ANALISIS FATWA DSN MUI NOMOR 54 TAHUN 20

BANK BNI SYARIAH Tbk.

Disusun oleh : Achmad Boys Awaluddin Rifa'i

NIM : 01202002

SKRIPSI

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam

Menempuh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) PROGRAM STUDI MUAMALAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ASY-SYUKRIYYAH TANGERANG 2016

ABSTRAK

Achmad Boys Awaluddin Rifai, Analisis fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 54 Tahun 2006 tentang Syariah Card pada iB Hasanah Card (kartu kredit syariah) Bank BNI Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara operasional iB Hasanah Card Bank BNI Syariah terhadap mekanisme Syariah Card menurut fatwa DSN-MUI No. 54 Tahun 2006. Adapun yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun skripsi ini yaitu: adanya besaran biaya administrasi yang dikaitkan dengan besaran nilai transaksi; keterbatasan iB Hasanah Card dalam memblokir transaksi minuman keras yang terdapat dalam minimarket ataupun supermarket; dan adanya besaran nilai ta'widh atau biaya ganti rugi atas keterlambatan nasabah dalam melakukan pembayaran yang dikaitkan dalam jumlah keterlambatan hari pembayaran bukan berdasarkan biaya riil (fixed cost).

Dalam penelitian skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara melakukan wawancara langsung dengan officer card bussiness division Bank BNI Syariah dan wawancara langsung dengan salah satu ulama Badan Pengurus Harian DSN MUI. Selanjutnya penulis melakukan studi literatur atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh dan memahami konsep, teori, dan ketentuan Syariah Card.

Fatwa DSN MUI No. 54 Tahun 2006 tentang Syariah Card, mengatur ketentuan fee atau biaya administrasi bahwa fee atas pelayanan atau penggunaan fasilitas yang besarnya tidak dikaitkan dengan nilai transaksi atau fixed cost. Selanjutnya perhitungan biaya ta’widh didasari oleh biaya riil yang dikeluarkan oleh Penerbit Kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.

Selanjutnya penulis menganalisis data yang terhimpun dari kegiatan pengumpulan data dengan melakukan studi komparatif yaitu melakukan perbandingan kesesuaian antara isi fatwa DSN MUI No. 54 tahun 2006 tentang Syariah Card dengan operasional iB Hasanah Card Bank BNI Syariah, dan menemukan adanya ketidaksesuaian, diantaranya perbedaan ketentuan fee dan ta’widh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank BNI Syariah pada umumnya dalam menjalankan operasional iB Hasanah Card sudah benar dan mengacu pada ketentuan fatwa yang sudah digulirkan DSN. Namun ada beberapa poin dari fitur program iB Hasanah Card dan ketentuan tentang batasan yang seharusnya perlu mendapat perhatian khusus dan ditinjau kembali, karena isi dalam fatwa biasanya bersifat umum atau menyeluruh, bukan bersifat khusus atau rinci.

LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 54 TAHUN 2006 TENTANG SYARIAH CARD PADA PRODUK iB HASANAH CARD BANK BNI

SYARIAH Tbk.

Oleh : Achmad Boys Awaluddin Rifa'i NIM : 01202002

Pembimbing

Tanda Tangan

Tanggal

H. Edy Junaedi, SE., MM

Evan Hamzah, SE., ME.Sy

Tangerang, ……………….. 2016 Mengetahui, Ketua Prodi Muamalah

H. Irwan Maulana, Lc

ii

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 54 TAHUN 2006 TENTANG SYARIAH CARD PADA PRODUK iB HASANAH CARD BANK BNI

SYARIAH Tbk.

Telah dipertahankan di depan Sidang Manaqasah STAI Asy-Syukriyah Tangerang Pada Tanggal: 13 Agustus 2016

Susunan Panitia Penguji

Tanda Tangan

Tanggal

Supriadi, M.Ag.

……………….. (Ketua)

Chevy Oktavianto, S.Kom., M.Pd.I.

H. Irwan Maulana, Lc., M.Si

……………….. (Penguji 2)

H. Djaka Suryadi, SE., MM.

Zaki Diarsa, MM., MBA., M.Pd.I

……………….. (Penguji 3)

Tangerang, ……………….. 2016 Mengetahui,

Ketua STAI Asy-Syukriyah

H. Jamaludin Nibun, Lc., MA.

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat membuat dan menyelesaikan skripsi yang berjudul "Analisis Fatwa DSN-MUI No. 54 Tahun 2006 Tentang Syariah Card pada Produk iB Hasanah Card Bank BNI Syariah. Shalawat dan Salam semoga senantiasa tercurah kepada Pembimbing umat, Rasulullah Muhammad SAW., Sang Revolusioner yang telah membawa perubahan dengan landasan Ilahiyyah, Syar'iyyah, dan Akhlaqiyyah.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata Satu Program Studi Muamalah Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-Syukriyah Tangerang.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun kuantitas materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai pengalaman dan pengetahuan yang sangat berarti pada masa yang akan datang. Email me at aboyrifai@gmail.com

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan serta bimbingan, baik secara moril dan materil dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini penulis menyatakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

iv

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu terus menerus mendo'akan, memberikan dukungan moril dan materil yang tak terbalas dan menjadi penyemangat untuk terus optimis dan maju menuju masa depan yang lebih baik.

2. Al-Ustadz Al-Hajj Jamaludin Nibun, LC., MA. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-Syukriyah Tangerang.

3. Al-Ustadz Al-Hajj Irwan Maulana, Lc., M.Si selaku Ketua Program Studi Muamalah Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-Syukriyah Tangerang

4. Al-Ustadz Al-Hajj Edy Junaedi, SE., MM. dan Al-Ustadz Evan Hamzah, SE., ME.Sy., selaku Dosen Pembimbing yang begitu banyak membantu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada Mahasiswa-Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-Syukriyah Tangerang

5. Al-Ustadz Al-Hajj Irwan Maulana, Lc., M.Si., Al-Ustadz Djaka Suryadi, SE., MM., dan Al-Ustadz Zaki Diarsa, MM., MBA., M.Pd.I. selaku Penguji Sidang Manaqasah STAI Asy-Syukriyah Tangerang

6. Bapak Indra Anggriawan selaku Officer Card Business Division Bank BNI Syariah yang telah memberikan banyak pengetahuan dan memberikan fasilitas pada masa penelitian.

7. Dr. Hasanudin, M.Ag. Selaku DSN-MUI yang telah memberikan banyak pengetahuan dalam menjawab persoalan-persoalan pada masa penelitian

8. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa menemani dan berjuang bersama dalam menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-Syukriyah Tangerang

9. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini Demikian kata pengantar dari Penulis, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Tangerang, 13 Agustus 2016

Achmad Boys Awaluddin Rifai 01202002

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Smart Spending iB Hasanah Card ........................................ 8 Tabel 1.2

Danaplus iB Hasanah Card .................................................. 9 Tabel 1.3

Biaya Penagihan (Ta'widh) iB Hasanah Card ...................... 11 Tabel 1.4

Penelitian Terdahulu ............................................................ 17 Tabel 2.1

Perbedaan antara Kartu Kredit dengan Syariah Card ........... 33 Tabel 4.1

Syarat Umum Pemohon iB Hasanah Card ........................... 59 Tabel 4.2

Syarat Umum Pemohon iB Hasanah Card ........................... 60 Tabel 4.3

Akad iB Hasanah Card ......................................................... 62 Tabel 4.4

Smart Spending iB Hasanah Card ........................................ 64 Tabel 4.5

Danaplus iB Hasanah Card .................................................. 65 Tabel 4.6

MasterCard Code iB Hasanah Card ..................................... 66 Tabel 4.7

Perbedaan Kartu Kredit Reguler dengan iB Hasanah Card . 66 Tabel 4.8

Biaya iB Hasanah Card ........................................................ 67 Tabel 4.9

Net Monthly Fee iB Hasanah Card ...................................... 68 Tabel 4.10

Perbandingan antara Mekanisme Syariah Card menurut Fatwa DSN-MUI No. 54 Tahun 2006 dengan Operasional iB Hasanah Card Bank BNI Syariah .................................... 68

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan badan usaha yang melaksanakan berbagai macam jasa keuangan, seperti menghimpun dana (funding), memberikan pinjaman dan menyalurkan pembiayaan (lending). Pengertian bank menurut pasal 1 UU No. 10 tahun 1998 yang merupakan revisi dari UU No. 7 tahun 1992 pada pasal 1, "Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak 1 ". Bank yang banyak dikenal sekarang ini adalah Bank Konvensional

merupakan Bank yang menjalankan fungsinya menggunakan sistem bunga. "Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, yakni riba nasi'ah. Dengan demikian praktek

pembungaan uang termasuk salah satu bentuk riba, dan riba haram hukumnya 2 ”. Sesuai dengan Firman Allah SWT Q.S. Al-Baqarah: 275:

1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 2 Fatwa Majelis Ulama Indonesia No.1 tahun 2004 tentang BUNGA (INTEREST/FA'IDAH)

"Orang yang makan(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaithan lantaran(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(sebelum datang larangan);

dan urusannya(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya".

Riba sangat-sangat diharamkan dalam keadaan apapun dan dalam bentuk apapun. Diharamkan atas pemberi piutang dan juga atas orang yang berhutang darinya dengan memberikan bunga, baik yang berhutang itu adalah orang miskin atau orang kaya. Masing-masing dari keduanya dilaknati (dikutuk). Dan setiap

orang yang ikut membantu keduanya, dari penulisnya, saksinya juga dilaknati 3 . Para ekonom modern dewasa ini, telah menyadari secara empiris, bahwa

bunga mengandung mudharat, karena mengambil keuntungan tanpa memikul resiko atas proyek usaha yang dikelola si peminjam adalah sebuah ketidakadilan dan ini dapat menimbulkan berbagai krisis, karena itu, tidak mengherankan jika banyak pakar ekonomi yang berkeyakinan bahwa krisis ekonomi ini disebabkan oleh sistem ribawi. Fakta, kini telah membuktikan bahwa sistem riba banyak menimbulkan bencana diberbagai Negara dan berbangsa. Negara-negara penghutang dijerat hutang yang besar 30% diantaranya adalah hutang bunga itu

3 Rochim Ridwan Abbas, Islamic Digest: Membumikan Ekonomi Islam (www.islamicdigest.asia, 2015) Hal. 84 3 Rochim Ridwan Abbas, Islamic Digest: Membumikan Ekonomi Islam (www.islamicdigest.asia, 2015) Hal. 84

Sistem perbankan syariah adalah alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (nasabah dan bank), yang didukung oleh keanekaragaman produk dan skema keuangan yang lebih variatif, dan dilakukan secara transparan agar adil bagi kedua belah pihak. Perbankan syariah merupakan alternatif sistem perbankan yang kredibel dan menjadi pilihan masyarakat

Indonesia 5 . Bank Islam (Syariah) yang dimaksud disini adalah bank Islam, bank yang

melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum Islam. Sehingga perbedaan antara Bank Islam (syariah) dengan bank konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan prinsip lain yang sesuai dengan syariat Islam. Karena bunga diyakini mengandung unsur riba yang diharamkan

(dilarang) oleh agama Islam 6 . Bank Islam merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan

yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip

4 Agustianto Minka, www.agustiantocentre.com/?p=376 diakses pada tanggal 17 November 2015 5 Direktorat Bank Indonesia, Buku Saku Perbankan Syariah: Lebih Dari Sekedar Bank (Jakarta:

Bank Indonesia, 2008) Hal. 9 6 Veithzal Rivai, Sofyan Basir, Sarwono Sudarto, Arifiandy Permata Veithzal, Commercial Bank

Management : Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013) Hlm. 514 Management : Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013) Hlm. 514

berorientasi pada kesejahteraan sosial 7 . Eksperimen pendirian Bank Syariah yang paling sukses dan inovatif di

masa modern dilakukan di Mesir pada 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr (Local Saving Bank). Kesuksesan Mit Ghamr memberi inspirasi bagi umat Muslim di seluruh dunia sehingga muncul kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat diaplikasikan dalam bisnis modern. Rintisan perbankan syariah mulai terwujud di mesir pada decade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang delta Sungan Nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil. Namun, institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem

finansial dan ekonomi Islam 8 . Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi

Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970, Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Proposal yang disebut Studi tentang Pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank

7 Ibd,. Hlm. 514 8 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah: Teori,Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia

(Jakarta: Erlangga, 2010) Hlm. 18

Islam (Federation of Islamic Banks), dikaji para ahli dari delapan belas negara Islam. Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerja sama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian. Proposal tersebut diterima. Sidang menyetujui rencana mendirikan Bank Islam Internasional dan Federasi

Bank Islam 9 . Perbankan Syariah, sebuah nama khas Indonesia untuk perbankan Islam

(islamic banking), merupakan fenomena baru di Indonesia. Keberadaannya di dunia masih berumur sekitar tiga dekade, sedangkan di Indonesia ia baru berumur sekitar satu dekade lebih sedikit. Oleh karena itu, kehadirannya, baik ditingkat internasional maupun nasional, belumlah signifikan. Nilai aset perbankan syariah di Indonesia baru mencapai 0,6% dari nilai aset perbankan nasional. Perkembangan tertinggi tercatat di Kuwait, tetapi di Negara ini pun nilai aset perbankan Islam baru mencapai 20%, sedangkan di Malaysia baru mencapai 8- 10%. Hanya di tiga Negara, yaitu di Pakistan, Sudan dan Iran seluruh sistem perbankan sudah mengikuti sistem syariah. Hal tersebut terjadi karena adanya intervensi Negara, yaitu dekrit pemerintah pusat agar seluruh sistem perbankan konvensional ditinggalkan dan diganti dengan sistem perbankan berdasarkan

syariat Islam 10 Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai bank syariah pertama di Indonesia

pada tahun 1991 setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, pada 19-22 Agustus 1990, hasil lokakarya

9 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) Hal. 19

10 M. Dawam Rahardjo, Arsitektur Ekonomi Islam, (Bandung: Mizan, 2015) Hlm. 187 10 M. Dawam Rahardjo, Arsitektur Ekonomi Islam, (Bandung: Mizan, 2015) Hlm. 187

tanggal 1 Mei 1992 11 . Keberadaaan Bank Islam di Indonesia dapat dikatakan cukup prospektif

dalam kancah perekonomian nasional terbukti Bank Muamalat bertahan terhadap krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998. Pada tahun tersebut, Bank Syariah terbukti mampu bertahan ketika perekonomian Indonesia diguncang krisis moneter. Tetapi tidak pada Bank Konvensional yang mengalami keterpurukan dengan nilai suku bunganya yang melambung tinggi. Keunggulan sistem bagi hasil yang diterapkan Bank Syariah ini membawa dampak positif sehingga tidak begitu terpengaruh pada nilai suku bunga yang fluktuatif.

Saat ini, perkembangan industri keuangan syariah di tanah air selama dua dasawarsa memang masih belum mampu mengeksplorasi potensi yang ada. Data terkini dari OJK menunjukkan bahwa aset perbankan syariah baru 4,92 persen dari aset perbankan nasional, aset asuransi syariah baru 4,25 persen dari total aset asuransi nasional, begitu pula dengan pembiayaan syariah yang baru 5,51 persen dari total aset pembiayaan nasional. Walaupun belum dapat keluar dari five percent track, sektor perbankan syariah dengan marketshare yang sebesar 4,92

11 Nur Melinda Lestari, Sistem Pembiayaan Bank Syariah: Berdasarkan UU No.21 Tahun 2008 (Jakarta: Grafindo Book Media, 2015) Hlm.115-116 11 Nur Melinda Lestari, Sistem Pembiayaan Bank Syariah: Berdasarkan UU No.21 Tahun 2008 (Jakarta: Grafindo Book Media, 2015) Hlm.115-116

besar untuk lebih berkembang lagi 12 . "Jasa produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah Indonesia cukup

banyak dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan usaha maupun pribadi, baik urusan luar negeri maupun luar negeri. Jasa produk yang ditawarkan perbankan syariah Indonesia pada dasarnya tidak berbeda dengan jasa produk yang ditawarkan perbankan konvensional, tetapi dengan menggunakan akad-akad

syariah 13 ". Salah satu jasa produk yang ditawarkan adalah kartu kredit syariah Islam (Syariah Card).

BNI Syariah dalam pengembangan produknya berinovasi menerbitkan iB Hasanah Card yang merupakan kartu kredit berbasis prinsip-prinsip syariah pada tanggal 7 Febuari 2009. iB Hasanah Card adalah kartu pembiayaan yang berfungsi seperti kartu kredit sesuai dengan prinsip syariah dengan menggunakan akad kafalah, qardh dan ijarah. BNI Syariah meluncurkan tiga tipe iB Hasanah Card yaitu Hasanah Classic, Hasanah Gold, Hasanah Platinum.

Adapun fitur dan program iB Hasanah Card yang ditawarkan oleh BNI Syariah antara lain Smart Spending dan Danaplus. Smart Spending 0% adalah fitur/program yang disediakan oleh Pihak Pertama berupa layanan cicilan dengan jangka waktu tertentu atas suatu transaksi pembelanjaan dengan jumlah tertentu dengan menggunakan iB Hasanah Card pada program yang oleh Pihak Pertama

12 Bambang Brodjonegoro, Islamic Digest: Membumikan Ekonomi Islam (www.islamicdigest.asia, 2015) Hal. 8

13 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012) Hal. 244 13 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012) Hal. 244

TABEL 1.1 Smart Spending iB Hasanah Card

NO Nilai Transaksi [Rp]

Biaya Adm [Rp]

Periode cicilan 12 bulan

2 >2.000.000 sd 4.000.000

Periode cicilan 12 bulan

3 >4.000.000 sd 6.000.000

Periode cicilan 12 bulan

4 >6.000.000 sd 8.000.000

Periode cicilan 12 bulan

5 >8.000.000 sd

Periode cicilan 12 bulan 10.000.000

Periode cicilan 12 bulan 90.000.000 Sumber : Bank BNI Syariah

6 >10.000.000 sd

Danaplus adalah fasilitas untuk melakukan transfer dana dari iB Hasanah Card ke rekening tabungan pemegang kartu di bank manapun. Maksimal dana yang bisa ditransfer adalah sebesar 20% dari batas kredit iB Hasanah Card. Semisal nilai transaksi kurang dari sama dengan dua juta rupiah akan dikenakan biaya administrasi sebesar dua puluh lima ribu rupiah. Dan untuk seterusnya biaya administrasi akan bertambah sesuai dengan nilai transaksi, bisa dilihat dalam tabel berikut.

TABEL 1.2 Danaplus iB Hasanah Card

No

Nilai Transaksi [Rp]

Biaya[Rp]

1 s/d 1.200.000 25.000

2 >1.200.000 s/d 2.400.000 50.000

3 >2.400.000 s/d 3.600.000 75.000

4 >3.600.000 s/d 4..800.000 100.000

5 >4.800.000 s/d 6.000.000 125.000

6 >6.000.000 s/d 7.200.000 150.000

7 >7.200.000 s/d 8.400.000 175.000

8 >8.400.000 s/d 9.600.000 200.000

9 >9.600.000 s/d 10.800.000 225.000

10 >10.800.000 s/d 12.000.000 250.000

12 >12.000.000 s/d 13.200.000 275.000

13 >13.200.000 s/d 14.400.000 300.000

14 >14.400.000 s/d 15.600.000 325.000

15 >15.600.000 s/d 16.800.000 350.000

16 >16.800.000 375.000 Sumber : Bank BNI Syariah

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa biaya adminstrasi Smart Spending dan Danaplus diukur dengan besarnya nilai transaksi. Akan tetapi ketentuan fee tersebut belum diatur ketentuannya dalam fatwa DSN-MUI Nomor 54 tahun 2006 tentang Syariah Card.

BNI Syariah menggandeng Provider MasterCard International memastikan penggunaan iB Hasanah Card hanya dapat digunakan di mal atau pusat perbelanjaan dan tempat hiburan yang halal karena sudah dilengkapi dengan kode tertentu.

Namun, penulis melihat fakta minuman keras yang sudah beredar dipasar (minimarket dan supermarket) merupakan sebuah dilema sejauh mana kode merchant dapat memblokir transaksi non Halal. Hal ini juga tertuang didalam

Ketentuan tentang Batasan (Dhawabith wa Hudud) fatwa DSN-MUI no. 54 tahun 2006 poin e, yaitu Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan dengan syariah.

BNI Syariah perlakukan pengenaan ta'widh bagi nasabah yang mengalami keterlambatan dalam pembayaran kartu yang jatuh tempo dan denda bagi pemakaian kartu yang melampaui batas limit. Mengingat Firman Allah SWT :

"…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya". QS. Al- Isra’ [17]: 34

Dalam fatwa DSN-MUI Nomor 54 tahun 2006, Ta'widh adalah ganti rugi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Selanjutnya, denda keterlambatan (late charge) adalah denda akibat keterlambatan pembayaran kewajiban yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial.

Besar ganti rugi (ta'widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil (real lost) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang

(oppor-tunity loss atau al-furshah al-dho-i'ah) 14 Akan tetapi terdapat perbedaan antara praktek yang terjadi pada Bank BNI

syariah dengan fatwa DSN-MUI tentang ta'widh. Pada prakteknya, biaya ta'widh ditentukan berdasarkan jangka waktu. Biaya ta'widh tidak ditentukan berdasarkan biaya riil kebutuhan bank dalam rangka pengihan hak yang seharusnya

14 Fatwa DSN-MUI Nomor 43 tahun 2004

dibayarkan, akan tetapi ditentukan berdasarkan jangka waktu yang dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 1.3 Biaya Penagihan ( ta'widh) iB Hasanah Card

NO PARAMETER

CLASSIC

GOLD PLATINUM

1 0 DAYS – 29 DAYS

2 30 DAYS – 59 DAYS

3 60 DAYS – 89 DAYS

4 90 DAYS – 119 DAYS

5 120 DAYS – 149 DAYS

6 150 DAYS – 179 DAYS

800.000 2.800.000 Sumber : Bank BNI Syariah

7 >180 DAYS

Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk lebih meneliti dan membahas lebih dalam yang dituangkan dalam judul:

Analisis Fatwa DSN-MUI Nomor 54 tahun 2006 tentang Syariah Card pada

Produk iB Hasanah Card Bank BNI Syariah Tbk.

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah Untuk memperjelas persoalan dan permasalahan yang dibahas, perlu

disampaikan pembatasan dan perumusan masalah pada skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin menulis seputar Syariah Card dengan segala ketentuan-ketentuan dan batasan-batasan yang diatur oleh fatwa DSN-MUI. Oleh karena luasnya pembicaraan Syariah Card, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan tinjauan hukum DSN-MUI terhadap aplikasi iB Hasanah Card yang dilaksanakan di BNI Syariah saja.

Adapun perumusan masalah dari pembahasan skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah mekanisme Syariah Card menurut Fatwa DSN-MUI No. 54 Tahun 2006 ?

2. Bagaimanakah operasional Syariah Card pada iB Hasanah Card Bank BNI Syariah?

3. Apakah operasional iB Hasanah Card di BNI Syariah sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 54 tahun 2006?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini dikemukakan beberapa tujuan yang hendak

dicapai, antara lain :

1. Untuk mengetahui mekanisme Syariah Card menurut fatwa DSN-MUI

2. Untuk mengetahui operasional iB Hasanah Card pada Bank BNI Syariah

3. Untuk mengetahui kesesuaian antara operasional iB Hasanah Card pada Bank BNI Syariah terhadap mekanisme Syariah Card menurut fatwa DSN-MUI No

Nomor 54 tahun 2006 .

Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perbankan syariah, pembaca maupun penulis, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pemahaman khususnya dalam mengkaji fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI dengan mengimplementasikan kaidah-kaidah yang ada dengan teori-teori yang ada dalam menganalisa kesyariahan suatu produk. Juga sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Sarjana (S1) Program Studi Ekonomi Islam Perbankan (Muamalah) Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-Syukriyah Kota Tangerang.

2. Bagi Akademisi Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam khazanah perkembangan ekonomi islam khususnya bagi lembaga keuangan syariah

3. Bagi Praktisi Memberikan bahan masukan dan informasi dalam mengevaluasi produk- produk yang digulirkan agar selalu sesuai dengan Prinsip Syariah .

D. Metode Penelitian Dalam penelitian skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah

metode kualitatif, yaitu alat ukur/alat kualitatif yang digunakan untuk meng- exercise topik/objek penelitian 15 .

Penelitian Kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu

15 Rifki Ismal, Penelitian Ilmiah: Teori dan Aplikasi Teknis (Jakarta: 2014)

landasan teori juga bermanfaat untuk memeberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan hasil penelitian 16 .

Sementara penelitian deskriptif secara harfiah adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data

dasar dalam cara deskriptif , biasanya digunakan istilah penelitian survei 17 . Adapun alat ukur/alat kualitatif yang digunakan untuk meng-exercise

topik/objek penelitian adalah sebagai berikut :

1. Field Research atau Penelitian Lapangan, yaitu melakukan pencarian data dan infomasi mengenai permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini melalui wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data-data berupa:

a. Laporan mekanisme produk iB Hasanah Card antara pihak bank selaku Penerbit Kartu (mushdir al-bithaqah), nasabah selaku Pemegang Kartu (hamil al-bithaqah) dan Penerima Kartu (merchant, tajir, atau qabil al- bithaqah)

b. Hasil wawancara dengan salah satu anggota Card Business Division

c. Hasil wawancara dengan salah satu anggota Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia

2. Library Research atau Penelitian Kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh dan memahami konsep-konsep dan teori-teori serta ketentuan-ketentuan praktek iB Hasanah Card. Penelitian Kepustakaan, yaitu mencari data yang

16 Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif, diakses pada tanggal 12 Mei 2016 17 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2015) Hal. 76

diperoleh dari literatur-literatur dan referensi yang berhubungan dengan judul skripsi diatas. Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kerangka teori yang relevan dengan pokok bahasan dalam operasi penelitian ini

3. In-Depth Interview (wawancara mendalam) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai 18 . Selanjutnya menganalisis data yang terhimpun dari kegiatan pengumpulan

data dengan melakukan Studi Komparatif yaitu melakukan perbandingan kesesuaian antara praktek iB Hasanah Card dengan isi fatwa DSN-MUI no. 54 tahun 2006

Penelitian ini membutuhkan waktu dari tanggal 9 November 2015 sampai dengan 19 Agustus 2016. Sedangkan tempat penelitian ini adalah pada Card Bussiness Division Bank BNI Syariah Tbk. Yang terletak di Lantai Enam Gedung Tempo Pavilion 1 Jl. HR Rasuna Said Kav 10-11, Lt 3-6, Jakarta 12950, Indonesia

Teknik penulisan skripsi berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-syukriyyah ”, Kota Tangerang, Tahun 2016.

18 http://qmc.binus.ac.id/2014/10/28/in-depth-interview-wawancara-mendalam/, diakses pada tanggal 12 Mei 2016

E. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri atas 5 (lima) bab yang sistematika pembahasannya

disusun sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Penelitian Terdahulu dan Kerangka Pemikiran

BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan membahas tentang Pengertian Fatwa, Kartu Kredit Syariah Islam (Syariah Card), Pengertian Ta’widh Perbedaan antara Kartu Kredit Konvensional dengan Kartu Kredit Syariah, Pengertian Akad, Akad-akad yang digunakan dalam Syariah Card

BAB III

GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH TBK.

Bab ini membahas tentang Gambaran Umum BNI Syariah Tbk., diantaranya adalah Sejarah Bank BNI Syariah, Visi dan Misi Bank BNI Syariah , Struktur Organisasi, Produk-produk Bank BNI

Syariah BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang Mekanisme Syariah Card menurut Fatwa DSN-MUI No. 54 Tahun 2006 dan Operasional produk iB Hasanah Card di BNI Syariah. Hasil penelitian iB Hasanah Card

dan komentar salah satu DSN-MUI. Menganalisa kesesuian antara Fatwa DSN-MUI No. 54 Tahun 2006 tentang Syariah Card pada iB Hasanah Card Bank BNI Syariah

BAB V PENUTUP Bab ini penulis menyajikan kesimpulan dari hasil analisa yang dilakukan dan saran yang dapat penulis berikan terkait dengan permasalahan yang ada dalam penelitian

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu

No Nama /

Kesimpulan Tahun

Skripsi ini menganalisa Hidayat

1 Ganjar

Universitas Tinjauan

islam terhadap 2010

hasanah card BNI Syariah,

Sunan

Terhadap

yaitu meliputi akad dalam

Kalijaga

Kartu Kredit aplikasi

hasanah card,

Yogyakarta Syariah

bagaimana penerapannya dalam aplikasi hasanah card. Setelah itu menjelaskan skema akad-akad dalam hasanah card ditinjau dari syariat dan rukunnya

2 Rahmawati / Universitas Analisis

ini membahas 2010

Skripsi

Islam

Akad dan keistimewaan Hasanah Card

Negeri

Aplikasi

di BNI Syariah, persyaratan

Syarif

Produk

atau prosedur memiliki

Hidayatulla Hasanah

Hasanah Card di BNI

h Jakarta

Card pada Syariah,

biaya-biaya(fee) Unit Usaha yang dikenakan terhadap Syariah PT. pemegang

kartu (card

BNI

holder) Hasanah Card di BNI

(Persero),

Syariah, analisa akad dan

Tbk

aplikasi produk Hasanah Card di BNI Syariah dan perkembangan kinerja BNI Syariah

3 Widyanti

Skripsi ini berisi tentang Khaeruddin Hasanuddin Sistem

Universitas Analisis

aplikasi kartu kredit syariah / 2012

Makassar

Kartu Kredit pada salah satu perbankan Syariah

syariah, yaitu pada PT Bank

pada

PT BNI Syariah, persamaan dan Bank BNI perbedaan sistem antara Syariah

kartu kredit syariah dengan konvensional,

serta kelemahan dan keunggulan kartu kredit syariah dan konvensional

4 Evi

Skripsi ini berisi tentang Rahmawati / Islam

analisa bagaimana proses

Negeri

Dewan

penetepan fatwa Syariah

Syarif

Syariah

Card, dalil yang dijadikan

Hidayatulla Nasional

hukum

oleh DSN-MUI

h Jakarta

MUI

No. dalam menetapkan fatwa 54/DSN-

tersebut, dan alasan DSN- MUI/X/200 MUI mengeluarkan fatwa

6 tersebut

Susunan skripsi diatas adalah sebagai acuan dan sebagai data-data yang telah diteliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian penulis yang berguna sebagai penunjang karya ilmiah penulis.

Adapun fokus perbedaan skripsi penulis dengan skripsi-skripsi terdahulu adalah penulis menganalisa operasional produk iB Hasanah Card pada Bank BNI Syariah terhadap Fatwa DSN-MUI No. 54 Tahun 2006 tentang Syariah Card yang menjadi landasan hukumnya.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 1 .1 Kerangka Pemikiran

Syariah Card

Fatwa DSN-MUI

Produk iB Hasanah Card di BNI Syariah

Sesuai Tidak Sesuai

Alasan

Komentar DPS

Kesimpulan Kesimpulan

Saran

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Fatwa

Fatwa يوتف adalah sebuah istilah mengenai pendapat atau tafsiran pada suatu masalah yang berkaitan dengan hukum Islam. Fatwa sendiri dalam bahasa Arab artinya adalah "nasihat", "petuah", "jawaban" atau "pendapat". Adapun yang dimaksud adalah sebuah keputusan atau nasihat resmi yang diambil oleh sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya. Disampaikan oleh seorang mufti atau ulama, sebagai tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafti) yang tidak mempunyai keterikatan. Dengan demikian peminta fatwa tidak harus mengikuti isi atau hukum fatwa yang diberikan kepadanya. Penggunaannya dalam kehidupan beragama di Indonesia, fatwa dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia sebagai suatu keputusan tentang persoalan ijtihadiyah yang terjadi di Indonesia guna dijadikan pegangan

pelaksanaan ibadah umat Islam di Indonesia 1 . Perkataan fatwa berasal dari bahasa Arab al-fatwa, walfutya jamaknya

fatawa yang telah diadopsi dan membumi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah mendefinisikan fatwa sebagai penjelasana tentang hukum Islam yang diberikan oleh seorang faqih atau lembaga fatwa kepada umat, yang muncul baik karena adanya pertanyaan maupun tidak.

1 Pengertian Fatwa, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fatwa diakses pada Jum'at, 27 November 2015

Secara sederhana, fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jawab (Keputusan, pendapat) yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah 2 .

Secara etimologis kata fatwa berasal dari bahasa arab al-fatwa. Menurut Ibnu Manzhur kata fatwa ini merupakan bentuk mashdar dari kata fata, yaftu, fatwan, yang bermakna muda, baru, penjelasan, penerangan. Pendapat ini hampir sama dengan pendapat Al-fayumi, yang menyatakan bahwa al-fatwa berasal dari kata al-fata artinya pemuda yang kuat. Sehingga seorang yang mengeluarkan fatwa dikatakan sebagai mufti, karena orang tersebut diyakini mempunyai kekuatan dalam memberikan penjelasan (al-bayan) dan jawaban terhadap permasalahan yang dihadapinya sebagaimana kekuatan yang dimiliki oleh seorang

pemuda 3 . Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan proses pemberian fatwa

(iftaa), yakni: 4

1. Al-Ifta atau al-futya, artinya kegiatan menerangkan hukum syara' (fatwa) sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

2. Mustafti, artinya individu atau kelompok yang mengajukan pertanyaan atau meminta fatwa.

3. Mufti, artinya orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut atau orang yang memberi fatwa. Menurut M. Yahya Harahap, fatwa yang dikeluarkan oleh ulama terkenal dapat dijadikan pegangan atau pedoman oleh kelompok atau perseorangan tertentu

2 A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012)

hlm.20 3 Ma'ruf Amin, Fatwa dalam sistem hukum Islam (Jakarta: Elsas, 2008) hlm. 19

4 Ibid., hlm.19

yang sepaham dengan ulama tersebut. Fatwa yang dikeluarkan oleh ulama yang tidak memiliki kompetensi atau otoritas yang diakui secara resmi, tidak mengikat kepada masyarakat. Lain halnya dengan fatwa yang diberikan badan atau lembaga yang memiliki kompetensi dan otoritas resmi, fatwanya mengikat secara relatif

dan fakultatif, bukan absolut 5 . Otoritas Syariah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan Syariah

Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan masalah Syariah agama Islam, baik masalah ibadah maupun muamalah, termasuk masalah

ekonomi, keuangan, dan perbankan 6 . DSN-MUI dibentuk dalam rangka mewujudkan aspirasi umat Islam

mengenai masalah perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Pembentukan DSN-MUI merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan. Berbagai masalah/kasus yang memerlukan fatwa akan ditampung dan dibahas bersama agar diperoleh kesamaan pandangan dalam penanganannya oleh masing-masing Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ada di lembaga keuangan syariah. Kemudian untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi dan keuangan, DSN-MUI akan senantiasa dan berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia

yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan 7 .

5 A. Wangsawidjaja Z. Op. Cit., hlm.21 6 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 206 7 DSN-MUI, Sekilas tentang DSN-MUI, http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=sekilas diakses

pada Sabtu, 14 Mei 2016

DSN-MUI memiliki peranan tugas dan fungsi di bidang keuangan dan perbankan yang merupakan satu-satunya badan otoritas yang memberikan saran kepada institusi keuangan berkaitan dengan operasional perbankan syariah, mengkoordinasi isu-isu Syariah tentang keuangan dan perbankan syariah, dan menganalisa juga mengevaluasi aspek-aspek syariah dari produk baru yang diajukan oleh institusi keuangan syariah.

DSN-MUI juga mempunyai kewenangan untuk memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai anggota DPS pada satu lembaga keuangan syariah. DPS adalah badan independen yang ditempatkan oleh DSN-MUI pada perbankan dan lembaga keuangan syariah berkedudukan dikantor pusat atau setingkat dengan komisaris yang memiliki tugas dan wewenang untuk mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan DSN-MUI.

Peranan DPS sangat strategis dalam penerapan prinsip syariah di lembaga perbankan syariah. DSN MUI memberikan tugas kepada DPS untuk 8 :

1. melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah,

2. mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN

3. melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran,

4. merumuskan permasalahan yang memerlukan permbahasan dengan DSN.

8 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 148

DSN-MUI memiliki tugas, fungsi dan wewenang untuk 9 :

1. mengeluarkan fatwa tentang ekonomi syariah untuk dijadikan pedoman bagi praktisi dan regulator,

2. menerbitkan rekomendasi, sertifikasi, dan syariah approval bagi lembaga keuangan dan bisnis syariah,

3. melakukan pengawasan aspek syariah atas produk/jasa di lembaga keuangan/bisnis syariah melalui Dewan Pengawas Syariah,

4. mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing- masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait,

5. mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank Indonesia,

6. memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada suatu lembaga keuangan dan bisnis syariah,

7. mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri,

8. memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional,

9 Sekilas tentang DSN-MUI, http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=sekilas diakses pada Sabtu, 12 November 2015

9. mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan. Suatu fatwa DSN-MUI diterbitkan melalui suatu prosedur formal yang mekanismenya telah diatur sebagaimana telah ditentukan dalam angka V Keputusan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 01 Tahun 2000 tentang Pedoman Dasar Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (PD

DSN-MUI) sebagai berikut 10 :

1. Badan Pelaksana Harian menerima usulan atau pertanyaan hukum mengenai suatu produk lembaga keuangan syariah. Usulan atau pertanyaan ditujukan kepada Sekretariat Badan Pelaksana Harian.

2. Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah menerima usulan/pertanyaan harus menyampaikan permasalahan kepada Ketua.

3. Ketua Badan Pelaksan Harian bersama anggota dan staf ahli selambat- lambatnya 20 hari kerja harus membuat memorandum khusus yang berisi telaah dan pembahasan terhadap suatu pertanyaan/usulan.

4. Ketua Badan Pelaksan Harian selanjutnya membawa hasil pembahasan ke

dalam Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional untuk mendapat pengesahan.

5. Fatwa atau Memorandum Dewan Syariah Nasional ditandatangani oleh ketua dan Sekretaris Dewan Syariah Nasional.

10 A. Wangsawidjaja Z. Op. Cit., hlm.25

B. Kartu Kredit Syariah Islam (Syariah Card)

Kartu kredit dalam bahasa arab adalah bithaqah I’timan. Dalam Fiqih Muamalah diartikan sebagai memberikan hak kepada orang lain atas hartanya dengan ikatan kepercayaan, sehingga orang tersebut tidak bertanggung jawab kecuali bila ia melakukan keteledoran atau pelanggaran. Transaksi itu sendiri menurut ulama fiqh adalah transaksi bebas bukan transaksi penyerahan hak. Misalnya dikatakan kepada seseorang, ”silahkan beli barang saya ini seperti kamu biasa membelinya dari orang lain karena saya tidak mengerti harga.” maka ia membelinya dengan harga yang biasa ia keluarkan untuk membeli barang sejenis. Dalam kebiasaan dalam dunia usaha artinya semacam pinjaman, yakni yang berasal dari kepercayaan terhadap peminjam dan sikap amanahnya serta kejujurannya. Oleh sebab itu ia memberikan dana itu dalam bentuk pinjaman

untuk dibayar secara tertunda 11 . Pengertian kartu kredit Dalam Expert Dictionary didefinisikan: ”kartu

yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya untuk memungkinkan pembawanya membeli barang-barang yang dibutuhkannya secara hutang. Sementara dalam kamus Ekonomi Arab menjelaskan, ”sejenis kartu khusus yang dikeluarkan oleh pihak bank-sebagai pengeluar kartu-, lalu jumlahnya akan dibayar kemudian. Pihak bank akan memberikan kepada nasabahnya itu rekening bulanan secara global untuk dibayar, atau untuk langsung didebet dari

rekeningnya yang masih berfungsi.” 12 .

11 Ulul Azmi Mustafa, Syariah Card Perspektif Al-Maqasid Syariah. Jurnal Ekonomi Islam. Hlm.3 12 Ibid,. Hlm 3

Menurut Kasmir, yang dimaksud dengan kartu kredit adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan

pengambilan uang tunai 13 . Kartu kredit (credit card) adalah Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

Kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suat kegiatan ekonomi, temasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai di mana kewajiban pembayaran Pemegang Kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan Pemegang Kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu

yang disepakati baik secara sekaligus (change card) ataupun secara angsuran 14 . Dalam praktiknya, sebelum suatu bank memutuskan, misalnya apakah

akan menyetujui atau tidak permohonan kartu plastik dari calon nasabah, mekanisme dan syaratnya relatif sama dengan nasabah yang hendak mengajukan permohonan untuk mendapatkan kredit atau fasilitas pembiayaan dari bank. Dengan demikian, perlakuan bank terhadap permohonan kartu plastik sama dengan terhadap permohonan kredit. Dalam permohonan kredit, bila disetujui nasabah dapat menarik sejumlah uang tertentu dengan jaminan kebendaan (jaminan utama dan jaminan tambahan yang secara yuridis dikuasai oleh bank), sedangkan untuk kartu plastik juga nasabah dapat mengambil sejumlah uang tertentu atau untuk membayar pada sejumlah tertentu dan untuk jaminannya lebih

13 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 195 14 Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran

dengan Menggunakan Kartu, pasal 1 angka (4)

dititikberatkan pada reputasi calon nasabah (privacy) dan bukan jaminan kebendaan 15 .

Sementara itu, reaksi pertama yang muncul ketika mendengar “kartu kredit syariah” barangkali seperti menerka suatu teka-teki yang sulit dicari jawabannya.

Teka-teki yang sama dirasakan oleh pemerhati bisnis syariah, yang was-was dengan “back door riba” atau “hiyal” yang dialamatkan pada pengembangan

produk syariah dengan inovasi baru. Namun, ada pula pihak yang memandang sebagai terobosan baru yang bermakna. Kehadiran kartu kredit syariah sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan bisnis secara syariah, dengan harapan akan memenuhi kebutuhan sistem pembayaran yang mudah dan nyaman sesuai dengan

syariah 16 . Syariah Card berasal dari dua kata, bahasa arab yaitu عش yang berarti

syariat, ajaran, undang-undang hukum. dan bahasa inggris yaitu card yang berarti kartu. Pengertian syariah menurut Ashshiddieqy adalah sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara Rasulullah, supaya para hamba melaksanakannya dengan dasar iman dan taqwa, baik hukum itu mengenai amaliyah lahiriyah maupun yang mengenai akhlaq dan akidah,

kepercayaan yang bersifat batiniah 17 . Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti Kartu Kredit yang

hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak yaitu, pihak penerbit kartu (mushdir al-bithaqah), pemegang kartu (hamil al-bithaqah)

15 Veithzal Rivai, Basri Modding, Andria Permata Veithzal, Tatik Mariyanti, Financial Institution Management (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 527

16 Ibd., hlm. 576-577 17 Ali, Pengertian Syariah Menurut Pakar, http://www.pengertianpakar.com/2014/09/pengertian-

syariah-menurut-para-pakar.html diakses pada senin, 14 Desember 2015

dan penerima kartu (merchant, tajir atau qabil al-bithaqah) berdasarkan prinsip Syariah 18 .

Landasan penerbitan Syariah Card yang dijadikan sebagai acuan umum sebagai berikut :

1. Q.S. Al-Maidah: 1

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad"

2. Q.S. Al-Maidah: 2

Artinya : "tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran"

3. Hadist Nabi riwayat Imam a;-Tirmidzi dari Amr bin Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda : "perjanjian boleh dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halam atau menghalalkan yang haram"