ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL-GHAZALI DALAM KITAB AL-ADAB FI AL-DIN SKRIPSI

  

ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL-GHAZALI

DALAM KITAB AL-ADAB FI AL-DIN

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

FAIQOTUL HIMMAH

NIM: 111-13-035

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL-GHAZALI

DALAM KITAB AL-ADAB FI AL-DIN

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

FAIQOTUL HIMMAH

NIM: 111-13-035

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  ٍميِظَع ٍقُلُخ ىَلَعَل َكَّنِإ َو ٤

  

PERSEMBAHAN

  Yang paling utama dari segalanya, rasa syukur kepada Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan nikmat yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang tercinta dan tersayang kepada:

  1. Kedua orangtua-ku, Bapak M. Abdullah Faqih dan Ibu Muazzatul Karimah yang tiada henti mendoakanku, memberikan semangat, nasehat, dan kasih sayang serta banyak pengorbanan yang tak tergantikan sehingga aku mampu menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar sarjana.

  2. Adikku Laila Nadhifah, Mbah Siti Khoiriyah tercinta, dan keluarga Bulek Ana Mustafiah yang turut selalu mendoakanku, memberiku semangat sehingga aku dapat menyelesaikan pendidikanku. Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan serta Ridho dimanapun mereka berada Aamiin .

  3. Abah KH.Mahfudz Ridwan, Lc. (Alm), Ibu Hj. Nafisah, Gus Muhammad Hanif, M.Hum. dan Bu Rosyidah, Lc. yang senantiasa memberikan petuah dan doanya sehingga aku dapat menemukan makna kehidupan yang nyata di Pondok Pesantren tercinta Edi Mancoro.

  4. Keluargaku Para Dewan Asatidz Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu saya hormati dan saya banggakan, serta Keluarga Demisioner Pengurus Organisasi Pondok Pesantren Edi Mancoro 2016/2017 yang saya sayangi.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

  Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam memempuh studi di IAIN Salatiga.

  5. Dr. M. Ghufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.

  6. Bapak Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

  7. Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, terutama Romo K.H Mahfudz Ridwan Lc (Alm) dan Kyai Gus Muhamad Hanif, M.Hum. yang selalu mendoakan santrinya untuk meraih keberhasilan dalam menuntut ilmu, baik dalam keadaan apapun maupun dimanapun..

  8. Karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.

  9. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dan penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

  10. Guru-guruku yang hebat dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang saya hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

  11. Mas Muhamad Farid yang selalu menguatkan, memberikan motivasi, dan selalu mendampingiku sehingga mendapatkan gelar sarjana.

  12. Sahabat- sahabatku tercinta Siti Sirril Inayah, Nur Kholifah, Qisthi Faradina, Zainab, Khoiriyatun Kholidiyah, Arfias Wirda Muftihah, Tri Puji Lestari, Zulfa Adzkia, Dian Apriyani, Mar’atus Sholikhah, Ngatini, Bastiatul Muawwanah, Wahyu Anggun yang telah menemani hari- hariku dan selalu memberikan dukungan penuh dalam mencapai gelar S.Pd.

  13. Dek Anida, Dek Ajeng, Dek Dewi, Dek Anisa, Dek Dinda, Dek Husna, Dek Sri, Mas Munif, Fa’un Niam yang turut memberikan dukungan penuh dan membantu menyelesaikan skripsiku.

  14. Keluarga Besar Yaa Bismillah (Youth Assosiation Of Bidikmisi

  Limardhotillah)

  IAIN Salatiga, Bidikmisi angkatan 2013 saudara seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan saling menguatkan dalam berbagai hal.

  

ABSTRAK

  Himmah, Faiqotul. 2017. Adab Guru dan Murid Menurut Imam Al-Ghazali dalam

  Kitab Al-Adab Fi Al-Din . Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu

  Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

  Kata Kunci : Adab, Guru dan Murid, Kitab al-Adab Fi al-Din, al-Ghazali

  Dalam kehidupan nyata saat ini, dalam dunia pendidikan kasus asusila banyak terjadi diakibatkan karena tidak diindahkannya adab sopan santun antara guru dan murid sesuai dengan ajaran agama. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui adab guru dan murid dalam kitab al-Adab Fi al-Din karya Imam al- Ghazali. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana adab guru dan murid Menurut Imam al-Ghazali dalam Kitab al-Adab

  

Fi al-Din ?, (2) Bagaimana relevansi adab guru dan murid dalam Kitab al-Adab Fi

  dikaitkan dengan dengan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan di

  al-Din

  Indonesia saat ini? Metode penelitian yang digunakan yaitu literature (kepustakaan). Data primer dan sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan dengan alat pengumpul data berupa metode dokumentasi. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis. Adapun analisisnya dengan menggunakan metode analisis isi

  (content analysis) .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa a) adab guru dan murid dalam kitab

  al-Adab Fi al-Din adalah bahwasanya

  guru hendaknya tawadhu’, tidak bersikap sombong, menjadi sosok suri tauladan, tidak berperilaku buruk, dapat mempertimbangkan kemampuan intelektual muridnya, menjauhkan murid dari perilaku buruk dan mendidik dengan penuh kasih sayang. Adapun diantara kewajiban murid adalah tawadhu’, menerima pendapat guru dan tidak menyalahkannya, selalu berfikir postif, konsentrasi ketika proses pembelajaran berlangsung, meninggalkan perbuatan negatif, bersikap ramah, sopan terhadap guru dan sesama teman serta mengulang kembali pelajaran yang telah didapatkan di sekolah. b) adab guru dan murid dalam kitab al-Adab Fi al-Din dengan konteks saat ini dapat menjadi solusi dalam memperbaiki akhlak guru dan murid dalam proses pembelajaran khususnya dalam menghadapi karakteristik zaman sekarang. Agar tercermin adanya relasi yang harmonis yaitu relasi searah antara guru dan murid untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara maksimal.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i LEMBAR BERLOGO............................................................................................. ii JUDUL ........................................................................................................................ iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. iv PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................ vi MOTTO ..................................................................................................................... vii PERSEMBAHAN .................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................................x ABSTRAK ................................................................................................................ xiii DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1 B. Fokus Masalah..................................................................................................5 C. Tujuan Penelitian .............................................................................................5 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................6 E. Metode Penelitian .............................................................................................6 F. Telaah Kepustakaan........................................................................................10 G. Penegasan Istilah ............................................................................................13 H. Sistematika Penulisan ....................................................................................17 BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Riwayat Hidup Imam Al-Ghazali .................................................................19

  1. Lahir ............................................................................................................19

  2. Masa Muda .................................................................................................21

  3. Masa Dewasa..............................................................................................24

  4. Wafat...........................................................................................................28

  B. Sistematika Kitab al-Adab Fi al-Din ............................................................29

  C. Karya-Karya Imam Al-Ghazali .....................................................................31

  BAB III ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL-GHAZALI DALAM KITAB AL-ADAB FI AL-DIN A. Pengertian Adab Guru dan Murid .................................................................45 1. Pengertian Adab ........................................................................................45 2. Pengertian Guru.........................................................................................45 3. Pengertian Murid .......................................................................................47 B. Adab Guru dan Murid Menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Adab Fi Al-Din ............................................................................................................48 1. Adab Ahli Ilmu..........................................................................................48

  2. Adab Murid dengan Guru .........................................................................50 3.

  Adab Mengajar Al-Qur’an........................................................................52

  4. Adab Membaca Al-Qur’an .......................................................................53 5.

  Adab Mendidik Anak Kecil......................................................................54 6. Adab Ahli Hadits.......................................................................................56 7. Adab Belajar Hadits ..................................................................................58 8. Adab Menulis ............................................................................................60 9. Adab Ceramah ...........................................................................................61 10. Adab Mendengar .......................................................................................62

  BAB IV ANALISIS ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL- GHAZALI DAN RELEVANSINYA DENGAN DUNIA PENDIDIKAN SAAT INI A. Analisis Adab Guru dan Murid dalam Kitab Al-Adab Fi Al-Din................64 1. Adab Guru .................................................................................................64 a. Adab Ahli Ilmu .....................................................................................65 b. Adab Mengajar Al-Qur’an ...................................................................68 c. Adab Mendidik Anak Kecil .................................................................70

  d. Adab Ahli Hadits ..................................................................................72 e.

  Adab Ceramah ......................................................................................76 2. Adab Murid ...............................................................................................78 a.

  Adab Murid dengan Guru ....................................................................78 b.

  Adab Membaca Al-Qur’an ..................................................................79 c. Adab Belajar Hadits .............................................................................80 d.

  Adab Menulis .......................................................................................83 e. Adab Mendengar ..................................................................................85

  B. Relevansi Adab Guru dan Murid dalam Kitab Al-Adab Fi Al-Din dengan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan saat ini .................................86

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................................92 B. Saran ...............................................................................................................94 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................95 LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan Allah Swt dengan membawa potensi dapat

  dididik dan dapat mendidik disertai dengan fitrah Allah Swt, yaitu berupa pikiran dan perasaan dengan berbagai kecakapan dan ketrampilan yang dapat berkembang sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Sesuai dengan firman Allah Swt :

  ُنيِ دلا َكِلَذ ِهللا ِق ْلَخِل َليِدْبَ تَلا اَهْ يَلَع َساَّنلا َرَطَف يِتَّلا ِهللا َتَرْطِف اًفيِنَح ِنيِ دلِل َكَهْجَو ْمِقَأَف َنوُمَلْعَ يَلا ِساَّنلا َرَ ثْكَأ َّنِكَلَو ُمِ يَقْلا

  “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,

  (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S. Ar-Ruum: 30)

  Pada ayat di atas Allah telah menciptakan semua manusia berdasarkan fitrahnya. Dengan dibekali akal dan pikiran serta kemauan untuk belajar menjadikan pendidikan sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Manusia sendiri memiliki dua unsur yang menjadi tujuan pendidikan yaitu unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu pengetahuan (kognitif).

  Pembinaan jiwa manusia menghasilkan kesucian dan sopan santun (afektif), sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan ketrampilan (psikomotorik) dalam dirinya.

  Banyak tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas belajar dan pembelajaran, di antaranya adalah imam al-Ghazali. Tokoh ini banyak mewarnai pendidikan masyarakat Islam Indonesia, terutama pendidikan di kalangan pesantren.

  Imam al-Ghazali merupakan pemikir Islam yang terkemuka. Kitab- kitab karangan beliau telah tersebar di seluruh penjuru dan banyak juga yang telah menggunakan atas apa yang telah diijtihadkan beliau. Salah satu kitab karangan beliau yang fenomenal adalah kitab Ihya Ulumuddin. Selain itu, kitab karangan beliau yang merupakan kelanjutan dari kitab

  Ihya’

Ulumuddin adalah Kitab al-Adab Fi al-Din. Kitab ini membahas tentang

  aturan-aturan mendekati Allah Swt guna merengkuh cinta-Nya.

  Kitab al-Adab Fi al-Din berisi tentang penjelasan mengenai adab atau budi pekerti dalam menjalani kehidupan sehari-hari guna mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mendapatkan Ridho-Nya. Salah satu adab yang tercantum dalam kitab al-Adab Fi al-Din adalah adab seorang guru dan murid yang sangat berpengaruh dalam menanamkan nilai moral pada perilaku anak didik (murid) maupun guru khususnya dan pendidikan Islam di Indonesia pada umumnya.

  Dalam pendidikan Islam, interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Kegiatan proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai dari diri siswa yang sedang belajar (Usman, 1991: 1).

  Salah satu di antara keseluruhan ciri-ciri guru yang professional adalah adanya unsur moral dan etika yang harus dimiliki guru. Bahwasanya seorang guru harus memiliki pemahaman, penghayatan dan penampilan yang menjadikan dirinya sebagai teladan dan panutan bagi para siswanya.

  Dalam konteks akhlak masa depan, visi pendidikan yang diberikan kepada anak didik diharuskan untuk menyiapkan atau merencanakan perbaikan akhlak yang telah mulai rapuh di masa sekarang.

  Karena dalam kehidupan nyata saat ini, seringkali interaksi guru dan murid yang kurang mendukung tercapainya tujuan pendidikan saat ini disebabkan karena telah ditinggalkannya nilai-nilai etik spiritual yang didasarkan pada agama dan diganti dengan nilai-nilai materialistik dalam melakukan interaksi dunia pendidikan tersebut sehingga tidak menghiraukan pendidikan kesusilaan atau adab.

  Kasus asusila yang banyak terjadi diakibatkan karena tidak dindahkannya adab sopan santun antara guru dan murid. Ada guru yang berbuat tidak senonoh kepada muridnya, ada yang menyiksa hingga terluka, disisi lain murid berkelahi di sekolah, di jalanan, senang tawuran, dan sebagainya. Di antara contoh yang menunjukkan betapa buruknya hubungan guru dan murid yang terjadi di sekitar kita di antaranya adalah hanya karena tidak membersihkan ruang kelas, seorang guru bidang Ilmu Pengetahuan di Sekolah Menengah Pertama, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara melukai siswa tersebut dengan melempar kursi mengenai kepala siswa. Karena perbuatan guru tersebut, siswa mengalami luka robek di kepala (Liputan6.com, Patroli Labuhanbatu Utara. 21/7/2017 14:43). Kemudian, kasus murid dengan guru terjadi di SMP Negeri 2 Pasangkayu, Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Seorang siswa kelas 3 diamankan aparat kepolisian setelah dilaporkan pihak sekolah karena memukul gurunya menggunakan batang kayu sepanjang 50 cm secara tiba-tiba (Liputan6.com, Mamuju Utara. 08/082017 01:01).

  Berdasarkan kondisi riil yang terjadi di lapangan seperti yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan kajian mendalam tentang adab interaksi antara guru dan murid di sekolah untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan, dan menghindari hal-hal yang tidak dinginkan. Dengan demikian, maka penulis mengkaji ulang pemikiran al-Ghazali dalam Kitab

  

al-Adab Fi al-Din mengenai adab yaitu tata cara atau sopan santun interaksi

  seorang guru dan murid dalam pembelajaran agar selaras dalam menjalankan hak dan tanggungjawabnya guna mencapai tujuan pendidikan.

  Hal itu dikarenakan Mohd. Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan (Nata, 2013: 32).

  Oleh karena itu, penulis akan berusaha melakukan penelitian guna memberikan pencerahan kepada dunia pendidikan, dengan judul

  “ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL-GHAZALI DALAM KITAB AL-ADAB FI AL-DIN

  B. Fokus Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1.

  Bagaimana Adab Guru dan Murid Menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitab al-Adab Fi al-Din? 2. Bagaimana Relevansi Adab Guru dan Murid dalam Kitab al-Adab Fi al-

  Din dikaitkan dengan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan di

  Indonesia saat ini?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai adab guru dan murid perpektif Imam al-Ghazali dalam kitab al-

  Adab Fi al-Din . Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah: 1.

  Mendeskripsikan Adab Guru dan Murid Menurut Imam al-Ghazali dalam Kitab al-Adab Fi al-Din.

2. Menemukan relevansi Adab Guru dan Murid dalam Kitab al-Adab Fi

  al-Din dikaitkan dengan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini.

D. Kegunaan Penelitian

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaaat yakni manfaat teoretis dan manfaat praksis.

1. Manfaat Teoretis

  Dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan tentang studi analisis tentang Adab Guru dan Murid dalam kitab al-Adab Fi al-Din serta aplikasinya dalam pendidikan Islam.

2. Manfaat Praksis a.

  Bagi peneliti : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan khususnya dalam beradab yang baik bagi seorang guru dan murid.

  b.

  Bagi masyarakat dan insan pendidikan : Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah wacana pendidikan Islam khususnya yang berkaitan dalam membangun karakter anak bangsa.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research), juga bisa disebut dengan istilah studi pustaka yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004: 3).

2. Sumber Data

  Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang dikategorikan sebagai berikut : a.

  Sumber Data Primer Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research ), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur.

  Adapun referensi yang menjadi sumber data primer yaitu data yang diambil dari sumber utamanya, yaitu dari Kitab al-Adab Fi al-Din karya Imam al-Ghazali .

  b.

  Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah buku-buku atau tulisan-tulisan lainnya yang mempunyai pembahasan yang erat hubungannya dengan sumber primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku atau karya ilmiah lain yang isinya dapat melengkapi data penelitian yang penulis teliti misalnya perspektif

  Islam tentang pola hubungan guru-murid (Studi Pemikiran Tasawuf al-Ghazali) karya Abuddin Nata (PT. RajaGrafindo Persada:

  Jakarta), kitab

  ihya’ ulumuddin karya al-Ghazali diterjemahkan oleh

  Moh Zuhri (Asy Sy ifa’: Semarang), terjemahan kitab Adabul ‘Aliim

  Wal Muta’aliim (pendidikan akhlak untuk pelajar dan pengajar)

  karya KH. Hasyim Asy’ari diterjemahkan oleh M. Ishom Hadziq (Pustaka Tebuireng: Jawa Timur) dan lain sebagainya.

  3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data pustaka yaitu membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku dan karya ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini dengan mengutamakan data primer. Adapun data pendukung tersebut merupakan kajian dari pemikiran Imam al-Ghazali tentang sejarah pendidikannya dan juga konsep pemikirannya tentang pendidikan khususnya mengenai adab seorang guru dan murid.

  4. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan adalah analisis isi (content

  analysis), dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  Metode content analysis digunakan untuk memperoleh keterangan dari sisi komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau didokumentasikan, baik dalam bentuk artikel, jurnal, buku, maupun karya-karya Imam al-Ghazali (Tobroni, 2001: 71).

  Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis ini memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007:49).

  Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi Kitab al- yang mengandung penjelasan mengenai adab

  Adab Fi al-Din

  seorang guru dan murid dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam Kitab al-Adab Fi al-Din yang berhubungan dengan adab seorang guru dan murid.

  b.

  Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam Kitab al-

  Adab Fi al-Din yang berhubungan dengan adab seorang guru dan murid.

  c.

  Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari Kitab al-Adab Fi al-Din yang berhubungan dengan adab seorang guru dan murid. d.

  Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari Kitab al-Adab Fi al-Din yang berhubungan dengan adab seorang guru dan murid.

F. Telaah Kepustakaan

  Untuk mencapai hasil penelitian ilmiah diharapkan data-data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dan menghindari tumpang tindih dari pembahasan penelitian. Dalam kajian pustaka yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang temanya hampir sama dan dari pengarang yang sama dengan judul penelitian ini, yaitu tokoh “Imam al-Ghazali”. Diantara hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

  1) Skripsi Paryono, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Agama Islam (PAI),

  Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga, 2014, yang mengangkat tema pendidikan akhlak dengan judul “Konsep Pendidikan Akhlak Imam al-Ghazali (Studi analisis kitab

  Ihya’ Ulumuddin)”

  (Paryono, 2014). Kesimpulan dari skripsi konsep pendidikan akhlak dalam kitab

  Ihya’ Ulumuddin antara lain: Pengajaran Keteladanan dan Kognifistik, Mengolaborasi Behavioristik dengan pendekatan Humanistik serta relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam dalam

  membentuk akhlak yang mulia. Perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi yang akan dikaji penulis yaitu pada fokus penelitiannya. Paryono dalam skripsinya fokus mengenai konsep pendidikan akhlak, sedangankan skripsi penulis fokus kepada adab atau sopan santun seorang guru dan murid dalam kitab al-Adab Fi al-Din. Jadi, baik secara tema, judul serta fokus pembahasan sangat berbeda.

  2) Skripsi Putik Nur Rohmawati, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Agama

  Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, 2017, yang mengangkat tema pendidikan akhlak dengan judul “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ayyuhal Al-Walad Karya Imam al-

  Ghazali ” (Putik Nur Rahmawati, 2017). Kesimpulan dari skripsi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Ayyuhal Al-Walad antara lain: konsep pendidikan anak berpangkal pada empat hal, yaitu pertama, pendidikan bertujuan untuk menghilangkan sifat-sifat atau akhlak buruk. Kedua, syarat agar seorang Syaikh dapat menjadi wakil Rasulullah SAW, Ia haruslah seorang yang alim. Ketiga, inti ilmu adalah pengetahuan yang membuat seseorang faham akan makna ketaatan dan ibadah. Keempat, metode yang digunakan al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Al-Walad adalah dengan metode keteladanan, metode cerita atau kisah dan metode pembiasaan. Adapun perbedaan skripsi Putik Nur Rohmawati yang fokus penelitiannya adalah konsep pendidikan akhlak, sedangkan fokus penelitian saya adalah adab atau sopan santun seorang guru dan murid dalam kitab al-Adab Fi al-Din. 3)

  Buku yang ditulis oleh H. Abuddin Nata, M. A. yang berjudul

  “Menurut Islamtentang Pola Hubungan Guru-Murid”. Dalam buku

  tersebut dapat disimpulkan bahwa Ia berusaha memberikan sumbangan dalam upaya membangun moralitas guru dan murid dalam suatu pola hubungan yang harmonis dengan meneliti pemikiran pendidikan Imam al-Ghazali dilihat dari kacamata sufistik (tasawuf). Skripsi penulis memiliki kesamaan dengan buku ini, yaitu sama-sama membahas mengenai hubungan guru dan murid. Akan tetapi, perbedaan skripsi penulis terletak pada pembahasan yang difokuskan pada adab mengenai guru dan murid dalam kitab al-Adab Fi al-Din.

  4) Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ghozali jurusan Pendidikan

  Agama Islam fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Etika Guru dan murid Menurut Imam al-Ghazali dalam Kitab

  Ihya’ Ulumuddin”. Dari skripsi ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga

  dimensi yang tersirat dalam Etika guru dan murid sebagaimana yang dirumuskan al-Ghazali dalam kitab

  Ihya’ Ulumuddin, yaitu adanya

  tujuan yang jelas ke arah ukhrawi dengan berniat ibadah kepada Allah Swt, adanya nilai-nilai yang khas yakni nilai religiusitas, adanya upaya optimalisasi relasi antara guru dan murid.

  Sedangkan penelitian yang saya lakukan walau sama-sama mengenai pola hubungan guru dan murid, namun saya memfokuskan pada adab seorang guru dan murid yang terdapat dalam Kitab al-Adab Fi al-Din.

  Berdasarkan beberapa karya yang diilustrasikan di atas, maka penelitian ini akan memfokuskan kajian terhadap “ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL-GHAZALI DALAM KITAB AL-

  ADAB FI AL-DIN ”. Tanpa sikap apriori penulis berkesimpulan selama ini belum ada kajian yang secara khusus mengkaji topik yang akan penulis angkat, terlebih penelitian pada kitab al-Adab Fi al-Din.

G. Penegasan Istilah

  Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok masalah yang dimaksud maka sebelumnya penulis menguraikan tentang batasan pengertian yang dimaksud dalam judul “ADAB GURU DAN MURID MENURUT AL-GHAZALI DALAM KITAB AL-ADAB FI AL-

  DIN “ adalah sebagai berikut : 1.

  Adab Guru Adab guru terdiri dari dua kata yakni adab dan guru. Menurut bahasa, Adab memiliki arti kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti, akhlak (KBBI, 1976: 5). M. Sastra Praja menjelaskan bahwa, adab yaitu tata cara hidup, penghalusan atau kemuliaan kebudayaan manusia. Sedangkan menurut istilah, adab adalah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah (Rajasa, 2003: 309).

  Adab ( dalam Kamus Kontemporer Arab Indonesia

  ُ باَدآ(

  memiliki arti moral, etika dan adab (Ali, 1998 : 64). Adab juga memiliki arti etika dan moral. Menurut Ahmad Amin, Etika adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus ditempuh oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia itu sendiri ( Rahmaniyah, 2010: 59).

  Sedangkan Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Moral sering didahului kata kesadaran, sehingga menurut Ahmad Charris Zubair mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila, dan perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Moral Menurut Istilah adalah suatu istilah digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau buruk (Nata, 2013: 78- 79).

  Adab, etika dan moral sama-sama mengacu kepada ajaran tentang perbuatan, tingkah laku, dan merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaannya serta merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang dengan membutuhkan pengembangan berupa pendidikan, pembiasaan dan keteladanan secara terus-menerus.

  Sedangkan yang menentukan perbuatan baik dan buruk dalam

  

moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam

  masyarakat. Sedangkan adab berhubungan dengan kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti dan sopan santun sesuai dengan norma-norma tata susila.

  Dengan demikian, adab merupakan pedoman untuk membimbing orang agar berjalan dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.

  Sedangkan guru merupakan orang yang melakukan tugas mengajar. Dalam istilah lain guru bisa disebut juga dengan pendidik sesuai dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat (2) menyebutkan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi ( Kudrat, 2009 : 25).

  Jadi, adab guru adalah suatu aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama Islam, yang digunakan seorang guru dalam menjalankan tanggungjawab kedua setelah orangtua dalam hal merngajar, mendidik, membimbing dan mengarahkan anak didik agar menjadi individu yang berkualitas untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Adab Murid

  Adab menurut bahasa adalah kebudayaan, sopan santun (Ngafenan, 1990: 35).

  Sedangkan murid bisa juga disebut dengan peserta didik. Murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan (Djamarah, 2000 : 51). Murid dalam UU Sisdiknas 2003 pasal 1 peserta didik atau murid didefinisikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Yasin, 2008 : 95).

  Jadi, adab murid adalah suatu aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama Islam dan telah berlaku umum dalam masyarakat yang dijadikan pedoman seorang murid dalam kegiatan mengembangkan potensi diri yang dimilikinya baik dari segi fisik maupun psikologis.

  3. Imam Al-Ghazali Nama lengkapnya Imam al-Ghazali adalah Muhammad bin

  Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, Imam besar Abu Hamid al- Ghazali Hujjatul- Islam. Lahir pada tahun 450 H di Atthusyi dan wafat tahun 505 H, dalam usia 55 tahun. (Syakur, 2008 : 33). Beliau adalah seorang kutub tasawuf, pejuang spiritual dan tokoh pendidikan serta tokoh dakwah kepada Allah Swt (al-Qardhawi,t.t : 9).

  4. Kitab Al-Adab Fi Al-Din Kitab al-Adab Fi al-Din yaitu suatu kitab yang berisi tentang penjelasan adab dalam agama kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Kitab ini dikarang oleh Imam al-Ghazali, beliau dilahirkan di Atthusyi pada tahun 450 H. Kitab yang berisi sebanyak 54 halaman dan berisi sebanyak 11 bab ini sangat ringkas dan mudah dipelajari. Kitab ini sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan akhlak manusia untuk mencapai ketinggian sebagai hamba-Nya khususnya bagi guru dan murid yaitu dengan mengetahui dan mengamalkan penjelasan mengenai adab dalam dalam kitab ini.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca nantinya dapat memahami tentang isi skripsi ini dengan mudah, maka penulis memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling berkaitanyaitu sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN. Dalam bab ini meliputi: Latar Belakang, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Telaah Kepustakaan, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan. BAB II : BIOGRAFI NASKAH. Bab ini menjelaskan tentang riwayat hidup Imam al-Ghazali , yang meliputi: kelahiran, masa muda, masa dewasa, latar belakang pendidikan, karyanya, dan gambaran umum kitab al-Adab Fi al-Din.

  BAB III : ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL- GHAZALI DALAM KITAB AL-ADAB FI AL-DIN. Bab ini berisi tentang adab guru dan murid dalam kitab al-Adab Fi al-Din karya Imam al-Ghazali .

  BAB IV : ANALISIS ADAB GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL- GHAZALI DAN RELEVANSINYA TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN SEKARANG INI. BAB V : PENUTUP. Dalam bab ini memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran, daftar pustka, dan lampiran- lampiran.

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Riwayat Hidup Imam Al-Ghazali 1. Lahir Nama lengkap al-Ghazali adalah Muhamad bin Muhamad

  bin Muhamad bin Ahmad Atthusyi. Kunyahnya adalah Abu Hamid, Laqobnya adalah Hujjatul Islam. Lahir pada tahun 450 H. Atthusy adalah tanah kelahirannya, merupakan kota di tanah Khurasan daerah yang masih dalam kekuasaan Negara Baghdad ibu kota Iraq, berjarak 10 Parsakh dari kota Naisabur (Syakur, 2008: 33).

  Imam al-Ghazali lahir dari keluarga yang cukup sederhana, bahkan bisa dikatakan miskin. Ayah Imam al-Ghazali bernama Muhamad adalah orang sholeh yang selalu menjaga hati dan tangannya dari kemaksiatan, pekerjaannya penenun kain Woll dan menjualnya di toko miliknya yang berada di kota Atthusyi. Ayah al- Ghazali juga memiliki kecenderungan hidup sufistik, ia adalah seorang tipe pecinta ilmu, sehingga di samping menekuni pekerjaannya, selesai berdagang ayahnya seringkali mengunjungi majlis- majlis pengajian dan mendengarkan sesuatu yang diajarkan oleh ulama ahli Fiqih dan ahli nasihat serta berusaha mengamati dan mengamalkan perilaku para Ulama tersebut (Ghafur, 2006: 26).

  Dari sinilah, Ia (Muhamad) bercita- cita dan selalu berdo’a agar dikaruniai putra yang suka duduk di majlisnya para Ulama, baik Ulama Fuqoha atau Ulama Ahli Petuah, yang mana mereka mau mengajarkan urusan- urusan Agama kepada umat manusia, dan sebagai penunjuk jalan terbaik dunia akhirat. Allah mendengarkan do’anya dan memberi karunia kepadanya dua orang putra yaitu, Abu Hamid al-Ghazali dan adiknya bernama Imam Amad al-Ghazali (Syakur. 2008: 33).

  Dengan kesadaran bahwa pendidikan memerlukan biaya, sedang Ia miskin, sementara cita-citanya harus dipenuhi, maka menjelang wafatnya, Ia menitipkan al-Ghazali dan adiknya, Ahmad, kepada sahabat dekatnya, seorang sufi agar harta yang ditinggalkannya kelak digunakan untuk biaya pendidikan anaknya tersebut. Ayah al-Ghazali sendiri meninggal ketika al-Ghazali diduga berusia enam tahun. Jelas Ia tidak sempat menyaksikan ‘bintang’ al-Ghazali . Hal ini berbeda dengan Ibunya (Ghafur. 2006: 26-27).

  Wasiat tersebut dilakukannya terhadap Imam al-Ghazali dan Ahmad adiknya, keduanya diajarkan cara menulis dan dididik ilmu adab sampai semua harta benda peninggalannya almarhum yang tidak begitu banyak habis untuk membiayai keduanya. Hingga suatu hari sang sufi yang melaksanakan wasiat orang tua Imam al-Ghazali menyampaikan alasannya dalam hal mengajarkan keduanya dan biaya hidup makan sehari-hari, Ia tidak menemukan jalan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup keduanya kecuali makanan pagi dan pakaian untuk belajar di Madrasah tersebut (Syakur, 2008: 34).

  Sang sufi melaksanakan wasiat orang tua kedua anak yatim itu dengan baik, keduanya ditinggalkan dalam keadaan fakir dan tidak memiliki harta yang dapat menunjang kebutuhan hidupnya. Kemudian sang sufi mengirim Al-Ghazali dan Ahmad ke Madrasah Nizamiyah Tus yang bisa memberi jaminan biaya pendidikan. Di Madrasah tersebut Ia belajar Fiqh Syafi’i dan teologi Asy’ariyah di samping belajar Nahwu-Sharaf pada Ahmad Ibnu Muhammad ar- Razkani at-Tus. Pada waktu itu, usia al-Ghazali masih relatif kecil, yaitu sekitar umur 10 tahun. Namun, sejak itulah terlihat ketinggian derajat keduanya dan al-Ghazali memperlihatkan semangatnya yang menggelora untuk mencari dan mendalami ilmu hingga ke jenjang yang lebih tinggi (Ghafur, 2006: 28).

2. Masa Muda

  Dari Tus, al-Ghazali pergi ke kota Jurjani yaitu kota besar yang terletak diantara Thobrostan dan Khurrosan di Iraq. Imam al- Ghozali pergi ke Jurjani berguru kepada Imam Abi Nasir al-Ismaily mendalami Ilmu Fiqih dan ilmu-ilmu yang berkembang ketika itu serta menulis keterangan-keterangannya. Tidak diketahui secara pasti, berapa lama al-Ghazali menuntut ilmu di Jurjan. Namun, kira- kira pada usia baligh, yakni 17 tahun, Ia kembali ke kampung halamannya di Atthusyi (Ghafur. 2006: 28-29).

  Dalam perjalanan kembali ke kampung halaman, al-Ghazali mengalami peristiwa perampokan di jalan. Imam As’ad al-Maihani berkata: “Aku mendengar Imam al-Ghazali berkata: Kami dirampok di tengah perjalanan dan mereka mengambil semua barang yang kami bawa kemudian mereka berlalu meninggalkan kami, mereka aku ikuti terus dari belakang, kemudian pimpinan mereka menoleh kepadaku sambil berkata: Kembalilah kalau kamu tak ingin mati !“

  Segerombolan perampok itu mengambil barang bawaan al- Ghazali yang diantaranya berisi adalah

  Ta’liqot (tulisan keterangan

  guru) miliknya. Al-Ghazali meminta kepada perampok itu agar mengembalikan catatan belajarnya itu. Akan tetapi, pimpinan perampok itu tertawa terbahak-bahak dan mengejek al-Ghazali bahwa al-Ghazali akan hidup tanpa ilmu, dan tidak mengetahui pelajaran apa yang ada di dalam catatan itu. Kejadian itu menjadi pelajaran positif untuk al-Ghazali bahwasanya ucapan perampok itu adalah datangnya dari Allah yang mengingatkan kepada al-Ghazali lantaran ucapan perampok itu. Ketika sampai di kampung halamannya di Atthusyi, al-Ghazali menghabiskan waktunya selama tiga tahun untuk belajar dan menghafal semua keterangan yang Ia tulis agar sewaktu-waktu tulisan itu dirampok orang aku tidak kehilangan ilmu. Hal ini menjadi pelajaran baik untuk kemajuan bagi dunia pendidikan (Syakur, 2008: 35-36).

  Selama tiga tahun di kampung halamannya Atthusyi, Ia belajar sendiri meskipun pada saat- saat tertentu Ia juga belajar tasawuf pada Yusuf an-Nassaj (w.487 H). Tokoh inilah yang kelak juga berpengaruh pada diri al-Ghazali sehingga mengambil dan memutuskan jalan sufi (Ghafur, 2006: 29).