konsistensi representasi dalam pembelaja docx

MAKALAH PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul

: Analisis Konsistensi Respon siswa Dalam
Menyelesaikan

Persoalan

Fisika

Dengan

Menggunakan Tes Representatif Majemuk Pada
Pokok Bahasan GLB dan GLBB
Nama

: Sulastri Wahyuningsih


NIM

: 06101011028

Dosen Pengampu

: Dr. Sardianto MS, M.Si., M.Pd.
Taufiq, M.Pd
Syuhendri, S.Pd., M.Pd

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membangun suatu bangsa berarti meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya. Pendidikan merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Hal ini berarti pendidikan memiliki peranan penting
dalam pembangunan bangsa dan Negara. Di lingkungan sekolah pendidikan
memberikan bekal yang kuat dalam hal pengetahuan.
Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memberi banyak
kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun
sayangnya, bagi sebagian besar siswa menganggap belajar fisika merupakan

suatu momok yang menyeramkan. Fisika di anggap pelajaran yang sulit.
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, guru fisika hanya menyampaikan
definisi materi fisika secara sistematisnya tanpa memberikan pemahaman dan
memaknai konsep secara utuh. Hal ini menyebabkan siswa hanya terbatas
memahami materi fisika dengan cara representasi terbatas. Misalnya siswa
hanya bisa menyelesaikan persoalan fisika dengan cara sistematis dan tidak

1

bisa jika menyelesaikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik, dsb. Padahal
jika siswa memahami konsep fisika secara utuh, siswa mampu menyelesaikan
persoalan fisika meskipun disajikan dalam bentuk yang berbeda dan akan
konsisten dengan jawaban mereka. Oleh karena itu, untuk memahami konsepkonsep fisika, siswa harus terampil dalam menuangkan konsep-konsep
tersebut dengan berbagai cara atau bentuk/ reperesentasi majemuk (judyanto :
2010). Hal ini berarti siswa dituntut untuk lebih memahami konsep fisika
secara utuh bukan hanya dalam satu cara atau bentuk.
Kemudian untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan fisika dengan berbagai bentuk (diagram, grafik, tabel, dsb) dapat
menggunakan tes representasi majemuk. Judyanto (2010) mengatakan untuk
mengukur kekonsistensian siswa dalam menginterpretasikan permasalahan

fisika dengan representasi majemuk dapat dilakukan dengan menggunakan
tes representasi majemuk.
Tes merupakan alat evaluasi yang umum digunakan. Tes adalah suatu
rangkaian proses untuk mendapatkan informasi tentang penguasaan atau
kemampuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut Kohl dan Noah
(dalam Judyanto : 2010) mengatakan bahwa keterampilan representasi adalah
kemampuan yang harus dimiliki untuk menginterpresentasi dan menerapkan
berbagai konsep dalam memecahkan masalah-masalah secara tepat. Hal ini
berarti bahwa keterampilan representatif juga dapat digunakan untuk menilai
kekonsistensian siswa dalam menjawab persoalan fisika yang nantinya dapat
memberikan petunjuk seberapa besar pemahaman konsep yang dimiliki siswa
tersebut.
Repersentasi memiliki pengertian mewakili atau perwakilan. Sedangkan
representasi majemuk atau multi representasi merupakan representasi konsep
yang dilakukan dengan menggunakan banyak cara. Menurut Judyanto (2010)
sekurang-kurangnya terdapat 3 representasi dalam fisika, yaitu (1)
representasi verbal; (2) representasi fisis; dan (3) representasi matematis. Tes
representasi majemuk dapat digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi
siswa dalam menjawab persoalan fisika. Menggunakan tes representasi
majemuk


2

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, konsisten mempunyai arti tetap,
tidak berubah-ubah. Sedangkan konsistensi mempunyai arti ketetapan dan
kemantapan dalam menjawab persoalan fisika walaupun disajikan dalam
bentuk multi representasi. Menurut Ainsworth (dalam Judyanto: 2010)
mengatakan bahwa konsistensi respon siswa dalam memahami konsep fisika
menuntut pemahaman yang kebih dari siswa untuk melihat kesetaraan dari
permasalahan fisika yang dituangkan dengan berbagai cara.
Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti bermaksud meneliti tentang
konsistensi siswa dalam menjawab persoalan fisika yang disajikan dalam
bentuk multi representasi serta menemukan jenis representasi (verbal, fisis,
dan matematis) yang lebih di pahami siswadalam memahami konsep fisika.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalahnya dapat dirumuskan
sebagai berikut “ Bagaimana tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan
soal fisika yang disajikan dalam bentuk tes representasi majemuk?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka peneliti mempunyai tujuan

yaitu untuk mengetahui tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal
fisika yang disajikan dalam bentuk tes representasi majemuk.
1.4 manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. peneliti
Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang bagaimana menganalisis
tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal fisika yang disajikan
dalam bentuk tes representasi majemuk
2. guru

3

Memberikan masukan dan informasi bagi guru mengenai representasi
konsep atau konsep fisika yang paling dikuasai siswa dan tidak dikuasai
siswa.
3.

Siswa
Mengetahui tingkat konsistensi dalam menyelesaikan persoalan fisika dan
diharapkan memperbaiki atau meningkatkan representasi konsep yang tidak

di kuasai.

4.

Sekolah
Masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dimasa yang akan
datang.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Hakikat Tes
II.1.1Pengertian Tes
Tes merupakan jenis instrumen yang banyak digunakan dalam
evaluasi. Tes merupakan alat ukur yang berbentuk pertanyaan atau latihan,
dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada seseorang atau
sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk pertanyaan, maka tes
harus

dapat


memberikan

informasi

mengenai

pengetahuan

dan

kemampuan obyek yang diukur.
Menurut tarsidi, Secara umum tes terbagi atas:
1.

Maximum Performance tes, mengukur seluruh kemampuan siswa dan
seberapa baik dapat melakukannya. Dalam hal ini pertanyaan (tugas) yang
diberikan harus jelas struktur dan tujuannya, serta arah jawaban yang
dikehendakinya. Di sini ada jawaban betul dan salah, misalnya: tes
kemampuan/bakat, dan tes hasil belajar.


2.

Typical Performance tes, mengukur kecenderungan reaksi atau perilaku
individu dalam situasi tertentu. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar –
salah, misalnya: tes kepribadian, sikap, minat.

II.2

Hakikat Representasi
4

II.2.1 Pengertian Representasi
Repersentasi memiliki pengertian mewakili atau perwakilan.
Menurut Goldin dan Ulfarina (dalam Judyanto : 2010) mengatakan
bahwa representasi merupakan suatu bentuk atau susunan yang dapat
menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu dalam suatu
cara. Prain dan waldrip (dalam Judyanto:2010) mengatakan bahwa
representasi majemuk (multi representasi) berarti mempresentasi ulang
konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya secara

verbal, gambar, grafik dan matematik. Ainsworth (dalam Judyanto: 2010)
mengungkapkan bahwa representasi majemuk merupakan suatu cara
yang digunakan untuk memperlihatkan suatu materi ataupun konsep
dengan cara yang berbeda-beda, baik melalui gambar, teks, diagram,
persaman, dan lain sebagainya. Dengan arti yang lebih sederhana
representasi majemuk atau multi representasi merupakan representasi
konsep yang dilakukan dengan menggunakan banyak cara.
II.2.2 Peran dan Fungsi representasi Majemuk
Memahami

dari

pengertiannya,

representasi

majemuk

dapat


digunakan dalam mengukur kedalaman konsep yang dikuasi siswa.
Representasi majemuk juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika. Ainsworth
(dalam

Judyanto:2010)

mengungkapkan

fungsi

dari

representasi

majemuk dalam pembelajaran menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Untuk melengkapi representasi lain. Setiap representasi mungkin
berbeda baik dalam setiap pengungkapan informasi atau dalam setiap
proses pendukung. Sebuah representasi tunggal mungkin tidak cukup
untuk membawa semua informasi atau terlalu rumit untuk siswa dalam

penafsirannya.

5

2. Untuk membatasi dan memandu representasi lain. Misalnya, grafik
dapat digunakan untuk memandu penafsiran persamaan.
3. Untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam. Lebih
lengkapnya, fungsi dari representasi majemuk dapat dilihat dari skema

fungsi representasi majemuk yang tertuang dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
skema fungsi representasi majemuk menurut Ainsworth (dalam
Judyanto :2010)

II.2.3 Format Representasi
Loviza (dalam judyanto : 2010) mengatakan bahwa dalma fisika ada
beberapa format representasi yang dapat dimunculkan. Format-format
tersebut adalah :
1. Deskripsi verbal

6

Untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah satu cara
yang tepat untuk digunakan dalam suatu pembelajaran atau sebagai
penarik kesimpulan.
2. Gambar/ diagram
Gambar membantu memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat
abstrak. Dalam fisika bentuk diagram yang digunakan disesuaika
dengan konsep pelajaran. Misalnya diagram benda bebas, diagram
muka gelombang , dan sebagainya.
3. Grafik
Grafik dapat mempersingkat penjelasan yang panjang mengenai suatu
konsep. Akan

tetapi

penggunaan

grafik

memerlukan

suatu

kemampuan yang tinggi bagi siswa dalam menginterpretasikan
konsep.
4. Matematik
Matematik dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan kuantitatif.
Penggunaan representasi matematik ini misalnya menerapkan rumusrumus fisika dalam menyelesaikan soal-soal fisika serta memerlukan
penguasaan matematika yang baik.

II.3 Tes Berbasis Representasi Majemuk
Tes berbasis representasi majemuk merupakan tes pilihan ganda
hasil pengembangan dari R-FCI (Representational Of force Concept
Inventory) yang dikembangkan oleh peneliti asal firlandia yang
digunakan untuk meneliti konsistensi siswa (Judyanto:2010). Lebih
lanjut menurut Judyanto R-FCI merupakan tes dengan 9 tema berbeda

7

mengenai konsep gaya. Dari 9 tema yang berbeda mengenai konsep
gaya. Dari setiap tema tersebut, dibuat menjadi 3 soal dengan konsep dan
konteks yang dibuat semirip mungkin pada stamp-nya untuk setiap soal
namun dengan pilihan alternative (option) yang berbeda representasinya
seperti menggunakan gambar, grafik, verbal, persamaan matematis,
vektorial

dan

sebagainya.

Tes

berbasis

representasi

majemuk

dikembanagkan dengan cara yang sama namun disesuaikan dengan
konsep dan materi pelajaran yang berbeda. Dalam penelitian ini tes
representasi yang dikembangkan mengenai konsep gerak.
II.4 Konsistensi
Mempertahankan jawaban, pemikiran, bahkan prinsip membutuhkan
suatu konsistensi sikap yang baik. Kebenaran tidak pernah dicapai sekali
untuk selamanya melainkan harus terus dicari, dikejar dan diusahakan.
Kebenaran mustahil di dapatkan jika kita tidak memiliki sikap yang
konsisten. Demikian pula dalam membangun argumentasi perlu suatu
sikap konsisten untuk mempertahankan suatu argumentasi.
Konsistensi memiliki banyak pengertian, dalam kamus besar bahasa
Indonesia, konsisten mempunyai arti tetap, tidak berubah-ubah. Menurut
Hogarth (dalam Judyanto:2010) ada dua pengertian konsisten secara
umum. Pertama, konsisten adalah pemberian respon yang sama karena
telah terbiasa meresepon permasalahan tersebut dengan cara yang sama.
Misalnya ketika seseorang selalu menggunakan sandal untuk alas kaki
diberikan sepatu dan sandal kemudian dia memilih sandal maka kita
dapat mengatakan orang tersebut konsisten dengan penggunaan sandal.
Kedua, konsisten adalah pemberian respon yang sama ketika diberikan
permasalahan atau stimulus yang sama pada saat bersamaan. Misalnya,
ketika seorang siswa diberikan dua tugas yang sama oleh gurunya,
kemudian siswa tersebut menjawab untuk kedua tugas tersebut maka kita
dapat mengatakan bahwa sisiwa tersebut konsisten.

8

II.4.1 Konsisten Representasi
Konsistensi representasi merupakan kemampuan siswa untuk
menggunakan representasi yang berbeda secara konsisten tanpa melihat
kebenaran ilmiahnya (Judyanto:2010). Lebih lanjut menurut Judyanto,
konsistensi representasi bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari
kesetaraan dari berbagai representasi tanpa melihat benar atau tidaknya
jawaban siswa dari segi konsep untuk permasalahan yang diberikan.

III.

Metodologi Penelitian

III.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Dengan variabel terikat yaitu konsistensi siswa sedangkan variabel bebasnya
adalah tes representasi majemuk.
III.2 Lokasi dan sampel penelitian
Penelitian akan dilakukan disalah satu SMA di kota Palembang. Sedangkan
yang menjadi sampel dalam penelitian adalah satu kelas dari keseluruhan
populasi yang dipilih.pengambilan sampel menggunakan teknik random
sampling yaitu sampel dari anggota populasi diambli secara acak.
III.3 Prosedur penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas 3 tahap utam, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada bagan berikut.

9

Perencanaan
menetukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian
mengurus surat izin penelitian
men-judgment instrumen (tes) kepada dosen pembimbing dan satu guru mata
pelajaran fisika yang ada disekolah tempat penelitian akan dilaksanakan
merevisi/memperbaiki instrumen
melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama
dengan sampel
menganalisis secara statistik hasil uji coba instrumen meliputi validitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas

Tahap pelaksanaan
penentuan sampel
pelaksanaan penelitian

Tahap akhir
mengolah data
menganalisis dan membahas secara deskriptif
menarik kesimpulan
III.4 Instrumen penelitian
Instrumen penelitiannya adalah Tes. Tes yang digunakan adalah tes pilihan
ganda terdiri dari tes representasi majemuk dengan 5 pilihan jawaban. Butir
soal dalma tes mencakup soal piliahn ganda yang saling berhubungan denag
setiap tiga soal tes memiliki tema soal yang sma serta stamp dari ketiga soal
tersebut dibuat semirip mungkin namun memiliki perebdaan dalam
representasi pada optionnya. Sebelum diujikan pada sampel penelitian, soal

10

terlebih dahulu diujicobakan pada kelas yang memiliki persamaan criteria
dengan sampel. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis secara statistic.
Analisis ini meliputi validitas butir soal, uji daya pembeda butir soal, dan uji
tingkat kesukaran butir soal.
a. Validitas butir soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Arikunto:2009). Sebuah instrumen dikatakn
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat.
Nilai validitas dapat ditentukan dengn menggunakan rumus :
r xy =

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )

√ {N ∑ X −( ∑ X ) } { N ∑ Y − ( Y ) }
2

2

2

2

(Arikunto,

2009:171)
Dimana:

r xy =r hitung

=

∑X
∑Y

koefisien korelasi
=

Jumlah skor item

= Jumlah skor total
N
= Jumlah responden
Dimana: rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. Menurut
Arikunto (2009:75), kriteria koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4.1
Interpretasi validitas

Harga

Koefisien korelasi
0,000 – 0,200

Kriteria
Sangat rendah

0,200 – 0,400

Rendah

0,400 – 0,600

Cukup

0,600 – 0,800

Tinggi

0,800 – 1,000

Sangat tinggi

r hitung

moment. Jika

dikonsultasikan dengan

r tabel

pada tabel product

r hitung > r tabel berarti butir soal valid.

b. Reliabilitas tes

11

Reliabilitas tes merupakan tingkat keajegan suatu tes untuk dapat
dipercaya menghasilkan skor yang konsisten. Instrumen yang baik dapat
memberikn data sesuai dengan kenyataan. Dalam penelitian ini
menggunakan rumus Kuder-Richardson
r

11=

n
( n−1
)(

s2−∑ pq
s

2

)

(Arikunto:2009)

Keterangan :
n = jumlah item soal
p = proporsi subjek yang menjawab item benar
q = proporsi subjek yang menjawab item salah
s2 = standar deviasi dari tes
selanjutnya nilai r11 diinterpretasikan untuk menentukan reliabilitas
instrumen dengan menggunakan criteria pada tabel 3.4.2 (Arikunto : 2009)
Tabel 3.4.2
Interpretasi reliabilitas
Koefesien Korelasi

Kriteria reliablitas

0,81≤r11≤1,00
0,61≤r11≤0,80

Sangat tinggi
Tinggi

0,41≤r11≤0,60

Cukup

0,21≤r11≤0,40

Rendah

0,00≤r11≤0,20

Sangat rendah

c. Tingkat kesukaran butir soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Rumus mencari P adalah:

P=

B
JS

(Arikunto, 2009:208)

Di mana:
P

=

Taraf kesukaran

B

=

banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS

=

jumlah seluruh siswa peserta

12

Tabel 3.4.3
Interpretasi tingkat kesukaran
Koefisien

Interpretasi

0,10 – 0,30

soal sukar

0,30 – 0,70

soal sedang

0,70 – 1,00
soal mudah
d. Daya pembeda butir soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
kurang pandai (berkemampuan rendah). Dalam hubungan ini, patokan
yang umum dipakai adalah sebagai berikut:
Klasifikasi daya pembeda (Arikunto, 2009: 218):
- D :
0,00 – 0,20
:
jelek (poor)
- D :
0,20 – 0,40
:
cukup (satisfactory)
- D :
0,40 – 0,60
:
baik (good)
- D :
0,70 – 1,00
:
baik sekali (excellent)
- D :
negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat
digunakan rumus berikut:

D=

BA
JA



BB
JB

=P A−P B

(Arikunto, 2009:213)

Dimana:
D : Indeks Diskriminasi Item
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
13

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
III.5 Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes berupa tes
representasi majemuk yaitu tes pilihan ganda dengan 9 tema yang berbeda
mengenai konsep GLB dan GLBB. Dari setiap tema tersebut dibuat menjadi 3
soal dengan konsep dan konteks yang dibuat semirip mungkin pada stampnya untuk setiap soal namun dengan pilihan alternative (option) yang berbeda
representasinya seperti menggunakan gambar, grafik, verbal, persamaan
matematis, vektorial dan sebagainya
III.6 Teknik analisis data
a. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan data. Data pada
penelitian

ini

berupa

skor

tes

representasi

majemuk.

Untuk

mendeskripsikan data penelitian maka digunakan teknik statistic.
b. Pemberian skor untuk setiap item tes
Penskoran pertama yang dilakukan adalah penskoran Right Only, yaitu
jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi skor nol.
Penskoran ini dilakukan pada keseluruhan item tes yang digunakan dalam
penelitian. Skor setiap item tes ditentukan dengan menghitung jumlah
jawaban yang benar dari setiap siswa untuk setiap soal. Pemberian skor
dihitung dengan menggunakan :
s i=∑ R
Keterangan :
si =Skor untuk setiap item tes
R = Jawaban siswa yang benar
c. Pemberian skor untuk setiap tema soal
Dalam teknik penskoran dari soal tes representasi majemuk untuk
menentukan konsistensi representasi, maka digunakan penskoran untuk
setiap tema soal sebagai berikut.

14

a) Dua poin, bila memilih jawaban yang setara dari 3 soal dengan tema
yang sama;
b) Satu poin, bila memilih jawaban yang setara dari 2 soal dengan tema
yang sama;
c) Nol point, bila tidak ada jawaban yang setara dari soal dengan tema
yang sama.
Penskoran diatas berlaku untuk semua jawaban dan tidak melihat apakah
jawaban tersebut benar atau salah. Setelah mendapatkan skor dari setiap
tema soal, maka diambil nilai rata-rata untuk setiap tema soal dan juga
untuk setiap siswa. Untuk nilai rata-rata setiap tema soal diambil dari skor
keseluruhan untuk tema tersebut dibagi dengan jumlah siswa. Sedangkan
untuk nilai rata-rata siswa diambil dari jumlah skor siswa untuk semua
tema soal dibagi dengan jumlah tema soal setiap pertemuan pembelajaran.
Kemudian diinterpretasikan nilainya sesuai dengan tabel 3.1 (Nieminen at
al, dalam Judyanto:2010 ).
Tabel 3.1
Interpretasi Tingkat Kekonsistenan Siswa
Rata-rata Skor

Tingkat Kekonsistenan

0,00 – 1,20
1,21 – 1,69

Tidak konsisten
Konsisten

1,70 – 2,00

Sangat Konsisten

d. Uji coba instrumen
Untuk memperoleh instrument tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji
cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian. Uji coba ini
dilakukan kepada siswa yang memiliki kesamaan karakter dengan siswa
yang menjadi sampel penelitian. Data hasil uji coba kemudian dianalisis
secara statistic yang meliputi uji validitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan reliabilitas sehingga diperoleh keputusan layak atau

15

tidaknya intrumen yang dibuat untuk dijadikan sebagai instrumen
penelitian.

16

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi
Aksara.
Judyanto. 2010.

Analisis konsistensi Respon Siswa SMA Terhadap Tes

Representasi Majemuk Menggunakan Model Numbered Head Together
Dalam

Pembelajaran

Fisika.

[online].

Tersedia:

http://www.repository.upi.edu/skripsiview.php?
export=word&no_skripsi... [diakses: 9 April 2013]
Patrick B. kohl dan Noah D. Finkelstein. (2006). Representational Format
Studennt Choice, and Problem Solving in Physics. [online]. Tersedia:
http://www.colorado.edu/physics/EducationIssues/papers/PK_PERC.pdf
[17 April 2013]
Tarsidi,

Inding.

(-).

Fermormance

Test.

[online].

Tersedia:

http://www.google.com/MAKALAH_PERFORMANCE_TEST.pdf.
[19 april 2013]

17