T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Kinerja Guru Mandiri dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di SD Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan proses penting
dalam usaha meningkatkan mutu, khususnya dalam
bidang
pendidikan.
penilaian
kinerja
Dalam
bidang
didefinisikan
pendidikan,
sebagai
proses
evaluasi yang dilakukan untuk menilai baik tidaknya
sesuatu dibandingkan dengan seperangkat standar,
dan
kemudian
mengkomunikasikan
informasi
tersebut untuk digunakan sebagaimana mestinya
(Mathis
dan
Jackson,
2006).
Dari
pengertian
tersebut, tampak jelas bahwa penilaian kinerja lebih
menekankan perbandingan terhadap suatu hal. Hal
tersebut sejalan dengan pengertian yang dipaparkan
oleh
Dessler
merupakan
nyata
(2004)
kegiatan
dengan
bahwa
penilaian
kinerja
memperbandingkan
kinerja
standar
yang
telah
ditetapkan.
Penilaian kinerja juga dapat didefinisikan sebagai
prosedur yang meliputi : 1) penetapan standar kerja;
2) penilaian kinerja nyata dalam hubungan dengan
standar-standar yang telah ditetapkan; 3) pemberian
umpan
balik
kepada
seseorang
dengan
tujuan
memotivasi orang tersebut agar dapat meningkatkan
kinerjanya lebih baik.
Dari
pengertian
yang
ada,
maka
dapat
disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan
9
metode untuk mengevaluasi yang menitik beratkan
pada pengukurannya pada penilaian yang akan
bermanfaat bagi sekelompok orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2. Penilaian Kinerja Guru (PKG)
Guru merupakan titik sentral dalam usaha
mereformasi
pendidikan,
keberhasilan
setiap
dan
usaha
menjadi
kunci
peningkatan
mutu
pendidikan, Suhardan (2010). PKG merupakan suatu
penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya
melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang
ditunjukkan
dalam
unjuk
kerjanya.
Menurut
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun
2009, PKG adalah penilaian yang dilakukan kepada
guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan,
dan
jabatannya.
dijelaskan
pula
Dalam
bahwa
peraturan
penilaian
tersebut,
kinerja
guru
memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk
a. menilai kemampuan guru dalam menerapkan
semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan
pada
proses
pembelajaran,
atau pelaksanaan tugas
pembimbingan,
tambahan
yang relevan
dengan fungsi sekolah pada umumnya;
b. menghitung angka kredit yang diperoleh guru
atas
kinerja
pembelajaran,
bimbingan,
atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
10
fungsi sekolah
yang
dilakukannya
pada
tahun
dilakukan
setiap
tersebut.
Kegiatan
penilaian kinerja
tahun sebagai bagian dari proses pengembangan
karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan
jabatan
fungsionalnya.
Untuk
memperoleh
hasil
penilaian yang benar dan tepat, Penilaian kinerja
guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Valid
PKG dikatakan valid bila aspek yang dinilai
benar-benar mengukur komponen-komponen tugas
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah.
b. Reliabel
PKG
tingkat
dikatakan
kepercayaan
dilakukan
memberikan
reliabel
tinggi
hasil
atau
mempunyai
bila
proses
yang
sama
yang
untuk
seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun
dan kapan pun.
c. Praktis
PKG dikatakan praktis bila dapat dilakukan
oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat
validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua
kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdapat
4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki guru,
11
dengan
14
(empat
belas)
sub
kompetensi
sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial,
dan
profesional.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam mengelola siswa, yang meliputi 7 aspek
sub kompetensi. Ketujuh sub kompetensi tersebut
antara lain: mengenal karakteristik peserta didik,
menguasai teori dan prinsip pembelajaran yang
mendidik,
mengembangkan
pembelajaran
yang
mengembangkan
peserta
didik,
kurikulum,
mendidik,
potensi,
serta
kegiatan
memahami
komunikasi
melakukan
dan
dengan
penilaian
dan
evaluasi.
Kompetensi
kepribadian
kepribadian
yang
harus
dimiliki
merupakan
seorang
guru.
Terdapat 3 aspek kepribadian yang harus dimiliki
seorang guru meliputi : bertindak sesuai dengan
norma
agama,
hukum,
sosial
dan
kebudayaan
nasional Indonesia, menunjukkan pribadi dewasa
dan teladan, serta memiliki etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru.
Kompetensi sosial, merupakan kemampuan
guru
sebagai
bagian
dari
masyarakat
untuk
berkomunikasi lisan dan tulisan. Terdapat 2 aspek
kompetensi dalam aspek sosial meliputi : bersikap
inklusif, bertindak obyektif, dan tidak diskriminatif
12
serta
hubungan
kependidikan,
dengan
orang
sesama
tua
guru,
peserta
tenaga
didik,
dan
masyarakat.
Kompetensi profesional meliputi kemampuan
guru menguasai materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang terdiri atas 2 aspek yaitu
kemampuan guru untuk menguasai materi struktur
konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu, serta mengembangkan
keprofesian melalui tindakan reflektif.
Menurut Menteri Pendidikan Nasional No : 16
Tahun 2007, dari ke 4 kompetensi dan 14 sub
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
setiap sub kompetensi dijabarkan lebih mendalam
menjadi 72 indikator, sebagai berikut :
A. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan
guru dalam mengelola siswa yang meliputi :
1) Mengenal
karakteristik
peserta
didik, dengan
indikator sebagai berikut:
a) Guru
dapat
mengidentifikasi
karakteristik
belajar setiap peserta didik di kelasnya.
b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik
mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran.
c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan
kesempatan belajar yang sama pada semua
peserta
didik
dengan
kelainan
kemampuan belajar yang berbeda.
13
fisik
dan
d) Guru
mencoba
mengetahui
penyebab
penyimpangan perilaku peserta didik untuk
mencegah
agar
perilaku
tersebut
tidak
merugikan peserta didik lainnya.
e) Guru mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan peserta didik.
f) Guru memperhatikan peserta didik dengan
kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti
aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik
tersebut
tidak
termarginalkan
(tersisihkan,
diolok-olok, minder, dsb).
2) Menguasai
teori
belajar
dan
prinsip‐prinsip
pembelajaran yang mendidik, dengan indikator
sebagai berikut :
a) Guru memberi kesempatan kepada peserta
didik
untuk
pembelajaran
belajarnya
menguasai
sesuai
melalui
materi
usia dan kemampuan
pengaturan
proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.
b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman
peserta didik terhadap materi pembelajaran
tertentu
dan
menyesuaikan
aktivitas
pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat
pemahaman tersebut.
c) Guru
dapat
pelaksanaan
dilakukannya,
yang
berbeda
menjelaskan
kegiatan/aktivitas
baik
yang
dengan
keberhasilan pembelajaran.
14
alasan
yang
sesuai maupun
rencana,
terkait
d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk
memotiviasi kemauan belajar peserta didik.
e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran
yang saling terkait satu sama lain, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran maupun
proses belajar peserta didik.
f) Guru memperhatikan respon peserta didik
yang
belum/kurang
pembelajaran
memahami
yang
menggunakannya
materi
diajarkan
untuk
dan
memperbaiki
rancangan pembelajaran berikutnya.
3)
Pengembangan
kurikulum,
dengan
indikator
sebagai berikut :
a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai
dengan kurikulum.
b) Guru
yang
merancang
sesuai
rencana
dengan
pembelajaran
silabus
untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta
didik dapat mencapai kompetensi dasar yang
ditetapkan.
c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran
dengan memperhatikan tujuan pembelajaran.
d) Guru
memilih
materi
pembelajaran
yang:
sesuai dengan tujuan pembelajaran, tepat dan
mutakhir, sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan
belajar
peserta
didik, dapat
dilaksanakan di kelas serta sesuai dengan
konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.
15
4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik, dengan
indikator sebagai berikut :
a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran
sesuai
dengan
rancangan
disusun
secara
lengkap
aktivitas
tersebut
yang
dan
telah
pelaksanaan
mengindikasikan
bahwa
guru mengerti tentang tujuannya.
b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran
yang
bertujuan
untuk
membantu
proses
belajar peserta didik, bukan untuk menguji
sehingga
membuat
peserta
didik
merasa
tertekan.
c) Guru
mengkomunikasikan
informasi
baru
(misalnya materi tambahan) sesuai dengan
usia dan tingkat kemampuan belajar peserta
didik.
d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan
peserta
didik
sebagai
tahapan
proses
pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan
yang
harus
mengetahui
dikoreksi.
terlebih
Misalnya:
dahulu
dengan
peserta
didik
lain yang setuju atau tidak setuju dengan
jawaban
tersebut,
sebelum
memberikan
penjelasan tentang jawaban yg benar.
e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya
dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta
didik.
16
f) Guru
secara
cukup
melakukan
bervariasi
untuk
aktivitas
pembelajaran
dengan
waktu
kegiatan
yang
pembelajaran
yang
sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan
belajar
dan
mempertahankan
perhatian
peserta didik.
g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa
mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya
sendiri
agar
semua
waktu
peserta
dapat
termanfaatkan secara produktif.
h) Guru
mampu
menyesuaikan
aktivitas
pembelajaran yang dirancang dengan kondisi
kelas.
i) Guru banyak memberikan kesempatan kepada
pesertadidik untuk bertanya, mempraktekkan,
dan berinteraksi dengan pesertadidik lainnya.
j) Guru
mengatur
pembelajaran
membantu
pelaksanaan
secara
proses
aktivitas
sistematis
belajar
untuk
peserta
didik.
Sebagai contoh: guru menambah informasi
baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta
didik terhadap materi sebelumnya.
k) Guru
menggunakan
alat
bantu
mengajar,
dan/atau audio‐visual (termasuk TIK) untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5) Memahami dan mengembangkan potensi, dengan
indikator sebagai berikut :
17
a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan
segala
bentuk
peserta
didik
penilaian
untuk
terhadap
mengetahui
setiap
tingkat
kemajuan masing‐masing.
b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan
pola belajar masing‐masing.
c) Guru
merancang
dan
melaksanakan
aktivitas pembelajaran untuk memunculkan
daya
kreativitas
dan kemampuan berfikir
kritis peserta didik.
d) Guru secara aktif membantu peserta didik
dalam
proses
pembelajaran
dengan
memberikan perhatian kepada setiap individu.
e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar
tentang
bakat,
kesulitan
minat,
belajar
potensi,
dan
masing‐masing
peserta
kesempatan
belajar
didik.
f) Guru
memberikan
kepada peserta didik sesuai dengan cara
belajarnya masing‐masing.
g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi
dengan peserta didik dan mendorongnya untuk
memahami dan menggunakan informasi yang
disampaikan.
6) Komunikasi
dengan
peserta
indikator sebagai berikut :
18
didik,
dengan
a) Guru
menggunakan
pertanyaan
mengetahui
pemahaman
partisipasi
peserta
memberikan
menuntut
dan
menjaga
didik,
pertanyaan
peserta
didik
untuk
termasuk
terbuka
untuk
yang
menjawab
dengan ide dan pengetahuan mereka.
b) Guru
memberikan
mendengarkan
semua
perhatian
dan
pertanyaan
dan
tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi,
kecuali jika diperlukan untuk membantu atau
mengklarifikasi pertanyaan atau tanggapan
tersebut.
c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik
secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai
tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa
mempermalukannya.
d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang
dapat menumbuhkan kerja sama yang baik
antar peserta didik.
e) Guru
mendengarkan
dan
memberikan
perhatian terhadap semua jawaban peserta
didik baik yang benar maupun yang dianggap
salah untuk mengukur tingkat pemahaman
peserta didik.
f) Guru
memberikan
perhatian
terhadap
pertanyaan peserta didik dan meresponnya
secara
lengkap
menghilangkan
dan
relevan
kebingungan
didik.
19
pada
untuk
peserta
7) Penilaian dan evaluasi, dengan indikator :
a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam
RPP.
b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai
teknik dan jenis penilaian, selain penilaian
formal
yang
dilaksanakan
mengumumkan
kepada
hasil
peserta
pemahaman
serta
didik,
terhadap
sekolah,
implikasinya
tentang
materi
dan
tingkat
pembelajaran
yang telah dan akan dipelajari.
c) Guru
menganalisis
hasil
penilaian
untuk
mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang
sulit
sehingga
diketahui
kekuatan
dan
kelemahan masing‐masing peserta didik untuk
keperluan remedial dan pengayaan.
d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta
didik
dan
merefleksikannya
untuk
meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan
dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal
pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi
tambahan, dan sebagainya.
e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai
bahan penyusunan rancangan pembelajaran
yang akan dilakukan selanjutnya.
20
B. Kompetensi Kepribadian, merupakan kepribadian
yang harus dimiliki seorang guru, meliputi :
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial
dan
kebudayaan
nasional
Indonesia,
dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru
menghargai
dan
mempromosikan
prinsip‐prinsip Pancasila sebagai dasar ideologi
dan etika bagi semua warga Indonesia
b) Guru
mengembangkan
kerjasama
dan
membina kebersamaan dengan teman sejawat
tanpa memperhatikan perbedaan yang ada
(misalnya: suku, agama, dan gender).
c) Guru saling menghormati dan menghargai
teman sejawat sesuai dengan kondisi dan
keberadaan masing‐masing.
d) Guru memiliki rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bangsa Indonesia.
e) Guru
tentang
mempunyai
pandangan
keberagaman
yang
bangsa
luas
Indonesia
(misalnya: budaya, suku, agama).
2) Menunjukkan
pribadi
dewasa
dan
teladan,
dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru bertingkah laku sopan dalam berbicara,
berpenampilan, dan berbuat terhadap semua
peserta didik, orang tua, dan teman sejawat.
b) Guru mau membagi pengalamannya dengan
kolega, termasuk mengundang mereka untuk
mengobservasi
cara
memberikan masukan.
21
mengajarnya
dan
c) Guru mampu mengelola pembelajaran yang
membuktikan
bahwa
guru
dihormati
oleh
peserta didik, sehingga semua peserta didik
selalu memperhatikan guru dan berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
d) Guru
bersikap
dewasa
dalam
menerima
masukan dari peserta didik dan memberikan
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
e) Guru berperilaku baik untuk mencitrakan
nama baik sekolah.
3) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dengan indikator sebagai
berikut :
a) Guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran
dengan tepat waktu.
b) Jika guru harus meninggalkan kelas, guru
mengaktifkan siswa dengan melakukan hal‐hal
produktif terkait dengan mata pelajaran, dan
meminta guru piket atau guru lain untuk
mengawasi kelas.
c) Guru memenuhi jam mengajar dan dapat
melakukan semua kegiatan lain di luar jam
mengajar berdasarkan ijin dan persetujuan
pengelola sekolah.
d) Guru meminta ijin dan memberitahu lebih
awal, dengan memberikan alasan dan bukti
yang sah jika tidak menghadiri kegiatan yang
22
telah
direncanakan,
termasuk
proses
pembelajaran di kelas.
e) Guru menyelesaikan semua tugas administratif
dan non-pembelajaran dengan tepat waktu
sesuai standar yang ditetapkan.
f) Guru
memanfaatkan
waktu
luang
selain
mengajar untuk kegiatan yang produktif terkait
dengan tugasnya.
g) Guru
memberikan
pengembangan
prestasi
kontribusi
sekolah
yang
dan
berdampak
terhadap
mempunyai
positif
terhadap
nama baik sekolah.
h) Guru
merasa
bangga
dengan
profesinya
sebagai guru.
C. Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan guru
sebagai
bagian
dari
masyarakat
untuk
berkomunikasi lisan dan tulisan, meliputi :
1. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak
diskriminatif, dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru memperlakukan semua peserta didik
secara
bantuan
adil,
memberikan
sesuai
kebutuhan
perhatian
dan
masing‐masing,
tanpa mempedulikan faktor personal.
b) Guru menjaga hubungan baik dan peduli
dengan teman sejawat (bersifat inklusif), serta
berkontribusi positif terhadap semua diskusi
formal
dan
informal
pekerjaannya.
23
terkait
dengan
c) Guru sering berinteraksi dengan peserta didik
dan tidak membatasi perhatiannya hanya pada
kelompok tertentu (misalnya: peserta didik
yang pandai, kaya, berasal dari daerah yang
sama dengan guru).
2. Hubungan
tuapeserta
guru,
tenaga
didik,
dan
kependidikan,
orang
masyarakat,
dengan
informasi
tentang
indikator sebagai berikut:
a) Guru
menyampaikan
kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik
kepada orang tuanya, baik dalam pertemuan
formal maupun tidak formal antara guru dan
orang
tua,
teman
sejawat,
dan
dapat
menunjukkan buktinya.
b) Guru ikut berperan aktif dalam kegiatan di
luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh
sekolah
dan
masyarakat
dan
dapat
memberikan bukti keikutsertaannya.
c) Guru memperhatikan sekolah sebagai bagian
dari
masyarakat,
masyarakat
berkomunikasi
sekitar,
serta
berperan
dengan
dalam
kegiatan sosial di masyarakat.
D. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi :
1) Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, dengan indikator sebagai berikut :
24
a) Guru
melakukan
pemetaan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata
pelajaran
yang
mengidentifikasi
diampunya,
materi
untuk
pembelajaran
yang
dianggap sulit, melakukan perencanaan dan
pelaksanaan
pembelajaran,
memperkirakan
alokasi
dan
waktu
yang
diperlukan.
b) Guru menyertakan informasi yang tepat dan
mutakhir
di
dalam
perencanaan
dan
pelaksanaan pembelajaran.
c) Guru menyusun materi, perencanaan dan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
berisi
informasi yang tepat, mutakhir, dan yang
membantu peserta didik untuk memahami
konsep materi pembelajaran.
2) Mengembangkan keprofesian melalui tindakan
reflektif, dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik,
lengkap,
dan
didukung
dengan
contoh
pengalaman diri sendiri
b) Guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan
masukan
dari
teman
sejawat
atau
hasil
penilaian proses pembelajaran sebagai bukti
yang menggambarkan kinerjanya.
c) Guru
memanfaatkan
kinerjanya
untuk
bukti
gambaran
mengembangkan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
25
selanjutnya
dalam
program
Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
d) Guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB
dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian
pembelajaran dan tindak lanjutnya.
e) Guru melakukan penelitian, mengembangkan
karya
inovasi,
mengikuti
kegiatan
ilmiah
(misalnya seminar, konferensi), dan aktif dalam
melaksanakan PKB.
f) Guru
dapat
memanfaatkan
TIK
dalam
berkomunikasi dan pelaksanaan PKB.
2.1.3. Metode AHP
A. Definisi Metode AHP
Sebagian besar metode pengambil kesimpulan
selama ini lebih dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif, sedangkan pengambilan keputusan yang
memadukan kedua metode tersebut jarang dilakukan
(Dermawan, 2009). AHP merupakan
suatu alat
pengukuran data secara kualitatif yang mengolah
hasil secara kuantitatif. AHP dikembangkan oleh
seorang guru besar matematika yaitu Prof. Thomas L.
Saaty dari University of Pittsburgh.
Model
menguraikan
pendukung
masalah
keputusan
multi
faktor
AHP
akan
atau
multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki. Saaty
(1993)
mendefinisikan
representasi
dari
hierarki
sebuah
sebagai
permasalahan
suatu
yang
kompleks dalam suatu struktur multi level dimana
26
level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah
hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki,
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke
dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur
menjadi
suatu
bentuk
hierarki
sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis. Coyle (2014) menyatakan bahwa :
“The main advantage of AHP is its ability to rank
choices in order to their effectiveness in meeting
conflicting objectives. The further strength of the AHP is
its ability to detect inconstistent judgements.”
Turban
(2001)
menyatakan
bahwa
AHP
berguna untuk membantu pengambil keputusan
untuk
mendapatkan
keputusan
terbaik
dengan
membandingkan faktor-faktor yang berupa kriteria.
Saaty (dalam Salo, 1997) menambahkan bahwa
metode
ini
mengambil
adalah
sebuah
keputusan
menyederhanakan
dan
secara
kerangka
untuk
efektif
dengan
memecahkan
persoalan
tersebut kedalam variabel yang lebih sederhana
dalam suatu susunan hierarki. Setelah variabel
dipilih, kemudian diberikan nilai numerik pada tiap
variabel
atribut
dengan
pertimbangan
berpasangan
dan
subjektif
mensintesis
melalui
berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang
mana yang memiliki prioritas paling tinggi.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa
AHP
merupakan
27
metode
pengambilan
keputusan yang melibatkan sejumlah kriteria dan
alternatif yang dipilih berdasarkan perbandingan
atribut berpasangan yang dilakukan. Dalam AHP,
setiap indikator memiliki derajat kepentingan yang
berbeda-beda. Metode ini juga mampu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil
yang sesuai dengan perkiraan secara subjektif ke
dalam sebuah nilai numerik.
B. Prinsip Dasar Metode AHP
Menurut Saaty (2008), dalam menyelesaikan
persoalan
dengan
metode
AHP
terdapat
empat
prinsip dasar yang harus dipahami antara lain
decomposition, comparative judgement, syntetis of
priority, dan logical consistency.
Decomposition
adalah
memecahkan
suatu
masalah yang utuh ke dalam bentuk hierarki,
dimana
setiap
unsur
hierarki
memiliki
suatu
hubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai
tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,
sehingga
persoalan
masalah
didapatkan
yang
seluruh
hendak
disusun
pengambilan
beberapa
elemen
dipecahkan.
untuk
keputusan
tingkatan
membantu
dengan
keputusan
yang
dari
Hierarki
proses
memperhatikan
terlibat
dalam
sistem.
Comparative judgement merupakan inti dari
AHP karena akan berpengaruh terhadap nilai bobot
28
tiap kriteria. Hasil dari penilaian ini lebih mudah
disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons
yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat
tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap
kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala
1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah
(equal importance) sampai dengan skala 9 yang
menujukkan
tingkatan
paling
tinggi
(extreme
importance).
Synthesis
of
menggunakan
mendapatkan
priority
eigen
bobot
dilakukan
dengan
method
untuk
vector
relatif
bagi
setiap
unsur
pengambilan keputusan. Karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk
mendapatkan prioritas keseluruhan (global priority)
harus dilakukan sintesis diantara prioritas pada tiap
kompetensi
(local
priority).
Prosedur
melakukan
sintesis berbeda dengan bentuk hierarki. Pengurutan
elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui
sintesis dinamakan priority setting.
Logical consistency merupakan karakteristik
penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan
seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai
tingkatan hierarki dan selanjutnya diperoleh suatu
vektor
composite
tertimbang
urutan pengambilan keputusan.
29
yang
menghasilkan
C. Langkah PKG Mandiri dengan Metode AHP
Saaty (1993) memaparkan bahwa tahapan
pengambilan
keputusan
yang
dilakukan
dalam
metode AHP adalah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi
yang diinginkan
b. Membuat struktur hierarki.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan
(pairwise comparison).
d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai
dari setiap elemen di dalam matriks berpasangan
dengan nilai total dari setiap kolom.
e. Menghitung
nilai
konsistensinya,
eigen
jika
vector
tidak
dan
konsisten
menguji
maka
pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai
eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen
vector
maksimum
yang
diperoleh
dengan
menggunakan matlab maupun dengan manual.
f. Menghitung
eigen
vector
dari
setiap
matriks
perbandingan berpasangan.
g. Menguji
konsistensi
hierarki.
Jika
tidak
memenuhi (CR ≤ 0,100), maka penilaian harus
diulangi kembali.
Menurut Iriani (2013) langkah yang dapat
dilakukan dalam melakukan perancangan penilaian
kinerja adalah sebagai berikut :
30
a. Tahap identifikasi masalah
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja dengan menggunakan
metode AHP dapat dilakukan dengan cara :
membuat struktur hierarki yang akan digunakan,
menyebarkan kuesioner, dan menentukan bobot
tiap variabel yang akan digunakan.
c. Tahap Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Pada tahap pengukuran dan evaluasi kinerja
dilakukan scoring (scoring system) pada setiap
variabel yang akan digunakan untuk mengetahui
perlu tidaknya dilakukan perbaikan terhadap
variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan dua pendapat tersebut, peneliti
akan melakukan penelitian dengan menggunakan
langkah-langkah
yang
dikemukakan
oleh
Iriani
(2013) yang disesuaikan dengan langkah metode AHP
yang
dikemukakan
oleh
Saaty
(1993).
Berikut
rumusan proses penyusunan PKG mandiri yang akan
dilakukan dalam penelitian ini.
a. Tahap identifikasi masalah
Pada tahap ini, ditentukan suatu perumusan
masalah yang didasarkan pada tinjauan pustaka,
pencarian
diperlukan.
referensi,
dan
Setelah
data-data
merumuskan
yang
masalah,
ditentukan pula tujuan dari pemecahan masalah
yang akan dilakukan.
31
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap
dimana metode AHP digunakan, tahapan tersebut
terdiri dari :
Perancangan struktur hierarki
Penyebaran kuesioner
Menentukan bobot variabel
Menguji konsistensi
Merancang format penilaian kinerja
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Dilakukan pengumpulan data dan scoring system
untuk mengetahui pencapaian target pada setiap
kompetensi.
Penggunaan
metode
traffic
light
digunakan untuk mengetahui apakah skor pada
masing-masing
kompetensi
mengindikasikan
perlunya perbaikan atau tidak.
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian
yang relevan dengan penelitian “Penilaian Kinerja
Guru Mandiri Dengan Metode AHP
(Analytical
Hierarchy Process)”, antara lain :
a. “Perancangan Penilaian Kinerja Guru berdasarkan
Standar Kualifikasi Akademik Kompetensi Guru
dan Kompetensi Gomes Sebagai Acuan Pemberian
Insentif”
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian
studi kasus di SMA Brawijaya Smart School Malang.
Penelitian ini dilakukan oleh tiga mahasiswa Jurusan
32
Teknik Industri Fakultas Teknik Brawijaya Malang.
Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
memberikan
perancangan penilaian guru bagi SMA Brawijaya
Smart School yang digunakan sebagai acuan untuk
memberikan insentif untuk memotivasi guru dalam
meningkatkan kinerjanya. Perancangan penilaian
dilakukan dengan pembobotan dengan metode AHP
yang
kemudian
dilakukan
perangkingan
kinerja
menggunakan metode rating scale. Dari peringkat
dan bobot yang diperoleh, kemudian dilakukan
penghitungan untuk menghitung besarnya insentif
yang didapat setiap guru di SMA Brawijaya Smart
School, Malang.
Persamaan penelitian yang dilakukan di SMA
Brawijaya
keduanya
School
dengan
penelitian
menggunakan
menggunakan
metode
ini
pembobotan
AHP
untuk
adalah
dengan
melakukan
penilaian kinerja guru. Perbedaannya, penelitian
yang dilakukan oleh tiga mahasiswa teknik industry
ini menggunakan Kompetensi Gomes sebagai standar
penilaian kinerja guru, dan hasil penilaiannya akan
digunakan
sebagai
penentu
pemberian
insentif.
Sedangkan, penelitian ini menggunakan kompetensi
guru
yang
sudah
ditetapkan
pemerintah,
dan
ditujukan sebagai acuan perbaikan kinerja guru.
b. “Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode
AHP dan TOPSIS”
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
yang
dilakukan oleh Mahasiswa Pasca Sarjana Matematika
33
FMIPA ITS Surabaya dan dua Dosen Pasca Sarjana
Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Tujuan
dari
penelitian
alternatif
ini
dalam
berprestasi
di
adalah
memberikan
pengambilan
Diknas
keputusan
Kabupaten
Hulu
solusi
guru
Sungai
Selatan, Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan
dengan pembobotan kriteria penilaian menggunakan
metode
AHP
yang
selanjutnya
dilakukan
perangkingan dengan metode TOPSIS. Analisis data
dengan menggunakan metode AHP dan TOPSIS
dilakukan dengan software MATLAB 2009. Di akhir
penelitian, disimpulkan bahwa dengan metode AHPTOPSIS dapat dibangun sebuah sistem pengambilan
keputusan untuk membantu proses pemilihan guru
berprestasi
berdasarkan
ditentukan,
sehingga
kriteria-kriteria
bisa
dilakukan
yang
proses
perhitungan secara lebih efektif dan efesien.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Mahasiswa Pasca Sarjana Matematika FMIPA ITS
Surabaya dan dua Dosen Pasca Sarjana Jurusan
Matematika FMIPA ITS Surabaya dengan penelitian
ini adalah keduanya berujuan untuk memberikan
solusi
alternatif
penilaian
dengan
menggunakan
metode AHP. Perbedaannya urutan prioritas yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode
TOPSIS, sedangkan pada penelitian ini digunakan
analisis
warna
menentukan
traffic
kompetensi
perbaikan.
34
lights
yang
system
untuk
memerlukan
c. “Analisis
Pengukuran
Kinerja
Sumber
Daya
Manusia Menggunakan Metode Human Resources
Scorecard”
Jurnal yang ditulis oleh Harnanda, alumni
Teknik Industri Pertanian, Universitas Brawijaya;
Hidayat dan Putri sebagai dosen Jurusan Teknologi
Industri
Pertanian,
Universitas
Brawijaya.
ini
merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan di
PT Erindo Mandiri, Pasuruan – Jawa Timur. Hasil
penilaian dibuat berdasarkan hasil penyelarasan visi
misi
dan
strategi
perusahaan
menjadi
sasaran
strategis SDM menghasilkan 23 KPI yang terbagi ke
dalam 4 perspektif (financial, customer, internal
bussiness
process,
learning
and
growth).
Nilai
pencapaian kinerja masing-masing perspektif yaitu,
perspektif
customer
financial
sebesar
sebesar
89,75%,
136%,
perspektif
perspektif
internal
bussiness process sebesar 87,81%, dan perspektif
learning and growth sebesar 81,16%. Kinerja keempat
perspektif tersebut berkategori hijau yang berarti
kinerja keempatnya telah baik dan memenuhi target.
Persamaan penelitian yang dilakukan di PT
Erindo Mandiri, Pasuruan – Jawa Timur dengan
penelitian
pembobotan
ini
adalah
dengan
keduanya
metode
AHP
menggunakan
dan
analisis
menggunakan traffic lights system. Perbedaan dengan
penelitian ini, terletak pada bidang yang diteliti serta
format penilaian yang digunakan.
35
2.3. Kerangka Pikir
Guru merupakan kunci keberhasilan dalam
usaha
peningkatan
mutu
pendidikan,
sehingga
untuk meningkatkan mutu pendidikan di suatu
sekolah, hendaknya PKG harus dilakukan seoptimal
mungkin. Suatu sekolah di sebuah daerah pasti
membutuhkan kriteria guru yang berbeda dengan
kriteria guru yang diinginkan oleh sekolah lainnya.
Kriteria guru yang dibutuhkan di suatu desa, pasti
berbeda dengan kriteria guru yang ada di kota.
Sehingga diperlukan suatu PKG mandiri di suatu
sekolah, agar hasil penilaian guru sesuai dengan
tujuan, visi, dan misi sekolah tersebut.
PKG mandiri, tentunya tidak dapat terlepas
dari
standar
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah
mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
PKG yang ditetapkan oleh Pemerintah terdiri dari 4
kompetensi
dan
penjabarannya.
kompetensi
sehingga
14
Pada
memiliki
tidak
ada
sub-kompetensi
PKG
tersebut,
bobot/nilai
sasaran
yang
strategis
sebagai
setiap
sama,
maupun
prioritas mana yang ingin ditonjolkan. Agar sekolah
dapat memprioritaskan kompetensi mana yang lebih
diprioritaskan dibandingkan kompetensi lain maka
setiap kompetensi hendaknya diberikan bobot/nilai
berbeda dimana perbedaan tersebut ditentukan oleh
visi dan misi yang ingin dicapai sekolah.
Pembobotan dalam kompetensi guru tidak
mungkin dilakukan secara subjektif, dibutuhkan
36
suatu
metode
yang
dapat
mengubah
persepsi
seseorang terhadap suatu kompetensi menjadi suatu
nilai
numerik.
Salah
satu
metode
digunakan
adalah
metode
AHP.
merupakan
suatu
metode
yang
yang
dapat
Metode
ini
menguraikan
pemecahan masalah menjadi suatu hierarki. Pada
metode
ini,
dilakukan
perbandingan
antar
kompetensi (KPI) yang ada dalam hierarki tersebut,
yang selanjutnya akan diolah dengan aplikasi AHP
untuk memperoleh bobot.
Setelah diperoleh bobot pada setiap KPI, maka
dilakukan PKG yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Hasil dari PKG tersebut kemudian diolah menjadi
PKG tunggal (rata-rata seluruh penilaian kinerja
guru).
PKG
tunggal
tersebut
nantinya
akan
dievaluasi dengan traffic light system.
Metode traffic light system digunakan sebagai
tanda apakah skor dari suatu KPI mengidentifikasi
perlu atau tidaknya dilakukan suatu perbaikan
terhadap kompetensi tersebut. Traffic light system
menggunakan 3 warna yaitu : Hijau jika KPI > 90%;
Kuning jika 90% > KPI > 60%; dan Merah jika KPI <
60%. Bagan kerangka pikir dapat dilihat pada
gambar 2.1.
37
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka berfikir di atas,
peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
A. Hipotesis nol (H0)
H0 : µ ≥ 0,80
Yaitu “Hasil penilaian kinerja guru SD Kristen Satya
Wacana Salatiga lebih dari sama dengan 0,80.
38
Artinya kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga sudah mencapai 80%.
B. Hipotesis alternatif (H1)
H1 : µ < 0,80
Yaitu “Hasil penilaian kinerja guru SD Kristen Satya
Wacana Salatiga kurang dari 0,80. Artinya kinerja
guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga belum
mencapai 80%.
39
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan proses penting
dalam usaha meningkatkan mutu, khususnya dalam
bidang
pendidikan.
penilaian
kinerja
Dalam
bidang
didefinisikan
pendidikan,
sebagai
proses
evaluasi yang dilakukan untuk menilai baik tidaknya
sesuatu dibandingkan dengan seperangkat standar,
dan
kemudian
mengkomunikasikan
informasi
tersebut untuk digunakan sebagaimana mestinya
(Mathis
dan
Jackson,
2006).
Dari
pengertian
tersebut, tampak jelas bahwa penilaian kinerja lebih
menekankan perbandingan terhadap suatu hal. Hal
tersebut sejalan dengan pengertian yang dipaparkan
oleh
Dessler
merupakan
nyata
(2004)
kegiatan
dengan
bahwa
penilaian
kinerja
memperbandingkan
kinerja
standar
yang
telah
ditetapkan.
Penilaian kinerja juga dapat didefinisikan sebagai
prosedur yang meliputi : 1) penetapan standar kerja;
2) penilaian kinerja nyata dalam hubungan dengan
standar-standar yang telah ditetapkan; 3) pemberian
umpan
balik
kepada
seseorang
dengan
tujuan
memotivasi orang tersebut agar dapat meningkatkan
kinerjanya lebih baik.
Dari
pengertian
yang
ada,
maka
dapat
disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan
9
metode untuk mengevaluasi yang menitik beratkan
pada pengukurannya pada penilaian yang akan
bermanfaat bagi sekelompok orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2. Penilaian Kinerja Guru (PKG)
Guru merupakan titik sentral dalam usaha
mereformasi
pendidikan,
keberhasilan
setiap
dan
usaha
menjadi
kunci
peningkatan
mutu
pendidikan, Suhardan (2010). PKG merupakan suatu
penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya
melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang
ditunjukkan
dalam
unjuk
kerjanya.
Menurut
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun
2009, PKG adalah penilaian yang dilakukan kepada
guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan,
dan
jabatannya.
dijelaskan
pula
Dalam
bahwa
peraturan
penilaian
tersebut,
kinerja
guru
memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk
a. menilai kemampuan guru dalam menerapkan
semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan
pada
proses
pembelajaran,
atau pelaksanaan tugas
pembimbingan,
tambahan
yang relevan
dengan fungsi sekolah pada umumnya;
b. menghitung angka kredit yang diperoleh guru
atas
kinerja
pembelajaran,
bimbingan,
atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
10
fungsi sekolah
yang
dilakukannya
pada
tahun
dilakukan
setiap
tersebut.
Kegiatan
penilaian kinerja
tahun sebagai bagian dari proses pengembangan
karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan
jabatan
fungsionalnya.
Untuk
memperoleh
hasil
penilaian yang benar dan tepat, Penilaian kinerja
guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Valid
PKG dikatakan valid bila aspek yang dinilai
benar-benar mengukur komponen-komponen tugas
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah.
b. Reliabel
PKG
tingkat
dikatakan
kepercayaan
dilakukan
memberikan
reliabel
tinggi
hasil
atau
mempunyai
bila
proses
yang
sama
yang
untuk
seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun
dan kapan pun.
c. Praktis
PKG dikatakan praktis bila dapat dilakukan
oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat
validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua
kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdapat
4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki guru,
11
dengan
14
(empat
belas)
sub
kompetensi
sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial,
dan
profesional.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam mengelola siswa, yang meliputi 7 aspek
sub kompetensi. Ketujuh sub kompetensi tersebut
antara lain: mengenal karakteristik peserta didik,
menguasai teori dan prinsip pembelajaran yang
mendidik,
mengembangkan
pembelajaran
yang
mengembangkan
peserta
didik,
kurikulum,
mendidik,
potensi,
serta
kegiatan
memahami
komunikasi
melakukan
dan
dengan
penilaian
dan
evaluasi.
Kompetensi
kepribadian
kepribadian
yang
harus
dimiliki
merupakan
seorang
guru.
Terdapat 3 aspek kepribadian yang harus dimiliki
seorang guru meliputi : bertindak sesuai dengan
norma
agama,
hukum,
sosial
dan
kebudayaan
nasional Indonesia, menunjukkan pribadi dewasa
dan teladan, serta memiliki etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru.
Kompetensi sosial, merupakan kemampuan
guru
sebagai
bagian
dari
masyarakat
untuk
berkomunikasi lisan dan tulisan. Terdapat 2 aspek
kompetensi dalam aspek sosial meliputi : bersikap
inklusif, bertindak obyektif, dan tidak diskriminatif
12
serta
hubungan
kependidikan,
dengan
orang
sesama
tua
guru,
peserta
tenaga
didik,
dan
masyarakat.
Kompetensi profesional meliputi kemampuan
guru menguasai materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang terdiri atas 2 aspek yaitu
kemampuan guru untuk menguasai materi struktur
konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu, serta mengembangkan
keprofesian melalui tindakan reflektif.
Menurut Menteri Pendidikan Nasional No : 16
Tahun 2007, dari ke 4 kompetensi dan 14 sub
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
setiap sub kompetensi dijabarkan lebih mendalam
menjadi 72 indikator, sebagai berikut :
A. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan
guru dalam mengelola siswa yang meliputi :
1) Mengenal
karakteristik
peserta
didik, dengan
indikator sebagai berikut:
a) Guru
dapat
mengidentifikasi
karakteristik
belajar setiap peserta didik di kelasnya.
b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik
mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran.
c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan
kesempatan belajar yang sama pada semua
peserta
didik
dengan
kelainan
kemampuan belajar yang berbeda.
13
fisik
dan
d) Guru
mencoba
mengetahui
penyebab
penyimpangan perilaku peserta didik untuk
mencegah
agar
perilaku
tersebut
tidak
merugikan peserta didik lainnya.
e) Guru mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan peserta didik.
f) Guru memperhatikan peserta didik dengan
kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti
aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik
tersebut
tidak
termarginalkan
(tersisihkan,
diolok-olok, minder, dsb).
2) Menguasai
teori
belajar
dan
prinsip‐prinsip
pembelajaran yang mendidik, dengan indikator
sebagai berikut :
a) Guru memberi kesempatan kepada peserta
didik
untuk
pembelajaran
belajarnya
menguasai
sesuai
melalui
materi
usia dan kemampuan
pengaturan
proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.
b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman
peserta didik terhadap materi pembelajaran
tertentu
dan
menyesuaikan
aktivitas
pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat
pemahaman tersebut.
c) Guru
dapat
pelaksanaan
dilakukannya,
yang
berbeda
menjelaskan
kegiatan/aktivitas
baik
yang
dengan
keberhasilan pembelajaran.
14
alasan
yang
sesuai maupun
rencana,
terkait
d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk
memotiviasi kemauan belajar peserta didik.
e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran
yang saling terkait satu sama lain, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran maupun
proses belajar peserta didik.
f) Guru memperhatikan respon peserta didik
yang
belum/kurang
pembelajaran
memahami
yang
menggunakannya
materi
diajarkan
untuk
dan
memperbaiki
rancangan pembelajaran berikutnya.
3)
Pengembangan
kurikulum,
dengan
indikator
sebagai berikut :
a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai
dengan kurikulum.
b) Guru
yang
merancang
sesuai
rencana
dengan
pembelajaran
silabus
untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta
didik dapat mencapai kompetensi dasar yang
ditetapkan.
c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran
dengan memperhatikan tujuan pembelajaran.
d) Guru
memilih
materi
pembelajaran
yang:
sesuai dengan tujuan pembelajaran, tepat dan
mutakhir, sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan
belajar
peserta
didik, dapat
dilaksanakan di kelas serta sesuai dengan
konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.
15
4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik, dengan
indikator sebagai berikut :
a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran
sesuai
dengan
rancangan
disusun
secara
lengkap
aktivitas
tersebut
yang
dan
telah
pelaksanaan
mengindikasikan
bahwa
guru mengerti tentang tujuannya.
b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran
yang
bertujuan
untuk
membantu
proses
belajar peserta didik, bukan untuk menguji
sehingga
membuat
peserta
didik
merasa
tertekan.
c) Guru
mengkomunikasikan
informasi
baru
(misalnya materi tambahan) sesuai dengan
usia dan tingkat kemampuan belajar peserta
didik.
d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan
peserta
didik
sebagai
tahapan
proses
pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan
yang
harus
mengetahui
dikoreksi.
terlebih
Misalnya:
dahulu
dengan
peserta
didik
lain yang setuju atau tidak setuju dengan
jawaban
tersebut,
sebelum
memberikan
penjelasan tentang jawaban yg benar.
e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya
dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta
didik.
16
f) Guru
secara
cukup
melakukan
bervariasi
untuk
aktivitas
pembelajaran
dengan
waktu
kegiatan
yang
pembelajaran
yang
sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan
belajar
dan
mempertahankan
perhatian
peserta didik.
g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa
mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya
sendiri
agar
semua
waktu
peserta
dapat
termanfaatkan secara produktif.
h) Guru
mampu
menyesuaikan
aktivitas
pembelajaran yang dirancang dengan kondisi
kelas.
i) Guru banyak memberikan kesempatan kepada
pesertadidik untuk bertanya, mempraktekkan,
dan berinteraksi dengan pesertadidik lainnya.
j) Guru
mengatur
pembelajaran
membantu
pelaksanaan
secara
proses
aktivitas
sistematis
belajar
untuk
peserta
didik.
Sebagai contoh: guru menambah informasi
baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta
didik terhadap materi sebelumnya.
k) Guru
menggunakan
alat
bantu
mengajar,
dan/atau audio‐visual (termasuk TIK) untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5) Memahami dan mengembangkan potensi, dengan
indikator sebagai berikut :
17
a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan
segala
bentuk
peserta
didik
penilaian
untuk
terhadap
mengetahui
setiap
tingkat
kemajuan masing‐masing.
b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan
pola belajar masing‐masing.
c) Guru
merancang
dan
melaksanakan
aktivitas pembelajaran untuk memunculkan
daya
kreativitas
dan kemampuan berfikir
kritis peserta didik.
d) Guru secara aktif membantu peserta didik
dalam
proses
pembelajaran
dengan
memberikan perhatian kepada setiap individu.
e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar
tentang
bakat,
kesulitan
minat,
belajar
potensi,
dan
masing‐masing
peserta
kesempatan
belajar
didik.
f) Guru
memberikan
kepada peserta didik sesuai dengan cara
belajarnya masing‐masing.
g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi
dengan peserta didik dan mendorongnya untuk
memahami dan menggunakan informasi yang
disampaikan.
6) Komunikasi
dengan
peserta
indikator sebagai berikut :
18
didik,
dengan
a) Guru
menggunakan
pertanyaan
mengetahui
pemahaman
partisipasi
peserta
memberikan
menuntut
dan
menjaga
didik,
pertanyaan
peserta
didik
untuk
termasuk
terbuka
untuk
yang
menjawab
dengan ide dan pengetahuan mereka.
b) Guru
memberikan
mendengarkan
semua
perhatian
dan
pertanyaan
dan
tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi,
kecuali jika diperlukan untuk membantu atau
mengklarifikasi pertanyaan atau tanggapan
tersebut.
c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik
secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai
tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa
mempermalukannya.
d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang
dapat menumbuhkan kerja sama yang baik
antar peserta didik.
e) Guru
mendengarkan
dan
memberikan
perhatian terhadap semua jawaban peserta
didik baik yang benar maupun yang dianggap
salah untuk mengukur tingkat pemahaman
peserta didik.
f) Guru
memberikan
perhatian
terhadap
pertanyaan peserta didik dan meresponnya
secara
lengkap
menghilangkan
dan
relevan
kebingungan
didik.
19
pada
untuk
peserta
7) Penilaian dan evaluasi, dengan indikator :
a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam
RPP.
b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai
teknik dan jenis penilaian, selain penilaian
formal
yang
dilaksanakan
mengumumkan
kepada
hasil
peserta
pemahaman
serta
didik,
terhadap
sekolah,
implikasinya
tentang
materi
dan
tingkat
pembelajaran
yang telah dan akan dipelajari.
c) Guru
menganalisis
hasil
penilaian
untuk
mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang
sulit
sehingga
diketahui
kekuatan
dan
kelemahan masing‐masing peserta didik untuk
keperluan remedial dan pengayaan.
d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta
didik
dan
merefleksikannya
untuk
meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan
dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal
pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi
tambahan, dan sebagainya.
e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai
bahan penyusunan rancangan pembelajaran
yang akan dilakukan selanjutnya.
20
B. Kompetensi Kepribadian, merupakan kepribadian
yang harus dimiliki seorang guru, meliputi :
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial
dan
kebudayaan
nasional
Indonesia,
dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru
menghargai
dan
mempromosikan
prinsip‐prinsip Pancasila sebagai dasar ideologi
dan etika bagi semua warga Indonesia
b) Guru
mengembangkan
kerjasama
dan
membina kebersamaan dengan teman sejawat
tanpa memperhatikan perbedaan yang ada
(misalnya: suku, agama, dan gender).
c) Guru saling menghormati dan menghargai
teman sejawat sesuai dengan kondisi dan
keberadaan masing‐masing.
d) Guru memiliki rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bangsa Indonesia.
e) Guru
tentang
mempunyai
pandangan
keberagaman
yang
bangsa
luas
Indonesia
(misalnya: budaya, suku, agama).
2) Menunjukkan
pribadi
dewasa
dan
teladan,
dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru bertingkah laku sopan dalam berbicara,
berpenampilan, dan berbuat terhadap semua
peserta didik, orang tua, dan teman sejawat.
b) Guru mau membagi pengalamannya dengan
kolega, termasuk mengundang mereka untuk
mengobservasi
cara
memberikan masukan.
21
mengajarnya
dan
c) Guru mampu mengelola pembelajaran yang
membuktikan
bahwa
guru
dihormati
oleh
peserta didik, sehingga semua peserta didik
selalu memperhatikan guru dan berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
d) Guru
bersikap
dewasa
dalam
menerima
masukan dari peserta didik dan memberikan
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
e) Guru berperilaku baik untuk mencitrakan
nama baik sekolah.
3) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dengan indikator sebagai
berikut :
a) Guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran
dengan tepat waktu.
b) Jika guru harus meninggalkan kelas, guru
mengaktifkan siswa dengan melakukan hal‐hal
produktif terkait dengan mata pelajaran, dan
meminta guru piket atau guru lain untuk
mengawasi kelas.
c) Guru memenuhi jam mengajar dan dapat
melakukan semua kegiatan lain di luar jam
mengajar berdasarkan ijin dan persetujuan
pengelola sekolah.
d) Guru meminta ijin dan memberitahu lebih
awal, dengan memberikan alasan dan bukti
yang sah jika tidak menghadiri kegiatan yang
22
telah
direncanakan,
termasuk
proses
pembelajaran di kelas.
e) Guru menyelesaikan semua tugas administratif
dan non-pembelajaran dengan tepat waktu
sesuai standar yang ditetapkan.
f) Guru
memanfaatkan
waktu
luang
selain
mengajar untuk kegiatan yang produktif terkait
dengan tugasnya.
g) Guru
memberikan
pengembangan
prestasi
kontribusi
sekolah
yang
dan
berdampak
terhadap
mempunyai
positif
terhadap
nama baik sekolah.
h) Guru
merasa
bangga
dengan
profesinya
sebagai guru.
C. Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan guru
sebagai
bagian
dari
masyarakat
untuk
berkomunikasi lisan dan tulisan, meliputi :
1. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak
diskriminatif, dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru memperlakukan semua peserta didik
secara
bantuan
adil,
memberikan
sesuai
kebutuhan
perhatian
dan
masing‐masing,
tanpa mempedulikan faktor personal.
b) Guru menjaga hubungan baik dan peduli
dengan teman sejawat (bersifat inklusif), serta
berkontribusi positif terhadap semua diskusi
formal
dan
informal
pekerjaannya.
23
terkait
dengan
c) Guru sering berinteraksi dengan peserta didik
dan tidak membatasi perhatiannya hanya pada
kelompok tertentu (misalnya: peserta didik
yang pandai, kaya, berasal dari daerah yang
sama dengan guru).
2. Hubungan
tuapeserta
guru,
tenaga
didik,
dan
kependidikan,
orang
masyarakat,
dengan
informasi
tentang
indikator sebagai berikut:
a) Guru
menyampaikan
kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik
kepada orang tuanya, baik dalam pertemuan
formal maupun tidak formal antara guru dan
orang
tua,
teman
sejawat,
dan
dapat
menunjukkan buktinya.
b) Guru ikut berperan aktif dalam kegiatan di
luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh
sekolah
dan
masyarakat
dan
dapat
memberikan bukti keikutsertaannya.
c) Guru memperhatikan sekolah sebagai bagian
dari
masyarakat,
masyarakat
berkomunikasi
sekitar,
serta
berperan
dengan
dalam
kegiatan sosial di masyarakat.
D. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi :
1) Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, dengan indikator sebagai berikut :
24
a) Guru
melakukan
pemetaan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata
pelajaran
yang
mengidentifikasi
diampunya,
materi
untuk
pembelajaran
yang
dianggap sulit, melakukan perencanaan dan
pelaksanaan
pembelajaran,
memperkirakan
alokasi
dan
waktu
yang
diperlukan.
b) Guru menyertakan informasi yang tepat dan
mutakhir
di
dalam
perencanaan
dan
pelaksanaan pembelajaran.
c) Guru menyusun materi, perencanaan dan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
berisi
informasi yang tepat, mutakhir, dan yang
membantu peserta didik untuk memahami
konsep materi pembelajaran.
2) Mengembangkan keprofesian melalui tindakan
reflektif, dengan indikator sebagai berikut :
a) Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik,
lengkap,
dan
didukung
dengan
contoh
pengalaman diri sendiri
b) Guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan
masukan
dari
teman
sejawat
atau
hasil
penilaian proses pembelajaran sebagai bukti
yang menggambarkan kinerjanya.
c) Guru
memanfaatkan
kinerjanya
untuk
bukti
gambaran
mengembangkan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
25
selanjutnya
dalam
program
Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
d) Guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB
dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian
pembelajaran dan tindak lanjutnya.
e) Guru melakukan penelitian, mengembangkan
karya
inovasi,
mengikuti
kegiatan
ilmiah
(misalnya seminar, konferensi), dan aktif dalam
melaksanakan PKB.
f) Guru
dapat
memanfaatkan
TIK
dalam
berkomunikasi dan pelaksanaan PKB.
2.1.3. Metode AHP
A. Definisi Metode AHP
Sebagian besar metode pengambil kesimpulan
selama ini lebih dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif, sedangkan pengambilan keputusan yang
memadukan kedua metode tersebut jarang dilakukan
(Dermawan, 2009). AHP merupakan
suatu alat
pengukuran data secara kualitatif yang mengolah
hasil secara kuantitatif. AHP dikembangkan oleh
seorang guru besar matematika yaitu Prof. Thomas L.
Saaty dari University of Pittsburgh.
Model
menguraikan
pendukung
masalah
keputusan
multi
faktor
AHP
akan
atau
multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki. Saaty
(1993)
mendefinisikan
representasi
dari
hierarki
sebuah
sebagai
permasalahan
suatu
yang
kompleks dalam suatu struktur multi level dimana
26
level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah
hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki,
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke
dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur
menjadi
suatu
bentuk
hierarki
sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis. Coyle (2014) menyatakan bahwa :
“The main advantage of AHP is its ability to rank
choices in order to their effectiveness in meeting
conflicting objectives. The further strength of the AHP is
its ability to detect inconstistent judgements.”
Turban
(2001)
menyatakan
bahwa
AHP
berguna untuk membantu pengambil keputusan
untuk
mendapatkan
keputusan
terbaik
dengan
membandingkan faktor-faktor yang berupa kriteria.
Saaty (dalam Salo, 1997) menambahkan bahwa
metode
ini
mengambil
adalah
sebuah
keputusan
menyederhanakan
dan
secara
kerangka
untuk
efektif
dengan
memecahkan
persoalan
tersebut kedalam variabel yang lebih sederhana
dalam suatu susunan hierarki. Setelah variabel
dipilih, kemudian diberikan nilai numerik pada tiap
variabel
atribut
dengan
pertimbangan
berpasangan
dan
subjektif
mensintesis
melalui
berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang
mana yang memiliki prioritas paling tinggi.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa
AHP
merupakan
27
metode
pengambilan
keputusan yang melibatkan sejumlah kriteria dan
alternatif yang dipilih berdasarkan perbandingan
atribut berpasangan yang dilakukan. Dalam AHP,
setiap indikator memiliki derajat kepentingan yang
berbeda-beda. Metode ini juga mampu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil
yang sesuai dengan perkiraan secara subjektif ke
dalam sebuah nilai numerik.
B. Prinsip Dasar Metode AHP
Menurut Saaty (2008), dalam menyelesaikan
persoalan
dengan
metode
AHP
terdapat
empat
prinsip dasar yang harus dipahami antara lain
decomposition, comparative judgement, syntetis of
priority, dan logical consistency.
Decomposition
adalah
memecahkan
suatu
masalah yang utuh ke dalam bentuk hierarki,
dimana
setiap
unsur
hierarki
memiliki
suatu
hubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai
tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,
sehingga
persoalan
masalah
didapatkan
yang
seluruh
hendak
disusun
pengambilan
beberapa
elemen
dipecahkan.
untuk
keputusan
tingkatan
membantu
dengan
keputusan
yang
dari
Hierarki
proses
memperhatikan
terlibat
dalam
sistem.
Comparative judgement merupakan inti dari
AHP karena akan berpengaruh terhadap nilai bobot
28
tiap kriteria. Hasil dari penilaian ini lebih mudah
disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons
yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat
tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap
kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala
1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah
(equal importance) sampai dengan skala 9 yang
menujukkan
tingkatan
paling
tinggi
(extreme
importance).
Synthesis
of
menggunakan
mendapatkan
priority
eigen
bobot
dilakukan
dengan
method
untuk
vector
relatif
bagi
setiap
unsur
pengambilan keputusan. Karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk
mendapatkan prioritas keseluruhan (global priority)
harus dilakukan sintesis diantara prioritas pada tiap
kompetensi
(local
priority).
Prosedur
melakukan
sintesis berbeda dengan bentuk hierarki. Pengurutan
elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui
sintesis dinamakan priority setting.
Logical consistency merupakan karakteristik
penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan
seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai
tingkatan hierarki dan selanjutnya diperoleh suatu
vektor
composite
tertimbang
urutan pengambilan keputusan.
29
yang
menghasilkan
C. Langkah PKG Mandiri dengan Metode AHP
Saaty (1993) memaparkan bahwa tahapan
pengambilan
keputusan
yang
dilakukan
dalam
metode AHP adalah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi
yang diinginkan
b. Membuat struktur hierarki.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan
(pairwise comparison).
d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai
dari setiap elemen di dalam matriks berpasangan
dengan nilai total dari setiap kolom.
e. Menghitung
nilai
konsistensinya,
eigen
jika
vector
tidak
dan
konsisten
menguji
maka
pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai
eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen
vector
maksimum
yang
diperoleh
dengan
menggunakan matlab maupun dengan manual.
f. Menghitung
eigen
vector
dari
setiap
matriks
perbandingan berpasangan.
g. Menguji
konsistensi
hierarki.
Jika
tidak
memenuhi (CR ≤ 0,100), maka penilaian harus
diulangi kembali.
Menurut Iriani (2013) langkah yang dapat
dilakukan dalam melakukan perancangan penilaian
kinerja adalah sebagai berikut :
30
a. Tahap identifikasi masalah
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja dengan menggunakan
metode AHP dapat dilakukan dengan cara :
membuat struktur hierarki yang akan digunakan,
menyebarkan kuesioner, dan menentukan bobot
tiap variabel yang akan digunakan.
c. Tahap Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Pada tahap pengukuran dan evaluasi kinerja
dilakukan scoring (scoring system) pada setiap
variabel yang akan digunakan untuk mengetahui
perlu tidaknya dilakukan perbaikan terhadap
variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan dua pendapat tersebut, peneliti
akan melakukan penelitian dengan menggunakan
langkah-langkah
yang
dikemukakan
oleh
Iriani
(2013) yang disesuaikan dengan langkah metode AHP
yang
dikemukakan
oleh
Saaty
(1993).
Berikut
rumusan proses penyusunan PKG mandiri yang akan
dilakukan dalam penelitian ini.
a. Tahap identifikasi masalah
Pada tahap ini, ditentukan suatu perumusan
masalah yang didasarkan pada tinjauan pustaka,
pencarian
diperlukan.
referensi,
dan
Setelah
data-data
merumuskan
yang
masalah,
ditentukan pula tujuan dari pemecahan masalah
yang akan dilakukan.
31
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap
dimana metode AHP digunakan, tahapan tersebut
terdiri dari :
Perancangan struktur hierarki
Penyebaran kuesioner
Menentukan bobot variabel
Menguji konsistensi
Merancang format penilaian kinerja
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Dilakukan pengumpulan data dan scoring system
untuk mengetahui pencapaian target pada setiap
kompetensi.
Penggunaan
metode
traffic
light
digunakan untuk mengetahui apakah skor pada
masing-masing
kompetensi
mengindikasikan
perlunya perbaikan atau tidak.
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian
yang relevan dengan penelitian “Penilaian Kinerja
Guru Mandiri Dengan Metode AHP
(Analytical
Hierarchy Process)”, antara lain :
a. “Perancangan Penilaian Kinerja Guru berdasarkan
Standar Kualifikasi Akademik Kompetensi Guru
dan Kompetensi Gomes Sebagai Acuan Pemberian
Insentif”
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian
studi kasus di SMA Brawijaya Smart School Malang.
Penelitian ini dilakukan oleh tiga mahasiswa Jurusan
32
Teknik Industri Fakultas Teknik Brawijaya Malang.
Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
memberikan
perancangan penilaian guru bagi SMA Brawijaya
Smart School yang digunakan sebagai acuan untuk
memberikan insentif untuk memotivasi guru dalam
meningkatkan kinerjanya. Perancangan penilaian
dilakukan dengan pembobotan dengan metode AHP
yang
kemudian
dilakukan
perangkingan
kinerja
menggunakan metode rating scale. Dari peringkat
dan bobot yang diperoleh, kemudian dilakukan
penghitungan untuk menghitung besarnya insentif
yang didapat setiap guru di SMA Brawijaya Smart
School, Malang.
Persamaan penelitian yang dilakukan di SMA
Brawijaya
keduanya
School
dengan
penelitian
menggunakan
menggunakan
metode
ini
pembobotan
AHP
untuk
adalah
dengan
melakukan
penilaian kinerja guru. Perbedaannya, penelitian
yang dilakukan oleh tiga mahasiswa teknik industry
ini menggunakan Kompetensi Gomes sebagai standar
penilaian kinerja guru, dan hasil penilaiannya akan
digunakan
sebagai
penentu
pemberian
insentif.
Sedangkan, penelitian ini menggunakan kompetensi
guru
yang
sudah
ditetapkan
pemerintah,
dan
ditujukan sebagai acuan perbaikan kinerja guru.
b. “Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode
AHP dan TOPSIS”
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
yang
dilakukan oleh Mahasiswa Pasca Sarjana Matematika
33
FMIPA ITS Surabaya dan dua Dosen Pasca Sarjana
Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Tujuan
dari
penelitian
alternatif
ini
dalam
berprestasi
di
adalah
memberikan
pengambilan
Diknas
keputusan
Kabupaten
Hulu
solusi
guru
Sungai
Selatan, Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan
dengan pembobotan kriteria penilaian menggunakan
metode
AHP
yang
selanjutnya
dilakukan
perangkingan dengan metode TOPSIS. Analisis data
dengan menggunakan metode AHP dan TOPSIS
dilakukan dengan software MATLAB 2009. Di akhir
penelitian, disimpulkan bahwa dengan metode AHPTOPSIS dapat dibangun sebuah sistem pengambilan
keputusan untuk membantu proses pemilihan guru
berprestasi
berdasarkan
ditentukan,
sehingga
kriteria-kriteria
bisa
dilakukan
yang
proses
perhitungan secara lebih efektif dan efesien.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Mahasiswa Pasca Sarjana Matematika FMIPA ITS
Surabaya dan dua Dosen Pasca Sarjana Jurusan
Matematika FMIPA ITS Surabaya dengan penelitian
ini adalah keduanya berujuan untuk memberikan
solusi
alternatif
penilaian
dengan
menggunakan
metode AHP. Perbedaannya urutan prioritas yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode
TOPSIS, sedangkan pada penelitian ini digunakan
analisis
warna
menentukan
traffic
kompetensi
perbaikan.
34
lights
yang
system
untuk
memerlukan
c. “Analisis
Pengukuran
Kinerja
Sumber
Daya
Manusia Menggunakan Metode Human Resources
Scorecard”
Jurnal yang ditulis oleh Harnanda, alumni
Teknik Industri Pertanian, Universitas Brawijaya;
Hidayat dan Putri sebagai dosen Jurusan Teknologi
Industri
Pertanian,
Universitas
Brawijaya.
ini
merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan di
PT Erindo Mandiri, Pasuruan – Jawa Timur. Hasil
penilaian dibuat berdasarkan hasil penyelarasan visi
misi
dan
strategi
perusahaan
menjadi
sasaran
strategis SDM menghasilkan 23 KPI yang terbagi ke
dalam 4 perspektif (financial, customer, internal
bussiness
process,
learning
and
growth).
Nilai
pencapaian kinerja masing-masing perspektif yaitu,
perspektif
customer
financial
sebesar
sebesar
89,75%,
136%,
perspektif
perspektif
internal
bussiness process sebesar 87,81%, dan perspektif
learning and growth sebesar 81,16%. Kinerja keempat
perspektif tersebut berkategori hijau yang berarti
kinerja keempatnya telah baik dan memenuhi target.
Persamaan penelitian yang dilakukan di PT
Erindo Mandiri, Pasuruan – Jawa Timur dengan
penelitian
pembobotan
ini
adalah
dengan
keduanya
metode
AHP
menggunakan
dan
analisis
menggunakan traffic lights system. Perbedaan dengan
penelitian ini, terletak pada bidang yang diteliti serta
format penilaian yang digunakan.
35
2.3. Kerangka Pikir
Guru merupakan kunci keberhasilan dalam
usaha
peningkatan
mutu
pendidikan,
sehingga
untuk meningkatkan mutu pendidikan di suatu
sekolah, hendaknya PKG harus dilakukan seoptimal
mungkin. Suatu sekolah di sebuah daerah pasti
membutuhkan kriteria guru yang berbeda dengan
kriteria guru yang diinginkan oleh sekolah lainnya.
Kriteria guru yang dibutuhkan di suatu desa, pasti
berbeda dengan kriteria guru yang ada di kota.
Sehingga diperlukan suatu PKG mandiri di suatu
sekolah, agar hasil penilaian guru sesuai dengan
tujuan, visi, dan misi sekolah tersebut.
PKG mandiri, tentunya tidak dapat terlepas
dari
standar
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah
mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
PKG yang ditetapkan oleh Pemerintah terdiri dari 4
kompetensi
dan
penjabarannya.
kompetensi
sehingga
14
Pada
memiliki
tidak
ada
sub-kompetensi
PKG
tersebut,
bobot/nilai
sasaran
yang
strategis
sebagai
setiap
sama,
maupun
prioritas mana yang ingin ditonjolkan. Agar sekolah
dapat memprioritaskan kompetensi mana yang lebih
diprioritaskan dibandingkan kompetensi lain maka
setiap kompetensi hendaknya diberikan bobot/nilai
berbeda dimana perbedaan tersebut ditentukan oleh
visi dan misi yang ingin dicapai sekolah.
Pembobotan dalam kompetensi guru tidak
mungkin dilakukan secara subjektif, dibutuhkan
36
suatu
metode
yang
dapat
mengubah
persepsi
seseorang terhadap suatu kompetensi menjadi suatu
nilai
numerik.
Salah
satu
metode
digunakan
adalah
metode
AHP.
merupakan
suatu
metode
yang
yang
dapat
Metode
ini
menguraikan
pemecahan masalah menjadi suatu hierarki. Pada
metode
ini,
dilakukan
perbandingan
antar
kompetensi (KPI) yang ada dalam hierarki tersebut,
yang selanjutnya akan diolah dengan aplikasi AHP
untuk memperoleh bobot.
Setelah diperoleh bobot pada setiap KPI, maka
dilakukan PKG yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Hasil dari PKG tersebut kemudian diolah menjadi
PKG tunggal (rata-rata seluruh penilaian kinerja
guru).
PKG
tunggal
tersebut
nantinya
akan
dievaluasi dengan traffic light system.
Metode traffic light system digunakan sebagai
tanda apakah skor dari suatu KPI mengidentifikasi
perlu atau tidaknya dilakukan suatu perbaikan
terhadap kompetensi tersebut. Traffic light system
menggunakan 3 warna yaitu : Hijau jika KPI > 90%;
Kuning jika 90% > KPI > 60%; dan Merah jika KPI <
60%. Bagan kerangka pikir dapat dilihat pada
gambar 2.1.
37
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka berfikir di atas,
peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
A. Hipotesis nol (H0)
H0 : µ ≥ 0,80
Yaitu “Hasil penilaian kinerja guru SD Kristen Satya
Wacana Salatiga lebih dari sama dengan 0,80.
38
Artinya kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga sudah mencapai 80%.
B. Hipotesis alternatif (H1)
H1 : µ < 0,80
Yaitu “Hasil penilaian kinerja guru SD Kristen Satya
Wacana Salatiga kurang dari 0,80. Artinya kinerja
guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga belum
mencapai 80%.
39