MEMAHAMI PERKEMBANGAN DENGAN perkembangan MEMPERHATIK

PENTINGNYA MEMAHAMI PERKEMBANGAN SISWA BAGI GURU
DENGAN MEMPERHATIKAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
BELAJAR ANAK USIA SD

MAKALAH
diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Perkembangan Belajar
Peserta Didik

Oleh
Miftakhuddin

NIM 120210204163

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013

KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya punya kesempatan dan kemampuan untuk dapat
membuat makalah ini hingga selesai. Saya berharap makalah ini dapat
memberikan suatu dampak positif bagi kita semua.
Dalam makalah ini akan dijelaskan dengan lengkap dan mendetail
mengenai perkembangan belajar anak usia SD pada pendidikan formal serta
mengenai betapa pentingnya, tujuan dan hasil-hasil yang akan kita dapatkan dari
pemahaman atas perkembangan belajar anak usia SD pada pendidikan formal ini.
Semoga semua informasi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua dan memberi kontribusi yang nyata untuk membawa kehidupan
kita bersama ke arah yang lebih baik melalui peningkatan pendidikan.
Makalah ini belum bisa disebut sebagai suatu karya yang sempurna, untuk
itu saya menerima semua kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
mengkonstruksi makalah ini sehingga menjadi lebih baik.

Jember, 24 April 2013

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali peristiwa kesalahan guru dalam mengambil
suatu kebijakan dalam pembelajaran formal disekolah, hal ini disebabkan karena
guru kurang mampu memahami apa yang sedang dibutuhkan oleh sisiwa untuk itu
diperlukan sebuah bahasan yang memperhatikan perkembangan belajar,
emosional,dan jasmani peserta didik, serta agar tidak terjadi lagi kesalahan daam
mengambil kebijakan untuk kepentingan akademik.
Pemahaman seorang guru terhadap semua aspek perkembangan belajar
siswa merupakan salah satu fondasi atau dasar untuk mengambil kebijakan dan
keputusan dalam menenetukan perencanaan pembelajaran mengingat bahwa yang
menjadi objek maupun subjek dalam pembelajaran adalah siswaseangkan guru
hanya sebagai fasilitator dan pengarah apabila ada kekurangsesuaian kegiatan
siswa. Dengan memahmi karakteristik perkembangan belajra peserta didik baik
secara sosial, moral, jasmani, intelektual, maupun emosional guru dapat
memperkirakan dan menginterprestasi hasil pembelajaran.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar yang perlu diperhatikan adalah
mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan
bidang di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan

bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik. Itulah yang perlu
diperhatikan

oleh

guru

kelas

dalam

rangka

meningkatkan

efektifiktas

pembelajaran formal disekolah dengan memahami tahap tahap perkembangan dan
memenuhi apa saja yang paling dibutuhkan dalam setiap tahap perkembangan
tersebut, karena dengan stimulus pada setiap tahapan akan berdampak permanen

pada perkembangan belajar mengingat bahwa usia SD adalah usia pasca gold age
(masa penanaman moral dan kepribadian yang paling dominan).

1.2 Tujuan dan Manfaat
Perkembangan belajar siswa menjadi acuan dalam beberapa tindakan
akademik, meskipun perkembangan belajar siswa bukan satu satunya dasar
pegambilan kebijakan sekolah namun perkembangan ini mejadi tolok ukur yang
paling utama disekolah ketika pihak sekolah akan membuat rencana
pembelajaran. Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan
dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). setiap anak
memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada
dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam
lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran)
dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk
menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan
membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan
cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui
interaksi dengan lingkungannya.
Pemahaman akan karakteristik perkembangan belajar anak usia SD seperti

ini akan sangat bermanfaat bagi orang tua siswa serta para mahasiswa yang
mengmbil jurusan kependidikan di universitas, karena dengan adanya suatu
bahasan mengenai karakteristik perkembangan belajar anak usia SD bisa
digunakan sebagai referensi yang menjadi pedoman dalam mengembangkan
potensi anak usia SD (manfaat bagi orang tua siwa) dan bisa dimanfaatkan pula
oleh para mahasiswa untuk pedoman dalam praktik mengajar pada semester tinggi
/ akhir.

BAB II
PEMBAHASAN
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada
rentangan operasioanl konkret. Masa operasional konkret ini merupakan
masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat
penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu dipahami dan dengan pemahaan ini maka potensi yang ada
harus didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

2.1 Pentingnya Memahami Karakteristik Perkembangan Belajar

Peserta Didik

Karakteristik yang dimiliki oleh anak tingkat SD antara lain:
1.Senang bermain,
2.Senang bergerak
3.Senang bekerja dalam kelompok
4.Senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.
Melalui pemahaman akan beberapa karakteristik yang dimilki oleh anak
usia SD guru dapat mengetahui 1apa yang dibutuhkan oleh anak usia SD seperti :

Anak SD Senang Bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD
seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran
yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling
antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang
mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK).

1


Sugiyanto.KARAKTERISTIK ANAK USIA SD

Anak SD Senang Bergerak.

Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk
dengantenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya
merancangmodel pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau
bergerak.Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama,
dirasakan anaksebagai siksaan.
Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok.

Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka
belajar aspekaspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar
memenuhi aturanaturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung
pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar
keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus

merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok.
Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan Sesuatu Secara
Langsung.

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional
konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsepkonsep baru dengan konsep‐konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa
membentukkonsep‐konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi badan, pera
jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang
materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya
dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang
arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian
menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah
akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.

Dengan memperhatikan beberapa karakteristik tersebut pihak sekolah /
guru kelas dapat merancang pembelajan yang sesuai dengan karakteristik agar
lebih menyenangkan dan efektif karena sesuai dengan tahapan perkembangan,.

Anak pada usia SD memiliki salah satu ciri yaitu lebih condong pada
perkemabnagan psikomotorik yang dominan. Mereka cenderung menunjukkan
perkembangan dalam segi gerak / kinestetik untuk itu ketika pembelajaran harus
sering dengan permainan. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu
factor penentu kelancaran proses belajar baik dalam bidang pengetahuan maupun
ktrampilan,oleh karena itu perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan
peserta didik.
Menurut 2Piaget, pengetahuan dibangun dalam pikiran anak.Pengetahuan
sosial seperti nama hari dalam seminggu atau tanda atom unsur-unsur dalam ilmu
kimia dapat dipelajari secara langsung yaitu dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Namun pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematik tidak dapat secara
utuh

dipindahkan

dari

pikiran

guru


ke

pikiran

siswa.

Dengan

kata

lain,pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematik tidak dapat diteruskan
dalam bentuk sudah jadi. Setiap anak harus membangun sendiri pengetahuanpengetahuan itu. Pengetahuan itu harus dikontruksi sendiri oleh anak melalui
operasi-operasi dan salah satu cara untuk membangun operasi ialah dengan
equilibrasi.
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik anak usia SD sebagai
sisawa guru akan memperoleh beberapa keuntungan: Pertama, guru akan
mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan diketahui
pada umur berapa peserta didik mulai berbicara dan mulai mampu berpikiran
abstrak atau akan diketahui pula pada umur berapa peserta didik tertentu akan

memperoleh keterampilan perilaku dan emosi khusus.
Kedua, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu

guru untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta

2

Piaget dalam http://belajarmenjadilebih.wordpress.com/2013/02/21/karakteristik-anak-usia-sd/

didik. Bila seorang peserta didik dari Taman Kanak-Kanak tidak mau sekolah lagi
karena diganggu temannya, apa yang harus dilakukan oleh guru dan orangtuanya?
Bila peserta didik selalu ingin merebut mainan temannya apakah dibiarkan saja?
Pemahaman guru tentang perkembangan peserta didik akan membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu dan menunjukkan sumber-sumber jawaban serta polapola peserta didik mengenai pikiran, perasaan dan perilakunya.
Ketiga, pemahaman tentang perkembangan peserta didik akan membantu

mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal. Bila peserta
didik umur dua tahun belum berceloteh (banyak bicara) apakah dokter dan guru
harus mengkhawatirkannya? Bagaimana bila hal itu terjadi pada peserta didik
umur tiga atau empat tahun? Apa yang pertu dilakukan bila remaja umur lima
betas tahun tidak mau lagi sekolah karena keinginannya yang berlebihan yaitu
ingin melakukan sesuatu yang menunjukkan sikap "jagoan" ? Jawaban akan lebih
mudah diperoleh apabila guru mengetahui apa yang biasanya terjadi pada peserta
didik atau remaja.
Keempat, dengan mempelajari perkembangan peserta didik akan membantu

memahami diri sendiri. Dengan kata lain pengetahuan ini akan membantu guru
memahami apa yang guru alami sendiri, misalnya mengapa masa puber guru lebih
awal atau lebih lambat dibandingkan dengan teman-teman lain.
3

Berikut ini adalah beberapa hal yang mendasari pentingnya mempelajari

perkembangan peserta didik.
-

Masa Perkembangan Yang Cepat

Pada peserta didik terjadi pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan
perubahan-perubahan yang dialami makhluk lain. Perubahan fisik, misalnya pada
tahun pertama lebih cepat dari pada tahun-tahun berikutnya. Hal yang sama terjadi
juga pada perubahan yang menyangkut interaksi sosial, perolehan dan
penggunaan bahasa, kemampuan mengingat serta berbagai fungsi lainnya.
-

3

PengaruhPengalamanSebelumnya

http://faiha24.blogspot.com/2011/09/pentingnya-mempelajari-perkembangan.html

Alasan lainnya mengapa mempelajari peserta didik ialah bahwa peristiwaperistiwa dan pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal menunjukkan
pengaruh yang lama dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa-masa
berikutnya. Kebanyakan ahli teori psikologi berpendapat bahwa apa yang terjadi
hari ini sangat banyak ditentukan oleh perkembangan siwa sebagai peserta didik.
-

Proses yang kompleks

Sebagai peneliti yang mencoba memahami perilaku orang dewasa yang
kompleks, berpendapat bahwa mengkaji tentang bagaimana perilaku itu pada saat
masih sederhana akan sangat berguna. Misalnya ialah bahwa kebanyakan orang
dapat membuat kalimat yang panjang dan dapat mengerti oleh orang lain.
Manusia mampu berkomunikasi dari cara yang sederhana sampai yang
kompleks karena bahasa yang dipergunkana mengikuti aturan-aturan tertentu.
Tetapi menentukan apa aturan itu dan bagaimana menggunakan adalah sulit.
Suatu pendekatan terhadap masalah ini adalah dengan mempelajari proses
kemampuan berbahasa. Peserta didik membentuk kalimat yang hanya terdiri atas
satu atau dua kata, kalimat itu muncul dengan mengikuti aturan yang diajarkan
orang dewasa. Dengan mengkaji kalimat pertama tersebut parapeneliti bahasa
bertambah wawasannya tentang mekanisme cara berbicara orang dewasa yang
lebih kompleks.
-

Nilai yang ditempatkan

Kebanyakan ahli psikologi perkembangan melakukan penelitiannya untuk
mengkaji pertanyaan-pertanyaan atau fenomena yang mengemuka dimasyarakat.
Misalnya penelitian tentang tahap awal perkembangan sosial yang secara relevan
berkaitan dengan orangtua tentang peranannya dalam kehidupannya sehari hari,
penelitian tentang strategi pemecahan masalah pada peserta didik akan
memberikan informasi berharga mengenai metode mengajar yang baik. Hasil dari
penelitian atau pengkajian teoritis dapat secara langsung atau tidak dapat
mempengaruhi pola pendidikan atau pembelajaran.
-

Masalah yang menarik

Peserta didik merupakan makhluk yang mengagumkan dan penuh tekateki serta menarik untuk dikaji. Kemudahan peserta didik umur dua taknik untuk

mempelajari bahasa ibunya dan kreativitas peserta didik untuk bermain dengan
temannya merupakan dua hal dari karakteraktik yang sedang berkembang.
Misalnya banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik
yang merupakan misteri dan menarik. Dalam hal ini ilmu pengetahuan lebih
banyak menjumpai pertanyaan-pertanyaan dari pada jawabannya

2.2 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada
rentangan operasioanl konkret. Masa operasional konkret ini merupakan
masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat
penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu dipahami dan dengan pemahaan ini maka potensi yang ada
harus didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan
yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara
6 – 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :
Perkembangan Fisik Anak Usia SD
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan
tulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan berat
badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 ‐13
tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki.
a. Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari
pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan
yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama
tahun tahun di SD.
b. Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang
lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih
pendek dan lebih langsing dari anak laki‐laki.

c. Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami
masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
d. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat
dan lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan
pertumbuhan pada usia segurur 11 tahun.
e. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati
puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai
dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak
laki‐laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara
usia 13‐16 tahun.
f. Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa
ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum
mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ
atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak
pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas)
berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi
proporsi badan serta perkembangan ciri‐ciri seks primer dan sekunder.
Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang,
waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi.
Rata‐rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun
lebih cepat dari anak laki‐laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi,
ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan
reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya
perbedaan‐perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak yang
sama usianya mulai mengalami pubertas. pemahaman perkembangan masa
remaja ini digunakan untuk menjadi pertimbangan dalam pemilihan
metode pembejaran, materi yang disampaikan dan pendekatan yang
digunakan oleh guru kelas.

Perkembangan Keterampilan Motorik

Sejalan
keterampilan

dengan
motorik.

perkembangan

fisik,

Perkembangan

terjadi

motorik

pula

berarti

perkembangan
perkembangan

pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot
yang terkoordinasi. Apabila tidak ada gangguan fisik atau lingkungan maupun
hambatan mental yang mengganggu perkem-bangan motorik, secara normal anak
berusia 6 tahun akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah, dan
berperan serta dalam kegiatan bermain dengan teman sebaya.
Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf.
Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya mengajarkan
keterampilan motorik melalui berbagai latihan akan menjadi usaha yang sia-sia.
Gerakan terampil yang terkoordinasi belum dapat dikuasai sebelum mekanisme
otot anak berkembang baik. Sebagaimana halnya perkembangan fisik pada
umumnya, perkembangan motorik juga mengikuti pola atau hukum arah
perkembangan, yaitu urutan perkembangan mulai dari kepala, kemudian bagian
tubuh, dan anggota tubuh (tangan dan kaki).
4

Seiring

dengan

pertumbuhan

fisik

yang

beranjak

matang,maka

perkembangan monotorik anak,fperkembangan anak usia dasar ditandai dengan
gerak atau aktifitas motoric yang lincah oleh karena itu usia ini merupakan massa
yang ideal untuk belajat ketrampilan yang berkaitan dengan motoric baik halus
(menulis, meremas kertas) maupun kasar (berlari, berenang, melompat).
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu factor penentu
kelancaran proses belajar baik dalam bidang pengetahuan maupun ktrampilan,oleh
karena itu perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan peserta didik.
Upaya-upaya sekolah untuk memfasilitasi perkembangan motoric secara
fungsional tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Sekolah merancang pelajaran krampilan yang ber,manfaat bagi perkembangan
atau kehidupan anak

4

http://kuliah-sovie.blogspot.com/2012/04/karakteristik-perkembangan-anak-usia-sd.html

2. Sekolah memberikan pelajaran senam atau olah raga kepada sisiwa.
3. Sekolah perlu merekrut guru-guru yang memiliki keahlian dalam bidang-bidang
tersebut.
4. Sekolah menyediakan sarana untuk kelangsungan pelajaran tersebut.
Pola perkembangan motorik dapat diramalkan, yang dimulai dari gerakan
yang bersifat umum atau kasar menjadi gerakan yang semakin spesifik dan halus.
Misalnya, gerakan motorik yang membentuk landasan bagi keterampilan tangan
dan kaki tergantung pada keterampilan gerak yang dikuasai sebelumnya.
Perbedaan motorik secara individual selain dipengaruhi kematangan dan
keterampilan motorik sebelumnya, juga dipengaruhi kondisi lain yang dapat
memperlambat atau mempercepat dikuasainya keterampilan gerak motorik
tertentu. Kondisi yang mempengaruhi kecepatan dikuasainya perkembangan
keterampilan motorik, antara lain sifat dasar genetik, ada tidaknya hambatan
dalam awal kehidupan seseorang, kondisi pralahir dan saat lahir, gangguan atau
rangsangan dari lingkungan, cacat fisik, kecerdasan, serta motivasi dan metode
pelatihan yang disebabkan perbedaan jenis kelamin ras, sosial ekonomi.
Keterampilan

motorik

yang

terkoordinasi

dengan

baik

dapat

dipelajari/dilatih dan berkembang menjadi kebiasaan. Sebenarnya, masa anak
sangat ideal untuk mempelajari keterampilan motorik. Pada usia tersebut, tubuh
anak masih lentur sehingga lebih mudah dilatih untuk gerakan motorik; anak
belum terlalu banyak mempelajari keterampilan-keterampilan lainnya; belum
terlalu banyak tanggung jawab dibandingkan dengan remaja apalagi orang
dewasa; memiliki keberanian lebih pada waktu kecil dibandingkan ketika ia
semakin besar; serta anak senang melakukan pengulangan yang membantu
keterampilan gerakan motorik tersebut.
Keterampilan gerakan motorik pada umumnya dipelajari dengan berbagai
cara. Pertama , uji coba (trial and error ). Apabila tidak ada bimbingan dan model
untuk ditiru, anak melakukan tindakan coba-coba secara acak. Dengan cara ini,
biasanya keterampilan yang dihasilkan anak berada di bawah kemampuan anak
lainnya. Kedua , meniru atau imitasi dengan cara mengamati keterampilan gerak
motorik suatu model (orang dewasa atau anak yang lebih besar). Terakhir ,

pelatihan terbimbing pada waktu mengamati model yang memperlihatkan
ketrampilan gerakan motoriknya sehingga anak dapat menirunya dengan tepat dan
cepat.
Terdapat sejumlah keterampilan gerakan motorik yang umum pada masa
anak usia sekolah. Pertama, keterampilan tangan, seperti menggunakan alat-alat
makan, serta menangkap dan melempar bola. Berkenaan dengan penggunaan
tangan, ada kecende-rungan beberapa anak lebih suka menggunakan tangan
kanan, atau tangan kiri (kidal). Anak yang menggunakan tangan kanan seperti
yang diajarkan dan dilatih oleh orang dewasa dapat mempermudah belajar,
mendapat contoh/model dan bimbingan dalam menggunakan tangan kanan, lebih
cepat terampil dan tidak melelahkan, serta lebih mudah menyesuaikan diri dengan
harapan social, dan bergaul dengan orang lain sehingga menjadi pribadi yang
menyenangkan. Kedua , keterampilan kaki seperti melompat, berlari, memanjat,
dan mengendarai sepeda.
Dalam perkembangan motorik dapat terjadi masalah biasanya berkenaan
dengan: (1) keterlambatan atau keterbelakangan kemampuan gerakan motorik
yang dimiliki anak dibandingkan dengan anak seusianya, (2) harapan yang tidak
realistik dari orang dewasa akan keterampilan motorik yang harus dikuasai anak,
serta ketidaksanggupan mempelajari keterampilan gerakan motorik penting
sehingga menghambat penyesuaian pribadi dan sosial anak. Misalnya, anak yang
tidak/belum menguasai keterampilan motorik yang diperlukan dalam suatu
permainan, ia tidak dapat mengikuti permainan tersebut atau disisihkan dari
permainan.
Keadaan ini tentu berdampak lebih lanjut secara, negatif bagi penyesuaian
sosial

anak

dan

pembentukan

kepribadiannya.

Demikian

juga

apabila

keterampilan gerakan motorik dasar keliru ataupun kurang tepat, maka akan
berdampak bagi perkembangan gerakan motorik selanjutnya. Anak yang
menggunakan tangan kiri (kidal) juga menyadari bahwa dirinya berbeda dari yang
lain, sehingga cukup mengganggu penyesuaian diri dan sosialnya. Anak juga
merasa canggung kalau pengendalian gerakan tubuhnya berada di bawah standar
yang diharapkan bagi tingkatan usianya. Kondisi perkembangan gerakan motorik

seperti ini, dapat berdampak lebih lanjut pada perkembangan lainnya. Di
antaranya, anak menjadi rendah diri, timbul kecemburuan terhadap anak lain,
malu, ketergantungan dan tidak berani mencoba, kekecewaaan, serta penolakan
sosial.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI berlangsung lebih lambat
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pada masa sebelumnya (masa bayi dan
kanak-kanak awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja). Pada masa anak
akhir, pertumbuhan fisik relatif seimbang, meskipun masih tetap ada perbedaan
individual setiap peserta didik. Jadwal waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak
sama, ada yang berlangsung cepat, sedang, atau lambat. Banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan fisik anak, baik secara umum maupun individual.
Diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pengaruh keluarga . Baik faktor keturunan maupun lingkungan keluarga dapat
membuat anak menjadi lebih gemuk daripada anak lainnya sehingga lebih berat
tubuhnya. Demikian juga ras suku bangsa yang merupakan salah satu keturunan
membuat perkembangan fisik seseorang berbeda. Orang-orang Amerika, Eropa
dan Australia cenderung lebih tinggi daripada orang dan anak Asia. Faktor
lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi
keturunan yang dibawa anak tersebut. Pada setiap tahap usia termasuk usia
SD/MI, lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada
tinggi tubuh.
b. Jenis Kelamin. Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat
dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun, yang
terjadi sebaliknya. Kecenderungan ini terjadi karena bangun tulang dan otot pada
anak laki-laki memang berbeda daripada anak perempuan.
c. Gizi dan kesehatan. Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggi

tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan dengan yang
memperoleh gizi kurang. Demikian pula, anak yang sehat dan jarang sakit
biasanya memiliki tubuh sehat dan lebih berat dibandingkan dengan anak yang

sering sakit. Lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat membantu
mereka memberikan gizi yang cukup agar terjadi perkembangan fisik yang baik
dan sehat sehingga pada akhirnya akan berdampak pada perkembangan aspekaspek lainnya.
d. Status sosial ekonomi. Fisik anak dari kelompok keluarga sosial ekonomi

rendah cenderung lebih kecil daripada anak dari keluarga dengan status sosial
ekonomi yang cukup atau tinggi. Keadaan status sosial ekonomi mempengaruhi
peran keluarga dalam memberikan makanan, gizi dan pemeliharaan kesehatan,
serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak tersebut.
e. Gangguan emosional. Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan

menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal ini
menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary, dan
akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan/pertumbuhan memasuki
masa puber. Demikian juga bentuk tubuh endomorf (gemuk), mesomorf (sedang)
atau ektomorf (kurus) juga mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak, yang pada
gilirannya berpengaruh pula terhadap aktivitas, sosialisasi, emosi, dan konsep
diri/kepribadian anak secara keseluruhan.

Perkembangan Kognitif Anak Usia SD
Perkembangan kognitif mencakup perubahan – perubahan dalam
perkembangan pola pikir. Perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspekaspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin
dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak
dengan lingkungannya (berdasarkan teori konvergensi). Menurut 5Piaget masa ini
berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan: a) kemampuan
mengklasifikasikan benda-benda dengan ciri yang sama. b) menyusun atau
mengasosiasikan angka-angka atau bilangan. c) memecahkan yang sederhana.
Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat
stadium:

5

Piaget dalam http://kuliah-sovie.blogspot.com/2012/04/karakteristik-perkembangan-anak-usia-sd.html

a. Sensorimotorik (0‐2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan

medorong mengeksplorasi dunianya. Masa ini juga sering disebut sebagai masa
oral / masa dimana seorang anak mengatahui segala sesuatu dengan sensor yang
ada dimulutnya (mengulum benda untuk mengenali benda tersebut). Pada
perkembangan ditahap ini harus selalu ada peran aktif orang tua dimana orang tua
sebagai pengawas kalau kalau nantinya anak mengulum sebuah benda yang
berbahaya untuk kesehatannya. Namun orang tua juga tidak boleh mengekang apa
yang akan dilakukan oleh si anak karena jika dikekang akan berdampak pada
kondisi psikologis anak dan kognitifnya (kurangnya informasi / pengetahuan akan
lingkungan dan benda yang ada disegururnya).
b. Pra-operasional(2‐7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan

objek dengan gambaran dan kata‐kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis
tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan
intuitif ketimbang logis. Anak pada tahap ini dipenuhi dengan rasa penasaran
yang tinggi yang diungkapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
serta melihat segala sesuatu dari dirinya (egosentris).
c. Operational Kongkrit (7‐11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini

telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. Konkrit
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan
pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan
akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai,
sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan
yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Anak usia sekolah dasar
berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai
menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: a) mulai memandang dunia secara
objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan
memandang unsur-unsur secara serentak. b) mulai berpikir secara operasional. c)
mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda.
d) membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah

sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. e) memahami konsep
substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
d. Operasional Formal (12‐dewasa). kemampuan untuk berpikir secara abstrak,

menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual
yaitu:
1. Kedewasaan (maturation). perkembangan sistem saraf sentral, otak,
koordinasi

motorik,

dan

manifestasi

fisik

lainnya

mempengaruhi

perkembangan kognitif. Namun maturasi tidak cukup menerangkan
perkembangan intelektual ini.
2. Pengalaman fisik (physical experience), Pengalaman fisik, interaksi dengan
lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstrak berbagai sifat fisik dari
benda-benda. Pengalaman fisik ini selalu melibatkan asimilasi pada strukturstruktur logika matematik.
3. Penyalaman

logika

matematika

(logical

mathematical

experience),

Pengalaman logika matematik, yaitu pengalaman dalam membangun atau
mengkontruksi hubungan-hubungan antara obyek-obyek.
4. Transmisi sosial (social transmission), dalam transmisi sosial, pengetahuan
datang dari orang lain. Pengaruh bahasa, instruksi formal dan membaca,
begitu pula interaksi dengan teman-teman dan orang dewasa termasuk faktor
faktor transmisi sosial dan memegang peranan dalam perkembangan
intelektual anak.
5. Proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (selfregulation), Pengaturan sendiri, equilibrasi adalah kemampuan untuk
mencapai kembali kesetimbangan ( equilibrium ) selama periode
ketidaksetimbangan ( disequilibrium ). Equilibrasi merupakan suatu proses
untuk mencapai tingkat-tingkat berfungsi kognitif yang lebih tinggi melalui
asimilasi dan akomodasi tingkat demi tingkat.

Dalam perkembangan intelektualitas, dapat juga terjadi kendala dan
bahaya seperti berikut ini yang mempengaruhi perkembangan anak secara
keseluruhan.
1. Kelambanan perkembangan otak yang dapat mempengaruhi kemampuan
bermain dan belajar di sekolah serta penyesuaian diri dan sosial anak.
Terjadinya kelambanan biasanya disebabkan oleh tingkat kecerdasan di bawah
normal dan kurangnya mendapat kesempatan mendapat pengalaman.
2. Konsep yang keliru dan salah yang disebabkan oleh informasi yang salah,
pengalaman terbatas, mudah percaya, penalaran keliru, dan imajinasi yang
sangat beperan, pemikiran tidak realistis, serta salah menafsirkan arti.
3. Kesulitan dalam membenarkan konsep yang salah dan tidak realistik. Hal ini
biasanya

berkenaan

dengan

konsep

diri

dan

sosial,

yang kadang

mengakibatkan kebingungan pada anak sehingga menghambat penyesuaian
diri dan sosial anak.
Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga
ia mampu berpikr

reflektif dan banyaknya pengalaman dan latihan-latihan

memecahkan masalah sehingga seseorang bisa berpikir proporsional.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikanya berbagai kecakapan yng dapat mengembangkan pola piker atau daya
nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta, kreatifitas anak maka
anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya berpendapat atau menilai
tentang berbagai hal tentang pelajaran atau peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan kreatifitas
anak adalah dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti lomba
mengarang,menggambar dan menyanyi.
Perkembangan Psikososial Anak Usia SD
Perkembangan psikososial berkaitan dengan perkembangan dan perubahan
emosi individu serta dalam berinteraski dengan lingkungan sosial / masyarakat.
Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah

mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang konsep nilai
misalnya benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas
awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,
mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya
perbendaharaan

kata,

senang

berbicara,

memahami

sebab

akibat

dan

berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
6

J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus

sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis,
moral dan sosial. Menjelang masuk SD, anak telah Mengembangkan keterampilan
berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa
ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka
adalah rumah keluarga, dan taman kanak‐kanaknya. Selama duduk di kelas kecil
SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka
mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa "saya
dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap "I can do it
my self”. Mereka sudah mampu untuk diberikan suatu tugas. Daya konsentrasi

anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak
waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang
hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri,
kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima
lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama
masa

ini

mereka

juga

mulai

menilai

diri

mereka

sendiri

dengan

membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih mudah
menggunakan

perbandingan

sosial

(social

comparison)

terutama

untuk

norma‐norma sosial dan kesesuaian jenis‐jenis tingkah laku tertentu. Pada saat
anak‐anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan
sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.
Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak
pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin
diperlakukan sebagai orang dewasa. Terjadi perubahan perubahan yang berarti
6

J. Havighurst dalam Sugiyanto (KARAKTERISTIK SISWA SD)

dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki‐laki
dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan
perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat
membawa pada masalah emosional yang serius Teman‐teman mereka menjadi
lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya
sangat

tinggi.

Remaja

sering

berpakaian

serupa.

Mereka

menyatakan

kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian
atau perilaku.
Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD
kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal
awal tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang
menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada
orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model.
Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak
mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin
secara terbuka menentang gurunya. Salah satu tanda mulai munculnya
perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk
berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan
mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara
apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka
berperilaku.
Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan‐kemungkinan. Remaja
mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi
mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk
mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sampai 22 tahun,
umumnya telah mengembangkan suatu status pencapaian identitas.

Aspek-aspek perkembangan sosial

- Proses Sosialisasi. Proses sosialisasi merupakan proses penyesuaian diri

terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di
dalam kelompoknya. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali sejak saat

bayi lahir dengan cara yang sederhana- Pola Pertemanan. Ciri pola pertemanan
mereka yang menonjol ditandai dengan minat besar terhadap aktivitas dengan
teman-teman sebaya dan meningkatnya keinginan untuk diterima sebagai anggota
kelompok. Seorang individu yang sudah menjadi anggota kelompok maka
dianggap sebagai sahabat. Sahabat menjadi suatu yang penting dalam suatu
interaksi. Persahabatan memiliki 6 fungsi : kawan, pendorong, dukungan fisik,
dukungan ego, perbandingan sosial, dan keakraban.
Menurut 7Kennedy (1990), ada banyak hal yang menyebabkan seorang
anak populer dimata teman-teman sebayanya. Anak-anak yang sering memberi
bantuan seringkali populer. Begitu juga seorang anak yang mendengarkan dengan
baik anak lain dan memelihara jalur-jalur komunikasi yang terbuka. Menjadi diri
sendiri, perhatian kepada orang lain, percaya diri tetapi tidak sombong adalah ciriciri yang membantu anak-anak dalam pencarian popularitas.
- Penyesuaian diri. Dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang
erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa anak-anak.. Suatu hal
yang sulit bagi anak-anak menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada
teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan,
pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang
rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu
menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati
yang terbuka untuk bersatu dengannya.
8

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak usia SD/MI

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banya
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
7

Kennedy dalam http://cai-pgsd2009-kelompok2-blog.blogspot.com/2012/05/b-karakteristik-perkembangananak-usia.html
8
http://cai-pgsd2009-kelompok2-blog.blogspot.com/2012/05/b-karakteristik-perkembangan-anak-usia.html

menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
oleh keluarga.
b. Kematangan. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.
Disamping itu kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
c. Status sosial ekonomi. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau
status kehidupan sosial keluarga dalam masyarakat. Masyarakat akan memandang
anak, bukan sebagai anak independen akan tetapi dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu “ia anak siapa”. Sehubungan hal itu, dalam
kehidupan sosial anak akan senantiasa menjaga status sosial dan ekonomi
keluaraga.
d. Pendidikan. Pendidikan dalam arti luas diartikan bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga masyarakat dan kelembagaan. Penanaman
norma perilaku yang benar sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan etik pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara
terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
e. Kapasitas mental, emosi, dan intelegensi. Kemampuan berfikir banyak
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah,
dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang
lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan
mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemahaman seorang guru terhadap semua aspek perkembangan belajar
siswa merupakan salah satu fondasi atau dasar untuk mengambil kebijakan dan
keputusan dalam menenetukan perencanaan pembelajaran mengingat bahwa yang
menjadi objek maupun subjek dalam pembelajaran adalah siswaseangkan guru
hanya sebagai fasilitator dan pengarah apabila ada kekurangsesuaian kegiatan
siswa. Dengan memahami karakteristik perkembangan belajra peserta didik baik
secara sosial, moral, jasmani, intelektual, maupun emosional guru dapat
memperkirakan dan menginterprestasi hasil pembelajaran.Karakteristik utama
siswa sekolah dasar yang perlu diperhatikan adalah mereka menampilkan
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang di antaranya,
perbedaan dalam intelegensi,

kemampuan

dalam kognitif dan

bahasa,

perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik. Itulah yang perlu
diperhatikan

oleh

guru

kelas

dalam

rangka

meningkatkan

efektifiktas

pembelajaran formal disekolah dengan memahami tahap tahap perkembangan dan
memenuhi apa saja yang paling dibutuhkan dalam setiap tahap perkembangan
tersebut, karena dengan stimulus pada setiap tahapan akan berdampak permanen
pada perkembangan belajar mengingat bahwa usia SD adalah usia pasca gold age
(masa penanaman moral dan kepribadian yang paling dominan).
3.2 Saran
Pemahaman guru atas karakteristik anak usia SD sangat bermanfaat dalam
merenacanakan kegiatan pebelajaran yang efektif dan menghasilkan manusia yang
berkualitas. Untuk itu semua pendidik diharapakan dapat benar-benar memahami
karakteistik anak usia SD guna memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan tahapan
perkembangan. Dengan demikan tujuan pendidikan yang mengacu pada
pembentukan bangsa yang cerdas, kreatif dan berkarakter bisa terwujud dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://belajarbersamapgsd.blogspot.com/2012/10/karakteristik-perkembangananak-usia_9830.html (diakses pada 30 april 2013)
http://belajarmenjadilebih.wordpress.com/2013/02/21/karakteristik-anak-usia-sd/
(diakses pada 30 april 2013)
http://blog.tp.ac.id/pentingnya-mempelajari-perkembangan-peserta-didik (diakses
pada 30 april 2013)
http://cai-pgsd2009-kelompok2-blog.blogspot.com/2012/05/b-karakteristik
perkembangan-anak-usia.html (diakses pada 30 april 2013)
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/pentingnya-guru-memahami
perkembangan-dan-cara-belajar-anak-329445.html (diakses pada 30 april
\2013)
http://faiha24.blogspot.com/2011/09/pentingnya-mempelajari-perkembangan.html
(diakses pada 30 april 2013)
http://kuliah-sovie.blogspot.com/2012/04/karakteristik-perkembangan-anak-usia
sd.html (diakses pada 30 april 2013)
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/karakteristik-perkembangan
anak-usia-kelas-awal-sd-serta-pembelajaran-tematik-keuntungan
penggunaan/ (diakses pada 30 april 2013)
http://www.gurukelas.com/2011/08/pentingnya-mempelajari-pertumbuhan-dan
perkembangan-anak-didik.html (diakses pada 30 april 2013)
Sugiyanto.KARAKTERISTIK ANAK USIA SD
Kurnia, Inggridwati.dkk.2008.PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA
DIDIK.DIRETORAT

JENDERAL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PENDIDIKAN

TINGGI