BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Peran Aktif Siswa 1. Pengertian Peran Aktif - PENINGKATAN PERAN AKTIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES AND DEBATE PADA PESERTA DIDIK KE

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Peran Aktif Siswa 1. Pengertian Peran Aktif Menurut Mukhabar (2011) peran aktif adalah kesediaan siswa mengikuti

  proses pembelajaran dengan baik dan benar serta memberikan respon positif terhadap materi pelajaran yang dibahas, berusaha mencari tahu materi yang belum dipahami, dengan jalan menanyakan langsung kepada guru yang bersangkutan,(diakses pada 7 febuari 2014).

  Menurut Usman (2006 :22) Secara harfiah peran aktif dapat diartikan sebagai kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar yang menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor.

  Peran aktif menurut Pribadi (2009 : 19) merupakan keterlibatan siswa secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang. Jadi peran aktif siswa dalam proses belajar yaitu berupa mencatat, berdiri atau maju kedepan untuk memberi jawaban, memperhatikan guru,mencari dan menyajikan informasi.

  9

2. Ciri-ciri Pembelajaran yang Menuntut Peran Aktif Siswa

  Ciri-ciri proses belajar mengajar yang menuntut siswa untuk berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar menurut Sudjana (2010 : 110) adalah sebagai berikut :

  a. Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak memberi informasi.

  b. Siswa banyak mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada siswa lain.

  c. Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan guru atau terhadap pendapat yang diajukan.

  d. Siswa memberikan respon nyata terhadap stimulasi belajar yang diberikan oleh guru seperti membaca, mengerjakan tugas, mendiskusikan pemecahan masalahnya dengan teman sekelas, bertanya kepada siswa lain jika mendapat kesulitan, mencari informasi dari beberapa sumber belajar, dan kegiatan nyata lainnya.

  e. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya, sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan yang dianggapnya masih belum sempurna.

  f. Siswa membuat sendiri kesimpulan pelajaran dengan bahasa dan cara masing-masing, baik secara mandiri maupun secara kelompok.

  g. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada di sekitarnya secara optimal dalam kegiatannya, merespon stimulus belajar yang diberikan.

3. Indikator Peran Aktif

  Peran aktif siswa dalam kegiatan belajar sangat penting, untuk itu sebagai guru hendaknya dapat mengaktifkan para siswa dalam belajarnya. Menurut Heinz (2002 :65) untuk belajar aktif siswa harus bekerja sendiri, adapun indikator : a) Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri

  b) Siswa menjawab pertanyaan guru

  c) Siswa belajar bertanya

  d) Siswa mengambil keterangan dari buku

  e) Siswa melakukan diskusi suatu hal dengan kawannya

  f) Siswa melakukan suatu percobaan sendiri

  g) Siswa merasa bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya Peran aktif siswa menurut Heinz (2002 : 65)terdiri dari 7 indikator, dijabarkan sebagai berikut : a) Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalahnya artinya siswa berusaha merespon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru berupa mengerjakan soal.

  b) Siswa menjawab artinya siswa berusaha menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

  c) Siswa belajar bertanya artinya siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman yang lain ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal ataupun ada bagian materi yang belum dipahami. d) Siswa mengambil keterangan dari buku artinya siswa mencari langkah untuk menyelesaikan soal, contoh dari BSE, buku catatan maupun buku refrensi lain yang siswa miliki.

  e) Siswa mendiskusikan suatu hal dengan temannya artinya siswa tidak hanya menerima informasi tetapi mereka juga saling memberikan informasi kepada teman diskusinya untuk menemukan jawaban.

  f) Siswa melakukan suatu percobaan sendiri artinya siswa mengecek kebenaran jawaban dari soal yang telah dikerjakan atau mencoba menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari.

  g) Siswa merasa bertanggung jawab atas pekerjaannya artinya siswa mau menyampaikan hasil jawaban untuk keseluruhan kelas, atau mempertahankan jawaban, memberikan sanggahan, dan memperbaiki atau menyempurnakan jawabaan yang dianggap belum sempurna.

  Berdasarkan indikator peran aktif yang telah dikemukakan oleh Heinz, Peneliti mengambil indikator peran aktif yang akan diamati disaat pembelajaran menggunakan model Examples non Examples and Debate ini, yaitu menggunakan 6 indikator peran aktifyang telah disesuaikan diantaranya:

  a) Siswa mengerjakan soal/tugas

  b) Siswa menjawab pertanyaan guru

  c) Siswa bertanya

  d) Siswa mengambil keterangan dari buku

  e) Siswa melakukan diskusi kelompok f) Siswa bertanggung jawab pada hasil pekerjaannya.

4. Cara Meningkatkan Peran Aktif

  Berikut ini cara-cara yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, menurut Asmani (2011 : 152) yaitu : a) Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran berlangsung.

  Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Contoh pertanyaan yang dapat guru berikan kepada siswa yaitu “apakah upaya yang kalian lakukan untuk menjaga kelestraian lingkungan hidup? b) Mengerjakan latihan pada setiap akhir suatu bahasan setelah guru menjelaskan suatu materi kepada siswa.

  Guru memberikan soal kepada seluruh siswa untuk dikerjakan baik secara individu maupun kelompok.

  c) Membentuk kelompok belajar.

  Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas.

  d) Menerapkan pembelajaran kooperatif.

  Guru menerapakan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran, agar siswa dapat saling bekerjasama dengan temannya.

  Usman (2011 : 26) menambahkan untuk meningkatkan peran aktif siswa dengan cara sebagai berikut : a. Kenalilah dan bantukah anak-anak yang kurang terlibat. Selidiki apa yang menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut. b. Siapkanlah siswa secara tepat. Persayaratan awal apa yang diperlukan anak untuk mempelajari tugas belajar yang baru.

  c. Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berperan secara aktif dalam kegiatan belajar.

  Setiap guru tahu bahwa keterlibatan anak secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi aktif dan dapat mencapai kondisi ini sebaik-baiknya dengan berbagai cara yang telah dikemukakan.

B. Prestasi Belajar Geografi 1. Pengertian Prestasi Belajar

  Menurut Sudjana, (2010 : 28 ) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti, perubahan pada pengetahuan pemahamannya, sikaf, dan tingkah lakunya. dapat disimpulkan bahwa pengertian dari belajar yaitu upaya yang dilakukan untuk merubah atau menambah suatu potensi dalam kegiatan ataupun suatu pengetahuannya yang lebih baik dan terarah sesuai dengan apa yang ditunjukan.

  Menurut arifin, (2013 : 12-13) Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian,olah raga, dan pendidikan, khusunya pembelajaran.

  Menurut Ahmadi dan Supriyono (2008:138) prestasi belajar adalah hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang baik-baik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Menurut Darmadi, (2010 : 187

  • – 189) Prestasi belajar merupakan hasiil interaksi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. (1) Faktor Eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan ke faktor sosial dan faktor non sosial.Faktor sosial menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial.Faktor ini termasuk lingkungan, keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangakan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial, seperti lingkungan alam dan fisik. Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Selain itu peranan faktor guru dan fasilitator sebagai faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir seluruhnya
bergantung pada guru. Selain guru yang cukup memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa juga kepemimpinan kepala sekolah.

  (2) Faktor Internal Menurut Slameto (2010: 54-57) belajar tidak akan langsung terjadi perubahan-perubahan, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Di dalam faktor intern terdapat tiga faktor yang mempengaruhi belajar meliputi: a) Faktor Jasmaniah

  Faktor jasmani merupakan faktor belajar yang berhubungan dengan kesehatan fisik.Hal ini meliputi kesehatan jasmani yang sehat karena kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.Selain sehat jasmani faktor yang mempengaruhi belajar adalah cacat tubuh.Cacat tubuh ini dapat berupa buta, setengah buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Cacat tubuh akan mempengaruhi belajar peserta didik.

  b) Faktor Psikologis Ada tujuh faktor yang termasuk kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu :

  1) Inteligensi Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu (a) kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, (b) mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, (c) mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

  2) Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, yang semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.Untuk dapat menjamin prestasi belajar yang baik, maka peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.

  3) Minat Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat sangat berpengaruh besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.

  4) Bakat Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Jadi dalam hal ini bakat sangat berpengaruh terhadap belajar, karena jika pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya maka nilai atau prestasi belajar yang diperoleh itu akan lebih baik.

  5) Motif Motif berhubungan dengan apa yang ingin dicapai. Dalam hal belajar harus diperhatikan apa yang menjadi motif/dorongan agar peserta didik dapat belajar dengan baik. 6) Kematangan

  Dalam hal ini kematangan meruapakan suatu tingkat/fase dalam perubahan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

  7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kematangan, karena kematangan merupakan kesiapan untuk melakukan kecakapan. 8) Faktor kelelahan

  Kelelahan pada diri seseorang sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : (1) kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, (2) kelelahan rohani dapat ditunjukan dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk mengahasilkan sesuatu hilang.

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar peserta didik disekolah sifatnya relative, artinya dapat berubah setiap saat.Hal ini terjadi karena prestasi belajar peserta didik sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar dengan demikian tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai peserta didik didukung oleh faktor internal dan faktor ekternal seperti yang disebutkan diatas.

3. Fungsi utama prestasi belajar

  Menurut Arifin (2013 : 12-13) Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama antara lain : a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

  c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

  d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu intitusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.

  Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

  e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan.Karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Dapat disimpulkan bahwa fungsi prestasi belajar bukan hanya sebagai indikator suatu keberhasilan pengetahuan peserta didik, tetapi prestasi juaga dapat berfungsi sebagai penunjang keberhasilan suatu intitusi pendidikan sekolah dapat dikatakan berkualitas jika prestasi peserta didik tinggi dan baik.

4. Jenis-jenis Prestasi Belajar dan Indikatornya

  Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar.Menurut Sudijono (2008: 49) jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu ranah kognitif

  

(cognitivedomain) , ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor

(psychomotordomain) .Ketiga ranah tersebut juga dapat dijadikan indikator

  keberhasilan belajar peserta didik.Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, tidak dapat dipisahkan dan saling menguatkan satu sama lain.

Tabel 2.1 Jenis Prestasi dan Indikatornya No Jenis Prestasi Belajar Indikator Prestasi Belajar

  1 Ranah Kognitif

  a. Pengamatan 1)Dapat menunjukkan; 2) Dapat membandingkan; 3) Dapat menghubungkan.

  b. Ingatan 1) Dapat menyebutkan; 2) Dapat menunjukkan kembali.

  c. Pemahaman 1) Dapat menjelaskan; 2) Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri.

  4. Aplikasi/Penerapan 1) Dapat memberikan contoh; 2) Dapat menggunakan secara tepat.

  1) Dapat menguraikan;

  5. Analisis (Pemeriksaan dan 2) Dapatmengklasifikasikan/ pemilahan secara teliti memilah-milah.

  1) Dapat menghubungkan materi-

  6. Sintesis (Membuat paduan materi, sehingga menjadi kesatuan baru dan utuh) baru; 2) Dapat menyimpulkan;

  3) Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum).

  2 Ranah Afektif

  1. Penerimaan 1) Menunjukkan sikap menerima; 2) Menunjukkan sikap menolak.

  1) Kesediaan berpartisipasi/terlibat; 2. Sambutan 2) Kesediaan memanfaatkan. 1) Menganggap penting dan bermanfaat;

  3. Apresiasi 2) Menganggap indah dan harmonis; (Sikap menghargai) 3) Mengagumi.

  1) Mengakui dan meyakini; 2) Mengingkari.

  4. Internalisasi 1) Melembagakan atau meniadakan; (Pendalaman) 2) Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari.

  5. Karakterisasi (Penghayatan)

  3 Ranah Psikomotor

  1. Keterampilan bergerak dan 1) Kecakapan mengkoordinasikan bertindak gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.

  2. Kecakapan ekspresi verbal 1) Kefasihan dan non verbal melafalkan/mengucapkan; 2) Kecakapan membuat mimik dan gerakan jasmani.

  Sumber :Muhibbin Syah (2011: 217-218) C.

   Model Pembelajaran Tipe Examples non Examples 1. Pengertian model Examples non Examples

  Menurut Hamdani (2010 : 94) metode pembelajaran Examples non

  

Examples adalah salah satu metodepembelajaran yang termasuk dalam katogori

  metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

  (PAIKEM) lebih tepatnya model pembelajaran examples non examples termasuk dalam metode pembelajaran aktif Riensuciati (2013) metode Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut Examples And Non-Examplesmerupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. (Diakses 8 Februari 2014)

  Menurut Suprijono (2013 : 125) mengemukakan bahwa metode Examples

  • non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.

  Berdasarkan definisi di atas, maka pengertianistilahExamples Non-

  

Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran

  kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.

2. Prinsip Model Pembelajaran Examples Non Examples

  Riensuciati (2013) Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri.Examples and non Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.

  Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari Examples dan

  

Non-Examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk

mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.

  Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan

  suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan Non-Example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

  Metode Examples non Examples penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

  Prinsip Reaksi model pembelajaran Examples Non Examples adalah: Guru memberi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar 2-3 orang siswa, sehingga setiap anggota bertanggung jawab atas setiap penguasaan komponen-komponen yang di tugaskan sebaik-baiknya. Sehingga menyebabkan tumbuhnya rasa senang dalam proses belajar mengajar, serta dapat menjadikan siswa lebih semangat belajar karena dapat melihat secara langsung.

  Dalam sistem sosial guru selalu mengamati semua yang di lakukan tiap kelompok agar kegiatan berjalan lancar. Dalam model ini guru tidak banyak mejelaskan tentang materi. Guru hanya menyiapkan materi yang berupa gambar- gambar untuk memfasilitasi anak dalam mendiskusikan sebuah materi dan dilakukan secara kelompok. Dalam kelompok tersebut tidak hanya materi yang di bahas saja melainkan juga memberi arti penting dari kerjasama, persaingan sehat antar kelompok, keterlibatan belajar dan tanggung jawab.(diakses pada 8 februari 2014).

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Examples non Examples

  a. Kelebihan Adapun kelebihan dari metode examples non examplesmenurut Buehl

  (Depdiknas, 2007:219) antara lain: 1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek. 2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari

  example non Example.

  3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

  4) Peserta didik lebih kritis dalam menganalisa gambar 5) Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar 6) Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. b. Kelemahan (1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar (2) Memakan waktu yang lama. Wijaya 2008 (diakses pada tanggal 9 februari

  2014) 4.

   Langkah-langkah Metode Pembelajaran Examples non Examples

  Adapun langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

  a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

  b. Guru menayangkan gambar melalui LCD Proyektor

  c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.

  d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, kemudian hasil diskusi dari analisia gambar tersebut dicatat pada kertas.

  e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

  f. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjalaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

  g. Kesimpulan (Hamzah B, Uno 2011 : 80-81)

D. Pengertian Debate

  Adapun beberapa pengertian menurut para ahli mengenai debat adalah sebagai berikut : Menurut Komalasari (2010 : 59-60) debat merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat aktif penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi menjadi bebrapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari beberapa siawa. Di dalam kelompoknya, siswa melakukan perdebatan tentang topik yang ditegaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penugasan materi yang meliputi kedua posisi tersebut.

  Menurut Hamzah, (2011 : 100) debat adalah merupakan model yang dirancang untuk memecahkan masalah dari sudut pandang yang berbeda.

  Biasanya terdiri dari diskusi antara antara dua belah pihak yang mempunyai pendapat yang berbeda bahkan bertentangan.

  Menurut Zaini, (2008 : 38) debat adalah salah satu model berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama jika siswa diharapkan mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan sendiri. Ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas bukan hanya para pelaku debatnya saja.

  Berdasarkan definisi diatas, maka debat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, setelah siswa diberi soal suatu permasalahan dan menganalisis masalah tersebut siswa melakukan diskusi bersama kelompoknya, hasil dari diskusi kelompok di presentasikan didepan, kelompok yang memiliki jawaban yang berbeda menyanggah pendapat kelompok tersebut hingga akhirnya perdebatan selesai dengan nyimpulkan hasil jawaban yang tepat.

5. Inovasi

  Inovasi model pembelajaran Examples Non Examplesand Debate: Adapun hasil dari modifikasi pembelajaran examples non example yang ditambah dengan debat, langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

  b) Guru menayangkan gambar-gambar melalui LCD Proyektor

  c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.

  d) Guru membagi peserta didik dalam kelompok (masing-masing kelompok beranggotakan 6-7 orang) e) Guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi tentang gambar yang ditunjukkan oleh guru melalui LCD.

  f) Sesi debat : Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil rangkumannya, sementara kelompok lain sebagai penyangga dan penanya.

  g) Guru memberikan penguatan pada hasil debat dan kesimpulan

  h) Penilaian kelompok Kebaikan :

  a. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar

  b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar

  c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

  d. Konsep hasil belajar

E. Hakekat Geografi 1. Pengertian Geografi

  Para pakar geografi dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1998, telah merumuskan konsep geografi sebagai berikut: geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Konsep geografi yang diketengahkan di atas secara jelas menegaskan bahwa yang menjadi obyek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri dari atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan), dan biosfer (lapisan kehidupan). Pada konsep ini, geosfer atau permukaan bumi ditinjau dari sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan yang menampakkan persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tersebut tidak terlepas dari adanya relasi keruangan dari unsur-unsur geografi yang membentuknya (Nurdin Sumaatmaja, 2001: 11).

2. Pendekatan Geografi

  Menurut Sumaatmadja (2001: 88-89), pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala dipermukaan bumi terdiri dari empat pendekatan, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, pendekatan kronologi, dan pendekatan sistem.

  a) Pendekatan spasial/keruangan Pendekatan keruangan dilakukan dengan cara mengetahui karakteristik atau fenomena tertentu pada suatu wilayah. Dalam pendekatan keruangan yang dikaji adalah antar variabel atau rangkaian. Variabel yang berbeda dari suatu tenpat lainnya kemudian dikaji, faktor apa saja yang mempengaruhi pola distribusi keruanan atau persebarannya. Pada dasarnya memeang terjadi keterkaitan atau hubungan antar variabel.

  b) Pendekatan ekologi Merupakan suatu pendekatan yang berdasarkan interaksi dan interdependensi yang terjadi pada lingkungan. Lingkungan geografi bisa diartikan sama dengan lingkungan pada umumnya. Pendekatan ekologi dilakukan dengan berpusat pada interelasi kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya yang membentuk sisitem keruangan yang dikenal dengan ekosistem.

  c) Pendekatan kronologi Dengan menerapkan kronologi suatu gejala atau suatu masalah pada ruang tertentu, peneliti dapat mengkaji perkembangan, dapat pula melakukan prediksi proses gejala atau masalah tadi masa-masa yang akan datang. Melalui pendekatan historis ini, dapat dilakukan pengkajian dinamika dan perkembangan gejala geografi didaerah atau wilayah tertentu. Menelti, menganalisis, dan mengadakan interpretasi pada suatu wilayah dengan menggunakan pendekatan histories, artinya menampilkan peta perkembangan daerah berdasarkan urutan waktunya, akan dapat dilihat kecenderungan kearah mana kota itu akan tumbuh berkembang dan apa penyebabnya.

  d) Pendekatan sistem Pendekatan sistem merupakan metode berpikir sitetik yang diterapkan pada masalah yang merupakan suatu sistem. Sedangkan yang dimaksud dengan metode berpikir sintetik, yaitu metode berpikir yang didasarkan atas doktrin ekspansionisme. Doktrin ekspansionisme adalah cara meninjau suatu benda atau suatu hal sebagai bagian dari keseluruhan yang besar.

3. Pembelajaran Geografi

  Pembelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah (Depdiknas, 2003: 5)

  Fungsi pembelajaran geografi adalah sebagai berikut:

  a. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan.

  b. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.

  c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman sosial-budaya masyarakat (Depdiknas, 2003:6).

  Tujuan pembelajaran geografi meliputi ketiga aspek sebagai berikut:

  1. Pengetahuan :

  a) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses-prosesnya.

  b) Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan.

  c) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara/dunia.

  2. Keterampilan :

  a) Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan binaan.

  b) Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan.

  c) Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan dan hasil- hasil dari interaksi berbagai gejala geografis.

  3. Sikap :

  a) Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar.

  b) Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan hidup.

  c) Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya.

  d) Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya.

  e) Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang menggunakan metode pembelajaran Examples non , peran aktif dan pretasi belajar siswa diantaranya adalah sebagai

  examples

  berikut: Dalam penelitianAnggia Yoni Sudrajat/2012/ UMP yang berjudul

  Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Melalui Motode Examples non

  

Examples Materi Kooperasi dan Kesejahteraan Rakyat di Kelas IV SD Negeri 1

  Karangjengkol. Penelitian ini dilakukan di di Kelas IV SD Negeri 1 Karangjengkol Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS materi kooperasi dan kesejahteraan rakyat melalui metode examples

  

non examples di kelas IV SD N 1 Karangjengkol.Dari penelitian ini dihasilkan

  adanya peningkatan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan peningkatan aspek minat belajar siswa dalam setiap siklusnya.Pada siklus I peroleh rata-rata 40 dengan kriteria cukup termotivasi.Pada siklus II diperoleh rata-rata 49 dengan kriteria motivasi baik. Adanya peningkatan Prestasi belajar siswa, pada siklus I dengan presentase ketuntansan kelas 46,15 %. Pada siklus II dengan ketuntasan kelas 88,46 %.

  Penelitian yang dilakukan Andrie Kanggoro /2011/UMP yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik pada Mata Pelajaran Geografi kelas X7 SMAN Baturaden Melalu Metode Examples non Examples. Penelitian ini dilakukan pada Kelas X7 SMAN Baturaden, dengan tujuan untuk mengetahui prestai belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi kelas X7 SMAN Baturaden kompetensi dasar menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap lingkungan di muka bumi, dari penelitian dan pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode examples non examples pada mata pelajaran geografi dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan ketuntasan belajar peserta didik dari kondidi awal 42 % menjadi 82 % pada siklus II.

  Peneliatian yang dilakukan oleh Ika Yanartanti 2013/UMP dengan judul Meningkatkan Peran aktif dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X dengan Metode Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) di SMK Tujuh Lima Purwokerto1. Yang dilakukan pada siswa kelas X di SMK Tujuh Lima Purwokerto 1. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar matematika dengan metode Auditory Intelectually Repetition

  

(AIR) di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto. Dari penelitian ini dihasilkan

  peningkatan peran aktif dan prestasi belajar siswa. Diketahui peran aktif siswa siklus I rata-rata sebesar 51,4 % dan siklus III skor rata-rata peran aktif siswa 64,2 %. Dan meningkatkan prestasi belajar siswa dibuktikan meningkatnya hasil tes evaluasi siswa yakni pada siklus I nilai rata-rata 67,2 siklus III rata-rata 80,08.

Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Yang Relevan

  

Penelitian/ Anggia Yoni Sudrajat/2012/ Andrie Kanggoro Ika Yanartanti 2013/UMP

Tahun UMP /2011/UMP

  2

  3

  1 Judul Peningkatan Motivasi dan Upaya Meningkatkan Meningkatkan Peran aktif Prestasi Belajar IPS Melalui Prestasi Belajar Peserta dan Prestasi Belajar Motode Examples non didik pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas X Examples Materi Kooperasi Geografi kelas X7 SMAN denga Metode Pembelajaran dan Kesejahteraan Rakyat di Baturaden Melalu Metode Auditory Intellectually Kelas IV SD Negeri 1 Examples non Examples. Repetition (AIR ) di SMK Karangjengkol. Tujuh Lima Purwokerto1. Tempat di Kelas IV SD Negeri 1 Di Kelas

  X7 SMAN Di Kelas X SMK Tujuh Karangjengkol Baturaden Lima 1 Purwokerto Tujuan enelitian ini bertujuan untuk peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS materi kooperasi dan kesejahteraan rakyat melalui metode examples non examples di kelas

  IV SD N

  Penelitian ini untuk mengetahui prestai belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi kelas X7 SMAN Baturaden kompetensi dasar menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap lingkungan di muka bumi Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar matematika dengan metode Auditory Intelectually Repetition (AIR) di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto Hasil B adanya peningkatan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan peningkatan aspek minat belajar siswa dalam setiap siklusnya. Pada siklus I peroleh rata-rata 40 dengan criteria cukup termotivasi. Pada siklus II diperoleh rata- rata

1 Karangjengkol.

  49 dengan kriteria motivasi baik. Adanya peningkatan Prestasi belajar siswa, pada siklus I dengan presentase ketuntansan kelas 46,15 %. Pada siklus II dengan ketuntasan kelas 88,46 %.

  Penelitian dan pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode examples non examples pada mata pelajaran geografi dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan ketuntasan belajar peserta didik dari kondidi awal 42 % menjadi 82 % pada siklus II.

  Pembelajaran dengan metode AIR (Auditory Intelectually Repetition ) dapat meningkatkan peran aktif siswa. Diketahui peran aktif siswa siklus I rata-rata sebesar 51,4 % dan siklus III skor rata-rata peran aktif siswa 64,2 %. Dan meningkatkan prestasi belajar siswa dibuktikan meningkatnya hasil tes evaluasi siswa yakni pada siklus I nilai rata-rata 67,2 siklus III rata-rata 80,08.

  Perbedaan penelitian yang dilaksanakan sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini, peneliti melakukan inovasi dalam menerapkan model Examples non examples tersebut dengan menambah sesi

Debate setelah peserta didik melakukan analisis gambar dan diskusi kelompok.

  Debate di lakukan agar peserta didik lebih berperan aktif dalam pembelajaran.

G. Kerangka Pikir

  Berdasarkan hasil observasi keadaan awal suasana belajar peserta didik kelas XI IPS 1 MAN Purwokerto 1 tahun ajaran 2013/2014 sebelum menggunakan model pembelajaran examples non examples and debate, yaitu peran aktif dan prestasi belajar rendah. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya peserta didik yang masih pasif dan jarang memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.Dari permasalahan tersebut perlu adanya alternatif pemecahan masalah yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas.

  Model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar peserta didik, yaitu menggunakan model pembelajaran Examples

  

non examples and debate karena memaksa siswa untuk mengingat dan

  mengemukakan pendapat, sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa mampu mengembangkan keterampilan berfikir, mengingat dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dengan demikian materi yang diajarkan guru tidak mudah dilupakan.

  Dan debate sangat membantu siswa untuk mengemukakan pendapat dan siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran.

  Akibat dari meningkatnya peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran berlangsung, maka akan berbanding lurus dengan prestasi belajar peserta didik. Yaitu dengan model pembelajaran examples non examples and debate dapat meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar peserta didik.

  Berdasarkan dari permasalahan yang ada, yakni guna meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar siswa maka tersusun keragka pikir sebagai berikut : Skema kerangka pikir penelitian tindakan kelas

Gambar 2.1 Skema Kerangka Fikir

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah “ melalui metode pembelajaran examples non examples and

  

debate dapat meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar siswa pada mata

  pelajaran geografi pokok bahasan kerusakan lingkungan hidup pada peserta didik kelas XI IPS 1 MAN Purwokerto 1 Semester II tahun ajaran 2013/2014.

  Kerangka berfikir Kondisi Awal Peserta didik

  Guru mengajar konvensional Peserta didik tidak berperan aktif (pasif) Prestasi belajar rendah Tindakan (acting) dengan menerapkan pembelajaran Examples non examples and Debate

  Kondisi Akhir Peserta didik Siklus I Siklus II

  Guru mengajar Inovatif Peserta didik berperan aktif Prestasi belajar meningkat

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV MENGENAL AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DI SDN PEKOREN I PASURUAN

3 18 20

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SMP NEGERI 2 KUTA BARO

0 7 1

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

1 7 60

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 14 84

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 32 82

STUDI PERBANDINGAN PENANAMAN NILAI SOSIAL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE DAN EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP MUHAMMADIY

0 14 105

ANALISIS KOMPARATIF MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR

1 27 107

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs - Raden Intan Repository

0 0 118

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP NEGERI 12 PALEMBANG -

0 0 21