ANALISIS METODE PENGGUNAAN JAM BENCET DALAM PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

ANALISIS METODE PENGGUNAAN JAM BENCET

DALAM PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN

KALIBENING SALATIGA

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

  

IMAM SAFRUDY

NIM: 21111032

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS

  SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

  

MOTTO

جلو جل باثلا آرق همو دجو دج هم

  "

Barang siapa yang bersungguh sungguh maka akan berhasil barang siapa

yang terus mengetuk pintu maka pintu akan terbuka"

  

Dari anas bin malik rosulullah saw bersabda:

جلاصلا حمايقلا موي دثعلا هت ةساحي ام لوا , رئاس دحلص دحلص نإف هلمع , هلمع رئاس دسف خدسف ناو .

  

Aartinya : amalan yang pertama kali dihisab dari seseorang pada hari

kiymat kelak adalah shalat, jika shalatnya baik, akan baik seluruh amalnya

dan jika shalatnya itu rusak, akan rusak pula seluruh amalnya.

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ayah Dan Ibu tersayang

  

(Mujiman dan Parti)

Yang telah memberikan dan mendidikku dengan limpahan kasih sayang.

  

Ayah dan Ibu adalah guru yang pertama dan utama dalam hidupku

Terima kasih atas doa dan ansehat yang senantiasa mengiringi langkahku.

  

Semoga Allah SWT menganugrahkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

  

Amin.

Adik-adikku tersayang (Dik Irum, Dik Majid) serta

Teman-temanku seperjuangan.

  

Semoga menjadi anak yang sholih-sholikhah, kebahagiaan selalu

mewarnai hari-hari kalian.

  

Keluarga Besar Pon-Pes Hidayatul Mubtadi-Ien Kalibening,

yang menjadi tampat menuntut ilmu, Murobbi ruhii dalam menggapai

ridho Ilaahi, hanya ridho-mu guru yang kami harapkan.

Special thanks for my sweet heart, who has portrayed a beautiful rainbow

in my life.

  

Dan seluruh keluarga besarku tercinta atas dukungan serta doanya,

semoga Allah membalah kebaikan kalian semua.

KATA PENGANTAR

  يمحّرلا نحمّرلا الله مسب

  Alhamdulillahirabbil‟alamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisi Metode Penggunaan Jam Bencet Dalam Penentuan Awal Waktu Shalat Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi- ien Kalibening Salatiga”, tanpa halangan yang berarti.

  Shalawat dan salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang telah membawa Islam dan mengembangkannya hingga sekarang ini.

  Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak menghaturkan ungkapan terima kasih kepada : 1.

  Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do‟a, dukungan, perhatian dan curahan kasih sayang yang tak terbalaskan.

  Semua itu merupakan semangat penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga ini.

  2. Keluarga besar Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga, yang telah memberikan dukungan dan fasilitas, khususnya kepada KH. Abda‟ Abdul Malik, selaku pengasuh yang telah memberikan ilmu-ilmunya, bimbingan dan arahannya.

  3. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

  4. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

  5. Bapak Syukron Makmun, M.Si. Selaku Kajur Ahwal Al-Syakhsiyyah IAIN Salatiga.

  6. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  7. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A. selaku Pembimbing yang telah merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya guna mendampingi dan menjadi teman diskusi penulis.

  8. Para Dosen Pengajar, terima kasih atas seluruh ilmu yang telah penulis terima yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

  9. Kepala Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Institut bersama staff, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk memanfaatkan fasilitas dalam proses penyusunan skripsi.

  10. Teman-teman Akhwal Al-Syakhsiyyah angkatan 2011 atas kebersamaan dan segala bantuannya.

  11. Keluarga Besar Ukm JQH Al-Furqan IAIN Salatiga, terimaksih atas kebersamaanya.

  12. Konco Kenthel sekaligus teman begadang atas segala semangat dan hiburannya di saat aku lemah tak berdaya.

  13. Anggota kamar Mbah Kung yang menjadi tempat persembunyian dalam penyelsaian skripsi ini.

14. Teman-teman KKN angkatan 2011, khususnya posko 21 Dusun

  Gumukrejo, semoga selalu ingat dengan pengabdian kita walaupun hanya 45 hari.

  15. Seluruh temanku dan seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebut dan tulis satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan peran sertanya yang telah diberikan kepada penulis. Selain ungkapan terima kasih, penulis juga menghaturkan ribuan maaf apabila selama ini penulis telah memberikan keluh kesah dan segala permasalahan kepada seluruh pihak.

  Tiada yang dapat penulis berikan selain do‟a semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak tersebut di atas dicatat oleh Allah SWT sebagai amal sholeh dan semoga mendapat pahala dan balasan yang setimpal serta berlipat ganda dari-Nya.

  Harapan penulis semoga skripsi yang sifatnya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pada pada khususnya dan segenap pembaca pada umumnya. Terlebih lagi semoga merupakan sumbangsih bagi almamater dengan penuh siraman rahmat dan ridlo Allah SWT. Amin.

  Salatiga, 21 maret 2016 Penulis, Imam Safrudy NIM: 21111032

  

ABSTRAK

  Safrudy, Imam. 2016. Analisis Metode Penggunaan Jam Bencet Dalam

  Penentuan Awal Waktu Shalat Di Pondok Pesantren Hidaytaul Mubtadi- ien Kalibening Salatiga.

  Skripsi Fakultas Syari‟ah, Jurusan Ahwal Al- Syakhshiyyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Heni Satar Nurhaida, M.Si.

  Kata Kunci : Jam bencet, Awal Shalat, Pondok Pesantren.

  Jam Bencet merupakan jam kuno yang digunakan untuk menentukan kapan jatuhnya waktu Shalat. Penentuan waktu Shalat pada jam ini menggunakan bantuan cahaya Matahari. Secara garis besar ada dua metode penentuan waktu Shalat, yaitu Hisab dan Rukyat. Di antara metode-metode tersebut ada penentuan waktu Shalat yang menggunakan data-data ephemeris, yang sudah tidak menggunakan cahaya Matahari lagi yang tingkat keakurasiannya lebih signifikan. Hingga saat ini Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga penentuan awal waktu Shalat pada Masjid Al-Muttaqiin di Pondok tersebut masih menggunakan metode jam Bencet. Sebagai penunjuk waktu yang mempunyai usia cukup tua tentunnya dibutuhkan keakuratan baik dari segi fisis maupun dari segi perhitungan, sehingga dapat digunakan dalam membantu pelaksanaan ibadah khususnya ibadah Shalat.

  Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian mengenai metode penggunaan yang ada pada Bencet di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga, serta meneliti tingkat akurasi yang dimiliki Bencet tersebut sebagai penentu awal waktu Shalat serta sebagai pengkalibrasi Jam Masjid Al-Muttaqiin Kalibening Salatiga.

  Jenis penelitian ini yang dipakai merupakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian penelitian yang bersifat lapangan (field research). Setelah memperoleh data baik primer maupun sekunder, selanjutnya ialah melakukan verifikasi data yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan data ephemeris yang diperoleh dari Software WinHisab yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian antara kedua data tersebut dan mengetahui keakuratan dari Bencet tersebut.

  Dari hasil penelitian tersebut, maka diperoleh data bahwa metode penggunaan Jam Bencet di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga yaitu dengan memperhatikan bayang-bayang Matahari yang menyinari

  

gnomon pada bidang dial, dari bayangan gnomon tersebut dapat kita ketahui jam

  berapa yang sedang ditunjukkan oleh jam Bencet. Dilihat dari tingkat akurasi Jam

  

Bencet ini memiliki tingkat akurasi yang cukup akurat. Karena dari hasil observasi

  hanya terpaut 1.26

  • – 2.25 menit, mengingat waktu ikhtiyyat yang ditambahkan 4 menit. Akan tetapi Jam Bencet tidak bisa dijadikan pedoman untuk menentukan awal waktu Shalat Ashar, Magrib, Isya‟, dan Subuh karena pada waktu malam hari jam Bencet tidak bisa digunakan.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... iv

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................. vii

HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... x

HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................. xi

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 7 E. Penegasan Istilah ................................................................................. 8 F. Telaah Pustaka ..................................................................................... 8 G. Metode Penelitian ............................................................................. 10 H. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15 BAB II : TEORI HISAB AWAL WAKTU SHALAT A. Definisi Shalat ................................................................................... 18 B. Dasar Hukum Penetapan Waktu Shalat ............................................. 20

  1. Dalil Al- Qur‟an ............................................................................. 20

  2. Dalil Hadits ................................................................................... 22

  C. Tinjauan Umum Bencet atau Jam Matahari ...................................... 26

  1. Definisi Jam Matahari .................................................................. 26

  2. Macam-Macam Jam Matahari ...................................................... 28

  D. Data-data Perhitungan Waktu Shalat ................................................ 29

  E. Contoh Perhitungan Waktu Shalat Menggunakan Data Ephemeris .. 33

  BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga ......................................................................... 38 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga ................................................................... 38 2. Letak Geografis ......................................................................... 39 3. Pendidikan ..................................................................................39 B. Gambaran Umum Masjid Al-Muttaqiin di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga ................................... 40 1. Sejarah Masjid .......................................................................... 41 2. Arah Kiblat Masjid ................................................................... 41 3. Fungsi Masjid ............................................................................ 41 4. Kegiatan Masjid Al-Muttaqiin .................................................. 44 C. Gambaran Umum Jam Bencet Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga .................................................... 44

  1. Sejarah Jam Bencet ................................................................... 44 2.

  Analisis Fisis Bencet Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi- ien Kalibening Salatiga ............................................................. 45

  3. Cara Kerja Jam Bencet di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi- ien Kalibening Salatiga ............................................................. 49

  

BAB IV : RELEVANSI METODE JAM BENCET DALAM ILMU FALAK

KONTEMPORER A. Analisis Jam Bencet di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga ......................................................................... 54 1. Analisi Kegunaan Bencet .......................................................... 54 2. Analisi Metode Penempatan Bidang Dial Jam Bencet ............. 56 B. Analisis Penggunaan Jam Bencet Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien Kalibening Salatiga .................................................... 57 1. Analisis Penggunaan Jam Bencet Sebagai Penentu Awal Waktu Shalat Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga ..................................................................................... 58 2. Analisis Tingkat Keakurasian Dalam Waktu Shalat Dzuhur Terhadap Hisab Ephemeris ....................................................... 60 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 68 B. Saran ............................................................................................... 69 C. Penutup ........................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari kita menyaksikan Matahari terbit dari kaki langit

  sebelah timur, kemudian beranjak naik dan transit pada saat menjelang Dzuhur di atas kita, kemudian terbenam di ufuk barat. Kita pun sering menyaksikan Bulan yang selalu berubah-ubah bentuk cahayanya dari bentuk Sabit sampai dengan purnama dan kembali lagi ke bentuk semula.(Muchyidin, 2015:1)

  Perputaran Matahari sangatlah penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam menentukan manusia dalam menjalankan Ibadah Shalat yang telah diwajibkan oleh Allah kepada umatnya, dalam firmannya;

   اًتوُقْوَّم اًباَتِك َنيِنِمْؤُمْلا ىَلَع ْتَناَك َةَلاَّصلا َّنِإ

  Artinya

  : “Sesungguhnya Shalat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang yang beriman

  ”(Q.S An-Nissa‟ 103).(Kemenag, 2012:125)

  Melihat dalil Syar‟i di atas, manusia harus menjalakan Ibadah Shalat sesuai waktu-waktu yang telah ditentukannya. Matahari menjadi penting karena waktu-waktu yang ditetapkan Allah dalam melaksanakan Ibadah Shalat berdasarkan perputaran Matahari.

  Pergerakan semu Matahari harian digunakan dalam penentuan waktu yang terkait dengan rutinitas kehidupan manusia sehari-hari, seperti misalnya penentuan waktu Shalat.Sedangkan pergerakan Matahari tahunan digunakan dalam penentuan waktu dalam jangka pakai yang panjang, seperti dalam pembuatan kalender yang bisa digunakan sebagai penentu waktu bertani, berlayar dan lainya.

  Pergerakan semu Matahari harian sangat berguna bagi umat Islam dalam menentukan kapan awal dan akhir waktu Shalat, Sebagaimana hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Ima m Ahmad, Nasa‟i, dan Tirmidzi berikut:

  نل َل لامف ملاسلا ٍَلػ لٌسثج ٍءاج نؼلص ىثٌلا ىا لال ٌَػ الله ىضز اللهدثػ يت ستاج يػ يٍح سصؼلا ىلصف َلصف نل لامف سصؼلا ٍءاج نث سوشلا تلاش يٍح سِظلا ىلصف َلصف

  سوشلا تثجّ يٍح بسغولا ىلصف َلصف نل لامف بسغولا ٍءاج نث َلثه ئٍش لك لظ زاص َلصف نل لمف سجفلا ٍءاج نث كفشلا تتاغ يٍح ءاشؼلا ىلصف َلصف نل لمف ءاشؼلا ٍءاج نث

  َلصف نل لمف سِظلا دغلا يه ٍءاج نث سجفلا غطس للّا سجفلا قست يٍح سجفلا ىلصف يٍح سصؼلا ىللصف َلصف نل لمف سصؼلا ٍءاج نث َلثه ئٍش لك لظ زاص يٍح سِظلاىلصف

  ةُذ يٍح ءاشؼلا ٍءاج نث ٌَػ لصٌ نل دحاه لامف بسغولا ٍءاج نث َلثه ئٍش لك لظ زاص ىلصف َلصف نل لامف ادج سفسا يٍح ٍءاج نث ءاشؼلا ىلصف لٍلا ثلث لال ّا لٍلا فصً

  ( ٍْحٌٌ يرهستلاّ ئاسٌلاّ دوحا ٍاّز ) تلّ يٍتلْلا يٌرُ يٍت اه لال نث سجفلا

  Artinya: Dari Jabir bin Abdullah R.A berkata, Jibril A.S telah datang kepada Nabi SAW. lalu berkata kepadanya: “Bangunlah lalu salatlah!”.

  Kemudian Nabi salat Zuhur di kala Matahari tergelincir. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Asar lalu berkata, “Bangunlah lalu salatlah!”. Kemudian Nabi salat Asar di kala bayang-bayang sesuatu sama dengannya. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Magrib lalu berkata: “Bangunlah!”.Kemudian Nabi salat Magrib di kala Matahari terbenam. Kemudian datang lagi kepadanya di waktu Isya‟ lalu berkata : “Bangunlah dan salatlah!”. Kemudian Nabi salat Isya‟ di kala mega merah telah terbenam. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu fajar lalu berkata : “Bangun dan salatlah!”.

  Kemudian Nabi salat fajar di kala fajar menyingsing, dan berkata bahwa laut telah terang. Kemudian ia datang pula esok harinya pada waktu Zuhur kemudian ia berkata padanya: “Bangunlah lalu salatlah!”. Kemudian Nabi salat Zuhur di kala bayang-bayang suatu sama dengannya. Kemudian datang lagi kepadanya di waktu Asar dan ia berkata: “Bangunlah dan salatlah!”.Kemudian Nabi salat Asar di kala bayang-bayang Matahari dua kali sesuatu itu. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Magrib dalam waktu yang sama, tidak bergeser dari waktu yang sudah. Kemudian ia datang lagi di waktu Isya‟ di kala separuh malam telah berlalu atau telah hilang sepertiga malam, lalu Nabi salat Isya‟. Kemudian ia datang lagi kepadanya di kala telah bercahaya benar dan ia berkata: “Bangunlah lalu salatlah!”.Kemudian Nabi salat fajar, kemudian Jibril berkata saat dua waktu itu adalah waktu salat.(HR. Imam Ahmad, Nasai, dan Tirmidzi)(Hambal, 1978 :405)

  Dengan memperhatikan hadits di atas, dapat diketahui batas-batas waktu Shalat, (Khazin, 2005:84)yaitu :

  1. Waktu-waktu Shalat telah ditentukan oleh Allah SWT lewat malaikat Jibril.

  2. Shalat Dzuhur dimulai sejak Matahari tergelincir samapai bayang- bayang sesuatu sama atau dua kali panjangnya.

  3. Shalat Ashar dimulai sejak bayang-bayang sesuatu sama panjangnya atau sejak bayang-bayang sesuatu dua kali panjangnya sampai Matahari menguning.

  4. Shalat Maghrib dimulai sejak Matahari terbenam sampai mega merah.

  5. Shalat Isya‟ dimulai sejak hilangnya mega merah sampai tengah malam atau terbit fajar.

  6. Shalat Subuh dimulai sejak terbit fajar sampai terbit Matahari.

  7. Imsyak terjadi sebelum fajar seukuran membaca 50 ayat Al-qur‟an.

  Dari sini dapat dipahami bahwa waktu-waktu Shalat yang ditunjukkan oleh Al- Qur‟an maupun Hadits Nabi berupa fenomena alam yang masih bersifat kualitatif. Hal inilah yang tentu akan menimbulkan polemik baru dimana kalau tidak menggunakan ilmu falak dan astronomi . pasti akan mengalami kesulitan dalam menentukan awal waktu Shalat

  Metode dalam menentukan kapan awal dan akhir waktu Shalat salah satunya dapat menggunakan instrumen-instrumen falak seperti

  

Rubu‟ Mujayyab, Tongkat Istiwa‟, dan Jam Bencet. Dalam tataran aplikatif

  cara seperti ini memang cukup mudah dan sangat sederhana, tetapi hal ini akan menemukan kesulitan ketika langit mendung ataupun hujan. Inilah salah satu kelemahan metode rukyah dalam menentukan waktu Shalat.

  Dalam penentuan awal waktu Shalat menggunakan

  Tongkat Istiwa‟

  yaitu sebuah tongkat yang ditancapkan tegak lurus pada bidang datar dan diletakkan pada tempat terbuka, sehingga matahari dapat menyinarinya dengan bebas. Tong

  kat Istiwa‟ tersebut akan menunjukkan waktu Shalat

  melalui bayang bayang gnomon yang dihasilkan dari sinar Matahari dengan ukuran-ukuran tertentu. Pada zaman dahulu

  tongkat istiwa‟ ini

  dikenal dengan nama “gnomon”. Di Mesir, orang bisa menggunakan

  

Obelisk sebagai pengganti tongkat. Di negeri kita sampai sekarang pun

  masih banyak orang yang menggunakan

  tokat istiwa‟ ini sebagai alat

  untuk mencocokan waktu Istiwa‟ (Waktu Matahari Seperempat atau Local

  Main Time) dan untuk menentukan waktu-waktu Shalat.(Izzuddin, 2002:65)

  Selain metode tongkat ist

  iwa‟ ada juga yang menggunakan Rubu‟ Mujayyab. Rubu‟ Mujayyab ini salah satu instrumen yang juga digunakan dalam penentuan awal waktu Shalat.

  Rubu‟ mujayyab adalah suatu alat untuk menghitung fungsi geneometris, yang sangat berguna untuk memproyeksikan suatu peredaran benda langit pada lingkaran fertikal, alat ini di buat dari kayu atau papan berbentuk seperempat lingkaran, salah satu mukanya biasanya ditempeli kertas yang sudah diberi gambar seperempat lingkan dan garis-garis derajat serta garis garis lainnya, dalam istilah geneometri alat ini di sebut Quadran. Alat ini merupakan alat yang sederhana yang betuknya seperempat lingkaran.

  Rubu‟ Mujayyab dibuat oleh seorang ahli falak Syiria bernama Ibn Asy-Syatir pada abad ke-14.

  (Izzudin, 2002:62) Selain kedua instrumen di atas, ada juga penetuan awal waktu

  Shalat menggunakan Jam Bencet. Jam Bencet membutuhkan cahaya sinar matahari untuk menghasilkan sebuah bayang-bayang dari gnomon pada bidang dial Jam Bencet. Bidang dial Bencet yang biasanya terbuat dari baja alumunium yang sudah disertai garis-garis yang menunjukkan waktu- waktu. Di Indonesia sampai saat ini masih banyak yang mengmenggunakan Jam Bencet dalam penentuan awal waktu Shalat.

  Biasanya Jam Bencet di bangun atau diletakkan di depan atau halaman Masjid-masjid.

  Seiring perjalanan waktu, metode penentuan waktu shalat menggunakan rubu‟ Mujayyab, Tongkat Istiwa‟ dan Jam Bencet mulai ditinggalkan karena keterbatasan atau adanya kekurangan dalam penentuan awal waktu Shalat, dikarenakan semua instrumen waktu diatas hanya akan berfungsi ketika ada sinar Matahari. Dari kelemahan diatas digantikan metode lain yang disebut “Falak”. Ilmu Falak ini dalam penentuan awal waktu Shalat lebih dikenal dengan sebutan Hisab.

  Penentuan awal waktu Shalat pada hisab ini tidak terpaku menggunakan bayang bayang sinar Matahari sehingga metode Hisab lebih dominan mengingat tidak adanya sinar Matahari pada waktu malam hari. Metode ini dalam perhitungannya membutuhkan data-data ephemeris, sehingga dalam perhitungannya akan lebih akurat dibandingkan dengan instrumen- instrumen penentuan awal waktu Shalat di atas.

  Akan tetapi, di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien tepatnya di Desa Kalibening Kecamatan Tingkir sampai saat ini penentuan awal waktu Shalatnya masih mengacu padan jam Bencet yang memanfaatakan bantuan cayaha Matahari, baik keberadaanya maupun peredarannya.

  Jam Bencet yang terletak didepan masjid tepatnya di halaman rumah Ibu Ri‟ayah, rumah warga yang berada di depan sebelah selatan Masjid terdapat sebuah bangunan dengan tinggi kurang lebih satu meter yang di atasnya terdapat jam Bencet, dan sampai saat ini jam Bencet tersebut masih aktif dan masih digunakan.

  Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terhadap jam Bencet yang berada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga sebagai usaha untuk mengetahui metode penggunaan jam Bencet di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga yang sampai saat ini masih aktif digunakan, padahal saat ini sudah berkembang penentuan awal waktu Shalat mengggunakan perhitungan Ephemeris atau Hisab. Begitu juga untuk mengetahui sejauh mana tingkat akurasinya sebagai acuan penunjuk awal waktu Shalat.

B. Fokus penelitian

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Metode Penggunaan Jam Bencet Dalam Penentuan Awal

  Waktu Shalat Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga? 2. Bagaimana Tingkat Akurasi Bencet Di Pondok Pesantren Hidayatul

  Mubtadi-ien Kalibening Salatiga Dalam Penentuan Awal Waktu Shalat? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bagaimana metode penggunaan jam Bencet dalam penentuan awal waktu Shalat sehari-hari

  2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keakurasian jam Bencet sebagai pedoman penunjuk waktuk Shalat, sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat keakurasian jam Bencet tersebut.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Masyarakat

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan pemikiran terhadap masyarakat tentang jam Bencet, sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan paham akan jam Bencet yang benar dan akuarat.

2. Bagi Akademik

  Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya dibidang Hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  E. Penegasan Istilah

  Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelas istilah yang terkait dengan materi judul sebagai berikut:

  Jam Bencet adalah alat sederhana yang terbuat dari kayu, semen, atau semacamnya yang diletakkan di tempat terbuka agar mendapat sinar Matahari. Alat ini berguna untuk mengetahui waktu Matahari hakiki, tanggal syamsiyah serta mengetahui pranotomongso. (Khazin,2005:12)

  F. Telaah Pustaka

  Sejauh penelusuran penulis, belum ditemukan tulisan yang membahas secara khusus tentang “Metode Penggunaan Jam Bencet Dalam

  Penentuan Waktu Awal Waktu Shalat ”. Namun demikian dalam Skripsi

  Studi Analisis Jam Bencet Karya Kiai Misbachul Munir Dalam Penentuan

  Awal Waktu Shalat Karya Endang Ratna Sari diterangkan terdapat beberapa tulisan yang berhubungan dengan masalah hisab waktu shalat kaitannya dengan posisi dan ketinggian Matahari antara lain:

  S kripsi Siti Mufarrohah “Konsep Waktu Salat Asar Imam Syafi‟i dan Hanafi (Uji Akurasi Berdasarkan Ketinggian Bayang-bayang Matahari di Kabupaten Semarang)”, yang menguraikan tentang posisi Matahari waktu Asar menurut mazhab Syafi‟i dan Hanafi.

  Skripsi Maryani Abdul Muis (2011) S.1 Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul “Studi Analisis Metode Penetuan Waktu Salat dalam Kitab Ad-

  Durusul Falakiyah Karya Ma‟sum. Skripsi i ni menguraikan metode penentuan waktu salat menggunakan rubu‟ mujayyab beserta uji akurasinya.

  Skripsi Muntaha, alumnus Fakultas Syari‟ah yang bertajuk “Analisis Terhadap Toleransi Pengaruh Perbedaan Lintang Dan Bujur Dalam Kesamaan Penentuan Awal Wak tu Salat”. Dalam karyanya ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu salat pada daerah dengan lintang dan bujur dan berbeda. Karya ini berhubungan dengan pengaplikasian Jam Bencet yang sangat tergantung dengan letak geografis suatu tempat. Tulisan lain yang serupa yaitu karya Muhammad Hartaji dengan judul “Analisis Terhadap Perbedaan Lintang Terhadap Awal Waktu Salat”.

  Juga tulisan dari Moedji Raharto yang bertajuk “Posisi Matahari untuk Penentuan Awal Waktu Salat dan Bayangan Arah Kiblat” menjadi pertimbangan penulis dalam pembuatan skripsi ini. Selain itu, tulisan Rinto Anugraha yang berjudul Waktu-Waktu Shalat menjelaskan beberapa hal terkait dengan waktu salat lima waktu.

  Penelitian Abd. Salam Korelasi Beda Bujur dalam Penemuan Selisih Waktu Shalat Antar Daerah (Studi Jadwal Waktu Shalat Yang Beredar Di Jawa Timur) yang mengungkapkan seberapa besar akurasi penentuan waktu-waktu salat untuk kota-kota markaz pada jadwal waktu salat yang beredar di Jawa Timur, serta akurasi konversi waktu salat dari satu kota ke kota lainnya yang ditinjau dari beda bujurnya.Skripsi bencet mibahu munir

  Dalam kajian pustaka tersebut terdapat beberapa pendapat dan penelitian yang membahas tentang kriteria ketinggian Matahari dalam penentuan waktu shalat, tapi menurut penulis belum ada tulisan yang membahas secara spesifik tentang “Analisis Metode Penggunaan Bencet Dalam Penentuan Awal Waktu Sholat‟‟. Dengan penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah keilmuan pada umumnya, dan keilmuan falak pada khususnya.

G. Metode Penelitian

  Dalam melakukan suatu penelitian, seseorang untuk memperoleh data dan penjelasan terkait dengan apa yang sedang diteliti, maka diperlukan sebuah pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitan. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

  1. Jenis penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainya.(Moleong,2011:6) Dalam metode pendekatan ini, penelitian dilakukan dalam situasi alamiah akan tetapi didahului oleh semacam intervensi (campur tangan) dari fihak peneliti. Intervensi ini dimaksudkan agar fenomena yang dikehendaki oleh peneliti dapat segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi semacam kendali atau kontrol parsial terhadap situasi di lapangan.

  2. Sumber data

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber-sumber data sebagai berikut: a.

  Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek yang diteliti. Dalam skripsi ini data primer diperoleh melalui observasi lapangan yaitu dengan cara pengamatan langsung terhadap posisi Bencet itu sendiri dan bayang-bayang Matahari yang menjadi acuan bencet tersebut. Selain observasi lapangan penulis juga melakukan wawancara secara langsung terhadap masyarakat yang terlibat dalam hal ini. Dengan adanya observasi ini, akan diketahui bagaimana sistem kerja Jam Bencet dalam penentuan waktu Shalat. b.

  Data sekunder Data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian. Data ini diperoleh dari buku-buku yang menjelaskan tentang falak, jam matahari, kitab-kitab Fiqih yang membahas tentang waktu salat, artikel, dan sumber lain. Data sekunder ini sebagai pendukung terhadap data primer tersebut.

3. Prosedur pengumpulan data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah: a)

  Observasi Metode observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu. (Ezmir,2011:38) adapun yang digunakan untuk memperoleh suatu data lapangan yaitu dengan cara pengamatan terhadap jam Bencet dan orbit Matahari serta posisi Matahari. Di sini penulis melakukan observasi ke Ponpes Hidayatul Mutadi-ien Kalibening Salatiga untuk mengetahui metode penentuan waktu Shalat menggunakan jam Bencet.

  Dari hasil observasi diketahui sinkronisasi antara teori yang ada dengan hasil obeservasi. Penelitian lapangan ini penulis lakukan untuk mengetahui pendapat para tokoh ulama mengenai penagaplikasian jam Bencet. Selain itu, dengan metode observasi ini data yang diperoleh lebih akurat karena data diperoleh langsung pada saat terjadinya, dan menggunakan observasi berstruktur di mana pelaksanaannya menggunakan metode pengamatan

  b) Dokumentasi

  Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam skripsi ini penulis menggunakan metode library research yakni penulis melakukan analisis terhadap sumber data terhadap buku-buku yang di dalamnya membahas masalah waktu-waktu salat dan jam Matahari sebagai data primer dan buku lain sebagai data pendukung.

  c) Wawancara

  Wawancara adalah mencakup cara untuk memperoleh data dari seorang informan atau tokoh yang terlibat. Dalam menggunakan metode ini diharapkan dapat diperoleh jawaban secara langsung, jujur dan benar serta keterangan lengkap sehubungan dengan obyek penelitian, sehingga dapat memperoleh informasi yang valid dengan bertanya secara langsung kepada informan. Dalam hal ini adalah tokoh masyarakat yang selalu memperhatikan keadadaan bencet tersebut.

4. Analisis Data

  Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

  Metode analisis data yang sesuai dengan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan metode komparatif. Deskripsi yakni menggambarkan metode penentuan waktu Shalat dengan menggunakan Jam Bencet. Metode deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan kebenaran dan kesalahan dari suatu analisis yang dikembangkan secara berimbang dengan melihat kelebihan dan kekurangan objek yang diteliti. Teknis analisis deskriptif merupakan prosedur statistik untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu variabel. (hasan, 2002:136) Kemudian metode komparatif yang mana penulis akan memberikan deskripsi mengenai hasil analisis yang penulis lakukan dan membandingkannya dengan salah satu sistem hisab lain.

  Proses analisis data dimulai dengan pengumpulan buku-buku atau data-data yang berkaitan dengan Jam Bencet dan pedoman penentuan waktu Shalat untuk kemudan diolah sehingga menghasilkan data baru. Hal yang pertama kali penulis lakukan adalah menggali metode penggunaan Jam Bencet dalam penentuan waktu Shalat. Selanjutnya penulis menganalisis kriteria penentuan waktu Shalat dalam Jam Bencet tersebut.

  Tahap terakhir penulis menggunakan metode induktif komparatif untuk melakukan evaluasi terhadap sistem Jam Bencet dengan sistem hisab kontemporer untuk mengetahui sejauh mana keakurasian Jam Bencet dalam penentuan waktu Shalat. Metode komparatif penulis gunakan untuk mengkomparasikan antara dua penentuan waktu Shalat yaitu metode Jam Bencet dengan metode kontemporer yang menggunakan data ephemeris. Dalam hal ini penulis menggunakan aplikasi W inHisab terbitan Kementrian Agama Republik

  Indonesia.

  Penggunaan data ephemeris melalui aplikasi WinHisab sebagai pembanding karena data ephemeris merupakan data astonomis yang paling akurat saat ini.

H. Sistematika Penulisan

  Secara garis besar, penulisan penelitian skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab. Dalam setiap bab terdiri atas sub-sub pembahasan. Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

  1. BAB I PENDAHULUAN

  Bab ini meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

  2. BAB II TEORI HISAB AWAL WAKTU SHALAT Dalam bab II ini mencakup beberapa hal, meliputi:

  a) Definisi Shalat dan waktu penetapannya b) Dasar hukum penetapan waktu Shalat

  1) Dalil Al-qur‟an

  2) Dalil Al-Hadits

  c) Tinjauan umum jam Bencet atau jam Matahari

  1) Definisi jam matahari

  2) Macam macam jam matahari

  d) Data-data perhitungan awal waktu Shalat

  e) Contoh perhitungan waktu Shalat menggunakan data ephemeris 3.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini mencakup bebrapa hal, meliputi:

  a) Sejarah singkat profil Pondok Pesantren Hidayatu Mubtadi-ien Kalibening Salatiga.

b) Sejarah Singkat masjid Al-Muttaqiin Kalibening Salatiga.

  c) Sejarah singkat jam Bencet di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga.

  1) Analisis Fisis Jam Bencet

  2) Cara Kerja Jam Bencet 4.

BAB IV RELEVANSI METODE JAM BENCET DALAM ILMU FALAK KONTEMPORER Dalam bab ini penulis akan memaparkan metode penggunaan Jam Bencet atau Jam Matahari dalam penentuan awal waktu Sholat di

  Pondok Pesantren Hidayatul Mmubtadi-ien Kalibening Salatiga. Bab ini meliputi: a)

  Analisis Jam Bencet di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga.

  1) Analisis Kegunaan Jam Bencet. 2) Analisis Penempatan Tata Letak Bidang Dial Jam Bencet.

  b) Analisis Penggunaan Jam Bencet Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga.

  1) Analisis Penggunaan Bencet Sebagai Penentu Awal Waktu

  Shalat Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga.

  2) Analisis Tingkat Keakurasian Dalam Awal Waktu Shalat Dzuhur Terhadap Hisab Ephemeris.

5. BAB V PENUTUP

  Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang metode penggunaan jam Bencet dalam penentuan awal waktu Shalat.

BAB II TEORI HISAB AWAL WAKTU SHALAT A. Definisi Shalat Kalimat Shalat menurut bahasa (Lughot) adalah kata mufrod, yang

  dimaksud adalah shalat fardhu. Kalimat Shalat adalah isim yang diambil dari masdar berasal dari kata Shala, Yashilu, Shalatan, yang mempunyai arti

  Do‟a dan Istighfar. (As-Sadlani, 2007:17) Sebagai mana yang terdapat

  dalam Al- qur‟an Surat At-Taubat (9) ayat 103:        

  Artinya:

  “Sesungguhnya Do‟a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS. At-Taubat (9):103). (Kemenag, 2012:273)

  Shalat juga mempunyai arti Rahmat, dan juga mempunyai arti memohon ampunan seperti yang terdapat dalam Al- Qur‟an surat Al-Ahzab

  (33) ayat 56;              

  Artinya: “Sesungguhnya Allah dan Aalaikat-nya bershalawat untuk Nabi.

  Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

  ” (QS. Al-Ahzab (33):56).(Kemenag, 2012:602) Sedangkan Shalat dalam istilah syar‟i yaitu rukun-rukun yang khusus dan dzikir yang telah dimaklumi dengan syarat-syarat yang dibatasi dengan waktu-waktu tertentu. Berarti suatu Ibadah yang mengandung ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam disertai niat, dengan syarat-syarat tertentu.(As- Syadlani, 2007:17)

  Jika dalam suatu dalil terdapat anjuran untuk mengerjakan Shalat, maka secara lahirnya kembali kepada Shalat dan pengertian S yari‟at.

  Karena Shalat merupakan suatu kewajiban sebagaimana yang terdapat dalam Al- Qur‟an dan Al-Hadits.

  Dalam Islam Shalat mempunyai tempat yang khusus dan funamental, karena Shalat merupakan salah satu rukun Islam, yang harus ditegakkan, sebagaimana yang terdapat surat An-

  Nisa‟ (4) ayat 103:       

  Artinya: “Sesungguhnya Shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang- orang yang beriman.”(QS. An-

  Nisa‟(4):103).(Kemenag, 2012:125) Begitu juga dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 43:

         Artinya:

  “dan dirikanlah Shalat, tunaikanlah zakat dak rukuklah beserta orang- orang yang rukuk.”(QS. Al-Baqarah(2):43). (Kemenag,

  2012:8) Yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah anjuran untuk melaksakan Shalat sesuai dengan waktunya, artinya tidak boleh menunda dalam mengerjakannya, sebab waktu-waktunya telah ditentukan dan kita wajib melaksanakannya. Sebagaimana yang telah terdapat dalam Al-Quran Qs-Sunah. (Izzudin, 2002:78) B.

   Dasar Hukum Penetapan Waktu Shalat 1.

  Dalil Al-Qur‟an Secara Syar‟i, Shalat yang diwajibkan (Shalat Makhtubah) itu mempunyai waktu-waktu yang telah ditentukan, sehingga terdefinisi sebagai Ibadah Muwwaqat.(Muchyidin, 2015:203)

  Walaupun tidak dijelaskan secara gamblang waktu-waktunya, namun secara Syar‟i, Al-Qur‟an telah menentukannya. Sedangkan penjelasan waktu Shalat yang terperinci diterangkan dalam Hadits- hadits nabi. Dari hadits-hadits itulah, para Ulama Fiqh memberikan batasan-batasan waktu Shalat dengan berbagai cara atau metode yang mereka asumsikan untuk menentukan waktu-waktu Shalat tersebut.

  Ada sebagian mereka yang mengasumsikan bahwa cara menentukan waktu Shalat adalah dengan menggunakan cara melihat langsung pada tanda-tanda alam sebagaimana secata tekstual dalam Hadits-hadits Nabi tersebut, seperti menggunakan alat bantu

  Tonkat Istiwa‟ , Miqyas