PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS V SDN 24
PONTIANAK TENGGARA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

SLAMET HIDAYAT
F37012061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017

.

1


PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS V
SDN 24 PONTIANAK TENGGARA
Slamet Hidayat, Marzuki, K.Y Margiati
Program Studi PGSD FKIP Untan Pontianak, Alamat: Jl. Karya Bakti
Email: slamethidayat.pgsd@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
pendekatan saintifik terhadap hasil belajar matematika pada materi
luas trapesium dan layang-layang di kelas V Sekolah Dasar Negeri 24
Pontianak Tenggara. Bentuk penelitian yang digunakan adalah quasi
experimental dengan desain non-equivalent control group design.
Sampel penelitian ini adalah kelas VA sebagai kelas eksperimen dan
kelas VB sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes
essai berjumlah 5 soal. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah
76,15 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol adalah 64,05.
Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikan α = 5%
diperoleh hasil
(2,476) >
(1,685), yang menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar peserta didik yang diajar
dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan peserta didik yang
diajar menggunakan pendekatan ekspositori. Nilai Effect Size yang
diperoleh sebesar 0,53 dengan kategori sedang, artinya pendekatan
saintifik berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Kata Kunci: pendekatan saintifik, luas trapesium dan layang-layang
Abstract: The purpose of this research was to analyze the
influence of scientific approach toward learning outcomes in
trapezoids and kites materials on grade V SDN 24 Pontianak
Tenggara. The form of this research was a quasi experimental design
with nonequivalent control group design. The sample of this research
are VA as experiment class and VB as control class. The instrument
that been used was essay test included 5 questions. The average
learning outcomes of students in experiment class is 76,15, while
the average learning outcomes of students in control class is 64,05.
Based on the t-test with significance level α = 5% was obtained
(2,476) >
(1,685) that indicated there were differences
between students that taught by using scientific approach with
students that taught by using expository approach. The value of

effect size is 0,53 with moderate category, it means scientific
approach gave effect on students learning outcomes.
Keywords: scientific approach, area of trapezoid and kites

2

K

ualitas pendidikan ditentukan
oleh kualitas pembelajaran di
sekolah. Menurut Syaiful Sagala
(2014:61)
menyatakan
bahwa,
”Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik,
sedangkan
belajar

dilakukan oleh peserta didik atau
murid”.
Pembelajaran
yang
berkualitas adalah pembelajaran yang
mampu mengaktifkan peserta didik
melalui kegiatan pembelajaran yang
bermakna.
Satu diantara mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah dasar
adalah mata pelajaran matematika.
Menurut Siti Hawa (dalam Nyimas
Aisyah, dkk, 2008:1-4) menyatakan
bahwa,”Pada
hakikatnya
pembelajaran matematika adalah proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si
pelajar)
melaksanakan

kegiatan
belajar matematika”. Jadi, untuk
melaksanakan
kegiatan
belajar
matematika
diperlukan
suatu
rancangan
dalam
menciptakan
suasana lingkungan yang kondusif.
Dalam hal ini, guru berperan penting
dalam
merancang
kegiatan
pembelajaran seefektif mungkin agar
peserta didik dapat melaksanakan
kegiatan belajar.
Agar pembelajaran matematika

di sekolah dasar dapat berjalan
dengan baik, guru diharapkan mampu
melaksanakan pembelajaran yang
berkualitas
dengan
menerapkan
pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan.
Pendekatan
pembelajaran
yang
digunakan juga harus berpusat pada
peserta didik (student centered)

sehingga peserta didik terlibat secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pemahaman tentang karakteristik pembelajaran matematika di SD
juga sangat penting agar guru dapat
melaksanakan pembelajaran secara
efektif.

Adapun
karakteristik
pembelajaran matematika di SD.
Menurut Gatot Muhsetyo (2009
:1.23)
menyatakan
bahwa,
“Matematika mempunyai ciri-ciri
khusus antara lain abstrak, deduktif,
konsisten, hierarkis, dan logis”.
Meskipun matematika memiliki ciri
khusus sebagai ilmu yang bersifat
abstrak
dan
deduktif,
dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika,
guru
harus
mampu

menyesuaikan antara karakteristik
pembelajaran matematika dengan
perkembangan intelektual peserta
didik yang masih dalam masa
perkembangan berpikir konkret.
Pembelajaran matematika juga
harus
memperhatikan
tujuan
matematika di SD. Adapun tujuan
mata pelajaran matematika di SD
berdasarkan kurikulum KTSP (BSNP,
2006:148) adalah sebagai berikut: 1)
Memahami
konsep
matematika;
menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan

masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi
matematika
dalam
membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika 3)
Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah,
merancang
model
matematika,
menyelesaikan
model
dan
menafsirkan solusi yang diperoleh

3

4)

Mengomunikasikan
gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; 5) Memiliki
sikap
menghargai
kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Dari
pendapat
tersebut,
diketahui
bahwa
tujuan

mata
pelajaran matematika di SD adalah
untuk memahami konsep matematika
dengan menggunakan penalaran
dalam memecahkan permasalahan
yang
terjadi
serta
mengkomunikasikannya dalam bahasa
matematika agar peserta didik dapat
menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan.
Kenyataannya,
pelaksanaan
pembelajaran matematika belum
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan
wawancara
yang
dilakukan terhadap guru matematika
kelas V di Sekolah Dasar Negeri 24
Pontianak Tenggara pada tanggal 26
April 2016, diperoleh informasi
bahwa dalam mengajar matematika
terutama pada materi luas trapesium
dan layang-layang, metode yang
digunakan adalah metode ceramah,
tanya jawab, dan pemberian latihan
soal.
Salah
satu
pendekatan
pembelajaran yang bisa diterapkan
adalah pendekatan saintifik. Menurut
(Kemendikbud
dalam
Khayati
Amalin,
2015:183)
menyatakan
bahwa ”Pendekatan saintifik dalam
proses pembelajaran terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
meng-

asosiasi, dan mengkomunikasikan”.
Melalui pendekatan pembelajaran
tersebut diharapkan peserta didik
menjadi
aktif
dan
tujuan
pembelajaran
matematika
dapat
tercapai secara optimal.
Ketercapaian
tujuan
pembelajaran tersebut dapat dilihat dari
hasil belajar peserta didik. Menurut
Abdurrahman (dalam Asep Jihad dan
Abdul Haris 2010:14) menyatakan
bahwa,”Hasil
belajar
adalah
kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar”.
Hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah nilai tes akhir
peserta didik pada kelas eksperimen
setelah
diajar
menggunakan
pendekatan saintifik dan nilai tes
akhir pada kelas kontrol setelah diajar
menggunakan pendekatan ekspositori
dalam mata pelajaran matematika
pada materi luas trapesium dan
layang-layang.
Pendekatan saintifik merupakan
alternatif pendekatan pembelajaran
yang
secara
teoritis
dapat
meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Tujuan dari penellitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh
pendekatan saintifik terhadap hasil
belajar matematika pada materi luas
trapesium dan layang-layang di kelas
V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak
Tenggara.
METODE
Metode yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
metode
eksperimen. Bentuk desain penelitian
yang
dipilih
adalah
Quasi
Experimental Design dengan tipe
Nonequivalent
Control
Group
Design. Menurut L. R. Gay,dkk
(2012: 270) menyatakan bahwa,”In
nonequivalent control group design,

4

two (or more) treatment groups are
pretested, administered a treatment,
and posttested. Jika pendapat tersebut
diartikan dalam bahasa Indonesia
berarti,”Dalam nonequivalent control
group design terdapat dua (atau lebih)
kelompok yang diberi tes awal,
diberikan perlakuan, dan diberikan tes
akhir”.Adapun dua kelompok yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Populasi dalam peneltian ini
adalah seluruh peserta didik kelas V
Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak
Tenggara yang berjumlah 41 orang.
Kelas yang dijadikan sampel adalah
kelas VA yang berjumlah 20 orang
dan kelas VB yang berjumlah 21
orang.
Untuk menentukan apakah
kelas yang akan digunakan dalam
penelitian layak, dalam arti kedua
kelas memiliki kemampuan yang
tidak berbeda secara signifikan,
dilakukan tes awal.Hasil tes awal
tersebut kemudian dianalisis dengan
tahapan sebagai berikut: pemberian
skor sesuai pedoman penskoran, uji
normalitas menggunakan rumus chi
kuadrat, uji homogenitas dengan uji
F, kemudian dilanjutkan dengan uji
beda menggunakan uji-t.
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa hasil tes awal kedua kelas
tidak memiliki perbedaan yang
signifikan
sehingga
penelitian
dilanjutkan dengan penentuan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan
teknik simple random sampling yaitu
dengan dilakukan pengundian secara
acak, dan diperoleh hasil kelas VA
sebagai kelas eksperimen dan kelas
VB sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik pengukuran
dengan alat pengumpul data berupa

tes
tertulis
berbentuk
uraian
berjumlah 5 soal tentang materi luas
trapesium dan layang-layang.
Sebelum
digunakan
untuk
pengumpulan data dalam penelitian
dilakukan proses validasi instrumen
dan uji coba soal. Soal divalidasi oleh
satu orang dosen PGSD FKIP Untan
dan satu orang guru matematika di
kelas V SDN 24 Pontianak Tenggara.
Selanjutnya
soal
tersebut
diujicobakan di kelas VI SDN 30
Pontianak Selatan. Dari uji coba
tersebut diperoleh data reliabilitas
soal sebesar 0,67 dengan kriteria nilai
reliabilitas sedang.
Setelah soal dinyatakan valid
dan reliabel kemudian penelitian
dilanjutkan dengan memberikan
perlakuan berbeda yaitu penerapan
pendekatan saintifik pada kelas
eksperimen
dan
pendekatan
ekspositori pada kelas kontrol. Materi
yang diajarkan pada kedua kelas
adalah sama yaitu tentang luas
trapesium dan layang-layang.
Kemudian
penelitian
dilanjutkan dengan pemberian tes
akhir untuk melihat perbedaan hasil
belajar pada kedua kelas. Hasil tes
akhir tersebut dianalisis dengan
tahapan sebagai berikut: pemberian
skor sesuai pedoman penskoran, uji
normalitas menggunakan rumus chi
kuadrat, uji homogenitas dengan uji
F, kemudian dilanjutkan dengan uji
beda menggunakan uji-t. Dari hasil
perhitungan diperoleh bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara
kelas kontrol dan eksperimen.
Kemudian dilakukan penghitungan
besarnya pengaruh dengan rumus
effect size.
Prosedur dalam penelitian ini
terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan

5

tahap akhir. Tahapan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam tahap persiapan antara lain: (1)
Melaksanakan
tes
awal;
(2)
Menganalisis
hasil
tes
awal.
(3)Menentukan kelas eksperimen dan
kontrol; (4) Menyiapkan instrumen
penelitian yaitu Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan soal tes
akhir; (5) Melakukan validasi
instrumen; (6) Melakukan uji coba
soal; (7) Menganalisis hasil uji coba
soal;
Tahap Pelaksaaan
Langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap pelaksanaan antara lain:
(1) Menentukan jadwal penelitian
disesuaikan dengan jadwal belajar
matematika di sekolah tempat
penelitian;
(2)
Melaksanakan
pembelajaran dengan pendekatan
saintifik di kelas eksperimen dan
dengan pendekatan ekspositori di
kelas kontrol; dan (3) Memberikan tes
akhir pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah diberi perlakuan.
Tahap Akhir
Langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap akhir adalah: (1)
Menganalisis
hasil
tes
akhir
(melakukan
penskoran,
uji
normalitas, uji homogenitas, uji-t, dan
menghitung
besarnya
pengaruh
dengan rumus effect size); (2)
Menarik kesimpulan penelitian; dan
(3) Menyusun laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa tinggi pengaruh
penerapan pendekatan pendekatan

saintifik
pada
pembelajaran
matematika khususnya pada materi
menghitung luas trapesium dan
layang-layang di kelas V Sekolah
Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara.
Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 41 orang dengan rincian 20
orang di kelas VA sebagai kelas
eksperimen dan 21 orang di kelas VB
sebagai kelas kontrol.
Hasil tes awal kelas kontrol dan
eksperimen dapat dilihat pada tabel 1
berikut:
Tabel 1
Hasil Tes Awal Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Ket
Kontrol
Eksperimen
75,5
76,5
SD
15,81
16,98
7,637
5,050
Uji F
1,15
Uji-t
1,865
Dari tabel 1, diketahui bahwa
rata-rata tes awal kelas kontrol adalah
75,5 dengan standar deviasi sebesar
15,81 dan rata-rata nilai tes awal
kelas eksperimen adalah 76,5 dengan
standar deviasi sebesar 16,98. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes
awal kedua kelas tidak jauh berbeda
hanya mempunyai selisih sebesar
1,00 poin.
Untuk membuktikan lebih
lanjut bahwa kemampuan kedua kelas
tidak berbeda secara signifikan,
perhitungan dilanjutkan dengan uji
normalitas menggunakan rumus chi
kuadrat dan diperoleh
hitung
sebesar 7,637 pada kelas kontrol dan
hitung sebesar 5,050 pada kelas
eksperimen. Diketahui bahwa tabel
(α = 5% dan dk = 3) sebesar 7,815.
Jadi dapat disimpulkan bahwa data
kedua kelas berdistribusi normal.
Kemudian perhitungan dilanjutkan dengan uji homogenitas dengan

6

uji-F. Diperoleh hasil
sebesar
1,15 dan
(
sebesar
2,135. Karena
(1,15) <
(2,135), maka data tes awal kedua
kelompok dinyatakan homogen.
Selanjutnya dilakukan uji-t
untuk mengetahui apakah hasil tes
awal kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan dan diperoleh hasil t hitung
(0,291)< ttabel(2,023) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
kedua kelas. Dengan demikian,
peserta didik pada kedua kelas dapat
dinyatakan mempunyai kemampuan
relatif sama.
Setelah
diketahui
bahwa
kemampuan peserta didik pada kedua
kelas bersifat homogen dan tidak
berbeda secara signifikan. Penelitian
dilanjutkan dengan memberikan
perlakuan yang berbeda pada kedua
kelas. Kelas VA sebagai kelas
eksperimen
diajar
dengan
menggunakan pendekatan saintifik,
sedangkan kelas VB sebagai kelas
kontrol diajar dengan menggunakan
pendekatan ekspositori.
Kemudian dilaksanakan tes
akhir untuk mengetahui apakah
perlakuan
berupa
penerapan
pendekatan saintifik berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik.
Adapun hasil tes akhir kelas kontrol
dan kelas eksperimen tercantum
dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2
Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Ket
Kontrol
Eksperimen
64,05
76,15
SD
22,32
20,44
7,018
6,263
Uji F
1,19
Uji-t
2,476

Dari tabel 2, diketahui bahwa
rata-rata tes akhir kelas kontrol adalah
64,05 dengan standar deviasi sebesar
22,32 dan rata-rata nilai tes akhir
kelas eksperimen adalah 76,15
dengan standar deviasi sebesar 20,44.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai
rata-rata tes akhir kelas eksperimen
lebih tinggi dari kelas kontrol dengan
selisih sebesar 12,1 poin.
Dari hasil uji normalitas skor
tes akhir kelas kontrol diperoleh
sebesar 7,018 sedangkan uji
normalitas skor tes akhir kelas
sebesar
eksperimen diperoleh
(
dan dk
6,263 dengan
= 6-3 = 3) sebesar 7,815. Karena
, maka data hasil tes
<
akhir kedua kelas berdistribusi
normal, sehingga dilanjutkan dengan
menentukan homogenitas tes akhir.
Dari uji homogenitas data tes
akhir diperoleh
sebesar 1,19
dan
(
sebesar 2,15.
Karena
(1,19) <
(2,15),
maka data tes akhir kedua kelompok
dinyatakan homogen (tidak berbeda
secara signifikan). Karena data tes
akhir tersebut homogen maka
dilanjutkan dengan uji hipotesis (ujit).
Berdasarkan perhitungan uji-t
menggunakan rumus polled varians,
diperoleh
sebesar 2,476 dan
( = 5% dan dk = n1+n2-2 =
39) sebesar 1,685. Karena
(2,476) >
(1,685), dengan
demikian maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar peserta didik pada materi
menghitung luas trapesium dan
layang-layang yang diajar dengan
menggunakan pendekatan ekspositori
pada kelas kontrol dan yang diajar

7

dengan menggunakan pendekatan
saintifik pada kelas eksperimen.
Pembahasan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari
tanggal 6 sampai 16 September 2016
pada kelas V Sekolah Dasar Negeri
24 Pontianak Tenggara. Adapun kelas
VA sebagai kelas eksperimen diajar
dengan menggunakan pendekatan
saintifik, sedangkan kelas VB sebagai
kelas kontrol diajar menggunakan
pendekatan ekspositori.
Proses pembelajaran pada tiap
kelas dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan.
Setiap
pertemuan
berlangsung selama 3 x 35 menit.
Pada pertemuan pertama materi yang
diajarkan adalah tentang luas
trapesium, pada pertemuan kedua
materi yang diajarkan adalah tentang
luas
layang-layang
dan
pada
pertemuan ketiga materinya adalah
menghitung tinggi trapesium dan
panjang diagonal layang-layang jika
luasnya diketahui.
Pada penerapan pendekatan
saintifik di kelas eksperimen terdiri
dari 5 langkah yaitu: (1) mengamati;
(2) menanya; (3) mengumpulkan
informasi/mencoba; (4) mengasosiasi
/menalar; dan (5) mengkomunikasikan. Sedangkan pada kelas kontrol
diterapkan pedekatan ekspositori
dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) persiapan; (2) pertautan;
(3) penyajian/penjelasan; dan (4)
evaluasi.
Hasil belajar peserta didik kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada
materi luas trapesium dan layanglayang dihitung berdasarkan hasil tes
awal dan tes akhir. Berdasarkan
perhitungan diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil

tes awal dan tes akhir kelas kontrol
dan eksperimen tercantum dalam
grafik 1 berikut:
80
75
70
65
60
55

75,5 76,5

76,15

64,05

Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen

Tes Awal

Tes Akhir

Grafik 1
Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir
Kelas Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan grafik 1 di atas,
diketahui bahwa nilai rata-rata tes
awal kedua kelas tidak jauh berbeda.
Kelas kontrol memperoleh nilai ratarata sebesar 75,5 sedangkan kelas
eksperimen memperoleh nilai ratarata sebesar 76,5. Berdasarkan
analisis data dapat dikatakan bahwa
kemampuan kedua kelas relatif sama.
Namun, pada tes akhir, kelas
eksperimen memperoleh nilai ratarata lebih besar dari kelas kontrol.
Kelas kontrol hanya memperoleh nilai
rata-rata sebesar 64,05 sedangkan
kelas eksperimen memperoleh nilai
rata-rata sebesar 76,15.
Hal ini terjadi karena terdapat
perlakuan berbeda antara kedua kelas
yaitu dalam hal penerapan pendekatan
pembelajaran. Kelas eksperimen yang
diajar dengan pendekatan saintifik
memperoleh hasil belajar yang lebih
tinggi dari kelas kontrol yang diajar
menggunakan pendekatan ekspositori.
Perbedaan hasil belajar peserta
didik juga dapat dilihat dari
perbedaan ketuntasan nilai tes akhir
jika dibandingkan dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal yang ditetapkan
sebesar 70. Adapun jumlah dan

8

persentase ketuntasan nilai peserta
didik dapat dilihat pada tabel 3
berikut:
Tabel 3
Jumlah dan Presentase Ketuntasan
Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Nilai KKM
Ketuntasan
Kelas
Jumlah Presentase
12
57,14%
Kontrol
15
75 %
Eksperimen
Dari tabel 3 di atas, diketahui
bahwa presentase ketuntasan kelas
eksperimen
lebih
tinggi
dari
presentase ketuntasan kelas kontrol.
Pada kelas kontrol terdapat 12 peserta
didik yang tuntas dari jumlah
keseluruhan peserta didik sejumlah 21
orang
sehingga
presentase
ketuntasannya hanya sebesar 57,14%.
Sedangkan pada kelas eksperimen
terdapat 15 orang yang memperoleh
nilai tuntas dari keseluruhan jumlah
peserta didik sebanyaak 20 orang
sehingga
memperoleh
nilai
ketuntasan sebesar 75%.
Kelas eksperimen memperoleh
nilai rata-rata serta persentase
ketuntasan berdasarkan nilai KKM
yang lebih tinggi dikarenakan pada
kelas tersebut diterapkan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik terdiri
dari lima tahapan yaitu mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan. Melalui lima
tahapan ini, proses pembelajaran akan
terlaksana
secara
aktif
dan
menyenangkan.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan, mula-mula
peserta
didik
dibagi
menjadi
kelompok kecil. Setiap kelompok
terdiri dari 4 orang peserta didik.
Kemudian masing-masing kelompok
dibagikan kertas origami berbentu

bangun datar trapesium dan layanglayang serta kertas asturo untuk
menempelkan bangun trapesium dan
layang-layang tersebut.
Pada tahap pertama yaitu
mengamati, peserta didik ditugaskan
mengamati bagian-bagian bangun
datar trapesium dan layang-layang
yang terbuat dari kertas origami.
Peserta didik juga ditugaskan
mengamati peragaan tentang cara
menemukan rumus luas trapesium
dan layang-layang.
Tahap kedua yaitu menanya,
pada tahp ini peserta didik dibimbing
untuk merumuskan pertanyaan yaitu
“Bagaimana
menghitung
luas
trapesium dan layang-layang?” dan
“Bagian mana yang harus diukur
untuk menghitung luasnya?”.
Tahap ketiga dalam pendekatan
saintifik yaitu mencoba. Menurut
Ridwan Abdulah Sani (2014:51)
menyatakan bahwa,”Metode ilmiah
pada umumnya dilandasi dengan
pemaparan data yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan.
Oleh sebab itu, kegiatan percobaan
dapat diganti dengan kegiatan
memperoleh informasi”. Dalam tahap
ini peserta didik ditugaskan untuk
mengukur panjang sisi sejajar dan
tinggi trapesium serta panjang
diagonal
layang-layang
untuk
menghitung luasnya.
Kemudian, tahap keempat yaitu
menalar. Menurut Ridwan Abdullah
Sani
(2014:66)
menyatakan
bahwa,”Kemampuan
mengolah
informasi melalui penalaran dan
berpikir
rasional
merupakan
kompetensi penting yang harus
dimiliki oleh siswa”. Pada tahap ini,
peserta didik ditugaskan untuk
menerapkan rumus untuk menghitung
luas trapesium dan layang-layang.

9

Lalu peserta didik ditugaskan untuk
menuliskan perhitungan yang mereka
lakukan pada selembar kertas asturo,
serta menempelkan bangun trapesium
dan layang-layang yang dihitung
luasnya.
Tahap kelima dalam pendekatan
saintifik yaitu mengkomunikasikan.
Menurut Ridwan Abdullah Sani
menyatakan
bahwa,”Kemampuan
untuk mem-bangun jaringan dan
berkomunikasi perlu dimiliki oleh
siswa karena kompetensi tersebut
sama
pentingnya
dengan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
pengalaman”. Pada tahap ini, peserta
didik ditugaskan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di
depan kelas.

Gambar 1
Peserta didik mempresentasikan
hasil pekerjaannya
Pada kelas kontrol memperoleh
nilai rata-rata yang lebih rendah serta
ketuntasan berdasarkan KKM yang
lebih rendah karena kelas kontrol
hanya diajar dengan pendekatan
eksspositori.
Pada
proses
pembelajaran,
mula-mula
guru
menjelaskan tentang bagian-bagian
trapesium
dan
layang-layang.
Kemudian, guru menjelaskan tentang
rumus menghitung luas trapesium dan
layang-layang. Setelah itu, guru

memberikan contoh soal tentang
menghitung luas trapesium dan
layang-layang. Lalu, peserta didik
ditugaskan untuk mengerjakan contoh
soal
yang
dikerjakan
dengan
bimbingan guru. Setelah itu, peserta
didik ditugaskan untuk mengerjakan
soal evaluasi tentang menghitung luas
trapesium dan layang-layang.
Proses pembelajaran di kelas
kontrol cenderung bersifat monoton
dan kurang menarik perhatian peserta
didik. Karena peserta didik hanya
berlatih untuk mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
Pembelajaran juga dilakukan
secara
individual
dan
proses
penyampaian informasi didominasi
oleh guru sehingga pembelajaran
cenderung berpusat pada guru
(teacher centered).
Guru juga hanya mencatatkan
rumus luas trapesium dan layanglayang untuk dihapalkan oleh peserta
didik. Tanpa mereka mengetahui
proses untuk menemukan rumus
tersebut.
Berbeda dengan kelas kontrol,
pembelajaran di kelas eksperimen
berlangsung
secara
aktif
dan
menyenangkan.
Pembelajaran
dilakukan
secara
berkelompok.
Dengan pembelajaran berkelompok,
peserta didik belajar untuk bekerja
sama serta berkomunikasi dengan
teman satu kelompoknya. Selain itu,
mereka
juga
belajar
untuk
berkompetisi dengan kelompok lain
untuk menjadi kelompok yang
terbaik. Peserta didik juga belajar
untuk menghargai pendapat orang
lain.
Dalam proses pembelajaran
peserta didik dituntut untuk berperan
aktif dalam mengumpulkan informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan

10

suatu permasalahan. Dalam hal ini
mereka ditugaskan untuk mengukur
bagian-bagian trapesium dan layanglayang yang perlu diukur untuk
menghitung luas bangun tersebut.
Peserta didik juga mempelajari
bagaimana cara menemukan rumus
luas trapesium dan layang-layang.
Mereka tidak hanya menghapalkan
rumus yang sudah ada, tetapi juga
mengetahui proses untuk memperoleh
rumus tersebut.
Selain itu, dalam penerapan
pendekatan
saintifik
di
kelas
eksperimen, khususnya pada tahap
kedua yaitu menanya peserta didik
dibimbing
untuk
merumuskan
pertanyaan yang berkaitan dengan
materi. Menurut Ridwan Abdullah
Sani
(2014:57)
menyatakan
bahwa,”Peserta didik perlu dilatih
untuk merumuskan pertanyaan terkait
dengan topik yang akan dipelajari.
Aktivitas belajar ini sangat penting
untuk meningkatkan keingintahuan
(curiousity) dalam diri peserta didik”.
Perbedaan perlakuan antara
kelas kontrol dan eksperimen ternyata
memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik. Berdasarkan
penghitungan besarnya pengaruh
dengan menggunakan rumus effect
size diperoleh data tingkat pengaruh
sebesar 0,53. Hal ini membuktikan
bahwa penerapan pendekatan saintifik
memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar matematika pada materi luas
trapesium dan layang-layang dengan
kategori sedang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di kelas V Sekolah
Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

peserta didik pada materi luas
trapesium dan layang-layang yang
diajarkan menggunakan pendekatan
saintifik memperoleh nilai rata-rata
tes akhir sebesar 76,15 sedangkan
hasil belajar peserta didik yang diajar
menggunakan pendekatan ekspositori
memperoleh nilai rata-rata tes akhir
sebesar 64,05. Berdasarkan analisis
data menggunakan uji-t diperoleh
hasil
( 2,476) >
(1,685)
hal ini membuktikan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar antara peserta
didik yang diajar menggunakan
pendekatan saintifik (Kelas VB)
dengan peserta didik yang diajar
menggunakan pendekatan ekspositori
(Kelas VA), dengan demikian maka
Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh penerapan
pendekatan saintifik terhadap hasil
belajar peserta didik pada materi luas
trapesium dan layang-layang di kelas
V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak
Tenggara. Besar pengaruh yang
diberikan berdasarkan perhitungan
dengan rumus effect size adalah
sebesar 0,53 dengan kategori sedang.
Saran
Dalam melaksanakan pembelajaran matematika khususnya pada
materi luas trapesium dan layanglayang, direkomendasikan untuk
meng-gunakan pendekatan saintifik.
Dan dalam penerapan pendekatan
saintifik tersebut, guru juga perlu
membaca referensi lain yang terkait
dengan
pembelajaran
dengan
pendekatan saintifik.
DAFTAR RUJUKAN
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013.
Evaluasi
Pembelajaran.
Yogyakarta: Multi Pressindo.

11

BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SD/MI.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional
Gatot

Muhsetyo.
2008.
Pembelajaran Matematika
SD.
Jakarta:
Universitas
Terbuka.

Khayati Amalin. 2015. Penerapan
Pendekatan Saintifik dengan
Media
Benda
Konkret
dalam
Peningkatan
Pembelajaran Matematika
tentang Bangun Ruang pada
Siswa
Kelas
V
SDN
Kalijambe Tahun Ajaran
2014/2015 Kalam Cendekia
PGSD Kebumen Vol 3, No
2.1.
L. R. Gay,dkk. 2012. Educational
Research - Competencies for
Analysis and Applications
Tenth Edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Nyimas Aisyah W,dkk. 2008.
Pengembangan
Pembelajaran Matematika
SD. Jakarta: Depdiknas.
Ridwan Abdullah Sani. 2014.
Pembelajaran
Saintifik
untuk
Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Syaiful Sagala. 2014. Konsep Dan
Makna
Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25