KEHENDAK BEBAS MANUSIA berdasarkan pemik

KEHENDAK BEBAS MANUSIA
(berdasarkan pemikiran Agustinus dan Calvin)
IDE POKOK:
Kehendak Bebas orang percaya berbeda dengan kehendak bebas orang yang tidak mengenal Tuhan
karena kehendak bebas orang percaya ada dalam lingkup kasih karunia.
I. PENDAHULUAN:
Secara pribadi belakangan ini saya begitu ‘terpesona’ (fascinated; amazed) dengan keadaan
manusia. Manusia itu begitu hebat. Saya kagum dengan banyak orang. Kita bisa kagum pada
seseorang karena karakternya. Tapi saya juga kagum dengan penemu2 yang hebat: penemu
pesawat terbang, penemu komputer. Perancang bangunan yang megah, dan macam-macam
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Manusia memang hebat. Hebat dalam sisi positif.
Pada sisi lain, saya juga masih terpesona dengan manusia-manusia yang menggunakan
kehebatannya untuk hal negatif: “bagaimana bisa mereka melakukan itu!”. Seperti: Kehebatan
Para wakil Rakyat dan Pejabat yang hebat dalam korupsi, salah satunya, Ketua BPK yang tugasnya
memeriksa keuangan, ternyata ia sendiri belum melaporkan kekayaannya dan bahkan dia punya
perusahaan di luar negeri dan sepertinay sedikitpun tidak punya rasa malu.

Begitu juga

diketemukannya bisnis narkoba di penjara. Ternyata beberapa penjara di Indonesia menjadi
pusat narkoba, baik pengguna, pengedar dan pembuat. Belum lagi pembunuhan-pembunuhan

yang dengan mudah dilakukan, termasuk membunuh diri sendiri.
Hal itu menimbulkan pertanyaan: What’s wrong? Ada apa sebenarnya? Siapa yang salah?
Jawabnya ada pada KEHENDAK BEBAS MANUSIA
II. APA YANG DIMAKSUD KEHENDAK BEBAS?
A. Kehendak bebas berkaitan dengan masalah: kedaulatan Allah, kehendak Allah, predestinasi,
gambar Allah, dosa, dll. Akan tetapi kita tidak akan membicarakan semua. Batasan
pembicaraan kita adalah berfokus pada ide pokok dari presentasi saya yaitu: “Kehendak
Bebas orang percaya berbeda dengan kehendak bebas orang yang tidak mengenal Tuhan
karena kehendak bebas orang percaya ada dalam lingkup kasih karunia.”

B. Beberapa definisi:
1. Free Will menurut Merriam-Webster's Learner's Dictionary
a. Simple Definition of free will
- the ability to choose how to act  kemampuan untuk memilih bagaimana bertindak
- the ability to make choices that are not controlled by fate or God  kemampuan
untuk mengambil pilihan yang tidak dikontrol oleh nasih atau Tuhan.
b. Full Definition of free will
- freedom of humans to make choices that are not determined by prior causes or by
divine intervention  kebebasan manusia untuk mengambil pilihan tanpa
ditentukan oleh penyebab awal atau campur tangan ilahi.

2. Menurut Wikipedia:
Kehendak bebas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk
membuat pilihan secara sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada.
3. Definisi umum:
Free Will adalah Kehendak Bebas yang dianugerahkan oleh Tuhan di mana "manusia
yang membuat keputusan akhir menurut kehendaknya sendiri." Free Will itulah yang
membuat menusia bebas untuk "memilih taat" ataupun "memilih tidak taat."
C. Bapa Gereja Ireneus mengajarkan: Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
berakal budi dan telah memberi kepadanya martabat seorang pribadi, yang bertindak
seturut kehendak sendiri dan menguasai segala perbuatannya. "Allah bermaksud
menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri" (Sirakh 15:14), supaya ia dengan
sukarela mencari Penciptanya dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai
kesempurnaan sepenuhnya yang membahagiakan. Manusia itu berakal budi dan karena ia
citra Allah, diciptakan dalam kebebasan, ia tuan atas tingkah lakunya (Ireneus, haer. 4,4,3).

III. MANUSIA DAN KEHENDAK BEBASNYA
A. Sejarah Manusia
1. Diciptakan menurut gambar dan Rupa Allah:
Menurut Kejadian 1:26a “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita” & 27: “ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut

gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka”  Manusia merupakan keberadaan yang keseluruhan dirinya
mencitrakan dan mencerminkan Allah.
Gambar Allah dalam manusia ini meliputi struktur maupun fungsi:
a. Yang dimaksud gambar Allah secara struktural adalah berbagai karunia yang ada
dalam manusia, termasuk kekuatan intelektualnya, rasional, moralitas, serta
kesadaran akan keilahian (sensus divinitas) nya.
b. Yang dimaksud gambar Allah secara fungsional terdiri dari pengetahuan, kebenaran
dan kekudusan yang sesungguhnya. Atau dengan kata lain, berfungsinya manusia
secara benar dalam keharmonisan dengan kehendak Allah bagi dirinya, penekanan
pada tindakan, relasi dengan Allah dan sesamanya.
2. Jatuh dalam Dosa:
Walau manusia yang diciptakan sempurna dengan gambar dan rupa Allah,
ternyata ia bisa jatuh dalam dosa. Hal itu dikarenakan Allah tidka menciptakan manusia
sebagai robot yang bisa diatur. Kalau demikian, itu bukanlah gambar Allah, karena,
gambar dan rupa Allah mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk memilih yang
benar dan salah.

Ternyata dalam kebebasannya tersebut, manusia memilih untuk


melawan Allah dan percaya akan apa yang dikatakan iblis. Sejak saat itu, manusia
melepaskan diri dari Allah dan beralih menjadi budak iblis dan dosa. Naturnya berubah,
menjadi natur yang dikuasai oleh dosa. Gambar Allah itu rusak
3. Adanya pemulihan atau rekonsiliasi dalam Kristus:
Akan tetapi Allah memberikan jalan keluar yaitu dengan adanya rekonsiliasai dan
pemulihan di dalam Kristus.
a.

Gambar Allah yang diperbarui.
Kristus adalah gambar Allah yang sebenarnya. Dalam Kristus, gambar Allah
yang telah rusak itu dipulihkan. Melalui penebusan, gambar Allah diperbarui.

Pertama, pembaruan ini memampukan manusia untuk terarah secara benar
kepada Allah (relasi yang benar dengan Allah). Kedua, hal ini juga memampukan
manusia secara benar terarah kepada sesamanya (relasi yang benar dengan
sesamanya) dan ketiga, memampukan manusia untuk dapat menjalankan
fungsinya untuk berkuasa dan memelihara ciptaan Allah secara benar (relasi yang
benar dengan bumi dan isinya).
Pembaruan Gambar Allah ini tidak bersifat statis, melainkan suatu proses
(pengudusan) yang berlangsung secara terus menerus hingga seorang manusia

mencapai ‘pemuliaan’.
b.

Gambar Allah disempurnakan.
Pada saat pemuliaan, gambar Allah dalam diri manusia akan disempurnakan.
Semua manusia yang ada dalam Kristus,a kan menjadi seperti Dia. Dikatakan
bahwa melalui karya penebusan Kristus, manusia menjadi lebih tinggi dari Adam
sebelum ia jatuh dalam dosa. Karena kalau Adam masih “bisa tidak berdosa dan
mati (posse non peccare et mori), maka orang kudus dalam kemuliaan, “tidak bisa
berdosa dan mati” (non posse peccare et mori). Itulah keadaan orang kudus
(manusia yang telah ditebus oleh Kristus), hidup dalam kesempurnaan kekekalan.

B. Siapakah manusia?
Manusia adalah mahluk ciptaan sekaligus mahluk pribadi: pribadi yang diciptakan.
Ciptaan berarti bergantung sepenuhnya pada Allah dan - Pribadi berarti memiliki
kemandirian yang relatif
Hal ini berkaitan erat dengan hubungan antara Kedaulatan Allah dan kehendak
bebas. Pada satu sisi, ketika berbicara tentang kedaulatan bebas, kita berbicara tentang
penentuan Allah yang mutlak atas ciptaanNya. Allah yang berkuasa mengatur semua yang
diciptakanNya. Dengan kata lain, semua ciptaan bergantung pada Sang Pencipta.


Akan

tetapi ketika berbicara tentang kehendak bebas, dikatakan bahwa manusia mempunyai
kemauan dan kehendak untuk melakukan sesuatu. Manusia bisa memilih apa yang akan dia
lakukan, karena ia adalah mahluk berpribadi. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia tidak
menciptakan robot yang tinggal melakukan saja apa yang dikehendaki Allah. Akan tetapi
Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambarNya, mempunyai kehendak. Allah mau

agar manusia memilih, mengasihi Allah atau melawan Dia. Itulah keunikan manusia,
ciptaan yang berpribadi.
C. Ada Apa Dengan Kehendak Bebas? Menjadi penyebab Dosa
Apa yang terjadi dengan kehendak bebas yang Tuhan berikan pada manusia?
Manusia pertama mempunayi kekebasan dalam memilih. Memang Tuhan menciptakan
manusia secara sempurna, dalam gambar Allah yang orisinal dan sejati. Itu disebut dalam
tahap integritas. Akan tetapi cerita tidak berhenti sampai di situ. Dalam perkembangannya,
manusia melakukan pilihan yang salah.
Adam memiliki posse non peccare (bisa tidak berdosa) tapi belum memiliki non posse
peccare (tidak bisa berdosa). Adam mempunyai kemungkinan untuk berdosa. Gambar
Allah dalam diri manusia ada batasannya, karena manusia bukan Allah.

Dapat dikatakan karena adanya kehendak bebas, maka manusia dimungkinkan untuk
berdosa.
IV. BEBERAPA MACAM KEHENDAK BEBAS
Menurut AgustInus, ia membedakan 3 macam kehendak bebas berdasarkan kronologis:
Ada 3 macam kehendak bebas:
1. Sebelum kejatuhan – kehendak bebas yang sempurna: benar-benar dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang salah:
a. Kehendak bebas diciptakan baik adanya
b. Kehendak bebas memungkinkan adanya kemampuan untuk berbuat dosa serta
kemampuan untuk tidak berbuat dosa
c. Kehendak bebas menuntut kewajiban moral. Penggunaan kehendak bebas adalah
secara sukarela, bukan suatu keharusan
d. Kehendak bebas memungkinkan manusia untuk melakukan tindakan bebas:
i. Tindakan bebas adalah tindakan yang sukarela, bukan suatu paksaan
ii. Tindakan bebas adalah tindakan yang ditentukan oleh diri sendiri
2. Setelah kejatuhan – Gambar Allah dalam diri manusia telah rusak total oleh dosa.
a. Dalam kejatuhan itu sendiri, manusia mempunyai kemampuan untuk jatuh dalam
dosa karena keadaanya yang posse peccare.

b. Hilangnya kebebasan, manusia masuk dalam perbudakan dosa. Kebebasan itu

menjadi suatu perbudakan oleh dosa.
c. Kacaunya pengetahuan. Walau manusia masih mampu berpikir, namun kemampuan
berpikirnya jauh dibawah keadaan manusia sebelum kejatuhan.
d. Hilangnya kasih karunia Tuhan, manusia ada dalam penghukuman Allah.
e. Hilangnya Firdaus, manusia, bumi maupun mahluk ciptaan yang lain terkena kutukan
Tuhan, sehingga harus bersusah payah dan berjuang melawan kejahatan dan dosa.
f. Munculnya dosa kedagingan, dosa pemenuhan keinginan daging termasuk nafsu-nafsu
yang tidak benar.
g. Kematian fisik. Dalam penciptaan, manusia mempunyai kemampuan untuk mati dan
untuk tidak mati, namun saat Adam memilih memakan buah itu, berarti ia memilih
untuk mati.
h. Warisan dosa dan rasa bersalah terhadap seluruh umat manusia.
Oleh karena itu, kehendak bebas itupun berubah, ada hubungan erat antara kehendak
bebas dan dosa, yaitu:
a.

Karena manusia memilih berbuat jahat, maka masuklah dosa

b.


Manusia jatuh secara sukarela, tidak dipaksakan

c.

Manusia yang jatuh dalam dosa kehilangan kebebasannya untuk melakukan
perbuatan baik tanpa pertolongan Tuhan.

3. Dalam kasih karunia - Hanya oleh kasih karunia melalui iman sajalah manusia mampu
melakukan kebaikan. Namun, kasih karunia itu sendiri bukanlah pilihan manusia
(predestinasi)
a. Kasih karunia diperlukan untuk menanggulangi kehendak yang jahat
b. Hanya orang-orang yang telah diselamatkan yang betul-betul bebas.
c. Karunia dibutuhkan untuk memelihara hukum Tuhan
d. Kasih Karunia Allah bekerja dalam kehendak bebas manusia secara misterius dan sulit
untuk dilukiskan.
Hoekema menggunakan istilah ‘kebebasan sejati’ untuk menggambarkan keadaan
Adam pada saat pertama diciptakan. Dalam kebebasan sejati, ada kemampuan untuk
melakukan apa yang menyenangkan Allah. Kebebasan sejati ini bukan kebebasan yang
sempurna. Manusia pertama tidak pernah mencapai kebebasan sempurna, karena ia telah
jatuh dalam dosa.


Melalui penebusa, kebebasan sejati itu telah dipulihkan. Dalam terang kasih karunia,
manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan apa yang menyenangkan Allah.
Kebebasan sejati ini erat kaitannya dengan proses pengudusan (sanctification) yang harus
dijalani oleh mereka yang telah ditebus oleh Kristus hingga mereka kelak mencapai
pemuliaan.
Kebebasan sejati ini adalah kebebasan yang diperoleh melalui penebusan Kristus
yang membebaskan manusia dari budak dosa. Jadi kebebasan sejati berarti hidup sebagai
‘Hamba Allah’.
Menurut Calvin, kebebasan sejati terdiri dari tiga aspek:
a. Kebebasan dari kewajiban memenuhi hukum Taurat sebagai syarat keselamatan.
b. Kebebasan untuk menaati hukum Allah dengan sukarela, didorong oleh rasa syukur
kita.
c. Kebebasan dalam kaitannya dengan perkara-perkara eksternal yang dalam dirinya
sendiri tidak ditentukan (adiaphora – tidak dilarang dan tidak diperintahkan) 
legalisme
Jadi ciri dari kebebasan sejati adalah: (a) Tidak bertentangan dengan hukum (b) Tidak
bertentangan dengan pelayanan (c) Kebebasan untuk mengasihi
V.


PENGARUH KEHENDAK BEBAS BAGI MANUSIA
A. Bagi orang yang belum mengalami rekonsiliasi
1. Keadaan kehendak bebas mereka:
Kejatuhan manusia membuatnya mengalami kerusakan total yang berarti kerusakan
yang menjangkau setiap aspek natur manusia termasuk rasio, kehendak, selera dan
dorongan-dorongannya. Secara natur tidak ada kasih kepad Allah yang menjadi prinsip
hidup dan motivasinya.
Ketika manusia jatuh dalam dosa, ia sudah tidak lagi mempunyai kebebasan sejati. Ia
telah menjadi budak dosa  ‘Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. ‘ (Yoh.8:34).
Kebebasan sejati yaitu kemampuan utnuk menyenangkan Allah sudah tidak ada lagi.
Yang ada hanyalah keinginan untuk memuaskan kedagingan mereka. Hanya berfokus
pada diri sendiri – egosentrisme yang kuat.

Kehendak bebas yang dipunyainya hanyalah kehendak untuk melakukan yang tidka
baik. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk memilih. Yang dapat dilakukannya
hanyalah melakukan yang tidak baik.
2. Apa yang mereka lakukan:
a. Kecenderungan melakukan hal yang bertentangan dengan Allah:
-

“Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak
takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.” (Rm.8:7)

- “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh
berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. “(Gal.5:17)
b. Kecenderungan melakukan hal yang najis di hadapan Allah:
-

Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus: ”... sebab dari dalam, dari hati orang, timbul
segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan,
keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan,
kebebalan.”(Mrk.7:21-22)

- Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang
demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (Gal.5:19-21)
B. Bagi orang yang telah mengalami rekonsiliasi:
1. Keadaan kehendak bebas mereka:
Mereka yang telah menerima penebusan telah dilahirkan kembali dari Roh Allah. Ada
suatu pembaharuan total. Sebagai mahluk yang telah diperbarui, menjadi seperti Kristus
dan mempunyai gambar yang sejati yang hanya mempunyai keinginan untuk
menyenangkan Tuhan. Tujuan mula-mula manusia telah dipulihkan, yaitu untuk
memuliakan Tuhan dan menikmati Dia.
Tuhan Yesus juga memberikan gambaran bahwa mereka yang telah ditebusnya ada
dalam suatu persekutuan dan melekat dalam Dia, sehingga pusat kehidupan mereka

adalah pada Kristus. Ada dalam suatu persekutuan yang erat dengan Kristus. Sehingga
apa yang dikehendakinya adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Kehendak bebas mereka yang ada di dalam Kristus ada dalam ruang lingkup kasih
karunia.
2. Apa yang mereka lakukan:
Bagaimanapun juga, masih ada pergumulan, namun dengan kuasa Roh Kudus dapat
melakukan apa yang berkenan bagi Allah, karena mereka dikuasai oleh Roh Allah, maka
apa yang mereka lakukan adalah sesuai dengan pimpinan Roh Allah.
- Akan melakukan hal yang menyenangkan Allah : Galatia 5:16-17 Maksudku ialah:
hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab
keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan
dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap
kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
- Adanya buah-buah Roh dalam kehidupan mereka. Galatia 5:22-23 Tetapi buah Roh
ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Mereka yang ada dalam Tuhan, memang harus mengambil keputusan-keputusan. Ada
yang mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan pilihan. Setiap waktu kita dihadapkan
pada pilihan-pilihan. Baik pilihan kecil maupun pilihan besar. Mereka yang ada di dalam
Tuhan, mempunyai kecenderungan untuk melakukan pilihan yang tidak bertentangan
dengan firman Tuhan. Apakh tidak mungkin melakukan kesalahan atau hal yang tidak
berkenan bagi Allah. Bisa saja, tapi karena ia ada dalam kuasa Roh Allah, maka akan
sadar dan mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Ia ada dalam proses pengudusan.
VI. PENUTUP - KESIMPULAN
Kehendak Bebas orang percaya berbeda dengan kehendak bebas orang yang tidak
mengenal Tuhan karena kehendak bebas orang percaya ada dalam lingkup kasih karunia.
Gambaran antara orang yang dikuasai dosa dan yang telah ditebus oleh Kristus dapat
digambarkan dengan keadaan sebuah hutan rimba yang memberlakukan ‘hukum rimba’. Ini
adalah gambaran dunia yang dikuasai dosa. Akan tetapi di tengah-tengah rimba yang
menakutkan itu, ada sebuah rumah yang dikelilingi pagar yang.

Rumah itu adalah

gambaran mereka yang telah diselamatkan. Mereka tinggal dalam lingkup rumah itu.

Kebebasan yang mereka punyai adalah bagaikan kebebasan bergerak dalam sebuah rumah,
dalam ruang lingkup kasih karunia. Ia bebas melakukan apa saja di dalam rumah. Akan
tetapi Tuhan tidak mengijinkan dia bergerak keluar dari rumah, dari kasih karunianya dan
mencoba masuk dalam zona berbahaya, hutan rimba di mana iblis berkeliaran.
Gambaran ini sebenarnya erat kaitannya dengan presdestinasi dan jaminan
keselamatan. Tuhan menentukan mereka yang menjadi umat pilihanNya, Mereka adalah
orang-orang yang beroleh kasih karunia. Tuhan akan selalu mengawal ‘kehendak bebas
mereka’ sehingga tidak mungkin mereka keluar dari pagar keselamatan kasih karunia Allah.
Maka mereka yang menjadi umat pilihan Allah pasti hidup dalam lingkup kasih karunia
Allah yang memungkinkan mereka hidup dengan kehendak bebas yang hanya ingin
memuliakan Tuhan dan menikmati Dia.

Oleh : Giamyati Tedjaseputra

Daftar Pustaka

Basinger, David, ed. Predestination and Free Will. Downers Grove: Inter Varsity Press, 1986.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika: Doktrin Allah. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1993
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika: Doktrin Manusia. Jakarta: Lembaga Reformed Injili
Indonesia, 1993
Boettner, Loraine. The Reformed Doctrine of Predestination. Philadelphia: The Presbyterian and
Reformed Publishing Company, 1973.
Bonar, Horatius. God’s Will, Man’s Will, and Free Will. Wilmington: Sovereign Grace Publisher,
1972.
Bourke, Vernon J, ed. Saint Augustine: City of God. New York: Image Books, 1958.
Burleigh, John H.S. Augustine: Earlier Writings. Philadelphia: The Westminster Press, 1953.
Erickson, Millard J. Christian Theology. Grand Rapids: Baker Book House, 1991.
Geisler, Norman L, ed. What Augustine Says. Grand Rapids: Baker Book House, 1982.
Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya: Momentum, 2003.
Meagher, Robert. Augustine: On the Inner Life of The Mind. Indianapolis: Hackett Publishing
Company, 1998.
Olson, Roger E. Fighting Words. Christian History, Vol. XIX No.3 2000
Portalie, Eugene. A guide to the Thought of Saint Augustine. Chicago: Henry Regnery Company,
1960.
Sell, Alan P.F. Augustine versus Pelagius: A Causionary Tale of Perennial Importance. Calvin
Theological Journal, Vol. 12 No.2 Nov.1997
Sproul, R.C. Willing to Believe: the Controversy over Free Will. Grand Rapids: Baker Books, 1997.
Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika. Malang: Penerbit Gandum Mas, 1992.

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

ANALISIS EFISIENSI PENGONTROL ELEKTRONIK UNTUK PENGENDALI ARAH ANTENA PADA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK RUANG BEBAS (KORUB)

2 41 20

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK (Putusan Nomor 24/Pid.Sus/A/2012/PN.Pso)

7 78 16

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA (PutusanNomor :440/PID.B/2011/PN.Kb.Mn)

2 17 15

Analisa pemampaatan internet berdasarkan survei pemetaan E-Commerce Menggunakan metode Six Sigma

2 36 99

Perbedaan prestasi siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah (studi kasus di SMA Darussalam Ciputat)

3 28 72

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di SMA PGRI Seputih Mataram Lampung Tengah) Oleh

5 62 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 41 108

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 52 68