Chapter II Analisis Loyalitas Pengusaha UKM Muslim Terhadap Institusi Perbankan di Kota Tebing Tinggi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Institusi Perbankan
Institusi perbankan atau yang sering disebut bank adalah sebuah lembaga

intermediasi keuangan, umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima
simpanan uang, dan menerbitkan promes, atau yang dikenal sebagai banknote.
Kata bank berasal dari bahasa Italia “Banca” yang berarti tempat penukaran uang.
Fungsi utama institusi perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. (www.bi.co.id “Institusi Perbankan
di Indonesia” diakses Juni 2015).
2.1.1.

Bank Konvensional
Pengertian bank menurut UU no. 7

tahun 1992 tentang perbankan


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarkat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat. Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998
menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

104

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No.10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.1.2.


Bank Syari’ah

2.1.2.1. Pengertian Bank Syari’ah
Bank Islamatau di Indonesia umumnya disebut denganBank Syariah,
adalah

lembagakeuangan/perbankanyangoperasional

danproduknyadikembangkanberlandaskanAl-Qur’an
SAW.Antonio

dan

pengertian,yaituBankIslam

danHaditsNabi

Perwataatmadja(1997;1)membedakanmenjadidua
danBankyangberoperasidenganprinsip


syariahIslam.BankIslam adalahbankyangberoperasidenganprinsip syariahIslam
danbankyangtatacaraberoperasinyamengacukepada
Qur’andan

Hadits.Bankyangberoperasisesuai

ketentuan-ketentuanAldenganprinsipsyariahIslam

adalahbank yangdalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam, khususnya yangmenyangkut tatacarabermuamalatsecaraIslam.
Bank syari’ah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
2.1.2.2. Akad-Akad dalam Perbankan Syari’ah
Sebagai bank yang berlandaskan Syari’ah isi dari perjanjian/akad
hendaknya bersifat adil, karena itu sangat dianjurkan oleh setiap bank untuk

105

membuat perjanjian standar (akad standar) sehingga nasabah maupun bank samasama sepakat dan mendapatkan keuntungan dalam menerima pembiayaan

(Muamalat Institute, 1999). Adapun akad-akad yang diterapkan dalam perbankan
syari’ah yaitu :
1. Akad dalam Produk Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapatdiartikansebagai titipanmurni dari satu pihakkepihak lain,baik
individumaupunbadanhukum, yangharusdijagadan dikembalikan kapan sajasi
penitip menghendaki(Antonio, 2001). Secara umumterdapat dua jenis alwadiah, yaitu:
a.Wadiah
barang/uang

YadAl-Amanah(TrusteeDepository)adalahakadpenitipan
dimanapihakpenerimatitipan

tidakdiperkenankan

menggunakanbarang/uangyangdititipkandan tidakbertanggung jawabatas
kerusakan ataukehilanganbarang titipanyangbukan diakibatkan perbuatan
ataukelalaianpenerimatitipan.

Adapun


aplikasinyadalamperbankan

syariahberupa produk safe deposit box.
b.Wadiah Yadadh-Dhamanah(Guarantee Depository)adalah akad penitipan
barang/uang

dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpaizin

pemilikbarang/uangdapatmemanfaatkanbarang/uang

titipandan

harus

bertanggung jawabterhadapkehilanganatau kerusakan barang/uang titipan.
Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh
barang/uang

titipan


dalam

penggunaan

menjadi

hasil

penerimatitipan.Akadinidiaplikasikandalam produkgirodan tabungan.

106

2. Akad untuk ProdukBagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem iniadalahsuatusistem yangmeliputitatacarapembagianhasil usahaantara
penyedia danadengan pengeloladana.Bentuk produkyang berdasarkansistemini
adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabahadalah

akadkerjasamausahaantara


pihakpertama(shahibulmaal)menyediakan

duapihakdimana

seluruh(100%)modal,

sedangkanpihaklainnyamenjadipengelola (mudharib).Keuntungan usaha
secara

mudharabah

dibagi

menurut

kesepakatan

yang


dituangkandalam kontrak,sedangkanapabilarugiditanggungoleh pemilik
modal selama kerugian
Seandainya

itu

kerugian

ini

bukan

akibat kelalaian

diakibatkan

karena

ataukelalaiansipengelola,sipengelolaharusbertanggung


si pengelola.
kecurangan
jawabatas

kerugiantersebut.Akadmudharabahsecaraumumterbagimenjadi dua jenis:
1). Mudharabah Muthlaqah
Adalahbentuk

kerjasamaantarashahibulmaaldanmudharibyang

cakupannya sangat luasdantidak dibatasiolehspesifikasijenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis.
2). Mudharabah Muqayyadah
Adalah

bentuk

kerjasamaantarashahibulmaaldan

mudharib


dimanamudharibmemberikanbatasankepadashahibul maal mengenai
tempat, cara,dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah

107

Al-musyarakahadalah akadkerjasamaantaraduapihakataulebih untuksuatu
usahatertentudimanamasing-masingpihakmemberikan
dengan

kontribusi

dana

kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena


warisan, wasiat, atau

kondisilainnyayangmengakibatkanpemilikan satuasetolehdua orang
atau lebih.
2).Musyarakahakad,

terciptadengancarakesepakatan

dimanadua

orangataulebihsetuju bahwatiaporangdarimerekamemberikan modal
musyarakah.
3. Akad untuk Produk Jual Beli(Al-Tijarah)
Kegiataninimerupakansuatusistem
dimanabankakanmembeli

yangmenerapkantatacarajualbeli,

terlebih

dahulubarangyangdibutuhkanatau

mengangkatnasabahsebagaiagenbankmelakukanpembelianbarang
atasnamabank,kemudianbankmenjualbarang tersebutkepadanasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Akadnya berupa:
a. Al-Murabahah
Murabahah

adalah

akadjualbelibarangdenganmenyatakanharga

perolehandankeuntungan(margin) yangdisepakatiolehpenjualdan pembeli.
b. Salam
Salamadalahakadjualbelibarangpesanan

denganpenangguhan

pengirimanoleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembelisebelum

barangpesanantersebutditerimasesuaisyarat-syarat

108

tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
suatutransaksisalam.Jikabankbertindaksebagaipenjual kemudian memesan
kepada pihak lain

untuk menyediakan barang

pesanan dengan

carasalammakahal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’adalahakadjualbeliantarapembelidanprodusen
bertindaksebagaipenjual.Cara

yangjuga

pembayarannyadapatberupa

pembayaran

dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
pesanan

harus

diketahui

karakteristiknya

secara

umum

yangmeliputi:jenis,spesifikasiteknis,kualitas,dan
kuantitasnya.Bankdapatbertindak sebagaipembeliatau penjual. Jika bank
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untukmenyediakanbarangpesanan

dengancaraistishnamakahalini

disebutistishna paralel.
4. Akad untuk Produk Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad

pemindahan hak guna

melaluipembayaranupahsewa,tanpadiikuti

atas

barang atau

denganpemindahan

jasa,
hak

kepemilikan atas barangitu sendiri.Al-ijarahterbagikepada duajenis:
a. Ijarah,sewamurni
b. Ijarahal muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir
masa sewa.
5. Akad untuk Produk Jasa (Fee-Based Service)

109

Kegiatan ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan kegiatanini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabahmemberikuasakepada

bankuntukmewakilidirinya

melakukan

pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminanyangdiberikanolehpenanggungkepadapihakketiga

untuk

memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalahpengalihanutangdariorang

yangberutangkepadaoranglain

yangwajibmenanggungnya.Kontrakhawalahdalam
diterapkan

padaFactoring

dimanabankbertindak

(anjak

sebagaijurutagih

perbankan

biasanya

piutang),Post-datedcheck,
tanpamembayarkandulu

piutangtersebut.
d. Ar-Rahn
Adalahmenahansalahsatuhartamiliksipeminjam
pinjamanyangditerimanya.Barang

sebagaijaminanatas

yangditahantersebutmemilikinilai

ekonomis.Dengandemikian,pihakyangmenahanmemperoleh jaminan untuk
dapatmengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
e. Al-Qardh
Al-qardhadalahpemberianharta kepadaorang lainyang dapatditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dankeperluan

110

sosial.Danaini diperolehdaridanazakat,infaq dan shadaqah.
Tabel 2.1.
PerbedaanSistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Sistem Bagi Hasil

Sistem Bunga

1. Penentuanrasio bagi hasil ditentukan 1. Penentuan% bunga ditentukan
bersama

(musyawarah),

asumsi

kemungkinan untung atau rugi

sepihak

oleh

bank,

dengan

asumsi pasti memperoleh untung

2. Resiko bersama. Ditanggung bersama 2. Resiko sepihak. Resiko kerugian
antara pemilik, pengelola (bank), dan

ditanggung peminjam
3. Pendapatan

peminjam

pasti.

Pendapatan

3. Pendapatan tidak pasti. Pendapatan

bunga diperoleh tetap dan pasti –

tidak diperoleh secara pasti. Jika rugi,

tanpa melihat apakah peminjam

maka semua pihak yang terlibat turut

memperoleh untung atau rugi
4. Pendapatan

menanggungnya
4. Pendapatan tergantung hasil usaha.
Besar kecilnya pendapatan tergantung
dari keuntungan yang diperoleh dari

Besarnya

bunga
konstan

konstan.
meskipun

bank dan peminjam memperoleh
keuntungan yang besar.

proyek yang dibiayai

(Sumber : Irmayanto, 2002; 125)

Tabel 2.1.
Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil (Lanjutan)
Sistem Bagi Hasil
5. Tidak

ada

yang

keberadaan bagi hasil

Sistem Bunga

meragukan 5. Eksistensi

bunga dikecam

dan

diragukan semua agama

111

6. Dampak

pemerataan

ekonomi. 6. Dampak pertumbuhan ekonomi.

Manfaat bersama, tidak ada yang

Manfaat sepihak, sebagian besar

dieksploitasi,

masyarakat (kecil) dieksploitasi,

meningkatkan

pemerataan pendapatan

memperburuk distribusi pendapatan

(Sumber : Irmayanto, 2002; 125)

2.1.3.

Perbedaan BankSyariah dengan BankKonvensional
Bankkonvensionaldanbanksyariah

persamaan,terutamadalam

dalam

beberapahalmemiliki

sisiteknispenerimaanuang,mekanismetransfer,

teknologikomputeryangdigunakan,persyaratanumum

pembiayaan,danlain

sebagainya. Perbedaanantarabank konvensionaldanbank syariahmenyangkut aspek
legal,struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.Secaragaris
besarperbandinganbanksyariah denganbankkonvensional dapat dilihatpada Tabel
2.2
Tabel 2.2.
Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvesional
Bank Syariah

1. Melakukan

investasi-investasi 1. Investasi yang halal danharam

yanghalalsaja
2. Berdasarkan

2. Memakai perangkat bunga
prinsipbagihasil,jual 3. Profit oriented

beli, atau sewa

4. Hubungan

3. Berorientasipadakeuntungan(profit
oriented)

Bank Konvesional

dankemakmurandan

kebahagianduniaakhirat

dengan

nasabah

dalambentuk hubungan krediturdebitur
5. Tidak terdapat dewan sejenis

4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
5. Penghimpunandanpenyalurandana

112

harus

sesuaidengan

fatwaDewan

Pengawas Syariah
(Sumber : Antonio, 2001; 34)

1. Akad dan Aspek Legalitas
Akadyangdilakukandalam

banksyariahmemilikikonsekuensiduniawi

danukhrawikarenaakadyangdilakukanberdasarkanhukum

Islam.

Nasabahseringkaliberanimelanggarkesepakatan/perjanjian
dilakukanbilahukum
demikian

ituhanyaberdasarkanhukum

bilaperjanjian

yangtelah

positifbelaka,tapi

tidak

tersebutmemilikipertanggungjawaban

hinggayaumilqiyamahnanti.Setiapakaddalam

perbankansyariah,baik

dalam

halbarang,pelakutransaksi,maupunketentuanlainnyaharus memenuhi ketentuan
akad.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Penyelesaianperbedaan atau perselisihan antara bankdan nasabahpada
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah
pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri,
tetapimenyelesaikannyasesuaitata caradanhukum materi syariah. Lembaga
yangmengaturhukum

materidanatauberdasarkanprinsip

syariah

di

IndonesiadikenaldengannamaBadanArbitraseMuamalah
IndonesiaatauBAMUIyangdidirikansecara

bersamaolehKejaksaan

Agung

Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank

syariah

dapat

memiliki

struktur

yang

sama

dengan

bank

113

konvensional,misalnyadalamhalkomisarisdandireksi,tetapiunsur
yangamatmembedakanantarabanksyariah
keharusan

danbankkonvensional

adanyaDewanPengawas

mengawasioperasional

adalah

Syariahyangberfungsi

bankdanproduk-produknyaagarsesuaidengan

garis-

garis syariah.
DewanPengawasSyariahbiasanyadiletakkanpadaposisi
Komisarispadasetiap

bank,

hal

iniuntuk

setingkat
menjamin

Dewan
efektivitas

darisetiapopiniyangdiberikanolehDewanPengawasSyariah.Karena itubiasanya
penetapananggotaDewanPengawasSyariahdilakukanoleh
PemegangSaham,setelahparaanggotaDewanPengawas

RapatUmum
Syariahitumendapat

rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

4. Bisnis danUsaha yang Dibiayai
Bisnisdan

usahayangdilaksanakanbanksyariah,tidakterlepasdari

kriteriasyariah. Hal tersebut menyebabkan banksyariahtidakakan mungkin
membiayai

usaha

yang

mengandung

diharamkan.Terdapatsejumlahbatasandalam

unsur-unsur

yang

halpembiayaandantidak

semuaproyekatau objekpembiayaandapatdidanaimelaluidana bank syariah,
namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungandan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai
dengansyariah.Dalamhaletika,misalnyasifatamanahdanshiddiq,

harus

melandasisetiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim

114

yangbaik,selainitukaryawanbanksyariahharusprofesional
danmampumelakukantugas

(fathanah),

secarateam-workdimana

informasimeratadiseluruhfungsionalorganisasi(tabligh).Dalam

hal

rewarddanpunishment, diperlukan prinsipkeadilanyangsesuaidengan syariah.
2.2.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.2.1

Pengertian UKM
Definisi dan konsep UKM di setiap Negara berbeda dilihat dari jumlah

pekerja dan asset tetap yang dimiliki UKM tersebut (Tambunan, 1999). Di
Indonesia, sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun 2008, klasifikasi usaha terdiri
dari usaha kecil dan menengah. Hal ini diatur dalam undang-undang No. 9 Tahun
1995. Sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang
semakin dinamis dan global undang-undang no. 9 Tahun 1995 tentang usaha
kecil yang hanya mengatur usaha kecil perlu diganti agar usaha mikro, kecil, dan
menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha.
Definisi UKM diatur dalam undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, pengertian dari UMKM adalah
sebagai berikut :
1. Usaha Mikro (UM) merupakan usaha produktif milik orang perseorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil (UK) merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

115

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusaahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Tabel 2.3.
Kriteria Usaha Berdasarkan Aset dan Omzetnya
No.

Uraian

Kriteria
Aset

Omzet

1.

Usaha Mikro

Max 50jt

Max 300jt

2.

Usaha Kecil

>50jt-500jt

>300jt-2,5M

3.

Usaha Menengah

>500jt-10M

>2,5M-50M

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan pengertian UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang,

116

sedangkan usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20-99 orang.
Menurut kementrian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 316/KMK016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai
usaha perorangan/badan udaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang
mempunyai penjualan/omzet pertahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00 atau
asset setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00. Contohnya adalah Firma, CV, PT,
dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan usaha perorangan
misalnya industry rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa,
dan yang lainnya.
Secara umum, pengertian usaha kecil adalah suatu bentuk usaha yang
tidak tergantung kepada pemilik dan manajemennya, serta tidak mendominasi
pasar di mana ia berada (Rambat Lupiyoadi, 2007).
2.2.2

Peran UKM
UKM berperan sangat penting

di Negara-negara sedang berkembang

(NSB) terutama di Indonesia. Peran UKM ini dapat kita lihat dari kontribusi yang
telah diberikannya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan produk
domestic bruto (PDB). Menurut Suparyanto (2013:31), beberapa peranan usaha
kecil dalam pembangunan nasional Indonesia antara lain:
1. Menyerap tenaga kerja
Jutaan orang Indonesia bekerja pada sektor usaha kecil. Pada saat kesempatan
kerja yang dirasakan semakin terbatas dibuktikan dengan tingginya angka
pengangguran usaha kecil telah mampu berperan aktif dalam menekan angka
pengangguran tersebut.

117

2. Penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat
Sebagian alat pemuas kebutuhan dan keinginan masyarakat dipenuhi dari
barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha kecil.
3. Penyedia suku cadang bagi usaha skala menengah dan besar
Banyak suku cadang yang dibentukan oleh usaha menengah dan usaha besar
tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan.
4. Mengurangi urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak orang
yang pindah ke kota tanpa dibekali pengetahuan dan atau keterampilan yang
memadai. Mereka hanya berbekal tekad untuk mengadu peruntungan di kota.

5. Mendayagunakan sumber ekonomi daerah
Indonesia diakui oleh berbagai Negara di dunia sebagai Negara yang akan
sumber alam. Tanah yang subur, laut yang mengandung potensi luar biasa,
pemandangan yang indah dan melimpahkan sumber ekonomi yang tersimpan
di daerah-daerah.
6. Menunjukkan citra diri bangsa Indonesia
Usaha kerajinan rakyat khas daerah-daerah di Indonesia yang memperlihatkan
citra diri bangsa Indonesia ke berbagai Negara di dunia adalah wujud nyata
peran usaha kecil.
2.3.

Pengusaha Muslim
Pengusaha adalah orang yang melakukan suatu usaha perdagangan yang

dalam kegiatan usahanya menghasilkan barang, memanfaatkan barang dengan

118

tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko yang akan terjadi
dari kegiatan usahanya. Seorang pengusaha memiliki beberapa sifat khusus yang
membedakannya dari orang lain. Jeff Madura (2007: 311) mengemukakan
beberapa profil pengusaha sebagai berikut :
1. Toleransi Risiko. Pengusaha harus bersedia untuk menerima risiko kehilangan
investasi bisnis mereka.
2. Kreativitas. Pengusaha mengetahui cara-cara untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan.
3. Inisiatif. Pengusaha harus bersedia untuk mengambil inisiatif guna
memastikan ide mereka terlaksana.

Pengusaha Muslim ialah orang yang menjalankan bisnis (pengusaha)
yang beragama Islam. Dalam Islam, manusia sangat dianjurkan untuk menjadi
pengusaha/pedagang karena berdagang memiliki keutamaan tersendiri. Hal ini
dapat terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadits nabi yang menganjurkan
sekaligus mengatur tentang usaha berdagang. Salah satu contoh ayat Al-Qur’an
tentang berdagang terdapat pada surah Al-Baqarah: 275, “Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”, danHadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Al-Baihaqi“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah
penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila
diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila
membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan

119

harga), apabila berutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih
utang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.”.
Pengusaha muslim hendaknya menghindari riba, mengetahui hukum jual
beli agar terhindar dari jual beli yang dilarang dalam Islam, dan mengikuti
karakteer Rasulullah Saw. dalam berbisnis. Berikut adalah karakter Muhammad
yang dapat diikuti dalam berbisnis (Buchari, 2014) :
1.

Siddiq (Righteouness)
Siddiq

artinya benar, nilai dasarnya adanya integritas dalam pribadi,

selalu berkata benar, tidak berbohong. Nilai bisnisnya ialah selalu
berperilaku jujur, ikhlas, terjamin, berusaha dalam komoditi yang halal,
tidak memperjualbelikan barang haram, atau yang asal-usul barang
tersebut tidak jelas, mungkin dari barang curian, dan lain sebagainya.
2.

Amanah (Trustworthiness)
Nilai dasar dari amanah adalah terpercaya, bias memegang amanah, tidak
mau menyeleweng, selalu mempertahankan prinsip berdiri di atas
kebenaran. Nilai bisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggungjawab,
transparan, tepat waktu, memberikan yang terbaik.

3.

Fathanah (Intelligent)
Nilai dasar fathanah adalah memiliki pengetahuan luas, cekatan, terampil,
memiliki strategi yang jitu. Nilai bisnisnya ialah memiliki visi, misi, cerdas,
menguasai atau luas pengetahuannya mengenai barang dan jasa, serta
selalu belajar, mencari pengetahuan.

4.

Tabligh (Communicative)

120

Nilai dasarnya adalah komunikatif, menjadi pelayan bagi public, bias
berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang baik, dan bias
mendelagasikan wewenangnya kepada orang lain. Nilai bisnisnya supel,
penjual yang cerdas, deskripsi tugas, bias bekerja dengan tim.
5.

Berani (Saja’ah)
Nilai bisnisnya mau dan mampu mengambil keputusan, menganalisis data,
tepat dalam mengambil keputusan, dan responsif.

2.4.

Loyalitas
Loyalitas adalah respon perilaku/pembelian yang yang bersifat bias dan

terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan
satu atau lebih merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi
proses psikologis. Namun perlu ditekankan bahwa hal tersebut berbeda dengan
perilaku beli ulang, loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan didalamnya
(Dharmmesta,1999).
Griffin (2002) menjelaskan bahwa pelanggan yang loyal memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian secara teratur
2. Membeli di luar lini produk atau jasa
3. Merekomendasikan produk lain
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
5. Merancang dan menciptakan loyalitas
Pembelian secara teratur/berulang adalah kemauan nasabah untuk
melakukan transaksi ulang yaitu dengan memanfaatkan layanan yang disediakan.

121

Rekomendasi adalah pengkomunikasian secara lisan mengenai pengalaman
transaksi nasabah yang baik serta produk-produk yang dikeluarkan bank kepada
orang lain. Kekebalan daya tarik dari produk sejenis merupakan keteguhan
nasabah untuk tetap menggunakan produk bank tersebut meskipun ada penawaran
produk serupa dari bank lain.
Loyalitas para pengusaha UKM Muslim sebagai nasabah di salah satu
institusi perbankan baik itu bank konvensional atau bank syari’ah merupakan
aspek yang sangat penting sebagai dasar bagi bank untuk tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan.
2.5.

Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian- penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul

penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jurnal penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian IAIN Raden Fatah
Palembang yang berjudul “Loyalitas Nasabah pada Bank Syari’ah di Kota
Palembang”. Studi kasus pada bank-bank Syari’ah di Kota Palembang (BNI
Syari’ah, Bank Sumsel Syari’ah, dan Bank Muamalat) dengan melibatkan
nasabah yang telah melakukan transaksi pada bank tersebut, sehingga mereka
sudah merasakan kinerja pelayanan pada bank tersebut. Pengambilan sampel
menggunakan teknik nonprobability sampling dengan accidental sampling.
Variabel yang digunakan adalah Banking Service Quality (BSQ).Analisis
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis korelasi jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Banking Service Quality (BSQ)
memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap loyalitas nasabah dan

122

Banking Service Quality (BSQ) yang baik tidak selalu menghasilkan kepuasan
nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah sebagai variabel moderator, bukan
sebagai variabel intervening, adalah tepat karena telah terbukti bahwa
kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service performance
terhadap loyalitas nasabah.
2. Lusi Diajeng dan Tatik Suryani dalam tulisan mereka yang bejudul
“Membangun Loyalitas Nasabah Usaha Kecil dan Menengah Melalui
Penciptaan Manfaat Relasional dan Kualitas Hubungan dalam Layanan Kredit
pada Perbankan Islam” yang bertujuan untuk menguji pengaruh Manfaat
Relasional dan Hubungan Kualitas kredit memberikan layanan pada kepuasan
pelanggan dan loyalitas dari UKM di Surabaya. Penelitian melibatkan 187
pemilik UKM yang memiliki rekening kredit di bank syariah. Dengan
kuesioner dan Struktural Equation Modeling (SEM) analisis, hasil
menunjukkan bahwa Manfaat Relasional memiliki dampak yang signifikan
terhadap Loyalitas Kepuasan Pelanggan. Selain itu, penelitian juga
menemukan bahwa Kepuasan pelanggan memiliki dampak yang signifikan
terhadap Loyalitas Pelanggan. Implikasi dari hasil merupakan bank harus
menciptakan

manfaat

tertentu

sebagai

strategi

diferensiasi

layanan

memberikan kredit dan menjaga kualitas hubungan konsisten untuk
menciptakan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

123

2.6.

Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam

penulisan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Melakukan Peminjaman
Pengusaha
UKM
Muslim

Institusi
Perbankan

Memberikan Peminjaman

Loyalitas

Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual

124

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65