rencana Draft peraturan kepala daerah yang memberikan status hukum serta mengoperasionalkan muatan pengaturan RTBL yang telah disusun Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sasaran kegi
    • Tersedianya usulan penataan RTH untuk satu kawasan di daerah terpilih untuk mewujudkan kawasan kota yang nyaman dan sehat

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Pendataan RTH pada daerah terpilih
  • Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah atau instansi yang menangani pembinaan RTH
  • Melakukan pengendalian pekerjaan konsultan dalam :

  • Melakukan survey RTH yang ada di daerah terpilih
  • Melakukan kajian dan analisis
    • Menyusun rencana penataan RTH Keluaran/produk kegiatan
    • Keluaran yang diharapkan adalah laporan hasil identifikasi RTH, dan usulan penataannya beserta prasarana sarananya dan indikasi arahan pengembangannya

  2) Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan

  Sasaran kegiatan

  • Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya fungsi lingkungan permukiman bagi masyarakat di kawasan kumuh dan nelayan sehingga mampu memberikan dukungan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Penetapan jenis kegiatan dilakukan oleh masyarakat melalui penyusunan RTBL,

  community Action Plan maupun rembug warga yang tertuang dalam PJM pronangkis pada kegiatan penanggulangan kemiskinan perkotaan.

  • Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam bentuk prasarana dan sarana dasar, fasilitas penunjang dan rehabilitasi prasarana dan sarana yang sudah ada
  • Diutamakan untuk dilaksanakan oleh masyarakat dengan kerjasama opersional

  (KSO) untuk pekerjaan sederhana dengan pendampingan oleh konsultan

  • Penyediaan prasarana dan sarana serta dukungan rehabilitasi fasilitas pelayanan sosial-ekonomi, dilaksanakan dengan mempertimbangkan keeradaan fasilitas serupa di sekitar lokasi
  • Untuk hasil yang lebih maksimal disarankan untuk menerpadukan dan mengintegrasikan program-program easarana dan sarana perkotaan di kawasan ini
  • Bentuk pekerjaan dapat berupa:
    • Jalan lingkungan/jalan setapak
    • Gorong-gorong
    • Saluran lingkungan/drainase
    • MCK umum
    • Terminal air (TA)/Hidran umum (HU)/Prasarana dan sarana air bersih sederhana
    • Sarana persampahan

  • Sarana penunjang RTH
  • Talud - Sumur gali/Bor
  • Dermaga - Gerbang - Balai Pertemuan • Bangunan fasilitas umum lainnya Keluaran/produk kegiatan
    • Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman kumuh dan nelayan yang mampu mendukung masyarakat dalam peningkatan perekonomian dan kesejahteraannya

  3) Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman tradisional

  Sasaran kegiatan

  • Sasaran kegiatan ini adalah tertatanya kembali lingkungan permukiman tradisional/bersejarah sehingga mampu memberikan dukungan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat yang berada di dalamnya dalam rangka melestarikan budaya lokal sebagai aset nasional

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

  • Pelaksanaan kegiatan di kawasan yang merupakan kawasan strategis dan telah disusun RTRP-nya
  • Merupakan lokasi permukiman tradisional dan atau bersejarah
  • Daerah yang sedang berupaya melakukan penataan dan perbaikan kawasan lingkungan permukiman tradisional dan atau bersejarah
  • Lokasi dapat berada atau tidak berada pada peruntukan perumahan dalam

  RTRW/RDTR. Dalam hal tidak ada peruntukan perumahan perlu dilakukan review terhadap RTRW atau rencana turunannya

  • Masyarakat cukup kooperatif dan mau menerima masukan, perubahan sepanjang tidak mengganggu tradisi dan budaya setempat
  • Dukungan dari pemerintah daerah
  • Pelaksanaan fisik dilakukan setelah disusun rencana tindak revitalisasi permukiman yang disusun bersama masyarakat Bentuk kegiatan berupa:
    • Jalan lingkungan/jalan setapak
    • Gorong-gorong

  • Saluran lingkungan/drainase
  • MCK umum
  • Terminal air (TA)/Hidran umum (HU)/Prasarana dan sarana air bersih sederhana
  • Sarana persampahan
  • Sarana penunjang RTH
  • Talud - Sumur gali/Bor
  • Dermaga - Gerbang - Balai Pertemuan - Balai Karya - Prasarana dan sarana lainnya yang terkait yang dihasilkan melalui kesepakatan bersama masyarakat

  Keluaran/produk kegiatan

  • Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya prasarana dan sarana dasar mendukung penataan kembali lingkungan permukiman tradisional/bersejarah sehingga mampu mendorong masyarakat dalam peningkatan kemampuan perekonomian dan kesejahteraannya c.

  Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan Lingkup kegiatan terdiri dari:

  a) Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan

  Sasaran kegiatan:

  • Sasaran dari kegiatan ini adalah tersalurkannya bantuan langsung masyarakat melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan serta meningkatnya pemahaman masyarakat dan aparat pemerintah terhadap prinsip dasar, kriteria dan mekanisme penyaluran bantuan.

  Bentuk kegiatan:

  • Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan di perkotaan agar pelaksanaannya lebih efisien dan efektif
  • Menyerasikan pelaksanaan penanganan kemiskinan secara nasional yang bertumpu pada keswadayaan dan potensi lokal
  • Mengembangkan peran masyarakat, kelembagaan lokal, kelembagaan terkait dan pemerintah daerah dalam penanganan permasalahan kemiskinan
  • Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengantisipasi dan menangani permasalahan kemiskinan yang ada di wilayahnya

  Keluaran/produk kegiatan:

  • Keluaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengantisipasi dan menangani permasalahan kemiskinan yang ada di wilayahnya.

  b) Pemberian bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET)

  • Disalurkan kepada Pokja Kemitraan untuk daerah yang telah ditetapkan oleh tim penilai interdepartemen. Kelompok sasaran adalah Badan keswadayaan masyarakat (BKM) terpilih yang telah bermitra dengan dinas atau unit pemerintah kabupaten untuk melaksanakan kegiatan sesuai program jangka menengah (PJM) program penanggulangan kemiskinan (Pronangkis) yang telah dibuat.

  c) Pemberian bantuan program replikasi P2KP (PNPM-Mandiri Perkotaan)

  • Merupakan program yang diusulkan atas dasar komitmen dan inisiatif pemerintah daerah untuk mengadopsi program program penanggulangan kemiskinan (P2KP) guna mengembangkan luas pelayanannya dalam penanggulangan kemiskinan dan dilaksanakan di wilayah sasaran yang belum tersentuh oleh program P2KP.

  Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  Sasaran penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah sebagai berikut :

  • Tersusunnya Perda Bangunan Gedung di Kabupaten Talaud - Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi
  • Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung.
  • Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum di Kabupaten Talaud - Terlaksananya pendataan bangunan di Kabupaten Talaud - Terwujudnya pusat informasi arsitektur dan bangunan gedung di Kabupaten Talaud - Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000 Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis, pengawasan dan pengendalian kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Talaud - Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Talaud - Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan
  • Terlaksananya Penyusunan Rencana Induk Proteksi Kebakaran (RISPK) di Kabupaten Talaud - Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh
  • Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah
  • Terlaksananya pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
  • Pemberdayaan komunitas perkotaan
  • Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis
  • Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan
  • Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur dengan teknologi dan rekayasa arsitektur perkotaan
  • Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi dan rekayasa arsitektur

  160 Tabel

  7.4 Program Yang DiusulkanUsulan dan Prioritas Program NO URAIAN OUTPUT / SUB OUTPUT DETAIL LOKASI

VOL SAT TAHUN

  161

  1 Penataan Ruang Terbuka Hijau Makam Raja Molibagu/Bolaang Uki

  1 Ha 2018

  2 Pembangunan Saluran Drainase Kawasan Pemerintahan Panango Tabilaa/Bolaang Uki 1000 Meter 2018

  3 Pembangunan Saluran Drainase Dupepo/Bolaang Uki 1000 Meter 2018

  4 Pembangunan Saluran Drainase Desa Pinolosian Selatan Pinolosian 1000 Meter 2018

  5 Pembangunan Saluran Drainase Desa Biniha Biniha 1000 Meter 2018

  6 Pembangunan Saluran Drainase Desa Molibagu Desa Molibagu 1000 Meter 2018

  7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sub bidang air minum dirjen cipta karya departemen pekerjaan umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum si perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air, selain itu meningkatkan keimutsertaan swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan.

  Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada RPJMN. Sasaran program komponen air minum dibuat untuk mengisi kesenjangan kondisi pada permasalahan yang mencuat dalam RPJMN dan kondisi yang diinginkan pada sasaran kebijakan RPJMN, selain itu harus menunjang dan memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi daerah atau kota bersangkutan.

  Dalam penyusunan RPIJM bidang harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang ada di daerah. Rencana Induk SPAM merupakan rencana jangka panjang suatu wilayah. Hal ini dimungkinkan karena dalam pengembangan dan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum tergantung dengan posisi dan letak unit-unit SPAM dan cakupan pelayanannya.

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan SPAM antara lain:

  • Peran daerah dalam pengembangan wilayah
  • Rencana pembangunan daerah
  • Kondisi alamiah dan tipologi daerah
  • Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
  • Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum - Kerangka Logis penilaian kelayakan investasi pengelolaan air minum
  • Keterpaduan pengelolaan air minum dengan pengembangan SPAM dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan
  • Peraturan dan perundangan yang berlaku serta pedoman yang tersedia
  • Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi pengelolaan air minum di daerah
  • Pentingnya prasarana dan sarana bagi peningkatan kesehatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan

  • Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta
  • Kelembagaan dalam pengelolaan air minum
  • Investasi prasarana dan sarana air minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan
  • Perlu identifikasi lebih lanjut bilamana ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan/pengelolaan SPAM
  • Safeguard sosial dan lingkungan

Tabel 7.5 Kondisi Eksisting Non Perpipaan

  

Non Perpipaan

  Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Presentase Tingkat Kabupaten/Kota

  (jiwa) 2015 Terlayani Perpipaan Pelayanan (%) Bolsel

  62.222 41.124

  66.09 Sumber: satker SPAM Prov Sulut

  Sistem Perpipaan

  Area pelayanan air minum sistem perpipaan di Kabupaten Talaud sudah hampir menjangkau seluruh wilayah. Namun demikian jangkauan yang luas tersebut belum disertai dengan tingkat pelayanan yang memadai di mana capaian pelayanan mencapai sekitar 70-90% penduduk. Pengelolaan sistem selain oleh PDAM Kabupaten Talaud dikelola Pemerintah. Pengembangan sistem umunya dilaksanakan melalui APBD, sedangkan yang lainnya berasal dari sumber dana hibah, APBN dan Swadaya Masyarakat/APBD. Berikut adalah kondisi eksisting Air Minum Perpipaan di Kab. Kepulauan Talaud

Tabel 7.6 Kondisi Eksisting Perpipaan Perpipaan

  Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Presentase Tingkat Kabupaten/Kota (jiwa) 2015 Terlayani Perpipaan Pelayanan (%) Bolsel 62.222 35.224

  56.61 Sumber : Kab/Kota Prov Sulawesi Utara

  Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Air Minum Kebutuhan Air Bersih

  Penyediaan air bersih dalam perencanaan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, mengingat penggunaannya sangat luas untuk itu haruslah aman dan higienis. Kebutuhan air bersih di Kabupaten Talaud terbagi atas kebutuhan domestik, kebutuhan non domestik, dan kebutuhan industri.

1. Kebutuhan Domestik

  Untuk menentukan kebutuhan air pada perencanaan selanjutnya, maka ditentukan konsumsi air bersih berdasarkan pada kondisi saat ini dan standar yang berlaku. Konsumsi air bersih menurut standar kriteria perencanaan yang ada didasarkan atas jumlah penduduk kota atau suatu wilayah. Standar perencanaan tersebut dijelaskan seperti pada tabel berikut tabel :

  Tabel 7. 7 Standar Kriteria Desain Kebutuhan Air Bersih No. Kategori Kota Jumlah Penduduk Pemakaian Air (Jiwa (Ltr/org/hari)

  1. Metropolitan > 1.000.000 190

  2. Kota Besar 500.000 170

  • – 1.000.000

  3. Kota Sedang 100.000 150

  • – 500.000

  4. Kota Kecil 20.000 – 100.000 130

  5. Kecamatan 3.000 100

  • – 20.000

  6. Desa

  60

  • – 3.000 Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dept PU 2.

   Kebutuhan Non Domestik

  Kebutuhan non-domestik didasarkan pada asumsi dari kebutuhan domestik. Dalam kontek perencanaan kebutuhan air bersih di Kabupaten Talaud kebutuhan non domestik di-asumsikan sebesar 20% dari kebutuhan domestik. Penggunaan non-domestik ini meliputi institusi dan komersial seperti sekolah, komplek militer, kantor pemerintah, mesjid, gereja dan lain sebagainya.

3. Kebutuhan Industri

  c) Analisis kondisi dan permasalahan unit produksi

  e) Analisis/perhitungan penambahan sambungan (unit layanan)

  Bentuk pengembangan yang diperlukan adalah rehabilitasi/ penggantian pipa untuk menanggulangi kebocoran serta penambahan jaringan baru.

  Kondisi jaringan saat ini pada umumnya belum cukup untuk melayani kebutuhan, serta belum menjangkau kawasan pelayanan 2)

  Analisis kondisi unit distribusi 1)

  2) Bentuk pengembangan yang diperlukan adalah peningkatan kapasitas atau penambahan unit baru d)

  1) Unit produksi yang ada pada umumnya tidak mampu mensuplai kebutuhan air yang diperlukan dalam kapasitas maksimum hari.

  Besarnya kebutuhan air bersih industri tergantung kepada jenis industri yang ada. Beberapa industri membutuhkan air yang cukup besar, tetapi ada yang hanya membutuhkan kecil.

  Penentuan zona dan kawasan industri juga terdapat perbedaan dalam standar kebutuhannya, dalam kontek Kota Kotamoobagu kebutuhan air bersih dikategorikan kecil mengingat belum ada industri maupun zona industri yang eksis disana. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

  Bentuk pembangunan yang diperlukan adalah penambahan jalur pipa baru, rehabilitasi pipa transmisi yang ada, atau peningkatan volume/diameter pipa transmisi. 3)

  Pada umumnya kondisi perpipaan transmisi yang ada masih belum mampu untuk digunakan pada kapasitas kebutuhan air yang diperlukan. 2)

  Analisis kondisi permasalahan unit transmisi 1)

  2) Kualitas sumber air yang ada dapat langsung didistribusikan tanpa perlu teknologi pengolahan yang rumit b)

  Kapasitas sumber air yang ada pada umumnya tersedia dalam jumlah/volume yang memadai dan dapat mensuplai kebutuhan penduduk baik di perdesaan maupun perkotaan

  Analisis permasalahan sumber air yang telah dimanfaatkan 1)

  Tinjauan terhadap sistem prasarana dan sarana air minum yang ada Kabupaten Talaud baik dari unit air baku, transmisi, produksi dan distribusi dijelaskan sebagai berikut: a)

  Volume pengembangan yang dibutuhkan minimal 2 kali dari kondisi yang ada saat ini. Sistem pengambilan ; Sumber air ditentukan dengan mempertimbangkan:

  Kebutuhan terhadap sambungan rumah, TA/HU/KU serta sambungan lain yang diperlukan sekitar 40% dari kondisi saat ini f)

  Analisis terhadap kemampuan pelanggan Kemampuan masyarakat dalam pengelolaan SPAM melalui pembayaran iuran/retribusi air belum optimal, dengan demikian diperlukan suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat demi optimalisasi pengelolaan SPAM.

  Analisis Kebutuhan Program

  Analisis kebutuhan program disesuaikan dengan kebijakan pemerintah serta sasaran- sasaran pembangunan sesuai dengan dokumen-dokumen perencanaan yang tersedia (RTRW dan RPJMD)

  Sistem Prasarana Yang Diusulkan Sistem Non Perpipaan

  Daerah pelayanan sistem non perpipaan di Kabupaten Talaud adalah kawasan-kawasan yang memiliki sumber air baku memadai (air tanah, sungai/danau) dan sulit dijangkau oleh pelayanan air minum sistem perpipaan. Sumber air yang dapat digunakan adalah air tanah (melalui pengeboran) atau menggunakan sumber air permukaan (sungai/danau) dengan sistem pompa.

  Sistem Perpipaan

  Sistem prasarana air minum perpipaan sampai dengan tahun 2013 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan domestik dan kebutuhan-kebutuhan lainnya dengan parameter capaian sistem: a)

  Kapasitas sistem 35.000 m

  3

  per hari

  b) Sumber air minum:

  1) Kapasitas air di sumber:

  • Debit Sungai > 50 lt/dt
  • Debit Mata air > 320 lt/det
  • Danau > 5 lt/det
  • Sumber air lainnya >10lt/det 2)
  • >Kuantitas dan kualitas sumber air
  • Kemudahan dalam konstruksi unit air baku
  • Keamanan pengoperasian

  Kapasitas yang diambil < 300 lt/det 3)

  Jarak unit produksi dari daerah pelayanan < 1 - 6 km 4)

  • Biaya dalam pengolahan air dan perawatan unit produksi
  • Potensi pencemaran terhadap sumber air
  • Kemudahan dalam memperbesar kapasitas unit air baku di masa mendatang

  c) Unit Transmisi:

  1) Panjang unit transmisi < 1 - 4 km

  2) Dimensi dan jenis transmisi (saluran tertutup 2,5 – 5”, pipa PVC, Besi)

  3) Sistem pengaliran (pompa, gravitasi)

  d) Instalasi Pengolahan Air Baku (IPA)

  1) Jumlah dan jenis 14

  2) Kapasitas 385 lt/det

  3) Spesifikasi teknis lainnya

  e) Unit produksi

  1) Penyediaan kapasitas unit produksi

  • Reservoir - Jumlah reservoir
    • Kapasitas reservoir

  • Unit distribusi
    • Sistem pengaliran
    • Bentuk jaringan
    • Dimensi panjang, diameter dan jenis pipa

  • Unit pelayanan
    • Julah sambungan rumah domestik
    • Jumlah sambungan non domestik
    • Jumlah TA/HU/KU

  • Bangunan Pelengkap - Jenis dan jumlah
    • Manfaat dan peruntukan

  Program dan Kriteria Kesiapan, Serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

  Kebijakan Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Yang menjadi program, sasaran, pola pengelolaan, penanganan, dan kontribusi pemerintah daerah di bidang air minum adalah sebagai berikut: a)

  Program pembangunan prasarana air minum melalui pendekatan masyarakatan di desa miskin dan rawan air 1)

  Target:

  • Desa-desa yang masuk kategori desa miskin atau rawan air
  • Desa-desa yang berlokasi di pesisir atau pulau terpencil
  • Desa yang sudah terbentuk kelompok masyarakat penyelenggara SPAM 2)

  Pola pengelolaan: oleh masyarakat/koperasi/kelompok masyarakat 3)

  Penanganan: Unit air baku, Unit produksi, serta Unit transmisi dan distribusi utama 4)

  Kontribusi pemerintah daerah:

  • Pembinaan kepada pengelola/penyelenggara SPAM dan masyarakat
  • Konsistensi dalam pengembangan SPAM
  • Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan

  b) Program pengembangan air minum di ibukota kabupaten

  1) Target:

  • Ibukota kabupaten baru dan telah memiliki rencana induk SPAM
  • Kabupaten/kota yang sudah memiliki badan usaha sebagai penyelenggara

  SPAM

  • Desa yang sudah terbentuk kelompok masyarakat penyelenggara SPAM 2)

  Pola pengelolaan: oleh PDAM dengan azas pengusahaan 3)

  Penanganan: Unit air baku, Unit produksi, dan Unit transmisi 4)

  Kontribusi pemerintah daerah:

  • Pembinaan kepada pengelola
  • Konsistensi dalam pengembangan SPAM
  • Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan