Chapter II Analisis Loyalitas Pengusaha UKM Muslim Terhadap Institusi Perbankan di Kota Tebing Tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Institusi Perbankan
Institusi perbankan atau yang sering disebut bank adalah sebuah lembaga
intermediasi keuangan, umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima
simpanan uang, dan menerbitkan promes, atau yang dikenal sebagai banknote.
Kata bank berasal dari bahasa Italia “Banca” yang berarti tempat penukaran uang.
Fungsi utama institusi perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. (www.bi.co.id “Institusi Perbankan
di Indonesia” diakses Juni 2015).
2.1.1.
Bank Konvensional
Pengertian bank menurut UU no. 7
tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarkat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat. Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998
menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
104
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No.10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.1.2.
Bank Syari’ah
2.1.2.1. Pengertian Bank Syari’ah
Bank Islamatau di Indonesia umumnya disebut denganBank Syariah,
adalah
lembagakeuangan/perbankanyangoperasional
danproduknyadikembangkanberlandaskanAl-Qur’an
SAW.Antonio
dan
pengertian,yaituBankIslam
danHaditsNabi
Perwataatmadja(1997;1)membedakanmenjadidua
danBankyangberoperasidenganprinsip
syariahIslam.BankIslam adalahbankyangberoperasidenganprinsip syariahIslam
danbankyangtatacaraberoperasinyamengacukepada
Qur’andan
Hadits.Bankyangberoperasisesuai
ketentuan-ketentuanAldenganprinsipsyariahIslam
adalahbank yangdalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam, khususnya yangmenyangkut tatacarabermuamalatsecaraIslam.
Bank syari’ah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
2.1.2.2. Akad-Akad dalam Perbankan Syari’ah
Sebagai bank yang berlandaskan Syari’ah isi dari perjanjian/akad
hendaknya bersifat adil, karena itu sangat dianjurkan oleh setiap bank untuk
105
membuat perjanjian standar (akad standar) sehingga nasabah maupun bank samasama sepakat dan mendapatkan keuntungan dalam menerima pembiayaan
(Muamalat Institute, 1999). Adapun akad-akad yang diterapkan dalam perbankan
syari’ah yaitu :
1. Akad dalam Produk Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapatdiartikansebagai titipanmurni dari satu pihakkepihak lain,baik
individumaupunbadanhukum, yangharusdijagadan dikembalikan kapan sajasi
penitip menghendaki(Antonio, 2001). Secara umumterdapat dua jenis alwadiah, yaitu:
a.Wadiah
barang/uang
YadAl-Amanah(TrusteeDepository)adalahakadpenitipan
dimanapihakpenerimatitipan
tidakdiperkenankan
menggunakanbarang/uangyangdititipkandan tidakbertanggung jawabatas
kerusakan ataukehilanganbarang titipanyangbukan diakibatkan perbuatan
ataukelalaianpenerimatitipan.
Adapun
aplikasinyadalamperbankan
syariahberupa produk safe deposit box.
b.Wadiah Yadadh-Dhamanah(Guarantee Depository)adalah akad penitipan
barang/uang
dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpaizin
pemilikbarang/uangdapatmemanfaatkanbarang/uang
titipandan
harus
bertanggung jawabterhadapkehilanganatau kerusakan barang/uang titipan.
Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh
barang/uang
titipan
dalam
penggunaan
menjadi
hasil
penerimatitipan.Akadinidiaplikasikandalam produkgirodan tabungan.
106
2. Akad untuk ProdukBagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem iniadalahsuatusistem yangmeliputitatacarapembagianhasil usahaantara
penyedia danadengan pengeloladana.Bentuk produkyang berdasarkansistemini
adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabahadalah
akadkerjasamausahaantara
pihakpertama(shahibulmaal)menyediakan
duapihakdimana
seluruh(100%)modal,
sedangkanpihaklainnyamenjadipengelola (mudharib).Keuntungan usaha
secara
mudharabah
dibagi
menurut
kesepakatan
yang
dituangkandalam kontrak,sedangkanapabilarugiditanggungoleh pemilik
modal selama kerugian
Seandainya
itu
kerugian
ini
bukan
akibat kelalaian
diakibatkan
karena
ataukelalaiansipengelola,sipengelolaharusbertanggung
si pengelola.
kecurangan
jawabatas
kerugiantersebut.Akadmudharabahsecaraumumterbagimenjadi dua jenis:
1). Mudharabah Muthlaqah
Adalahbentuk
kerjasamaantarashahibulmaaldanmudharibyang
cakupannya sangat luasdantidak dibatasiolehspesifikasijenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis.
2). Mudharabah Muqayyadah
Adalah
bentuk
kerjasamaantarashahibulmaaldan
mudharib
dimanamudharibmemberikanbatasankepadashahibul maal mengenai
tempat, cara,dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
107
Al-musyarakahadalah akadkerjasamaantaraduapihakataulebih untuksuatu
usahatertentudimanamasing-masingpihakmemberikan
dengan
kontribusi
dana
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena
warisan, wasiat, atau
kondisilainnyayangmengakibatkanpemilikan satuasetolehdua orang
atau lebih.
2).Musyarakahakad,
terciptadengancarakesepakatan
dimanadua
orangataulebihsetuju bahwatiaporangdarimerekamemberikan modal
musyarakah.
3. Akad untuk Produk Jual Beli(Al-Tijarah)
Kegiataninimerupakansuatusistem
dimanabankakanmembeli
yangmenerapkantatacarajualbeli,
terlebih
dahulubarangyangdibutuhkanatau
mengangkatnasabahsebagaiagenbankmelakukanpembelianbarang
atasnamabank,kemudianbankmenjualbarang tersebutkepadanasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Akadnya berupa:
a. Al-Murabahah
Murabahah
adalah
akadjualbelibarangdenganmenyatakanharga
perolehandankeuntungan(margin) yangdisepakatiolehpenjualdan pembeli.
b. Salam
Salamadalahakadjualbelibarangpesanan
denganpenangguhan
pengirimanoleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembelisebelum
barangpesanantersebutditerimasesuaisyarat-syarat
108
tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
suatutransaksisalam.Jikabankbertindaksebagaipenjual kemudian memesan
kepada pihak lain
untuk menyediakan barang
pesanan dengan
carasalammakahal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’adalahakadjualbeliantarapembelidanprodusen
bertindaksebagaipenjual.Cara
yangjuga
pembayarannyadapatberupa
pembayaran
dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
pesanan
harus
diketahui
karakteristiknya
secara
umum
yangmeliputi:jenis,spesifikasiteknis,kualitas,dan
kuantitasnya.Bankdapatbertindak sebagaipembeliatau penjual. Jika bank
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untukmenyediakanbarangpesanan
dengancaraistishnamakahalini
disebutistishna paralel.
4. Akad untuk Produk Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad
pemindahan hak guna
melaluipembayaranupahsewa,tanpadiikuti
atas
barang atau
denganpemindahan
jasa,
hak
kepemilikan atas barangitu sendiri.Al-ijarahterbagikepada duajenis:
a. Ijarah,sewamurni
b. Ijarahal muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir
masa sewa.
5. Akad untuk Produk Jasa (Fee-Based Service)
109
Kegiatan ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan kegiatanini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabahmemberikuasakepada
bankuntukmewakilidirinya
melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminanyangdiberikanolehpenanggungkepadapihakketiga
untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalahpengalihanutangdariorang
yangberutangkepadaoranglain
yangwajibmenanggungnya.Kontrakhawalahdalam
diterapkan
padaFactoring
dimanabankbertindak
(anjak
sebagaijurutagih
perbankan
biasanya
piutang),Post-datedcheck,
tanpamembayarkandulu
piutangtersebut.
d. Ar-Rahn
Adalahmenahansalahsatuhartamiliksipeminjam
pinjamanyangditerimanya.Barang
sebagaijaminanatas
yangditahantersebutmemilikinilai
ekonomis.Dengandemikian,pihakyangmenahanmemperoleh jaminan untuk
dapatmengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
e. Al-Qardh
Al-qardhadalahpemberianharta kepadaorang lainyang dapatditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dankeperluan
110
sosial.Danaini diperolehdaridanazakat,infaq dan shadaqah.
Tabel 2.1.
PerbedaanSistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Sistem Bagi Hasil
Sistem Bunga
1. Penentuanrasio bagi hasil ditentukan 1. Penentuan% bunga ditentukan
bersama
(musyawarah),
asumsi
kemungkinan untung atau rugi
sepihak
oleh
bank,
dengan
asumsi pasti memperoleh untung
2. Resiko bersama. Ditanggung bersama 2. Resiko sepihak. Resiko kerugian
antara pemilik, pengelola (bank), dan
ditanggung peminjam
3. Pendapatan
peminjam
pasti.
Pendapatan
3. Pendapatan tidak pasti. Pendapatan
bunga diperoleh tetap dan pasti –
tidak diperoleh secara pasti. Jika rugi,
tanpa melihat apakah peminjam
maka semua pihak yang terlibat turut
memperoleh untung atau rugi
4. Pendapatan
menanggungnya
4. Pendapatan tergantung hasil usaha.
Besar kecilnya pendapatan tergantung
dari keuntungan yang diperoleh dari
Besarnya
bunga
konstan
konstan.
meskipun
bank dan peminjam memperoleh
keuntungan yang besar.
proyek yang dibiayai
(Sumber : Irmayanto, 2002; 125)
Tabel 2.1.
Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil (Lanjutan)
Sistem Bagi Hasil
5. Tidak
ada
yang
keberadaan bagi hasil
Sistem Bunga
meragukan 5. Eksistensi
bunga dikecam
dan
diragukan semua agama
111
6. Dampak
pemerataan
ekonomi. 6. Dampak pertumbuhan ekonomi.
Manfaat bersama, tidak ada yang
Manfaat sepihak, sebagian besar
dieksploitasi,
masyarakat (kecil) dieksploitasi,
meningkatkan
pemerataan pendapatan
memperburuk distribusi pendapatan
(Sumber : Irmayanto, 2002; 125)
2.1.3.
Perbedaan BankSyariah dengan BankKonvensional
Bankkonvensionaldanbanksyariah
persamaan,terutamadalam
dalam
beberapahalmemiliki
sisiteknispenerimaanuang,mekanismetransfer,
teknologikomputeryangdigunakan,persyaratanumum
pembiayaan,danlain
sebagainya. Perbedaanantarabank konvensionaldanbank syariahmenyangkut aspek
legal,struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.Secaragaris
besarperbandinganbanksyariah denganbankkonvensional dapat dilihatpada Tabel
2.2
Tabel 2.2.
Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvesional
Bank Syariah
1. Melakukan
investasi-investasi 1. Investasi yang halal danharam
yanghalalsaja
2. Berdasarkan
2. Memakai perangkat bunga
prinsipbagihasil,jual 3. Profit oriented
beli, atau sewa
4. Hubungan
3. Berorientasipadakeuntungan(profit
oriented)
Bank Konvesional
dankemakmurandan
kebahagianduniaakhirat
dengan
nasabah
dalambentuk hubungan krediturdebitur
5. Tidak terdapat dewan sejenis
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
5. Penghimpunandanpenyalurandana
112
harus
sesuaidengan
fatwaDewan
Pengawas Syariah
(Sumber : Antonio, 2001; 34)
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akadyangdilakukandalam
banksyariahmemilikikonsekuensiduniawi
danukhrawikarenaakadyangdilakukanberdasarkanhukum
Islam.
Nasabahseringkaliberanimelanggarkesepakatan/perjanjian
dilakukanbilahukum
demikian
ituhanyaberdasarkanhukum
bilaperjanjian
yangtelah
positifbelaka,tapi
tidak
tersebutmemilikipertanggungjawaban
hinggayaumilqiyamahnanti.Setiapakaddalam
perbankansyariah,baik
dalam
halbarang,pelakutransaksi,maupunketentuanlainnyaharus memenuhi ketentuan
akad.
2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Penyelesaianperbedaan atau perselisihan antara bankdan nasabahpada
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah
pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri,
tetapimenyelesaikannyasesuaitata caradanhukum materi syariah. Lembaga
yangmengaturhukum
materidanatauberdasarkanprinsip
syariah
di
IndonesiadikenaldengannamaBadanArbitraseMuamalah
IndonesiaatauBAMUIyangdidirikansecara
bersamaolehKejaksaan
Agung
Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank
syariah
dapat
memiliki
struktur
yang
sama
dengan
bank
113
konvensional,misalnyadalamhalkomisarisdandireksi,tetapiunsur
yangamatmembedakanantarabanksyariah
keharusan
danbankkonvensional
adanyaDewanPengawas
mengawasioperasional
adalah
Syariahyangberfungsi
bankdanproduk-produknyaagarsesuaidengan
garis-
garis syariah.
DewanPengawasSyariahbiasanyadiletakkanpadaposisi
Komisarispadasetiap
bank,
hal
iniuntuk
setingkat
menjamin
Dewan
efektivitas
darisetiapopiniyangdiberikanolehDewanPengawasSyariah.Karena itubiasanya
penetapananggotaDewanPengawasSyariahdilakukanoleh
PemegangSaham,setelahparaanggotaDewanPengawas
RapatUmum
Syariahitumendapat
rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis danUsaha yang Dibiayai
Bisnisdan
usahayangdilaksanakanbanksyariah,tidakterlepasdari
kriteriasyariah. Hal tersebut menyebabkan banksyariahtidakakan mungkin
membiayai
usaha
yang
mengandung
diharamkan.Terdapatsejumlahbatasandalam
unsur-unsur
yang
halpembiayaandantidak
semuaproyekatau objekpembiayaandapatdidanaimelaluidana bank syariah,
namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungandan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai
dengansyariah.Dalamhaletika,misalnyasifatamanahdanshiddiq,
harus
melandasisetiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim
114
yangbaik,selainitukaryawanbanksyariahharusprofesional
danmampumelakukantugas
(fathanah),
secarateam-workdimana
informasimeratadiseluruhfungsionalorganisasi(tabligh).Dalam
hal
rewarddanpunishment, diperlukan prinsipkeadilanyangsesuaidengan syariah.
2.2.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.2.1
Pengertian UKM
Definisi dan konsep UKM di setiap Negara berbeda dilihat dari jumlah
pekerja dan asset tetap yang dimiliki UKM tersebut (Tambunan, 1999). Di
Indonesia, sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun 2008, klasifikasi usaha terdiri
dari usaha kecil dan menengah. Hal ini diatur dalam undang-undang No. 9 Tahun
1995. Sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang
semakin dinamis dan global undang-undang no. 9 Tahun 1995 tentang usaha
kecil yang hanya mengatur usaha kecil perlu diganti agar usaha mikro, kecil, dan
menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha.
Definisi UKM diatur dalam undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, pengertian dari UMKM adalah
sebagai berikut :
1. Usaha Mikro (UM) merupakan usaha produktif milik orang perseorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil (UK) merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
115
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusaahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Tabel 2.3.
Kriteria Usaha Berdasarkan Aset dan Omzetnya
No.
Uraian
Kriteria
Aset
Omzet
1.
Usaha Mikro
Max 50jt
Max 300jt
2.
Usaha Kecil
>50jt-500jt
>300jt-2,5M
3.
Usaha Menengah
>500jt-10M
>2,5M-50M
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan pengertian UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang,
116
sedangkan usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20-99 orang.
Menurut kementrian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 316/KMK016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai
usaha perorangan/badan udaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang
mempunyai penjualan/omzet pertahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00 atau
asset setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00. Contohnya adalah Firma, CV, PT,
dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan usaha perorangan
misalnya industry rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa,
dan yang lainnya.
Secara umum, pengertian usaha kecil adalah suatu bentuk usaha yang
tidak tergantung kepada pemilik dan manajemennya, serta tidak mendominasi
pasar di mana ia berada (Rambat Lupiyoadi, 2007).
2.2.2
Peran UKM
UKM berperan sangat penting
di Negara-negara sedang berkembang
(NSB) terutama di Indonesia. Peran UKM ini dapat kita lihat dari kontribusi yang
telah diberikannya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan produk
domestic bruto (PDB). Menurut Suparyanto (2013:31), beberapa peranan usaha
kecil dalam pembangunan nasional Indonesia antara lain:
1. Menyerap tenaga kerja
Jutaan orang Indonesia bekerja pada sektor usaha kecil. Pada saat kesempatan
kerja yang dirasakan semakin terbatas dibuktikan dengan tingginya angka
pengangguran usaha kecil telah mampu berperan aktif dalam menekan angka
pengangguran tersebut.
117
2. Penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat
Sebagian alat pemuas kebutuhan dan keinginan masyarakat dipenuhi dari
barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha kecil.
3. Penyedia suku cadang bagi usaha skala menengah dan besar
Banyak suku cadang yang dibentukan oleh usaha menengah dan usaha besar
tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan.
4. Mengurangi urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak orang
yang pindah ke kota tanpa dibekali pengetahuan dan atau keterampilan yang
memadai. Mereka hanya berbekal tekad untuk mengadu peruntungan di kota.
5. Mendayagunakan sumber ekonomi daerah
Indonesia diakui oleh berbagai Negara di dunia sebagai Negara yang akan
sumber alam. Tanah yang subur, laut yang mengandung potensi luar biasa,
pemandangan yang indah dan melimpahkan sumber ekonomi yang tersimpan
di daerah-daerah.
6. Menunjukkan citra diri bangsa Indonesia
Usaha kerajinan rakyat khas daerah-daerah di Indonesia yang memperlihatkan
citra diri bangsa Indonesia ke berbagai Negara di dunia adalah wujud nyata
peran usaha kecil.
2.3.
Pengusaha Muslim
Pengusaha adalah orang yang melakukan suatu usaha perdagangan yang
dalam kegiatan usahanya menghasilkan barang, memanfaatkan barang dengan
118
tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko yang akan terjadi
dari kegiatan usahanya. Seorang pengusaha memiliki beberapa sifat khusus yang
membedakannya dari orang lain. Jeff Madura (2007: 311) mengemukakan
beberapa profil pengusaha sebagai berikut :
1. Toleransi Risiko. Pengusaha harus bersedia untuk menerima risiko kehilangan
investasi bisnis mereka.
2. Kreativitas. Pengusaha mengetahui cara-cara untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan.
3. Inisiatif. Pengusaha harus bersedia untuk mengambil inisiatif guna
memastikan ide mereka terlaksana.
Pengusaha Muslim ialah orang yang menjalankan bisnis (pengusaha)
yang beragama Islam. Dalam Islam, manusia sangat dianjurkan untuk menjadi
pengusaha/pedagang karena berdagang memiliki keutamaan tersendiri. Hal ini
dapat terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadits nabi yang menganjurkan
sekaligus mengatur tentang usaha berdagang. Salah satu contoh ayat Al-Qur’an
tentang berdagang terdapat pada surah Al-Baqarah: 275, “Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”, danHadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Al-Baihaqi“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah
penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila
diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila
membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan
119
harga), apabila berutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih
utang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.”.
Pengusaha muslim hendaknya menghindari riba, mengetahui hukum jual
beli agar terhindar dari jual beli yang dilarang dalam Islam, dan mengikuti
karakteer Rasulullah Saw. dalam berbisnis. Berikut adalah karakter Muhammad
yang dapat diikuti dalam berbisnis (Buchari, 2014) :
1.
Siddiq (Righteouness)
Siddiq
artinya benar, nilai dasarnya adanya integritas dalam pribadi,
selalu berkata benar, tidak berbohong. Nilai bisnisnya ialah selalu
berperilaku jujur, ikhlas, terjamin, berusaha dalam komoditi yang halal,
tidak memperjualbelikan barang haram, atau yang asal-usul barang
tersebut tidak jelas, mungkin dari barang curian, dan lain sebagainya.
2.
Amanah (Trustworthiness)
Nilai dasar dari amanah adalah terpercaya, bias memegang amanah, tidak
mau menyeleweng, selalu mempertahankan prinsip berdiri di atas
kebenaran. Nilai bisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggungjawab,
transparan, tepat waktu, memberikan yang terbaik.
3.
Fathanah (Intelligent)
Nilai dasar fathanah adalah memiliki pengetahuan luas, cekatan, terampil,
memiliki strategi yang jitu. Nilai bisnisnya ialah memiliki visi, misi, cerdas,
menguasai atau luas pengetahuannya mengenai barang dan jasa, serta
selalu belajar, mencari pengetahuan.
4.
Tabligh (Communicative)
120
Nilai dasarnya adalah komunikatif, menjadi pelayan bagi public, bias
berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang baik, dan bias
mendelagasikan wewenangnya kepada orang lain. Nilai bisnisnya supel,
penjual yang cerdas, deskripsi tugas, bias bekerja dengan tim.
5.
Berani (Saja’ah)
Nilai bisnisnya mau dan mampu mengambil keputusan, menganalisis data,
tepat dalam mengambil keputusan, dan responsif.
2.4.
Loyalitas
Loyalitas adalah respon perilaku/pembelian yang yang bersifat bias dan
terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan
satu atau lebih merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi
proses psikologis. Namun perlu ditekankan bahwa hal tersebut berbeda dengan
perilaku beli ulang, loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan didalamnya
(Dharmmesta,1999).
Griffin (2002) menjelaskan bahwa pelanggan yang loyal memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian secara teratur
2. Membeli di luar lini produk atau jasa
3. Merekomendasikan produk lain
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
5. Merancang dan menciptakan loyalitas
Pembelian secara teratur/berulang adalah kemauan nasabah untuk
melakukan transaksi ulang yaitu dengan memanfaatkan layanan yang disediakan.
121
Rekomendasi adalah pengkomunikasian secara lisan mengenai pengalaman
transaksi nasabah yang baik serta produk-produk yang dikeluarkan bank kepada
orang lain. Kekebalan daya tarik dari produk sejenis merupakan keteguhan
nasabah untuk tetap menggunakan produk bank tersebut meskipun ada penawaran
produk serupa dari bank lain.
Loyalitas para pengusaha UKM Muslim sebagai nasabah di salah satu
institusi perbankan baik itu bank konvensional atau bank syari’ah merupakan
aspek yang sangat penting sebagai dasar bagi bank untuk tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan.
2.5.
Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian- penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jurnal penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian IAIN Raden Fatah
Palembang yang berjudul “Loyalitas Nasabah pada Bank Syari’ah di Kota
Palembang”. Studi kasus pada bank-bank Syari’ah di Kota Palembang (BNI
Syari’ah, Bank Sumsel Syari’ah, dan Bank Muamalat) dengan melibatkan
nasabah yang telah melakukan transaksi pada bank tersebut, sehingga mereka
sudah merasakan kinerja pelayanan pada bank tersebut. Pengambilan sampel
menggunakan teknik nonprobability sampling dengan accidental sampling.
Variabel yang digunakan adalah Banking Service Quality (BSQ).Analisis
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis korelasi jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Banking Service Quality (BSQ)
memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap loyalitas nasabah dan
122
Banking Service Quality (BSQ) yang baik tidak selalu menghasilkan kepuasan
nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah sebagai variabel moderator, bukan
sebagai variabel intervening, adalah tepat karena telah terbukti bahwa
kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service performance
terhadap loyalitas nasabah.
2. Lusi Diajeng dan Tatik Suryani dalam tulisan mereka yang bejudul
“Membangun Loyalitas Nasabah Usaha Kecil dan Menengah Melalui
Penciptaan Manfaat Relasional dan Kualitas Hubungan dalam Layanan Kredit
pada Perbankan Islam” yang bertujuan untuk menguji pengaruh Manfaat
Relasional dan Hubungan Kualitas kredit memberikan layanan pada kepuasan
pelanggan dan loyalitas dari UKM di Surabaya. Penelitian melibatkan 187
pemilik UKM yang memiliki rekening kredit di bank syariah. Dengan
kuesioner dan Struktural Equation Modeling (SEM) analisis, hasil
menunjukkan bahwa Manfaat Relasional memiliki dampak yang signifikan
terhadap Loyalitas Kepuasan Pelanggan. Selain itu, penelitian juga
menemukan bahwa Kepuasan pelanggan memiliki dampak yang signifikan
terhadap Loyalitas Pelanggan. Implikasi dari hasil merupakan bank harus
menciptakan
manfaat
tertentu
sebagai
strategi
diferensiasi
layanan
memberikan kredit dan menjaga kualitas hubungan konsisten untuk
menciptakan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
123
2.6.
Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam
penulisan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Melakukan Peminjaman
Pengusaha
UKM
Muslim
Institusi
Perbankan
Memberikan Peminjaman
Loyalitas
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
124
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Institusi Perbankan
Institusi perbankan atau yang sering disebut bank adalah sebuah lembaga
intermediasi keuangan, umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima
simpanan uang, dan menerbitkan promes, atau yang dikenal sebagai banknote.
Kata bank berasal dari bahasa Italia “Banca” yang berarti tempat penukaran uang.
Fungsi utama institusi perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. (www.bi.co.id “Institusi Perbankan
di Indonesia” diakses Juni 2015).
2.1.1.
Bank Konvensional
Pengertian bank menurut UU no. 7
tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarkat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat. Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998
menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
104
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No.10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.1.2.
Bank Syari’ah
2.1.2.1. Pengertian Bank Syari’ah
Bank Islamatau di Indonesia umumnya disebut denganBank Syariah,
adalah
lembagakeuangan/perbankanyangoperasional
danproduknyadikembangkanberlandaskanAl-Qur’an
SAW.Antonio
dan
pengertian,yaituBankIslam
danHaditsNabi
Perwataatmadja(1997;1)membedakanmenjadidua
danBankyangberoperasidenganprinsip
syariahIslam.BankIslam adalahbankyangberoperasidenganprinsip syariahIslam
danbankyangtatacaraberoperasinyamengacukepada
Qur’andan
Hadits.Bankyangberoperasisesuai
ketentuan-ketentuanAldenganprinsipsyariahIslam
adalahbank yangdalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam, khususnya yangmenyangkut tatacarabermuamalatsecaraIslam.
Bank syari’ah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
2.1.2.2. Akad-Akad dalam Perbankan Syari’ah
Sebagai bank yang berlandaskan Syari’ah isi dari perjanjian/akad
hendaknya bersifat adil, karena itu sangat dianjurkan oleh setiap bank untuk
105
membuat perjanjian standar (akad standar) sehingga nasabah maupun bank samasama sepakat dan mendapatkan keuntungan dalam menerima pembiayaan
(Muamalat Institute, 1999). Adapun akad-akad yang diterapkan dalam perbankan
syari’ah yaitu :
1. Akad dalam Produk Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapatdiartikansebagai titipanmurni dari satu pihakkepihak lain,baik
individumaupunbadanhukum, yangharusdijagadan dikembalikan kapan sajasi
penitip menghendaki(Antonio, 2001). Secara umumterdapat dua jenis alwadiah, yaitu:
a.Wadiah
barang/uang
YadAl-Amanah(TrusteeDepository)adalahakadpenitipan
dimanapihakpenerimatitipan
tidakdiperkenankan
menggunakanbarang/uangyangdititipkandan tidakbertanggung jawabatas
kerusakan ataukehilanganbarang titipanyangbukan diakibatkan perbuatan
ataukelalaianpenerimatitipan.
Adapun
aplikasinyadalamperbankan
syariahberupa produk safe deposit box.
b.Wadiah Yadadh-Dhamanah(Guarantee Depository)adalah akad penitipan
barang/uang
dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpaizin
pemilikbarang/uangdapatmemanfaatkanbarang/uang
titipandan
harus
bertanggung jawabterhadapkehilanganatau kerusakan barang/uang titipan.
Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh
barang/uang
titipan
dalam
penggunaan
menjadi
hasil
penerimatitipan.Akadinidiaplikasikandalam produkgirodan tabungan.
106
2. Akad untuk ProdukBagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem iniadalahsuatusistem yangmeliputitatacarapembagianhasil usahaantara
penyedia danadengan pengeloladana.Bentuk produkyang berdasarkansistemini
adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabahadalah
akadkerjasamausahaantara
pihakpertama(shahibulmaal)menyediakan
duapihakdimana
seluruh(100%)modal,
sedangkanpihaklainnyamenjadipengelola (mudharib).Keuntungan usaha
secara
mudharabah
dibagi
menurut
kesepakatan
yang
dituangkandalam kontrak,sedangkanapabilarugiditanggungoleh pemilik
modal selama kerugian
Seandainya
itu
kerugian
ini
bukan
akibat kelalaian
diakibatkan
karena
ataukelalaiansipengelola,sipengelolaharusbertanggung
si pengelola.
kecurangan
jawabatas
kerugiantersebut.Akadmudharabahsecaraumumterbagimenjadi dua jenis:
1). Mudharabah Muthlaqah
Adalahbentuk
kerjasamaantarashahibulmaaldanmudharibyang
cakupannya sangat luasdantidak dibatasiolehspesifikasijenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis.
2). Mudharabah Muqayyadah
Adalah
bentuk
kerjasamaantarashahibulmaaldan
mudharib
dimanamudharibmemberikanbatasankepadashahibul maal mengenai
tempat, cara,dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
107
Al-musyarakahadalah akadkerjasamaantaraduapihakataulebih untuksuatu
usahatertentudimanamasing-masingpihakmemberikan
dengan
kontribusi
dana
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena
warisan, wasiat, atau
kondisilainnyayangmengakibatkanpemilikan satuasetolehdua orang
atau lebih.
2).Musyarakahakad,
terciptadengancarakesepakatan
dimanadua
orangataulebihsetuju bahwatiaporangdarimerekamemberikan modal
musyarakah.
3. Akad untuk Produk Jual Beli(Al-Tijarah)
Kegiataninimerupakansuatusistem
dimanabankakanmembeli
yangmenerapkantatacarajualbeli,
terlebih
dahulubarangyangdibutuhkanatau
mengangkatnasabahsebagaiagenbankmelakukanpembelianbarang
atasnamabank,kemudianbankmenjualbarang tersebutkepadanasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Akadnya berupa:
a. Al-Murabahah
Murabahah
adalah
akadjualbelibarangdenganmenyatakanharga
perolehandankeuntungan(margin) yangdisepakatiolehpenjualdan pembeli.
b. Salam
Salamadalahakadjualbelibarangpesanan
denganpenangguhan
pengirimanoleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembelisebelum
barangpesanantersebutditerimasesuaisyarat-syarat
108
tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
suatutransaksisalam.Jikabankbertindaksebagaipenjual kemudian memesan
kepada pihak lain
untuk menyediakan barang
pesanan dengan
carasalammakahal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’adalahakadjualbeliantarapembelidanprodusen
bertindaksebagaipenjual.Cara
yangjuga
pembayarannyadapatberupa
pembayaran
dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
pesanan
harus
diketahui
karakteristiknya
secara
umum
yangmeliputi:jenis,spesifikasiteknis,kualitas,dan
kuantitasnya.Bankdapatbertindak sebagaipembeliatau penjual. Jika bank
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untukmenyediakanbarangpesanan
dengancaraistishnamakahalini
disebutistishna paralel.
4. Akad untuk Produk Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad
pemindahan hak guna
melaluipembayaranupahsewa,tanpadiikuti
atas
barang atau
denganpemindahan
jasa,
hak
kepemilikan atas barangitu sendiri.Al-ijarahterbagikepada duajenis:
a. Ijarah,sewamurni
b. Ijarahal muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir
masa sewa.
5. Akad untuk Produk Jasa (Fee-Based Service)
109
Kegiatan ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan kegiatanini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabahmemberikuasakepada
bankuntukmewakilidirinya
melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminanyangdiberikanolehpenanggungkepadapihakketiga
untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalahpengalihanutangdariorang
yangberutangkepadaoranglain
yangwajibmenanggungnya.Kontrakhawalahdalam
diterapkan
padaFactoring
dimanabankbertindak
(anjak
sebagaijurutagih
perbankan
biasanya
piutang),Post-datedcheck,
tanpamembayarkandulu
piutangtersebut.
d. Ar-Rahn
Adalahmenahansalahsatuhartamiliksipeminjam
pinjamanyangditerimanya.Barang
sebagaijaminanatas
yangditahantersebutmemilikinilai
ekonomis.Dengandemikian,pihakyangmenahanmemperoleh jaminan untuk
dapatmengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
e. Al-Qardh
Al-qardhadalahpemberianharta kepadaorang lainyang dapatditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dankeperluan
110
sosial.Danaini diperolehdaridanazakat,infaq dan shadaqah.
Tabel 2.1.
PerbedaanSistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Sistem Bagi Hasil
Sistem Bunga
1. Penentuanrasio bagi hasil ditentukan 1. Penentuan% bunga ditentukan
bersama
(musyawarah),
asumsi
kemungkinan untung atau rugi
sepihak
oleh
bank,
dengan
asumsi pasti memperoleh untung
2. Resiko bersama. Ditanggung bersama 2. Resiko sepihak. Resiko kerugian
antara pemilik, pengelola (bank), dan
ditanggung peminjam
3. Pendapatan
peminjam
pasti.
Pendapatan
3. Pendapatan tidak pasti. Pendapatan
bunga diperoleh tetap dan pasti –
tidak diperoleh secara pasti. Jika rugi,
tanpa melihat apakah peminjam
maka semua pihak yang terlibat turut
memperoleh untung atau rugi
4. Pendapatan
menanggungnya
4. Pendapatan tergantung hasil usaha.
Besar kecilnya pendapatan tergantung
dari keuntungan yang diperoleh dari
Besarnya
bunga
konstan
konstan.
meskipun
bank dan peminjam memperoleh
keuntungan yang besar.
proyek yang dibiayai
(Sumber : Irmayanto, 2002; 125)
Tabel 2.1.
Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil (Lanjutan)
Sistem Bagi Hasil
5. Tidak
ada
yang
keberadaan bagi hasil
Sistem Bunga
meragukan 5. Eksistensi
bunga dikecam
dan
diragukan semua agama
111
6. Dampak
pemerataan
ekonomi. 6. Dampak pertumbuhan ekonomi.
Manfaat bersama, tidak ada yang
Manfaat sepihak, sebagian besar
dieksploitasi,
masyarakat (kecil) dieksploitasi,
meningkatkan
pemerataan pendapatan
memperburuk distribusi pendapatan
(Sumber : Irmayanto, 2002; 125)
2.1.3.
Perbedaan BankSyariah dengan BankKonvensional
Bankkonvensionaldanbanksyariah
persamaan,terutamadalam
dalam
beberapahalmemiliki
sisiteknispenerimaanuang,mekanismetransfer,
teknologikomputeryangdigunakan,persyaratanumum
pembiayaan,danlain
sebagainya. Perbedaanantarabank konvensionaldanbank syariahmenyangkut aspek
legal,struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.Secaragaris
besarperbandinganbanksyariah denganbankkonvensional dapat dilihatpada Tabel
2.2
Tabel 2.2.
Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvesional
Bank Syariah
1. Melakukan
investasi-investasi 1. Investasi yang halal danharam
yanghalalsaja
2. Berdasarkan
2. Memakai perangkat bunga
prinsipbagihasil,jual 3. Profit oriented
beli, atau sewa
4. Hubungan
3. Berorientasipadakeuntungan(profit
oriented)
Bank Konvesional
dankemakmurandan
kebahagianduniaakhirat
dengan
nasabah
dalambentuk hubungan krediturdebitur
5. Tidak terdapat dewan sejenis
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
5. Penghimpunandanpenyalurandana
112
harus
sesuaidengan
fatwaDewan
Pengawas Syariah
(Sumber : Antonio, 2001; 34)
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akadyangdilakukandalam
banksyariahmemilikikonsekuensiduniawi
danukhrawikarenaakadyangdilakukanberdasarkanhukum
Islam.
Nasabahseringkaliberanimelanggarkesepakatan/perjanjian
dilakukanbilahukum
demikian
ituhanyaberdasarkanhukum
bilaperjanjian
yangtelah
positifbelaka,tapi
tidak
tersebutmemilikipertanggungjawaban
hinggayaumilqiyamahnanti.Setiapakaddalam
perbankansyariah,baik
dalam
halbarang,pelakutransaksi,maupunketentuanlainnyaharus memenuhi ketentuan
akad.
2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Penyelesaianperbedaan atau perselisihan antara bankdan nasabahpada
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah
pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri,
tetapimenyelesaikannyasesuaitata caradanhukum materi syariah. Lembaga
yangmengaturhukum
materidanatauberdasarkanprinsip
syariah
di
IndonesiadikenaldengannamaBadanArbitraseMuamalah
IndonesiaatauBAMUIyangdidirikansecara
bersamaolehKejaksaan
Agung
Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank
syariah
dapat
memiliki
struktur
yang
sama
dengan
bank
113
konvensional,misalnyadalamhalkomisarisdandireksi,tetapiunsur
yangamatmembedakanantarabanksyariah
keharusan
danbankkonvensional
adanyaDewanPengawas
mengawasioperasional
adalah
Syariahyangberfungsi
bankdanproduk-produknyaagarsesuaidengan
garis-
garis syariah.
DewanPengawasSyariahbiasanyadiletakkanpadaposisi
Komisarispadasetiap
bank,
hal
iniuntuk
setingkat
menjamin
Dewan
efektivitas
darisetiapopiniyangdiberikanolehDewanPengawasSyariah.Karena itubiasanya
penetapananggotaDewanPengawasSyariahdilakukanoleh
PemegangSaham,setelahparaanggotaDewanPengawas
RapatUmum
Syariahitumendapat
rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis danUsaha yang Dibiayai
Bisnisdan
usahayangdilaksanakanbanksyariah,tidakterlepasdari
kriteriasyariah. Hal tersebut menyebabkan banksyariahtidakakan mungkin
membiayai
usaha
yang
mengandung
diharamkan.Terdapatsejumlahbatasandalam
unsur-unsur
yang
halpembiayaandantidak
semuaproyekatau objekpembiayaandapatdidanaimelaluidana bank syariah,
namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungandan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai
dengansyariah.Dalamhaletika,misalnyasifatamanahdanshiddiq,
harus
melandasisetiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim
114
yangbaik,selainitukaryawanbanksyariahharusprofesional
danmampumelakukantugas
(fathanah),
secarateam-workdimana
informasimeratadiseluruhfungsionalorganisasi(tabligh).Dalam
hal
rewarddanpunishment, diperlukan prinsipkeadilanyangsesuaidengan syariah.
2.2.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.2.1
Pengertian UKM
Definisi dan konsep UKM di setiap Negara berbeda dilihat dari jumlah
pekerja dan asset tetap yang dimiliki UKM tersebut (Tambunan, 1999). Di
Indonesia, sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun 2008, klasifikasi usaha terdiri
dari usaha kecil dan menengah. Hal ini diatur dalam undang-undang No. 9 Tahun
1995. Sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang
semakin dinamis dan global undang-undang no. 9 Tahun 1995 tentang usaha
kecil yang hanya mengatur usaha kecil perlu diganti agar usaha mikro, kecil, dan
menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha.
Definisi UKM diatur dalam undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, pengertian dari UMKM adalah
sebagai berikut :
1. Usaha Mikro (UM) merupakan usaha produktif milik orang perseorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil (UK) merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
115
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusaahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Tabel 2.3.
Kriteria Usaha Berdasarkan Aset dan Omzetnya
No.
Uraian
Kriteria
Aset
Omzet
1.
Usaha Mikro
Max 50jt
Max 300jt
2.
Usaha Kecil
>50jt-500jt
>300jt-2,5M
3.
Usaha Menengah
>500jt-10M
>2,5M-50M
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan pengertian UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang,
116
sedangkan usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20-99 orang.
Menurut kementrian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 316/KMK016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai
usaha perorangan/badan udaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang
mempunyai penjualan/omzet pertahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00 atau
asset setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00. Contohnya adalah Firma, CV, PT,
dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan usaha perorangan
misalnya industry rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa,
dan yang lainnya.
Secara umum, pengertian usaha kecil adalah suatu bentuk usaha yang
tidak tergantung kepada pemilik dan manajemennya, serta tidak mendominasi
pasar di mana ia berada (Rambat Lupiyoadi, 2007).
2.2.2
Peran UKM
UKM berperan sangat penting
di Negara-negara sedang berkembang
(NSB) terutama di Indonesia. Peran UKM ini dapat kita lihat dari kontribusi yang
telah diberikannya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan produk
domestic bruto (PDB). Menurut Suparyanto (2013:31), beberapa peranan usaha
kecil dalam pembangunan nasional Indonesia antara lain:
1. Menyerap tenaga kerja
Jutaan orang Indonesia bekerja pada sektor usaha kecil. Pada saat kesempatan
kerja yang dirasakan semakin terbatas dibuktikan dengan tingginya angka
pengangguran usaha kecil telah mampu berperan aktif dalam menekan angka
pengangguran tersebut.
117
2. Penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat
Sebagian alat pemuas kebutuhan dan keinginan masyarakat dipenuhi dari
barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha kecil.
3. Penyedia suku cadang bagi usaha skala menengah dan besar
Banyak suku cadang yang dibentukan oleh usaha menengah dan usaha besar
tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan.
4. Mengurangi urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak orang
yang pindah ke kota tanpa dibekali pengetahuan dan atau keterampilan yang
memadai. Mereka hanya berbekal tekad untuk mengadu peruntungan di kota.
5. Mendayagunakan sumber ekonomi daerah
Indonesia diakui oleh berbagai Negara di dunia sebagai Negara yang akan
sumber alam. Tanah yang subur, laut yang mengandung potensi luar biasa,
pemandangan yang indah dan melimpahkan sumber ekonomi yang tersimpan
di daerah-daerah.
6. Menunjukkan citra diri bangsa Indonesia
Usaha kerajinan rakyat khas daerah-daerah di Indonesia yang memperlihatkan
citra diri bangsa Indonesia ke berbagai Negara di dunia adalah wujud nyata
peran usaha kecil.
2.3.
Pengusaha Muslim
Pengusaha adalah orang yang melakukan suatu usaha perdagangan yang
dalam kegiatan usahanya menghasilkan barang, memanfaatkan barang dengan
118
tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko yang akan terjadi
dari kegiatan usahanya. Seorang pengusaha memiliki beberapa sifat khusus yang
membedakannya dari orang lain. Jeff Madura (2007: 311) mengemukakan
beberapa profil pengusaha sebagai berikut :
1. Toleransi Risiko. Pengusaha harus bersedia untuk menerima risiko kehilangan
investasi bisnis mereka.
2. Kreativitas. Pengusaha mengetahui cara-cara untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan.
3. Inisiatif. Pengusaha harus bersedia untuk mengambil inisiatif guna
memastikan ide mereka terlaksana.
Pengusaha Muslim ialah orang yang menjalankan bisnis (pengusaha)
yang beragama Islam. Dalam Islam, manusia sangat dianjurkan untuk menjadi
pengusaha/pedagang karena berdagang memiliki keutamaan tersendiri. Hal ini
dapat terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadits nabi yang menganjurkan
sekaligus mengatur tentang usaha berdagang. Salah satu contoh ayat Al-Qur’an
tentang berdagang terdapat pada surah Al-Baqarah: 275, “Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”, danHadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Al-Baihaqi“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah
penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila
diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila
membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan
119
harga), apabila berutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih
utang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.”.
Pengusaha muslim hendaknya menghindari riba, mengetahui hukum jual
beli agar terhindar dari jual beli yang dilarang dalam Islam, dan mengikuti
karakteer Rasulullah Saw. dalam berbisnis. Berikut adalah karakter Muhammad
yang dapat diikuti dalam berbisnis (Buchari, 2014) :
1.
Siddiq (Righteouness)
Siddiq
artinya benar, nilai dasarnya adanya integritas dalam pribadi,
selalu berkata benar, tidak berbohong. Nilai bisnisnya ialah selalu
berperilaku jujur, ikhlas, terjamin, berusaha dalam komoditi yang halal,
tidak memperjualbelikan barang haram, atau yang asal-usul barang
tersebut tidak jelas, mungkin dari barang curian, dan lain sebagainya.
2.
Amanah (Trustworthiness)
Nilai dasar dari amanah adalah terpercaya, bias memegang amanah, tidak
mau menyeleweng, selalu mempertahankan prinsip berdiri di atas
kebenaran. Nilai bisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggungjawab,
transparan, tepat waktu, memberikan yang terbaik.
3.
Fathanah (Intelligent)
Nilai dasar fathanah adalah memiliki pengetahuan luas, cekatan, terampil,
memiliki strategi yang jitu. Nilai bisnisnya ialah memiliki visi, misi, cerdas,
menguasai atau luas pengetahuannya mengenai barang dan jasa, serta
selalu belajar, mencari pengetahuan.
4.
Tabligh (Communicative)
120
Nilai dasarnya adalah komunikatif, menjadi pelayan bagi public, bias
berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang baik, dan bias
mendelagasikan wewenangnya kepada orang lain. Nilai bisnisnya supel,
penjual yang cerdas, deskripsi tugas, bias bekerja dengan tim.
5.
Berani (Saja’ah)
Nilai bisnisnya mau dan mampu mengambil keputusan, menganalisis data,
tepat dalam mengambil keputusan, dan responsif.
2.4.
Loyalitas
Loyalitas adalah respon perilaku/pembelian yang yang bersifat bias dan
terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan
satu atau lebih merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi
proses psikologis. Namun perlu ditekankan bahwa hal tersebut berbeda dengan
perilaku beli ulang, loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan didalamnya
(Dharmmesta,1999).
Griffin (2002) menjelaskan bahwa pelanggan yang loyal memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian secara teratur
2. Membeli di luar lini produk atau jasa
3. Merekomendasikan produk lain
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
5. Merancang dan menciptakan loyalitas
Pembelian secara teratur/berulang adalah kemauan nasabah untuk
melakukan transaksi ulang yaitu dengan memanfaatkan layanan yang disediakan.
121
Rekomendasi adalah pengkomunikasian secara lisan mengenai pengalaman
transaksi nasabah yang baik serta produk-produk yang dikeluarkan bank kepada
orang lain. Kekebalan daya tarik dari produk sejenis merupakan keteguhan
nasabah untuk tetap menggunakan produk bank tersebut meskipun ada penawaran
produk serupa dari bank lain.
Loyalitas para pengusaha UKM Muslim sebagai nasabah di salah satu
institusi perbankan baik itu bank konvensional atau bank syari’ah merupakan
aspek yang sangat penting sebagai dasar bagi bank untuk tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan.
2.5.
Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian- penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jurnal penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian IAIN Raden Fatah
Palembang yang berjudul “Loyalitas Nasabah pada Bank Syari’ah di Kota
Palembang”. Studi kasus pada bank-bank Syari’ah di Kota Palembang (BNI
Syari’ah, Bank Sumsel Syari’ah, dan Bank Muamalat) dengan melibatkan
nasabah yang telah melakukan transaksi pada bank tersebut, sehingga mereka
sudah merasakan kinerja pelayanan pada bank tersebut. Pengambilan sampel
menggunakan teknik nonprobability sampling dengan accidental sampling.
Variabel yang digunakan adalah Banking Service Quality (BSQ).Analisis
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis korelasi jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Banking Service Quality (BSQ)
memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap loyalitas nasabah dan
122
Banking Service Quality (BSQ) yang baik tidak selalu menghasilkan kepuasan
nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah sebagai variabel moderator, bukan
sebagai variabel intervening, adalah tepat karena telah terbukti bahwa
kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service performance
terhadap loyalitas nasabah.
2. Lusi Diajeng dan Tatik Suryani dalam tulisan mereka yang bejudul
“Membangun Loyalitas Nasabah Usaha Kecil dan Menengah Melalui
Penciptaan Manfaat Relasional dan Kualitas Hubungan dalam Layanan Kredit
pada Perbankan Islam” yang bertujuan untuk menguji pengaruh Manfaat
Relasional dan Hubungan Kualitas kredit memberikan layanan pada kepuasan
pelanggan dan loyalitas dari UKM di Surabaya. Penelitian melibatkan 187
pemilik UKM yang memiliki rekening kredit di bank syariah. Dengan
kuesioner dan Struktural Equation Modeling (SEM) analisis, hasil
menunjukkan bahwa Manfaat Relasional memiliki dampak yang signifikan
terhadap Loyalitas Kepuasan Pelanggan. Selain itu, penelitian juga
menemukan bahwa Kepuasan pelanggan memiliki dampak yang signifikan
terhadap Loyalitas Pelanggan. Implikasi dari hasil merupakan bank harus
menciptakan
manfaat
tertentu
sebagai
strategi
diferensiasi
layanan
memberikan kredit dan menjaga kualitas hubungan konsisten untuk
menciptakan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
123
2.6.
Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam
penulisan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Melakukan Peminjaman
Pengusaha
UKM
Muslim
Institusi
Perbankan
Memberikan Peminjaman
Loyalitas
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
124