ETIKA PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI (TELAAH KITAB IHYA’ ULUMUDDIN) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  ETIKA PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI (TELAAH KITAB IHYA’ ULUMUDDIN) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Evi Khusnul Khuluq NIM: 111 12 251 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

  ETIKA PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI (TELAAH KITAB IHYA’ ULUMUDDIN) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Evi Khusnul Khuluq NIM: 111 12 251 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama : Evi Khusnul Khuluq Nim : 11112251 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : ETIKA PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF IMAM

  ALGHAZALI (TELAAH KITAB IHYA’ ULUMUDDIN) Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

  Salatiga, 20 Maret 2017 Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag. NIP. 19730801 200312 1002

KEMENTERIAN AGAMA

  Jalan Lingkar salatiga Km. 2 Telepon:(0298) 603136 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah. @iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

ETIKA PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI

  

(TELAAH KITAB IHYA’ ULUMUDDIN)

DISUSUN OLEH

EVI KHUSNUL KHULUQ

NIM : 111 12 251

  

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

  

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag. __________________ Sekretaris Penguji : Muh. Hafidz, M.Ag. Penguji I : Rovi’in, M.Ag. Penguji II : Supardi, S.Ag., MA Salatiga, 30 Maret 2017

  Dekan Suwardi, M.Pd.

  NIP. 19670121 199903 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : EVI KHUSNUL KHULUQ NIM : 111 12 251 Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Tarbiyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, buka jiplakan dari hasil karya orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

  Salatiga, 20 Maret 2017 Yang Menyatakan, Evi Khusnul Khuluq NIM. 11112251

  

MOTTO

Jangan pernah menunda-nunda untuk melakukan suatu pekerjaan

Karena tidak ada yang tahu

apakan kita dapat bertemu hari esok atau tidak

Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik

  

Maka kau akan menjadi orang yang terbaik

  

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1.

  Keluarga besarku terutama pada orang tuaku Bapak Widodo dan Ibu Sri Pareng Hastuti, yang telah melahirkan, membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan mendidik aku hingga saat ini, 2. Suamiku Muryono, yang selalu menemani, memberi nasihat, kasih sayang,

bimbingan dan motivasi serta dukungan untuk menyongsong masa depan,

  3. Mertuaku Bapak Subedi dan Ibu Sariyah, yang telah mendukung dan

membantu membiayai sehingga dapat menyelesaikan skripsi sampai saat ini,

  4. Sahabat seperjuanganku, yang selalu menemaniku dari awal kuliah sampai sekarang dan sabar menghadapi segala tingkah lakuku,

5. Teman-temanku di kampus yaitu angkatan tahun 2012, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya di IAIN Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyususnan skripsi ini.

  5. Bapak Mukti Ali, S.Ag., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  6. Bapak Widodo dan Ibu Sri Pareng Hastuti, yang telah melahirkan, membesarkan

dan senantiasa mendoakan penulis hingga bisa menjadi seperti yang sekarang ini.

  7. Muryono, yang telah mendukung, menyemangati dan selalu menemani demi selesainya skripsi ini.

  8. Bapak Subedi dan Ibu Sariyah, yang telah membantu membiayai penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar

  9. Keluargaku, teman-temanku, sahabat-sahabatku dan semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta para pembaca yang budiman dan dimuliakan oleh Allah.

  Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

  Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 20 Februari 2017 Penulis

  Evi Khusnul Khuluq NIM. 11112251

  

ABSTRAK

Khuluq, Evi Khusnul. 2017. Etika Peserta Didik dalam Perspektif Imam Al

  Ghazali (Telaah Kitab Ihya’ Ulumuddin). Skripsi. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Muh. Hafidz, M.Ag.

  Kata Kunci : Etika Peserta Didik Penelitian ini dilatar belakangi oleh sikap-sikap peserta didik yang mulai

melenceng. Beberapa peserta didik kurang mengetahui tugas dan kewajiban

mereka sehingga sangat berpengaruh dalam perkembangan peserta didik. Di

negara kita, buka rahasia lagi bahwa masyarakat mempunyai harapan yang

berlebih terhadap peserta didik atau siswa untuk generasi penerus bangsa.

  Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian mengenai

etika peserta didik perspektif Al-Ghazali telaah dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.

Yang membanhas mengenai bagaimana pemikiran Al-Ghazali tentang etika

peserta didik telaah kitab ihya’ ulumuddin serta relevansi etika peserta didik

perspektif Imam Al-Ghazali dalam konteks kekinian. Dalam mengkaji hal ini

peneliti menggunakan penelitia literatur. Sumber data yang digunakan adalah

buku terjemah kitab ihya’ ulumuddin dan data-data yang diperoleh dari buku-buku

lain yang relevan kemudian dijadikan sebagai alat bantu dalam menganalisis

masalah yang muncul. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik pengumpulan data dengan mencari dan mengumpulan buku yang

menjadi sumber primer yaitu kitab ihya’ ulumuddin berdasarkan tema atau topik

permasalahan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika peserta didik perspektif

imam al ghazali terlah dalam kitab ihya’ ulumuddin yaitu, Seorang peserta didik

harus membersihkan / mensucikan jiwanya dari akhlak yang buruk / kotor,

seorang peserta didik atau siswa hendaknya tidak banyak melibatkan diri dalam

urusan duniawi, ia harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam menuntut

ilmu, bahkan ia harus menjauh dari keluarga dan kampung halamannya,

hendaknya seorang peserta didik jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang

dimilikinya dan jangan pula menentang guru atau pengajar, tetapi menyerahkan

seluruhnya kepada guru dengan menaruh keyakinan penuh terhadap segala hal

yang dinasihatkan terhadap kita, seorang peserta didik atau siswa hendaknya tidak

banyak melibatkan diri dalam urusan duniawi, hendaknya seorang peserta didik

menghindarkan diri dari mendengar perselisihan-perselisihan pendapat dikalangan

orang lain, hendaknya ia memusatkan perhatian terhadap ilmu yang terpenting,

yaitu ilmu mengenai akhirat, menuntut ilmu bertujuan menghiasi batinya dengan

hal-hal yang mengantarkan untuk mengenal Allah dan mendukungnya didekat

golongan tertinggi dari kaum Muqorrobiin.

  

DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................. i

JUDUL ...................................................................................................... ii

LEMBAR LOGO ...................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iv

PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................. v

PENGESAHAN KEASLIAN TULISAN ................................................ vi

MOTTO ................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

ABSTRAK ............................................................................................... x

DAFRAT ISI ............................................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang .......................................................................

  1 B.

  Rumusan Masalah ..................................................................

  5 C.

  Tujuan Penelitian ...................................................................

  5 D.

  Kegunaan Penelitian ..............................................................

  6 E.

  Metode Penelitian ..................................................................

  6 F.

  Penegasan Istilah ....................................................................

  9 G.

  Sistematika Penulisan ............................................................

  10 BAB II KAJIAN TEORI A.

  Teori Etika Peserta Didik ......................................................

  12 1.

  Pengertian Etika ...............................................................

  2.

  12 Pengertian Belajar ...........................................................

  14 B.

  3. Tujuan Pendidikan Menurut Al-Ghazali............................

  

Konsep Etika Menurut Pandangan Para Filosof Muslim .......

  17

  18 BAB III BIOGRAFI AL-GHAZALI A.

  

Riwayat Hidup Imam Al-Ghazali ...........................................

  B.

  

Kondisi Sosial Keagamaan Masa Hidup Al-Ghazali ..............

  23 C.

  

Karya-karya Imam Al-Ghazali ...............................................

  26 BAB IV: POKOK PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI (TELAAH

  31 KITAB IHYA’ ULUMUDDIN) A.

  Etika Peserta Didik dalam Ihya’ Ulumuddin .........................

  B.

  Relevansi Etika Peserta Didik Perspektif

Imam Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian ...........................

  36 BAB V : PENUTUP

  42 A.

  

Kesimpulan .........................................................................

  B.

  

Saran ...................................................................................

  48

  51

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah sarana yang tepat untuk

  meningkatkan dimensi etika yang ada dalam diri manusia khususnya peserta didik (siswa). Penanaman nilai-nilai etika sejak dini penting untuk dilakukan guna melahirkan generasi penerus yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama (Zuhairini, 1991: 149). Maksudnya adalah mendidik anak didik agar menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna bagi agama, masyarakat, nusa, dan bangsa di masa yang akan datang. Proses belajar mengajar yang penuh dengan nilai etika sudah semestinya menjadi tujuan utama dalam Sistem Pendidikan Nasional.

  Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tentang pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Fenomena etika di negara yang mayoritas penduduknya muslim ini masih cukup nampak jelas. Dapat diamati di dalam kehidupan sehari-hari seperti pergaulan bebas, tindak kriminal, kekerasan, korupsi, manipulasi, penipuan, serta perilaku yang tidak terpuji lainnya. Sehingga sifat-sifat terpuji seperti rendah hati, toleransi, kejujuran, kesetiaan, kejujuran, kepedulian, saling membantu, tenggang rasa, dan etika terhadap guru yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.

  Namun perhatian dari dunia pendidikan Nasional terhadapa akhlak atau budi pekerti dapat dikatakan masih sangat kurang, karena orientasi pendidikan masih cenderung mengutamakan pengetahuan. Yaitu mengutamakan kecerdasan intelektual dan ketrampilan fisik, namun kurang menekankan nilai-nilai etika dan spiritual, serta kecerdasan emosional. Akibatnya, banyak pelajar yang terlibat tawuran, tindakan kriminal, pencurian, penodongan, penyimpangan seksual, penyalah gunaan obat-obat terlarang dan sebagainya.

  Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar jika seorang pendidik lepas dari nilai-nilai etis yang mengacu pada Al-Qur’an dan Sunnah, maka hasil yang akan diraih adalah etika yang seperti halnya kita lihat dijaman sekarang ini.

  Tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil, secara umum inti tanggung jawab tersebut adalah menyelenggarakan pendidikan bagi peserta didik (Tafsir,2007:160) guna mengarahkan kepada etika maupun budi pekerti yang mulia, sehingga dapat memelihara dan mengembangkan fitrah serta sumber daya insani menuju terbentuknya insan kamil sesuai dengan norma Islami.

  Untuk itu peserta didik harus mempunyai etika atau akhlak yang baik. Etika sering disamakan dengan pengertian akhlak dan moral dan ada pula ulama yang mengatakan bahwa akhlak merupakan etika islam. Sedangkan etika sendiri berasal dari kata Latin ethics yang artinya adalah kebiasaan.

  Namun, lambat laun pengertian etika berbah, seperti sekarang. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia (Rahmaniyah, 2010:57).

  Etika dalam perkembangan di era modern seperti sekarang menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan. Apabila anak didik mempunyai etika yang baik, maka akan sejahtera lahir dan batin. Tetapi apabila etika tersebut buruk, maka rusak lahir dan batinnya. Dalam hadis Rasulullah Muhammad SAW. beliau bersabda:

  Menceritakan kepada kami Muawiyyah bin Hisyam, dari Hisyam bin

Sa’d, dari Zaid bin Aslama, berkata: bersabda Rasulullah SAW :

  “Sesunggunya aku diutus untuk menyempurnakan etika yang buruk” Berdasarkan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa Sabda Rasulullah tersebut mempunyai arti bahwa Rasulullah diutus ke muka bumi ini untuk memperbaiki etika, yaitu etika yang merupakan komponen penting dalam ajaran Islam. Karena etika yang baik tidak datang secara tiba-tiba, melainkan perlu adanya pengamalan dan pembelajaran, agar etika tersebut dapat menyatu ke dalam jiwa dan pikiran, serta tingkah laku setiap umam Muslim.

  Al-Ghazali mengatakan bahwa pokok-pokok pembahasan etika meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan) maupun kelompok (masyarakat). Al-Ghazali menulis dalam bukunya “Ihya’Ulumuddin”, jilid II halaman 63 yang dikutip oleh M. Athiyah al Abrasyi menyatakan: Anak-anak adalah amanah di tangan ibu-bapaknya, hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya, maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat- sifat baik serta akan berbahagia dunia akhirat. Sebaliknya jika terbiasa dengan adat-adat buruk, tidak diperdulikan seperti halnya hewan, ia akan hancur dan binasa (Al-Abrasyi,1970:144).

  Dunia pendidikan merupakan periode penting dalam memberikan budi pekerti dan pembiasaan akan tingkah laku yang baik khususnya pada anak usia dini. Karena pembentukan yang utama ialah di waktu kecil, maka apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu (yang tidak baik/kurang baik) dan kemudian telah menjadi kebiasaan, maka akan susah untuk memperbaikinya. Penanaman etika sejak dini menjadi penting untuk dilakukan guna melahirkan generasi penerus yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

  Di era reformasi saat ini, Al-Ghazali merupakan salah satu dari sekian banyak pemikir dalam Islam yang menyinggung tentang pentingnya etika dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar. Tujuan peserta didik dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan dan mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan etika dan sifat-sifat yang tercela. Karena ilmu pengetahuan adalah kebaktian hati, shalatnya jiwa dan mendekatkan batin kepada Allah SWT.

  Oleh karena itu, Al-Ghazali tidak diragukan lagi keilmuannya, dengan sebutan gelar-gelar mulai dari gelar Hujjatul Islam, seorang teolog, seorang filsafat seorang sufi, seorang pendidik, serta karya-karyanya yang sangat banyak.

  Dari pemikiran seperti ini, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian sejarah secara lebih mendalam, dalam rangka memperkaya dari keseluruhan etika peserta didik yang sudah disinggung oleh tokoh yang berbeda.

  Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Etika Peserta Didik Dalam Perspektif Imam Al Ghazali (Telaah Kitab Ihya’ Ulumuddin)”.

  B. Rumusan Masalah

  Dari paparan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam bahasan ini adalah:

  1. Bagaimana pemikiran Imam Al-Ghazali tentang etika peserta didik (telaah kitab Ihya’ Ulumuddin)?

  2. Bagaimana relevansi etika peserta didik perspektif Imam Al-Ghazali dalam konteks kekinian?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan etika peserta didik perspektif Imam Al-Ghazali (Telaah kitab Ihya’ Ulumuddin).

2. Untuk menjelaskan etika peserta didik pemikiran Al-Ghazali (Telaah kitab Ihya’ Ulumuddin ) dalam konteks kekinian.

  D. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menambah wawasan dan pegetahuan, khususnya bagi penulis, dan secara umumnya bagi pembaca, tentang etika peserta didik dalam perspektif Al-Ghazali.

  2. Dengan pembelajaran ini diharapkan masyarakat dapat memahami serta mengoptimalkan bagaimana etika peserta didik dalam proses penelitian yang nantinya diharapkan mampu mencetak manusia yang berbudi pekerti yang luhur.

  E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian pustaka yaitu penelitian yang difokuskan pada penelusuran dan telaah literature serta bahan pustaka lainnya. Literature juga merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.

  Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari dan mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan tentang metode pendidikan Islam, kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian kepustakaan menghasilkan suatu kesimpulan tentang gaya bahasa buku, kecenderungan isi buku, tata tulis, lay-out, ilustrasi dan sebagainya (Arikunto, 1998: 11).

  2. Sumber Data Yang dimaksud sumber data adalah subjek di mana data itu diperoleh.

  Sementara itu dalam sebuah kajian, sumber data yang dapat dipakai menurut Mardalis, meliputi catatan atau laporan resmi, barang cetakan, bukuteks, buku-buku referensi, majalah, koran, bulletin, dokumen, catatan kisah-kisah sejarah, dan lain-lain.

  Dalam melakukan kajian ini, peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu: a.

  Sumber primer, yaitu buku yang ada kaitanya langsung dengan judul skripsi, kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.

  b.

  Sumber sekunder, yaitu buku-buku yang ditulis pengarang lain (selain Al-Ghazali) yang masih relevan dengan pokok permasalahan yang menjadi kaitan dalam skripsi ini.

  3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber primer yaitu kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, dan sumber data sekunder yaitu buku-buku yang sesuai dengan penelitian ini. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah: a.

  Deduktif Metode yang digunakan untuk menjelaskan etika peserta didik adalah metode deduktif. Yang dimaksud metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Hadi, 1987:42). Teknik ini digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari suatu yang umum menjadi khusus. Berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis menganalisis kepribadian peserta didik secara umum, kemudian menggolongkannya secara khusus sesuai dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al Ghazali.

  b.

  Induktif Metode yang digunakan adalah metode induktif guna mengkaji data yang telah didapat yang terkait dengan etika peserta didik yang telah dipaparkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin dan dikaitkan dengan relevansi kekinian. Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta peristiwa khusus dan konkrit, kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1987:42).

F. Penegasan Istilah

  Untuk lebih memperjelas dan memberi kemudahan dalam pembahasan, maka peneliti perlu memperjelas istilah etika peserta didik perspektif Imam AL-Ghazali (telaah kitab Ihya’ Ulumuddin) yang ada dalam judul skripsi ini.

  a.

  Etika ialah sopan santun, susila, atau moralitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Achmad, 15) b.

  Peserta didik atau siswa menurut Al-Ghazali adalah makhluk yang telah dibekali dengan potensi atau fitrah untuk beriman kepada Allah SWT. fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah SWT. sesuai dengan kejadian manusia yang tabi’at dasarnya adalah kepada agama Islam (Nizar: 87) c.

  Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Ia seorang ulama besar dan sekaligus seorang ahli pendidik juga seorang figur ideal yang memiliki pemikiran luas. Sehingga ia menempati sebagai salah seorang pemikir di antara sederetan pemikir- pemikir yang paling berpengaruh di sepanjang zaman.

  d.

  Kitab Ihya’ Ulumuddin merupakan salah satu karya monumental yang menjadi intisari dari dari seluruh karya Al-Ghazali. Secara bahasa Ihya’

  Ulumuddin berarti menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama. sebagaimana

  judulnya kitab ini berisi tentang ilmu-ilmu agama yang akan menuntut umat Islam. Tidak berorientasi pada kehidupan dunia , akan tetapi kehidupan dunia yang lebih utama.

G. Sistematika penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Bab ini merupakan garis besar dari penyusunan penelitian. Dalam hal ini akan dibahas sebagai berikut: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II: KAJIAN TEORI Untuk mengetahui atau memuat teori etika peserta didik, konsep etika menurut pandangan para filosof Muslim. BAB III: BIOGRAFI IMAM AL-GHAZALI Untuk mengetahui dasar pemikiran Imam Al Ghazali, maka harus mengetahui biografi Imam Al Ghazali, kondisi sosial keagamaan masa hidup Al-Ghazali.

  BAB IV: PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI TENTANG ETIKA PESERTA DIDIK (TELAAH KITAB IHYA’ ULUMUDDIN) Untuk mengetahui pokok-pokok ide gagasan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, yang mencakup tentang etika hubungan dengan sesama muslim, dan tugas dan kewajiban peserta didik dalam Ihya’ Ulumuddin. Relevansi etika peserta didik perspektif Imam Al-Ghazali dalam konteks kekinian.

  BAB V: PENUTUP Bab ini mencakup tentang paparan kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN TEORI ETIKA PESERTA DIDIK A. Teori Etika Peserta Didik 1. Pengertian Etika Secara etimologi, kata etika berasal dari bahasa Latin “ethicus”,

  yang berarti kesusilaan atau moral. Maksudnya adalah tingkah laku yang ada kaitannya dengan norma-norma sosial, baik yang sedang berjalan maupun yang akan terjadi. Kata moral selalu mengacu pada tindakan yang baik atau buruk yang dilakukan oleh manusia.

  Sedangkan secara etimologi, etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, bukan tata adat tapi tata adab berdasarkan pada baik buruk manusia (Amin, 1995:15) Firman Allah dalam surat Al-Maidah: 100

       

  Artinya : Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, Ada beberapa pendapat mengenai pengertian etika diantaranya:

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (KBBI: 309).

  Dalam Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, etika adalah bagian filsafat yang mengajarkan tentang keluhuran budi (baik buruk).

  (Rahmaniyah, 2010: 57-59) Menurut Amin, etika adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus ditempuh oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia itu sendiri (Amin, 1995: 3)

  Jadi dapat disimpulkan bahwa, etika adalah pada prinsipnya sama antara satu dengan yang lainnya, yaitu saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dengan meliputi berbagai aspek, yaitu tentang baik dan buruk, bagaimana perbuatan dan tujuan manusia, mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang dapat dijadikan peraturan hidup dalam kehidupan manusia.

  Ada dua macam etika yang ditekankan oleh Al Ghazali terhadap seorang murid, etika terhadap dirinya dan etika terhadap orang lain, terutama kepada gurunya sendiri.

1. Etika terhadap diri sendiri

  Dalam kitabnya beliau mengatakan bahwa:

  

“suatu kondisi jiwa yang menjadi sumber lahiriyah perbuatan-

perbuatan secara wajar mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan

pikiran (Al-Ghazali, juz 3: 56).”

  Jadi untuk menilai baik buruk suatu perbuatan etika belajar siswa tidak bisa dilihat datri aspek lahiriyahnya saja, namun juga dilihat dari unsur kejiwaannya. Oleh karena itu perbuatan lahir juga harus dilihat dari motif dan tujuan melakukannya.

  Maksudnya dari pemaparan di atas adalah seorang murid dilarang untuk berperilaku sombong, iri hati, marah, cepat puas, dan sifat-sifat tercela lainnya. Serta terbentuknya moral dan jasmani yang baik pada anak didik sesuai landasan agama.

2. Etika terhadap seorang guru

  Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikan. Dan juga tidak menentang perintah gurunya dan tidak berperilaku sombong terhadap gurunya (al- Ghazali,:47).

2. Pengertian Belajar

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI : 17)

  Secara terminologi, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Mardiyanto, belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sebagainya (Mardiyanto, 2009: 35) Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa belajar merupakan proses penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari proses pembelejaran serta perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara baik dalam kehidupan sehari-hari.

  Dengan demikian, yang dimaksud dengan etika belajar adalah serangkaian upaya pembentukan perilaku yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang dapat dijadikan peraturan hidup, terutama dalam proses belajar baik dalam proses penguasaan, pengetahuan atau ketrampilan serta tercapainya perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara baik.

  Pada hakikatnya belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan dalam ciri-ciri belajar, yaitu: a.

  Perubahan yang terjadi secara sadar Hal ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya, kebiasaannya, dan kecakapannya bertambah. b.

  Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung terus- menerus. Maksudnya suatu peubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi bisa menulis.

  c.

  Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan, semakin banyak dan semakin baik perubahan yang diperoleh atau didapatkan. Perubahan yang bersifat aktif ini artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku yang dikarenakan proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya.

  d.

  Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Ini terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, dan sebagainya. Tetapi ini tidak digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dilatih. e.

  Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Dalam hal ini, berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Misalnya, seseorang yang belajar mengetik sebelumnya sudah menetapkan apa yang akan dicapai. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkan.

  f.

  Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.

3. Tujuan Pendidikan Menurut Al-Ghazali

  Yang dimaksud tujuan pendidikan adalah target yang ingin dicapai suatu proses pendidikan. dengan kata lain, pendidikan dapat mempengaruhi performance manusia. Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek yaitu : a.

  Kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan, kepandaian dan daya pikir.

  b.

  Afektif, yaitu pembinaan hati seperti pengembangan rasa, hati, dan rohani.

  c.

  Psikomotorik, yaitu pembinaan jasmani, seperti kesehatan badan dan keterampilan (Muhaimin dan Mujib :20 )

  Sedangkan saran pokok untuk mencapai tujuan pendidikan terdiri dari materi pendidikan artinya, anak didik harus disiapkan seperangkat materi (kurikulum) yang siap untuk dipelajari. Disamping itu pendidikan juga harus mempunyai metode pengajaran yang dapat mendukung proses belajar secara baik.

B. Konsep Etika Menurut Menurut Pandangan Para Filosof Muslim 1.

  Ibnu Maskawaih menerangkan adanya tiga pokok dasar dalam pembentukan kejiwaan seseorang.

  Pertama , daya fikir. Daya berfikir harus dimiliki oleh setiap peserta

  didik karena dengan daya tersebut ia akan berusaha untuk mencapai kebenaran dan ingin terlepas dari semua bentuk kesalahan dan kebodohan.

  Kedua , emosi dan sikap berani, dalam arti sikap berani yang dapat

  mengendalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk maju. Orang yang memiliki etika baik biasanya memiliki kecerdasan emosional dan sikap pemberani, karena dapat menunjang dirinya untuk mewujudkan sikap- sikap mulia, suka menolong, cerdas, dapat mengendalikan jiwanya, suka menerima saran dan kritik dari orang lain, dan memiliki perasaan kasih dan cinta.

  Ketiga , kepuasan indera, yaitu sifat dasar manusia yang menginginkan

  kebebasan beraktualisasi untuk meraih kepuasan-kepuasan tertentu. Orang yang memiliki daya tersebut dapat menimbulkan sifat-sifat pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka menolong, cerdik, dan tidak rakus. Kepuasan tersebut merupakan suatu potensi yang diberikan oleh Allah, dibawa manusia sejak lahir (Musa: 85)

  Orang yang memiliki etika baik dapat bergaul dengan masyarakat secara luwes karena dapat melahirkan sifat saling mencintai dan tolong- menolong.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa etika baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, sehingga suatu perbuatan yang terlihat merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.

  2. Al Farabi juga menekankan bahwa etika belajar siswa atau etika peserta didik hendaknya bersendi pada nilai ibadah, mengingat bahwa niat adalah unsur terpenting dalam aktifitas dan tindakan manusia. Itulah sebabnya Rasulullah senantiasa mengaitkan amal dengan niat, karena niat adalah sikap batin yang memberikan nilai dan arti bagi kita.

  Pandangan Al Farabi tersebut apabila dilaksanakan dengan sebaik- baiknya, maka akan terwujud norma-norma dan nilai yang positif yang akan mempengaruhi keberhasilan di dalam proses pendidikan dan pengajaran (Syamsyudin, 1990: 140)

3. Azyumardi azra, adalah doktor dan guru besar sejarah namun pandangannya tentang pendidikan Islam tidak diragukan.

  Dalam era globalisai dewasa ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia pada umumnya, atau pendidikan Islam khususnya pesantren.

  Azra mengungkap bahwa pendidikan Islam adalah salah satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam.\ Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Selain tujuan umum tersebut, tentu terdapat pula tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar seperti ajaran-ajaran Islam dalam pendidikan Islam. Dasar-dasar pendidikan Islam, secara garis besar diletakkan pada dasar- dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya, yaitu: a.

  Dasar pendidikan Islam pertama adalah, Al-Qur’an dan Sunnah.

  b.

  Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan Al- Qur’an dan Sunnah.

  c.

  Warisan pemikiran Islam dalam hal ini hasil pemikiran para ulama, filosof, cendekiawan muslim, khususnya dalam pendidikan.

  Dari dasar-dasar itulah kemudian dikembangkan suatu sistem yang mempunyai karakteristik berbeda dengan sistem-sistem pendidikan lainnya. Sercara singkat karakteristik pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

  1. Pendidikan Islam adalah penekanan bahwa pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah

2. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian.

  3. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada tuhan dan masyarakat dalam hal ini pengetahuan bukan hanya untuk diketahui dan di kembangkan melainkan sekaligus dipraktekkan dalam kehidupan nyata (Azra: 10)

  Sejarah telah mencatat bahwa studi Islam telah berkembang sejak masa awal dunia Islam. Konsep yang melatar belakangi beragamnya keberadaan studi Islam di lembaga pendidikan tinggi menimbulkan perbincangan menyangkut susunan mata kuliah, kurikulum, silabus, pengadaan staff pengajar yang baik.

  Lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu pusat kemajuan manusia harus mengambil peran dalam membangun jalan tersebut demi kemanusiaan.

  Berkaitan dengan perkembangan mutakhir yang dialami agama- agama di dunia, sebenarnya tidak perlu mengkhawatirkan masa depan lembaga pendidikan Islam. Namun sistem dan muatan pendidikan itu sendiri harus di tingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dunia modern.

  Masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari arus globalisasi tersebut, apalagi jika ingin berjaya ditengah perkembangan dunia yang kian kompetitif. Hampir menjadi semacam kesepakatan umum bahwasannya peradaban masa depan adalah peradaban yang dalam banyak hal didominasi ilmu (khususnya sains), yang pada tingkat praktis dan penerapan menjadi tehnologi. Maka dari itu tantangan bagi masyarakat- masyarakat muslim dibagian dunia manapun untuk mengembangkan sains dan tehnologi sekarang dan masa dan masa datang tidak lebih ingan (Azra, 2002: 43)

  Dengan demikian, pembaruan Islam harus dilakukan seiring dengan perkembangan zaman termasuk dalam etika atau moral harus dikembangkan pada diri peserta didik agar menjadi insan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.

BAB III BIOGRAFI IMAM AL GHAZALI Imam Al Ghazali merupakan tokoh yang sudah terkenal di seluruh penjuru,

  terutama diseluruh cendekiawan Islam. Beliau juga ahli tasawuf dan filsafat yang terkenal. Untuk mengetahui tentang Imam Al Ghazali, maka penulis mencoba menjelaskan biografi dan sepak terjang dari Imam Al Ghazali, diantaranya: A.

   Biografi Imam Al Ghazali

  Imam Al Ghazali adalah ulama besar dalam bidang agama. Nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Tusi Al Ghazali (Abudin, 2001:55). Beliau lahir di perkampungan kecil bernama Ghazalah, daerah Thus, Khurasan, suatu wilayah di Persi (Iran), pada tahun 450H/ 1058M.

  Al Ghazali tumbuh dan berkembang dalam keluarga sederhana yang saleh. Ayahnya bernama Muhammad seorang buta huruf yang kesehariannya sebagai penenun wol dengan penghasilan yang paspasan (Rahmaniyah, 2010). Dia adalah seorang yang mempunyai tipe pecinta ilmu, sehingga di samping menekuni pekerjaannya, ia juga sering mengunjungi majelis-majelis pengajian. Dari sinilah beliau berkeinginan dan berdo’a supaya dikaruniai anak yang kelak menjadi orang besar dan berpengetahuan luas seperti ulama- ulama tempat ia mengambil ilmu (Sholeh, 2006:24). Al Ghazali mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Abu al Futuh Ahmad bin Muhammad bin Ahmad at Tusi Al Ghazali yang bergelar Majduddin. Keduanya menjadi ulama besar. Hanya saja Majduddin lebih berprofesi pada kegiatan dakwah sedangkan Imam Al Ghazali menjadi penulis dan pemikir. Pendidikan Imam Al Ghazali pada masa kecil berlangsung di kampung halamannya. Setelah ayahnya meninggal dunia, beliau dan saudaranya dididik oleh seorang sufi yang mendapat wasiat dari ayah keduanya untuk mengasuh mereka, yaitu Ahmad bin Muhammad ar Razikani at Tusi, ahli tasawuf dan Fiqh dari Thus. Mula-mula sufi ini mendidik keduanya secara langsung. Tetapi, setelah harta keduanya habis, sementara sufi itu seorang yang miskin, mereka dimasukkan ke sebuah madrasah di Thus.

  Setelah itu Imam Al Ghazali menuju ke Naisabur dan belajar kepada Imam al Juwaini yang terkenal dengan sebutan Imam al-Haramain, seorang teolog Asy’ariyah. Meskipun Imam al-Haramain bukan seorang filosof, tetapi ia mengajarkan studi filsafat kepada Imam Al Ghazali. Disinilah pertama kali Imam Al Ghazali mengenal ilmu kalam dan filsafat. Kecerdasan Al Ghazali sempat mengundang decak kagum Imam al-Haramain, maka tidak lama berselang beliau pun diangkat menjadi asisten pengajar oleh Imam al Haramain. Imam Al Ghazali resmi menjadi guru di Madrasah Nidzamiyyah Naisabur ketika Imam al-Haramain meninggal pada tahun 479 H (Sholeh, 2006:26). Dari Naisabur Al Ghazali merasa tidak puas. Akhirnya beliau melanjutkan atau berpindah ke kota Mu’askar. Di tempat tersebut beliau menemui dan berkenalan dengan Nidzam al-Mulk, seorang Perdana Menteri Kerajaan Saljuq. Nidzamul Mulk menjadikan Al Ghazali sebagai guru pada tahun 1091 M di Madrasah al Nidzamiyyah Baghdad yang telah didirikan oleh Nidzamul Mulk sendiri. Di kota Baghdad ini Al Ghazali menjadi terkenal. Pengajian halaqohnya semakin ramai. Ia pun telah menulis banyak karya ilmiah. Pada tahun 1095 M, Al Ghazali meninggalkan jabatanya yang terhormat di Bahgdad, kemudian menuju kota Makkah (Zuhri, 1997:131), guna menunaikan ibadah haji. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Syam dan tinggal sementara di kota Baitul Maqdis. Selanjutnya Imam Al Ghazali pergi ke Damaskus dan ber’uzlah di sebuah Zawwiyah di dalam masjid raya Al Umawi Zawiyah tempat Imam Al Ghazali uzlah tersebut sampai sekarang masih ada dan terkenal dengan sebutan Az Zawiyat Al Ghazaliyah. Di tempat ini beliau menggunakan waktunya untuk menulis kitab Ihya’ Ulumuddin.

  Akhirnya Imam Al Ghazali kembali ke Thus, sampai di sana beliau mendirikan lembaga pendidikan. Di lembaga pendidikan tersebut beliau mengajar dan beribadah. Kemudian di akhir kehidupanya tepatnya pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H/1111 M, setelah ia selesai berwudhu dengan sempurna, lalu berbaring meluruskan badan dan kakinya, kemudian menghadap ke arah kiblat dan tidak lama setelah itu beliau meninggal dunia.

  Jenazahnya dimakamkan di makam at-Thabron (1997:130).

  Bertolak dari perjalanan hidupnya, lebih dari 70 karya Imam Al Ghazali meliputi berbagai ilmu pengetahuan, beberapa di antaranya yang termasyhur adalah kitab Ihya’ Ulumuddin; kitab yang sangat penting dan mashur mengenai ilmu kalam, tasawuf dan akhlak atau etika. Di samping itu beliau juga menjelaskan tentang arti penting kedudukan, keikhlasan di antara ilmu dan amal. Beliau meninggalkan pusaka yang tidak dapat dilupakan oleh umat muslimin pada khususnya dan dunia pada umumnya dengan karangan- karangannya yang berjumlah banyak.

Dokumen yang terkait

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK IMAM AL GHAZALI (Studi Analisis Kitab Ihya’ Ulumuddin) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1 1 90

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

1 2 130

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DALAM KITAB ZAADUL MA’AD KARANGAN IBNU QAYYIM AL JAUZIYAH SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd)

0 3 81

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 122

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL – MARZUKI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 2 112

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS KITAB I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH MUSTHAFA AL-GHALAYAINI) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 4 123

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 88

KONSEP HATI PERSPEKTIF AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 111

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 93

KONSEP TAZKIYATUN NAFS DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN KARYA IMAM AL-GHAZALI SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 106