ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PEMAL

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PEMALSUAN
AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS
Magister Kenotariatan Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh Peraturan
Perundang-undangan dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang
membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik, mengenai keadaan peristiwa atau
perbuatan hukum atas keterlibatan langsung oleh para pihak yang menghadap. Namun
demikian Notaris dalam menjalankan profesinya tidak jarang dipanggil oleh pihak aparat
hukum kepolisian sebagai tersangka Sehubungan dengan pemalsuan akta otentik yang
dibuatnya. Sehingga, dipandang perlu untuk mengetahui Analisis Yuridis Normatif
Terhadap Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris.
Bahwa notaris hanya dapat (legal/sesuai dengan aturan hukum) dijadikan sebagai
tersangka apabila notaris tersebut dengan sengaja tetap membuat akta palsu sesuai yang
diminta oleh penghadap, padahal ia mengetahui bahwa para pihak penghadap tersebut
tidak memenuhi syarat-syarat sahnya perikatan. Hal ini menunjukkan bahwa notaris
tersebut tidak berpegang teguh pada Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) dan Kode
Etik Profesi Notaris. Dimana dapat menjerumuskan notaris mengarah pada tindak pidana
pemalsuan surat/akta otentik.
Berkaitan dengan Analisis Yuridis Normatif Terhadap Pemalsuan Akta Otentik
Yang Dilakukan Oleh Notaris maka berdasarkan Perumusan Unsur-Unsur Perbuatan

Pidana Terhadap Pemalsuan Akta Otentik yang dilakukan oleh Notaris adalah mengenai
bunyi dari pasal 263 KUHP tentangpemalsuan surat pada umumnya tidak bisa diterapkan
kepada pelaku yakni Notaris yang memalsu akta otentik. Akan tetapinotaris tersebut
dapat dikenakan sanksi dari Pasal 264 ayat (1) dan (2) (KUHP) sebab pasal 264 KUHP
ini merupakan pemalsuan surat yang diperberat dikarenakan obyek pemalsuannya
mengandung nilai kepercayaan yang tinggi.

Sedangkan bunyi dari pasal 266 KUHP dapat diterapkan kepada pelaku yang
menyuruh notarismembuat akta dengan keterangan palsu, karena secara sah melakukan
kejahatan pidana. Dan Akibat Hukum Terhadap Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan
Oleh Notaris yaitu pihak penghadap/korban mengalami derita kerugian atas terbuatnya
suatu akta yang mengandung keterangan palsu oleh notaris. Akta palsu yang telah dibuat
dapat dibatalkan Maka mengenai pembatalan akta adalah menjadi kewenangan hakim
perdata, yakni dengan mengajukan gugatan secara perdata kepengadilan. Serta menurut
Undang-Undang

Jabatan

Notaris


(UUJN)

dapat

dikenakan

Sanksi

Administratif/Pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris berupa teguran lisan, tertulis sampai
dengan pemberhentian dengan tidak hormat dari Majelis Pengawas dan Sanksi
Keperdataan pasal 1365 KUHPerdata tentang ganti kerugian.
Berdasarkan hal yang demikian,maka disarankan pemerintah Memberikan
pelatihan khusus terhadap notaris secara berkala agar tidak melakukan kesalahan yang
fatal dimana membawa dampak pengaruh buruk yang dapat merugikan baik dari para
pihak-pihak tertentu maupun diri sendiri dalam pembuatan akta otentik. Danmenindak
secara tegas perbuatan notaris dimana diduga melakukan pelanggaran kode etik profesi
notaris yang dapat dikualifikasikan dalam tersangka tindak pidana.
Kata kunci: Notaris, Pemalsuan Akta Otentik, Tersangka

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik,
sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada Pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh Peraturan Perundang-undangan dalam
rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Selain akta otentik
yang dibuat oleh atau dihadapan notaris bukan saja karena diharuskan oleh tetapi juga
dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para
pihak demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang
berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.
Akta Notaris lahir karena adanya keterlibatan langsung dari pihak yang
menghadap notaris, merekalah yang menjadi pemeran utama dalam pembuatan sebuah
akta sehingga tercipta sebuah akta yang otentik. Akta Notaris adalah akta otentik yang
dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam
Undang-undang. Akta yang dibuat notaris menguraikan secara otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian dan penetapan yang disaksikan oleh para penghadap dan saksisaksi.2
Akta yang dibuat oleh notaris harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan
agar tercapai sifat otentik dari akta itu misalnya dalam pembacaan akta menerangkan
bahwa harus mencantumkan identitas para pihak, membuat isi perjanjian yang
dikehendaki para pihak, menandatangani akta dan sebagainya. Tetapi apabila syaratsyarat itu tidak terpenuhi maka akta tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum.

Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling mengetahui isi dari
akta tersebut sebab isi dari akta itu merupakan kehendak para pihak. Pembacaan akta ini
juga dilakukan agar pihak yang satu tidak merasa dirugikan apabila terdapat keterangan
atau redaksi akta yang memberatkan atau merugikan terhadap pihak yang lain. Begitu
pentingnya peranan Notaris yang diberikan oleh Negara, dimana Notaris sebagai pejabat
umum dituntut bertanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya. Karena Seorang Notaris
haruslah tunduk kepada peraturan yang berlaku yaitu Undang-undang Jabatan Notaris

dan taat kepada kode etik profesi hukum. Kode etik yang dimaksud disini adalah kode
etik Notaris.
Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari mengandung sengketa maka
hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan kesalahan notaris dengan sengaja
untuk menguntungkan salah satu pihak penghadap atau kesalahan para pihak yang tidak
memberikan dokumen yang sebenarnya. Apabila akta yang dibuat/diterbitkan notaris
mengandung cacat hukum karena kesalahan notaris baik karena kelalaian maupun karena
kesengajaan notaris itu sendiri maka notaris harus memberikan pertanggungjawaban
secara moral dan secara hukum. Dan tentunya hal ini harus terlebih dahulu harus dapat
dibuktikan.
Oleh karena itu jika Notaris terbukti melakukan kesalahan-kesalahan baik yang
bersifat pribadi maupun yang menyangkut profesionalitas dalam suatu pembuatan akta

yang mengandung unsur melawan hukum maka beberapa tahap prosedur yang dapat
dikemukakan dilapangan adalah antara lain. Pemanggilan notaris sebagai saksi, kemudian
ditingkatkan sebagai tergugat dipengadilan perdata menyangkut pertanggungjawaban
akta yang dibuat untuk dijadikan alat bukti yang sebelumnya adanya toleransi dari
Majelis Pengawas Notaris, selanjutnya ditindaklanjuti dengan pemidanaan yakni Notaris
dapat dijadikan saksi dan tersangka dalam kasus pidana serta penyitaan bundel minuta
yang disimpan oleh Notaris.3
Notaris rawan terkena jeratan hukum. Bukan hanya karena faktor internal yang
berasal dari dalam dirinya sendiri misalnya kecerobohan, tidak mematuhi prosedur, tidak
menjalankan etika profesi dan sebagainya. Namun juga dikarenakan faktor internal
seperti moral masyarakat dimana Notaris dihadapkan pada dokumen-dukumen palsu
padahal dokumen tersebut mengandung konsekuensi hukum bagi pemiliknya.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris diatur
bahwa ketika Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya telah melakukan pelanggaran
yang menyebabkan penyimpangan dari hukum maka Notaris dapat dijatuhi sanksi yaitu
berupa Sanksi Perdata, Administratif /Kode Etik Jabatan Notaris. Sanksi-sanksi tersebut
telah diatur sedemikian rupa baik sebelumnya dan sekarang dalam Undang-Undang
Jabatan Notaris terkait Kode Etik profesi Jabatan Notaris dimana tidak adanya keterangan

sanksi pidana melainkan organisasi Majelis pengawas Notaris yang berkewenangan

memberikan hukuman kepada notaris.
Demikian disimpulkan bahwa walaupun didalam Undang-undang jabatan
notaris (UUJN) tidak menyebutkan adanya penerapan sanksi pemidanaan tetapi suatu
tindakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris tersebut mengundang
unsur-unsur pemalsuan atas kesengajaan/kelalaian dalam pembuatan surat/akta otentik
yang keterangan isinya palsu maka setelah dijatuhi sanksi administratif/kode etik profesi
jabatan notaris dan sanksi keperdataan kemudian dapat ditarik dan dikualifikasikan
sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris yang menerangkan adanya bukti
keterlibatan secara sengaja melakukan kejahatan pemalsuan akta otentik.5
Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum publik yang mengutamakan
tekanan dari kepentingan umum pada masyarakat. Menurut doktrin adanya suatu
pertanggungjawaban pidana harus terpenuhinya syarat yaitu dengan melihat adanya
perbuatan yang dapat dihukum dengan menyebutkan unsur-unsurnya secara tegas dan
berdasarkan undang-undang yang mengatur bahwa perbuatan tersebut telah bertentangan
dengan

hukum

yang


menimbulkan

kejahatan

pidana,

dimana

harus

mempertanggungjawabkan Sebab-akibat dari pada perbuatan tersebut.6
Dalam hal-hal yang berkaitan dengan Notaris Mengingat telah diatur dalam
undang-undang khusus yakni Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 perubahan dari
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang berhubungan
dengan Kode Etik profesinya serta terdapat Majelis Pengawas Notaris Dimana berfungsi
untuk mengawasi tugas dan kewenangan Notaris, Maka penerapan sanksi pidana
dikesampingkan menjadi terbatas kepada Notaris. Oleh karena Hal tersebut antara
Penerapan hukum Undang-Undang Jabatan Notaris dengan penerapan hukum pidana
yang diatur dalam (KUHP) menjadi tumpang tindih sehingga memberikan ketidakjelasan
hukum bagi notaris jika terjadi kesalahan dalam bertindak berdasarkan tugas dan

kewenangannya.
Sebenarnya sanksi pidana dapat diterapkan apabila adanya bukti suatu
pelanggaran hukum yang menghubungkan dengan perbuatan pidana sebagai alternatif
bagian dalam penyelesaian suatu perkara hukum. Karena Sanksi pidana merupakan
Ultimum Remedium, yaitu obat terakhir, apabila sanksi atau upaya-upaya pada cabang

hukum lainnya tidak mempan. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi.7Dengan
terjadinya kasus/perkara semacam ini maka akan menyebabkan notaris harus keluar
masuk gedung pengadilan untuk mempertanggungjawabkan akta yang telah dibuatnya,
mengingat notaris merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
dimana dibuat setelah ditandatangani oleh para pihak dan menjadi Dokumen Negara.
Sehubungan dengan hal tersebut Penulis tertarik untuk Membahas dan
Menganalisis mengenai, Bagaimana Perumusan Unsur-Unsur Perbuatan Pidana Terhadap
Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris Dan Bagaimana Akibat
Hukumnya Terhadap Pemalsuan Akta OtentikYang Dilakukan Oleh Notaris.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah sebagai berikut:
1.


Bagaimana Perumusan Unsur-Unsur Perbuatan Pidana Terhadap Pemalsuan Akta
Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris?

2.

Bagaimana akibat Hukum terhadap pemalsuan akta otentik yang dilakukan oleh
Notaris

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjuan Profesi dan Kode Etik Notaris
1. Pengertian Notaris
Secara umum dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan Notaris adalah Pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan Perundang-undangan dan
atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam suatu
aktaotentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan
grosse salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
Undang-undang.

2. Notaris Sebagai Profesi
Notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang
menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan
umum dan inti tugas notaris adalah mengatur secara tertulis dan autentik hubunganhubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa notaris. Menurut
Ismail Saleh, notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi yang
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.

Mempunyai integritas moral yang mantap.

2.

Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri (kejujuran intelektual)

3.

Sadar akan batas-batas kewenangannya.

4.


Tidak semata-mata berdasarkan uang.

Lebih jauh Ismail Saleh mengatakan bahwa empat pokok yang harus diperhatikan
para notaris adalah sebagai berikut:
a.

Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang notaris harus mempunyai integritas
moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral harus melandasi
pelaksanaan tugas profesinya. Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang
tinggi, namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus
dihindarkan.

b.

Seorang notaris harus jujur, tidak hanya pada kliennya, juga pada dirinya sendiri.
Ia harus mengetahui akan batas-batas kemampuannya, tidak member janji-janji
sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau agar si klien tetap mau memakai
jasanya.

c.

Seorang notaris harus menyadari akan batas-batas kewenangannya. Ia harus
menaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa jauh ia dapat
bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak di tempat kedudukannya
sebagai notaris.

d.

Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang lugas untuk
mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugas profesinya ia tidak sematamata didorong oleh pertimbangan uang. Seorang notaris yang Pancasilais harus
tetap berpegang teguh kepada rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh
jumlah uang, dan tidak semata-mata hanya menciptakan alat bukti formal
mengejar adanya kepastian hukum, tapi mengakibatkan rasa keadilan.

3.

Kode Etik Notaris
Di dalam menjalankan tugasnya seorang notaris harus berpegang teguh kepada
kode etik jabatan notaris. Dalam kode etik Notaris Indonesia telah ditetapkan beberapa
kaidah yang harus dipegang teguh oleh notaris (selain memegang teguh kepada peraturan
jabatan notaris), diantaranya adalah:

a) Kepribadian notaris, hal ini dijabarkan kepada:
i.

Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai pancasila, sadar dan taat kepada hukum
peraturan jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa
Indonesia yang baik.

ii.

Memiliki perilaku professional dan ikut serta dalam pembangunan nasional,
terutama sekali dalam bidang hukum.

iii.

Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan notaris,
baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya.

b) Dalam menjalankan tugas, notaris harus:
i.

Menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan dengan
penuh rasa tanggung jawab.

ii.

Menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undangundang, dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak
menggunakan perantara.

iii.

Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi.

c) Hubungan notaris dengan klien harus berlandaskan:
i.

Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya
dengan sebaik-baiknya.

ii.

Notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum
yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya.

iii.

Notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yang kurang
mampu.

d) Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah:

i.

Hormat menghormati dalam suasana kekeluargaan.

ii.

Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama.

iii.

Saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atas dasar
solidaritas dan sifat tolong menolong secara konstruktif.

4. Pelanggaran dalam Kode Etik Notaris
a. Larangan Notaris dalam Menjalankan Tugasnya Jabatannya.
Sesuai dengan Rumusan Komisi D Bidang Kode Etik Ikatan Notaris (INI) Periode
1990-1993 mengenai Larangan-larangan dan ketentuan-ketentuan tentang Perilaku
Notaris dalam menjalankan jabatannya, anggota Ikatana Notaris Indonesia dilarang :
1) mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan;
memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor Notaris” di
luar lingkungan kantor;
2) melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama,
dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media cetak
dan/atau elektronik, dalam bentuk: iklan; ucapan selamat; ucapan belasungkawa;
ucapan terima kasih; kegiatan pemasaran; kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial,
keagamaan, maupun olah raga;
3) bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada hakekatnya bertindak
sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien;
4) menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh
pihak lain;
5) mengirimkan

minuta

kepada

klien

untuk

ditandatangan;

berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang berpindah dari notaris

lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan
maupun melalui perantaraan orang lain;
6) melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-dokumen yang
telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan psikologis dengan maksud agar klien
tersebut tetap membuat akta padanya;
7) melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang menjurus ke
arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama rekan Notaris;
8) menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih
rendah

dari

honorarium

yang

telah

ditetapkan

perkumpulan;

9) mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kantor Notaris
lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang bersangkutan;
10) menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang dibuat olehnya.
Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau menemukan suatu akta yang dibuat
oleh rekan sejawat yang ternyata di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang
serius dan/atau membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan
kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara
yang tidak bersifat menggurui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang
tidak diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut;
11) membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan tujuan
untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga, apalagi menutup
kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi;
12) menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
13) melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai pelanggaran
terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas pada pelanggaran-

pelanggaran terhadap: Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris; Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor
30 tahun 2004 tentang jabatanNotaris; isi sumpah jabatan Notaris; Hal-hal yang
menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan/atau Keputusankeputusan lain yang telah ditetapkan oleh organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak
boleh dilakukan oleh anggota
Sedangkan pengecualian atau tidak termasuk larangan, adalah:
1) memberikan ucapan selamat, ucapan berdukacita dengan mempergunakan kartu
ucapan, surat, karangan bunga ataupun media lainnya dengan tidak mencantumkan
Notaris, tetapi hanya nama saja;
2) pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon, fax dan
telex, yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom dan/atau instansi-instandan/atau
lembaga-lembaga resmi lainnya;
3) memasang 1 (satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20 cm x 50
cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam, tanpa mencantumkan nama Notaris
serta dipasang dalam radius maksimum 100 meter dari kantor Notaris.
B. Analisis putusan Mahkamah Agung Nomor 1847 K/Pid/2010
1. Kronologi
Bahwa ia Terdakwa Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH.MH pada tanggal 26
Desember 1990 bertempat di Kantor Notaris Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH Jalan
Palang Merah No.56 Medan atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, Memalsukan surat Akta Authentik yang
dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut :
Bermula Terdakwa Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH.MH pada hari Rabu
tanggal 26 Desember 1990 di Kantor Notaris Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH Jalan
Palang Merah No. 56 Medan, didatangi Haji Sugeng Imam Soeparno untuk membuat

perubahan-perubahan pada Akta Authentik No. 132 tanggal 26 Desember 1990, Terdakwa
menuliskan perubahan-perubahan dan pengurangan serta menghilangkan isi yang ada dalam
asli/Minuta Akta Yayasan Trie Argo Mulyo Nomor 132 tanggal 26 Desember 1990 ke dalam
selembar kertas kosong,lampiran tersebut kami lampirkan,dalam daftar lampiran.
Isi Akta yang telah dirubah Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. pada hari
Senin targgal 25 Juni 2007 sekira pukul 11.00 Wib di Kantor Pengadilan Negeri Medan Jalan
Pengadilan No. 08 Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Akta Authentik No 132 tanggal 26
Desember 1990 yang seolah-olah sesuai dengan isi Minuta Asli salinan kedua Akte No. 132
tanggal 26 Desember 1990 yang dibuat oleh Notaris Soeparno, SH selaku pejabat yang
menampung protokol Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. digunakan oleh saksi Haji
Sugeng Imam Soeparno sebagai barang bukti dalam perkara Perdata di Pengadilan Negeri
Medan Nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08 September 2006. yang dibuat oleh
Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. mengakibatkan kerugian kepada saksi Alwi
selaku Direktur Operasional PT. Pancing Business Centre Medan (pelapor) yaitu kalah dalam
sidang perdata nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08 September 2006 ;
Isi Akta yang telah dirubah Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. pada hari
Senin targgal 25 Juni 2007 sekira pukul 11.00 Wib di Kantor Pengadilan Negeri Medan
Jalan Pengadilan No. 08 Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Akta Authentik No 132
tanggal 26 Desember 1990 yang seolah-olah sesuai dengan isi Minuta Asli salinan kedua
Akte No. 132 tanggal 26 Desember 1990 yang dibuat oleh Notaris Soeparno, SH selaku
pejabat yang menampung protokol Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. digunakan
oleh saksi Haji Sugeng Imam Soeparno sebagai barang bukti dalam perkara Perdata di
Pengadilan Negeri Medan Nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08 September 2006.
yang dibuat oleh Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. mengakibatkan kerugian
kepada saksi Alwi selaku Direktur Operasional PT. Pancing Business Centre Medan
(pelapor) yaitu kalah dalam sidang perdata nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08
September 2006.
Akibat

dari

perbuatan

Terdakwa

mengakibatkan suatu kerugian berupa :

memalsukan

surat

Akta

Authentik

a. Bahwa PT. Pancing Business Centre Medan tidak dapat melakukan transaksi
penjualan ruko-ruko, yang telah dibangun di atas lahan seluas 47,7 (empat puluh
tujuh koma tujuh) Ha. Yang terletak di Jalan Willem Iskandar (dahulu Jalan Pancing)
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ;
b. Bahwa PT. Pancing Business Centre Medan tidak dapat melakukan proses balik nama
terhadap ruko-ruko maupun lahan kosong yang telah dijual kepada konsumen di
Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Deli Serdang ;
c. Mengakibatkan keuangan perusahaan PT. Pancing Business Centre Medan terganggu
terutama dalam hal membayar kredit uang di bank ;
d. Bahwa nama baik saksi selaku Direktur Operasional PT. Pancing Business Centre
Medan secara pribadi dan juga perusahaan PT. Pancing Business Centre Medan
menjadi tidak dipercaya lagi oleh pihak konsumen sehingga transaksi pembayaran
menjadi tidak terlaksana sehingga sangat merugikan perusahaan PT. Pancing
Business Centre Medan ;
e. Bahwa PT. Pancing Business Centre Medan telah mengalami kerugian materi sebesar
Rp. 1.154.242.000,- (satu miliar seratus lima puluh empat juta dua ratus empat puluh
dua ribu rupiah) untuk setiap bulan, sehingga kerugian materi yang dialami PT.
Pancing Business Centre Medan hingga saat sekarang ini adalah sebesar sekitar Rp.
10.000.000.000.- (sepuluh miliar rupiah).
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal
263 ayat (1) KUHPidana:
“Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan
sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau
yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan
maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu
seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya
dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan
hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.”
2. Putusan Pengadilan

Adapun putusan pengadilan yaitu:
1) Putusan PN Medan
a. Membaca putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1673/Pid.B/2008/-PN.Mdn. tanggal 18
Pebruari 2009 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
b. Menyatakan bahwa Terdakwa Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH.MH. telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana “Membuat Akte
Authentik Palsu” ;
c. Menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun ;
d. Menetapkan barang bukti berupa : Fotocopy minuta/asli Akta No. 132, tanggal 26
Desember 1990 dibuat Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH.MH. selaku Notaris
Medan yang beralamat di Jl. Palang Merah No. 56 Medan. Fotocopy yang dilegalisir
sesuai aslinya, 1 (satu) turunan asli Yayasan Trie Argo Mulyo, berkedudukan Medan
tanggal 26 Desember 1990 No. 132 yang dibuat oleh Notaris dan Pejabat Pembuat Akta
Tanah Drs. Ade Rachman Maksudi digunakan dalam perkara terdakwa Sugeng Imam
Suparmo
e. Menetapkan bahwa Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara sebesar Rp
1.000,- (seribu rupiah)
2) Putusan PT Medan
a. Membaca putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 265/PID/2009/PT.MDN. tanggal 26
Mei 2009 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
b. Menerima permintaan banding dari Kuasa Hukum Terdakwa tersebut ;
c. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 18 Pebruari 2009 No.
1673/pid.B/2008/PN.Mdn. yang dimintakan banding tersebut ;
d. Menetapkan barang bukti berupa : Fotocopy minuta/asli akta No. 132,

e. tanggal 26 Desember 1990 dibuat Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH.MH. selaku
Notaris Medan yang beralamat di Jl. Palang Merah No. 56 Medan. Fotocopy yang
dilegalisir sesuai aslinya, 1 (satu) turunan asli Yayasan Trie Argo Mulyo, berkedudukan
Medan tanggal 26 Desember 1990 No. 132 yang dibuat oleh Notaris dan Pejabat Pembuat
Akta Tanah Drs. Ade Rachman Maksudi, SH, dipergunakan dalam perkara Terdakwa
Sugeng Imam Soeparno ;
f. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam kedua tingkat
peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp 2.000,- (dua ribu rupiah) ;

3. Alasan kasasi yang diajukan oleh pemohon yaitu:
a. Bahwa judex facti Putusan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara tanggal 26 Mei 2009
Nomor : 265/PID/2009/PT.Mdn Jo, Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 18
Februari 2009 Nomor : 1673/Pid.B/2008/PN.MDN. TELAH SALAH MENERAPKAN
HUKUM DAN TIDAK MENERAPKAN HUKUM SEBAGAIMANA MESTINYA".
Pengadilan Tinggi dalam mengadili perkara ini pada tingkat banding", dari pertimbangan
hukum judex facti Pengadilan Tinggi Sumatera Utara tersebut di atas yang cuma 1 (satu)
halaman bahkan 1 (satu) alenia, terlihat bahwa judex facti Pengadilan Tinggi Sumatera
Utara hanya bertumpu pada kesimpulan Pengadilan Negeri Medan tentang terbuktinya
Dakwaan Primair yang kemudian menghukum Terdakwa dengan hukuman 3 (tiga) tahun
penjara, tanpa meneliti dengan cermat tentang adanya kesalahan dan kekeliruan
Pengadilan Negeri Medan dalam mempertimbangkan unsur-unsur delik yang didakwakan
terhadap Terdakwa, di mana senyatanya judex facti Pengadilan Negeri Medan hanya
mengkonstantir keterangan saksi yang ada dalam Berita Acara Penyidik, bukan
keterangan saksi yang diberikan di bawah sumpah dalam per-sidangan, padahal menurut
ketentuan Pasal 185 ayat 1 KUHAP menyatakan keterangan saksi yang dapat dijadikan
bukti keterangan saksi yang didengar di bawah sumpah di persidangan, sehingga judex
facti Pengadilan Negeri Medan telah salah dan keliru mengambil kesimpulan tentang
fakta hukum yang terungkap.

b.

Bahwa judex facti telah keliru dan tidak cermat dalam mempertimbangkan unsur unsur
delik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 264 ayat 1 KUHP bahkan tidak
mempertimbangkan bukti-bukti yang dihadirkan di persidangan yang terlampir dalam
Nota Pembelaan Penasihat hukum Terdakwa, dan juga tidak mempertimbangkan faktafakta yang terungkap di persidangan. Sebagaimana yang dimaksud dalam unsur-unsur
delik Pasal 264 ayat 1 KUHP dengan barang siapa adalah subyek hukum sabagai
pendukung hak dan kewajiban yang mampu bertanggungjawab di mana Terdakwa dalam
perkara pidana ini adalah Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. MH .

c. Bahwa judex facti telah salah dan keliru mempertimbangkan unsur "Memalsu Surat
Authentik yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian yang boleh
dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan" unsur delik ini adalah unsur
esensial dan Pasal 264 ayat (1) ke 1 e KUHPidana. Dalam kasus ini, jika dicermati
dengan seksama Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa di hadapkan di
persidangan ini, dengan tuduhan, bahwa Terdakwa telah "Memalsu Surat Authentik yang
dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian yang boleh dipergunakan sebagai
keterangan bagi sesuatu perbuatan yakni Akte No. 132 tanggal 26 Desember 1990”
dengan demikian perlu dibuktikan kebenaran materiil dalam perkara ini, yaitu apakah
Terdakwa ada "Memalsu Surat Authentik yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu
perjanjian yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan yakni
Akte No. 132 tanggal 26 Desember 1990” ;

d. Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan jelas ternyata unsur
"Memalsu Surat Authentik dan atau membuat surat palsu atau memalsukan surat yang
dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian yang boleh dipergunakan sebagai
keterangan bagi sesuatu perbuatan" tidak terbukti secara sah meyakinkan, maka
berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI yang pada pokoknya menyatakan
"Apabila salah satu unsur dari pasal yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan, mengakibatkan tidak terbuktinya dakwaan seluruhnya” (Vide: Yurisprudensi

Mahkamah Agung tanggal 7 April 1971 No. 17/71/Pid/PN-Kng), oleh sebabmana
Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan pertama ;
e. Esensial dari Pasal 264 ayat 1 KUH-Pidana tidak terbukti secara sah dan meyakinkan,
maka cukup alasan hukum apabila Terdakwa dibebaskan dari Dakwaan Primair dan nama
baik Terdakwa dipulihkan di tengah-tengah masyarakat, setidak-tidaknya Terdakwa
dinyatakan dilepas dari tuntutan hukum

4. Putusan Mahkamah Agung

Mahmakah Agung dalam mengambil keputusan dalam kasus ini dengan No putusan
1847/ K/Pid/2010 yang isinya MENOLAK PERMOHONAN KASASI TERDAKWA
Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH.MH,

Hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim daalam mengambil keputusan sebagai
berikut :

a. Bahwa Judec Facti tidak salah dalam

menerapkan hukum karena telah

mempertimbangkan hal-hal yang relevan secara Yuridis dengan benar yaitu
membuat akta palsu yang dilakukan oleh terdakwa merupakan perbuatan pidana

b. Bahwa keberatan-keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena
keberatan tersebut mengenai penilaain hasil pembuktian yang bersifat

penghargaan tentang suatu kenyataan,keberatan semacam ini tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat kasasi, karena pemeriksaan ditingkat
kasasi hanya berkenaan dengan tidak diterapkannya suatu peraturan hokum atau
peratutan hokum yang tidak diterapkan sebagaimana mestinya dan apakah cara
mengadili tidak sesuai dengan ketentuan Undang-undang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akibat Hukum terhadap pemalsuan akta otentik yang dilakukan oleh Notaris
yaitu dimana notaris terlibat dalam suatu tindak pidana apabila setiap akta yang
dibuat Notaris tidak bersumber pada aturan yang telah diatur dalam Undang-Undang
Jabatan Notaris (UUJN) serta apabila terdapat Notaris yang “nakal” dan berbuat
curang dalam membuat akta maka notaris tersebut dapat dijatuhi hukuman, akan
tetapi mekanisme yang perlu ditempuh adalah Harus menjalani Tiga (3) Ketentuan
yaitu Berdasarkan ketentuan yang pertama Menurut Peraturan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dapat diterapkan tentang pemecatan
jabatan/Notaris diberhentikan dari jabatannya oleh Pemerintah/Menteri dikarenakan
telah melalaikan/melanggar Kode Etik Profesi Notaris dalam menjalankan tugasnya
sebagai pejabat umum pembuat akta. Penerapan sanksi secara adminstratif/kode etik
notaris yangdijatuhkan berupa teguran lisan, tertulis sampai dengan pemberhentian
dengan tidak hormat dari Majelis Pengawas.Setelah melewati ketentuan pertama
Kemudian ditingkatkan Berdasarkan ketentuan yang Kedua yaitu Menurut Sanksi
Keperdataan pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang wajib
membayar ganti kerugian kepada para pihak yangdirugikan, dan kemudian dapat

ditindaklanjuti Berdasarkan ketentuan yang ketiga Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana pasal 264 ayat (1) yaitu pemalsuan surat yang diperberat sedangkan
Pasal266 ayat (1) yaitu pelaku penghadap/Klien yang menyuruh Notaris Melakukan
untuk memasukkan keterangan palsu kedalam akta otentik, dan bunyi dari masingmasing ayat (2) antara pasal 264 dan 266 KUHP isinya sama yaitu tentang pembuatan
akta dengan kesengajaan memakai akta seolah-olah isinya benar.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah kami sampaikan, penulis memberikan Saran
dan Rekomendasi agar:
1. Memberikan pelatihan terhadap Notaris secara berkala agar tidak melakukan
kesalahan yang fataldimana membawa dampak pengaruh buruk yang dapat
merugikan baik dari para pihak-pihak tertentu maupun diri sendiri dalam
pembuatan akta otentik
2. Menindak secara tegas perbuatan Notaris dimana diduga melakukan pelanggaran
kode etik profesi notaris yang dapat dikualifikasikan dalam tersangka tindak
pidana

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26