APLIKASI TANGGUNG JAWAB NAFKAH KELUARGA PASCAPERCERAIAN: KOMPARASI JANDA MATI DENGAN JANDA CERAI DITUNJAU DARI HUKUM ISLAM (Study Kasus Di Desa Margolelo Kec. Kandangan Kab.Temanggung) - Test Repository

  

APLIKASI TANGGUNG JAWAB NAFKAH KELUARGA

PASCAPERCERAIAN: KOMPARASI JANDA MATI DENGAN

JANDA CERAI DITUNJAU DARI HUKUM ISLAM

  

(Study Kasus Di Desa Margolelo Kec. Kandangan Kab.Temanggung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

  

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

ARI SUSANTI

  

NIM 21110006

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : PengajuanNaskahSkripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

  Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Ari Susanti Nim : 21110006 Jurusan

  : Syari‟ah Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul : APLIKASI TANGGUNG JAWAB NAFKAH

  KELUARGA PASCAPERCERAIAN: KOMPARASI JANDA MATI DENGAN JANDA CERAI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Di Desa Margolelo Kec. Kandangan Kab.Temanggung)

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian persetujuan pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 24 Februari 2015 Pembimbing

  Dra.Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002

KEMENTERIAN AGAMA

  

FAKULTAS SYARI

’AH

  Jl. NakulaSadewa 5 No. 9 Telp. (0298) 3419400 Faks. 323433 Salatiga 50722

  .ac.id

  -mail: administrasi@iainsalatiga

  

PENGESAHAN

APLIKASI TANGGUNG JAWAB NAFKAH KELUARGA

PASCAPERCERAIAN: KOMPARASI JANDA MATI DENGAN JANDA

CERAI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

  

(Study Kasus di Desa Margolelo Kec. Kandangan Kab. Temanggung)

OLEH

ARI SUSANTI

NIM :21110006

  Telah dipertahankan di depan Sidang Munaqosyah Skripsi Fakultas Syari‟ah,

  Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Salatiga, pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji : Badwan, M. Ag ______________ Sekretaris Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M. Ag ______________ Penguji I : Tri Wahyu Hidayati, M. Ag ______________ Penguji II : Dr. Adang Kuswaya, M. Ag ______________

  Salatiga, 02 April 2015 Dekan

  Fakultas Syari‟ah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertandatangan dibawah ini; Nama : Ari Susanti Nim : 21110006 Jurusan : Ahwal Al- Syakhsiyyah Fakultas

  : Syari‟ah Judul Skripsi :APLIKASI TANGGUNG JAWAB NAFKAH

  KELUARGA PASCAPERCERAIAN: KOMPARASI JANDA MATI DENGAN JANDA CERAI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Di Desa Margolelo Kec. Kandangan Kab.Temanggung)

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

  Salatiga, 25 Maret 2015 Yang menyatakan

  Ari Susanti

  

MOTO

Introspeksi

Adalah

  

Caraku berdamai dengan

Nurani

  “Tak adil menilai seseorang hanya dari satu sisi saja, karena

  

pada hakekatnya semua manusia itu sama dan Hanya Allah

Aza Wajalla yang berhak Menilainya

  

PERSEMBAHAN

Penulismempersembahkanskripsiinikepada:

  1. Kepada Ibu Dra.Siti Zumrotun, M.Ag yang dengan sabar dan tak pernah lelah membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini 2.

   Keluargabesar, terutamaibu Munarsihdan bapak Muhri yang takhenti- hentinyamemberikandukungansertaDo’anya.

  3. Calon imamku Puput Wido Purnomo yang selalu memberi semangat

  4. Dan kepada Teman teman yang selalu memberi motivasi seperti Leni, Rita, Vya, Ita, Ulin, Ulya, Palupi, Dek Roro, dan Rissa 5.

   Dan segenap pembaca

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا للها مسب

  Alkhamdulillah Wa Syukurillah Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Rahmandan Maha Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan hanya petunjuk dan tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan

  Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan dan kemauan dan bantuan semua pihak, maka penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

  Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terimakasih yang tiadataranya kepada:

  1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M.PdSelakuRektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut

  Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga sekaligus pembimbing yang telah mencurahkan bantuan dan dengan sabar membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Sukron Makmun, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal al- Syakhshiyyah.

  4. Bapak Illya Muhsin,S.H, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan dan arahan agar penulismenjadipribadi yang lebihbaik.

  5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah membantu proses penyusunan skripsi.

  6. Bapak Muhri dan Ibu Munarsih tercinta, terimakasih atas segala doa dan yang tiada henti terlantun untuk keberhasilan putra-putrinya.

  7. Calon imamku Puput Wido Purnomo yang selalu memberi semangat dan dukungan.

  8. Keluarga besar dari Bapak Sahid di Temanggung dan Keluarga dari Mb.

  Sum di Salatiga, ter imakasih atas Do‟a dan dukungannya.

  9. Kak Mercy yang selalu menemani penulis menyelesaikan tulisan ini 10.

  Teman-teman seperjuangan AS angkatan 2010, terutama Ulin, Leni, Rita, Vya, Ita, terimakasih atas segala kebersamaannya selama ini.

  11. Sahabat-sahabatku seangkatan 2010 yang dari Temanggung, Fatul, Khorifah, Chotim, Ndunk, Hanan, Mizin.

  12. Sahabat-sahabatku KKN terutama Upiel dan Dek Roro yang selalu memotifasi dan mendukung

  13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

  Dengan segenap kesadaran penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga apa yang tertulis dalam Skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.

  Amin yarobbal „Alamin.

  Salatiga, 25 Maret 2015 Penulis

  Ari Susanti Nim 21110006

  

ABSTRAK

  Susanti, Ari. 2015. Aplikasi Tanggung Jawab Nafkah Keluarga Pasca

  Perceraian: Komparasi Janda Mati dan Janda Cerai Ditinjau Dari Hukum Islam(Studi Kasus di Desa Margolelo Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung). Skripsi.Fakultas

  Syari‟ah. JurusanAhwal AL- Syakhshiyyah. Institut Agama Islam NegeriSalatiga. PembimbingDra. SitiZumrotun, M. Ag

  Kata Kunci :TanggungJawabNafkahKomparasiJandamatidanJandaCerai Penelitian dilakukan dengan dasarmengetahui bagaimana pemberian nafkah yang dilakukan oleh janda terhadap keluarganya yang berada di Desa

  Margolelo,Kec. Kandangan, Kab. Temanggung. Rumusan masalah yang akan penulis jawab adalah (1) Bagaimana cara pemberian nafkah yang diberikan oleh janda mati dan janda cerai terhadap keluarganya (2) bagaimana perbedaan tanggung jawab antara janda mati dan janda cerai dalam pemberian nafkah terhadap keluarganya (3) Untuk menjawab pertanyaan tersebut pengumpulan data dilakukan melaluiobservasi dan wawancara terhadap informan yaitu satu orang janda mati dan satu orang janda cerai, dan dengan membaca buku-buku yang mendukung penelitian ini

  Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa objek yang di teliti bahwa tanggung jawab yang harus ditanggung oleh janda mati dan janda cerai terahap keluarganya tidak hanya merawat dan mendidik anak-anaknya, namun, di sini seorang janda harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya bersama anak-anaknya dan keluarganya. Hal itu di sebabkan karena, bagi janda mati walaupun ia memperoleh warisan dari suaminya, namun belum bisa mencukupi kebutuhan sehingga ia harus mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhannnya bersama anak-anaknya. Sedangkan dengan janda ceari ia sebagai tulang punggung keluarga karena mantan suaminya taupun keluarganya tidak memberi antuan kepadanya dalam pemeliharaan anaknya.

  Dapat disimpulkan bahwa kehidupan janda mati dan janda cerai terhadap keluarganya yang terjadi di Margolelo dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: Sesuai hukum islam, kehidupan seorang janda mati sudah sesuai dengan hukm islam karena ia bekerja sebagai buruh pembuat emping melinjodan sebagai petani. Begitu puladengan bu Desi karena yang pada mulanya ia bekerja sebagai TKW di Malaysia seanjutnya ia bekerja sebagi peayan restoran di Semarang.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv MOTTO ............................................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ......................................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................ 4 C. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 5 E. Telaah Pustaka .................................................................................. 6 F. Penegasan Istilah ............................................................................... 9 G. Metode Penelitian.............................................................................. 9 H. Metode Analisis Data ...................................................................... 12 I. Sistematika Penulisan...................................................................... 12 BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Nafkah ................................................................................ 14 1. Pengertian Nafkah Dalam Fiqh ................................................. 14 a. Dasar Hukum Nafkah .......................................................... 14 b. Syarat-syarat Wajib Nafkah ................................................ 15 c. Nafkah Menurut Para Mazhab ............................................ 18 d. Nafkah Mantan Istri Dalam Fiqh ........................................ 20 e. Nafkah Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1974 .......... 26 f. Nafkah Menurut KHI .......................................................... 27

  B.

  Bagian Janda ................................................................................... 29 1.

  Pengertian dan Dasar Hukum Janda ......................................... 29 2. Pengertian dan Dasar Hukum Janda Cerai ................................ 30 3. Nafkah Bagi Janda .................................................................... 33 4. Nafkah Bagi Janda Cerai ........................................................... 41 5. Nafkah Bagi Janda Mati ............................................................ 45 C. Pemeliharaan Anak ......................................................................... 49 D.

  Saksi-sanksi ..................................................................................... 52

  BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Margolelo ................................................. 54 1. Kondisi Geografis ..................................................................... 54 2. Demografi ................................................................................. 55 3. Keadaan Sosial .......................................................................... 56 4. Keadaan Ekonomi ..................................................................... 63 B. Profil Janda...................................................................................... 65 1. Hasil Wawancara Dengan Janda Mati ...................................... 65 2. Hasil Wawancara Dengan Janda Cerai ..................................... 70 BAB IV: PEMBAHASAN A. Pencarian dan Pemberian Nafkah Janda Terhadap Keluarganya di Desa Margolelo ........................................................................................ 76 1. Khulu‟ ....................................................................................... 77 2. Cerai Mati.................................................................................. 77 B. Pencarian Nafkah oleh Janda di Desa Margolelelo akibat Cerai Mati

  dan Cerai hidup ............................................................................... 78 1.

  Buruh ......................................................................................... 79

  2. Petani ......................................................................................... 79 3.

  TKW .......................................................................................... 80 C.

   Cara Pemberian Nafkah Oleh Janda Terhadap Keluarganya .......... 80 1.

  Langsung ................................................................................... 81 2. Tidak Langsung ......................................................................... 81 D.

   Pemberian Nafkah Janda Dalam Perspektif Hukum Islam ............. 82 1.

  Hak Mantan Istri Menurut KHI dan UU no 1 Tahun 1974 ....... 87 a.

  Janda Mati ........................................................................... 89 b. Janda Cerai .......................................................................... 89

  1) Sesuai Hukum Islam ..................................................... 90

  2) Tidak Sesuai Hukum Islam ........................................... 91

  BAB V: PENUTUP ......................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang yang sakinah, mawadah,warohmah. Sedangkan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” .

  Dengan demikian semua orang seharusnya mempunyai tujuan yang sama dalam pernikahan, tapi tidak semua pernikan berakhir bahagia dan bisa kekal. Karna di samping hal di atas ada hal yang tidak bisa dihindari yaitu kematian, yang merupakan takdir dari Allah SWT. Selain kematian ada satu hal lagi yang merupakan tidak kekalnya suatu pernikahan, yaitu perceraian. Walaupun perceraian pada hakekatnya adalah salah satu hal yang paling dibenci oleh Allah, tapi manusia tidak bisa menolak takdir jika orang yang dinikahi memang belum baik bagi dirinya dan keluarganya.

  Adapun akibat dari putusnya perkawinan diatas adalah putus juga tanggung jawab diantara keduanya, termasuk dalam hal nafkah. Keberadaan nafkah sebagai konsekuensi hubungan keluarga. Nafkah tidak sekadar dan sesederhana bagaimana menghadirkan sesuap nasi, tetapi bagaimana memberi nafkah sandang, pangan, papan dan kebutuahan lainnya terhadap keluarga mereka. Yang pada umumnya semua kebutuhan di atas adalah kewajiban seorang kepala rumah tangga yaitu suami. Seperti yang diungkapkan oleh Sabig (1981:80) “ Agama mewajibkan suami membelanjai istrinya, oleh karena adanya ikatan perkawinan yang sah itu seorang istri menjadi terikat semata-mata kepada suaminya, dan tertahan sebagai miliknya, karena ia berhak menikmatinya secara terus-menerus. Istri wajib taat kepada suami, tinggal dirumahnya, mengatur rumah tangganya, memelihara dan mendidik anak-anaknya. Sebaliknya bagi suami ia berkewajiban memenuhi kebutuhannya, dan memberi belanja kepadanya, selama ikatan suami masih berjalan, dan istri tidak durhaka atau karena ada hal-hal yang menghalangi penerimaan belanja. Tapi jika dalam keluarga tersebut sudah tidak ada suami, di mana suami sudah tidak berperan lagi sebagai kepala rumah tangga dan sudah berpisah dengan istrinya, karna sebab meninggal dunia ataupun karena perceraian. Maka sebuah keluarga tersebut harus dipimpin oleh perempuan. Sehingga ia harus memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dengan jerih payahnya sendiri.

  Ash-shabuni(1995:49)Adapun seorang istri yang ditinggal mati suaminya, seharusnya ia mendapat bagian ¼ dari harta peninggalan suaminya dengan satu syarat, yaitu apa bila suami tidak mempunyai anak/cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya ataupun lahir dari rahim istri lain. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah berikut:

            Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu miiki jika kamu tidak

  “ mempunyai anak...”(An-Nisa:12)

  Tapi istri juga bisa memperoleh bagian 1/8. Istri, baik seorang maupun lebih, tetap mendapatkan seperdelapan dari harta peniggalan suaminya, bila suami mempunyai anak atau cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya atau dari rahim istri lain. Dalilnya adalah firman Allah SWT:

  

             

  

  “...Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperileh seperdelapan

  dari harta yang kamu tingalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau(dan) sesudah dibayar utang- utangnmu...”(An-Nisa:12)

  Adapun yang diungkapkan oleh (Wasman, Wardah, 2011:270) bagi wanita yang dicerai suaminya, biaya pengasuhan anak dibebankan pada ayah si anak. Segala sesuatu yang diperlukan anak diwajibkan kepada ayah untuk mencukupinya. Apa bila ibu yang mengasuh tidak punya tempat tinggal, maka ayah harus menyediakannya, agar ibu dapat mengasuh anak dengan sebaik-baiknya. Adapun untuk keperluan asuhan yang baik diperlukan pembantu rumah tangga. Jika anak masih dalam menyusu, dan untuk dapat menyusui anak dengan baik ibu memerlukan makanan yang sehat, obat-obat vitamin dan sebagainya, maka semua menjadi beban ayah. Apabila anak sudah waktunya masuk sekolah, maka biaya pendidikan itu menjadi tanggung jawab ayah juga. Tapi bagaimana jika sosok ayah dalam suatu keluarga sudah meninggal ataupun sudah tidak serumah lagi dengan anak atau keluarganya. Apakah sosok ayah di sini masih tetap berperan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Dan jika suami meniggal siapakah yang akan menanggung semua beban tersebut. Apakah semua tanggungjawab itu diserahkan kepada Istri (ibu). Permasalahan yang menarik diteliti apakah ada perbedaan bentuk aplikasi tanggungjawab antara janda mati dengan janda cerai. Maka dari itu penulis akan mengkaji lebih lanjut tentang hal tersebut.

  B. Fokus Peneitian

  Dalam peneitian ini penulis akan berusaha ntuk mencari, meneliti dan mengkaji tentang perbedaan tanggng jawab antara janda mati dan janda cerai dalam pemberian nafkah terhadap keluarganya, baik dalam kenyataan dan menurut hukum Islam yang berlaku.

  Ingin mengetahui bagaimana seorang janda menghidupi keluarganya, apakah dengan bekerja sendiri ataupun menggunakan harta warisan bagi janda yang ditinggal mati suaminya. Dan janda yang dicerai apakah ia mencukupi kebutuhan keluarganya termasuk anaknya dengan jerih payahnya sendiri atau tetap mendapat bantuan dari manntan suaminya.

  C. Rumusan Masalah

  Untuk itu, tulisan ini akan menjawab beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:

  1. Bagaimana cara pemberian nafkah yang diakulakukan oleh janda mati dan janda cerai terhadap keluarganya di Desa Margolelo?

  2. Bagaimana perbedaan tanggung jawab yang dilakukan oleh janda mati dan janda cerai dalam pemberian nafkah terhadap keluarganya?

  3. Apakah cara pemberian nafkah yang dilakukan oleh janda mati dan janda cerai terhadap keluarganya sudah sesuai dengan hukum Islam? D.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

  Tujuan dari penelitian ini adalah :

  a. Mengetahui cara pemberian nafkah yang diberikan oleh janda mati dan janda cerai terhadap keluarganya di Desa Margolelo

  b. Mengetahui perbedaan tanggung jawab antara janda mati dan janda cerai dalam pemberian nafkah terhadap keluarganya

  c. Mengetahui cara pemberian nafkah yang dilakukan oleh janda mati dan janda cerai terhadap keluarganya sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

2. Sedangkan kegunaanya antara lain :

  a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan dan kontribusi kepada peneliti khususnya dalam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tanggungjawab janda mati maupun janda cerai terhadap nafkah keluarganya.

  b. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Strata 1 (S-1) dalam bidang hukum Islam (syari‟ah) c. Sebagai wacana bagi para pembaca.

E. Telaah Pustaka

  Untuk mendukung betapa pentingnya penelitian yang akan dilakukan, penulis memaparkan sedikit tentang penelitian yang perna dilakukan oleh, yang pertama yaitu:

  Penelitian yang pertama dilakukan oleh Risal Muhammad yang berjudul peniadaan nafkah dalam iddah dalam perkara cerai gugat. Yang pada intinya penelitian tersebut berisi bahwa dalam Fiqhdan perundang- undangan dijelaskan bahwa isrti yang telah dicerai suaminya berhak mendapatkan nafkah iddah, selama istri tersebut tidak Nuzyuz. Namun dalam perkara ba‟in, para ulama berbeda pendapat tentang hak nafkah iddah bagi istri yang telah dicerai. Imam Syafi‟i, Maliki dan Hambali berpendapat bahwa dalam talak ba‟in, istri yang telah dicerai tidak mempunyai hak atas nafkah iddah. Sedangkan Imam Hanafi berpendapat bahwa istri yang telah dicerai ba‟in tetap mendapat nafkah iddah.

  Penelitian yang kedua dilakukan oleh Faris Ahmad Jundhi yang berjudul Pemberian Nafkah Iddah Pada Cerai Gugat (Studi Putusan PA

  

Pati No.1925/pdt.G/2010/PA.PT). Yang pada intinya tersebut berdasarkan

  Mazhab Imam Hanafi yang menyimpulkan bahwa wanita yang dicerai suaminya berhak nafkah dan tempat tinggal secara bersama kecuali jika wanita tersebut beriddah karena perpisahan disebabkan pelanggara istri, seperti murtad setelah bercampur, atau tindakan istri menodai kehormatan mertua atau saudara-saudaranya. Istri tidak berhak tempat tinggal, hanya berhak nafkah.

  Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Khurul Aini yang berjudul

  

Kewajiban Nafkah Iddah Suami Kepada Istri Yang Telah Dicerai(Studi

Putusan PA Salatiga No.394/pdt.G/2005/PA.SAL. yang pada intinya

  memuat konsep iddah dalam islam dan menurut perundang-undangan. Adapun menurut Hukum Islam adalah dalam QS.At-Thalak ayat 7, antara lain:

  





Artinya : “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi

nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak

  memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(Qs.At-Thalak:7)

  Dan menurut Undang-undang adalah termuat dalam UUPernikahan

pasal 34 antara lain, 1. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

  2. Isteri wajib mengatur urusan rumahtangga sebaik-baiknya.

  3. Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.

  Semua penelitian diatas pada intinya adalah nafkah iddah bagi istri yang telah dicerai. Yaitu istri yang telah dicerai masih tetap mendapatkan nafkah selama masa iddah dalam hal selama istri tidak nuzyuz dan tidak murtad. Sedangkan penelitian yang akan saya teliti adalah ingin mengetahui bagaimana tanggungjawab janda yang telah dicerai apakah masih ada bantuan dari mantan suaminya uuntuk menghidupi anak-anaknya atau tidak. Dan bagi janda yang ditinggala mati suaminya apakah ia mendapat kan warisan dari suaminya atau tiak.

F. Penegasan Istilah 1.

  Tanggung Jawab Menurut kamus besar Bahasa Indonesia tanggung jawab adalah 1) keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb): pemogokan itu menjadi --

  pemimpin serikat buruh; 2) Huk fungsi menerima pembebanan, sbg akibat

  sikap pihak sendiri atau pihak lain; Sedangkan yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah bagaimana tangggung jawab seorang janda dam pemberian nafkah terhadap keluarganya.

  2. Janda Definisi janda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Chulsum dan

  Novia (2006) memberikan pengertian janda yaitu seorang wanita yang diceraikan atau ditinggal mati suaminya. Masa menjanda ini merupakan masa yang umumnya dialami oleh wanita.

  Dan saya akan jelaskan yang macam-macam janda. Yang pertama adalah janda mati, yaitu janda yang ditinggal suaminya meniggal dunia.

  Yang kedua adalah janda cerai, yang mana bisa dibagi dalam dua golongan yaitu cerai talak yang berarti pihak yang mengajukan kepengadilan adalah dari pihak suami, sedangkan cerai gugat adalah cerai yang mana pihak istri yang mengajukan perkara tersebut ke Pengadilan.

  3. Nafkah Yang dimaksud dengan nafkah adalah semua hajat dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan, pakaian, rumah dan kebutuhan lainnya.

G. Metodologi Penelitian 1.

  Jenis penelitian

  Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan yang yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll.(Moleong, 2009: 6) 2.

  Lokasi penelitian Penelitian ini pengambil lokasi di Desa Margolelo Kec. Kandangan

  Kab. Temanggung. Adapun alasan pemilihan tempat adalah berkaitan dengan upaya peningatan dan pemahaman pengetahuan mengenai Hukum Islam khususnya mengenai tanggungjawab janda mati dan janda cerai terhadap keluarganya.

3. Sumber data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang diteliti.

  Menurut Lofland (1984:47) dalam Moeleong, (2007:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen( sumber data tertulis, foto-foto dll) a.

  Data primer Data primer adalah data atu informasi yang diperoleh langsung dari orang-orang yang terlibat atu mengetahui seluk beluk persoalan. Perolehan data ini penulis berusaha memperoleh data melalui janda yang dicerai dan ditingggal mati oleh suaminya yang tinggal di Desa Margolelo. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, foto dan rekaman. b.

  Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain dari data primer. Diantanya Al-

  Qur‟an, buku-buku literatur, internet, jurnal ilmiah, dan dokumen yang terkait dengan penelitian ini. Data-data tersebut dsebut referensi. Menurut Mestika Zed (2004:10) buku referensi adalah koleksi buku yang memuat iinformasi yang spesisifik, paling umum, serta paling banyak dirujuk untu keperluan cepat.

4. Subjek penelitian

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari proses penelitian, maka berikut penulis mengemukakan terlebih dahulu tentang penelitian yang menyangkut: a.

  Responden / Informan Sumber informasinya yaitu dari subjek dari penelilian tersebut, yaitu para ibu yang sudah tidak hidup dengan suami, yaitu janda. Baik janda mati maupun janda cerai yang bertempat tinggal di Desa Margolelo Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung b.

  Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain:

  1) Wawancara/Interview

  Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percaapan itu dilakukan oleh dua piha yaitu pewawancara (interviewer)yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberian jawaban atas pertanyaan itu.(Moleong, 2009:186) 2)

  Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamtan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti. Sedangkan teknik observasi yang digunakan peneliti adalah terjun langsung ke lapangan yang hendak diteliti.

  3) Dokumentasi

  Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada yang berkaitan. Dalam pelaksanaan metode ini,peneliti meneliti benda-benda tertulis seperti buku dll(Arikunto, 1989:131)

  4) Studi Pustaka

  Studi pustaka yaitu membaca buku-buku literature danmengkajinya sesuai dengan pembahasan yang ada hubungan denganpembahasan yang dibahas.

H. Metode Analisis Data

  Setelah seluruh data-data terkumpul maka barulah langkahselanjutnya penyusun menentukan bentuk pengolahan terhadap data-datatersebut yaitu menggunakan metode komparatif yaitu membangun suatu pendapat atau data lain dan diambil kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan

  Untuk dapat memudahkan pemahaman dan pengertian penelitian , maka penulis membagi kedalam sistematika penulisan. Diantaranya: Pada bab I Pendahuluan, ini dimuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  Bab II Kajian Pustaka : berisi tentang: Konsep Nafkah, Bagian janda, Nafkah bagi janda, pemeliharaan anak, Sanksi-sanksi Bab III Gambaran umum Desa Margolelo, profil janda mati dan janda cerai. Bab IV berisi tentang analisis penelitian, Pemenuhan Nafkah Keluarga Janda di Desa Margolelo, Kategori Pemberian Nafkah janda Terhadap Keluarganya, Pemberian Nafkah Janda Dalam Perspektif Hukum Islam, Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Nafkah 1. Pengertian Nafkah dalam fiqh Kata nafkah berasal dari kata (

  قفنا), dalam bahasa arab secara etimologi mengandung arti : ( لق و صقن) yang berarti

  “berkurang”(Syaifuddin, 2007:165).Yang diungkapkan oleh Sabiq, (1981:77) bahwa yang dimaksud dengan nafkah adalah terpenuhinya kebutuhan makan, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, pengobatan istri, jika ia kaya.

  Nafkah adalah sejumlah uang atau barang yang diberikan oleh seseorang untuk keperluan hidup dirinya sendiri ataupun orang lain.

  Nafkah di sini juga berupa memberi makan, sandang dan papan serta kebutuhan rumah tangga lainnya. Salah satunya yang mengakibatkan adanya tanggungjawab nafkah adalah adanya hubungan perkawinan.

  a.

  Dasar Hukum Nafkah Dalam hubungan ini QS Al-Baqarah:233 mengajarkan bahwa ayah (suami yang telah menjadi ayah) berkewajiban men memberi nafah kepada ibu anak-anak (istri yang telah menjadi ibu) dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani kewajiban kecuali menurut kadar kemampuannya. Seorang ibu jangan sampai menderita kesengsaraan karena ankanya. Demikian pula seorang ayah jangan sampai menderita kesengsaraan karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.(Basyir, 2000:108)Firman Allah:

              

  “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu

  dengan cara yang ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya”(Al-Baqarah:233)

  Firman Allah

  

            

         “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka;dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu perempuan yang sedang hamil, maka berikanlah k epada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan”(At-Thalak:6)

  b.

  Syarat-syarat Wajib Nafkah Basyir (2000:109) mengungkapkan bahwa nafkah keluarga menjadi wajib apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  1) Adanya hubungan kerabat yang mewajibkan adanya hubunngan waris-mewaris antara kerabat antara kerabat yang membutuhan dan kerabat yang mampu.

  2) Adanya kerabat yang menuntut nafkah. Apabila kerabat yang bersangkutan tidak membutuhkan nafkah dari kerabat lain, tidal berhak nafkah, meskipun masih kanak-kanak. Dengan adanya syarat ini, anak kecil mempunyai harta sendiri dicukupkan keperluan hidupnya dengan hartanya sendiri. Apabila tidak mempunyai harta sendiri, baru diwajibkan kepada ayahnya; apabila ayah tidak mampu maka kemudian diwajibkan kepada erabat lainnya.

  3) Kerabat yang tidak mampu berusaha sendiri. Dengan demikian, apabila kerabat bersangkutan mampu bekerja dan memang mendapatkan pekerjaan, tidak berhak nafkah, kecuali nafkah anak untuk orang tua. Kewajiban nafkah bagi orang tua tidak memerlukan syarat ini sebab anak berkewajiban berbuat kebajikan kepada orang tua yang antara lain berupa mencukupkan nafkah hidupnya, meskipun orang tua mampu bekerja, tetapi hasilnya tidak mencukupi kebutuhan.

  4) Orang yang dibebani kewajiban nafkah cukup mampu, kecuali kewajiban nafkah untuk anak atau orang tua. Wajib nafah untu ank atau orang tua hanya disyaratkan mampu bekerja, tida harus mampu harta. Dengan demikian, ayah yang mampu bekerja untuk memenuhi kewajiban nafkah bagi anak-anaknya. Apabila kewajiban ayah memberi nafkah kepada anak-anaknya dicukupkan oleh kerabat lain, nafkah itu dapat diperhitungkan sebagai utang ayah kepada kerabat yang bersangkutan, yang pada saat mampu dapat ditagih. Demikian pula halnya kewajiban anak untuk memberi nafkah kepada orang tuanya; anak yang mampu bekerja wajib bekerja untuk memenuhi kewajiban nafkah untuk orang tua. Apabila kewajiban ini dipenuhi kerabat lain, dapat diperhitungkan sebagai utang yang dapat ditagihkan kepada anak pada saat beremampuan.

5) Bersamaan agama, kecuali nafkah anak dan orang tua.

  Penunjukan Alquran bahwa orang yang mempunyai hubungan waris yang antara lain diperlukan adanya syarat bersamaan agama. Syarat ini tidak diperlukan dalam kewajiban memberi nafkah dar orang tua kepada anak, demikian pula dari anak kepada orang tua.

  Salah satunya sebab wajibnya nafkah dalah hubungan perkawinan. Sebagaimana uyang diungkapkan oleh (Sabiq, 1981:80) Agama mewajibkan suami memberi nafkah istrinya, karena adanya ikatan perkawinan yang sah seorang istri mnjadi terikat semata-mata keapada suaminya. istri wajib taat kepada suami, tinggal di ruamahnya, memelihara dan mendidik anak-anaknya. Sebaliknya bagi suami ia berkewajiban memenuhi kebutuhannya, dan memberi nafkah kepadanya, selama ikatan suami istri masih berjalan, dan istri tidak durhaka atau karena hal-hal yang menyebabkan terhalanginya penerimaan nafkah. Diungkapkannya pula bahwa perempuan yang berhak menerima nafkah dari suami adalah sebagai berikut: a) Ikatan perkawinan yang sah.

  b) Menyerahkan dirinya kepada suaminya.

  c) Suaminya dapat menikmati dirinya.

  d) Tidak menolak apabila diajak pindah ke tempat yang dikehendaki suaminya.

  e) Kedua-duanya saling menikmati

  Dan jika seorang isrti bisa memenuhi 5 (lima) hal diatas, tidak patuh lagi terhadap suaminya, maka dalam hal seperti ini ia tidak wajib diberi nafkah. Karena seorang istri diibaratkan sebagai barang dan ia harus menyerahkan semuanya kepada suami. Tapi seorang istri bisa menolak ajakan suami jika suami tersebut kafir dan murtad.

  c. Nafkah menurut para Mazhab Sabiq, 1981:84 mengatakan bahwa, golongan Dhahiri berpendapat bahwa adanya ikatan suami istri sendirilah yang menjadi sebab diperolehnya hak nafkah. Pendapat ini berdasarkan kepada hak nafkah bagi istri yang masih di bawah umur atau istri yan berbuat “nusyuz”tanpa melihat syarat-syarat sebagaimana dikatakan oleh Mazhab-mazhab lain. Hampir sama seperti yang dikatakan ibn Hazm bahwa suami berhak menafkahi istrinya sejak terjalinnya akad nikah, baik suami mrmgajaknya hidup serumah maupun tidak, baik istri masih dalam buaian atau berb uat “nusyuz” atau tidak. Kaya atau fakir, masih mempunya orang tua atau sudah yatim, gadis atau janda, merdeka atau budak, semuanya itu disesuaikan dengan keadaan suami.

  Jumlah nafkah yang harus dipenuhi menurut golongan hanfi adalah meliputi makanan dan segala kebutuhan yang diperlukan sehari-hari dan sesuai dengan keadaan umum, dan sesuai dengan kemapuan suami. Seperti dalam firman Allah:

  

              

             

Artinya : “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah

memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah

tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa

yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan

kelapangan sesudah kesempitan.(Qs. At-Thalak:7)

  Sedangkan menurut golongan Syafi‟i jumlah nafkah bukan diukur dengan jumlah kebutuhan, tetapi berdasarkan Syara‟. Dan golongan ini lebih dikhususkan lagi yaitu bagi suami yang kaya ia ditetapkan kewajiban nafkah setiap hari dua mud(6 ons gandum/beras). Sedangkan bagi yang miskin satu mud sehari dan yang sedang satu setengah mud. d.

  Nafkah Mantan Istri Menurut Fiqh

  Perbekalan maximum telah diberikan al- Qur‟an bagi mantan isteri

yang diceraikan sehingga mereka tidak menderita sedapat mungkin,

secaraemosional berusaha dikurangi dan menganjurkan laki-laki agar

melepaskan mereka dengan cara yang baik. Sangat disayangkan ada

kesenjangan yang jauh antara ajaran idealnya dan prakteknya yang terjadi.

  

Yang diperlukan adalah menanamkan pendidikan al- Qur‟an dengan skala

yang jauh lebih luas bagi perempuan muslim. Sehingga mereka menjadi

sadar atas hak-hak yang diberikan al- Qur‟an dan berjuang untuk

mencapainya, bukanlah sebuah pekerjaan gampang, walaupun sesuatu

yang sangat berguna.

  Komitmen Asghar terhadap penegakan kesetaraan gender dan

perjuangannya untuk menciptakan relasi gender yang berkeadilan, bisa

dilihat dari responnya terhadap kasus Shah Bano pada tahun 1985 di India,

kasus ini berkaitan dengan keputusan Mahkamah Agung yang

membenarkan keputusan Pengadilan Tinggi personal muslim yang

mewajibkan kepada Mohammad Ahmad Khan (mantan suami Shah Bano)

untuk memberikan nafkah kepadaShah Bano, keputusan ini berdasarkan

Code of Criminal Prosedure (Cr. Pc)125: