Makalah Psikologi Pendidikan Berpikir dalam

BAB I
PENDAHULUAN1
Dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para
ahli sependapat atau sekurang-kurangnya mendapat titik temu di antara mereka
mengenai hal-hal prinsipal. Akan tetapi mengenai apa yang dipelajari siswa dan
bagaimana perwujudannya, agaknya masih tetap merupakan teka-teki yang sering
menimbulkan silang pendapat yang cukup tajam di antara para ahli itu. Diantara
perwujudan dari belajar adalah berfikir dan kreatifitas.

1 Ditulis oleh Mantazakka, B.Sh (S1 International University of Africa, KhartoumSudan, Jurusan Syariah. S2 Institut Ilmu Al Quran, Jakarta, Jurusan Pendidikan
Islam)

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Berpikir
1.

Pengertian
Berpikir2 secara bahasa adalah


menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dl
ingatan.
Sedangkan para ahli psikologi asosiasi menganggap berpikir itu
adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan dimana subjek berpikir itu pasif.
Plato beranggapan bahwa perpikir itu adalah berbicara dalam hati.
Sehubungan dengan pendapat Plato iniadalah pendapat yang
mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Pada pendapat yang
akhir itu dikemukakan dua enyataan, yaitu:
a. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif,
dan
b. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoritas dan
bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir
itu menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Selanjutnya ada pendapat yang lebih menekankan kepada tujuan
berpikir itu, yaitu yang mengatakan bahwa berpikir itu meletakkan hubungan
antara bagian-bagian pengetahuan kita. Bagian-bagian pengetahuan kita yaitu
segala sesuatu yang telah kita miliki, yang berupa pengertian-pengertian dan

dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan3.
2 http://kbbi.web.id/pikir
3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Rajawali Press: Jakarta, 2013),
cet 20, hal 54.

2

Adapun konsep Dewey tentang berpikir itu menjadi dasar untuk
pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
(1). Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya
masalah;
(2). Masalah itu diperjelas dan dibatasi;
(3).

Mencari

informasi

atau


data

dan

kemudian

data

itu

diorganisasikan;
(4). Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesishipotesis, kemudian hipotesis-hipotesi itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan
untuk diterima atau ditolak;
(5). Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus
berlkau sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai
pada kesimpulan4.
2.

Hal yang berkaitan dengan berpikir.
a. Berpikir asosiatif dan daya ingat

Secara sederhana, berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan
proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Dalam
hal ini perlu dicata bahwa kemampuan untuk melakuka hubungan
asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau
pengalaman yang diperoleh dari hasil belajar. Sebagai contoh siswa yang
mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul Awwal. Kemampuan
siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah itu dengan hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW, hanya bisa didapat apabila dia telah
mempelajari riwayat hidup beliau5.

4 Slamateo, Belajar dan Fakto-faktor yang mempengaruhinya, (Rineka
Cipta: Jakarta, 2013), hal 143.
5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Remaja Rosdakarya OffsetBandung, 2011), hal 118.

3

Di samping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar,
sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang
telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya

simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta
meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan
situasi atau stimulus yang sedang ia hadapi.
b. Berpikir rasional dan kritis.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar
terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umunya siswa
yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why).
Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika (akal
sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik simpulansimpulan, dan bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan
ramalan-ramalan.
Dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif
tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah
dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.
3.

Proses berpikir
Proses berpikir melibatkan penggunaan informasi dan rangsangan


yang diterima dari luar dan disimpan dalam otak dalam bentuk kegiatan aktif
seperti menyelesaikan masalah, daya cipta dan memperoleh ide. Berpikir
adalah proses menerima informasi dan rangsangan, semua manusia berpotensi
menjadi kritis dan kreatif6.

6 Shabudin Hashim, dkk, Psikologi Pendidikan, (PTS Professional
Publishing Sdn.Bhd: Kuala Lumpur, 2006), hal 90

4

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,
yaitu: (1). Pembentukan pengertian, (2). Pembentukan pendapat, dan (3).
Penarikan kesimpulan.
a. Pembentukan pengertian.
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis elalui
empat tingkat, sebagai berikut7:
1). Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. ut
kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. Misalnya dalam
membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai
bangsa lalu kita analisis cir-cirnya, misalnya:

Manusia Indonesia, ciri-cirinya:
-

Makhluk hidup,

-

Berbudi,

-

Berkulit sawo matang,

-

Berambut hitam,

-

Dan sebagainya.


Manusia Eropa, ciri-cirinya:
-

Makhluk hidup,

-

Berbudi,

-

Berkulit putih,

-

Bermata biru terbuka,

-


Berambut pirang atau putih,

-

Dan sebagainya.

Manusia Negro, ciri-cirinya:
-

Makhluk hidup,

-

Berbudi,

-

Berkulit hitam,

7 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Rajawali Press: Jakarta,

2013), cet 20, hal 58.

5

-

Bermata hitam melotot,

-

Berambut hitam keriting,

-

Dan sebagainya.

Dan manusia yang lain-lainnya lagi.
2). Membanding-bandingkan ciri-cir tersebut untuk diketemukan
ciri-ciri manusia mana yang sama, mana yang tidak sama, mana
yang selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

3). Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-cirinya
yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh
diatas ciri-ciri yang hakiki adalah: Makhluk hidup yang berbudi.
b. Pembentukan pendapat.
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua
buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam
bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari poko kalimat (subjek) dan
sebutan (predikat).
Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a). Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang mengiya-kan, yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu.
Misalnya: Fatih itu Rajin, Fatah itu Pintar, dan sebagainya.
b). Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menidakkan, yang
secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada
sesuatu hal.misalnya: Fatih tidak Malas, Fatah tidak Bodoh, dan
sebagainya.
c). Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat
yang menjelaskan kebarangkalian, kemungkianan suatu sifat pada
suatu hal. Misalnya: Hari ini mungkin hujan, Fatah tidak mungkin
datang, dan sebagainya.
c. Penarikan kesimpulan.

6

Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk
pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada
tiga macam keputusan, yaitu:
a). Keputusan induktif, yaitu keputusan yang diambil dari
pendapat-pendapat

khusus

menuju

satu

pendapat

umum.

Misalnya: Tembaga dipanaskan memuai, Perak dipanaskan
memuai, Besi dipanaskan memuai, Kuninan dipanaskan memuai,
jadi kesimpulannya semua logam jika dipanaskan akan memuai.
b). Keputusan deduktif, lawan dari Induktif, yaitu keputusan
yang ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus. Misal:
Semua makhluk akan mengalami kematian, burung atau lainnya
adalah makhluk, jadi pada saatnya nanti akan mengalami
kematian.
c). Keputusan analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan
jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapatpendapat khusus yang telah ada. Misalnya: Fatah anak rajin, ia
naik kelas. Fatih anak rajin, ia naik kelas, jadi kesimpulannya,
Farah anak rajin tentu ia akan naik kelas8.
B. Kreatifitas
1. Pengertian
Kreatif adalah memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk
menciptakan9. Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Pada umumnya orang
menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi; dengan perkataan
lain, produk-produk kreativitas itu penting untuk menilai kreativitas.
Pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan
sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
8 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Rajawali Press: Jakarta, 2013),
cet 20, hal 58.
9 http://kbbi.web.id/kreatif

7

menggunakan sesuatu yang telah ada. Ini sesuai dengan perumusan kreatifitas
secara tradisional. Secara tradisional kreatifitas dibatasi sebagai mewujudkan
sesuatu yang baru dalam kenyataan. Sesuatu yang baru itu baik berupa
perbuatan atau tingkah laku; suatu bangunan misalnya sebuah gedung, hasilhasil kesusastraan, dan lain-lain.
Bagi siswa, penggunaan produk-produk kreasi untuk menilai
kreatifitas siswa itu sukar dilaksanakan. Bagi mereka penilaian kreatifitas itu
didasarkan pada keaslian tingkah laku yang mereka laksanakan dalam banyak
cara dan kesempatan dalam menghadapi berbagai situasi belajar.
Pembahasan

tentang

kreatiiftas

sering

dihubungkan

dengan

kecerdasan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa siswa yang tingkat
kecerdasannya (IQ) tinggi berbeda-beda kreatifitasnya dan siswa yang tinggi
kreatifitasnya berbeda-beda tingkat kecerdasannya. Keterangan ini sesuai
dengan pendapat Moreno yang menyatakan bahwa tidak benar kalau kita
beranggapan bahwa hanyalah siswa-siswa (atau orang-orang) yang sangat
cerdas saja yang dapat enajdi kreatif.
Taylor dan Holland berpendapat bahwa kecerdasan hanya memegang
peranan yang kecil saja di dalam tingkah laku kreatif, dan dengan demikian
tidak memadai untuk dipakai sebagai ukuran kreatif10.
2. Ciri-ciri individu kreatif.
Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal
melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;
c) Panjang akal;
d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
e) Cenderung menyukai tugas berat dan sulit;
10 Slamateo, Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya, (Rineka Cipta:
Jakarta, 2013), hal 146

8

f) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan;
g) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas;
h) Berpikir fleksibel;
i) Menanggapi

pertanyaan

yang

diajukan

serta

cenderung

memberikan jawaban lebih banyak;
j) Kemampuan membuat analisis dan sinetis;
k) Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
l) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;
m) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
3. Pedoman pengajaran untuk mengembangkan kreatifitas
Mengingat hierarki hasil belajar di bidang kognitif kreatifitas itu
berada pada tingkat akhir, maka untuk mencapainya harus dimulai dari
pengajaran-pengajaran pada tingkat-tingkat sebelumnya.
a) Mengajarkan informasi/ pengetahuan
1) Rumuskan tujuan dalam bentuk informasi fakta yang
seharusnya diketahui oleh siswa sesudah pengajaran selesai.
2) Nilailah kesiapan siswa untuk mempelajari informasi fakta.
3) Tentukanlah mata pelajaran tertentu yang harus dipelajari siswa
serta bahan-bahan pengajaran yang berhubungan.
4) Aturlah kegiatan guru dan siswa untuk meningkatkan belajar.
5) Aturlah penggunaan waktu, ruang dan perlengkapan.
6) Nilailah pencapaian siswa sepanajng jam pengajaran dan
sesudah selesai pengajaran.
7) Berilah

feedback

kepada

siswa

supaya

mereka

dapat

mengetahui kemajuan mereka dan mengatasi kesukarankesukaran yang dialami11.
b) Mengajarkan konsep
11 Slamateo, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Rineka
Cipta: Jakarta, 2013), hal 152.

9

1) Berilah tekanan pada sifat-sifat konsep.
2) Kembangkan terminologi yang tepat untuk konsep-konsep.
3) Tunjukkan hakikat konsep dengan menggunakan macammacam cara untuk menerangkan konsep tersebut.
4) Susunlah dengan sebaik-baiknya urutan contoh-contoh konsep.
5) Berilah dorongan dan bimbinglah siswa untuk melakukan
penemuan sendiri.
6) Berilah kesempatan kepada para siswa untuk menerapkan
konsep-konsep.
7) Berilah dorongan kepada siswa untuk menilai sendiri konsep
yang telah diperolehnya.
c) Mengajarkan kreatifitas
Menurut Klausmeier, langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembentukan keterampilan memecahkan masalah berlaku pula
untuk pembentukan kreatifitas, yaitu:
a) Menolong siswa untuk mengenal masalah –masalah untuk
dipecahkan.
b) Menolong siswa menemukan informasi untuk memecahkan
masalah.
c) Menolong siswa untuk merumuskan dan membatasi masalah.
d) Menolong siswa untuk mengolah dan kemudian menerapkan
informasi pada masalah tersebut.
e) Mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis
untuk memperoleh pemecahan masalah.
f) Mendorong siswa untuk mengadakan penemuan dan penilaian
sendiri secara bebas12.
4. Cara-cara mengembangkan kreatifitas.
12 Slamateo, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Rineka
Cipta: Jakarta, 2013), hal 153

10

Menurut Davis terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan di dalam
pengembangan kreatifitas:
a) Sikap individu
(1) Perhatian khusus bagi pengembangan kepercayaan diri siswa
perlu diberikan.
(2) Rasa keingintahuan siswa perlu dibangkitkan.
b) Kemampuan dasar yang diperlukan
Mencakup berbagai kemampuan berpikir
(1) Memikirkan keseluruhan tahap dari masalah;
(2) Memilih bagian masalah yang perlu dipecahkan;
(3) Memikirkan informasi yang kiranya dapat membantu;
(4) Memilih

sumber-sumber

data

yang

paling

memungkinkan;meikirkan segala kemungkinan pemecahan
masalah tersebut;
(5) Memilih gagasan yang paling mungkin pemecahannya;
(6) Memikirkan segala kemungkinan cara pengujian;
(7) Memilih cara yang paling dapat dipercaya untuk menguji;
(8) Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi;
(9) Mengambil keputusan.
c) Tekhnik-tekhnik yang digunakan
(1) Melakukan pendekatan “inquiry” (pencaritahuan): bertanya,
bertindak,

mencari

pemecahan,

menganalisa,

membuat

sintesis,

menyusun,

menciptakan,

menemukan

masalah,

berpikir,

menghasilkan,

menerapkan,

mengujikan,

mengkritisi, merancang, dan melakukan penilaian serta
menghubungkan.
(2) Menggunakan tekhnik sumbang saran (brain storming). Dalam
pendekatan ini suatu masalah dikemukakan dan siswa diminta
untuk mengemukakan gagasan-gagasannya.
11

(3) Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif.
(4) Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media13.
BAB III
KESIMPULAN
a. Jauh dari sikap mengagung-agungkan akal dapat kita terima bahwa pikiran
mempunyai kedudukan yang bisa dikatakan menetukan. Jadi kewajiban para
pendidik

lah

untuk

memberikan

bimbingan

sebaik-baiknya

bagi

perkembangan pikiran itu.
b. Bahasa dan pikiran memiliki hubungan yang erat, oleh karena itu
perkembangan bahasa yang baik adalah syarat untuk perkembangan pikiran
yang baik.
c. Sebaiknya kita tidak memisahkan antara cerdas dan kreatif, pemisahan
hendaknya pada jenis; cerdas dan kreatif dan cerdas tapi tidak kreatif.
d. Sekolah/

pendidik

keterampilan

dapat

memecahkan

menolong
masalah

siswa
yang

dalam

mengembangkan

sekaligus

mengembangkan

kreatifitas siswa.

(‫)وال أعلم بالصواب‬

13 Slamateo, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Rineka
Cipta: Jakarta, 2013), hal 154

12

DAFTAR PUSTAKA

Slamateo, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Rineka Cipta: Jakarta,
2013), cet 6.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Rajawali Press: Jakarta, 2013), cet 20.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan denganpendekatan baru, (Rosda: Bandung,
2010), cet 15.

www.kbbi.web.id

Shabudin Hashim, dkk, Psikologi Pendidikan, (PTS Professional Publishing
Sdn.Bhd: Kuala Lumpur, 2006).

13