NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-ADZKAR KARYA IMAM NAWAWI SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

  

DALAM KITAB AL-ADZKAR KARYA IMAM NAWAWI

SKRIPSI

Disusun guna memperoleh gelar

sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam

  

Disusun Oleh :

NGUMDATUL QORI’

NIM: 111-13-025

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

ِمْلِعلا َقْوَف ُبَدلأا

  

“Orang yang Mempunyai Adab Sopan Santun itu di Atas Orang yang

Mempunyai Ilmu yang Tidak Mempunyai Adab Sopan Sant un”

(K. M. Chalim AS)

  ْذاَف ْذَأ ىِنوُرُك ْرُك ْشاَو مُك

  ِنوُرُفكَت َلََو ىِلوُرُك “Hendaklah kalian mengingat-Ku maka Aku akan mengingat kalian dan bersyukurlah kalian pada-Ku dan janganlah kalian ingkar.” (QS. Al-baqarah: 152)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1.

  Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan tidak ada halangan suatu apapun

  2. Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi panutan dan suri tauladan yang baik bagi seluruh umat Islam

  3. Keluarga tercinta Ayahanda Sarwan dan Ibunda Laswati yang tidak bosan mendoakan saya, dan yang telah mendidik dan merawat dengan penuh kerelaan dan pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan doa restunya

  4. Seluruh keluarga besar (Sri purnatun, Muhammad Shidiq, Siti Chasanatun, Ahmad Nurrochim) yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada saya

  5. Kepada Bapak Kyai M. Chalim AS dan Kyai M. Khazim AS serta Bapak Kyai Khoirul Umam selaku Pengasuh Pondok Pesantren Putri Darul ‘Ulum Reksosari, Suruh, Kab. Semarang yang selalu menasehati saya dan selalu membimbing serta mendidik saya, sehingga ada semangat dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini 6. Alm. Bapak Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing

  Akademik yang selalu membimbing saya selama 4 tahun. Semoga amal beliau diterima disisi Allah SWT

  7. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. selaku pembimbing sekaligus sebagai motivator serta pengaruh sampai selesainya penulisan skripsi ini

  8. Seluruh sahabat-sahabat saya khususnya yang ada di Ponpes Putri Darul ‘Ulum Reksosari, Suruh, Kab. Semarang yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2013 yang telah memberikan motivasi dan semangat belajar

  9. Seseorang yang spesial, yang akan menemani hari-hari saya kelak dikala senang maupun susah

  KATA PENGANTAR

  

ِمْيِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِالله ِمْسِب

  Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat, Taufiq , dan Hidayah serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaa. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan karya tulis sederhana ini berkat motivasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

  Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN

  

AKHLAK DALAM KITAB AL-ADZKAR KARYA IMAM

  Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

  NAWAWI ”.

  sarjana progam studi Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

  Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  

ABSTRAK

  Ngumdatul Qori. 2017. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-adzkar

  Karya Imam Nawawi. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

  Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

  Sesungguhnya pendidikan akhlak menjadi bagian yang penting dalam substansi pendidikan Islam sehingga Al- qur’an menganggapnya sebagai rujukan terpenting bagi seorang muslim dan umat manusia seluruhnya. Akhlak adalah buahnya Islam yang diperuntukkan bagi seorang individu dan umat manusia, dan akhlak menjadikan kehidupan ini menjadi manis dan elok. Tanpa akhlak, yang merupakan kaidah-kaidah kejiwaan dan sosial bagi individu dan masyarakatnya, maka kehidupan manusia tidak berbeda dengan kehidupan hewan dan binatang. Inti dari ajaran Islam adalah akhlak mulia yang bertumpu pada hubungan yang harmonis dan seimbang antara manusia dan Tuhan, dan antara manusia dengan manusia. Demikian ajaran yang dibawa Rasulullah Saw pada intinya adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji apa saja nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-adzkar karya Imam Nawawi. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Mengetahui Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-adzkar dan 2) Mengetahui relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Al-adzkar dalam kehidupan manusia.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan jenis penilaian library research, yaitu penelitian tersebut dengan mengumpulkan data- data yang diperlukan yang ada hubungannya dengan objek penelitian, baik yang primer (kitab Al-adzkar), sekunder (Terjemah Kitab Al-adzkar), maupun tersier (kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian dicari dari sumber kepustakaan). Adapun teknis analisis data menggunakan metode dan Reflektic Thinking.

  Content Analysis

  Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-

  

adzkar karya Imam Nawawi ini sangat dibutuhkan bagi semua manusia sekarang

  ini. Ciri pemikiran Imam Nawawi dapat digolongkan dalam corak yang praktis yang tetap berpegang teguh pada Al- qur’an, Hadis maupun atsar para Ulama’.

  Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-adzkar dibagi menjadi 6, 1) Pendidikan akhlak terhadap Allah SWT. 2) Pendidikan akhlak terhadap Rasulullah SAW. 3) Pendidikan akhlak terhadap Al- qur’an. 4) Pendidikan akhlak terhadap sesama manusia. 5) Pendidikan akhlak terhadap diri sendiri 6) Pendidikan tata cara melakukan aktivitas sehari-hari. Relevansi nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al- yaitu pendidikan akhlak tidak hanya terhadap sesama muslim tetapi bersifat

  adzkar

  universal (menyeluruh) terhadap seluruh umat manusia karena setiap manusia itu benar-benar harus mempunyai pendidikan akhlak yang baik, baik pendidikan akhlak terhadap Tuhannya maupun terhadap sesama manusia.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO ............................................................................... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Manfaat penelitian ......................................................................... 6 E. Penegasan istilah ........................................................................... 8 F. Metode penelitian ......................................................................... 11 G. Kajian penelitian yang relevan ...................................................... 13 H. Sistematika penulisan skripsi ........................................................ 14

  

BAB II NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DAN RUANG

LINGKUPNYA A. Nilai Pendidikan Akhlak ............................................................. 16 1. Pengertian Nilai ...................................................................... 16 2. Pengertian Pendidikan ............................................................ 17 3. Pengertian Akhlak .................................................................. 19 B. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak .............................................. 25 1. Akhlak terhadap Allah SWT .................................................. 25 2. Akhlak terhadap sesama manusia .......................................... 26 a. Akhlak terhadap Rasulullah SAW .................................... 26 b. Akhlak terhadap orang tua ................................................ 27 c. Akhlak terhadap guru ........................................................ 27 d. Akhlak terhadap tetangga dan masyarakat ........................ 27 3. Akhlak terhadap lingkungan ..................................................... 28 BAB III BIOGRAFI IMAM AN-NAWANI A. Riwayat Hidup Imam Nawawi ...................................................... 30 B. Latar Belakang Penulisan Kitab Al-adzkar ................................... 34 C. Sistematika Penulisan Kitab Al-adzkar An-nawawi ...................... 37 D. Guru-guru Imam Nawawi ............................................................. 39 E. Murid-murid Imam Nawawi ......................................................... 40

  

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

KITAB AL-ADZKAR KARYA IMAM AN-NAWAWI A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-adzkar Karya Imam An- nawawi ..........................................................................................

  1. Pendidikan Akhlak terhadap Allah SWT ............................... 44 2.

  Pendidikan Akhlak terhadap Rasulullah SAW ...................... 45 3. Pendidikan Akhlak terhadap Al-qur’an ................................. 46 4. Pendidikan Akhlak tehadap sesama manusia ......................... 47 5. Pendidikan Akhlak Terhadap diri sendiri .............................. 51 6. Pendidikan Tata cara melakukan aktivitas sehari-hari ........... 53 B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Al-adzkar dalam kehidupan sehari-hari

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................... 68 B. Saran .............................................................................................. 71 C. Penutup .......................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan Agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia serta pendidikan

  bagi manusia seluruh alam. Islam sangat memperhatikan segala bentuk aspek yang dikerjakan manusia, mulai dari hal kecil sampai dengan hal yang besar. Baik aspek yang berhubungan dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kesejahteraan umat Islam baik secara lahir maupun batin.

  Setiap insan yang dilahirkan di dunia ini, sangat membutuhkan peran orang lain. Oleh karena itu, mulai sejak kecil manusia sudah membutuhkan peran orang tuanya sendiri baik yang bersifat material maupun spiritual termasuk akhlak kepada sang pencipta (Allah SWT) dan kepada sesamaa manusia. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang sangat penting, karena akhlak merupakan mutiara kehidupan yang membedakan antara makhluk ciptaan Allah yang berupa manusia dan makhluk lainnya. Jika suatu Negara yang masing-masing penduduknya sudah tidak mempunyai akhlak, maka kehidupan bangsa dan masyarakat menjadi rusak.

  Ajaran Islam banyak sekali memuat ajaran-ajaran pembentukan akhlak mulia, karena hal tersebut merupakan misi Islam, sebagaimana bunyi hadis Rasul: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” Dan Rasulullah diutus untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.

  Keberadaan mulsim di dunia pada dasarnya ialah dilihat dari akhlaknya. Ketaatan beribadah saja tidak cukup, jika tidak diikuti kemuliaan akhlak.

  Dengan akhlak, manusia berbeda dengan hewan, dan dengan akhlak kehidupan di muka bumi ini dapat berjalan dengan baik, selamat sejahtera dari bahaya anarkisme. Dengan ilmu pengetahuan saja belum cukup, apalagi kalau ilmu itu sebagaimana yang sering terjadi, menjadi bumerang bagi kehidupan manusia sendiri. Oleh karena itu sangat tepat Nabi Muhammad SAW membawa misi akhlak untuk mengajarkan umat manusia kepada akhlaqul karimah. Melihat kondisi akhlak masyarakat yang semakin menurun, maka sudah selayaknya memiliki visi akhlak yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Etika acap kali digagas sebagai aturan yang menuntun sebagian masyarakat belaka. (Mansur, 2005: 234)

  Sesungguhnya pendidikan akhlak menjadi bagian yang penting pula dalam substansi pendidikan islam sehingga al- Qur’an menganggapnya sebagai rujukan terpenting bagi seorang muslim, rumah tangga islami, masyarakat islami dan umat manusia seluruhnya. Akhlak adalah buahnya Islam yang diperuntukkan bagi seorang individu dan umat manusia, dan akhlak menjadikan kehidupan ini menjadi manis dan elok. Tanpa akhlak, yang merupakan kaidah-kaidah kejiwaan dan sosial bagi individu dan masyarakatnya, maka kehidupan manusia tidak berbeda dengan kehidupan hewan dan binatang. (Hafidz dan Kastolani, 2009: 107) Akhlak dimaknai sebagai perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran, tanpa pemaksaan, tanpa berfikir panjang, karena sudah tertanam begitu dalam pada diri seseorang, sebagaimana yang diungkapkan oleh al- Jurjani, mengemukakan pendapat bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam pada diri manusia, yang terlahir dari perbuatan-perbuatan yang mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Akhlak dalam perspektif Islam merupakan sekumpulan prinsip dan kaidah yang mengandung perintah dan larangan dari Allah Swt. Akhlak Islam adalah nilai-nilai yang utuh, yang terdapat dalam al-

  Qur’an dan as-Sunnah yang ditujukan untuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

  (Mahmud, 2004: 81-82) Pendidikan akhlak dalam ajaran agama Islam merupakan kaidah untuk mengerjakan perbuatan baik yang tertera dalam al-

  Qur’an dan al- Hadits. Abuddin Nata mengatakan bahwa “inti dari ajaran Islam adalah akhlak mulia yang bertumpu pada hubungan yang harmonis dan seimbang antara manusia dan Tuhan, dan antara manusia dengan manusia. Demikian ajaran yang dibawa Rasulullah Saw pada intinya adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. (Abudin Nata, 2003: 8)

  Lisan mempunyai kedudukan tersendiri di antara anggota tubuh lainnya. Lisan bisa menjadi bencana bagi pemiliknya jika dia berlaku buruk saat mennggunakannya. Tetapi lisanpun bisa menjadi nikmat yang besar dan anugerah yang agung jika dia dapat menggunakannya dengan baik. Lisan yang bentuknya kecil, ketaatan dan pengingkarannya bisa besar. Kejelasan antara iman dan kufur tidak dapat diketahui hanya dengan persaksian lisan, iman dan kufur ini sebagai symbol ketaatan dan kemaksiatan. (Fachruddin, 1997: 32)

  Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku ceritakan kepada kalian

tentang amal perbuatan yang paling baik buat kalia, paling suci (berharga)

di sisi kalian, paling banyak mengangkat derajat kalian, dan lebih baik bagi

kalian ketimbang menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi

kalian dari pada perang menghadapi musuh kalian, dimana kalian sering

memukul leher.” Nabi bersabda, “Berdzikirlah kepada Allah SWT”. (HR.

Tirmidzi dan Ibnu Majjah)

  Dalam hadis tersebut Rasulullah SAW mewasiatkan pentingnya berdzikir. Dzikir lebih mulia dari pada yang disebutkan pada hadis tersebut, karena dzikir itu bicara niat dan tujuan yang jelas kepada Allah SWT, sedang infaq dan perang itu bicara tentang perbuatan yang belum tentu jelas karena Allah SWT atau karena lainnya. Sehingga kalau orang yang berinfaq dan berperang itu menjadi mulia kalau niatnya karena Allah semata.

  Sedangkan dzikir yang mulia adalah dzikir yang diartikan mengingat Allah SWT kapan dan dimanapun berada. Karena itu seseorang yang berdzikir, senantiasa melakukan semua perbuatannya dalam rangka mengingat Allah.

  (Abu, 2002: 3-5) Allah berfirman dalam QS.Ar- ra’d: 28:

  “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram”

  Maka bagi mereka yang menginginkan ketentraman jiwa maka tanamkan dzikir dalam setiap amalnya, baik melalui hati, lisan maupun perbuatan. Hal itu karena mereka tahu ujung pangkalnya hidup, yaitu Allah SWT. Bagi mereka yang senantiasa mengingat Allah maka dapat memahami sejauh mana yang Allah berikan kepadanya. (Abu, 2002: 9)

  Dalam kitab al-Adzkar karya Imam Nawawi banyak dijelaskan bagaimana etika yang harus dilakukan oleh ummat Islam mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, seperti halnya etika saat bangun tidur, masuk kamar mandi, keluar kamar mandi, masuk rumah, keluar rumah, masuk masjid, keluar masjid, bahkan etika bertutur kata yang baik terhadap sesama manusia, dan masih banyak lagi etika-etika yang berada di dalam kitab al-

  

Adzkar, bukan saja etika terhadap sesama manusia tetapi juga etika

terhadap Allah SWT maupun terhadap diri sendiri.

  Rasa ingin tahu dari penulis, untuk lebih mendalami kitab al-Adzkar, sejarah mencatat bahwa Kitab al-Adzkar dikarang oleh Imam Nawawi yang lahir di daerah Nawa merupakan salah satu karya yang masyhur dikalangan masyarakat. Bagi yang faham dengan bahasa arab, tentu uraian kata-kata yang ada di dalam Kitab tersebut dapat dipahami inti dan maksud dari kitab tersebut. Umumnya yang mengerti mereka menjalankan apa yang ada di dalam Kitab al-Adzkar tersebut.

  Dari uraian di atas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai- nilai pendidikan akhlak terhadap pemikiran Imam Nawawi melalui karya- karya-karyanya yang cukup familiar yaitu kitab al-Adzkar yang didalamnya terurai tentang dzikir dan pendidikan akhlak. Untuk itu maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-ADZKAR KARYA IMAM NAWAWI, dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat dan kontribusi terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah 1.

  Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak di dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi? 2. Bagaimanakah Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak pada kitab al-

  Adzkar dalam kehidupan manusia ? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak di dalam kitab al- Adzkar karya Imam Nawawi.

2. Mengetahui Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak pada kitab al-Adzkar dalam kehidupan manusia.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

  Penelitian pendidikan akhlak ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, yaitu dapat memperbaiki akhlak bangsa terutama bagi kaum muda. Selain itu diharapkan juga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis pribadi, teman-teman dan semua yang membacanya. Dan memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang kajian sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW dan juga pengetahuan tentang sejarah islam, sehingga dapat diketahui bagaimana proses perjalanan hudup Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian diharapkan bagi setiap individu dalam keadaan tertentu dapat mengambil pelajaran dari sifat-sifat Rosulullah SAW sebagai suritauladan, baik untuk mengarungi hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Manfaat praktis

  Sebagai sumbangan fikiran dalam bentuk tulisan yang berbentuk karya ilmiah bagi lembaga IAIN Salatiga guna dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa IAIN Salatiga maupun mahasiswa dari lembaga lain yang sekiranya membutuhkan wawasan luas dalam pembuatan karya ilmiah, maupun untuk berbagai pihak yang memerlukannya, khususnya bagi umat islam dalam rangka memperbaiki akhlak yang belum sesuai dengan kriteria islam yang sesungguhnya.

  Sebagaimana tujuan dari visi dan misi Rasulullah SAW diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak kaum muslimin dan muslimat. Dan penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis dan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga khusunya maupun mahasiswa jurusan yang lainnya dan para pembaca umumnya.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan maupun memahami karya ilmiah ini maka penulis kemukakan pengertin dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: 1.

  Nilai Pendidikan Akhlak Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang, sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya. Nilai juga bisa diartikan sebagai suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran perasaan, keterikatan, maupun perilaku.

  (Ensiklopedia, 2009: 106) Dari pengertian nilai di atas dapat difahami bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran, perasaan, dan perilaku. Dengan demikian untuk melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.

  Dalam bahasa Indonesia disebut pendidikan, yang berarti proses mendidik. Kata mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik adalah jenis kata kerja, sedangkan pendidikan adalah kata benda. Kalau kita mendidik kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Kegiatan menunjuk adanya dua aspek yang harus ada didalamnya, yaitu pendidik dan peserta didik. Jadi mendidik adalah merupakan suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang atau lebih.

  Menurut UU. No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatanspritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

  Menurut Bojonegoro pendidikan adalah memberikan tuntunan kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan, dalam arti jasmaniyah dan rukhaniyah. Pendidikan adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian yang luhur, baik yang berkaitan dengan dimensi jasmani, rohani, akal maupun moral. (Ekosusilo, 1990: 14)

  Kata akhlak berasal dari bahasa arab (akhlaqun), jamak dari . Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti, tabiat,

  kholaqun

  perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. ( Rifa’I Jamhari,

  1969: 59) Menurut Zahrudin AR, kata akhlak yang dikaji dalam pendekatan etimologi mengatakan bahwa akhlak artinya budi pekerti, perangai, tabiat atau tingkah laku. (Zahruddin, 2004: 1) Ishaq Shalih dala m bukunya “Akhlak dan Tasawuf “ menyatakan bahwa: “akhlak berasal dari bahasa arab yang mengandung segi-segi persamaan dengan kata khaliq dan makhluk

  ”. (Ishaq, 1998: 1) 2. Kitab Al-adkar

  Al-adzkar merupakan bentuk jama’ dari lafadz dzikrun yang

  artinya beberapa dzikir. Sedangkan dzikir sendiri berakar pada kata

  dzakara yang berarti mengingat, menyebut dan mengucapkan. Adapun

  secara terminologi yang dimaksud dengan dzikir yaitu menyebut atau mengingat nama-nama Allah sebagai bentuk dalam rangkaian dalam beribadah, sebagaimana yang dilakukan para sufi atau amalan-amalan yang dikerjakan dalam tariqat, sebagai bentuk aktivitas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  Al-adzkar adalah kitab kumpula buku ini menjadi salah satu kitab rujukan dan buku induk berkenaan tentang doa dan dzikir yang populer di dunia Islam. Kitab ini memuat sekitar 1324 Doa dan Dzikir. Di kalangan masyarakat Islam kitab ini lebih dikenali dengan nama Kitab Al-adzkar An-nawawiyyah. Dalam kitab ini, Imam Nawawi rahimahullah menghimpunkan hadis-hadis yang menyebutkan doa-doa dan dzikir-dzikir dari pada Nabi SAW. Maka, kitab ini sangatlah bermanfaat bagi siapa yang mau mengetahui dan mendalami doa-doa harian dan dzikir-dzikir harian yang terdapat dalam hadis-hadis Rasulullah SAW berserta adab-adab dan etikanya. -adzkar.or.id)

3. Imam Nawawi

  Nama lengkap Imam Nawawi adalah Al-imam Al-faqih Al- muhaddits Muhyiddin Abu Zakariya Yahya Ibn Syaraf An-nawawi, ia adalah salah seorang ulama besar mad zhab Syafi’i. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24 Rajab 676 H. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits. Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di Distrik Rawahibiyah. Semasa hidupnya beliau selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis kitab, menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai kehidupan.

  (Http://ProfilImamNawawi.or.id) F.

   Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penilaian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka dan yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

  2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari tiga sumber: a.

  Sumber primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Al-adzkar b.

  Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer, yaitu Terjemahan kitab

  Al-adzkar c.

  Sumber tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya penulis mengambil dari kitab-kitab, buku-buku dan media elektronik seperti internet yang mendukung objek penilitian.

  3. Teknik Analisis Data Yaitu penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya. Ada pun metode yang digunakan untuk menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a.

  Metode Content Analysis Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukuya yang berjudul:

  Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen”. Dengan teknik analisis ini penulis akan menganalisis terhadap makna ataupun isi yang terkandung dalam ulasan-ulasan kitab Al-adzkar dan kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak terpuji dan tercela.

  b.

  Metode Reflektic Thinking Metode Reflektic Thinking yaitu berfikir yang prosesnya mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru yang dibangunnya. Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab Al-adzkar dan nilai-nilai pendidikan akhlak.

G. Kajian Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang memiliki relevansi terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skripsi M. Kafabi Isna dari IAIN Salatiga dengan judul “Nilai-nilai

  Pendidikan Akhlak dalam Kitab Sullamut Taufiq Karya Imam Muhammad Nawawi” yang menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Kitab Sullamut Taufiq karya Imam Nawawi.

  2. Skripsi Saiful Amri dari IAIN Salatiga dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Khulashah Nurul Yaqin karya Muhammad Khudhari Bek” yang menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Kitab Khulashah Nurul

  Yaqin karya Muhammad Khudhari Bek.

  3. Skripsi Sri Widayati dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-

  Qur’an (Telaah Surat ‘Abasa Ayat 1-10)” yang menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-q ur’an (Telaah Surat ‘Abasa Ayat 1-10).

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  BAB I: Pendahuluan, menguraikan tetang: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

  BAB II: Nilai pendidikan akhlak dan ruang lingkupnya, menguraikan tentang Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak dan Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak.

  BAB III: Biografi Imam Nawawi, menguraikan tentang: Biografi Imam Nawawi yang meliputi riwayat kelahiran, Latar Belakang Penulisan Kitab Al-adzkar, Sistematika Penulisan Kitab Al-adzkar, Guru-guru, Murid- murid, dan Karya-karya Imam Nawawi. . BAB IV: Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-

  

adzkar dan Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-adzkar

dalam Kehidupan Manusia.

  BAB V: Penutup, menguraikan kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DAN RUANG LINGKUPNYA C. Nilai Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling

  benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehinnga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan- perbuatannya. (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 106)

  Untuk memahami makna hakikat nilai, berikut ini dikemukakan beberapa pengertian nilai: a.

  Menurut Purwadarminta, Nilai diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan.

  b.

  Menurut Muhaimin dan Abdul Majid Nilai merupakan sesuatu yang praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.

  c.

  Menurut Bambang Daroeso, Nilai yaitu suatu penetapan atau kualitas suatu obyek yang menyangkut suatu jenis atau minat. Dapat juga diartikan nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang karena menyenangkan, memuaskan, menarik, berguna, menguntungkan dan sistem keyakinan.

  d.

  Menurut Djahiri Kosaih, Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik menurut standar logika (benar-salah), estetika (baik-buruk), etika

  (adil-tidak adil), agama (dosa, halal-haram), dan hukum (sah-tidak sah) serta menjadi acuan dan atau sistem keyakinan diri maupun keyakinan.

  e.

  Menurut Chabib Thoha, Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berbeda dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.

  f.

  Menurut Sumantri, Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi).

  Jadi, nilai adalah penentu tingkah laku manusia dalam kehidupan yang banyak manfaatnya dan berharga sehingga dijadikan acuan dalam bertindak.

2. Pengertian Pendidikan

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (Wiji Sumarno, 2006: 21-22). Sebagaimana yang dikutip oleh Uyoh Sadullah dalam bukunya Pedagogik (Ilmu mendidik) dalam arti khusus, Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. (Uyoh, 2014: 3) Sedangkan pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup. (Uyoh, 2014: 5).

  Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendilian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Uyoh, 2014: 5)

  Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:

  Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha

  pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

  Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung

  jawab bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.

  Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan,

  karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.

  (Uyoh, 2014: 5-6) Dari pengertian pendidikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia yang sudah dewasa kepada anak yang belum dewasa supaya dapat menyelesaikan tugasnya secara kreatif, sistematis, dan intensional, dan juga usaha dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendilian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

3. Pengertian Akhlak

  Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan kata moral, ethic dalam bahasa inggris. Dalam bahasa Yunani, pengertian akhlak memakai kata

  ethos, ethikos , yang kemudian menjadi ethika, etika (tanpa h) dalam

  istilah Indonesia. Manusia akan menjadi sempurna apabila mempunyai akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela. (Rizal, 2003: 28) Akhlak merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya potensi untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. (Mansur, 2005: 227). Akhlak juga merupakan sifat diri secara bathiniyah yang bisa diketahui oleh mata hati, tingkah laku merupakan gambaran diri secara lahiriyah yang bisa diketahui oleh mata atau dapat dikatakan bahwa hubungan akhlak dan tingkah laku itu seperti hubungan antara yang menunjukkan dan yang ditunjukkan. (Muhammad, 2006: 65 )

  Untuk memahami makna hakikat akhlak, berikut ini dikemukakan beberapa pengertian akhlak:

  1. Menurut Ibn Maskawaih, seperti yang dikutip oleh Zahruddin AR, mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.

  2. Menurut Imam Al-ghozali, seperti yang dikutip oleh Moh. Ardani mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pertimbangan dan pikiran.

  3. Menurut Muhyiddin Ibnu Arabi, akhlak yaitu keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan pada seseorang tersebut boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.

  4. Menurut Al-faidh Al-kasyani, akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yang mandiri dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului perenungan dan pemikiran.

  Akhlak sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu akhlak Al- dan Akhlak Al-madzmumah. Akhlak Al-karimah atau akhlak

  karimah

  yang mulia sangat amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubung namanusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1.

  Akhlak terhadap Allah Pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selin Allah.

  Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakikatnya.

2. Akhlak terhadap diri sendiri

  Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya menghindari minuman yang diharamkan, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana disertai dengan jujur, dan menghindari perbuatan yang tercela.

3. Akhlak terhadap sesama manusia

  Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu manusia perlu bekerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena berjasa dalam ikut serta mendewasakan diri sendiri, caranya dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya. (Ardani, 2005: 49-57)

  Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepada manusia keutamaan yang dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukuri dengan berdzikir dalam hatinya. Dalam kehidupan manusia hendaknya berlaku sopan dan santun, menjaga jiwa agar selalu bersih, menghindari perbuatan dosa dan maksiat. Karena manusia adalah makhluk sosial maka perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik. (Umiarso dan Haris, 2010: 112-113)

  Selanjutnya akhlak Madzmumah (akhlak yang tercela) adalah kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Dalam ajaran islam berdasarkan petunjuk- petunjuk dijumpai berbagai macam akhlak tercela diantaranya:

  1. Berbohong Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

  2. Takabbur (sombong) Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

  3. Dengki Ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.

  4. Bakhil (kikir) Ialah sukar bagi seseorang mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.

  Dari semua pengertian di atas memberikan gambaran bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat-buat atau tanpa dorongan dari luar. Jika baik menurut agama dan tindakan akal spontan ini disebut akhlak baik, sebaliknya jika akhlak tersebut buruk tindakan spontan ini disebut akhlak tercela.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan menifestasi iman, islam, dan ihsan yang merupakan refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisiten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasar interes tertentu, akan tetapi perbuatan tersebut muncul dari kesadaran akhlak diri manusia. Sifat dan jiwa yang melekat dalam diri seseorang menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang tersebut, sehingga akibatnya tercermin melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan manusia.

  Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu serta tanpa ada unsur paksaan.

  Setelah dijelaskan secara terpisah dari pengertian nilai, pengertian pendidikan dan pengertian akhlak di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan akhlak adalah sesuatu yang dipandang baik dalam pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan peringai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh seseorang. Seseorang tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan Iman kepada Allah SWT dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon dalam menerima suatu keutamaan dan kemuliaan. Disamping terbiasa melakukan akhlak mulia.