59 BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Examples Non Examples pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X MAN
Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan” akan diuraikan pada bab ini. Hasil
penelitian ini menjadi dasar dalam pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.
Bab ini dibagi dalam berbagai sub bagian yaitu deskripsi data, analisis data,
pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian untuk mempermudah
dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Adapun data penelitian ini meliputi
dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
A. Deskripsi Data
Data yang diperolah dari penelitian ini merupakan hasil belajar siswa dan
afektif siswa selama belajar. Hasil belajar siswa didapat dengan memberikan tes
akhir pada akhir pembelajaran setelah materi telah tuntas dibahas. Penilaian
afektif siswa diperoleh dari lembar observasi selama proses pembelajaran
berlangsung. Data tentang hasil belajar fisika siswa berguna untuk melihat
seberapa besar skor hasil belajar siswa yang diperoleh setelah diberikan perlakuan
yang berbeda pada ke dua kelas sampel. Sedangkan data tentang aktifitas siswa
berguna untuk mengetahui persentase perbedaan aktifitas siswa pada kedua kelas
sampel.


59

60

1. Aspek Afektif
Data penilaian terhadap aspek afektif siswa diambil selama proses
pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan. Untuk mendapatkan data
ini, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran fisika kelas X, yaitu Ibu Rahmi
Fitri, S.Pd, selama lima kali pertemuan tatap muka.
Penilaian pada ranah afektif meliputi dua aspek, yaitu: mengungkapkan
pendapat dan menangapi jawaban teman. Penilaian ini dilakukan melalui
lembar observasi. Masing-masing indikator terdiri dari dua deskriptor
penilaian. Cara mendapatkan data pada penilaian afektif ini dengan memberi
tanda ceklis (√) padakolom yang disediakan dalam format lembar observasi
untuk setiap indikator yang dilakukan selama proses pembelajaran. Data hasil
belajar aspek afektif kelas sampel selama penelitian dapat dilihat pada Tabel
4.1 berikut ini:
Tabel 4.1. Hasil Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Pertemuan

1
2
3
4
Sikap mau
50,00 57,14 60,7 71,43
E
mengungkapk
1
1
an pendapat
50,00 62,50 66,6 58,33
K
7
Sikap mau
57,14 35,75 62,5 60,71
E
menanggapi
0
2

jawaban teman
39,58 50,00 52,0 41,67
K
8
Keterangan:
E: Kelas Eksperimen
K: Kelas Kontrol
N
o

Aspek

5
78,5
7
60,4
2
78,5
7
56,2

5

Ratarata
63,57
59,58
58,93
47,91

Tabel 4.1 di atas memperlihatkan bahwa proporsi penilaian siswa pada
ranah afektif untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal

61

ini tampak dari setiap aspek penilaian yang dilakukan setiap kali pertemuan.
Terkait dengan aspek mau menerima, rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, rata-rata sikap mau
mengungkapkan pendapat adalah

̅ = 63,57 dan kelas kontrol ̅ = 59,58.


Rata-rata sikap mau menanggapi jawaban teman adalah ̅ = 58,93 dan kelas

kontrol ̅ = 47,91.

2. Aspek Kognitif
Hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol diambil melalui tes akhir
berupa soal tes objektif sebanyak 20 butir soal yang dapatdilihat pada
lampiran VII. Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diikuti oleh 14 orang
siswa dan kelas kontrol 12 orang siswa. Hasil yang diperoleh dikedua kelas
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2. Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimendan Kontrol
Frekuensi
No
1
2
3
4
5
6

7

Interval
Nilai
60 – 65
66 – 71
72– 77
78– 83
84 – 89
90 – 95
96 –101
N
Nilai Max
Nilai Min

Eksperimen

Kontrol

3

1
2
1
2
3
2
14
100
60

3
2
4
2
1
12
90
65

Frekuensi

No

Interval
Nilai

Eksperimen

Kontrol

62

Ketuntasan dan
Persentase
̅

S

Tuntas 10 Orang
(71,43%)
Tidak Tuntas 4

Orang (28,57%)
81,07
173,71
13,18

Tuntas 7 Orang
(58,33%)
Tidak Tuntas 5
Orang (41,67%)
71,67
74,30
8,62

Tabel 4.2 menyajikan informasi lengkap yang dapat membedakan hasil
belajar fisika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan
statistik deskriptif, untuk materi alat ukur listrik dan gelombang
elektromagnetik. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada kelas
eksperimen, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60, sedangkan nilai
tertingginya adalah 100. Siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 4 orang (28,57%) sedangkan siswa

yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 10 orang (71,42%). Rata-rata
hasil belajar kelas eksprimen adalah 81,07, sedangkan simpangan
baku/standar deviasi (S) adalah 13,18 beserta ragamnya (S2) adalah 173,71.
Selain menyajikan data tentang kelas eksperimen, tabel 4.2 juga
menyajikan informasi statistik desriptif tentang kelas kontrol. Dari tabel
diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai
tertingginya adalah 90. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM
sebanyak 5 orang (41,67%) sedangkan siswa yang memperoleh nilai diatas
KKM sebanyak 7orang (58,33%). Rata-rata hasil belajar kelas kontrol adalah
71,67, sedangkan simpangan baku/standar deviasi (S) adalah 8,62 beserta
ragamnya (S2) adalah 74,30.

63

B. Analisis Data
1. Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif
Analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar ranah afektif adalah
dengan menghitung proporsi masing-masing indikator. Proporsi masingmasing indikator dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

Keterangan :


( )

A = proporsi indikator
X = siswa yang melakukan indikator
n = jumlah siswa yang menjadi sample

Masing-masing proporsi pada setiap indikator dimasukkan ke tabel
dengan membandingkan antara kelas eksperimen dan kontrol. Analisis hasil
belajar ranah afektif dideskripsikan ke dalam diagram batang untuk setiap
aspek penilaian. Bentuk diagram batang hasil belajar siswa ranah afektif
dalah sebagai berikut:
1) Aspek mau mengungkapkan pendapat
Penilaian pada aspek mau mengungkapkan pendapat meliputi dua
indikator, yaitu: berani mengungkapkan pendapat dan mampu mengajukan
pernyataan yang tepat dan ide-ide yang baru. Berdasarkan data hasil
belajar aspek afektif kelas sampel selama penelitian setelah dirata-ratakan
sesuai dengan tabel 4.1, dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram
batang pada Gambar 4.1 di bawah ini:

64

Aspek Mau mengungkapkan Pendapat

Nilai

80
60
40
20
0

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1

2

3

4

5

Pertemuan ke-

Gambar 4.1. Grafik persentase siswa yang memenuhi aspek
sikap mau mengungkapkan pendapat
Hasil penilaian untuk aspek sikap mau mengungkapkan pendapat
menunjukkan peningkatan. Dari gambar 4.1 dapat dilihat pada setiap
pertemuan aspek sikap mau mengungkapkan pendapat kelas eksperimen
mengalami peningkatan dibanding kelas kontrol. Perbandingan persentase
rata-rata siswa yang memenuhi aspek sikap mau mengungkapkan pendapat
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah, kelas eksperimen ̅ =
63,57% berada pada klasifikasi sangat baik sedangkan kelas kontrol ̅ =

59,58% berada pada klasifikasi baik. Data hasil belajar aspek afektif kelas

sampel selama penelitian dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 4.3
berikut ini:
Tabel 4.3. Klasifikasi Penilaian Aspek Mau Mengungkapkan
Pendapat Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No

Pertemuan

1
2
3
4

1
2
3
4

Sikap mau mengungkapkan pendapat
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai
Kriteria
Nilai
Kriteria
50
Cukup
50
Cukup
57,14
Cukup
62,5
Baik
60,71
Cukup
66,67
Baik
71,43
Baik
58,33
Cukup

65

No
4
5

Sikap mau mengungkapkan pendapat
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai
Kriteria
Nilai
Kriteria
71,43
Baik
58,33
Cukup
78,57
Baik
60,42
Cukup
63,57
Baik
59,58
Cukup

Pertemuan
4
5
Rata-rata

2) Aspek mau menanggapi jawaban teman
Penilaian pada aspek mau menanggapi jawaban teman meliputi dua
indikator, yaitu: berani menanggapi jawaban teman dan mampu
mengomentari jawaban teman dengan tepat dan baik. Berdasarkan data
hasil belajar aspek afektif kelas sampel selama penelitian setelah dirataratakan sesuai dengan tabel 4.1, dapat digambarkan ke dalam bentuk
diagram batang pada Gambar 4.2 di bawah ini:
Aspek Mau Menanggapi Jawaban Teman
80
Nilai

60
40

Kelas Eksperimen

20

Kelas Kontrol

0
1

2

3

4

5

Pertemuan ke-

Gambar 4.2. Grafik persentase siswa yang memenuhi aspek
sikap mau menanggapi jawaban teman
Hasil penilaian untuk aspek sikap mau menanggapi jawaban teman
menunjukkan peningkatan. Dari gambar 4.2 dapat dilihat pada setiap
pertemuan aspek sikap mau menanggapi jawaban temankelas eksperimen

66

mengalami peningkatan dibanding kelas kontrol. Perbandingan persentase
rata-rata siswa yang memenuhi aspek sikap mau menanggapi jawaban
teman antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah, kelas eksperimen
̅ = 58,93% berada pada klasifikasi sangat baik sedangkan kelas kontrol ̅

= 47,91% berada pada klasifikasi baik. Data hasil belajar aspek afektif
kelas sampel selama penelitian dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel
4.4 berikut ini:
Tabel 4.4. Klasifikasi Penilaian Aspek Mau Menanggapi Jawaban
Teman Kelas Eksperimen dan Kontrol

No
1
2
3
4
5

Pertemuan
1
2
3
4
5
Rata-rata

Sikap mau menanggapi jawaban teman
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai
Kriteria
Nilai
Kriteria
35,75
Cukup
39,58
Cukup
57,14
Cukup
50
Cukup
60,71
Baik
52,08
Cukup
62,5
Cukup
41,67
Cukup
78,57
Baik
56,25
Cukup
58,94
Cukup
47,92
Cukup

Perbandingan rata-rata hasil belajar aspek afektif antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol selama proses pembelajaran dapat dilihat
seperti pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Aspek Afektif Kelas
Eksperimen dan Kontrol
No

1

2

Aspek Afektif

Sikap mau
mengungkapkan
pendapat
Sikap mau menanggapi
jawaban teman

Kelaas
Eksperimen
Nilai
Kriteria
63,57
Baik

Nilai
59,58

Kriteria
Cukup

58,94

47,92

Cukup

Cukup

Kelas Kontrol

67

2. Analisis Hasil Belajar Aspek Kognitif
Analisis data dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hasil belajar
siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non
examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X MAN
Sumpur. Untuk mengetahui apakah hipotesis ini diterima atau ditolak maka
hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen dengan hasil belajar fisika
siswa pada kelas kontrol dilakukan analisis data. Syarat untuk menguji
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
terhadap hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a. Uji Normalitas Tes Akhir
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi
normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan uji Liliefors.
Kriteria pada uji Lilifors ini adalah H0 akan diterima jika L0< Lt
berdasarkan langkah-langkah uji Lilifors maka didapatkan hasil
perhitungan uji normalitas kelas eksperimen dengan L0 = 0,1058 dan Lt
= 0,227. Normalitas pada kelas kontrol juga di uji Lilifors didapatkan L0
= 0,1816 dan Lt = 0,242.
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel dengan Menggunakan
Uji Lilifors
No

Kelas

Lo

Ltabel

1

Eksperim
en

0,1058

0,227

2

Kontrol

0,1816

0,242

Kesimpulan
Lo < L tabel
maka terima Ho
Lo < L tabel
maka terima Ho

Keterangan
Data normal
Data normal

68

Hasil uji normalitas sampel diperoleh bahwa, pada kelas
eksperimen diperoleh L0 ttabel yaitu 2,11 > 1,71,maka
H 0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non
examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X
MAN Sumpur.
Hasil deskripsi data diperoleh bahwa rata-rata kelas eksperimen
adalah 81,07 dan rata-rata kelas kontrol adalah 71,67 terlihat rata-rata
kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata kelas kontrol. Dari uji

70

hipotesis ternyata terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, memberikan hasil
yang lebih baik terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN Sumpur.
C. Pembahasan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples
menuntut siswa untuk bisa memberikan pendapat, ide, pemecahan masalah, dan
mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi
yang ada. Sehingga bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis
dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contohgambar yang disajikan.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples non examples
dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep yaitu suatu konsep yang
diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada sifat fisiknya.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu
materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan
sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedangdibahas
(Suciati,2013).
Kegiatan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
examples non examples dapat meningkatkan keaktifan dan kemandirian belajar
siswa baik secara individu maupun kelompok. Langkah-langkah pembelajaran
menuntut keaktifan siswa, sedangkan peranan guru sebagai pemberi stimulasi,
pembimbing kegiatan siswa, dan menentukan arah yang harus dilakukan oleh

71

siswa. Kegiatan belajar ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
Pembelajaran lebih menarik, sebab gambar dapat meningkatkan perhatian anak
untuk mengikuti proses belajar menggajar, siswa lebih cepat menangkap materi
ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar dari materi yang ada, dapat
meningkatkan daya nalar atau pikir siswa sebab ia disuruh guru menganalisa
gambar yang ada, dapat meningkatkan kerjasama antara siswa sebab siswa
diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam menganalisis gambar yang ada,
dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru mempertanyakan alasan
siswa mengurutkan gambar, pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat
secara langsung mengamati gambar yang telah di persiapkanoleh guru (Istarani,
2012).
Kegiatan pembelajaran menggunakan media dalam proses belajar mengajar
yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan
pola pikirnya. Penerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat
bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.
Hasil deskripsi dan analisis data diperoleh bahwa rata-rata kelas eksperimen
lebih baik dari kelas kontrol baik dari aspek afektif maupun dari aspek kognitif.
Ditinjau dari aspek afektif, terlihat bahwa selama proses pembelajaran
berlangsung, kelas eksperimen lebih akif daripada kelas kontrol.Pada aspek mau
mengungkapkan pendapat dan menanggapi jawaban teman, kelas eksperimen
memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi dari kelas kontrol. Ini menunjukkan selama
proses pembelajaran motivasi siswa untuk belajar meningkat, sehingga suasana

72

belajar terasa lebih hidup dan lebih bersemangat. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa afektif belajar siswa yang diajar dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik daripada
pembelajaran konvensional dibandingkan kelas kontrol yang diajar dengan
pembelajaran konvensional, sebagaimana tertera pada tabel 4.1.
Sama halnya dengan hasil belajar siswa pada ranah afektif, melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, hasil belajar siswa
pada ranah kognitif di kelas eksperimen juga lebih baik dari pada kelas kontrol.
Hal ini dapat dilihat dari tingginya rata-rata kelas eksperimen dari pada kelas
kontrol, yaitu 81,07 pada kelas eksperimen dan 71,67 pada kelas kontrol. Dilihat
dari segi KKM, persentase ketuntasan pada kelas eksperimen juga lebih besar dari
pada ketuntasan dikelas kontrol. Pada kelas eksperimen 10 orang siswa sudah
mencapai KKM (71,43 %),dan sebanyak 4 orang siswa di bawah KKM (58,33
%). Sementara pada kelas kontrol 7 orang siswa sudah mencapai KKM (58,33%)
dan sebanyak 5 orang siswa di bawah KKM (41,67 %).
Hasil penelitian yang peneliti lakukan di kelas X MAN Sumpur, terlihat
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples
mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep fisika yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dari hasil penilaian pada aspek kognitif,
terlihat bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol samasama mengalami peningkatan.
Hasil dari pembahasan dan analisis data di atas, makadapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

73

examples non examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X
MAN Sumpur.
Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa kelas kontrol serta ketuntasan belajar
yang diperoleh kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan ketuntasan belajar
siswa dikelas kontrol.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari ada beberapa keterbatasan dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe examples non examples antara lain :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif model examples non examples
diperlukan kekreatifan guru untuk dapat memberikan gambar-gambar
yang berkaitan antara pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, sehingga
dengan demikian siswa bisa mengingat dan menghubungkan langsung
pelajaran dengan pengalaman mereka sehari-hari.
2. Masih terdapat siswa yang kurang serius dalam melakukan diskusi,
sehingga dapat mengganggu semangat temannya yang lain.
3. Waktu yang dipakai untuk diskusi kelompok terbatas sehingga terkadang
tidak semua kelompok memiliki kesempatan untuk presentasi hasil
diskusinya dan memberikan tanggapan.
4. Buku pegangan siswa terbatas pada bahan ajar, sehingga menyulitkan
dalam memperluas penguasaan materi.

59

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62