NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK SKRIPSI

  NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: DIANTINA BASIROH 11111064 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

  NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: DIANTINA BASIROH 11111064 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

  

MOTTO

  "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab- Ku sangat pedih".

  

PERSEMBAHAN

  Teruntuk kedua orang tuaku yang menjadi pemicu semangatku. Ibuku yang saat ini tidak setiap hari bertemu denganku, namun doa beliau sangat terasa di sini.

  Ayahku rahimahullah yang membuatku mengerti beratnya perjuangan meraih cita-cita. I miss you, dad.

  Suamiku tercinta, yang tidak pernah lelah memantikkan api semangat untukku, dengan sangat ikhlas membantu setiap langkahku, yang selalu memberiku senyum manis agar aku terus meniti jalan ini. Ukhibbuka Putraku tersayang, si kecil yang semakin ingin diperhatikan. Keluguanmu membuat Ummi terhibur di tengah repotnya mengerjakan skripsi. Maafkan Ummi yang kadangkala mengabaikanmu untuk mengejar deadline. Aishiteru LDK Darul Amal yang sekarang menjadi LDK Fathir Ar Rasyid, karenamu aku memiliki banyak teman dan karenamu aku menemukan jalan hidupku yang indah.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI Karya Widi Astuti, dkk bisa diselesaikan.

  Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Sang teladan utama, Nabi Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, keluarga dan orang yang istiqomah mengikuti petunjuknya.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih setulusnya kepada:

  1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

  2. Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3. Siti Rukhayati, M. Pd., selaku Ketua Jurusan PAI.

  4. Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

  5. Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang membantu dan memberi motivasi kepada penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

  7. Ayah dan ibuku (Bapak Muhammad Sholeh Rahimahullah dan Ibu Suwarni), adik-adikku (Ali Mustofa, Falid Reza Mustofa,dan Farkhan Isa Ansori) yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual.

  8. Suamiku tersayang, Mohamad Ali Shodikin yang selalu rela direpotkan untuk setiap urusan. Serta putraku yang mungil Yusuf Fuadi Al Firdausy, pemicu semangatku.

  9. Ibu Widi Astuti selaku penulis buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti.

  10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan dan dorongannya.

  Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah mencatatnya sebagai amal salih yang akan mendapatkan balasan terbaik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.

  Salatiga, 13 Agustus 2016 Penulis

  Diantina Basiroh

  

ABSTRAK

  Basiroh, Diantina. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Akhlak Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Semakin baik akhlaknya, maka semakin mulia dirinya di hadapan manusia terlebih di hadapan

  Allah SWT. Pembentukan akhlak membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Generasi yang berakhlak mulia tercipta dari didikan dan keteladanan orang tua yang memiliki akhlak mulia pula. Terutama seorang ibu yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI karya Widi Astuti, dkk. Pertanyaan utama yang ingin penulis jawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk. 2. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yaitu: Akhlak terhadap Allah SWT yang terdiri dari: takwa, ikhlas, khauf dan raja, tawakkal, syukur, muraqabah, taubat. Akhlak terhadap Rasulullah SAW yang terdiri dari mengikuti dan menaati Rasul dan mengucapkan shalawat dan salam. Akhlak pribadi yang terdiri dari: shiddiq, amanah, istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadhu, malu, sabar, pemaaf. Akhlak dalam keluarga yang terdiri dari: birrul walidain; hak, kewajiban, dan kasih sayang suami istri; kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, silaturahim dengan karib kerabat. Akhlak bermasyarakat yang terdiri dari: bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, dan ukhuwah islamiyah. Akhlak bernegara yang terdiri dari: musyawarah, menegakkan keadilan, dan amar ma’ruf nahi mungkar. 2. Implikasi pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari yaitu tentang pentingnya penanaman akhlak terpuji sejak dini karena pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan menumbuhkan karakter kuat pada diri anak, mengingat usia anak-anak masih mudah untuk diarahkan dibandingkan usia remaja atau pun usia dewasa. Kokohnya sebuah negara sangat ditentukan bagaimana akhlak generasi penerusnya. Generasi yang memiliki akhlak yang kuat akan menjadi penopang kelanjutan nasib sebuah bangsa.

  

DAFTAR ISI

   HALAMAN BERLOGO ............................................................................................ ii JUDUL.......................................................................

  Error! Bookmark not defined.

  PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................

  Error! Bookmark not defined.

  PENGESAHAN KELULUSAN..............................

  Error! Bookmark not defined.

  PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............

  Error! Bookmark not defined.

  

  

  

  

  

   LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  A. Cover Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti

  B. Percakapan dengan Penulis Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti

  C. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

  D. Daftar nilai SKK

  E. Lembar Bimbingan Skripsi

  F. Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu hari para sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah,” kata mereka, “Siapa hamba yang paling dicintai oleh Allah?”. Rasulullah SAW menjawab sebagaimana ditulis dalam Hadits yang

  diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah,” (Muslim) yang paling baik akhlaknya.” Pada kesempatan berbeda, Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya,” Orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku pada hari kiamat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Riwayat Tirmidzi dan Ahmad). Di lain kesempatan, Rasulullah SAW memberi nasehat kepada para sahabatnya,” Kalian tidak akan disenangi manusia karena harta kalian. Buatlah wajah ceria dan akhlak yang baik.” (Riwayat Al-Bazzaar). Begitu istimewa orang-orang yang memiliki akhlak yang baik. Mereka akan dicintai oleh Allah SWT, disukai Rasulullah SAW dan disenangi manusia.

  (Suara Hidayatullah, edisi 06 XXVIII: 11) Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Berkualitas atau tidaknya seorang manusia tergantung pada bagaimana akhlaknya.

  Semakin baik akhlaknya, maka semakin mulia dirinya di hadapan manusia terlebih di hadapan Allah SWT. Sebaliknya, semakin buruk akhlaknya maka akan semakin hina dia di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah SWT.

  Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan. Perbuatan manusia, baik itu perbuatan buruk maupun perbuatan baik akan diganjar oleh Allah SWT setimpal dengan apa yang telah dia lakukan. Semua agama mengajarkan perbuatan baik, tetapi masih banyak penganut agama yang mengabaikan aturan-aturan dan ajaran-ajaran dalam agamanya. Maka, yang terjadi adalah pelanggaran dan pengabaian terhadap akhlak dalam kehidupan.

  Seorang muslim yang memiliki iman yang kuat, maka dipastikan juga memiliki akhlak yang baik. Semakin kuat imannya, maka akan semakin baik akhlaknya, begitu juga sebaliknya. Iman dan akhlak adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena Rasulullah bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”

  Tujuan utama Rasulullah SAW diutus sebagai rasul yaitu menyempurnakan akhlak manusia. Karena pada masa diutusnya Rasulullah SAW di Jazirah Arab sedang mengalami masa jahiliyyah dengan segala keburukan perilaku penduduknya. Untuk itu, Islam datang untuk menyelamatkan manusia dari perbuatan-perbuatan yang tercela yang dapat menjerumuskan pada kehancuran menuju kemuliaan dunia dan akhirat dengan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Hakim, dan Baihaqi berikut :

  䁞   䁞  쳌䁞㌳쳌䁞ꀀ䁞 䁞䁞䁞 䁞   䁞 쳌䁞䁞

  ”sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”.

  Berdasarkan hadits ini, maka menjadi jelas bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah konsep penyempurnaan akhlak. Hal ini terlihat dari kalimatnya yang dengan tegas menggunakan huruf hasr Innamaa (sesungguhnya hanya). Seakan-akan beliau tidak diutus untuk memberikan konsep yang lain selain konsep penyempurnaan akhlak semata. (Halim, 2000: 8)

  Rasulullah SAW adalah manusia yang paling baik akhlaknya, baik akhlak kepada Allah maupun akhlak kepada manusia. Aisyah ra mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an. Bahkan Allah memuji akhlak beliau, dalam QS. Al Qalam: 4 sebagai berikut:

  rk䁞t e䁞i䁞 i䁞䁞u 䁞e䁞i 䁞

  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dakwah Rasulullah banyak diterima oleh masyarakat bukan karena paksaan atau bahkan peperangan. Namun, karena keluhuran dan kemuliaan akhlak Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah. Seorang yang mengaku dirinya muslim harus berakhlak sebagaimana Islam mengaturnya. Orang beriman harus mengimplementasikan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, karena akhlak adalah cerminan bagaimana seorang muslim itu.

  Selain harus berakhlak baik kepada sesama manusia, seorang muslim harus berakhlak baik kepada Allah SWT, Dzat yang telah menciptakannya.

  Dengan cara, beribadah sesuai kemampuan maksimalnya dan menghindari segala bentuk larangan serta hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT.

  Menghormati dan menghargai orang lain merupakan satu bentuk akhlak kepada sesama manusia.

  Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT (hablumminallah) dan antarsesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau etika yang ditawarkan oleh Barat, namun banyak juga kelemahan dna kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas.

  Sementara pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di dalamnya. Mengapa? Karena berasal langsung dari al-Khaliq Allah SWT, yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah, qudwah, dan manusia terbaik selalu mendapatkan tarbiyah ‘pendidikan’ langsung dari Allah melalui malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil mencetak para sahabat menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah. (Mahmud, 2004: 9) Wanita adalah kunci kokohnya sebuah negara. Untuk mengokohkan negara, maka dimulai dari pengokohan generasi penerus dalam lingkup kecil, yaitu keluarga. Bahkan, lingkup yang lebih kecil lagi adalah dirinya sendiri. Seorang wanita akan melahirkan generasi yang unggul, tangguh, dan membawa kejayaan bangsa karena dirinya berakhlak mulia dan sangat memahami agamanya. Dengan akhlak mulia dan pengetahuan agama yang cukup, maka anak-anaknya akan terbimbing dengan baik untuk mencetak kader bangsa yang berkualitas. Peran wanita, dalam hal ini ibu sangat penting dalam pendidikan anak, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak.

  Begitu pentingnya pendidikan akhlak bagi seorang ibu, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ulama Salaf (terdahulu) rahimahullah berkata, didalam syairnya “Ibu adalah sekolah pertama. Maka persiapkanlah sebaik – baiknya”. (Lathifah, 2010)

  Ibu berperan besar dalam pembentukan watak, karakter dan kepribadian anak-anaknya. Ia adalah sekolah pertama dan utama sebelum si kecil mengenyam pendidikan di sekolah manapun. Namun tidak sedikit ibu yang beranggapan, ketika si buah hati sudah masuk sekolah maka sekolah lah yang bertanggung jawab atas pendidikan si buah hati. Padahal peran ibu tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Ibu memiliki peran lebih dari sekolah yakni membangun kecerdasan emosional anak bahkan membangun kecerdasan spiritual anak.

  Ibu adalah "gudang ilmu", "pusat peradaban" dan "wadah" yang menghipun sifat-sifat akhlak mulia. Peran yang sangat penting ini, menuntut seorang ibu untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka seorang ibu harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang berkualitas, diperlukan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti ibu tak boleh berenti belajar. (Aetty: 2013)

  Menjadi ibu adalah predikat paling mulia bagi seorang perempuan. Namun, jika tidak disertai dengan kesadaran dan keikhlasan yang mendalam maka predikat ini malah menjadi beban. Tidak sedikit seorang perempuan yang merasa direpotkan dengan segala pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya bukan menjadi tanggung jawabnya, apalagi setelah dikaruniai anak dan harus merawat sendiri tanpa bantuan orang tuanya.

  Pada zaman sekarang ini, yang mana para perempuan lebih banyak menjadi wanita karir daripada menekuni kebiasaan menjadi seorang calon istri dan calon ibu, ibu muda merasa kebebasannya terhalangi dengan kehadiran seorang anak. Belum lagi harus melayani suami dengan berbagai kebutuhannya, mengurus rumah dan sebagainya. Maka, cara pandang seperti ini harus diubah agar status seorang ibu tidak menjadi salah kaprah dan seorang gadis tidak lalu enggan untuk menyandang gelar tersebut. Status seorang ibu adalah status yang sangat berpotensi untuk menambah pundi- pundi pahala seorang wanita, jika dia mau menjalaninya dengan mengharap keridhaan Allah SWT.

  Paham feminis telah banyak mendorong wanita-wanita awam menjadi wanita yang kurang memahami fitrah penciptaannya. Banyak di antara mereka menginginkan kebebasan sebagaimana laki-laki. Ingin menjadi wanita yang bebas tugas dari urusan rumah tangga dan anak-anak, lebih suka beraktivitas di luar rumah dengan berbagai kesibukan yang sedikit sekali manfaatnya. Dengan dalih emansipasi, para wanita menuntut kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Di samping itu mereka melalaikan kewajiban mereka sebagai bagian terpenting dalam mencetak generasi yang tangguh dan berkualitas. Mereka tidak sadar bahwa mereka memiliki peran yang sangat penting di balik penciptaannya, mereka merasa terkungkung dengan kodratnya sebagai seorang wanita.

  Dengan berbagai media dan sarana, mereka menggambarkan betapa Tuhan telah berlaku tidak adil kepada wanita muslimah. Agama dalam propaganda ini, digambarkan sebagai pengebiri hak wanita yang memposisikannya di bawah pria. Contohnya, dalam waris Tuhan membedakan bagian wanita lebih sedikit dibanding jatah pria. Juga dalam hal persaksian. Kesaksian seorang pria berbanding kesaksian dua orang wanita. Dan propaganda-propaganda lainnya yang tak lebih dan tak kurang sebatas bualan. (Zakaria, 2005: 152)

  Buku antologi Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang ditulis oleh Widi Astuti, dkk berisi kisah-kisah inspiratif seputar perempuan, apalagi yang sudah menjadi ibu. Menjadi seorang ibu dengan berbagai latar belakang akan menimbulkan kesan-kesan tersendiri baik suka maupun duka. Berbagai kisah yang disuguhkan memiliki nilai pendidikan yang sangat tinggi nilainya, terutama pendidikan akhlak khususnya bagi kaum ibu, terutama ibu muda yang masih sangat membutuhkan pembelajaran dari pengalaman ibu-ibu yang lain. Kisah-kisah dalam buku tersebut menjadi pematah argumen dan pemikiran feminis bahwa wanita tidak akan maju jika hanya menjadi seorang ibu dan bekerja di rumah. Wanita akan sangat mulia jika menjalani fitrahnya dan ikhlas mengemban amanah terbesar dalam penciptaan dirinya.

  Buku tersebut menceritakan bagaimana seorang ibu menjalani aktivitasnya yang padat, selain mengurus rumah juga harus merawat anak-anaknya, mendidik dan melindungi mereka, menjadi teman yang baik untuk anak-anak dan suami. Kesibukan yang padat tersebut tidak menjadikannya lalai dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, yaitu patuh pada suami. Kisah lain menceritakan bagaimana seorang ibu memperjuangkan kesembuhan kedua anaknya yang sakit dalam waktu yang bersamaan, yang pada akhirnya salah satu anaknya harus menyerah pada takdir. Dipanggil oleh Allah SWT ketika masih berusia tujuh bulan. Sebagaimana yang dikisahkan dalam petikan berikut :

  Tiba-tiba ada seorang perawat yang memanggilku. Dia memberitahu tentang kondisi Nafis yang sangat mengkhawatirkan, ubun-ubun di kepalanya sudah cekung. Ya Allah, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Kepanikan semakin menjadi. Ketika kondisi Naufal sudah membaik, kini gantian Nafis yang mengkhawatirkan. (Astuti, 2015: 27) Tepat Jam 20.00, dokter memanggil kami. Dokter memberi waktu beberapa menit untuk kami menunggui nafis. Suami terlebih dulu masuk, lalu aku. Di dalam ruangan, kulihat Nafis dengan anggota tubuh yang penuh selang infus, oksigen dll. Aku berusaha mengajak ngobrol Nafis dan berdoa agar Nafis diberikan kondisi yang terbaik oleh-Nya . Aku elus kepalanya, sambil kubisiki,” Yang kuat ya nak.” Ku pegang tangannya. Layar monitor menunjukkan angka yang semakin menurun. Nak, Ibu pasrah, Nak. Ku pegang tangan Nafis lagi, ku cium tangannya. Kubacakan beberapa surat pendek dan terakhir kubisikkan La Ilaa ha Illalloh. Ku lihat Nafis tersenyum lalu Lesssss, dia seperti tertidur pulas. Aku langsung memanggil dokter. Kemudian dokter pun datang dengan membawa beberapa alat, dokter berusaha menolong semaksimal mungkin. Jam 20 :50, Nafis tertidur selamanya, tertidur abadi di sisi-Nya....

  INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROOJI'UN..... (Astuti, 2015: 31) Membaca kisah demi kisah dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong

  Roti membuat pembaca tersadar akan sangat berharganya dirinya dalam keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Karena dari ibu lah akan terlahir generasi-generasi unggul yang akan membawa sebuah bangsa pada kejayaan. Dimulai dari hal kecil seperti tetap menjaga semangat dan khusnudhan pada Allah meskipun dalam keadaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti dalam kutipan berikut :

  Apalagi peristiwa memilukan menimpaku dimasa kehamilan ini. Biduk rumah tanggaku hancur. Kami resmi bercerai di akhir Januari 2014. Tak perlu kuucap apa perkaranya. Sungguh berat ujian ini. Ditengah kepayahan aku merasakan kehamilan, ternyata aku pun harus berpisah dengan sang ayah dari janin yang kukandung. Menjadi janda dalam kondisi hamil diumur yang menuju 19 tahun tidaklah mudah. Mental ini terus terasah seiring cemoohan dan ucapan-ucapan mengiris hati dari orang-orang sekitar. (Astuti, 2015: 8) Nak, bunda memberimu nama Nakhla Alby Azzaky agar kau menjadi anak yang pandai serta berhati suci. Sama seperti arti namamu, Nak. Raga ini berjanji sekuat tenaga akan menjadi sosok ibu sekaligus figur seorang ayah untukmu. Bunda tahu itu tak mudah. Tapi demi kau, demi masa depan, raga ini takan pernah menyerah. Kini, walau aku hanya seorang janda. Tapi aku tak akan takut mati dalam kesepian, ada anakku yang akan mewarnai kehidupanku hingga raga ini kembali kepada Sang Pencipta. (Astuti, 2015: 12) Karena Rasulullah SAW menggelari wanita adalah madrasah pertama bagi seorang anak, maka seorang ibu pun harus memiliki akhlak yang baik, yang bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya mengajarkan kebaikan sebatas yang dia tahu tanpa mengamalkannya. Tapi memperbaiki dan membekali diri dengan akhlak yang mulia adalah jalan yang utama untuk mendidik generasi penerus kita.

  Melihat banyaknya nilai pendidikan akhlak yang dapat diambil hikmahnya oleh guru (pendidik), orang tua, dan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK, sebuah buku antologi yang menyajikan berbagai kisah nyata para ibu dalam menjalankan kewajibannya.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah,2013: 302).

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk?

  2. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah.

  Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008: 16).

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk.

  2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari.

  D. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan adalah:

  1. Manfaat Teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum maupun pendidikan Islam terutama pendidikan akhlak melalui pemanfaatan karya sastra.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam menciptakan karya sastra yang bukan hanya bersifat komersial dan menghibur saja. Tetapi yang lebih penting adalah kualitas karya dan pembaca dapat menyerap pelajaran sebanyak-banyaknya dari karya sastra tersebut.

  b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi media pembelajaran untuk mempermudah pemahaman siswa/ mahasiswa dalam memahami pendidikan akhlak melalui kisah- kisah teladan.

  c. Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

  1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. (Syah, 1995: 1) Pengertian di atas merupakan pengertian pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan formal. Sedangkan pendidikan bukan hanya diperoleh dari lembaga pendidikan formal saja, namun lebih luas pendidikan dapat didapatkan dari mana saja manusia berada.

  Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. (Syah, 1995: 10)

  Dengan kata lain, pendidikan yaitu upaya seseorang untuk mendapatkan sebuah pengetahuan, baik dengan secara formal, informal, maupun nonformal agar terpenuhi kebutuhan hidupnya. Biasanya pendidikan dilakukan dari generasi ke generasi, artinya disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan pendidikan juga dilakukan dengan cara otodidak.

  Pendidikan secara formal dilakukan di sekolah, karena sekolah telah memiliki kurikulum dan manajemen pendidikan yang telah diatur, bahkan oleh Negara. Pendidikan diluar sekolah (nonformal) dapat juga dilakukan dalam keluarga, pengalaman di lingkungan sekitar, bahkan pengalaman orang lain yang disampaikan dengan maksud agar dapat diambil pelajaran.

  2. Akhlak Secara etimologis (lughatan) akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan).

  (Ilyas, 2007: 1) Dengan demikian, maka kata akhlak merupakan sebuah kata yang digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur dengan baik atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri.

  (Halim, 2000: 8-9).

  Di samping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak, standarnya adalah Al Qur’an; bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. (Ilyas, 2007: 3)

  3. Buku Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti merupakan buku dalam bentuk antologi, yang berisi potongan-potongan cerita namun memiliki satu tema walau satu cerita dengan yang lain tidak ada hubungannya.

  Antologi, secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti "karangan bunga" atau "kumpulan bunga", adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi.

  (id.wikipedia.org)

F. Metode Penelitian

  Metode secara harfiah berarti cara, yaitu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu agar tercapai suatu tujuan. Dengan adanya metode, maka suatu pekerjaan akan lebih terarah dan mudah dilakukan.

  Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode dapat pula dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih. (Maslikhah, 2013: 66).

  Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. (Arikunto, 2010: 203).

  Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. (id.wikipedia.org).

  Metode yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian ini adalah metode dokumentasi.

  Adapun komponen dalam metode penelitian ini adalah: 1. Jenis penelitian.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), karena data yang diteliti berupa buku, majalah, dokumen, dan media cetak lainnya. Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah buku antologi yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam buku antologi yang mengandung nilai- nilai pendidikan akhlak dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan aspek kegunaan dan manfaat karya sastra yang dapat diperoleh pembaca.

  2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

  Cara menunjuk pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya. (Arikunto, 2005: 100)

  Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.

  Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

  (Arikunto, 2010: 201) Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya.

  (sarjanaku.com) Metode dokumentasi ini, data mengenai penelitian diperoleh dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel, jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172).

  Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu:

  a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu buku Secangkir Kopi dan

  Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk yang diterbitkan oleh CV Citra Adi Cemerlang.

  b. Sumber Data Sekunder, yaitu berbagai literatur yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkrip, wawancara, buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid, website, multiplay, dan blog di internet yang berupa jurnal.

  4. Metode Analisis Data Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis Life History atau pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi yang ingin penulis teliti ini tertulis dalam sebuah buku antologi yang menyajikan sebagian kecil dari pengalaman-pengalaman pribadi para penulis buku tersebut.

  Dapat dikatakan bahwa pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan otobiografi.

  Dalam istilah ilmiah, pengalaman pribadi dikenal Individual’s Life

  History atau lebih banyak dikenal dengan Life History (saja), juga

  dikenal dengan istilah personal document dalam psikologi, dan juga umumnya dipanggil dengan human document dalam sosiologi, sedangkan dalam antropologi-budaya lebih dikenal dengan

  individual’s life history, adalah sebuah pendekatan dalam penelitian

  kualitatif yang digunakan untuk memperoleh bahan keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu tertentu di dalam masyarakatnya yang menjadi obyek penelitian. (Bungin, 2012: 109).

  Moleong menyatakan bahwa otobiografi merupakan teknik penelitian dengan menggunakan dokumen pribadi. Menurut Moleong (2008: 217) dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan.

  Autobiografi atau otobiografi (dari bahasa Yunani autos sendiri + bios hidup + graphein menulis) adalah biografi yang ditulis oleh subjeknya (atau, dalam penggunaan modern, dikarang bersama-sama dengan penulis lain dan disebutkan sebagai "sebagaimana diceritakan" atau "dengar"). Dalam bahasa Inggris istilah "autobiography" pertama kali digunakan oleh penyair Robert Southey pada 1809, namun bentuk otobiografi sendiri sudah ada sejak zaman kuno. (id.wikipedia.org)

  Otobiografi juga banyak ditulis oleh orang-orang tertentu, seperti guru atau pendidik terkenal, pemimpin masyarakat, ahli, bahkan orang biasa pun ada juga yang menulis otobiografi, antara lain karena senang menulis, upaya mengurangi ketegangan, mencari popularitas, dan kesenangan akan sastra. Motif penulisnya akan mempengaruhi isi penulisan otobiografi. (Moleong, 2008: 219)

  Untuk memanfaatkan dokumen yang padat isi biasanya digunakan teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan ialah content

  

analysis atau di sini dinamakan analisis isi. (Moleong, 2008: 219-220)

  Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  Moleong (2008: 220-221) menjelaskan bahwa analisis isi memiliki ciri-ciri, yaitu: proses mengikuti aturan, kajian isi adalah proses sistematis, kajian isi merupakan proses yang diarahkan untuk menggeneralisasi, kajian isi mempersoalkan isi yang termanifestasikan, dan kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif namun hal itu dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif.

  Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak.

  Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data adalah: a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku

  Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

  b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

  c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

  d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai- nilai pendidikan akhlak.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

  Bagian Inti atau Isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.

  BAB II BIOGRAFI BUKU Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi penulis yang terdiri dari Widi Astuti, dkk; karakteristik buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti; karya-karya Widi Astuti, dkk; unsur-unsur intrinsik buku, Sinopsis buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. BAB III HASIL TEMUAN Dalam bab ini akan diuraikan hasil temuan penulis mengenai: NILAI-NILAI

  PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI

  BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini akan disajikan analisis mengenai: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI dan implikasi nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti dalam kehidupan sehari-hari.

  BAB V PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Penulis Widi Astuti adalah nama asli penulis. Widi Astuti tidak pernah

  mencantumkan biografinya dalam setiap karya-karyanya. Berbeda dengan penulis lain yang selalu mencantumkan foto dan biografinya di setiap akhir karya. Widi Astuti memang sepertinya tidak ingin mempublikasikan kepada umum terkait kehidupan pribadinya. Itulah cara yang Widi Astuti pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana, yang penting dapat memberikan manfaat bagi orang banyak melalui karya-karyanya tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya.

  Penulis mendapatkan biografi Widi Astuti melalui wawancara yang penulis lakukan langsung ke rumahnya. Berikut yang penulis dapatkan dari wawancara mengenai biografinya. Widi Astuti adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Salatiga. Perempuan kelahiran 3 April 1980 ini memiliki hobi membaca dan menulis. Sehingga, banyak sekali karya-karya yang telah dimilikinya. Dia pernah bekerja di salah satu Bank Syariah di Cilacap, namun kemudian dia memilih untuk resign setelah menikah. Tujuan utamanya memutuskan untuk resign yaitu agar terhindar dari dosa riba, namun di samping itu dia juga ingin fokus menjaga dan mendidik putra putrinya secara langsung. Suatu kewajiban yang tidak akan sempurna dilakukan oleh seorang ibu yang juga wanita karir.

  Meski backgroundnya adalah Fakultas Ekonomi, namun dia sangat menaruh minat pada sejarah. Salah satu paper yang dikerjakannya bersama rekannya yang berjudul “The Impact of Marginalizing Heroines in Indonesia”, menyebabkan dia diundang untuk presentasi di Edinburg University United Kingdom. Tetapi saat itu dia sedang mengandung putri keduanya, sehingga tidak bisa memenuhi undangan tersebut.

  Widi Astuti menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri 2 Buayan, Kebumen. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Gombong, Kebumen.

  Saat usianya 15 tahun, dia pindah ke Sorong Papua, sehingga masa-masa SMAnya dihabiskan di Sorong. Dia menempuh pendidikan atas di SMA Negeri 3 Sorong. Selesai menempuh studi di SMA, dia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Selain itu, dia juga pernah mengambil Akta IV di STAIN Purwokerto.

  Alumni Fakultas Ekonomi Unsoed yang memilih menjadi full time mother ini berprinsip “Jadi lah pribadi yang bermanfaat bagi orang lain”. Prinsip ini yang menyebabkan dia berusaha untuk senantiasa berkarya melalui tulisan. Beberapa buku telah dia terbitkan, salah satunya yaitu buku antologi Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. Buku solo yang berjudul “Perempuan Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara dari Masa ke Masa” menjadi bukti kecintaannya pada sejarah. Selain buku, di media sosial

  

facebook pun seringkali penulis temukan tulisannya yang bernuansa sejarah.

  Fakta yang diketahuinya mengenai sejarah yang kebanyakan orang tidak memahaminya, diunggahnya ke media agar masyarakat membuka mata mengenai fakta sebenarnya tentang sejarah Indonesia. Dia bisa dihubungi melalui email atau akun facebook Widi Astuti.

B. Karakteristik Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti

  Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti merupakan buku antologi yang berisi 38 kisah yang ditulis oleh 37 penulis. Namun, dari ke-38 kisah tersebut ada beberapa cerita yang mengandung konten yang sama. Jadi, dalam buku tersebut terbagi menjadi lima bagian kisah secara garis besar. Bagian satu berjudul “Peluk Cium untuk Anakku”, bagian dua berjudul “To Be a Greet Mommy”, bagian tiga berjudul “Jodoh, oh Jodoh”, bagian empat berjudul “Suamiku”, dan bagian lima berjudul “Antara Aku, Ayah, Ibu, dan Mertuaku”.

  Ciri khas yang melekat pada buku ini adalah bahasa yang digunakan bukan bahasa sastra atau pun bahasa yang mengandung majas. Para penulis menggunakan bahasa sehari-hari, sederhana tapi mampu mengajak pembaca untuk seolah-olah sedang mengalami langsung kisah tersebut.

  Kisah-kisah yang disampaikan para penulis memiliki makna dan nilai pembelajaran yang tinggi, sehingga sangat bermanfaat bagi para ibu rumah tangga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Buku ini mengangkat kisah-kisah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, setiap kisah dapat menjadi bahan renungan atau pengetahuan baru bagi pembaca. Penulis memang menggunakan bahasa yang sederhana tapi sarat makna. Bahkan, pembaca dibuat berurai air mata ketika membaca kisah-kisah yang menyedihkan.

  Cerita-cerita yang ditulis dalam buku tersebut memberikan pemahaman bahwa ujian demi ujian yang bila tepat dalam menghadapinya akan berbuah manis pada akhirnya. Para penulis juga ingin menyampaikan bahwa setiap segi kehidupan adalah ujian, namun semangat dan optimisme serta usaha untuk mencari jalan keluar yang tepat adalah sikap yang terbaik dalam menghadapi setiap masalah dalam kehidupan.

C. Karya-karya Penulis

  Widi Astuti memiliki banyak karya tulisan berbentuk buku yang telah diterbitkan. Sebagian besar di antaranya berbentuk antologi dan satu buku solo.

  Karya-karyanya yang berbentuk buku antologi di antaranya:

  1. Dahsyatnya Cinta Pertama Buku ini diterbitkan oleh Gazza Media pada tahun 2012. Buku ini berisi pemaparan kisah nyata para penulis yang menceritakan perjalanan cinta pertama mereka.

  2. Di Balik Kesulitan Terdapat Kemudahan Buku ini diterbitkan oleh Ruang Kata pada tahun 2011. Buku ini menceritakan bahwa sesulit apa pun perjalanan kehidupan pasti ada jalan kemudahan di kemudian hari.

  3. Secangkir Kopi dan Sepotong Roti

  Buku ini diterbitkan oleh Adi Citra Cemerlang, Surakarta pada tahun 2015. Buku ini berisi kisah-kisah inspiratif perempuan. Menceritakan seluk beluk masalah perempuan terutama yang sudah berkeluarga dan menjadi ibu.

  4. Hei, Ini Aku Ibu Profesional! Buku ini diterbitkan oleh Leutikaprio pada tahun 2012. Buku ini menceritakan bagaimana kemahiran seorang ibu rumah tangga dalam melaksanakan segala aktivitas rumah yang harus dilakukannya dengan profesionalisme tinggi.

  Buku solonya berjudul “Perempuan Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara dari Masa ke Masa” diterbitkan oleh Konstanta Publishing House pada tahun 2013. Buku ini berkisah mengenai perjuangan para perempuan Islam Indonesia yang namanya sering terlupakan. Widi Astuti menyuguhkan 17 profil perempuan pejuang di dalam buku ini. Kisah perjuangan yang penuh inspiratif dan membuka cakrawala pembaca dalam memahami sejarah.

D. Unsur Intrinsik Karya Sastra Dalam sebuah karya sastra pasti memuat unsur pembangun karya tersebut.

  Unsur pembangun tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Penulis hanya akan membahas unsur intrinsiknya saja karena yang penulis soroti adalah kontennya. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti adalah sebagai berikut:

  1. Tema Tema dalam buku ini adalah seputar masalah perempuan dengan berbagai seluk beluknya. Sebagian besar kisah yang disampaikan berbicara mengenai kehidupan rumah tangga. Namun, ada beberapa kisah yang bercerita mengenai sulitnya bertemu jodoh, perang batin antara memilih karir atau keluarga, ada juga yang bercerita mengenai ayahnya yang kurang menjalankan ajaran agama Islam. Namun, semua cerita yang disampaikan dalam buku ini ditulis oleh perempuan.

  2. Penokohan Penokohan adalah watak pelaku dalam sebuah cerita. Watak para tokoh yang ditampilkan dalam buku ini adalah sebagai berikut: a. Bagian satu, “Peluk Cium untuk Anakku” 1) Kehadiranmu Mengusir Duka Kami.

  Kisah ini ditulis oleh Wahyu Setyaningsih. Karakter Wahyu yang terlihat dalam kisah ini yaitu dia sempat trauma dan putus asa setelah kehilangan anaknya. Dia takut akan kejadian masa lalu akan terulang kembali.

  2) Engkau lah, Penyemangat Hidupku, Nak Penulis kisah ini bernama Riski Amalia. Dia seorang janda muda yang sabar, tegar, dan penuh keyakinan bahwa anaknya akan menjadi penyemangat hidupnya. Dia mampu mengesampingkan egonya yang iri melihat wanita hamil lain, dia tetap berdiri tegak untuk menyambut kelahiran anaknya.

  3) Semua Akan Indah Pada Waktunya Kisah ini ditulis oleh Endang Agustina. Kehilangan anak yang baru dilahirkannya membuatnya sempat terjatuh dan putus harapan.

  Selain itu, dia seorang yang ulet dan pekerja keras. Selalu sabar dalam menghadapi keprihatinan.

  4) Anakku AmanahMu Ditulis oleh Nur Khamalah yang mengenang enam tahun kepergian anaknya yang baru berusia tujuh bulan. Dia memiliki ketegaran yang luar biasa, terlihat dari kesabarannya merawat dua anak yang sama-sama sakit. Dia juga ibu yang cekatan dan enerjik.

  5) Ujian itu Pernah Kita Tempuh, Nak Ditulis oleh Khadijah yang menceritakan kesabaran dan ketelatenannya bersama suami untuk merawat anaknya yang sakit.

  Ketabahan terlihat dari upaya yang tidak berhenti untuk pengobatan anaknya.

  6) Aqilaku Sayang Penulis kisah ini yaitu Suparsih, yang memiliki hati yang kuat dan kesabaran dalam menghadapi ujian. Meskipun dia memiliki kecemasan yang tinggi melihat bayinya tergolek di rumah sakit.