BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan karakter - PENINGKATAN SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH MELALUI MEDIA FLASHCARD DI KELAS IV MI MUHAMMADIYAH KARANGLO - repository perpus

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan karakter Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu

  melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan Salahudin, (2013: 42). Dalam hubungannya dengan penididikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Alwis dalam Salahudin (2013: 43), membuat siswa berkarakter adalah tugas pendidikan, yang esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah bertujuan melahirkan insan yang cerdas dan berkarakter kuat yang berpedoman pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Selain itu tujuan pendidikan karakter dimaksudkan untuk membina budi pekerti, membangun watak, dan mengembangkan kepribadian yang baik bagi siswa di lingkungan mereka baik di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

  8 Fungsi pendidikan karakter menurut Salahudin (2013: 43) sebagai berikut: a.

  Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”.

  b. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

  c. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.

  Kemudian ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan berkarakter adalah sebagai berikut: 1) Satuan pendidikan 2) Keluarga 3) Masyarakat

  Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah bertujuan melahirkan insan yang cerdas dan berkarakter kuat yang berpedoman pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

2. Tanggung jawab

  a. Pengertian Tanggung Jawab Pengertian tanggung jawab memang sangat luas menurut

  Yaumi (2014: 72) mengatakan bahwa tanggung jawab adalah suatu tugas atau kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan yang harus dipenuhi seseorang, dan yang dimiliki konsekuen hukuman terhadap kegagalan. Menurut Salahudin (2013: 56), tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya individu lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam, karakter dimulai dalam sosial dan budaya), negara dan Yang Maha Esa.

  Sedangkan Tanggung jawab menurut Wijaya (2014: 89), dikatakan tanggung jawab apabila mau menanggung akibat dari perbuatan. Tidak akan mempermasalahkan orang lain atau keadaan apabila lalai atau berbuat kesalahan. Lebih baik menyadari kelemahan atau kekurangan dan berusaha memperbaiki diri.

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatannya. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.

  b. Indikator Tanggung Jawab Adapun indikator tanggung jawab dalam keberhasilan sekolah dan kelas, indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam mencerdaskan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan karakter. Indikator ini juga berkaitan dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan, maupun kegiatan sehari- hari atau kegiatan rutin yang dilaksanakan sekolah. Menurut Daryanto (2013: 142), indikator tanggung jawab diantaranya adalah: 1) Indikator tanggung jawab dalam keberhasilan sekolah antara lain :

  a) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

  b) Mengerjakan tugas pekerjaan rumah tanpa disuruh.

  c) Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

  d) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

  2) Indikator tanggung jawab dalam keberhasilan kelas antara lain : a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur.

  b) Peran secara aktif dalam kegiatan sekolah.

  c) Mengajukan usul pemecahan masalah.

  Jadi berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tanggung jawab adalah suatu tindakan yang mempertimbangkan dan memperhitungkan semua konsekuensi dari perbuatan manusia itu sendiri. Tentang manusia tersebut bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuat dengan segala konsekuensinya.

3. Prestasi Belajar

  a. Pengertian Belajar Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan semua orang dari kecil hingga dewasa. Pengertian belajar menurut Sagala (2010:11) merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi), sedangkan Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Pengertian belajar dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dapat mengubah pola perilaku seseorang yang terjadi didalam interaksi dengan lingkungannya yang terjadi secara sengaja maupun tidak disengaja. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

  b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, salah satunya faktor belajar menurut Slameto (2010: 54) banyak jenis faktor yang dapat mempengaruhi belajar, tetapi faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi siswa untuk meningkatkan prestasinya yang diperoleh dengan cara belajar.

  Faktor yang pertama adalah faktor internal, seperti yang telah dijelaskan oleh Slameto (2010: 54) bahwa faktor internal dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan, sedangkan faktor yang terakhir yaitu faktor kelelahan yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

  Faktor yang kedua adalah faktor eksternal yang dikelompokan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah, sedangkan faktor yang terakhir yaitu faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Masing- masing faktor tersebut mencakup banyak aspek yang berkenaan dengan proses belajar.

  c. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran tersebut. Pengertian prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 137) adalah hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun secara kelompok, selain itu pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Mulyasa (2014:189) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar.

  Pengertian prestasi belajar yang dikemukakan oleh Hamdani dan Mulyasa dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha bekerja atau belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar, ditunjukkan dalam bentuk nilai.

4. Mata Pelajaran IPS

  a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting diajarkan pada jenjang SD, pembelajaran IPS menurut Susanto (2015:143) pendidikan

  IPS di SD merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS juga dikemukakan oleh Soemantri dalam Sapriya (2011:11) bahwa IPS merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

  Pengertian IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu yang mengajarkan tentang ilmu sosial yang melibatkan tingkah laku dan kebutuhan manusia didalam lingkungan.

  IPS juga dapat mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

  b. Materi Pokok Penelitian Berdasarkan kurikulum tingkat satuna pendidikan yang digunakan oleh sekolah, materi yang akan digunakan oleh peneliti menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (2010: 19) dalam penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada tabel yaitu:

Tabel 2.1 SK dan KD Materi IPS Kelas IV Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  2. Mengenal sumber daya

  2.3 Mengenal perkembangan alam kegiatan ekonomi dan teknologi produksi, kemajuan teknologi di komunikasi, dan transportasi lingkungan kabupaten dan serta pengalaman provinsi. menggunakannya. c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tercermin suatu tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran IPS. Tujuan pembelajaran menurut Sapriya (2011: 43) yaitu untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan ketrampilan dasar yang akan digunakan dalam kehidupannya serta meningkatkan rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu hingga masa sekarang agar para siswa memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air, sedangkan menurut Susanto (2015:149) tujuan IPS bukan hanya sekedar membekali siswa dengan berbgai informasi yang bersifat hafalan (kognitif) saja, akan tetapi pendidikan IPS harus mampu mengembangkan keterampilan berpikir, agar siswa mampu mengkaji berbagai kenyataan sosial beserta permasalahannya.

  Mata pelajaran IPS memiliki tujuan secara umum menurut Mutakin dalam Susanto (2015: 145) mata pelajaran IPS bertujuan agar memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

  Pengetahuan Sosial adalah untuk memberi bekal dan kemampuan siswa didalam lingkungan. Siswa diharapkan agar dapat mengatasi masalah sosial yang terjadi didalam masyarakat sesuai dengan bakat, minat dan kemauan yang dimilikinya tanpa adanya unsur paksaan dari luar pihak.

5. Pembelajaran Kooperatif

  Index Card Match merupakan bagian dari model pembelajaran

  kooperatif yang didasarkan oleh teori perkembangan kognitif. Teori-teori perkembangan kognitif adalah berasaskan teori Piaget dan Vygotsky dalam Isjoni (2010: 29) yang dikenal sebagai “Piaget Kontruktivisme Kognitif” dan Vygotsky Konstruktivism sosial”. Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan meyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru.

  Dapat disimpulkan Teori ini sangat cocok di terapkan di kelas, karena strategi pembelajaran Index Card Match adalah strategi pembelajaran bermain untuk mengulang materi baru atau yang sudah diajarkan sebelumnya dan siswa dapat belajar aktif dan berjiwa mandiri sehingga siswa dapat membina sendiri pengetahuan dan pengalaman yang ada. Siswa akan lebih aktif ketika pembelajaran berlangsung karena siswa akan mencari jawaban dari setiap kartu bersama pasangan kelompoknya yang akan menimbulkan aktivitas yang aktif.

  Kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Isjoni (2010: 15), Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar dan digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Slavin dalam isjoni (2010: 17), mengatakan bahwa kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching).

  Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kooperatif adalah pembelajaran yang membentuk siswa dalam beberapa kelompok di dalamnya. Tujuannya agar anak yang pendiam menjadi aktif ketika bergabung dengan kelompoknya dengan pembelajaran kooperatif juga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar dan meningkatkan tanggung jawab dengan orang lain dalam kegiatan belajar berkelompok.

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Kooperatif Fase Perilaku guru

  Fase 1 : mengklarifikasi guru menjelaskan tujuan-tujuan tujuan dan pelajaran dan establishing set

  establishing set

  Fase 2 : mempresentasikan Guru mempresentasikan informasi informasi kepada siswa secara verbal atau dengan teks. Fase 3 : mengorganisasikan guru menjelaskan kepada siswa tentang siswa ke dalam tim- tata cara membentuk tim-tim belajar tim belajar dan membantu kelompok untuk melakukan transisi yang efisien. Fase 4 : membantu kerja-tim Guru membentuk tim-tim belajar dan belajar selama mereka mengerjakan tugasnya. Fase 5 : mengujikan berbagai Guru menguji pengetahuan siswa materi entang berbagai materi belajar atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil-hasil kerjanya. Fase 6 : memberikan guru mencari cara untuk mengakui pengakuan usaha dan prestasi individual maupun kelompok

  (Arends, 2008: 21) 6.

   Strategi Pembelajaran index card match

  a. Pengertian Strategi Pembelajaran index card match Strategi pembelajaran index card match merupakan salah satu strategi pembelajaran yang cukup menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan catatan siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan dipelajari terlebih dahulu sehingga siswa ketika masuk ruangan kelas sudah memiliki bekal pengetahuan, Zaini (2008: 120).

  Melalui strategi pembelajaran index card match, siswa dapat belajar aktif dan berjiwa mandiri. Walaupun dilakukan dengan cara bermain, strategi pembelajaran index card match dapat merangsang siswa untuk melakukan aktivitas secara bertanggung jawab dan disiplin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan prestasi belajar dapat meningkat.

  Index Card Match merupakan bagian dari model pembelajaran

  kooperatif yang didasarkan oleh teori perkembangan kognitif. Teori- teori perkembangan kognitif adalah berasaskan teori Piaget dan Vygotsky dalam Isjoni (2010: 29) yang dikenal sebagai “Piaget Kontruktivisme Kognitif” dan Vygotsky Konstruktivisme sosial”.

  Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan meyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru.

  Menurut teori belajar Piaget dalam Rahyubi (2014: 143) salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar kontruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget, teori ini dapat disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual sejak lahir hingga dewasa. Pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan, perkembangan pengetahuan siswa bergantung pada seberapa jauh siswa aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

  Teori kontruktivisme berhubungan erat dengan kesiapan siswa dalam belajar, karena kesiapan siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar.

  Dapat disimpulkan Teori ini sangat cocok diterapkan di kelas, karena strategi pembelajaran Index Card Match adalah strategi pembelajaran bermain untuk mengulang materi baru atau yang sudah diajarkan sebelumnya dan siswa dapat belajar aktif dan berjiwa mandiri sehingga siswa dapat membina sendiri pengetahuan dan pengalaman yang ada. Sedangkan teori Kontruktivisme adalah teori yang berhubungan erat dengan kesiapan siswa dalam belajar, karena kesiapan siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar.

  b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran index card match Adapun langkah-langkah dalam strategi pembelajaran index

  card match (mencari pasangan) menurut Zaini (2008: 67), yaitu:

  1) Guru membuat potongan kertas (kartu) sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas. 2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. 3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. 4) Pada sebagian kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang tadi dibuat. 5) Kocoklah semua kertas sehinga akan tercampur antara soal dan jawaban. 6) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan secara berpasangan. Sebagian siswa akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban. 7) Mintalah siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. 8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasanga-pasangan yang lain. 9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan. c. Kelebihan dan Kekurangan Kelompok Berpasangan Model kelompok berpasangan juga mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing menurut Anita Lie (2008: 46), menyatakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan pada model pembelajaran kelompok berpasangan. Kelebihan model pembelajran kelompok berpasangan : 1) Meningkatkan partisipasi.

  2) Cocok untuk tugas sederhana. 3) Lebih banyak kesempatan untuk berkontribusi masing-masing anggota kelompok.

  4) Interaksi lebih mudah 5) Lebih mudah dan cepat membentuknya.

  Selain kelebihan model pembelajaran kelompok berpasangan ada juga memiliki kelemahan yaitu: 1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. 2) Lebih sedikit ide yang muncul. 3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah.

  e. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Menurut arends (2008: 21) yang di kolaborasikan dengan strategi pembelajaran index card match menurut Zaini (2008: 67) untuk digunakan pada saat penelitian adalah sebagai berikut: 1) Fase 1: Mengklarifikasikan tujuan dan establishing set

  a) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa. 2) Fase 2: Mempresentasikan informasi

  a) Guru memulai menerangkan materi pelajaran dengan menggunakan media flashcard pada materi materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. 3) Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar

  a) Guru mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran index card match. b) Guru membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.

  c) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

  d) Tulis pertanyaan pada tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

  e) Pada sebagian kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang tadi dibuat.

  f) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. 4) Fase 4: Membantu kerja-tim dan belajar

  a) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah kerja berpasangan yang dilakukan secara berpasangan. Sebagai siswa akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban.

  b) Mintalah siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

  c) setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain. 5) Fase 5: Mengujikan berbagai materi a) Siswa dan guru membahas hasil diskusi.

  b) Guru bertanya jawab dengan siswa untuk membahas materi yang belum dipahami dan menerangkannya mengenai pengertian teknologi, teknologi produksi, komunikasi dan transportasi

  6) Fase 6: Memberikan pengakuan

  a) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang telah aktif dan tepat dalam menyelesaikan tugas b) Guru memberi penguatan kepada siswa yang telah bisa menjawab soal

  • – soal latihan dan memberikan penghargaan bagi kelompok atau siswa yang telah berpartisipasi aktif.

7. Media Pembelajaran flashcard

  a. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya, Arsyad

  (2009: 2). Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihak, National Education

  

Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk

  komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai alat pendukung untuk mendukung kegiatan pembelajaran di dalam kelas, agar pembelajaran lebih menarik dan siswa akan lebih antusias dalam megikuti pembelajaran baik media cetak, audio-visual, dan lain sebaginya. Dengan menggunakan media pembelajaran maka siswa akan merasa berkesan dalam pembelajaannya dengan demikian maka materi yang didapat akan diingat.

  b. Media flashcard Media sangat berperan penting dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Arsyad (2009: 2), media flashcard merupakan kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubugan dengan gambar itu. Flascard biasanya berukuran 8cm x 12cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu abjad, misalnya, dapat digunakan untuk latihan mengeja lancar. Kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan sebagainya) dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosakata. Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Misalnya, dalam latihan membedakan alat trasportasi tradisional dan modern maka dapat dibuat di atas flashcard. 1) Proses pembuatan media flashcard menurut Indriana (2011 : 68) adalah sebagai berikut : a) Siapkan kertas yang agak tebal seperti kertas duplex atau dari bahan kardus. Kertas ini berfungsi untuk menyiapkan atau menempelkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  b) Kertas tersebut diberikan tanda dengan pensil atau spidol dan menggunakan penggaris untuk menentukan ukuran 25cm x 30cm.

  c) Potong kertas sesuai dengan ukuan dan buatlah sejumlah gambar yang akan ditempelkan atau sejumlah materi yang akan dijadikan sebagai media pengajaran.

  d) Berikan tulisan atau pesan pada bagian belakang kartu tersebut sesuai dengan objek yang ada dibagian depannya. 2) Langkah-langkah flashcard dalam pembelajaran.

  a) Kartu-kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap siswa.

  b) Cabutlah satu per satu kartu-kartu tersebut setelah guru selesai menerangkan.

  c) Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang duduk di depan guru. Mintalah siswa itu untuk mengamati kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga semua siswa kebagian.

  d) Jika sajian menggunakan jenis atau cara permainan, letakan kartu-kartu tersebut didalam kotak secara acak dan tidak perlu disusun. Siapkan siswa yang akan berlomba misalkan tiga orang, untuk berdiri sejajar diujung kelas. Kemudian guru memberikan perintah kepada siswa tersebut untuk mencari suatu benda, misalnya komputer. Selanjutnya anak berlari menuju kotak untuk mencari komputer. Setelah mendapatkan siswa kembali ke tempat start. Siswa yang paling cepat lainnya dan mendapatkan bendanya harus menyebutkan nama benda tersebut.

  Dalam permainan menggunakan media flashcard ini, kreativitas guru harus bermain untuk mendapatkan proses pembelajaran yang menarik sambil menggunakan media tersebut. 3) Kelebihan media flashcard

  Kelebihan media flashcard menurut Indriana (2011: 68) adalah sebagai berikut: a) Mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya seperti postcard.

  b) Praktis dalam membuat dan menggunakannya. Sehingga kapanpun siswa bisa belajar dengan baik menggunakan media ini.

  c) Gampang diingat karena kartu ini bergambar dan dapat menarik perhatian, atau berisi huruf atau angka yang simple dan menarik, sehingga dapat merangsang otak lebih lama mengingat pesan yang ada dalam kartu tersebut.

  d) Media ini juga sangat menyenangkan digunakan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam bentuk permainan. 4) Langkah-langkah strategi pembelajaran index card match yang digabungkan dengan langkah-langkah media flashcard adalah sebagai berikut :

  a) Guru membuat potongan kertas (kartu) sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.

  b) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

  c) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang disiapkan.

  Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

  d) Pada sebagian kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat.

  e) Kocoklah semua kertas sehinga akan tercampur antara soal dan jawaban.

  f) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan secara berpasangan. Sebagian siswa akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban. g) Mintalah siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

  h) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk i) Berdekatan, minta secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasanga- pasangan yang lain. j) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan dengan menggunakan media flashcard guru menjelaskan dengan media dipegang setinggi dada dan menghadap siswa. k) Cabutlah satu per satu kartu-kartu tersebut setelah guru selesai menerangkan. l) Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang duduk di depan guru. Mintalah siswa itu untuk mengamati kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga semua siswa kebagian.

B. Penelitian Yang Relevan

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Kupczynski.dkk (2012: 81) yang berjudul

  “Cooperative Learning In Distance A Mixed Methods Study”. Penelitian

  ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran jarak jauh telah memfasilitasi cara inovatif untuk memasukkan Cooperative Learning (CL) dalam pengaturan virtual yang menguntungkan instruktur dan siswa dalam pembelajaran jarak jauh untuk meningkatkan praktek belajar mengajar di kelas virtual. Hasil yang didpaatkan dari peneliti ini adalah

  “This study, conducted at a Hispanic-Serving Institution, compared the effectiveness of online CL strategies in discussion forums with traditional online forums. Quantitative and qualitative data were collected from 56 graduate student participants. Quantitative results revealed no significant difference on student success between CL and Traditional formats.

   Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Data kualitatif menunjukkan bahwa siswa dalam kelompok belajar kooperatif menemukan manfaat belajar lebih dari kelompok tradisional. Studi ini akan menguntungkan instruktur dan siswa dalam pembelajaran jarak jauh untuk meningkatkan praktek belajar mengajar di kelas virtual.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Erbey.dkk. (2011: 213), yang berjudul

  

“The effects of using flashcards with reading racetrack to teach letter

sounds, sight words, and math facts to elementary students with learning

disabilities.” penelitian ini bertujuan untuk mengukur dampak dari

  membaca arena pacuan kuda dan flashcard ketika mengajar phonics, kata penglihatan, dan fakta-fakta tambahan. hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah

  “Math facts were selected based on a 100 add fact test for the third participant. The study demonstrated that racetracks paired with the flashcard intervention improved the students’ number of corrects for each subject-matter area (phonics, sight words, and math facts).

  However, the results show that some students had more success with it than others.”

  Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan prosedur pacuan kuda dipasangkan dengan flashcards membantu dalam meningkatkan membaca atau matematika keterampilan. Prosedur ini meningkatkan akurasi suara, kata-kata penglihatan dan fakta- fakta tambahan untuk peserta.

  3. Ada beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan terkait dengan strategi Index Card Match diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Bambang Nursuwahjo yang berjudul Pengaruh Metode Mencari Pasangan

  Kartu Kata Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu. Perbedaan penelitian tersebut dengan peneliti pada variabel hasil belajar dan keaktifan siswa. Sedangkan peneliti adalah prestasi belajar dan sikap tanggung jawab hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar melalui strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match dengan siswa yang belajar melalui pendekatan biasa tanpa metode.

  4. Penelitian mengenai strategi pembelajaran Index Card Match juga pernah dilakukan oleh Si Ngurah Putu Suta Prawira1, Siti Zulaikha2, I Gst Agung Oka Negara3 pada tahun 2014. Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match terhadap hasil belajar IPS.Perbedaan penelitian tersebut dengan peneliti pada variabel hasil belajar dan pada jenis penelitian, jenis penelitian ini adalah eksperimen semu yang menggunakan rancangan nonequivalent control

  

group deseign sedangkan yang dilakukan peneliti adalah PTK. Prestasi

  belajar hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar melalui strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Index Card Match efektif meningkatkan prestasi dan sikap siswa yang dilihat dari tiap siklusnya. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan dengan penelitian yang relevan yang telah disampaikan, yaitu pada jenis penelitian.

C. Kerangka Pikir

  Pembelajaran IPS di kelas IV MI Muhammadiyah Karanglo masih belum optimal karena masih dijumpai beberapa masalah yang dihadapi, terlihat bahwa proses pembelajaran sebelum menggunakan strategi pembelajaran Index Card Match tanggung jawab dan prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pada nilai ulangan siswa banyak yang rendah. Kemudian dari segi tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru masih rendah. Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang ada peneliti akan melakukan penelitian di sekolah tersebut, dengan judul proposal yaitu peningkatan sikap tanggung jawa dan prestasi bbelajar IPS menggunakan strategi pembelajaran Index Card Match melalui media flashcard di kelas IV MI Muhammadiyah Karanglo, akan dilakukan suatu inovasi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Index

  

Card Match , dengan harapan akan meningkatkan tanggung jawab atara siswa

  dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Teknologi, Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.

  Dengan adanya upaya meningkatkan prestasi belajar IPS melalui strategi pembelajaran Index Card Match maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan jika dalam siklus pertama tanggung jawab dan prestasi belajar siswa terdapat peningkatan akan dilanjutkan dengan siklus kedua yang diharapkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa akan lebih meningkat.

  Kerangka pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi Awal

  Tindakan siklus 1 ❖ Hanya menggunakan

  Penerapan strategi LKS dan buku saja pembelajaran index card

  ❖ Rendahnya sikap

  match melalui media

  tanggungjawab dan

  flashcard prestasi belajar siswa.

  Kondisi akhir Melalui strategi pebelajaran

  Index Card Match melalui

  Observasi media flashcard dapat meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.

  Refleksi Apabila siklus I dan siklus II belum berhasil maka dilakukan perbaikan melalui strategi pembelajaran index

  card match menggunakan media flashcard.

  Tindakan siklus 2 Penerapan strategi pembelajaran index

  card match melalui

  Observasi media flashcard Refleksi

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan pada perumusan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut:

  1. Melalui strategi pembelajaran Index Card Match dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa dalam belajar IPS yang terkait dengan materi Teknologi, Produksi, Komunikasi, dan Trasportasi berbantu media flashcard di kelas IV MI Muhammadiyah Karanglo.

  2. Melalui strategi pembelajaran Index Card Match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar IPS yang terkait dengan materi Teknologi, Produksi, Komunikasi, dan Trasportasi berbantu media flashcard di kelas IV MI Muhammadiyah Karanglo.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 07 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 71

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS IV

0 0 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA FLASHCARD UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH BIRRUL WALIDAIN KUDUS

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB MELALUI METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS IV MI MIFTAKHUL ULUM KALIBANGER KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 - Test Repository

0 0 116

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS VIII SMP SUDIRMAN TINGKIR SALATIGA TAHUN PELAJARAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 153

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI IMAN KEPADA ALLAH DENGAN METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS VII

0 0 125

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH PADA PEMBELAJARAN SKI SISWA KELAS III MI NEGERI KRINCING TAHUN PELAJARAN 2009/2010 - Test Repository

0 0 114

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Konsep Pembelajaran - PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PICTURE TO PICTURE SISWA KELAS IV SDN RAPAMBINOPAKA KECAMATAN LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE - Repository IAIN Kendari

0 0 13