Membongkar Kebungkaman dalam Teks Sastra

MEMBONGKAR KEBUNGKAMAN DALAM TEKS SASTRA POPULER
oleh Cucum Cantini
alumni Ilmu Sastra FIB UGM
cantini@mail.ugm.ac.id

Tulisan ini merupakan bahasan serta contoh sederhana mengenai Teori Produksi
Sastra Pierre Macherey.
Tidak seperti aliran Marxis lainnya, Pierre Macherey memfokuskan kajian
sesusastraannya dengan membuat yang bungkam berbicara. Baginya, hal yang
penting dalam sebuah teks adalah ketidakhadiran yang tidak disampaikan di
dalamnya. Semakin banyak teks berbicara, semakin besar yang disembunyikannya.
Namun, tidak sekedar asumsi, kajian Macherey memiliki cara-caranya sendiri dalam
membongkar yang tidak hadir itu.
Identifikasi Macherey terhadap karya sastra adalah dengan melihat bagaimana proses
produksi dalam pengolahan teks tersebut. Hal demikian lebih nampak seperti
bagaimana sebuah proses produksi dalam industri. Dalam bukunya A Theory of
Literary Production, Macherey berusaha untuk menunjukkan dengan mudah cara
kerja teorinya dengan mengganti istilah-istilah dalam menulis, membuat, atau
mengimajinasikan sebuah teks sastra ke dalam pola-pola produksi ekonomi.
Katakanlah sebuah pabrik produksi mobil, di dalamnya terdapat buruh perakit,
pemilik modal, dan mobil itu sendiri. Pemilik modal memiliki usaha tersebut,

permintaan terhadap kendaraan meningkat karena konsumen memiliki hasrat akan
mobil-mobil yang sedang tren. Pemilik modal kemudian mencari selera konsumen
agar produknya laku terjual. Para buruh dan pekerja kemudian membuat dan merakit
mobil-mobil sesuai model yang diberlakukan pemilik modal. Apapun dilakukan agar
produksi tetap berjalan, mobil laku terjual, buruh dapat digaji, dan pemilik modal
mendapatkan keuntungan.

Hal itu berlaku dalam proses produksi kesusastraan. Bagi Macherey, seorang penulis
tak ubahnya seperti para buruh perakit mobil tersebut; mereka menulis dan
menciptakan sebuah karya sastra berdasarkan selera pembaca. Agar pemilik modal
mampu mendapatkan keuntungan. Pemilik modal inilah yang bisa menjadi penerbit
atau pemilik gagasan teks. Dalam proses produksi inilah Macherey menyebutnya
sebagai proyek ideologis. Sebuah rancangan untuk menciptakan sebuah pemikiran
bagi pembaca agar mereka merasa harus membaca karya sastra tersebut. Bentukbentuk ideologi yang ditanamkan tersebut akan beragam, semakin besar gagasan
tersebut maka akan semakin kuat kepercayaan pembaca untuk membaca karya itu.
Ketika penulis menciptakan karya sastra, ada ciri-ciri atau jejak yang bagi Macherey
tidak mungkin luput. Jejak-jejak itu kemudian akan mengarahkan kepada
ketidakhadiran. Kita kembali ke pabrik mobil, ketika model-model kendaraan itu
diciptakan, selera konsumen itu akan menampakan tren apa yang kala itu sedang
populer. Misal, mobil kecil yang ringan cocok untuk kendaraan kota atau city car,

menjadi pilihan banyak konsumen. Menggunakan bahan bakar hydro agar ramah
lingkungan. Pom-pom hydro mudah ditemukan di wilayah perkotaan sehingga
konsumen mudah mengisi ulang mobilnya. Meski mobil ini harganya sedikit lebih
mahal dari kendaraan berbahan bakar bensin, produsen menjamin bahwa kendaraan
buatannya lebih hemat.
Jika kita ubah peristiwa di atas ke dalam produksi kesusastraan, kita akan memiliki
pilihan beragam kasus sastra. Akan tetapi, produksi massal terhadap sastra akan
mengarahkan kita kepada sastra populer, sastra yang dibuat massal karena pembaca
memiliki selera terhadap karya tersebut. Katakanlah genre yang sedang tren adalah
fiksi Islam. Akan banyak ditemukan di toko-toko buku, fiksi-fiksi bernuansa Islam
memenuhi rak-rak bukunya. Tidak akan semudah itu sebuah fiksi berjajar,
bertumpuk, serta memiliki rak khusus berlabel novel Islami. Itu karena konsumen
yang mencari merasa butuh, dan menggemari fiksi bernuansa islami. Karenanya,
produksi terhadap fiksi-fiksi semacam itu meningkat dan dibuat massal. Penerbit

kemudian mencari banyak cara agar produksi tetap atau bahkan meningkat. Dia
kemudian melihat bagaimana fiksi Islam banyak digemari, maka dia mencari penulis
yang dikenal Islami, membuat fiksi yang bernuansa Islam, atau menarik tokoh publik
islami untuk dijadikan tulisan biografi atau autobiografi.
Sama halnya dengan kasus city car yang hemat, disesuaikan dengan kondisi kota dan

pom hydro yang mudah dicari. Fiksi islami ini digadang-gadang merupakan sebuah
fiksi yang sarat akan nilai-nilai keislaman, yang dibutuhkan di era modern ini. Fiksi
yang sesuai dengan masyarakat kontemporer yang menyajikan kisah kekinian akan
tetapi sangat modern, maka ditariknya tokoh, penulis, serta kisah islami ini menjadi
sebuah proyek ideologis yang diciptakan penerbit, penulis, atau pemilik karya
tersebut.
Fiksi islami ini kemudian menyajikan kisah-kisah islami yang menginspirasi. Penulis
merealisasikannya ke dalam sebuah kisah yang diharapkan oleh pembaca. Macherey
menyebutnya sebagai realisasi, dimana di dalamnya terdapat tanda-tanda atau jejak
yang mulai mengarahkan pada kenyataan bahwa fiksi ini nyatanya adalah sebuah
bentuk proyek yang sudah disebutkan tadi. Jika kita kembali pada kasus mobil,
realisasi ini menunjukkan tanda-tanda bahwa mobil kota yang tengah marak adalah
upaya untuk mengurangi jumlah kendaraan yang memadati jalan dan lahan parkir,
sehingga ukurannya diperkecil. Selain itu mobil ini mengurangi polusi bahan bakar
minyak yang merusak lingkungan, sehingga disediakanlah pom-pom hydro agar
konsumen tidak terlalu sulit saat ingin isi ulang.
Tak jauh berbeda, fiksi islami membawa pada tren di luar sastra. Fiksi islami hadir
karena tema-tema keislaman juga bermunculan dalam beragam aspek, misal tren
hijab di kalangan orang-orang muda dan masyarakat kota. Tren Islam dalam
perbankan syariah, atau tren islami saat menggunakan internet dan gadget: aplikasi

Al-Quran, dsb. Realisasi terhadap fiksi islami ini dibuat oleh penulisnya nyatanya
mengantarkan pada kondisi Islam yang kini memiliki kebebasan untuk masuk dan

berbaur dengan modernitas. Hal ini jauh berbeda dengan periode sebelumnya yang
banyak membelenggu Islam untuk bergerak, jangankan untuk masuk ke dalam
modernitas, Islam susah untuk dijalankan kaidah-kaidahnya oleh muslim karena
diatur oleh hukum dan peraturan kala itu. Gagasan akan penggunaan hijab yang
dianggap tidak modispun menjadi kendala bagi muslimah untuk tampil.
Realisasi bagi Macherey harus memiliki ciri-ciri khusus, sehingga kajiannya tidak
hanya sekedar asumsi tanpa alasan. Realisasi dalam city car yang tadi dibahas
menyebutkan mengenai ramah lingkungan, hemat energi, ringan dan kecil, ciri-ciri
itulah yang merupakan sebuah figurasi. Figurasi ini yang mengantarkan pada proses
membongkar kebungkaman yang tidak dikatakan dalam proses produksi. Sebisa
mungkin tidak dikatakan karena akan membuat konsumen berpikir ulang untuk
membelinya. Kata-kata yang digarisbawahi di atas menunjukkan pada masalah
perkotaan yang menjadi masalah rumit yang susah dikendalikan; polusi, padat
kendaraan, kurangnya lahan.
Mengkaji fiksi islami pun harus memiliki figurasi. Kita harus melihat bagaimana fiksi
ini bercerita mengenai Islam dan modernitas. Satu hal yang cukup sulit karena di
periode sebelumnya, Islam dianggap konservatif dan tradisional. Fiksi islami

menunjukkan kecantikan pemakai hijab, latar Timur Tengah yang nyaman dan
relijius, tokoh yang mendapat hidayah mengenal Islam lebih dalam, keteladanan
tokoh Islam, perlawanan Islam terhadap nonislam, serta eksisnya tokoh keturunan
Arab. Ciri-ciri dalam fiksi islami inilah yang selalu identik, hal tersebut tentu
beralasan. Eksistensi Islam dalam teks adalah eksistensi Islam dalam kondisi real,
melalui teks pembaca melihat Islam sebagai sebuah wujud kuat yang mampu
mengalahkan lawannya: nonislam.
Semua pembahasan di atas membawa kita pada kondisi ketidaksadaran teks.
Pembaca secara tidak sadar telah menjadi bagian dari proyek ideologis, karena semua
itu tidak disampaikan, tidak dikatakan, tidak disebutkan dalam teks fiksi islami tadi.

Pembaca tidak tahu bahwa kondisi kebebasan Islam saat ini memiliki sejarah
panjang, tidak mendapat informasi bagaimana kekuatan-kekuatan besar yang tengah
dilawan oleh Islam, atau bagaimana Revolusi Islam Iran telah menggoncangkan
dunia; melawan Barat yang menguasai Iran; menanamkan ideologi Islam dalam
segala aspek; menyadarkan muslim-muslim sedunia bahwa Islam mampu tampil dan
dibicarakan dunia. Semua itu masuk dan menyadarkan muslim-muslim di Indonesia.
Secara halus, pembaca teks fiksi dibuat sadar, dibuat percaya, dibuat tahu, kekuatan
Islam tanpa perlu dikatakan atau disampaikan dalam kisah fiksi islami yang
dibacanya.

Setiap masing-masing pengkaji akan memiliki hasil yang berbeda karena setiap
pengkaji memiliki pengetahuan yang berbeda pula, meski objeknya sama: fiksi
islami. Hal demikian menurut Macherey adalah simptomatik, sebuah cara kerja yang
digunakan Freud. Demikian halnya bahwa kebungkaman ini sifatnya bisa secara
sadar maupun tidak sadar bagi pemilik produksi.
***