hubungan pendidikan islam dengan pembangunan

HUBUNGAN PENDIDIKAN
DENGAN PEMBANGUNAN
DAN GLOBALISASI

OLEH:
ANNA
SILVYA

FIP ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2014

BAB II
PEMBAHASAN
A. TITIK TEMU PENDIIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Imanuel Kant menyatakan, bahwa manusia menjadi manusia karena pendidikan. Karena itu
pendidikan termasuk upaya memanusaikan manusia. Sejarah umat manusia menunujukan beberapa bukti
tentang kebenaran pernyataan di atas. Isabella di Pensylpania Barat yang sejak lahir disembunyikan
sampai ia diketemukan setelah berumur enam setengah tahun, ternyata hanya bisa menangis. Mr. Sigh di
India juga menemukan dua orang keturunan manusia di dalam gua sarang serigala.kedua orang tersebut
diduga diasuh oleh serigala karena tingkah laku dan kemampuannya tak ubanhnya seperti seekor serigala.

Begitu pula Caspar Hausara yang diketemukan juga tidak Nampak tanda-tanda manusia remaja, malah
persis rusa masuk kota. Contoh-contoh yang disebutakan di atas menunjukan, bahwa ciri-ciri manusiawi
dalam arti kemampuan jasmaniah dan rokhaniahnya tidak secara otomatis dimiliki oleh sesorang.
Kemampuan-kemampuan manusia tersebut merupakan hasil belajar dan didikan. Sekali lagi, manusia
menjadi manusia karena upaya pendidikan.
Dalam khasanah ilmu pendidikan disebutkan bahwa tugas mulia pendidikan terletak pada upaya
mengembangkan aspek-aspek pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun rohaniah. Pengembangan
tersebut tidak terlepas dari kenyataan diri dan lingkungan seseorang. Karena itu upaya pendidikan pada
akhirnya diharapkan dapat menggali potensi yang ada pada diri manusia itu sendiri dan berdampak pada
lingkungannya. Ini berarti bahwa upaya pendidikan senantiasa mengabdi kepada kepentingan subyek
yang dididik dan juga untuk kepentingan lingkungannya, baik lingkungan alam, maupun sosial
budayanya. Dengan kata lain, upaya pendidikan bertujuan untuk terbentuknya manusia yang mampu, baik
jasmaniah maupun rohaniah menyesuaikan diri secara aktif di dalam hidup dan kehidupannya. Dengan
demikian hakekat pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia, dan membudayakan manusia,
sehingga mampu mencipta, berkarya, membudi dan membaik bagi kehidupan ekosferisnya (keyakinan
diri dan lingkungan).
Sedangkan istilah pembangunan sering diartikan sebangai pembangunan ekonomi dan
industrialisasi. Pengertian yang sedemikian itu karena memang sebagian Negara-negara di sunia
memusatkan diri pada pembangunan ekonomi dan indistrialisasi yang dianggap sebagai kuda pacuan
yang dapat diandalkan kecepatan dalm berlarinya di dalam mencapai tujuan ekonomi itu sendiri. Karena

itu pembangunan ekonomi dan industrialisasi sebenarnya merupakan kebijakan awal dari pembangunan.
Sedangkan pembangunan itu sendiri adalah upaya-upaya dari suatu masyarakat, bangsa atau Negara
dalam menyesuaikan diri terhadap tantangan dan kebutuhan hidup yang dihadapinya. Tantangan dan
masalah kebutuhan tersebut bisa berhubungan dengan banyak bidang kehidupan seperti ekonomi,
kesehatan, pertahanan keamanan, dan sebagainya. Dengan demikian, makna pembangunan tidak terbatas
pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi. Tetapi meliputi upaya yang beragam dan sesuai dengan
keanekaragaman masalah dan rintangan kebutuhan suatu masyarakat.
Pembangunan ekonomi dan industrialisasi memang dipandang sebagai obat mujarab khususnya
oleh Negara-negara dunai ketiga. Karena itu lazim penilaian terhadap hasil pembangunan diletakkan pada
kenaikan indikator ekonomi dan kelanjutan proses industrialisasi itu sendiri. Itu wajar apabila

pembangunan itu memang dipusatkan pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi. Industrialisasi dan
kenaikan indikator ekonomi seperti GNP, laju eksport, import, dan sebagainya memang selalu diharapkan
membawa hasil yang baik dalam bentuk kehidupan masyarakat luas yang lebih layak. Tetapi hal itu tidak
terjadi dengan sendirinya, sebab ada kemungkinan laju pertumbuhan ekonomi tidak diikuti oleh
penyebaran yang merata, sehingga menyebabkan timbulnya persoalan baru seperti meluasnya
pengangguran, kemiskinan dan pada akhirnya dapan melahirkan masalah social yang mengerikan. Hal ini
dirasakan di Pakistan beberapa tahun yang lalu. Pakistan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup
besar, tetapi akhirnya menimbulkan kegoyahan sosial politik negaranya akibat meluasnya kesengsaraan di
sebagian masyarakat yang tidak dapat mengikuti pertumbuhan ekonomi tersebut. Di Malaysia hal itu juga

sudah mulai dirasakan oleh pemimpin negeri tersebut, sehingga tahun 1971-1975 usaha pembangunannya
dititik-beratkan pada peningkatan mutu hidup orang-perorangan secara lebih merata. Sebab di Malaysia
sendiri juga mengalami kemajuan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, tetapi masih memiliki barisan
pengangguran yang semakin memanjang. Pengalaman Venezuela yang mengalami laju pertumbuhan
ekonomi sampai 8% antara tahu 1950-1960, tetapi juga angka pengangguran dan kesengsaraan
masyarakat semakin tinggi. Dalm hubungan ini Prof. Myrdal seorang ekonom Swedia mengingatkan,
bahwa kuda pacuan industrialisasi yang digunakan di Negara-negara Asia untuk mempercepat
pembangunan ekonomi tidak akan dapat secara langsung dan dengan sendirinya memberbaiki masalah
kesempatan kerja, pengangguran dan masalah kemelaratan rakyat.
Pengalaman beberapa negara seperti yang di sebutkan di atas, memberikan arti bahwa esensi usaha
pembangunan tidak terletak pada terwujudnya industrialisasi dan lajunya pertumbuhan ekonomi dalam
skala nasional atau regional. Tetapi terhadap teratasinya masalah dan terpenuhinya hajat hidup biologis
maupun rohaniah dari masyarakat luas. Ini berarti, bahwa usaha pembangunan bertitik pangkal pada
kepentingan manusia, karena itu hasil akhirnyapun diukur berdasarkan indeks kenaikan perbaikan mutu
hidup manusia-manusianya.
Uraian di atas mempertegas, bahwa titik temu pendidikan dan pembangunan terletak pada unsure
manusianya. Pendidikan menekankan aktualisasi modal pendirian manusia guna meningkatkan harga diri
dan berkebudayaan demi diri sendiri dan lingkungannya. Sedangkan pembangunan menekankan
manipulasi sumber-sumber yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia guna terpenuhinya hajat
hidup manusia itu sendiri. Secara singkat dapat dikatakan bahwa :

1. Pedidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan
usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil
pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyedia sarana, dan seterusnya)
B. SUMBANGAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN
Penyesuaian diri terhadap masalah dan tuntutan hidup merupakan cirri abadi perjuangan hidup
umat manusia. Untuk penyesuaian tersebut diperlukan bekal kemampuan baik jasmaniah maupun
rohaniah. Pemberian bekal yang berhasil bagi kepentingan hidup dan kehidupan manusia merupakan
esensi dari upaya pendidikan.
Hidup dan kehidupan manusia selamanya tidak terlepas dari sumbangan yang diberikan oleh
pedidikan. Memang tanpa makan dan bernafas, manusia tidak akan mampu bertahan dalam hidup dan
kehidupannya. Tetapi kesuksesan hidup manusia itu mutlak memerlukan bekal kemampuan jasmani dan

rohani dari manusia itu sendiri. Manusia purba yang mempunyai kemampuan sesuai dengan jamannya
tentu akan kebingungan untuk menyesuaikan diri dengan masalah dan tuntutan hidup jaman modern ini.
Seorang yang hidup di pegunungan, kemudian mengembara ke kota tanpa bekal kemampuan yang cocok
dengan masalah dan tuntutan hidup kota tertentu, akan memperpanjang barisan pengemis atau
penganggur di kota tersebut. Dengan demikian, pendidikan untuk menggali kemampuan dalam segala hal
dan menyesuaikan diri dengan lokasi merupakan bekal mutlak di dalam anak cucu Adam.
Kemampuan jasmaniah dan rohaniah manusia dibentuk oleh pendidikan dengan pemberian

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap-sikap dalam kehidupan bermasyarakat. Proses
transformasi tersebut berlangsung secara formal, nonformal, dan informal. Dalam hubungan ini, perlu
diketahui bahwa wawasan kehidupan yang merupakan sumber motivasi bagi cara-cara hidup, penemuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan teknis umat manusia dewasa ini merupakan buah dari
usaha pendidikan baik formal, informal, maupun nonformal. Dengan demikian pendidikan dalm
maknanya yang luas senantiasa menstimulir dan menyertai perubahan dan perkembangan manusia.
Sedangkan usaha pembangunan itu sendiri selamanya merupakan ikhtiar untuk menjawab
tantangan masalah dan hajiat hidup suatu masyarakat atau bangsa. Pembangunan yang dimaksud dapat
menjelma sebanyak dan seluas segi kehidupan manusia sperti bidang : ekonomi, politik, sosial budaya,
pertahanan keamanan, dan sebagainya. Untuk Indonesia pembangunan meliputi keempat bidang diatas.
Pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau
negara, mutlak memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam
setiap fase dan proses pembangunan. Sebab pada setiap fase dan proses pembangunan menurut Dr.
Gooding memerlukan sense of civic consciousness and community responsibility among the people. Di
samping itu diperlukan konformitas dan partisipasi penuh dari masyarakat luas terhadap usaha-usaha
pembangunan. Soal penuh atau tidaknya partisipasi masyarakat di dalam usaha pembangunan dipengaruhi
oleh akumulasi pengetahuan, keterampilan dan etika yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat.
Jelas, bahwa civic consciousness, community responbility, konformitas dan partisipasi yang penuh dari
masyarakat luas terhadap usaha pembangunan merupakan tugas dari bidang pendidikan.
Stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan terhadap usaha pembangunan seperti di bidang

ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan jelas sangat diperlukan, seperti dalam laporan
Dr.E.N.M. Gooding, bahwa stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan pada masyarakat yang sedang
membangun ternyata memberikan hasil yang memuaskan di dalam mengatasi persoalan dan hajat hidup
masyarakat, baik dalm bidang perbaikan system politik, sosial ekonomi dan sosial budaya. Serta peristiwa
perpecahan persatuan beberapa bangsa menggambarkan sangat perlunya upaya pendidikan dalam
membangun pertahanan dan keamanan nasional. Dalam hubungan ini Harbison dan Myres menyatakan,
bahwa pendidikan mempunyai sumbangan penting bagi pembangunan ekonomi, politik, dan sosial
budaya. Menurut kedua ahli tersebut, pendidikan berarti pengembangan unsure manusia dengan
menambah pengetahuan, kecerdasan, dan kesanggupan dari seluruh rakyat dalam suatu masyarakat.
Dilihat dari kacamata pembangunan ekonomi, hal tersebut berarti akumulasi dari modal manusia yang
investmentnya dapat digunakan secara efektif untuk perkembangan ekonomi. Dalam hubungannya
dengan pembangunan politik, usaha pendidikan itu berfungsi mempersiapkan rakyat menjadi bagian
dalam kehidupan politik, sehingga menyadari hak dan kewajiban masing-masing di dalam kehidupan
demokrasi. Dipandang dari sudut sosial dan budaya, pendidikan dapat diharapkan bantuannya untuk

membimbing rakyat, mengasuh rakyat dan memberikan bantuan pada rakyat, agar lebih sempurna dan
kaya rohaniah.
Uraian-uraian di atas menjelaskan beberapa gambaran umum mengenai sumbangan pendidikan
bagi kehidupan dan pembangunan. Di Indonesia, dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya,
sumbangan pendidikan diharapkan untuk:

1. Pembinaan mental Pancasila
2. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa
3. Pembinaan pertahanan nasional
4. Pembinaan hak asasi manusia
5. Pembinaan rule of law, yaitu berbuat atas dasar hukum yang berlaku
6. Pembinaan hidup rasional, efesien, dan produktif
7. Pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Namun, sumbangan pedidikan dalam usaha pembangunan tidak dapat langsung terlihat hasilnya.
Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi, yakni :
1.
2.
3.
4.

Segi Sasaran
Segi Lingkungan
Segi Jenjang Pendidikan
Segi Pembidangan kerja atau Sektor Kehidupan


1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada perserta didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah
terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
Prof. Dr. Slamet Imam Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilkan manusia
yang baik. Manusia yang baik di mana pun dia berada akan memoerbaiki lingkungan.
2. Segi Lingkungan Pedidikan
a) Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak terlatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation)
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Di samping itu
penanaman tentang agamapun juga dilakukan dalam lingkungan keluarga. Hal-hal tersebut
sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio mendominasi
perilakunya. Kebiasaan baik dan keyakinan-keyakinan yang mendarah daging merupakan
landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.
b) Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing untuk memperluas
bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Bekal yang dimaksud baik berupa bekal dasar, lanjutan, (dari SD
dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif
(Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi). Kedua macam bekal tersebut


dipersiapkan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang pembangunan di berbagai
bidang.
c) Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), peserta didik memperoleh bekal praktis
untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan proses
belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat kita (sebagai masyarakat yang
berkembang), system pendidikan nonformal mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Hal ini behubungan erat dengan semakin berkembangnya sector swasta yang menunjang
pembangunan. Di segi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif karena dapn
mengkompensasikan keterbatasan lapangan kerja formal di lembaga-lembaga pemerintah. Di
samping itu juga dapat memperbesar jumlah angkatan kerja tingakt rendah dan menengah
yang sangat diperlukan untuk memelihara proporsi yang selaras antara pekerja rendah,
menengah dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untuk menciptakan
kestabilan nasional.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, pendidiakn menengan (SM), dan pendidikan tinggi (PT) memberikan
bekal kepada para peserta didik secara berkesinambungan. Pendidikan dasar merupakan basic
education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya
pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pedidikan menengah

berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas. Dengan basic education pada pendidikan dasar
juga diartikan bahwa pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada warga negara yang tidak
sempat melanjutkan pendidikan untuk dapt melibatkan diri ke dalam gerak pembangunan.
Pendidikan pada tingakt menengah memberikan 2 macam bekal yaitu embekali peserta didik
yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi (SMA) dan bekal kerja bagi peserta didik yang tidak
melanjutkan sekolah (SMTA). Pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kerja keahlian menurut
bidang tertentu.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidanga kerja menurut sector kehidupan meliputi beberap bidang, antara lain : bidang
ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan,
dal lain-lain. Pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat diartikan sebagai aktivitas, pembinaan,
pengembangan, dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga
negara sebagai suatu bangsa sehingga tetap jaya dalam kancah kehiduapn antara bangsa-bangsa di
dunia.
Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh
orang-orang yang memeiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan. Orang-orang dimaksud hanya
tersedia jika pendidikan berbuat untuk itu.
Uraian tentang sumbangan penidikanpada pembangunan sperti dikemukakan diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Pada langkah pertama,

pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya
pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunan membangun
lingkungannya.

b. Pada instasi terakhir, manusialah yang menjadi kunci pembangunan. Kesuksesan
pembangunan sangat tergantung pada manusianya.
c. Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia pencipta
pembangunan.

C. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
1. Pengertian Globalisasi
Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada
politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar
munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Kata
"globalisasi" sendiri diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Maksudnya lingkupnya
meliputi seluruh dunia. Menurut John Huckle, globalisasi adalah suatu proses dimana kejadian, keputusan
dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan
masyarakat di daerah yang jauh. Sementara itu, Prijono Tjiptoherjanto mengemukakan bahwa konsep
globalisasi pada dasarnya menagcu pada pengertian ketiadaan batas Negara. Berdasarkan pendapat
tersebut, sehingga globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengintegrasian manusia dengan segala
macam aspek-aspeknya kedalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan yang lebih besar.
Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat
dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri suatu bangsa. Hal ini dipertegas
oleh pernyataan yang berbunyi, “Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam
interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin
dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.” (Sujiyanto, 2007:97). Untuk itu,
Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara
atau batas-batas negara.
2. Globalisasi dan Pendidikan
Pendidikan di sekolah pada masa lampau berarti guru. Guru sebagai pusat atau sumber utama
dalam pendidikan. Bahkan sayling Wen menuturkan bahwa “guru mampu mempengaruhi pemikiran
seorang siswa, cara pandangnya, dan perilakunya seumur hidup.” (Sayling Wen, 2003:100). Tetapi sejak
globalisasi masuk ke Negara-negara dunia termasuk Indonesia, kedudukan guru bergeser. Guru tak lagi
menjadi pusat dalam pendidikan. Kemajuan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya
dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di zaman yang berbeda-beda, tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga berbedabeda. Zaman agricultural adalah masa bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik. Zaman industry
menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual. Tetapi zaman internet, seperi
sekarang ini, merupakan zaman untuk membebaskan kualitas-kualitas individu yang sering tertindas di
zaman industry. Sehingga perlu pendidikan perlu mengadakan system perubahan. Jika tidak, belajar di
sekolah bisa menjadi upaya sia-sia tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Untuk itu, revolusi-revolusi baru
telah diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia, termasuk pengubahan kurikulum dari kurikulum

1994, guru sebagai pusat pembelajaran menjadi kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum satuan
tingkat pendidikan dengan penerapan CBSA (cara belajar siswa aktif), yaitu siswa diikutsertakan dalam
proses belajar mengajar.
3. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan
Dalam dunia pendidikan Indonesia , globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak
tersebut tak hanya bersifat positif tapi juga berdampak negative.
3.1 Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
3.1.1 Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada
dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis
teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur,
sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya
untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga
tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk
sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah
bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung
menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak
seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasilhasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa
stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,
mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
3.1.2 Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik
dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945
yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak
sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur
kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya.
3.1.3 Kemudahan Dalam Mengakses Informasi
Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet
dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing
riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.
3.1.4 Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa

Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang,
kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun
2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap
pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan
pendidikan.
Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya
guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya
mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui
presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan
konsep-konsep, dan fakta sendiri.
3.2 Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
3.2.1 Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolahsekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah
kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa
Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa
depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa
menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus
membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang
saham.(John Micklethwait, 2007:166).
Kasus kampus UTS tahun 2008 lalu, merupakan bukti nyata kemrosotan nilai-nilai luhur
dalam pendidikan. Gelar dapat diperoleh dengan harga murah. Tanpa harus mengikuti proses
belajar mengajar yang sesuai prosedur. Munculnya sekolah-sekolah swasta elit yang bersaing
menawarkan terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan yang kebanyakan hanya sebagai
media bisnis. Karena mereka menyodorkan terobosan dalam dunia pendidikan dengan imbalan
uang yang tak sedikit jumlahnya
.
3.2.2 Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh
negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan,
dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun
mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba
banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang
siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia
kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar
mengajar.
3.2.3 Ketergantungan

Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan
kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat
dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
4. Sikap Masyarakat Pendidikan Indonesia Terhadap Globalisasi
Berdasarkan pembahasan pada sub bab sebelumnya, globalisasi merupakan sebuah keniscayaan.
Selalu menampakkan dua wajah yang berbeda, yaitu globalisasi yang menampakkan wajah positif dan
dampak negatif. Dampak positif dapat diterima untuk menambah daftar kekayaan dalam dunia pendidikan
Indonesia. Sedangkan untuk dampak negative, Menolak dan menghindarinya sangatlah tidak mungkin
dilakukan, yang bisa dilakukan adalah mengeliminasi dan mereduksi dampak negative tersebut. Untuk
menghadapi dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, diperlukan sikap tegas dari
masyarakat pendidikan itu sendiri, yaitu:
4.1 Menjadikan Pancasila Sebagai Acuan
Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga berperan sebagai filter.
Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring. Kemudian dikalasifikasikan kedalam dua
golongan :
a. Golongan pertama adalah golongan yang sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa
Indonesia. Golongan pertama ini merupakan golongan yang diterima dan dikembangkan, agar
benar-benar sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.
b. Golongan kedua adalah golongan yang tidak sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa
Indonesia. Sehingga perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi bahayanya bagi bangsa Indonesia.
4.2 Menjadikan Pelajaran-Pelajaran Moral sebagai Pelajaran Wajib
Pelajarn-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan perbaikan akhlak (seperti
pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) hendaklah dijadikan pelajaran
wajib dalam penyusunan kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai dalam keilmuan
atau spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan akhlak yang baik
yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapannya.