PEMANASAN GLOBAL terhadap lingkungan hidup (4)

BAB I
PENDAHULUAN
PEMANASAN GLOBAL AKIBAT METANA

A. Latar Belakang
Pemanasan global saat ini merupakan isu penting untuk dibahas oleh
masyarakat dunia, dampak dari pemanasan global sudah dirasakan oleh
masyarakat dunia. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat dunia seperti
gelombang panas, banjir, longsor, kemarau panjang, sampai hilangnya pulaupulau kecil akibat dari naiknya permukaan air laut yang diakibatkan oleh
mencairnya es di kutub bumi.

Pemanasan global diakibatkan oleh

meningkatnya konsentrasi gas-gas yang menyerap panas atau yang disebut
sebagai fenomena gas rumah kaca.
Menurut hasil konvensi PBB mengenai perubahan iklim (United Nations
framework Convention on Climate Change – UNFCCC), disebutkan bahwa
ada enam jenis gas yang digolongkan ke dalam gas rumah kaca, yaitu :
karbondioksida (CO2), dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfuheksafluorida
(SF6), perflourokarbon (PFCs), dan hidrofluorokarbon (HFCs). Dari keenam
jenis gas tersebut terdapat tiga jenis gas yang menyumbangkan emisi

terbanyak, yaitu CO2, N2O, dan CH4. Ketiga jenis gas ini terutama dihasilkan
oleh pembakaran bahan bakar fosil disektor transportasi, industri, dan energi.
Sedangkan gas rumah kaca lain (HFCs, PFCs, dan SF 6) walaupun
menyumbangkan kurang dari 1% dari total emisi gas rumah kaca kan tetapi
berdampak lebih merusak (tabel 1.) dihasilkan secara umum dari industri
pendingin (freon) dan pengunaan aerosol (Abdi Tani, Vol.8 No.3).
Tanaman padi merupakan komoditi tanaman pangan utama di Indonesia,
luas areal pertanaman padi di Indonesia mencapai 11 juta hektar, dan lebih
dari 10 juta hektar (90% luas pertanaman) ditanam sebagai padi sawah

sedangkan sisanya 1 juta hektar ditanam sebagai padi ladang (Deptan, 2004).
Budidaya padi sawah yang dilakukan secara umum dengan melakukan
penggenangan terus menerus telah membawa persoalan lain yang memberikan
dampak luar biasa bagi kondisi iklim bumi. Kondisi sawah yang selalu
tergenang menyebabkan terjadinya emisi gas metana (CH 4), salah satu dari
jenis gas rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi
sehingga bumi menjadi lebih hangat, yang saat ini disebut dengan istilah
pemanasan global.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemanasan global?

2. Apa penyebab pemansan global?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya pemansan global?
4. Bagaimana dampak pemansan global?
5. Bagaimana cara untuk menanggulangi pemanasan global?
6. Apa contoh studi kasus pada pemanasan global?
C. Tujuan
1. Mengetahui pemanasan global
2. Mengetahui penyebab pemansan global
3. Memahami mekanisme terjadinya pemansan global
4. Mengetahui dampak pemansan global
5. Mengetahui cara penanggulangan pemanasan global
6. Memahami contoh studi kasus pada pemanasan global

BAB II
PEMBAHASAN
PEMANASAN GLOBAL AKIBAT METANA

1. DEFINISI PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan Global atau Global


warming

adalah

kejadian

meningkatnya suhu rata-rata bumi. Menrurut penelitian yang telah dilakukan,
suhu rata-rata permukaan bumi selama seratus tahun telah meningkat menjadi
0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F). Tentunya hal ini merupakan suatu ancaman
bagi bumi kita apabila terus dibiarkan. Ada banyak hal yang dapat
mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Selain dari faktor alam itu
sendiri, sebenarnya manusialah yang menjadi pemeran utama mengapa
pemanasan global itu dapat terjadi? Penggunaan teknologi yang dapat
menghasilkan carbon dioksida tanpa dibatasi adalah bentuk pencemaran
udara yang menimbulkan efek rumah kaca yang berlebihan yang merupakan
salah satu dari penyebab pemanasan global.
2. PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
Dalam laporan terbaru, Fourth
Assessment Report, yang dikeluarkan
oleh


Intergovernmental

Panel

on

Climate Change (IPCC), satu badan
PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan
dari seluruh dunia, terungkap bahwa
90% aktivitas manusia selama 250
tahun terakhir inilah yang membuat
planet
Revolusi

kita

semakin

Industri,


panas.Sejak

tingkat

karbon

dioksida beranjak naik mulai dari 280
ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun
terakhir. Tidak main-main, peningkatan
konsentrasi CO2 di atmosfer Bumi itu
tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir!
IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas
rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti

Tingkat Kadar CO2
Sumber: http://www.infomemanasan
global.com

karbon dioksida, metana, dan nitro oksida, khususnya selama 50 tahun ini,

telah secara drastis menaikkan suhu Bumi. Sebelum masa industri, aktivitas
manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca, tetapi pertambahan
penduduk, pembabatan hutan, industri peternakan, dan penggunaan bahan
bakar fosil menyebabkan gas rumah kaca di atmosfer bertambah banyak dan
menyumbang pada pemanasan global.
Aktifitas manusia yang kian hari kian meningkat diiringi dengan
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan peningkatan
pencemaran di muka bumi, berikut salah satu aktifitas yang menyebabkan
pemanasan global.
Peternakan
Pada tahun 2006, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)

1.

mengeluarkan laporan “Livestock’s Long Shadow” dengan kesimpulan
bahwa sektor peternakan merupakan salah satu penyebab utama
pemanasan global. Sumbangan sektor peternakan terhadap pemanasan
global sekitar 18%, lebih besar dari sumbangan sektor transportasi di dunia
yang menyumbang sekitar 13,1%. Selain itu, sektor peternakan dunia juga
menyumbang 37% metana (72 kali lebih kuat daripada CO2 selama rentang

waktu 20 tahun), dan 65% nitro oksida (296 kali lebih kuat daripada CO2).
Sektor peternakan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat
dilihat rinciannya sebagi berikut menurut FAO:
1) Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak
a. Penggunaan bahan bakar fosil dalam

pembuatan

pupuk

menyumbang 41 juta ton CO2 setiap tahunnya
b. Penggunaan bahan bakar fosil di peternakan menyumbang 90 juta
c.

ton CO2 per tahunnya (misal diesel atau LPG)
Alih fungsi lahan yang digunakan untuk peternakan menyumbang
2,4 milyar ton CO2 per tahunnya, termasuk di sini lahan yang
diubah untuk merumput ternak, lahan yang diubah untuk menanam
kacang kedelai sebagai makanan ternak, atau pembukaan hutan


untuk lahan peternakan
d. Karbon yang terlepas dari pengolahan tanah pertanian untuk pakan
ternak (misal jagung, gandum, atau kacang kedelai) dapat mencapai
28 juta CO2 per tahunnya. Perlu Anda ketahui, setidaknya 80%

panen kacang kedelai dan 50% panen jagung di dunia digunakan
e.

sebagai makanan ternak.
Karbon yang terlepas dari padang rumput karena terkikis menjadi

gurun menyumbang 100 juta ton CO2 per tahunnya
2) Emisi karbon dari sistem pencernaan hewan
a. Metana yang dilepaskan dalam proses pencernaan hewan dapat
b.

mencapai 86 juta ton per tahunnya.
Metana yang terlepas dari pupuk kotoran hewan dapat mencapai 18

juta ton per tahunnya.

3) Emisi karbon dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak
ke konsumen
a. Emisi CO2 dari pengolahan daging dapat mencapai puluhan juta ton
per tahun.
b. Emisi CO2 dari pengangkutan produk hewan ternak dapat mencapai
lebih dari 0,8 juta ton per tahun.
Industri peternakan terkait erat dengan pola konsumsi daging.
Baru-baru ini, badan PBB yang lain, yaitu United Nations Environment
Program (UNEP) menegaskan dalam buku panduan “Kick The Habit”
bahwa pola makan daging untuk setiap orang per tahunnya
menyumbang 6.700 kg CO2. Saat ini, penduduk Bumi berjumlah sekitar
6,7 miliar orang. Bila 5 miliar orang di antaranya adalah pemakan
daging, coba Anda hitung berapa triliun CO 2 yang dihasilkan setiap
tahunnya? Kita perlu memprogram ulang kebiasaan makan kita. Dan
Anda perlu tahu, vegetarian, menurut laporan UNEP, hanya
menyumbang 190 kg CO2 per tahunnya.
Divisi Lingkungan Bank Dunia baru-baru ini mengemukakan
penelitian mengejutkan bahwa produksi dan konsumsi daging
menyebabkan 51% pemanasan global dalam laporan penelitian
mereka yang bertajuk Livestock and Climate Change (2009)10. Berikut

adalah tabel koreksi emisi produksi dan konsumsi daging setelah
menggabungkan berbagai aspek yang tidak diperhitungkan dalam
laporan FAO “Livestock Long Shadow” (2006) menurut Bank Dunia :

Daftar Emisi dari Peternakan
Sumber: http://www.infomemanasan global.com

Penelitian Badan Asesmen Lingkungan Belanda, yang berjudul
“Manfaat Mengubah Pola Makan terhadap Iklim” (2009) juga menganalisa
seluruh rantai aktivitas pengembangbiakkan ternak dari ladang ke piring
makan. Studi itu menghitung biaya moneter untuk menghentikan
perubahan iklim, yang diartikan dengan menstabilkan CO2 yang ada di
atmosfer pada tingkat 450 bagian per juta (ppm). Laporan tersebut
menyimpulkan bahwa 20 miliar dolar AS, atau 50 persen dari total
perkiraan biaya 40 miliar dolar AS, dapat ditekan pengeluarannya dengan
peralihan global ke pola makan sedikit daging. Lebih tegas lagi mereka
menyatakan bahwa bahkan pola makan vegan, sepenuhnya tanpa produk
hewani sama sekali, dapat menekan biaya mitigasi iklim pada tahun 2050
a.


hingga 80%.
Pembangkit Energi
Sektor energi merupakan sumber penting
gas

rumah

kaca,

khususnya

karena

energi

dihasilkan dari bahan bakar fosil, seperti minyak,
gas, dan batu bara, di mana batu bara banyak

Pembangkit Energi listrik
Sumber: http://www.infomemanasan
global.com

digunakan untuk menghasilkan listrik. Sumbangan sektor energi terhadap
emisi gas rumah kaca mencapai 25,9%.
b.

Industri
Sumbangan sektor industri terhadap
emisi gas rumah kaca mencapai 19,4%.
Sebagian besar sumbangan sektor industri ini
berasal dari penggunaan bahan bakar fosil
untuk menghasilkan listrik atau dari produksi
C02 secara langsung sebagai bagian dari
pemrosesannya, misalnya saja dalam produksi
semen. Hampir semua emisi gas rumah kaca
dari sektor ini berasal dari industri besi, baja, kimia,

Polusi Industri

pupuk, semen, kaca dan keramik, serta kertas.
c.

Pertanian
Sumbangan sektor pertanian terhadap emisi gas rumah kaca sebesar
13,5%. Sumber emisi gas rumah kaca pertama-tama berasal dari
pengerjaan tanah dan pembukaan hutan. Selanjutnya, berasal dari
penggunaan bahan bakar fosil untuk pembuatan pupuk dan zat kimia lain.
Penggunaan mesin dalam pembajakan, penyemaian, penyemprotan, dan
pemanenan menyumbang banyak gas rumah kaca. Yang terakhir, emisi gas
rumah kaca berasal dari pengangkutan hasil panen dari lahan pertanian ke
pasar.

d.

Alih Fungsi Lahan dan Pembabatan Hutan
Sumber lain C02 berasal dari alih fungsi
lahan di mana ia bertanggung jawab sebesar
17.4%. Pohon dan tanaman menyerap karbon
selagi mereka hidup. Ketika pohon atau tanaman
membusuk atau dibakar, sebagian besar karbon
yang mereka simpan dilepaskan kembali ke
atmosfer. Pembabatan hutan juga melepaskan
karbon yang tersimpan di dalam tanah. Bila hutan

Pembebasan lahan
Sumber: http://www.infomemanasan
global.com

itu tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan menyerap jauh lebih
sedikit CO2.
e.

Transportasi
Sumbangan seluruh sektor transportasi
terhadap emisi gas rumah kaca mencapai
13,1%. Sektor transportasi dapat dibagi menjadi
transportasi darat, laut, udara, dan kereta api.
Dari total sumbangan 13,1% itu, sumbangan
terbesar berasal dari transportasi darat (79,5%),
disusul kemudian oleh transportasi udara
(13%), transportasi laut (7%), dan terakhir
kereta api (0,5%).

f.

Emisi kendaraan
Sumber: http://www.infomemanasan
global.com

Hunian dan Bangunan Komersial
Sektor hunian dan bangunan bertanggung jawab sebesar 7,9%.
Namun, bila dipandang dari penggunaan energi, maka hunian dan
bangunan komersial bisa menjadi sumber emisi gas rumah kaca yang
besar. Misalnya saja dalam penggunaan listrik untuk menghangatkan dan
mendinginkan ruangan, pencahayaan, penggunaan alat-alat rumah tangga,
maka sumbangan sektor hunian dan bangunan bisa mencapai 30%.
Konstruksi bangunan juga mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca.
Sebagai contohnya, semen, menyumbang 5% emisi gas rumah kaca.

g.

Sampah
Limbah sampah menyumbang 3,6% emisi gas rumah kaca. Sampah
di sini bisa berasal dari sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan
Sampah (2%) atau dari air limbah atau jenis limbah lainnya (1,6%). Gas
rumah kaca yang berperan terutama adalah metana, yang berasal dari
proses pembusukan sampah tersebut.

3. MEKANISME PEMANASAN GLOBAL

Pemanasan
sebenarnya

global

mengikuti

terjadi

prinsip

efek

rumah kaca. Efek rumah kaca pertama
kali di usulkan oleh Joseph Fourier pada
tahun 1824, yaitu dimana pemanasan
suatu benda langit yang disebabkan oleh
komposisi suatu atmosfernya. Menurut
penelitian

yang

dilakukan,

gas-gas

rumah kaca yang berkontribusi pada
pemanasan global pada saat ini karbon
dioksida(CO2) yang dihasilkan dari
buangan gas dari mesin bermotor, asap
dari pembakaran industri. Selain itu gas
metana (CH4) yang dihasilkan dari
agrikultur dan peternakan (terutama dari pencernaan hewan ternak), lalu gas
NO yang menghasilkan 300 kali efek pemanasan global dan CFC
(chlorofluorocarbons) yang menghasilkan ribuan kali efek pemanasan global.
Namun penggunaan gas ini sekarang telah dilarang karena dituding sebagai
penyebab rusaknya lapisan ozon.
Rumah kaca memiliki prinsip, yaitu menyerap energi panas yang
dipancarkan oleh matahari dan menahannya, sehingga suhu udara di dalam
rumah kaca menjadi hangat dan bisa menunjang pertumbuhan tanaman di
dalamnya.
Bumi menerima energi panas dari matahari yang menyinari bumi.
Energi panas yang sampai ke Bumi menciptakan nuansa panas yang dapat
menghangatkan bumi. Sebagian dari panas tersebut akan di serap oleh bumi
dan sisanya akan dipantulkan kembali. Namun, sebagian besar panas tersebut
tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya gas rumah kaca.
Panas yang dipantullkan oleh bumi akan diserap oleh gas-gas rumah kaca dan
dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Akibatnya, energi panas tersebut

terperangkap di dalam atmosfer bumi, sehingga suhu di permukaan bumi pun
meningkat.
Pada konsentrasi terstentu, sebenarnya kehadiran gas-gas rumah kaca
ini sangat diperlukan untuk menghangatkan suhu di atmosfer bumi. Namun,
meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca juga akan berdampak pada
semakin meningkatnya energi panas di atmosfer bumi.
Efek rumah kaca pertama kali di usulkan oleh Joseph Fourier pada
tahun 1824, yaitu dimana pemanasan suatu benda langit yang disebabkan oleh
komposisi suatu atmosfernya. Menurut penelitian yang dilakukan, gas-gas
rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global pada saat ini karbon
dioksida (CO2) yang dihasilkan dari buangan gas dari mesin bermotor, asap
dari pembakaran industri. Selain itu gas metana (CH4) yang dihasilkan dari
agrikultur dan peternakan (terutama dari pencernaan hewan ternak), lalu gas
NO yang menghasilkan 300 kali efek pemanasan global dan CFC
(chlorofluorocarbons) yang menghasilkan ribuan kali efek pemanasan global.
Namun penggunaan gas ini sekarang telah dilarang karena dituding sebagai
penyebab rusaknya lapisan ozon.

4. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada semakin
ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah
tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi
kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan
bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat. Tanpa
diperkuat oleh pernyataan NASA di atas pun Anda sudah dapat melihat
efeknya pada lingkungan di sekitar kita. Anda tentu menyadari betapa
panasnya suhu di sekitar Anda belakangan ini. Anda juga dapat melihat betapa
tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang
mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya

dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan.
a. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju
ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih
cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur
pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah
hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah
akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini
disebabkan karena uap air merupakan

gas rumah kaca, sehingga

keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi,
uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak,
sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana
hal ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap
derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat
sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya
beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi
lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode
yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi
dan lebih ekstrim.
Tidak ada satu benua pun di dunia ini yang luput dari perubahan iklim
yang ekstrim ini.Pemanasan Global mengakibatkan gelombang panas menjadi

semakin sering terjadi dan semakin kuat. Tahun 2007 adalah tahun pemecahan
rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh gelombang panas yang biasa melanda
Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah memegang rekor tertinggi dengan
suhu tertinggi mencapai 48o Celcius. (Sebagai perbandingan, Anda dapat
membayangkan suhu kota Surabaya yang terkenal panas ‘hanya’ berkisar di
antara 30o-37o Celcius). Suhu di St. George disusul oleh Las Vegas dan
Nevada yang mencapai 47o Celcius, serta beberapa kota lain di Amerika
Serikat yang rata-rata suhunya di atas 40o Celcius. Daerah Death Valley di
California malah sempat mencatat suhu 53o Celcius. Serangan gelombang
panas kali ini bahkan memaksa pemerintah di beberapa negara bagian untuk
mendeklarasikan status darurat siaga I. Serangan tahun itu memakan beberapa
korban meninggal (karena kepanasan), mematikan ratusan ikan air tawar,
merusak hasil pertanian, memicu kebakaran hutan yang hebat, serta
membunuh hewan-hewan ternak.Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan juga
pernah mendapat serangan gelombang panas hebat yang mengakibatkan tidak
kurang dari 35.000 orang meninggal dunia dengan korban terbanyak dari
Perancis (14.802 jiwa). Perancis merupakan negara dengan korban jiwa
terbanyak karena tidak siapnya penduduk dan pemerintah setempat atas
fenomena gelombang panas sebesar itu. Korban jiwa lainnya tersebar mulai
dari Inggris, Italia, Portugal, Spanyol, dan negara- negara Eropa lainnya.
Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan
panen merata di daerah Eropa.Mungkin kita tidak mengalami gelombanggelombang panas maha dahsyat seperti yang dialami oleh Eropa dan Amerika
Serikat, tetapi melalui pengamatan dan dari apa yang Anda rasakan sehariharinya. Anda dapat juga merasakan betapa panasnya suhu di sekitar Anda.
Cobalah perhatikan seberapa sering Anda mendengar ataupun mungkin
mengucapkan sendiri kata-kata seperti: “Panas banget ya hari ini!” Apabila
Anda kebetulan bekerja di dalam ruangan ber-AC dari pagi hingga siang hari
sehingga Anda tidak sempat merasakan panasnya suhu belakangan ini, Anda
dapat menanyakannya kepada teman-teman ataupun orang disekitar Anda
yang kebetulan bekerja di luar ruang. Orang-orang yang sehari-harinya

bekerja dengan menggunakan kendaraan terbuka di siang hari bolong
(misalnya sales dengan sepeda motor) mungkin dapat menceritakan dengan
lebih jelas betapa panasnya sinar matahari yang menyengat punggung mereka.
b. Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan
lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan
permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan
membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar

Greenland, yang lebih

memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan
IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada
abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di
daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen
daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau.
Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan
mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.

c. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesiesspesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota
atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang
tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah. Mencairnya Es di Kutub Utara dan Selatan. Para ilmuwan mengakui

bahwa ada faktor-faktor kunci yang tidak mereka ikutkan dalam model
prediksi yang ada. Dengan menggunakan data es terbaru, serta model prediksi
yang lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat
prediksi baru yang sangat mencengangkan hampir semua es di kutub utara
akan lenyap antara tahun 2008 – 2012
Pemanasan Global berdampak langsung pada terus mencairnya es di
daerah kutub utara dan kutub selatan. Es di Greenland yang telah mencair
hampir mencapai 19 juta ton! Dan volume es di Artik pada musim panas 2007
hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun sebelumnya! Mencairnya es saat
ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan
oleh para ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang pernah dibuat sebelumnya
memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada tahun 2040
sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang tercatat hingga tahun 2007 membuat
mereka berpikir ulang mengenai model prediksi yang telah dibuat
sebelumnya.
Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer
persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh. Menurut
peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu
mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan,
barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada
di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan global,” ujar ketua
peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang disebut
Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, setelah adanya
perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi,
ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan dan menghubungkan dua
pulau. “Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas. Dan, separo
total area es bakal hilang dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Scambos.
“Beberapa kejadian akhir-akhir ini merupakan titik yang memicu dalam
perubahan sistem,” ujar Sarah Das, peneliti dari Institut Kelautan Wood Hole.
Perubahan di Antartika sangat kompleks dan lebih terisolasi dari seluruh
bagian dunia. Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah

pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh
lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh,
bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rataratanya minus 49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus 90
derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya es di
benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia itu mendapat
perhatian serius peneliti.
d. Mencairnya Gletser Dunia
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih,
dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut
dunia. Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat
ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan!
NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah
gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000
meter kubik! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser,
cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global,
hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi
sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat manusialah yang
bertanggung jawab untuk hal ini.
e. Dampak kesehatan
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan
kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen
sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang
ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub
utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma.
Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke
tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare,
malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-

lain.
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya
ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya
perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi
kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun
punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan
berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada
peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang /
kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada
sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease.
Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak
terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran
pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru
kronis, dan lain-lain.
f.

Kebakaran hutan besar-besaran
Bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga

ikut terbakar ludes. Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan
meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga.
Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang
kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal
sehingga salju meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya
dan lebih mudah terbakar.
g. Hanya yang Terkuat yang Bertahan
Akibat musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang
kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat
tahun ini, maka migrasi sejumlah hewan lebih cepat terjadi. Mereka yang
bergerak lambat akan kehilangan makanan, sementar mereka yang lebih
tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa berlaku bagi semua mahluk hidup

termasuk manusia.
5. PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL
Masalah
warming

Global

atau

pemanasan

global memang sudah tidak
asing lagi, penyebabnya tidak
lain

berasal

sendiri.

dari

Global

manusia
warming

terjadi karena adanya efek
rumah kaca dimana panas
yang diterima bumi dari sinar
matahari yang seharusnya di
pantulkan kembali ke luar angkasa, itu malah dipantulkan kembali ke bumi oleh
adanya awan polusi.
Sebenarnya ada bermacam cara memperlambat dampak pemanasan global,
cara-cara tersebut umumnya mudah dan sederhana. Tetapi kurang dilakukan
secara serius oleh kebanyakan orang. Padahal pemanasan global adalah masalah
yang serius. Suhu Bumi yang terus meningkat akan ber efek panjangnya musim
kering atau kemarau. Mencairnya gunungan es di kutub.

a. Jangan menebang pohon sembarangan
Pohon merupakan penghasil gas O2 (oksigen) terbesar di dunia. setiap hari
kita bernafas membutuhkan Oksigen,dan pohon-pohonlah yang setiap harinya
menyediakan oksigen untuk kita. Semakin sdikit pohon akan menyebabkan gas
CO2 (karbon dioksida) bisa dengan leluasa berkeliaran dan akhirnya membuat
bumi semakin panas. Terlepas dari itu kita bernafas menggunakan oksigen tanpa
adanya oksigen mungkin kita tidak akan bisa hidup sampai sekarang.
b. Kurangi menggunakan kendaraan pribadi
Banyaknya pemakaian kendaraan pribadi akan menyebabkan borosnya

penggunaan bahan bakar. Kita semua tau bahwa setiap kendaraan berbahan bakar
minyak akan mengeluarkan gas pembuangan berupa CO2 dan CO, gas-gas ini bila
dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan efek gas rumah kaca yang akhirnya
membuat terjadinya global warming semakin parah. Selama anda masih bisa
untuk menggunakan kendaraan umum gunakanlah kendaraan umum, hanya
gunakan kendaraan pribadi saat anda memang benar-benar membutuhkannya.
3. Beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak dengan kendaraan berbahan
bakar alami dan ramah lingkungan.
Kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan misalnya adalah
kendaraan dengan bahan bakar listrik. Listrik selain harganya lebih murah
ternyata juga lebih ramah terhadap lingkungan jika dibanding dengan bahan bakar
minyak. Dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik anda tak perlu
lagi risau saat harga BBM (Bahan bakar Minyak) naik.
c.

Mematikan lampu di siang hari
Saat bepergian ke daerah PLN saya sering sekali melihat sebuah poster

dengan tulisan "Kunang-kunang aja kalau siang matiin lampu". Masa kita mau
kalah sama kunang-kunang? Matikan lampu disaat siang hari, meskipun anda
sanggup untuk membayar tagihan listriknya namun kepedulian akan lingkungan
juga sangatlah penting.
d. Menggunakan lampu hemat energi
Lampu hemat energi sangat beragam jenisnya, ada lampu energi dengan
bentuk XL seperti Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi lampu hemat energi
terbarukan yang pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting
Diode). Lampu hemat energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan
lebih dari 60% sehingga kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi.
Selain itu penggunaan energi yang berlebihan juga akan menimbulkan terjadinya
pemanasan global. Sekarang kita bayangkan, di Indonesia masih banyak
pembangkit listrik tenaga batubara. Jika kita menggunakan energi secara boros
tentu saja pembakaran batubara akan semakin banyak, namun jika kita bisa
berhemat maka pembakaran batubara bisa di hemat pula. Pembakaran batubara
ternyata juga menyumbangkan gas penyebab Global warming yang sangat besar.

e. Melakukan Reboisasi (penanaman kembali hutan gundul)
Banyak tindakan yang telah dilakukan manusia seperti merusak hutan
hanya untuk mencari keuntungan sesaat. Tanpa disadari hutan yang fungsinya
sangatlah fital bagi manusia setiap harinya terus dirusak oleh sebagian manusia
yang

tidak

bertanggung

jawab.

Solusinya

adalah

dengan

menegaskan

perundangan tentang perhutanan dan melakukan Reboisasi terhadap hutan yang
sudah gundul. Selain aksi dari penebangan hutan secara liar hutan gundul juga
bisa disebabkan karena kebakaran dan tanah longsor. Selain bisa mencegah
terjadinya Global Warming hutan juga bisa mencegah terjadinya banjir, tanah
longsor dan akan menjadikan suhu menjadi sejuk dan segar.
f. Tanamalah Pohon di Pekarangan rumah anda
Anda memiliki rumah dengan pekarangan yang tidak digunakan?
Manfaatkanlah pekarangan tersebut untuk menanam berbagai macam tanaman.
Anda tak harus menanam pohon jati atau mahoni, anda bisa menanam tanaman
hias atau tanaman lain yang memiliki daun hijau serta memiliki potensi untuk bisa
menghasilkan oksigen. Bayangkan jika semua masyarakat melakukan hal yang
serupa maka kebutuhan akan oksigen akan sedikit demi sedikit terpenuhi.
6. CONTOH KASUS EMISI METANA
Metana adalah komposisi organic dengan rumus kimia CH4, tidak
berwarna dan juga tidak berbau, yang merupakan gas alam. Gas ini merupakan
bagian paling sederhana dari Hidrokarbon Parafin dan merupakan komponen
utama dari gas alam. Metana mudah terbakar, membentuk Karbondioksida dan air
apabila diberikan Oksigen yang cukup untuk proses pembakaran yang sempurna
atau Karbonmonoksida apabila Oksigennya tidak mencukupi. Sudut ikatan
Metana adalah 109,5 derajat. Jumlah yang melimpah, murah dan juga bersih
menjadikan gas tersebut sebagai bahan bakar yang menarik dan digunakan secara
luas di rumah tangga, tempat-tempat komersial serta di pabrik-pabrik untuk
indsutri manufaktur.Gas ini juga merupakan bahan mentah dari banyak material
industrimeliputi pupuk, bahan peledak, Kloroform, Karbon Tetraklorida, Karbon

hitam dan merupakan bahan utama dari Methanol. 1Namun, karena Metana
berbentuk gas dalam suhu dan tekanan normal, maka sulit untuk mengangkutnya
dari sumber asalnya.Dalam bentuk alaminya, umumnya gas ini dipindahkan
dalam

jumlah

besar

melalui

pipa-pipa

yang

terpasang

dari

sumur

tambang.Beberapa Negara bahkan mengangkut gas tersebut dengan menggunakan
truk.
Dr. Kirk Smith, Profesor Kesehatan Lingkungan Global di Universitas
Kalifornia, Berkley mengatakan: “Metana merupakan gas kedua dalam efek
rumah kaca setelah CO2, akan tetapi gas ini menjadi ancaman yang paling
berbahaya.” Metana merusak lapisan ozon dan dapat merusak kesehatan manusia.
Apabila gas metana tingkat tinggi mengurangi kadar oksigen di dalam atmosfer di
bawah 19,5% maka akan menyebabkan sesak nafas. Perhitungan terbaru
menunjukkan bahwa selama periode 20 tahun efek pemanasan metana menjadi 72
kali lebih kuat.
7. Sumber Penghasil Metana (CH4) dalam Kehidupan
Gas metana (CH4 ) merupakan salah jenis gas rumah kaca nomor dua
terpenting setelah CO2, selama 200 tahun konsentrasi methane di atmosfir
meningkat tajam, saat ini konsentrasi metana di atmosfir bekisar 1,7 ppm per
volume, lebih tinggi dibandingkan pada masa pra industri 0.7 ppm. Ini lebih
rendah dibandingkan dengan konsentrasi karbodioksida yang berkisar 345 ppm,
lebih tinggi dibandingkan pada saat pra industri 275 ppm. Akan tetapi satu
molekul metana menyerap panas sekitar 21 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
karbon dioksida. Efek pemanasan atmosfir oleh kenaikan metana diperkirakan
setengah dari kenaikan karbon dioksida2 2Kenaikan laju konsentrasi metana di
atmosfir diperkirakan 1% per tahun dimana akan lebih berperan dalam perubahan
iklim dibandingkan dengan gas rumah kaca yang lain kecuali karbon dioksida
(Cicerone dan oremland, 1988) dan kemungkinan berkontribusi secara signifikan
terhadap dampak negatif dengan konsekuensi yang tanpa bisa diprediksikan pada
keseluruhan komposisi kimia atmosfir.
11

Britannica Concise Encyclopedia.Methane.

2

Dickinson dan cicerone 1986, Ramanathan et al. 1985 )

Tabel 1. Indeks Potensi Pemanasan Global beberapa Jenis Gas Rumah Kaca
terhadap CO2 dalam waktu 100 tahun.

NO.
JENIS GAS
1 CO2
2 CH4
3 N2O
4 PFCs ; HPCs
5 SF6
Sumber : Abdi Tani (Vol.8 No.3)

INDEKS
1
21
310
500
9200

Gas metana terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana, etana, propana,
dan butana. Dengan metana sebagai komponen utamanya. Metana terutama
digunakan sebagai bahan bakar, sumber hidrogen, dan untuk pembuatan metanol.
Dari berbagai macam gas ini mereka nantinya akan menimbulkan efek rumah
kaca (Greenhouse Effect) jika digunakan secara berlebihan dan juga karena terlalu
padatnya jumlah dan pertumbuhan penduduk. Metana merupakan bagian terbesar
dari gas alam dan Indonesia merupakan salah satu penghasil utama gas alam,
terutama dari ladang gas Bontang (Kalimantan) dan ladang gas Arun (Aceh).
a. Metana dapat ditemukan pada kotoran hewan seperti sapi, kambing, domba,
babi, unggas
b. Selain pada kotoran, hewan memamah biak juga menyuplai gas metana
melalui proses sendawa
c. Metana juga ditemukan pada kotoran manusia
d. Gas elpiji yang kita gunakan juga mengandung gas metana
e. Metana terdapat pada sampah-sampah organic setelah dilakukan perombakan
oleh bakteri (beberapa industry memanfaatkan sampah organic untuk
mengisolasi gas metana ini sebagai alternatif pengganti energy berbahan dasar
fosil, termasuk isolasi gas metana dari kotoran hewan ternak )
f. Metana dapat terbentuk melalui proses pembakaran biomassa atau rawa-rawa
(proses alam seperti biogenic, termogenik, dan abiogenik)
g. Lahan gambut juga bisa menghasilkan gas metana.

Selain di atas, di daerah-daerah tertentu juga diketahui mengandung metana
dalam jumlah yang sangat besar (3000 kali jika dibandingkan dengan gas metana
yang ada di atmosfer sekarang), tetapi dalam bentuk hidrat, seperti :
a. Bagian barat Siberia (Danau Baikal) memiliki daerah kolam berlumpur seluas
Prancis dan Jerman yang beku oleh es abadi. Di daerah ini mengandung tidak
kurang dari 70 miliar ton metan hidrat
b. Daerah antartika menyimpan kurang lebih 400 miliar ton metana dalam
bentuk hidratnya
c. Gas metana juga ditemukan terperangkap pada lantai samudra di kedalam
1000 kaki dengan jumlah yang sangat banyak, biasa disebut sebagai metan
clathrate
8. Pengaruh Gas Metana (CH4) Terhadap Pemanasan Global
Dalam laporan terbaru, Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), salah satu badan PBB yang
terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, terungkap bahwa 90% aktivitas
manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin
panas. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan
bermotor, asap pabrik, pembangkit tenaga listrik (misal: batubara), pembakaran
hutan, dan peternakan. Dan gas yang paling memberikan dampak adalah metana.
Dari segi lingkungan tidak salah lagi, gas metana menjadi salah satu
penyebab pemanasan bumi sehingga berdampak pada perubahan iklim. Tentunya
sangat membahayakan bagi tatanan kehidupan yang ada di planet kita. Metana
adalah gas dengan emisi gas rumah kaca 23 kali lebih ganas dari karbondioksida
(CO2), yang berarti gas ini kontributor yang sangat buruk bagi pemanasan global
yang sedang berlangsung. Berita buruknya adalah pemanasan global membuat
suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehingga metana
beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut
terlepaskan ke atmosfer. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Antartika
menyimpan kurang lebih 400 miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan
sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan semakin banyaknya bagian-bagian

es di antartika yang runtuh. Anda bisa membayangkan betapa mengerikannya
keadaan ini: Bila Antartika kehilangan seluruh lapisan esnya, maka 400 miliar ton
metana tersebut akan terlepas ke atmosfer. Ini belum termasuk metana beku yang
tersimpan di dasar laut yang juga terancam mencair karena makin panasnya suhu
lautan akibat pemanasan global.
Dr. Kirk Smith, Profesor Kesehatan Lingkungan Global di Universitas
Kalifornia, Berkley mengatakan: “Metana merupakan gas kedua dalam efek
rumah kaca setelah CO2, akan tetapi gas ini menjadi ancaman yang paling
berbahaya.” Metana merusak lapisan ozon dan dapat merusak kesehatan manusia.
Apabila gas metana tingkat tinggi mengurangi kadar oksigen di dalam atmosfer di
bawah 19,5% maka akan menyebabkan sesak nafas. Perhitungan terbaru
menunjukkan bahwa selama periode 20 tahun efek pemanasan metana menjadi 72
kali lebih kuat.
Sebuah penelitian oleh ilmuwan Rusia selama 15 tahun di Laut Es Kutub
Utara di daerah Siberia membuktikan bahwa terdapat bongkahan metana beku di
dasar laut yang diketahui sebagai metana hidrat mengandung konsentrasi 100 kali
lipat lebih tinggi daripada yang biasa ditemukan di atmosfer. Metana ini berbentuk
gelembung-gelembung gas yang berbentuk seperti awan yang sedang bergerak
naik melewati air. Metana ini stabil dalam keadaan beku di dasar laut. Akan tetapi,
pemanasan global menyebabkan es mencair, metana pun terlepas ke atmosfer dan
menambah kadarnya menjadi semakin banyak.
Namun, penghasil gas metana terbesar adalah peternakan, terutama hewan
mamalia seperti sapi, kuda, dan domba. Gas metana yang dihasilkan berasal dari
kotorannya, bahkan sendawanya pun menghasilkan metana. Menurut Laporan
Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan
pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, “industri peternakan adalah penghasil
emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan
emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%).” Hampir
seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan dan jumlah ini
melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia.

Penumpukan metana di atmosfer menyebabkan terhalangnya panas
matahari yang harus dipantulkan kembali untuk menjaga suhu bumi tetap stabil.
Akibatnya, panas pun terperangkap dan suhu rata-rata bumi meningkat. Hal itu
menyebabkan perubahan-perubahan, seperti menaiknya permukaan air laut akibat
es yang mencair di daerah kutub sehingga terjadi penyempitan luas daratan.
Daerah hangat yang menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan sehingga curah hujan pun meningkat dan lebih sering mengakibatkan
banjir. Pada beberapa daerah, air tanah lebih cepat menguap dan terjadilah
kekeringan. Hewan-hewan pun akan mencari daerah yang lebih sejuk, karena
habitat lamanya telah menjadi semakin panas. Akan tetapi, pembangunan manusia
akan menghalangi migrasi ini. Beberapa spesies yang tidak mampu bermigrasi
pun kemungkinan akan punah. Suhu yang tinggi pun dapat menyebabkan gagal
panen sehingga akan muncul kelaparan, malnutrisi, dan penyakit-penyakit, seperti
diare, busung lapar, penyakit kulit, dan lain-lain. Ditambah dengan polusi udara
hasil emisi gas-gas yang dapat menimbulkan penyakit saluran pernafasan, seperti
asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Kita sebagai manusia tidak dapat mencegah hal itu. Namun, kita bisa
mengurangi dampak buruknya. Seperti penghijauan dan menanam pepohonan
lebih banyak lagi. Pohon yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya. Daerah pantai dapat dibangun barrier
(penghalang) untuk menghalangi masuknya air laut ke daratan. Pemerintah pun
dapat membantu perpindahan populasi di pantai ke tempat yang lebih tinggi.
Selain itu, pemerintah juga harus peduli dan tanggap terhadap lingkungan dengan
cara penegasan undang-undang pembangunan, penebangan kayu, pencurian hasil
hutan (kayu) dan laut (terumbu karang), dan lain-lain.
1. Negara Penyumbang Emisi Karbon dan Gas Metan Terbanyak di Dunia
Sebuah artikel di website National Geographic yang dirilis pada 9 Februari
2011 lalu mengemukakan hasil sebuah studi emisi gas polutan yang dilakukan di
100 kota dari 33 negara di dunia. Studi yang merupakan kolaborasi riset antara

World Bank dengan The University of Toronto ini menyebutkan 9 kota di dunia
yang merupakan kota paling berpolusi yaitu :
a. Rotterdam – Belanda
Rotterdam

menghasilkan

total

emisi karbon dioksida dan metan
rata-rata 29,8 ton per warga per
tahun yang mayoritas merupakan
hasil dari aktifitas pelabuhan yang
berupa gas buangan bahan bakar
kapal dan industri.

b. Austin, Texas - Amerika Serikat
Austin berada di urutan kedua sebagai kota paling berpolusi dengan
emisi karbon dan metan yang
mencapai sekitar 24 ton per
penduduk per tahunnya

yang

merupakan polusi yang dihasilkan
oleh

sektor

tingginya

konsumsi

tingkat

yaitu

penggunaan

kendaraan bermotor milik pribadi.
c. Denver, Colorado - Amerika Serikat
Denver menghasilkan emisi gas
polutan sebanyak rata-rata 21,5
ton per warga per tahunnya yang
diperoleh dari aktifitas harian
warga

kotanya.

Jumlah

ini

merupakan dua kali lipat dari
total emisi New York yang
'hanya' mencapai sekitar 10,5 ton per warga per tahun Gas polutan di Kota
Denver juga disumbang oleh beberapa pembangkit listrik yang masih
menggunakan sumber tenaga dari bahan tambang batu bara.

d. Washington DC - Amerika Serikat
DC berada di urutan keempat
dengan total emisi CO2 dan
metan mencapai sekitar hampir
20 ton per kapita per tahun yang
sebagian besar merupakan emisi
dari pembangkit listrik tenaga
batu bara.
e. Minneapolis, Minnesotta - Amerika Serikat
Serupa dengan Denver dan DC, Minneapolis juga menghasilkan emisi
karbon

dan

metan

yang

tinggi dari pembangkit listrik
tenaga batu baranya dengan
jumlah rata-rata sekitar 18
ton per penduduk per tahun.
f.

Calgary – Canada
Calgary berada di urutan keenam dengan jumlah
emisi yang menyerupai Minneapolis yaitu
sekitar 18 ton per orang per tahun yang juga
merupakan buangan dari pembangkit listrik
tenaga batu bara.

g. Menlo Park, California - Amerika Serikat
Kendati

memiliki

sumber

pembangkit listrik yang lebih
ramah

lingkungan

dibandingkan dengan Denver,
DC dan Minneapolis, namun
Menlo

Park/California

menduduki peringkat 7 dunia.
Sebagai kota pensuplai karbon dan metan terbesar dengan jumlah rata-rata

16 ton per orang per tahun yang dihasilkan oleh penggunaan bahan bakar
minyak pada kendaraan bermotor.
h. Dallas, Texas - Amerika Serikat
Penduduk Dallas menghasilkan
sedikitnya 15 ton karbon dan
metan per tahunnya.

i. Stuttgart - Jerman
Stuttgart mengemisi sekitar 12
ton karbon dan metan per
penduduk

per

tahunnya

sebagai hasil aktifitas industri
kota.

Studi di atas mengukur tingkat emisi karbon rata-rata yang
dihasilkan dari aktifitas produksi dan konsumsi. Ada beberapa kota yang
memiliki emisi tinggi sebagai hasil aktifitas industri, seperti misalnya
Shanghai dan Beijing, namun konsumsi energi oleh warga kota yang
efisien menghasilkan emisi karbon dan metan yang sangat rendah. Hal ini
mampu membuat jumlah total emisi gas polutan di Shanghai dan Beijing
lebih rendah dibandingkan kota lainnya yang menjadi objek pada studi
ini. Peneliti menyebutkan bahwa desain dan tata letak (layout) kota
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat emisi karbon yang
dihasilkan warga kotanya.

Kota dengan sebaran wilayah permukiman yang melebar membuat
tingkat efisiensi penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor sangat
rendah, penduduk dengan jenis sebaran kota jenis ini cenderung
menggantungkan pergerakan dan transportasinya kepada kendaraan
bermotor pribadi. Sedangkan kota yang compact dengan tingkat kepadatan
tinggi yang mengharuskan warga beraktifitas dengan berjalan kaki atau
menggunakan kendaraan umum akan mampu membantu menekan laju
emisi gas polutan dari sektor konsumsi.
Hal ini pula yang membuat tingkat emisi karbon dan metan kotakota di Eropa cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kota-kota di
Amerika Serikat. Kota-kota di Eropa cenderung bersifat compact, dengan
kepadatan tinggi dan sebaran kota (urban sprawl) yang terbatas.
Sedangkan kota-kota di Amerika Serikat cenderung memiliki sebaran kota
melebar ke arah suburban dengan kawasan permukiman baru yang
dikembangkan bagi warga kota yang cenderung tidak menyukai tinggal di
kawasan pusat perkotaan yang sibuk, dengan resiko perjalanan menuju
lokasi bekerja akan memakan waktu lebih panjang dan konsumsi energi
lebih tinggi serta emisi gas polutan lebih besar pula.
Dan Hoornweg, Urban Specialist yang terlibat dalam studi ini
juga menyebutkan manfaat lain dari desain kota yang compact adalah
bahwa bila seseorang dapat mencapai satu tempat ke tempat lainnya dalam
waktu yang lebih singkat selain dapat mendukung efisiensi waktu juga
akan mampu meningkatkan tingkat kualitas hidup (the quality of
life) orang tersebut. [Hasil studi lengkapnya akan di-publish di jurnal
Environment & Urbanization tahun ini]
Dari studi di atas kita dapat melihat bahwa untuk menekan laju
emisi karbon dan metan ke udara yang dapat membentuk dampak rumah
kaca bagi bumi (yang mengakibatkan pemanasan global!), dibutuhkan
berbagai upaya meliputi: desain ruang kota dan perencanaan tata guna
lahan yang tepat; penggunaan sumber tenaga listrik ramah lingkungan
(seperti sumber hydro, solar dan angin); efisiensi penggunaan listrik pada

bangunan dan rumah tinggal; serta efisiensi penggunaan bahan bakar
untuk kendaraan bermotor. Selain itu cara sederhana yang dapat dilakukan
untuk mengimbangi emisi karbon, menyerap polutan dan debu sebagai
hasil aktifitas masyarakat modern, serta mengurangi efek urban heat
island akibat konsentrasi pembangunan dan kegiatan manusia di wilayah
perkotaan adalah dengan bertanam

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemanasan Global atau Global warming adalah kejadian meningkatnya
suhu rata-rata bumi
2. Aktifitas manusia yang kian hari kian meningkat diiringi dengan
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan peningkatan
pencemaran di muka bumi, berikut salah satu aktifitas yang menyebabkan
pemanasan global: peternakan, industri, transportasi, alih guna lahan,
sampah, hunian komersial, pertanian dan pembangkit energi.
3. Mekanisme pemanasan global menggunakan prinsip rumah kaca. Bumi
menerima energi panas dari matahari yang menyinari bumi. Energi panas
yang sampai ke Bumi menciptakan nuansa panas yang dapat
menghangatkan bumi. Sebagian dari panas tersebut akan di serap oleh
bumi dan sisanya akan dipantulkan kembali. Namun, sebagian besar
panas tersebut tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
gas rumah kaca. Panas yang dipantullkan oleh bumi akan diserap oleh
gas-gas rumah kaca dan dipantulkan kembali ke permukaan bumi.
Akibatnya, energi panas tersebut terperangkap di dalam atmosfer bumi,
sehingga suhu di permukaan bumi pun meningkat.
4. Dampak pemanasan global secara umum diantaranya: perubahan iklim
yang sem