POLUSI UDARA DAN KAITANNYA DENGAN EKONOM (1)

EKONOMI KOTA

POLUSI UDARA
dan Kaitannya dengan

ekonomi kota surabaya

13100031)
0043)

DISUSUN OLEH:
Santika Purwitaningsih (3613100008)
Anisa Hapsari K. (3613100020)
Ni Ketut Ratih Larasati (3613100031)
Nadia Emeralda C. (3613100043)

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Ekonomi
Kota (RP14-1308) yang berjudul “Polusi Udara dan Kaitannya dengan Ekonomi Kota

Surabaya” dengan lancar.
Selama proses penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari
pihak-pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal, sehingga pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, yaitu:
1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg; Vely Kukinul Siswanto, S.T, M.T, M.Sc.
selaku dosen mata kuliah Ekonomi Kota.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan motivasi.
3. Rekan-rekan di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan
motivasi dan bantuan demi kelancaran pembuatan makalah ini.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama dalam menambah
wawasan tentang analisis lokasi dan keruangan. Tak ada gading yang tak retak, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Surabaya, 27 Mei 2015

Penulis

i


Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah..................................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan Makalah .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 4
2.1 Definisi degradasi lingkungan .................................................................................................. 4
2.2 Kualitas Lingkungan .................................................................................................................. 5
2.3 Pencemaran Udara ................................................................................................................... 6
2.3.1 Definisi ................................................................................................................................. 6
2.3.2 Pencemar Udara ................................................................................................................ 6
2.3.3 Sumber Pencemar Udara ................................................................................................. 6
2.3.4 Indeks Pencemaran Udara ............................................................................................... 7

2.3.5 Pengendalian Sumber Pencemaran Udara ................................................................... 8
2.3.6 Pencegahan Pencemaran Udara .................................................................................... 8
2.3.7 Dampak Pencemaran Udara ............................................................................................ 8
BAB III GAMBARAN UMUM............................................................................................................. 12
3.1 Gambaran Umum Kota Surabaya......................................................................................... 12
3.2 Kondisi Geografis Kota Surabaya ......................................................................................... 12
3.3 Isu Lingkungan Hidup Kota Surabaya .................................................................................. 13
3.4 Pencemaran Udara di Kota Surabaya.................................................................................. 14
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 15
4.1 Faktor Penyebab Pencemaran Udara di Kota Surabaya .................................................. 15
4.1.1 Faktor Transportasi .......................................................................................................... 15
4.1.2 Faktor Persampahan ....................................................................................................... 15
4.1.3 Faktor Industri ................................................................................................................... 17
4.2 Dampak Pencemaran Udara terhadap Ekonomi Kota Surabaya .................................... 17

ii

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
4.3 Upaya untuk Mengurangi Pencemaran Udara dan Dampaknya ..................................... 18
BAB V PENUTUP............................................................................................................................... 19

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

iii

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis dan klasifikasi Pencemar Udara berdasarkan Kondisi Fisiknya.................... 6
Tabel 2.2 Index Standar Pencemar Udara ............................................................................ 7
Tabel 4.1 Besar Timbulan dan Sumber Sampah Kota Surabaya ........................................ 16

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Lingkaran Setan Kemiskinan ..................................................................................... 18

iv

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi berdampak pada gaya hidup masyarakat, tak terkecuali
berdampak pula pada kehidupan masyarakat perkotaan. Penggunaan sarana dan prasarana
dengan teknologi terkini, seperti kendaraan bermotor, mesin, alat berat, dan pemakaian
listrik, menjadi kebutuhan utama masyarakat kota saat ini yang tak terhindarkan lagi.
Namun, penggunaan alat-alat tersebut jika disadari justru membawa pengaruh buruk karena
dapat meningkatkan pencemaran udara terutama oleh kandungan emisi karbon yang
terdapat di dalamnya.
Pencemaran udara yang telah terjadi di Kota Surabaya sangat berkaitan dengan
konsumsi energy, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan batu bara (bahan
bakar

konvensional).

Sumber-sumber

energi

ini

dibutuhkan


untuk

menggerakkan

kendaraan, menjalankan mesin-mesin industri, dan lain-lain. Seiring dengan konsumsi
sumber energi yang berlebihan, emisi polutan yang mempengaruhi atmosfer dalam skala
besar (P-SLHD Kota Surabaya, 2008). Emisi karbondioksida (CO2) yang merupakan
komponen utama Gas Rumah Kaca (GRK) dapat memperbesar Efek Rumah Kaca (ERK)
yang pada saatnya nanti akan membawa dampak pada peningkatan suhu rata-rata
permukiman bumi yang biasa kita sebut dengan Pemanasan Global.
Oleh sebab itu, pemerintah Kota Surabaya telah mencanangkan program-program
yang diprediksi mampu menekan dan mencegah bertambah buruknya kualitas udara di Kota
Surabaya. Secara spesifik, strategi peningkatan kualitas udara berdasarkan pengelompokan
ke dalam lima aspek pengelolaan, yaitu pencegahan dan pengendalian pencemaran udara,
pemantauan kualitas udara, pemantauan dan mitigasi dampak pencemaran kualitas udara,
pemantauan dan mitigasi dampak pencemaran udara serta penguatan kelembagaan (LSAP
Surabaya, 2006).
Menurut


Undang-Undang

No.

32

Tahun 2009

tentang

Perlindungan

dan

Pengelolaaan Lingkungan Hidup, setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Hal tersebut menekankan pada pentingnya keterlibatan masyarakat pada program
pelestarian lingkungan dan pelestarian kualitas udara. Oleh karena itu diperlukan komitmen
dari masyarakat Kota Surabaya untuk bersama-sama menjaka kualitas lingkungan dan
melakukan tindak nyata dalam penurunan pencemaran udara.

Dalam penulisan makalah ini, pembahasan akan difokuskan pada seberapa besar
degradasi lingkungan yang telah terjadi di Kota Surabaya. Selain itu dari penulisan makalah

1

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
ini, penulis berharap dapat mengetahui apa sajakah yang menjadi faktor penyebab
degradasi lingkungan di Kota Surabaya, khsusunya faktor penyebab pencemaran udara
akibat aktivitas kendaraan bermotor, timbulan sampah, dan kegiatan industri di Kota
Surabaya. Sehingga dari pembahasan tersebut penulis dapat memberikan beberapa
rekomendasi yang mungkin dapat membantu dalam mengatasi permasalahan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Seberapa besar degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran udara
karena aktivitas kendaraan bermotor, timbulan sampah, dan kegiatan industri di Kota
Surabaya?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya degradasi lingkungan di
Kota Surabaya?
3. Apakah ada keterkaitan antara degradasi lingkungan dengan ekonomi kota?
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menurunkan Emisi

Gas Karbondioksida (CO2) akibat pencemaran udara yang telah terjadi di Kota
Surabaya?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengenatui seberapa besar degradasi lingkungan yang telah terjadi akibat
pencemaran udara yang ditimbulkan oleh aktivitas kendaraan bermotor, timbulan
sampah, dan kegiatan industri di Kota Surabaya.
2. Mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor penyebab dan dampak degradasi
lingkungan di Kota Surabaya.
3. Mengidentifikasi dan mengetahui keterkaitan terjadinya degradasi lingkungan
perkotaan terhadap ekonomi kota.
4. Mengkaji upaya-upaya penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh masyarakat
dalam menurunkan Emisi Gas Karbondioksida (CO2) akibat pencemaran udara yang
telah terjadi di Kota Surabaya.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bermanfaat sebagai:
1. Dasar pembuatan program rekomendasi dalam pencegahan dan pengendalian
pencemaran udara di perkotaan.
2. Bahan pertimbangan atas pembuatan strategi untuk meningkatkan kualitas udara di
perkotaan.

2

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
1.5 Sistematika Penulisan Makalah
BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah,
manfaat, dan sistematika penulisan makalah. Latar belakang berisi background penulisan
makalah, rumusan masalah dan tujuan penulisan masalah memfokuskan arah pembahasan
dalam penulisan makalah ini, manfaat penulisan makalah berisi manfaat yang dapat dipetik
dari penulisan makalah ini, dan sistematika penulisan makalah menjelaskan bagian-bagian
dari makalah secara terstruktur dan terperinci.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA berisi kajian teoritis berbagai teori yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat mendukung penyusunan analisis permasalahan.
BAB III GAMBARAN UMUM berisi penjelasan secara umum lokasi yang menjadi lingkup
penelitian, batas-batas wilayah, dan kondisi eksisting wilayah studi yang berkaitan dengan
pembahasan makalah.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN berisi pembahasan dan analisis inti dari makalah
ini yang berkaitan dengan permasalahan pembahasan dengan ekonomi kota, analisis
persoalan ekonomi kota, serta konsep penyelesaian yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan persoalan ekonomi kota.
BAB V PENUTUP berisi kesimpulan pembahasan yaitu mengenai pengaruh degradasi

lingkungan terhadap ekonomi kota.

3

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi degradasi lingkungan
Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan, baik kebutuhan pokok atau primer
maupun

kebutuhan

sekunder.

Untuk

memenuhi

kebutuhannya,

manusia

harus

memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Semakin besar populasi manusia maka
kebutuhannya pun akan semakin meningkat, sehingga semakin banyak pula sumberdaya
yang di gali, diolah dan dijadikan sebagai produk yang siap digunakan. Meningkatnya
kebutuhan manusia tidak lepas dari perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi telah
menyebabkan perubahan pada pola hidup dan kebutuhan manusia. Hal ini akan berdampak
pada pengelolaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Kota kota di dunia kini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ekonomi
merupakan salah satu variable untuk mengukur perkembangan suatu kota. Perkembangan
ekonomi akan selalu diikuti dengan pembangunan di berbagai bidang. Tanpa disadari
perkembangan yang terjadi secara terus-menerus memberi dampak positif sekaligus
dampak negatif pada lingkungan. Degradasi lingkungan adalah berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan kurang/tidak dapat lagi berfungsi
sesuai

peruntukannya.Degradasi

lingkungan

erat

kaitannya

dengan

kerusakan

keanekaragaman hayati yang dapat mengancam kerusakan lingkungan
Kota-kota besar di Indonesia mengalami permasalahan degradasi lingkungan yang
hampir sama. Jakarta merupakan salah satu kota yang mengalami degradasi lingkungan
dan telah memberi dampak pada aspek infrastruktur, aspek sosial, dan aspek tata kelola.
Degradasi lingkungan tidak pernah terselesaikan di Jakarta, hal ini terlihat dari indikasi yang
muncul akibat dari degradasi lingkungan diantaranya adalah kelangkaan sumber air bersih,
pencemaran air, dan udara, meluasnya daerah kumuh, dan penetrasi air asin pada sumur
penduduk.
Lingkungan hidup perlu untuk dijaga demi keselarasan alam dengan manusia,
sehingga

dengan

keselarasan

tersebut

manusia

mampu

untuk

saling

menjaga,

memanfaatkan, dan mengelola sumberdaya alam tanpa merusaknya. Apabila tidak maka
akan terjadi degradasi lingkungan, yaitu pencemaran air, tanah dan udara. Kerusakan
lingkungan hidup adalah perubahan langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan atau hayati
lingkungan hidup, yang melampau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan
lingkungan hidup memberi dampak yang luas, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
4

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
khususnya ekosistem (Perda Bandung Barat Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah) diantaranya adalah:
1. Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomasa.
2. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hitan dan
atau lahan.
3. Kriteria baku kerusakan kars.
4. Kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2.2 Kualitas Lingkungan
Kualitas lingkungan perkotaan dikatakan baik, apabila keadaan:
1. Air
Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa penyakit,
dan tempat perkembangbiakan vector dan aman dari kemungkinan kontaminasi.
Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara
lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran
(Pollutant Indeks – Pi).
Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang
merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas
air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam
baku peruntukan air j.

Dalam hal ini peruntukan yang akan digunakan adalah

klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Formula
penghitungan indeks pencemaran adalah:

dimana: (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij (Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari
Ci/Lij
Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 < PIj < 1,0.
2. Tercemar ringan jika 1,0 < PIj < 5,0.
3. Tercemar sedang jika 5,0 < PIj < 10,0.
5

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
4. Tercemar berat jika PIj> 10,0.
2. Tanah
Tanah tidak bekas tempat pembuangan sampah, dan tanah tidak bekas lokasi
pertambangan.
3. Udara
Substansi udara yang ada tidak membawa dampak negative terhadap kesehatan
manusia.
2.3 Pencemaran Udara
2.3.1 Definisi
Menurut UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
2.3.2 Pencemar Udara
Pencemar udara zat yang berada di atmosfer dalam konsentrasi tertentu yang
bersifat membahayakan manusia, binatang, tumbuhan atau benda-benda lain.
Tabel 2.1 Jenis dan klasifikasi Pencemar Udara berdasarkan kondisi fisiknya.
Klasifikasi
Partikulat
Gas
Organik

Anorganik

Sub-Klasifikasi
Solid
Liquid

Pencemar
Debu, smoke, fumes, fly ash
Mist, spray

Hidrokarbon
Aldhehide dan keton
Organik lainnya
Oksida karbon
Oksida sulfur
Oksida nitrogen
Anorganik lainnya

Hexana, benzene, ethlena, methane, butane, butadiena
Formaldehyde, acetone
Alkohol, Chlorinated hydrocarbon
CO, CO2
SO2, SO3
NO2, NO, N2O
H2S, HF, NH4

Sumber: Pengantar Pencemaran Udara FTSL ITB, 2009

2.3.3 Sumber Pencemar Udara
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang
menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
1. Mobile transportation (sumber bergerak) antara lain: kendaraan bermotor, pesawat
udara, kereta api, kapal bermotor dan penenganan/evaporasi gasoline.

6

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
2. Stationary combustion (sumber tidak bergerak) antara lain: perumahan, daerah
perdagangan, tenaga dan pemanasan industri, termasuk tenaga uap yang digunakan
sebagai energi oleh industri.
3. Industrial processes (proses industri) antara lain: proses kimiawi, metalurgi, kertas
dan penambangan minyak.
4. Solid waste disposal (pembuangan sampah) antara lain: buangan rumah tangga dan
perdagangan, buangan hasil pertambangan dan pertanian, serta Rumah Sakit.
2.3.4 Indeks Pencemaran Udara
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) (Air Pollution Index / API) adalah
laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau
tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah
menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini
mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan,
bangunan, dan nilai estetika.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).
Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
Tabel 2.2 Index Standar Pencemar Udara

ISPU
0 - 50

Pencemaran
Udara
Level
Baik

Dampak kesehatan
Tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan.

51 - 100

Sedang

tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang peka.

101 - 199

Tidak Sehat

bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang peka atau
dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

200 - 299

Sangat Tidak kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen
populasi yang terpapar.
Sehat

300 - 500

Berbahaya

kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan
yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit
tenggorokan).

Sumber: Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal), 1997

7

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
2.3.5 Pengendalian Sumber Pencemaran Udara
Bertujuan untuk menurunkan beban emisi pencemaran udara dari sumber bergerak
(transportasi), sumber tidak bergerak (industri,dll) dan sumber pencemar lainnya melalui
penerapan baku mutu dan ambang batas emisi, penggunaan bahan bakar lebih bersih, dan
sistem transportasi dan manajemen lalu lintas yang efektif. Hal-hal yang dilakukan antara
lain:
1. Peningkatan kualitas bahan bakar.
2. Penerapan ambang batas emisi gas buang kendaraan.
3. Penerapan sistem transportasi dan pengelolaan lalu lintas yang efektif.
4. Pembinaan perusahaan industri dalam pemberian Izin Usaha Industri (IUI) dan
pengelolaan lingkungan hidup kegiatan industrinya melalui :
o

Program

penyuluhan,

monitoring,

pengawasan,

dan

pengendalian,

perkembangan bidang industri, perdagangan, dan penanaman modal.
o

Menyusun Rancangan Perubahan Peraturan Daerah (Perda) di bidang
perdagangan, perindustrian dan penanaman modal.

2.3.6 Pencegahan Pencemaran Udara
Bertujuan untuk mengurangi pengaruh dari usaha/kegiatan yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran udara, meningkatkan dukungan dan peran serta
masyarakat, staf pemerintah, dan pengambil keputusan terhadap upaya perbaikan kualitas
udara. Hal-hal yang dilakukan antara lain :
1. Mengurangi kuantitas pergerakan kendaraan yang tidak perlu, tanpa mengurangi
fungsi sosial atau ekonomi.
2. Pendistribusian pusat-pusat kegiatan.
3. Rasionalisasi tata guna lahan.
4. Integrasi sistem permukiman vertikal (rumah susun) dan rasionalisasi tata guna
lahan perkotaan.
5. Penggalakan penggunaan bahan bakar non minyak di sektor transportasi.
6. Peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakar pada udara.
2.3.7 Dampak Pencemaran Udara
1. Hujan asam
Hujan asam timbul sebagai akibat tingginya pengemisian pencemar udara,
khususnya SO2 dan NOx.Proses oksidasi di atmosfer mengakibatkan gas- gas

8

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
tersebut berubah menjadi H2SO4 dan HNO3 sehingga meningkatkan keasaman air
hujan.
Kandungan asam dalam hujan menyebabkan hujan memiliki sifat sama seperti
larutan asam pada umumnya. Asam yang ada dalam hujan asam merupakan asam
kuat.
Secara alami hujan memang bersifat asam dengan pH antara 5,6 sampai 6,2 karena
adanya kandungan CO2 di udara. CO2 di udara bereaksi dengan uap air membentuk
asam lemah yaitu asam karbonat (H2CO3). Namun keasaman yang disebabkan oleh
H2CO3 ini dianggap normal karena jenis asam ini bermanfaat membantu melarutkan
mineral tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Berbeda dengan
kandungan H2SO4 dan HNO3 yang merupakan asam kuat yang dapat merusak
jaringan hidup. Berikut beberapa dampak dari hujan asam terhadap lingkungan dan
makhluk hidup:


Hujan asam dengan kadar keasaman tinggi dapat menyebabkan gangguan
pernapasan pada manusia. Kabut yang mengandung asam sulfat bersamasama dengan udara terhisap dan masuk ke dalam saluran pernapasan
manusia dapat merusak paru-paru.



Menyebabkan korosi dan kerusakan bangunan.
Hujan asam dapat mempercepat proses korosi. Proses korosi (perkaratan)
dapat terjadi pada beberapa material dari logam. Korosi adalah peristiwa
perusakan logam akibat terjadinya reaksi kimia antara logam dengan
lingkungan yang menghasilkan produk yang tidak diinginkan. Lingkungan
tersebut dapat berupa asam, basa, oksigen dalam udara, oksigen dalam air,
atau zat kimia lainnya. Produk yang tidak diinginkan ini adalah karat.
Selain korosi pada logam hujan asam juga dapat merusak bangunan
terutama bangunan yang terbuat dari batuan. Hal ini disebabkan karena
hujan asam akan melarutkan kalsium karbonat dalam batuan tersebut dan
membuatnya batuan menjadi mudah lapuk.



Tumbuhan menjadi kering, layu, dan mati.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi di dalam tanah akan menyapu
kandungan

nutrisi

dalam

tanah

sebelum

tumbuhan

sempat

mempergunakannya untuk tumbuh. Zat kimia beracun seperti aluminium juga
akan terlepas dan bercampur dengan nutrisi. Apabila nutrisi ini diserap oleh
tumbuhan

akan

menghambat

pertumbuhan

dan

mempercepat

daun

berguguran, kemudian tumbuhan akan terserang penyakit, kekeringan, dan
mati.

9

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
Berdasarkan data 2001-2009, kota-kota yang memiliki kecenderungan tingkat
keasaman air hujan (pH) di bawah lima yaitu Jakarta, Serpong, Kototabang,
Bandung dan Maros. Air hujan normal biasanya memiliki pH minimal 5,6, sedangkan
di kota-kota tesebut air hujannya cenderung memiliki pH 5,40 hingga 4,30 atau
bersifat asam.
2. Smog fotokimia
Smog berasal dari dua kata yaitu smoke dan fog sehingga disingkat menjadi bentuk
akronim smog. Selanjutnya smog lebih disebut dengan photochemical smog (smog
fotokimia atau kabut asap fotokimia). Smog fotokimia merupakan kabut asap yang
dapat terbentuk dari beberapa senyawa kimia berikut: aldehide (R-CHO), nitrogen
oksida (NO dan NO2), ozon troposfer (O3), peroxyacyl nitrates (PAN), dan volatile
organic compound (VOC). Senyawa-senyawa tersebut bersifat sangat reaktif dan
mudah teroksidasi di troposfer. Smog fotokimia terjadi ketika senyawa-senyawa
tersebut berinteraksi dengan radiasi ultraviolet dari matahari. Smog banyak terjadi di
kota-kota besar. Hal ini dikarenakan senyawa-senyawa pembentuk smog fotokimia
tersebut banyak dihasilkan dari kegiatan industri dan transportasi.
Smog dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan hypoxia (kadar oksigen dalam
darah yang sangat rendah), infeksi yang terjadi terutama berupa bronchopneumonia
atau acute purulent bronchitis atau bronchitis kronis. Selain itu, kabut yang sangat
tebal sehingga menyetir kendaraan pun menjadi sulit.
3. Penipisan lapisan ozon
Penyebab penipisan lapisan ozon yang paling umum adalah klorofluorokarbon
(CFC), yaitu sejenis zat kimia yang banyak dipakai oleh manusia dalam kaleng
aerosol, sebagai pendingin (refrigeran) pada lemari es, pelarut, dan gas dorong
(Propelan). CFC sangat tidak reaktif, tidak larut dalam air, dan tetap dalam bentuk
gas dan berada dalam atmosfer. CFC terus terkumpul dalam jumlah yang semakin
besar dan melayang ke atas sampai ke stratosfer. Oleh sinar ultraviolet, CFC
diuraikan dan menghasilkan atom klor, yang selanjutnya bereaksi dengan ozon dan
melepaskan atom oksigennya yang labil. Satu atom klor dapat menyebabkan
hancurnya ribuan molekul ozon, dan selanjutnya menjadi penyebab penipisan
lapisan ozon.
Lapisan ozon ini berfungsi untuk menyerap radiasi ultraviolet dari Matahari yang
berbahaya bagi kehidupan di Bumi. Radiasi ultraviolet inilah yang dapat merusak
kulit dan dapat menyebabkan kanker.
4. Pemanasan global

10

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer laut, dan permukaan bumi
Pemanasan global disebabkan oleh konsentrasi gas CO2 di atmosfer yang terlalu
banyak, sehingga cahaya matahari yang masuk terperangkap di dalam atmosfer dan
tidak bisa diteruskan lagi ke angkasa.
Pemanasan global menyebabkan terjadinya ketidakstabilan iklim global, naiknya
permukaan air laut, meningkatnya suhu global, gangguan ekologis, dan gangguan
sosial ekonomi, seperti munculnya berbagai penyakit pada manusia.
5. Berbahaya bagi kesehatan manusia
Zat – zat seperti Hidrokarbon, Oksida nitrogen, Karbon monoksida (CO), Oksidan
Photokimia, Partikel, Sulfur dioksida (SO2), Asbestos dan logam-logam dapat
menganggu sistem pernafasan manusia.

11

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum Kota Surabaya
Kota Surabaya merupakan kota terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta. Secara
nasional, Kota Surabaya merupakan pusat dari daerah-daerah di Indonesia bagian timur.
Namun, secara regional Kota Surabaya merupakan ibukota di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan data Surabaya Dalam Angka Tahun 2013, Kota Surabaya memiliki luas
wilayah sekitar 326,36 km2 yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 desa/kelurahan dan
jumlah penduduk yang mencapai 3.024.321 jiwa. Sebagai ibukota dari Provinsi Jawa Timur,
Kota Surabaya menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, dan kebudayaan di Jawa
Timur.
3.2 Kondisi Geografis Kota Surabaya
Kota Surabaya adalah ibukota dari Provinsi Jawa Timur yang dikenal juga sebagai
Kota Pahlawan. Kota Surabaya terletak antara 07 21 Lintang Selatan dan 112 36 s.d 112 54
Bujur Timur. Wilayahnya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 3-6 meter diatas
permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian 25-50 meter diatas permukaan air
laut. Kota Surabaya memiliki batas kewilayahan yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Selat Madura

Sebelah Timur

: Selat Madura

Sebelah Selatan

: Kabupaten Sidoarjo

Sebalah Barat

: Kabupaten Gresik

Kota Surabaya memiliki kelembaban udara rata-rata minimum 42% dan maksimum
96%. Sementara itu untuk temperature udara yang berada di Kota Surabaya rata-rata
minimum 23,3oC dan maksimum 35,2oC. Kota Surabaya memiliki dua musim, yaitu musim
kemarau yang biasanya terjadi di sekitar bulan Mei-Oktober dan musim penghujan yang
biasanya terjadi antara bulan November-April. Kota Surabaya memiliki curah hujan rata-rata
183,2 mm dan kemudian terdapat juga kisaran curah hujan diatas 200 mm yang biasanya
terjadi pada bulan Desember-Mei.
Struktur tanah yang ada di Kota Surabaya terdiri atas jenis tanah alluvial, hasil
endapan sungai dan pantai, di barat terdapat perbukitan yang mempunyai kadar kapur yang
relative tinggi. Sementara itu untuk keadaan topografi yang terdapat di Kota Surabaya
adalah 80% dataran rendah dengan ketinggian antara 3-6 meter dan kemiringan < 3%. Kota
Surabaya juga mempunyai topografi sebesar 20% untuk kawasan perbukitan dengan
gelombang yang rendah, ketinggian dengan kisaran < 30 meter dan kemiringan sekitar 515%.

12

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
3.3 Isu Lingkungan Hidup Kota Surabaya
Konsep pembangunan di Kota Surabaya didasari oleh kesadaran bahwa
pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya yang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan
hidup. Didasari bahwa pembangunan di Kota Surabaya yang tidak dapat dilepaskan dari
kesepakatan semua pihak baik itu antar pemerintah daerah maupun hubungan kerjasama
yang baik dengan pemerintah pusat. Oleh karena itu dalam perkembangan pembangunan
Kota Surabaya dilandasi juga dengan kebijakan-kebijakan yang telah disepakati bersama
untuk dapat mengelola daerah berbasis lingkungan hidup. Secara makro menggambarkan
bahwa pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumber daya alam, namun eksploitasi
sumber daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan
mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan
kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari
pengamatan di lapangan, yang akan digambarkan beberapa Isu-isu lingkungan hidup di
Kota Surabaya Tahun 2011 salah satunya adalah pencemaran udara.
Pencemaran udara di perkotaan umumnya disebabkan oleh adanya emisi yang
ditimbulkan oleh aktivitas industri, transportasi, dan timbulan sampah dalam jumlah besar.
Kegiatan tersebut menghasilkan zat pencemar udara seperti CO2, CH4, N2O, yang
merupakan Gas Rumah Kaca (GRK).
Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat di Kota Surabaya cukup
kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu
masalah yang timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di Kota
Surabaya sangat beragam, antara lain ledakan penduduk, kurangnya kesadaran
masyarakat akan emisi kendaran bermotornya, tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor,
rendahnya pelayanan angkutan umum, kurang optimalnya fasilitas alih moda, serta sarana
prasarana transportasi yang belum optimal. Tingginya populasi penduduk dan rendahnya
pelayanan angkutan umum dapat menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi semakin
meningkat. Penggunaan kendaraan yang semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan
tidak seimbang sehingga akses dan jaringan jalan belum optimal.
Kota Surabaya juga merupakan tempat perantara antara Gresik dan Sidoarjo.
Masyarakat asal Sidoarjo yang bekerja di Gresik akan melewati Surabaya sehingga
menyebabkan kemacetan yang sangat padat. Kemacetan tersebut dapat secara langsung
menurunkan kualitas udara di Kota Pahlawan ini. Selain transportasi, penyebab menurunnya
kualitas udara di Kota Surabaya adalah adanya emisi industri. Adapun emisi industri turut

13

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
menyumbang terhadap penurunan kualitas udara karena belum semua industri memiliki alat
pengendali pencemar udara yang memadai.
Permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah juga menjadi
perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya karena kekuatan gas CH4 sama dengan dua
puluh satu kali lebih besar daripada gas CO2. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya
relatif telah berhasil dalam mereduksi timbulan sampah langsung dari sumbernya. Upayaupaya yang dapat dilakukan Kota Surabaya untuk mengatasi permasalahan transportasi
adalah dengan melakukan pelebaran badan jalan dan pembangunan jalan–jalan baru.
Upaya tersebut merupakan upaya dalam mengatasi permasalahan yang ada pada sistem
transportasi darat, mengingat transportasi darat memiliki sistem dan permasalahan yang
lebih kompleks. Namun alternatif-alternatif tersebut hanya akan sia-sia apabila tidak
diimbangi dengan kesadaran semua pihak untuk mencapai sebuah sistem transportasi
Indonesia yang berkelanjutan. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi
asap industri adalah dengan menggunakan teknologi pengolahan peningkatan pengawasan
dan pembinaan oleh instansi terkait guna meminimalisasi dampak pencemaran.
3.4 Pencemaran Udara di Kota Surabaya
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1, Pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke udara
ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pencemaran udara di Surabaya secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Faktor Kendaraan Bermotor
2. Faktor Persampahan
3. Faktor Industri

14

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Faktor Penyebab Pencemaran Udara di Kota Surabaya
4.1.1 Faktor Transportasi
Transportasi merupakan sumber utama dan terbesar dari pencemaran udara di
perkotaan. Kegiatan transportasi menyumbangkan kira-kira 45%, 50%, dan 90% dari
Nitrogen Oksida (NOx), total Hidrokarbon (HC) dan emisi Karbon Monoksida (CO) (Olsson,
1994).
Pencemaran udara di Kota Surabaya, 70%-nya diakibatkan oleh transportasi,
sisanya disebabkan oleh industri dan limbah (persampahan). Dalam Data Carbon Footprint
Kota Surabaya, jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis di Surabaya mencapai 1.827.806
unit pada tahun 2010 sedangkan pertambahan kendaraan bermotor tiap tahunnya mencapai
30 %. Sepeda motor mendominasi komposisi kendaraan bermotor di Kota Surabaya yaitu
sebesar 80 % dari total seluruh kendaraan bermotor di Kota Surabaya.
Permasalahan transportasi darat di Kota Surabaya cukup kompleks. Transportasi
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, jika ada satu masalah timbul di satu unit
ataupun satu jaringan maka akan mempengaruhi sistem tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di Kota Surabaya antara lain
pertumbuhan penduduk yang pesat, kurangnya kesadaran masyarakat akan emisi kendaran
bermotor, pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi, rendahnya pelayanan angkutan
umum, kurang optimalnya fasilitas alih moda, serta sarana prasarana transportasi yang
belum optimal. Tingginya populasi penduduk dan rendahnya pelayanan angkutan umum
dapat menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat. Penggunaan
kendaraan yang semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan tidak seimbang sehingga
akses dan jaringan jalan belum optimal.
Dengan volume kendaraan bermotor yang besar, pencemaran udara di Surabaya
harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan
emisi karbon dioksida yang dihasilkan akibat dari kendaraan bermotor juga akan semakin
besar seiring dengan terus meningkatnya volume kendaraan bermotor setiap tahunnya.
4.1.2 Faktor Persampahan
Permasalahan lingkungan perkotaan di Surabaya yang dominan salah satunya
adalah permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah dari tahun ke tahun
telah menunjukkan adanya peningkatan. Kepadatan penduduk yang semakin hari semakin
meningkat merupakan ancaman terbesar bagi masalah lingkungan hidup di Kota Surabaya.
Setiap penduduk memerlukan energy, lahan, dan sumber daya yang besar untuk bertahan
15

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
hidup, namun disisi lain setiap orang juga menghasilkan limbah dalam berbagai bentuk.
Pertambahan penduduk yang sangat tinggi dianggap telah melampaui kemampuan daya
dukung lahan yang berimbas pada kualitas hidup manusia yang semakin rendah. Masalah
persampahan di Kota Surabaya salah satunya diakibatkan oleh masih banyaknya sampah
yang dibuang ke badan sungai atau berserakan di tempat terbuka. Dengan banyaknya
sampah, sungai tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (fungsi transportasi,
konservasi, rekreasi, dan sebagainya) akibat air yang tidak dapat mengalir lancar dan
rusaknya ekosistem sungai akibat zat-zat berbahaya yang terkandung didalam sampah
tersebut.
Lahan TPA Benowo sebagai satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kota Surabaya
lambat laun terisi penuh oleh sampah. Saat ini tinggi timbulan sampah di TPA Benowo
sudah mencapai sekitar 15 meter, sedangkan Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk
membatasi ketinggian timbulan sampah di TPA tersebut sampai sekitar 20 meter.
Perilaku masyarakat Surabaya yang semakin konsumtif merupakan salah satu faktor
adanya peningkatan volume sampah ini. Berdasarkan data pada tahun 2012 dan 2013,
volume sampah yang dihasilkan oleh warga Surabaya mencapai 1.100 ton. Namun setelah
memasuki tahun 2014, volume sampah meningkat menjadi sekitar 1.400 ton setiap harinya.
Kebiasaan masyarakat yang sulit dirubah, terutama masyarakat yang tinggal di pinggir
sungai yang masih menggunakan badan sungai sebagai tempat pembuangan merupakan
salah satu penyebab meningkatnya timbulan sampah di kota ini. Buruknya sanitasi
perkotaan nantinya akan menyebabkan masalah pada tingkat kesehatan masyarakat,
seperti diare, muntaber, dan penyakit kulit. Untuk melengkapi pembahasan tersebut, berikut
akan ditampilkan data sumber sampah di Kota Surabaya pada tahun 2014 terdiri atas:
Tabel 4.1 Besar Timbulan dan Sumber Sampah Kota Surabaya
Sumber Sampah
Permukiman
Pasar
Pertokoan
Hotel
Rumah Sakit
Jalan
Industri
Lahan Terbuka

Besar Timbulan Sampah
79,19%
9,6%
1,64%
1,11%
1,37%
0,62%
6,86%
0,61%

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2015

Dengan timbulan sampah yang mencapai 1.400 ton setiap harinya, maka juga akan
dihasilkan gas CH4 dalam jumlah yang besar pula. Jika setiap 1 ton sampah menghasilkan
50 kg CH4 maka potensi gas metana yang akan dihasilkan mencapai 70 ton gas CH4. CH4

16

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
merupakan Bahan Perusak Ozon (BPO) di atmosfer bumi sehingga dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan global.
4.1.3 Faktor Industri
Sektor industri merupakan penyumbang pencemaran terutama yang berhubungan
dengan proses kegiatan industri tersebut. Emisi industri turut menyumbang terhadap
penurunan kualitas udara karena belum semua industri memiliki alat pengendali pencemar
udara yang memadai. Industri-industri besar yang menggunakan bahan bakar fosil banyak
menghasilkan gas buang yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas buangan ini
biasanya

dibuang

melalui

cerobong

(chimney).

Kegiatan

industri

pada

mulanya

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada sisi lain dapat menimbulkan
dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia.
Selain itu, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke
tahun, maka kebutuhan akan produk pun ikut bertambah. Hal ini memacu perkembangan
industri di Surabaya. Sektor industri di Surabaya mengalami perkembangan pesat. Dimulai
dari yang tahun 2007 sebanyak 5.763 unit, di tahun 2012 menjadi 7.721 unit industri (IDPKS
2012). Hal ini berarti bahwa perkembangan unit industri di Surabaya mencapai angka 390
unit per tahun. Limbah padat dari industri dan rumah tangga yang berupa sampah pun
keberadaannya tak terelakkan lagi.
Sektor industri memberikan sumbangsih bermakna dalam pencemaran udara di
Surabaya. Kendaraan bermotor yang jumlahnya terus bertambah di Kota Surabaya sebagai
penyumbang pencemaran udara tertinggi dan angkanya mencapai 70 persen. Sedangkan
potensi pencemaran udara lain dari cerobong asap pabrik dan industri mencapai angka 21
persen, serta 9 persen lainnya disebabkan oleh pembakaran sampah.
4.2 Dampak Pencemaran Udara terhadap Ekonomi Kota Surabaya
Dampak pencemaran udara terhadap ekonomi kota tergambar dalam dampak
pencemaran udara terhadap kesehatan manusia. Substansi pencemar yang terdapat di
udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat
pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar
dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan
gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan
lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
17

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
Berdasarkan data dari Dinkes Kota Surabaya (2014), saat ini penyakit saluran
pernafasan bagian atas menduduki peringkat teratas dengan jumlah 650.217 penderita.

Gambar 4.1 Lingkaran Setan Kemiskinan
Sumber: politik.kompasiana.com, 2014

Pencemaran udara memberikan pengaruh pada lingkaran setan kemiskinan.
Pencemaran udara merupakan salah satu indikator degradasi lingkungan, dan degradasi
lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat setempat, dimana semakin
meningkat degradasi lingkungan di suatu tempat, maka kesehatan masyarakat setempat
akan menurun, hingga kemudian menyebabkan kinerja menurun. Ketika kinerja seseorang
menurun, maka tingkat produktivitasnya rendah sehingga akan mendapat pendapatan yang
rendah pula, hingga akhirnya terbentuklah kemiskinan.
4.3 Upaya untuk Mengurangi Pencemaran Udara dan Dampaknya
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara dan dampak
yang ditimbulkannya antara lain:
1. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan memberdayakan kendaraan
umum.
2. Melakukan penetralan terhadap hasil buangan industri sebelum dilepas ke alam.
3. Melakukan penghijauan.
4. Mengurangi penggunaan sampah plastik.
5. Mengurangi pembakaran sampah.
6. Menempatkan kawasan industri tidak di dekat permukiman.
7. Menggunakan energi alternatif.

18

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan makalah ini antara lain:
1. Polusi udara di Kota Surabaya secara umum disebabkan oleh kendaraan bermotor,
aktivitas industri, dan persampahan.
2. Kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar terhadap polusi udara di
Kota Surabaya, yaitu sebesar 70%.
3. Hubungan antara ekonomi kota dan polusi udara adalah dampak polusi udara bagi
kesehatan manusia yang kemudian akan menurunkan produktivitas sehingga
menimbulkan kemiskinan.
4. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara dan
dampaknya antara lain, dalam bidang transportasi bisa mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi dan menggantinya dengan kendaraan umum. Dalam bidang
persampahan dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan sampah
plastik. Dalam hal industri salah satunya dengan menggunakan teknologi
pengolahan peningkatan pengawasan dan pembinaan oleh instansi terkait guna
meminimalisasi dampak pencemaran.

19

Polusi Udara Dan Kaitannya Dengan Ekonomi Kota Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
BLH. 2007. bplh.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.
http://douver1.blogspot.com Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.
Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Surabaya 2011

20