NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

  NASHAIHUL ‘IBAD KARYA

  IMAM NAWAWI AL-BANTANI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh: ABDUL KHAMID NIM: 111 13 063 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  MOTTO لُكِل ُنا َوْنُع َو ُلْضَف َو # ِهِلْه َ ِلِ ُنْيَز َمْلِعْلا َّنِاَف ْمَّلَعَت ِدِم اَحَم اِدِئ ا َوَفْلا ِر ْوٌخُب ىِف ْحَبْسا َو ِمِعْلا َنِم # ُةَد اَيِز ٍم ْوَي َّلُكاًدْيِفَتْسُم ْنُك َو

  Belajarlah ! sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya Dia perlebihan dan pertanda segala pujian Jadikankanlah hari-harimu untuk menambah ilmu Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna

  (Syeikh Ibrahim bin Ismail al-Zarnuji)

  PERSEMBAHAN Skripsi yang sederhana ini saya persembahkan kepada:

  • hentinya memberikan semangat serta

  Bapak- Zaini Ibu Maspiyah tercinta yang senantiasa tak pernah

  Do‟anya sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

  • Ibunda Facichah Ulfah dan Ibunda Chusnul Halimah serta segenap keluarga besar kepengasuhan Yayasan Pondok Pesantreb Al-Manar yang senantiasa memberikan tempat bagi saya dalam mencari Ilmu.

  Abah Cholid Ulfi F, Abah As‟ad Haris N.F, Abah Taufiqurrahman,

  Bapak dan Ibu Guru besrta staf tata usaha MTs Al-manar yeng selalu

  • mendo‟a kan dan dorongan semanagt sehingga terselesainya skripsi ini.
  • support dan memberikan motivasi kepada saya.

  Kakak saya Masrokhan beserta Istrinya yang selalu memberikan

  Teman-teman satu gotak ngaji bareng, ngopi bareng Pondok

  • Pesantren Al-Manar: pak lurah Lutfi, kang kamaludin, kang kholif ah, kang Asmu‟i, kang Wahab, kang Didik, kang Huda, kang

  Amri, Mbah Roko, kang Giweng, kg Izud, kg alfian, kg Umam, Gus Faza, kgMahrus, kg Qosiemi,

  Seorang yang special yang akan menemani hidup saya nanti

  • Semua yang telah mendoakan saya yang tidak bisa penulis sebut satu
  • persatu

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allaah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Segala Puji bagi Allah, dengan penuh rasa Syukur akhirnya penulis panjatkan kehadiran-nya. Hanya berkat karuynia-Nya penulis dapat melaksanakan aktivitas hidup terutama dalam menyelesaikan tugas akhir di IAIN Salatiga ini.

  Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Nsgeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3.

  Ibu Rukhayati, M.Ag, selaku ketua jurusan pendidikan Agama Islam 4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku pembimbing akademik 5. Bapak Dr. M. Gufron, M.Pd selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

  6. Para pustakawan di sekolah IAIN Salatiga yang selalu memberikan pelayanan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang selalu memberikan Ilmu kepada penulis.

  8. Almukarom Romo Kyai As‟ad Haris Nasution F. Abah Taufiqurrahman, Ibunda Fatikhah Ulfah, Ibunda Chusnul Chalimah, serta Ustadz-Uatdzah Pon-Pes Al-Manar yang telah berjuang bersama dalam Agama Alah.

  

ABSTRAK

  Abdul Khamid. 2017 .Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashaihul

  ‘Ibad Karya Imam Nawawi al-Bantani.Skripsi Jurusan Pendidikan

  Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag. Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

  Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Imam Nawawi al-Bantani merupakan seorang ulama‟ salaf pemikir yang menghasilkan karya-karya besar yang terkenal. Beliau merasa bahwa sangat pentingnya sebuah pribadi yang memiliki keimanan yang kuat, kesempurnaan akidah dan akhlak serta pendidikan yang berkualitas dan memadai harus dimiliki oleh setiap orang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji apa saja nilai pendidikan dalam kitab

  Nashaihul ‘Ibad karya Imam

  Nawawi al-Bantani. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: 1). Bagaimana sistematika penulisan dari kitab

  Nashaihul ‘Ibad? 2). Apa saja

  nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

  Nashaihul ‘Ibad? 3). Bagaimana

  relevansi pada akhlak terhadap dunia pendidikan sekarang?.Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan.Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan jenis penelitian kepustakaan(Library Research), sedangkan sumber data primer dari penelitian ini adalah kitab

  Nashaihul ‘Ibad dan sumber sekundernya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.

  Adapun teknis analisis data menggunakan metode Induktif dan metode

  

Diduktif . dan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan akhlak

  dalam kitab

  Nashaihul ‘Ibad karya Imam Nawawi al-Bantani ini sangat

  dibutuhkan bagi dunia pendidikan sekarang ini. Ciri pemikiran beliau dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh dengan al- Qur‟an dan Hadits serta atsar para u lama‟. Beliau menyatakan bahwa Ilmu itu sesuatu yang suci dan hanya akan dapat diserap oleh jiwa yang suci pula. Pendidikan tidak hanya didapat dari bangku sekolah saja, namun kita bisa mendapatkannya melalui siapa saja dan apa saja. Proses mencari Ilmu dapat diperoleh dengan cara memperkuat cinta kepada Allah SWT, menjaga diri dari perbuatan yang dilarang agama dan senantiasa mendekatkan diri pada Allah. Sikap kita kepada sesama manusia dan makhluk lain juga akan berpengaruh dalam dunia pendidikan Islam.

  Saling menyanyangi,

  tawadhu’ serta sikap-sikap yang seharusnya kita lakukan

  kepada makhluk lain akan menjadikan kita sebagai hamba yang santun dan bijak dalam kehidupan. Dari sini diharapkan akan terwujud sebuah pribadi yang memiliki akhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur dan berkeimanan yang kuat.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LOGO IAIN .................................................................................................... ii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN .................................................. v

MOTTO .......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ......................................................................... 8 F. Metode Penelitian........................................................................ 10 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 13 BAB II BIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI A. Riwayat Hidup Imam Nawawi al-Bantani .................................. 15 B. Nasab Imam Nawawi al-Bantani ................................................ 16 C. Sistematika Penulisan Kitab Nashaihul ‘Ibad ............................ 19 D. Pendidikan Imam Nawawi al-Bantani ........................................ 21 E. Karya-karya Imam Nawawi al-Bantani ...................................... 23 F. Nasionalisme ............................................................................... 28 G. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi al-Bantani............................. 30 H. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram ........................ 33 I. Murid-murid Imam Nawawi al-Bantani...................................... 35 J. Wafat .......................................................................................... 38

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM NAWAWI AL-BANTANI A. Pengertian Nilai Pendidikan ........................................................ 39 1. Pengertian Nilai ........................................................................ 39 2. Bentuk-bentuk Nilai Pendidikan .............................................. 41 B. Pengertian Pendidikan Akhlak ................................................... 44 1. Pengertian Pendidikan .............................................................. 44 2. Pengertian Akhlak ................................................................... 46 C. Pemikiran Imam Nawawi al-Bantani Tentang Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad ........................................ 50

BAB IV ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB NASHAIHUL’IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad ............. 59 B. Relevansi Pendidikan Akhlak dalam kitab Nashaihul ‘Ibad dalam

  dunia Pendidikan ........................................................................ 73

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 81 B. Saran ............................................................................................ 84 C. Kata Penutup ............................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah Agama yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW

  sebagai pedoman hidup umat manusia dan pendidikan bagi manusia dan seluruh alam ini. Rasulullah SAW sebagai utusan yang menyempurnakan akhlak manusia, karena beliau dalam hidupnya penuh akhlak-akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang baik. (Umar Abdul Djabbar, tt: 3).

  Islam merupakan Agama

  rahmatan lil’alamiin yang dibawa oleh

  Rasullullah SAW. Islam sangat memperhatikan segala aspek yang dikerjakan manusia, mulai dari hal-hal yang besar, baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan manusia. Dalam hal ini Islam memberikan pendidikan kepada manusia dan sebagai pedoman hidup untuk manusia seluruh alam.

  Rasulullah SAW, sebagai utusan yang menyempurnakan akhlak manusia, karena beliau pada hidupnya penuh dengan akhlak-akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang baik. Para sahabat dan keluarga beliau menjadikan perjalanan Nabi Muhammad SAW, sebagai pelita untuk penyiaran Agama. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT di dalam Al-

  Qur‟an:      Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

  (Q.S. Al-Qalam: 4). (http//.alquran-digital.com).

  Rasulullah adalah perumpamaan Al- Qur‟an yang berjalan, karena perilaku, perkataan dan kehidupan kesehariaannya mencerminkan apa yang diajarkan di dalam Al-

  Qur‟an. Dalam syiar Islam beliau mengutamakan pemberian contoh nyata melalui perangainya yang sangat luhur. Biarpun dicaci maki, dicemooh, dihina dan bahkan nyawa taruhannya terancam oleh orang-orang kafir, tetapi beliau membalas perbuatan tersebut dengan pekerti yang luhur tiada rasa dendam, marah, putus asa, malah membalas dengan hal kebaikan dan ternyata perbuatan itu dapat mengalahkan mereka, lalu merekapun berbondong-bondong masuk Islam tanpa adanya ajakan secara langsung.(Hermawan, 2015: 32).

  Agama Islam sangat memperhatikan masalah akhlak, melebihi perhatiannya dari hal-hal yang lain. Perhatian itu sampai sedemikian rupa, sehingga akhlak sebagai salah satu pokok tujuan risalah. Akhlak merupakan lambang kualitas manusia, masyarakat, dan umat. Karena itulah akhlak yang menentukan eksistensi seorang muslim.

  Akhlak merupakan sifat yang dekat dengan iman. Baik buruknya akhlak menjadi salah satu syarat sempurna atau tidaknya keimanan manusia.

  Orang yang beriman kepada Allah akan membenarkan dengan seyakin- yakinnya akan ke Esaan Allah, meyakini bahwa Allah mempunyai sifat dengan segala kesempurnaannya dan tidak memiliki sifat kekurangan, ataupun menyerupai sifat-sifat makhluk ciptaan-Nya.(Siroj, 2009:2).

  Maka karena itu pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan Al- Qur‟an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin baik individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psihis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang.(Munzier, 2008: 89).

  Karena Harkat manusia ditentukan oleh akhlaknya. Akhlaknya yang sudah membentuk menjadi kepribadian akan memberikan jati diri yang agung. Jati diri tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi perlu adanya langkah-langkah untuk mengukirnya. Mengukir jati diri di waktu kecil seperti mengukir batu, butuh ketekunan sampai akhir hayat.(Mubarok, 2011:3).

  Akan tetapi berbanding terbalik dengan apa yang terjadi remaja sekarang pergaulan sudah sangat mengkhawatirkan, karena sudah sangat banyak hal-hal yang buruk yang dilakukan oleh remaja. Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kehidupan, dan dapat membentuk suatu kebiasaan terhadap seseorang.(Al-

  Jaza‟iri, tt: 223). Hal ini menjadi keprihatinan bersama. Apabila tidak ada cara untuk membentengi anak-anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang buruk, maka bisa dipastikan mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk melakukan perbuatan yang buruk. Sangat jelas bahwa sungguh telah ada suritauladan yang baik dalam diri Rasulallah SAW. Maka hendaklah kepada para orang tua dapat memberikan pengarahan dan pendidikan akhlak yang baik terhadap anak-anaknya agar kelak sifat baik Rasulullah dapat tercermin di dalam dirinya. Imam Al-

  Ghazali mengatakan: “seseorang anak, sejak ia dilahirkan adalah amanat Allah SWT kepada kedua orang tuanya. Hati anak tersebut masih bersih dan suci, bagaikan permata yang sangat berharga. Manakala anak itu terbiasakan dan diperlihatkan kepada hal-hal yang baik, maka anak itu akan tumbuh menjadi manusia yang semakin hari akan semakin tertancap serta semakin meresaplah kebaikan- kebaikan di dalam jiwanya”. Dan bagi generasi muda hendaknya sadar bahwa kelak mereka juga akan menjadi orang tua, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki akhlak. Yang mana di era sekarang ini sudah tampak tanda-tanda zaman Jahiliyah jilid dua yang terbukti dengan banyaknya perilaku-perilaku yang menyerupai zaman pra Islam.(Al-Ghalayaini, 2000: 314).

  Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang akhlak. Supaya mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku (akhlak) yang baik, menjadi penerus bangsa negara, dan juga Agama.

  Berbekal dengan pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh

irsyad , taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat.

  Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh sesama makhluk.(FIP-UPI, 2007: 18).

  Salah seorang u lama‟ yang mengkaji dan memberikan pendidikan akhlak secara mendalam adalah Imam Nawawi Al-Bantani. Beliau adalah seorang ulama‟ besar dalam bidang keilmuaan salah satunya adalah pendidikan akhlak.

  Sejarah menyebutkan bahwa beliau dikenal kuat dalam mengamalkan Ilmu dan hidup zuhud, dan sangat sabar menjalani kehidupan yang serba kekurangan. Beliau juga jarang tidur malam, rajin beribadah dan menulis berbagai kitab salah satu karyanya yang sering dikaji adalah Nashaihul ‘Ibad. ( http://klulaku.blogspot.co.id). Kitab ini tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai ulasan-ulasan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak beserta dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang kemudian bisa dijadikan acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari para siswa (pelajar).

  Dari uraian di atas, penulis sangatlah tertarik ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan akhlak pada pemikiran Imam Nawawi Al-Bantani melalui sebagian karya-karyanya yang cukup fundamental yaitu kitab

  Nashaihul ‘Ibad yang di dalamnya terdapat beberapa uraian tentang

  pendidikan akhlak. Untuk itu, maka penulis berusaha untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

  NASHAIHUL ’IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI,

  dengan harapan semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagaimana sistematika penulisan dari kitab Nashaihul ‘Ibad? 2. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

  N ashaihul ‘Ibad ?

  3. Bagaimanakah relevansi pendidikan akhlak kitab Nashaihul ‘Ibad dalam konteks kehidupan pelajar sekarang?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.

  Mengetahui bagaimana sistematika penulisan kitab Nashaihul ‘Ibad.

  2. Mengetahui bagaimanakah nilai-nila Pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab N

  ashaihul ‘Ibad.

3. Mengetahui relevansi pendidikan akhlak kitab Nashaihul ‘Ibad dalam konteks kehidupan pelajar sekarang.

D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan Ilmu pengetahuan dan pembenahan akhlak yang pada era sekarang ini sangat jauh dari ajaran Islam. Kegunaan dari penelitiaan ini dapat dikemukakan dua bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoristik

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan yang terkandung dalam kitab N

  ashaihul ‘Ibad serta bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan Islam.

2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi Penulis Menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai nilai pendidikan untuk selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

  b.

  Bagi Lembaga Pendidikan 1.

  Sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia terutama pendidikan Islam.

  2. Dapat dijadikan masukan yang membangun guna untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta pemerintah secara global.

  c.

  Bagi Ilmu Pengetahuan 1.

  Sebagai bahan referensi dalam Ilmu pendidikan terutama Ilmu pendidikan Islam, sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan di bidang tersebut khususnya dan bidang Ilmu pengetahuan yang lain pada umumnya.

  2. Menambah khazanah mengenai nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab

  nashaihul ‘Ibad sehingga mengetahui betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian berusaha memperbaiki diri agar selalu meningkatkan mutu dan kualitas diri menjadi yang lebih baik dihadapan Allah dan dihadapan manusia. Dengan demikian setiap induvidu diharapkan dalam keadaan tetentu dapat mengambil pelajaran di setiap aktivitasnya. Kemudian akan menjadikan pribadi berfikiran matang sebelum melakukan suatu tindakan dan menentukannya ke jalan kebenaran dan mengurangi tingkat kesalahan tindakan baik itu merugikan diri sendiri, kelompok, maupun orang lain serta menuju kebahagiaan dunia sampai akhirat.

E. Penegasan Istilah

  Untuk memperjelas judul di atas serta menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahan dalam memahami istilah, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul proposal ini sebagai berikut: 1.

  Nilai Pendidikan Akhlak Nilai adalah sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang dibutuhkan.

  Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan pelatihan.(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990: 365).

  Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek kepadanya.(Al-Jaziri, tt: 223).

  Nilai pendidikan akhlak adalah merupakan usaha sadar yang memungkinkan induvidu atau kelompok untuk membimbing dan mengarahkan seseorang untuk mencapai suatu tingkah laku yang baik dan teruji serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.

2. Nashaihul ‘Ibad

  Sebuah karya Muhammad Nawawi bin „Umar Al-Bantani Al-

  Jawi yang disajikan untuk seorang hamba sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai tuntunan Islami yang dapat membawa ke arah kebaikan dan menjadikan seseorang berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut. Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi, sehingga bila difahami dengan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari dapat menghantarkan kita pada kebersihan hati, kesucian jiwa dan kesantunan budi pekerti serta dapat mengingatkan kita akan pentingnya memahami makna hidup hakiki dan mempersiapkan diri menghadap Sang Maha Kuasa dengan membawa berbagai amal kebaikan dan budi pekerti yang baik (Kauma, 2005: 5).

  Kitab ini terdiri dari 10 bab pembahasan, dimulai dari Khutbatul Kitab dilanjutkan dengan bab satu, dua, tiga, sampai dengan sepuluh pada akhir kitab. Kitab ini juga disertai dengan fahrasat (daftar isi).

3. Imam Nawawi

  Adalah Abu Abdul Mu‟ti Muhammad Nawawi bin „Umar bin „Arabi bin „Ali At-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat, pada tahun 1230 H bertepatan dengan 1813 M, di dalam keluarga yang mulia yang terkenal dengan dakwah Islamiahnya. Sejak kecil beliau hidup dan menimba ilmu di Makkatul Mukarromah dan berbagai daerah seperti: Madinah, Syiria, dan Mesir.

  Kemudian menetap kembali di Makkah. Setelah mengabdikan dirinya dalam perjuangan yang panjang untuk memperjuangkan Islam, akhirnya imam Al-Bantani kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 syawal 1314/1879 52).M. (Amirul Ulum, 2015: 52).

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan objek kitab-kitab, serta lainnya yang ada kaitannya dengan objek kajian, karena yang dijadikan objek adalah hasil karya tulis hasil pemikiran.

  2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

  research ), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun

  referensi yang menjadi sumber data primer adalah kitab Nashaihul ’Ibad karya Imam Nawawi.

  Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah terjemah

  Nashaihul ’Ibad, kitab Risalatul Mu’awwanah, Kapita Selekta

  Pendidikan Islam serta kitab-kitab dan buku-buku lainnya yang ada relevansinya dengan obyek pembahasan penulis.

  3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yakni kitab

  Nashaihul ’Ibad dan data sekunder

  yakni terjemah

  Nashaihul ’Ibad, kitab Risalatul Mu’awwanah, Kapita

  Selekta Pendidikan Islam dan buku-buku serta kitab yang relevan lainnya. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubunganya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data/ informasi untuk bahan penelitian.

  4. Teknik Analisis Data Teknik Analisis Data yaitu penanganan terhadap suatu obyek

  Ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

  Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a.

  Metode Diduktif Metode Deduktif yaitu apa yang dipandang benar dalam peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis. Hal ini adalah suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan yang khusus.(Hadi, 1990: 26). Metode ini digunakan oleh penulis untuk menganalisis data tentang nilai yang akan dibahas yaitu nilai pendidikan akhalak.

  Jadi metode deduktif adalah proses berfikir secara umum kemudian ditarik menjadi pengetahuan berfikir secara khusus.

  b.

  Metode Induktif Metode Induktif yaitu metode yang berangkat dari fakta- fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit, kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1990: 26). Metode ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang kebahagiaan yang hakiki dalam kitab

  Nashaihul ’Ibad, sehingga dapat diketahui nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya.

  Jadi metode deduktif adalah proses berfikir secara khusus kemudian ditarik menjadi pengetahuan berfikir secara umum.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

  Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini. Bab II : Latar Belakang penulisan kitab Nashaihul ’Ibad, Sistematika penulisan kitab

  Nashaihul ’Ibad, Biografi dan pemikiran imam

  Nawawi, menguraikan tentang: Biografi Imam Nawawi yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanan karirnya. Selain itu dalam bab ini juga membahas perkembangan intelektual, karya-karyanya, silsilah nasab dan silsilah gurunya.

  Bab III : Deskripsi pemikiran Imam Nawawi Al-Bantani. Bab IV : Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi, pemikiran, dan Implikasi. Bab V : Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI A. Riwayat hidup Imam Nawawi Lahir dengan nama Abu Abdul Mu‟ti Muhammad Nawawi bin „Umar bin „Arabi. Ulama besar ini hidup dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat. Ulama yang lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten (Sekarang di Kampung Pesisir,

  desaKecamatan Tanara, Jawa Barat pada tahun 1230 H /1813 M dalam keluarga yang terkenal dengan dakwah Islamiahnya.

  Beliau wafat di Makkah pada tanggal 25 syawal 1314/1879 M. Jenazah imam Nawawi al-Bantani dishalatkan di Masjidil Haram dengan gelombang yang besar. Kemudian dimakamkan di Ma‟la berdekatan dengan makam Ibnu Hajar dan Asma‟ binti Abu Bakar.(Amirul Ulum, 2015: 52-53).

  Ketika masa beliau berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafal Al- Qur‟an dan membacakan kitab Fiqih pada sebagian ulama di sana. Proses pembelajaran ini di kalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan sebutan Al-

  Qira`ah . Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama Syaikh

  Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut dan menyaksikan banyak anak-anak yang memaksa An-Nawawi kecil untuk bermain, namun dia tidak mau bahkan lari dari kejaran mereka dan menangis sembari membaca Al-

  Qur‟an. Syeikh ini kemudian mengantarkannya kepada ayahnya dan menasehati sang ayah agar mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Sang ayah setuju dengan nasehat ini.(Amirul Ulum, 2016: 57).

  Pada tahun 649 H, An-Nawawi, dengan diantar oleh sang ayah, tiba di Damaskus dalam rangka melanjutkan studinya di Madrasah Dar al-Hadits.

  Dia tinggal di Al-Madrasah Ar-Rawahiyyah yang menempel pada dinding masjid al-Umawy dari sebelah timur. Ayah beliau bernama K.

  H „Umar bin „Arabi, seorang pejabat penghulu yang memimpin sebuah masjid. Dilacak dari segi silsilah, imam Nawawi merupakan keturunan ke-11 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu cucu dari Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Sunyaratas (Tajul Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. Melalui jalur imam Ja‟far ash-Shadiq, Imam Muhammad al-Baqir, imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husain, Fatimah az-Zahra. (Ghofur, 2008:189). Beliau bersaudara tiga orang yaitu Nawawi, Tamim dan Ahmad.(Syamsu, 1996:271).

B. Nasab Imam Nawawi Al-Bantani

  Imam Isa Syakir Arrumi Ra

  Imam Abdullah Khon Ra Imam Abdul Malik Ra.

  Imam „Ali Hadroh Maut (yaman) Ra

  Imam Muhannad Shohib Marbath Ra

  Imam Muhammad Ra

  Imam Alawi Ra Imam „Ali Kholi Qosam Ra

  Imam Ubaidullah Ra

   Sudah disebutkan di atas, bahwasannya nasab Imam Nawawi Al-

  Bantani bersambung dengan nasab baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun urutan nasab-nasab Imam Nawawi Al-Bantani adalah sebagai berikut: Sayyiduna Muhammad SAW

  Imam „Ali „Uroidhi Ra Muhammad An-

  Imam Muhammad Baqir Ra

  Imam Ja‟far Shodiq Ra

  Imam „Ali Zainal „Abidin Assajad Ra.

  Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra

  Sayyiduda „Ali bin Abi Tholib Fatimah Azzahro al-Batul Ra.

  Sayyidatuna Khatijah Al- Kubro RA

  Naqib Ra Imam Ahmad al-Muhajir Ra Imam Ahmad Syah Jalaliddin Ra.

  Imam Jamaluddin al- Akbar Ra. Imam Abdullah Umdataddin

  Ra Imam „Ali Nurril

  „Alim Siyam Ra Sunan Gunung Jati Raden

  Syarif Hidayatullah Cirebon Ra.

  Maulana Hasanuddin Banten Ra.

  Muhammad Nashriddin Banten Ra

  Maulana Yusuf Banten Ra

  Abul Mafakhir Muhammad Abdil Qadir Ra.

  Abul Ma‟ali Ahmad Kanari Banten Ra.

  Mangsuruddin Cikaduen Banten Ra.

  Abul Fath Abdil Fattah Tirtayasa Banten Ra.

  Maulana Nawawi Ra.

  Maulana „Ali Ra.

  Maulana „Umar Attanar al-Bantani

  Syaikhul Kabir wa „Alim Hijaz Abdul Mu‟thi Muhammad Nawawi Al-Bantani.

  Demikianlah runtunan nasab beliau yang sampai pada baginda Nabi Muhammad melalui jalur sayyiduna Husain ra (http//id.wikipedia.org).

C. Sistematika Penulisan Kitab Nashailul ‘Ibad

  Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab

  Nashaihul ‘Ibad

  adalah tematik, yang penulisannya dari satu bab ke bab yang lain berdasarkan jumlah nasehat dan pokok masalah yang terkandung di dalamnya. Mulai dari dua pokok masalah, tiga pokok masalah, dan seterusnya sampai sepuluh pokok masalah. Jumlah pembahasannya ada 214 yang didasarkan pada 45 Hadits dan sisanya merupakan atsar (perkataan sahabat dan tabi‟in). Adapun rincian bab yang terdapat dalam kitab ini yaitu:

1. Bab I, khutbatul kitab yang berisi kata pengantar dan sambutan dari penulis.

  2. Bab II, Tiga puluh macam makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung dua butir nasehat. Adapun urutannya adalah:

  a. Dua hal yang sangat utama c.

  Dua perintah Nabi agar bergaul dengan ulama‟ d.

  Dua perumpamaan masuk kubur tanpa bekal e. Dua kemuliaan f. Dua kesedihan g.

  Dua pencarian h. Dua sikap orang mulia dan bijaksana i. Dua modal yang berbeda hasilnya j. Dua dasar kemaksiatan k.

  Dua jenis tangisan l. Larangan meremehkan dosa kecil m.

  Dua jenis dosa n. Dua aktivitas utama o. Dua bukti belum mengenal Allah dan dirinya sendiri p. Dua kerusakan q. Dua nasehat tentang nafsu dan sabar r. Dua pengendalian akal s. Dua keuntungan menjauhi keharaman t. Dua wahyu Allah kepada Nabinya u.

  Dua kesempurnaan akal v. Dua perbedaan antara yang berilmu dan yang bodoh w.

  Dua ciri orang yang taat kepada Allah x. Dua aktivitas inti y. Dua sumber dosa dan fitnah z. Dua pengakuan kelemahan diri aa.

  Dua perbuatan tercela 1.

Bab III, Lima puluh makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung tiga butir nasehat.

  2. Bab IV, Tiga puluh makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung empat butir nasehat.

  3. Bab V, Dua puluh tujuh makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung lima butir nasehat.

  4. Bab VI, Tujuh belas makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung enam butir nasehat.

  5. Bab VII, Sepuluh macam makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung tujuh butir nasehat.

  6. Bab VIII, Lima makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung delapan butir nasehat.

  7. Bab IX, Lima makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung Sembilan butir nasehat.

  8. Bab X, dua puluh Sembilan makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung sepuluh butir nasehat.(Al- Asqalany, 2002: 1) D.

   Pendidikan Imam Nawawi Al-Bantani Imam Nawawi Al-Bantani adalah seorang yang Agamis.

  Mengutamakan pengetahuan ilmu Agama. Sendi-sendi ajaran Islam selalu dikedepankan dibandingkan yang lainnya. Ajaran yang telah diajarkan oleh ayah dan guru-gurunya selalu Imam Nawawi lestarikan.(Amirul Ulum, 2015: 41).

  Semenjak kecil beliau terkenal cerdas, otaknya dengan mudah menyerap pelajaran yang diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun. Pertanyaan- pertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat potensi yang begitu besar pada putranya, pada usia 8 tahun sang ayah mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian berguru kepada kyai Sahal banten, setelah itu mengaji kepada kyai Yusuf Purwakarta

  Pada usia 15 tahun, Imam Nawawi bersama dua saudaranya berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji. Namun selepas musim haji, ia enggan kembali ke Indonesia. Dahaga keilmuan yang telah meneguhkan keinginannya untuk tetap menetap di Makkah. Di tanah suci ini beliau menyerap berbagai pengetahuan. Ilmu kalam (teologi), bahasa dan sastra arab, Ilmu hadist, tafsir dan terutama Ilmu fiqih adalah sederet pengetahuan yang dikajinya dari para ulama besar di sana (Ghofur, 2008:190). Beliau berguru kepada para ulama‟ terkenal di Makkah, seperti: syeikh Khatib al- Sambasi (1802-1872 M ), Abdul Ghani Bima (wafat 1853 M), Yusuf Sumbulaweni, „Abdul Hamid Dhagestani (1863-1915 M), Syeikh Ahmad Zaini Dahlan (1816-1891 M), Syeikh Muhammad Khatib Hambali (1859- 1915 M), dan Syeikh Junaid al-Betawi. Akan tetapi guru yang paling berpengaruh adalah Syeikh Sayyid Ahmad Nahrawi, dan Syeikh Ahmad Dimyati ulama‟ terkemuka di Makkah, melalui karakter ketiga syeikh inilah karakter beliau terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama‟ lain yang berpengaruh besar mengubah alam pikirannya, yaitu Syeikh Muhammad Khatib al-

  Sambasi dan Syeikh Ahmad Zaini Dahlan, ulama‟ besar Madinah

  Merasa masih haus akan dunia keilmuannya Imam Nawawi mengembara lagi ke Negara-negara Islam di Timur Tengah untuk belajar kepada Ulama‟-ulama‟ seperti mesir dan syam. Setelah menyerap banyak materi dari para Ulama‟ beliau kembali lagi ke Hijaz untuk belajar dengan ulama‟-ulama‟ yang ada di sana.(Amirul Ulum, 2015: 45).

  Syeckh Nawawi al-Bantani berangkat ke hijaz pada 1828 M setelah 2 tahun memimpin pesantren ayahnya sejak tahun 1826. Setelah kepergiannya, tugas mengasuh pesantren dilimpahkan kepada adeknya, terutama tamim dan syaid yang seperguruan dengannya seketika belajar kepada K.H Sahal, Kyai Yisuf dan pengasuh Pesantren Cikampek.(Amirul Ulum, 2016: 66) E.

   Karya-karya Imam Nawawi al-Bantani

  Selain seorang guru besar Imam Nawawi dalam jangka waktu kurang lebih 15 tahun sebelum beliau wafat, Imam Nawawi al-Bantani sangat subur dalam membuahkan beberapa karya-karya. Waktu mengajarnya pun sengaja dikurangi untuk menambah kesempatan menulis. Maka tidak heran jika Imam Nawawi al-Bantani mampu melahirkan puluhan kitab, bahkan menurut sebuah sumber lain ratusan kitab karya tulis Imam Nawawi al-Bantani dari berbagai disiplin Ilmu.(Ghofur, 2008: 192). Menurut Syaikh Abdallah Abdurrahman dalam Alamu al- Makkiyin: 832-1399 H, menurutnya bahwa Imam Nawawi al-Bantani kesibukannya adalah mengajar, mengarang kitab dan beribadah. Banyak karya tulis yang sudah dihasilkannya sebagai bentuk kepeduliannya untuk mengabdikan sebuah Ilmu agar tetap terjaga hingga akhir zaman. Karya yang dihasilkan Imam Nawawi al-Bantani hampir mencakup dalam berbagai disiplin Ilmu Islam.

  Karya-karya Imam Nawawi al-Bantani ini banyak dikaji di berbagai pesantren Nusantara dan Asia Tenggara. Terlebih pesantren yang masih mengutamakan pelajaran salaf. Hal ini disebabkan pengaruh Imam Nawawi al- Bantani yang dibawa oleh murid-murid hingga keberbagai penjuru dunia.

  Sebagian dari karya-karya Imam Nawawi al-Bantani adalah sebagai berikut:

  1. Dalam bidang Tafsir, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai sebuah karya yaitu Tasir Al-Munir. Tafsir setebal dua jilid ini selesai ditulis pada tanggal

  5 Rabiul Awwal 1305 H/ 1866 M. Usai selesai menulis Imam Nawawi al- Bantani menyodorkannya kepada ulama‟ Mesir. Ulama‟ Mesir merasa kagum dengan prestasi yang dimiliki imam Nawawi al-Bantani.

  2. Dalam bidang Fiqih, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai sebuah karya diantaranya: a.

  Fatkhul Mujid, yang ditulis pada 1276 H. kitab ini merupakan ulasan ringkas atas kitab Khatib al-Syarbani fi al-Manasik.

  b.

   Khasifatu al-Saja’, yang ditulis pada 1292 H. kitab yang berisi uraian

  pemikiran tauhid Syaikh Nawawi ini merupakan ulasan atas kitab Syafinah al-Najah karya Syaikh Salim ibn Samir al-Hadhrami.

  c.

   Mirqath al-Su’ud al-Tasdiq, Kitab yang ditulis pada 1292 H. ini berisi

  ulasan Syaikh Nawawi terhadap pemikiran Syaikh Abdullah ibn Hasyim Ba‟alawi dalam kitab Sullam al-Taufiq.

  d.

   Nihuyatu al-Zain, yang berisi ulasan atas pemikiran Syaikh Zain al-Din

  Abdul Aziz al-Malibari dalam kitab Qurrah al-Ain bi Muhimmat al-Din. Kitab tersebut ditulis pada 1297 H.

  e.

   Al-tausyik, yang ditulis pada 1314 H. ini berisi ulasan atas kitab Fath al-Qarib al-Mujib karya Ibn Qasim al-Ghazi.

  f.

   Al-Aqdu al-Tsamin, yang berisi ulasan atas kitab Mandzumat al-Sittin Mas‟alatan al-Musamma bil al-Fath al-Mubin karya Syaikh Mustofa ibn

  Usman al-Jawi al-Qaruti.

  g.

   Uqudu al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain yang ditulis pada 1297 H.

  ini membahas hak dan kewajiban suami istri.

  h.

   Sullam al-Munanjat, kitab ini ditulis pada 1292 H. dan berisi ulasan atas kitab Syafinah al-Shalat karya Sayyid Abdullah ibn Umar al-Hadhrami. i.

   Al-Tsimar al-Yani’ah yang berisi ulasan atas kitab al-Riyadh al-Badi’ah

  karya Syaikh Muhammad ibn Sulaiman Hasb Allah.(Samsul Munir, 2008: 12) 3. Dalam Hadist dan Musthalahu al-Hadist Imam Nawawi al-Bantani mempunya sebuah karya diantaranya: a.

  Syarah Shahih Muslim b.

  Riyadhuh al-Shalihin c. Sharah Shahih Bukhari al-Adzkar d.

   Arba’in an-Nawawi e. Irsyad fi al-Ulum al-Hadist f. Al-Taqrib wa al-Taisir 4.

  Dalam bidang bahasa dan kesastraan, Imam Nawawi al-Bantani mempunya sebuah karya diantaranya:

  a.

   Al-Raudha al-Mahiyyah fi Abwabi 5.

  d.

   Tijan ad-Durori, Kitab yang ditulis pada 1298 H. ini merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-Tauhid.

  c.

   Fath al-Majid, Kitab yang ditulis pada 1298 H. ini merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-Tauhid.

  b.

  H.

   Bahjatu al-Wasail, yang merupakan ulasan atas Risalah al-Jami‟ah baina Ushul al-Din wal Fiqh wat Tashawuf . Kitab ini ditulis pada 1922

  a.

  Dalam Akhlak dan Teologi, imam Nawawi al-Bantani mempunya sebuah karya diantaranya:

   Al-Kawakibi al-Jahiliyyah f. Al-Nabrawasi g.

   Fath al-Ghafir al-Khattiyah, yang berisi ulasan atas kitab Nuzum al- Jurumiyah al-Musamma bi al-kaukab al-Jauziyah karya imam abdul

  e.

  merupakan ulasan atas kitab al-Raudhah al-Bahiyyah fi al-Abwab alTashrifiyyah.

   Al- Fushus al-Yaqutiyyah, ala Raudhat al-Mahiyah fi al abwab al- Tashrifiyyah yang membahas marfologi atau ilmu Sharf. Kitab ini

  d.

  Isti’arat karya Huasain al-Nawawi al-Maliki.

  Lubab al-Bayan yang membahas ilmu balaghah dan merupakan ulasan atas kitab Risalat al-

   Al-jurumiyyah c.

  b.

  salam ibn mujahid al-Nabrawi. Kitab tersebut ditulis pada 1298 H.

   Al-Najah al-Jadidah, yang ditulis pada 1303 H. e.