Modus Korupsi Sektor Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. La ta r Be la ka n g

Kom isi Pem berantasan Korupsi (KPK) dibentuk untuk m elaksanakan tugas pem berantasan korupsi sebagaim ana dim aksud dalam UU 30 / 20 0 2 tentang Kom isi Pem berantasan Tindak Pidana Korupsi. Data PPATK akhir tahun 20 0 5 m enunjukkan, kejahatan penipuan di sektor Perusahaan J asa Keuangan m eliputi 138 kasus, kem udian diikuti kejahatan korupsi 132 kasus dan kejahatan perbankan 23 kasus.

Sebagai pusat perputaran keuangan, yang berasal dari dunia usaha m aupun kegiatan publik, perbankan sangat rentan terhadap upaya penyalahgunaan kewenangan yang ada padanya. Koruptor m enggunakan perbankan sebagai salah satu saluran pem anfaatan uang hasil korupsi. Kewaspadaan perbankan atas tindak pidana pencucian uang, terutam a yang berasal dari hasil korupsi baru seum ur jagung diterapkan; dan sektor perbankan dinilai m asih belum m em iliki tradisi kuat untuk bersikap kritis m em pertanyakan asal-usul uang yang disetorkan oleh nasabah.

Untuk m em perm udah urusan, transaksi yang terkait tindak pidana korupsi m asih banyak dilakukan m elalui sistem perbankan. Modus operandi tindak pidana korupsi sem akin canggih dengan m em asuki sistem keuangan, salah satunya adalah perbankan.

Adanya kasus-kasus yang berada di wilayah abu-abu, dim ana di satu sisi m erupakan tindak kejahatan perbankan nam un di sisi yang lain m erupakan tindak pidana korupsi.

1.2 . Tu ju a n Mengklasifikasikan antara kejahatan perbankan um um dengan tindak

pidana korupsi pada sektor perbankan. Mendapatkan gam baran awal – yang sebisa m ungkin m enyeluruh – tentang

potensi dan kondisi kejahatan perbankan term asuk korupsi pada lem baga perbankan term asuk korupsi pada lem baga perbankan.

Mem etakan potensi terjadinya kejahatan perbankan dan korupsi yan g m ungkin terjadi pada sektor perbankan serta m odus operandinya

Mendapatkan gam baran awal yang dari waktu ke waktu bisa digunakan sebagai data pem banding dengan kondisi di m asa depan

Mencari akar m asalah atas potensi terjadinya kejahatan perban kan dan korupsi pada sektor perbankan

Menyusun m asukan yang dapat digunakan untuk m enghindari terjadinya kejahatan perbankan dan korupsi pada sektor perbankan

Menyusun m asukan m engenai penangan an kejahatan perbankan dan kasus korupsi pada sektor perbankan terkait dengan kewenangan KPK

1.3 . Me to d o lo gi Studi ini m em uat kegiatan tinjauan literature (m edia cetak dan elektronik

term asuk internet), peraturan perundang-undangan dan data sekunder di bidang perbankan dan yang terkait dengan kejahatan perbankan/ keuangan. Tinjauan literature diharapkan dapat m em berikan landasan pem aham an aspek teoritis tentang perbankan dan kejahatan perbankan. Telaah peraturan perundang- undangan diarahkan untuk m em peroleh gam baran tentang pokok-pokok ketentuan di bidang perbankan dan kejahatan perbankan. Sedangkan data sekunder dikum pulkan seputar kegiatan usaha perbankan dan tindak kejahatan perbankan yang pernah terjadi di Indonesia.

Analisis data dan inform asi dilakukan dengan m enggunakan m etoda deskriptif kualitatif. Kerangka pikir induktif m en dapat penekanan dalam m enyusun hasil studi sesuai butir-butir tujuan, yakni den gan m em ulainya dari kasus-kasus kejahatan perbankan yang telah terjadi. Dari telaahan kasus ini kem udian diklasifikasi m enurut bidang-bidang kegiatan usaha perbankan dan praktik yang berlaku um um dalam dunia perbankan/ keuangan, sehingga akan m em berikan kerangka rujukan yang m udah dipaham i oleh kalangan praktisi dan para penyidik dalam m engantisipasi tindak kejahatan perbankan ke depan.

Referensi, data dan iform asi di antaranya m eliputi beberapa sum ber m edia dan lem baga berikut ini:

- Buku teks, jurnal ilmiah, hasil seminar dan lain-lain - Media elektronik, khususnya internet - Bank Indonesia - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) - Pusat Pelaporan da Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

BAB 2 TINJAUAN USAHA PERBANKAN

2 .1. Ba n k s e ba ga i le m ba ga in te rm e d ia s i ke u a n ga n

Bank m erupakan lem baga interm ediasi keuangan, karena fungsiya m enerim a sim panan m asyarakat dan m enyalurkannya dalam bentuk pinjam an (kredit). Menurut Undang-Undang Nom or 10 tahun 1998, yang dim aksud dengan bank adalah badan usaha yang m enghim pun dana dari m asyarakat dalam bentuk sim panan dan m enyalurkannya ke m asyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-ben tuk lain nya dalam rangka m eningkatkan taraf hidup m asyarakat banyak.

Dari kedua definisi di atas dapat disim pulkan bahwa bank m erupakan lem baga keuangan yang kegiatannya adalah:

1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Dalam hal ini bank bertindak sebagai tem pat m enyim pan uan g atau berinvestasi bagi m asyarakat. Tujuan utam a m asyarakat m enyim pan uang biasanya adalah untuk keam anan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk m elakukan investasi dengan harapan m em peroleh bun ga dari hasil in vestasin ya.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya bank memberikan pinjaman (kredit) kepada m asyarakat yang m engajukan perm ohonan. Dengan kata lain, bank m enyediakan dana bagi m asyarakat yang m em butuhakan.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga y an g berasal dari luar kota dan luar n egeri (inkaso), letter of credit (L/ C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, trav ellers cheque , dan jasa lain nya.

Secara ringkas fungsi bank sebagai perantara keuangan dapat dilihat dalam Gam bar 2.1 berikut.

Ga m b a r 2 .1.

Fu n gs i B a n k S e ba ga i Fin a n c ia l In t e r m e d ia r y

Masyarakat yang Kelebihan Dan a

Masyarakat yang sim panan

pinjam an

BAN K

Kekurangan Dana

bunga

bunga

Sebagai lem baga interm ediasi keuangan, bank m em peroleh pendapatan keuntungan utam a dari selisih bunga yang diberikan kepada penyim pan (bunga sim panan) dengan bunga yang diterim a dari pem injam (bunga kredit). Keuntungan in i dikenal dengan istilah interest spread. J enis keuntungan ini diperoleh dari bank jenis konvensional. Sedangkan bagi bank jenis syariah tidak dikenal istilah bunga, karena bunga tidak diperbolehkan. Dalam bank syariah, keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi hasil atau profit sharing dan m argin.

2 .2 . Ke gia ta n u s a h a ba n k

Sesuai peraturan perundang-undangan, kegiatan usaha bank m eliputi produk-produk yang berbasis pendanaan (funding based), pem biayaan/ pinjam an (financing/ lending based) dan yang berbasis jasa-layanan (fee based).

Secara ringkas, kegiatan usaha bank (khususnya bank um um konvensional) yang tergolong sebagai aktivitas pendanaan adalah m enghim pun dana m asyarakat dalam bentuk sim pan an berupa: giro, tabungan, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Untuk m em elihara likuiditas dan m eningkatkan sum ber pendanaan, bank dapat m enerbitkan surat pengakuan utang dan surat berharga kom ersial, baik di pasar uang (seperti surat berharga pasar uang/ SBPU) m aupun di pasar m odal (seperti surat utang jagka pendek dan obligasi).

Aktivitas pendanaan m enjadi penting m anakala bank m engalam i kelebihan likuiditas, sem entara pengguliran kredit dihadapkan pada kondisi sektor riil yang dinilai belum siap m enyerapnya. Keadaan ini juga berkait dengan kebijakan m oneter oleh Bank Indonesia untuk m engendalikan tingkat inflasi, overheating ekonom i, atau nilai tukar rupiah. Fungsi treasury atau dealer bank m enjadi bagian penting dalam kegiatan yang tergolong in vestm ent banking ini.

Kelem bagaan treasury dalam sebuah bank yang sejatinya berperan dalam m engelola likuiditas kini berkem bang yang fungsinya juga diarahkan untuk m encari sum ber pendapatan dalam bentuk penem patan dana di pasar uang m aupun pasar m odal.

Kegiatan usaha yang berkait dengan pengelolaan dana tersebut di atas dapat dilakukan dalam beberapa bentuk sebagai berikut:

a. Mem beli, m enjual, atau m enjam in atas risiko sendiri m aupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

i. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang m asa berlakunya tidak lebih lam a daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dim aksud;

ii. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lam a daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dim aksud;

iii. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah (seperti obligasi pem erintah dan surat utang negara);

iv. Sertifikat Bank Indonesia (SBI); v. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun (seperti

com m ercial paper, prom issory n otes ); vi. Obligasi; vii. Instrumen surat berharga lain yang yang berjangka waktu sampai

dengan satu tahun.

b. Menem patkan dana pada, m em injam dana dari, atau m em injam kan dana kepada bank lain, baik dengan m enggunakan surat, sarana telekom unikasi m aupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

c. Menerbitkan surat pengakuan utang.

d. Melakukan kegiatan dalam valuta asing (bagi bank um um devisa).

Tindak kejahatan yang berkait dengan aktivitas pendanaan terutam a dipicu oleh keadaan tidak m em adainya sistem , infrastratruktur dan sum berdaya m anusia bank. Dalam konteks m anajem en risiko, hal in i tergolong sebagai risiko operasional. Oleh karena itu, pencegahan dan atau m itigasi risiko kejahatan jenis ini lebih banyak difokuskan pada peningkatan kapasitas lem baga bank itu sendiri. Salah satu strategi yang kini telah m enjadi kebijakan otoritas adalah kewajiban Tindak kejahatan yang berkait dengan aktivitas pendanaan terutam a dipicu oleh keadaan tidak m em adainya sistem , infrastratruktur dan sum berdaya m anusia bank. Dalam konteks m anajem en risiko, hal in i tergolong sebagai risiko operasional. Oleh karena itu, pencegahan dan atau m itigasi risiko kejahatan jenis ini lebih banyak difokuskan pada peningkatan kapasitas lem baga bank itu sendiri. Salah satu strategi yang kini telah m enjadi kebijakan otoritas adalah kewajiban

Di antara perhatian pokok yang ditujukan bagi upaya m enghindari risiko kejahatan dim aksud adalah:

- Jenjang otorisasi dan pemisahan fungsi pegawai bank dalam m em buat/ m engajukan, m em eriksa, dan m enyetujui aplikasi pem bukaan dan pengelolaan/ transaksi rekening nasabah.

- Mekanisme builtin control, seperti kewajiban adanya dual signature dan dual custodian ship terhadap seluruh dokum en intern bank, seperti dalam proses pem bukuan dan pengelolaan uang tunai di brankas (vault).

- Kehati-hatian dalam melakukan verifikasi identitas nasabah, termasuk verifikasi dokum en-dokum en yang disyaratkan dalam pem bukaan rekening.

- Kehati-hatian dalam melakukan verifikasi instruksi nasabah dalam bertransaksi tunai m aupun n on tunai, baik langsung m aupun m elalui electron ic atau phone banking.

- Penggunaan kertas/ formulir yang free num ber form dalam seluruh dokum en intern m aupun dokum en yang berkait atau ditandatangani nasabah.

- Dalam hal kegiatan penempatan dana antar bank, pasar uang dan pasar m odal, hal-hal tersebut di atas harus ditem puh lebih seksam a karena m enyangkut verifikasi transaksi dan dokum en antarlem baga serta berkait dengan kon disi pasar yang kom pleks dan cenderung terus berubah.

- Kegiatan pengawasan yang konsisten oleh satuan pengawas intern bank untuk m enegakkan aspek kepatuhan (com pliance) terhadap seluruh sistem dan prosedur dalam pem bukaan-pen gelolaan rekening nasabah.

Dalam kegiatan penyaluran kredit (lending), beberapa jenis kredit m enurut peggunaannya adalah: kredit m odal kerja, kredit investasi dan kredit konsum si. Potensi kejahatan dari sisi penyaluran kredit m em iliki rentang kendali yang lebih luas dibanding dalam aktivitas pendanaan, karena berhadapan dengan pihak ketiga (debitur) yang sejak awal m em iliki m otiv untuk m em peroleh (m en geruk) dana bank. Kecakapan seorang account officer dalam m elakukan analisis keuangan dan analisis kredit dituntut tidak saja dalam tataran praktik, m elainkan ketajam an intuisinya dalam m engantisipasi kem ungkinan adanya rekayasa proposal kredit beserta dokum en yang m enyertainya, utam anya rekayasa laporan keuangan dan proyeksi bisnis yang akan dibiayai. Di sam ping itu, dalam Dalam kegiatan penyaluran kredit (lending), beberapa jenis kredit m enurut peggunaannya adalah: kredit m odal kerja, kredit investasi dan kredit konsum si. Potensi kejahatan dari sisi penyaluran kredit m em iliki rentang kendali yang lebih luas dibanding dalam aktivitas pendanaan, karena berhadapan dengan pihak ketiga (debitur) yang sejak awal m em iliki m otiv untuk m em peroleh (m en geruk) dana bank. Kecakapan seorang account officer dalam m elakukan analisis keuangan dan analisis kredit dituntut tidak saja dalam tataran praktik, m elainkan ketajam an intuisinya dalam m engantisipasi kem ungkinan adanya rekayasa proposal kredit beserta dokum en yang m enyertainya, utam anya rekayasa laporan keuangan dan proyeksi bisnis yang akan dibiayai. Di sam ping itu, dalam

Sebagaim ana dalam pendanaan, potensi risiko kejahatan dalam penyaluran kredit dapat bersum ber dari dalam bank sendiri, berkait dengan sistem , infrastruktur dan sum berdaya m anusia. Praktik kolusi antara pejabat bank dan calon debitur seringkali m enjadi penyebab utam a tim bulnya kredit berm asalah; lebih-lebih bila para pihak m em iliki hubungan afiliasi kelom pok bisnis atau keluarga. Untuk itu, uji kepatuhan dan pengawasan m elekat dipandang tidaklah cukup bila tidak dibarengi dengan itikad baik (m oralitas) seluruh pem angku kepentingan untuk m em elihara kinerja dan kesehatan bank.

Lebih khusus terdapat beberapa pokok perhatian untuk m engantisipasi kredit salah sasaran, di antaranya sebagai berikut:

- Kepastian bahwa plafon kredit yang diajukan tidak melanggar ketentuan tentang batas m aksim um pem berian kredit (BMPK).

- Kepastian bahwa usaha atau proyek yang akan dibiayai tidak melanggar ram bu-ram bu kebijakan intern bank atau berisiko tinggi untuk dibiayai tanpa m engindahkan covenan yang disyaratkan.

- Kepastian seluruh dokumen persyaratan kredit telah dibuktikan keabsahan dan kelengkapannya, utam anya m enyangkut dokum en legal seperti Akta Pendirian dan Perubahannya yang terakhir, persetujuan pengurus dan pem egang saham tentang pengajuan kredit, perijinan perusahaan, kartu identitas dan contoh tanda tangan pengurus, dan laporan keuangan audited.

- Kepastian telah dilakukan tinjauan lapang (call visit) secara obyektif terhadap kondisi dan sarana usaha yang dim iliki calon debitur, serta penilaian (taksasi) barang jam inan.

- Kepastian bahwa analisis laporan keuangan dan analisis kredit telah dilakukan m enurut tata cara yang benar dan lengkap sesuai sistem prosedur yang ada dengan didasarkan pada data dan dokum en yang lengkap dan sahih.

- Kepastian bahwa asumsi-asumsi yang dikenakan dalam menyusun proyeksi usaha dan arus kas calon debitur telah teruji secara m eyakinkan dengan tingkat sensitifitas yang dapat diterim a sesuai ketentuan bank.

- Kepastian bahwa seluruh aspek perikatan kredit dan perikatan barang jam inan telah dilakukan sesuai hukum yang berlaku sebelum kredit dicairkan.

Kepatuhan terhadap prinsip kehati-hatian dalam m enyalurkan kredit m enjadi jiwa profesi bankir, karena aspek ini yang secara langsung dapat m enurunkan kinerja usaha, tingkat kesehatan, perm odalan, dan ekspektasi keuntungan yang dapat dinikm ati pem ilik ban k.

Sem entara itu, kegiatan yang berbasis jasa-layanan (fee based) m eliputi beberapa bentuk sebagai berikut:

a. Mengirimkan/ memindahbukukan uang baik untuk kepentingan sendiri m aupun untuk kepentingan n asabahnya (transfer, pem indahbukuan, rem itan ce ).

b. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga (kliring, inkaso, jasa pem bayaran/ pay ing agent).

c. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposit box ).

d. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (custodian).

e. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek (jasa keagenan, financial arranger).

f. Melakukan penjaminan pembayaran/ kewajiban nasabah kepada pihak ketiga atas suatu transaksi/ kontrak antarnasabah (bank garansi, letter of credit, akseptasi).

g. Melakukan jasa keagenan dalam pemasaran dan penjualan produk- produk keuangan dari lem baga keuangan lain, seperti asuransi, reksa dana, dan surat berharga lainnya dengan m em perhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

h. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali am anat.

i. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-un dang tentang perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan nam anya, potensi risiko kejahatan yang terkandung di dalam kegiatan layanan-jasa (fee based) sangat bergantung pada intensitas pegawai bank dalam m em aham i latar belakang, karakteristik dan kapasitas nasabah dalam m elakukan transaksi. Konsep KYC sesungguhnya lahir atas pertim bangan bahwa m otif dan m odus transaksi keuangan sem akin kom pleks yang di dalam nya Sesuai dengan nam anya, potensi risiko kejahatan yang terkandung di dalam kegiatan layanan-jasa (fee based) sangat bergantung pada intensitas pegawai bank dalam m em aham i latar belakang, karakteristik dan kapasitas nasabah dalam m elakukan transaksi. Konsep KYC sesungguhnya lahir atas pertim bangan bahwa m otif dan m odus transaksi keuangan sem akin kom pleks yang di dalam nya

Dalam prosedur yang berlaku um um , antisipasi tindak kejahatan ini utam anya terletak pada sejauh m ana pegawai bank m elakukan verifikasi atas instruksi nasabah dalam m elakukan transaksi, dan sejauh m ana pejabat bank pem ilik otoritas telah m enjalankan kewenangannya dengan benar. Beberapa kasus pem bobolan bank dalam kegiatan jasa-layanan um um nya terjadi akibat kelalaian dalam dua hal tersebut.

Yang terakhir dalam segm en kegiatan usaha bank ini adalah bahwa bank juga dapat m elakukan kegiatan investasi langsung dengan batasan sebagai berikut:

a. Penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, m odal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lem baga kliring pen yelesaian dan penyim panan, dengan m em enuhi ketentuan yang ditetapkan BI.

b. Penyertaan modal sementara untuk megatasi kerugia akibat kegagalan kredit atau kegagalan pem biayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus m enarik kem bali penyertaannya, dengan m em enuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

c. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun.

Kegiatan penyertaan m odal um um nya diputuskan oleh pem egang saham bank. Oleh karena itu, pertim bangan pem egang saham harus terintegrasi dengan kebijakan pengurus (direksi dan kom isaris) atas kondisi obyektif kinerja bank serta perencanaan strategis pengem bangannya ke depan. Cam pur tangan pem ilik yang tidak m em adukan dengan kebijakan pengurus pada akhirnya dapat m enciptakan poten si risiko penurunan kinerja bank. Delik kejahatan yang dapat terjadi adalah penyertaan m odal yang hanya m em perhatikan kepentingan pem egang saham m ayoritas atau kepentingan kelom pok pem egang saham tertentu.

2 .3 . Be be ra p a p ro d u k ba n k

Sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya, produk bank m eliputi produk-produk yang berbasis pendanaan (funding based), pem biayaan/ pinjam an (financing/ lending based) dan yang berbasis jasa-layanan (fee based). Dalam perkem bangan teknologi dan sistem operasi yang kian m aju, produk fee based m enem pati peran am at penting untuk m endukung aktivitas bisn is dan Sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya, produk bank m eliputi produk-produk yang berbasis pendanaan (funding based), pem biayaan/ pinjam an (financing/ lending based) dan yang berbasis jasa-layanan (fee based). Dalam perkem bangan teknologi dan sistem operasi yang kian m aju, produk fee based m enem pati peran am at penting untuk m endukung aktivitas bisn is dan

Di bawah ini adalah pengertian dan m ekanism e transaksi beberapa produk bank yang um um dijalankan.

2 .3 .1. S im p a n a n

Gir o . Rekening giro adalah rekening yang penarikannya dapat dilakukan dengan cek, bilyet giro, sarana perintah pem bayarannya atau dengan pem indahbukuan. Dalam hal pem bukaan rekenin g, bank dilarang m enerim a nasabah yang nam anya tercantum dalam daftar hitam yang m asih berlaku.

D e p o s it o . Deposito adalh sim panan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyim pan den gan bank. Bank um um dan BPR dapat m enerbitkan bilyet deposito atas sim panan deposito berjangka. Atas bunga deposito yang diterim a, wajib dipotong pajak penghasilan fin al.

S e r t ifik a t D e p o s it o . Sertifikat deposito adalah sim panan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyim panannya dapat dipindahtangankan. Bank um um dapat m enerbitkan sertifikat deposito dengan syarat antara lain:

- hanya dapat diterbitkan atas unjuk dalam mata uang rupiah; - nilai nominal sekurang-kurangnya Rp 1 juta; - jangka waktu sekurang-kurangnya 30 hari dan paling lama 24 bulan; - terhadap hasil bunga yang diperoleh nasabah, bank wajib memungut

pajak penghasilan final. Ta b u n g a n . Tabungan adalah sim panan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan m enurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersam akan dengan itu. Syarat- syarat penyelenggaraan tabungan antara lain:

- bank hanya dapat menyelenggarakan tabungan dalam mata uang rupiah; - penetapan suku bunga diserahkan kepada masing-masing bank;

- atas bunga tabungan yang diterima, wajib dipotong pajak penghasilan final.

2 .3 .2 . P in ja m a n ( Kre d it)

Kredit m enurut etim ologi berarti percaya, karena pihak yang m em peroleh kredit pada dasarnya adalah pihak yang m em peroleh kepercayaan. Dalam perkem bangannya kata kredit berubah m akna m enjadi pinjam an.

Secara um um , jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi seperti diuraika berikut ini.

Dilihat dari segi kom ponen kegiatan usaha

1) Kredit investasi: kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek.pabrik baru atau rehabilitasi atau perluasan usaha dalam bentuk pem belian m esin dan peralatan lain yang bersifat investasi.

2) Kredit modal kerja: kredit yang digunakan untuk pembelian bahan baku, bahan pem bantu, m em bayar upah pegawai dengan tujuan m eningkatkan produksi atau m enghasilkan barang lebih banyak sehingga dapat m eraih keuntungan lebih baik.

Dilihat dari segi tujuan penggunaan

1) Kredit produksi: kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha, baik untuk in vestasi m aupun m odal kerja.

2) Kredit konsumtif: kredit yang digunakan untuk tujuan konsumtif secara pribadi, seperti pem belian perum ahan, kendaraan dan perlengkapan rum ah tangga.

3) Kredit perdagangan: kredit yang digunakan untuk usaha perdagangan, seperti pem belian barang dagangan.

Dilihat dari segi jangka waktu

1) Kredit jangka pendek: kredit yang memiliki jangka waktu satu tahun atau kurang dan biasanya digunakan untuk m odal kerja.

2) Kredit jangka menengah: kredit dengan jangka waktu berkisar antara satu tahun sam pai tiga tahun dan biasanya untuk in vestasi.

3) Kredit jangka panjang: kredit yang masa pengembaliannya lebih dari tiga tahun.

Dilihat dari segi jam inan

1) Kredit dengan jaminan: kredit yang diberikan dnegan suatu jaminan

baik jem in an berupa barang m aupun jam inan orang yang disepakati oleh bank.

2) Kredit tanpa jaminan: kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu berdasarkan kepercayaan atau keyakinan bank.

Dilihat dari segi sektor usaha, jenis kredit dapat berbentuk: kredit pertanian, kredit perikanan, kredit industri, kredit pertam bangan, kredit profesi, dan lain - lain

Secara um um , isi suatu proposal kredit dapat dirin gkas dalam tabel di bawah ini.

Ta b e l 2 .1. Ke ra n gka U m u m Pro p o s a l Kre d it

Ba gia n Ke te ra n ga n Is i

Ringkasan eksekutif Bagian ini m erupakan kondensasi seluruh isi proposal kredit. Panjan gn ya m aksim um 2 halaman.

Identitas Memberikan inform asi m engenai nam a, alam at, telepon, fax, e-m ail, situs, dan nam a orang yang dapat dihubungi.

Gam baran um um Uraian detail m engenai perusahaan , baik dari sisi legal, filosofi, pengurus, bisn is yang ditekun i, dan lain-lain.

Kondisi keuangan Uraian dan an alisis tentang situasi keuangan perusahaan. Sedapat m ungkin, lakukan analisis terhadap kinerja beberapa tahun. J angan hanya potret sesaat.

Analisis industri An alisis tentan g situasi industri yang ditekuni, baik saat ini m aupun prospek m asa depan.

Rencana Bisnis Inisiatif-inisiatif yang akan diim plem entasikanoleh perusahaan untuk m asa depan. Term asuk di dalam nya berbagai investasi yang dibutuhkan.

Struktur keuangan (proposal kredit) Uraian detail tentang struktur keuan gan/ pembiayaan yang dibutuhkan, term asuk pen gajuan pinjam an.

Analisis proyeksi keuangan Gam baran situasi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Term asuk di dalamnya adalah proyeksi Cash Flow yang akan dim anfaatkan untuk pelunasan pinjam an.

J am inan kredit Uraian detail m engen ai aktiva yang akan dijam inkan ke bank sehubungan dengan perm ohonan kredit yang dilakukan.

Lam piran Tam bahan dan kelengkapan inform asi yang merupakan kesatuan dari proposal kredit. Term asuk di dalam nya adalah dokum en-dokumen yang dibutuhkan untuk pengajuan kredit.

2 .3 .3 . J a s a -ja s a

Produk jasa-jasa ban k ditujukan untuk m endukung dan m em perlancar kegiatan m enghim pun dana dan m enyalurkan dana. Dalam perkem bangannya kini, produk jasa m enjadi sum ber pendapatan yang cukup signifikan bagi bank. Setiap ban k berlom ba m engem bangkan produk jasa untuk m em enuhi seluruh kebutuhan transaksi keuangan nasabah dan untuk m enin gkatkan sum ber pendapatan bagi bank. Beberapa jasa bank antara lain sebagai berikut:

P e n g ir im a n u a n g ( t r a n s fe r ) . Transfer m erupakan jasa pengirim an uang baik lokal, antar kota, m aupun luar negeri (rem itance). Transfer seketika (real tim e) dapat dilakukan bila penerim a dan pengirim m em iliki reken ing di bank yang sam a, atau dikenal sebagai transaksi pem indahbukuan. Pem indahbukuan sangat rentan terhadap risiko tindak kejahatan (pem bobolan) bank.

K lir in g ( c le a r in g ) . Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank peserta kliring baik atas nam a sendiri m aupun atas nam a nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) m eliputi klirin g debet dan kliring kredit yang penyelesaiannya dilakukan secara nasional dan pada hari yang sam a (sam e day settlem en t ). Nilai nom inal klirin g debet paling banyak sebesar Rp 10 juta; sedangkan kliring kredit di bawah Rp 10 0 juta per transaksi.

R e a l Tim e Gr o s s S e t t le m e n t ( R TGS ) . Sistem RTGS m erupaka sistem transfer dana elektron ik antar bank peserta dalam m ata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.

In k a s o . Inkaso m erupakan produk jasa bank untuk m enagihkan warkat- warkat dari luar kota atau luar negeri. Seseorang yang m em iliki cek atau bilyet giro yang diterbitkan oleh sebuah bank di luar kota dapat m enarik dananya m elalui inkaso di bank setem pat.

S a fe d e p o s it b o x. Safe deposit box adalah jasa penyim panan dokum en atau barang berharga m ilik nasabah, seperti: sertifikat deposito, surat berharga, sertifikat tanah, surat perjanjian, em as, dan barang-barang berharga lainnya.

B a n k Ca r d d a n B a n k N o t e s . Bank card adalah kartu elektronik untuk nasabah m elakukan transaksi keuangan; dikenal sebagai kartu debet atau ATM

dan kartu kredit. Sedangkan bank notes adalah uang kartal asing yang diterbitkan di luar negeri.

Tr a v e lle r s Ch e q u e . Travellers Cheque atau cek wisata biasanya diperuntukan bagi mereka yang akan bepergian jauh sehingga terhindar dari risiko keam anan bila m em bawa uang tunai. Travellers cheque dapat diuangkan di kantor cabang bank penerbit atau bank lain yang ditunjuk, atau sebagai alat pem bayaran belanja di m erchant-m erchant yang telah m enjalin kerja sam a dengan bank penerbit. Popularitas travellers cheque m enurun setelah perbankan Tr a v e lle r s Ch e q u e . Travellers Cheque atau cek wisata biasanya diperuntukan bagi mereka yang akan bepergian jauh sehingga terhindar dari risiko keam anan bila m em bawa uang tunai. Travellers cheque dapat diuangkan di kantor cabang bank penerbit atau bank lain yang ditunjuk, atau sebagai alat pem bayaran belanja di m erchant-m erchant yang telah m enjalin kerja sam a dengan bank penerbit. Popularitas travellers cheque m enurun setelah perbankan

(SKBD) m erupakan pernyataan bank yang diterbitkan atas perm intaan nasabah (biasan ya im portir) untuk m enyediakan dan m em bayar sejum lah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga (penerim a LC atau eksportir).

Secara ringkas, m ekanism e transaksi LC disajikan dalam Gam bar 2.2.

Ga m b a r 2 .2 .

D ia gra m La ya n a n Le t t e r o f Cr e d it ( LC)

Im portir Eksportir

Opening Bank Advising Bank

Keterangan gam bar: 1. Im portir dan eksportir m enandatangani perjanjian ekspor im por atau

sales contract. 2. Im portir m em buka LC di bank (open ing bank) dengan m elengkapi

persyaratan yang ditentukan ban k yang bersangkutan . 3. Bila LC disetujui, opening ban k m eneruskan LC ke advisin g bank di luar

negeri yang sudah m enjalin hubungan kerja sam a di bidan g trade finance (corespondence bank).

4. LC berikut dokum en diserahkan advising bank kepada eksportir. 5. Setelah m enerim a LC dari advisin g bank, eksportir m engirim barang

kepada im portir sesuai perjanjian dalam sales contract. 6. Bukti pengirim an barang (bill of lading) beserta dokum en diserahkan

oleh eksportir kepada advisin g ban k untuk m em peroleh pem bayaran . 7. Advising bank akan m elakukan pem bayaran setelah m em eriksa bill of

lading dan dokum en yang diserahkan eksportir m em enuhi syarat sesuai LC.

8. Advising bank m eneruskan bukti pem bayaran dan dokum en pengapalan kepada opening bank sebagai bukti untuk m anagih pem bayaran kem bali dari openin g bank.

9. Open ing bank m em beritahukan im portir tentang pengapalan barang sesuai dokum en yang diterim anya dari advising bank, dan m elakukan pendebetan reken ing im portir sejum lah nilai im por atau nilai LC yang diterbitkan beserta biaya-biaya yang dikenakan ban k.

Terdapat beberapa jenis LC dengan batasan sebagai berikut: - Rev o ca b le LC; yakni LC yang setiap saat dapat dibatalkan atau diubah

secara sepihak oleh bank pem buka (openin g bank) tanpa pem beritahuan terlebih dahulu kepada nasabah.

- Ir r ev o ca b le LC; yakni LC yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan dari sem ua pihak yang terlibat.

- Sig ht LC; yakni LC yang syarat pembayarannya langsung pada saat dokum en diajukan oleh eksportir kepada advising bank.

- Usa n ce LC; yakni LC yang pembayarannya dilakukan dengan tenggang

waktu tertentu, m isalnya 1 bulan sejak tanggal penunjukkan dokum en ekspor.

- Rest r ict ed LC; yakni LC yang pembayarannya atau penerusannya

hanya dibatasi pada bank-bank tertentu saja yang nam anya tercantum dalam LC.

- Un r est r ict ed LC; yakni LC yang membebaskan negosiasi dokumen di bank m anapun.

- Red Cla use LC; yakni LC dimana opening bank memberi kuasa kepada bank pem bayar untuk m em bayar uang m uka kepada eksportir (benefeciary) sebagian atau seluruhnya dari nilai LC sebelum eksportir m enyerahkan dokum en pengapalan.

- Tr a n sfer a b le LC; yakni LC yang memberikan hak kepada benefeciary untuk m em indahtangankan sebagian atau seluruhnya dari nilai LC kepada pihak lain.

- Rev o lp ing LC; yakni fasilitas LC yang penggunaannya dapat digunakan secara berulang-ulang dengan plafon tertentu sesuai analisis bank terhadap nasabah (im portir).

B a n k Ga r a n s i. Bank garansi adalah jam inan yang diberikan bank kepada B a n k Ga r a n s i. Bank garansi adalah jam inan yang diberikan bank kepada

Bank garansi banyak ragam nya m enurut jenis penggunaannya; dan yang populer adalah jam inan pelaksanaan pekerjaan (perform ance bond) dan jam inan uang m uka (advance pay m ent bond) yang diperlukan para kontraktor untuk m egikuti tender pekerjaan dari pihak pem beri kerja. Dalam praktik keuangan internasion al, bank garansi diken al dengan istilah stand by letter of credit (SBLC) yang dapat dipindahtangankan (diperjualbelikan).

BAB 3 KEJAHATAN PERBANKAN

3 .1. Pe m b o b o la n Ba n k

Pem bobolan bank m engalam i perubahan bentuk ke arah yang sem akin canggih sesuai dengan perkem bangan teknologi dan kom pleksitas transaksi keuangan. Tingkat keam anan bank m enjadi dipertaruhkan ketika frekwensi dan skala pem bobolan m enjadi sem akin besar. Penipuan, penggelapan, dan korupsi korporasi (corporate corruption) m erupakan ancam an yang serius terhadap sistem keuangan.

Sebagai lem baga interm ediasi keuangan, pem bobolan bank dapat terjadi di setiap tahapan proses bisnis dalam sebuah bank. Sesuai dengan fungsinya, pem bobolan dapat terjadi dalam :

1. Pembobolan terhadap dana simpanan dimana dana nasabah digerogoti oleh oknum bankir tanpa sepengetahuan nasabah

2. Pembobolan kredit dimana oknum bankir secara sengaja merekayasa kerugian bank m elalui transaksi kredit fiktif atau kualitas kreditnya rendah

3. Pembobolan atas transaksi keuangan yang difasilitasi bank seperti kartu kredit, transfer fiktif, transaksi valas yang m erugikan dan lain -lain.

Pelaku pem bobolan bank bisa m erupakan pihak di dalam bank m aupun pihak luar. Tetapi biasanya pihak luar sangat jarang m elakukan pem bobolan tanpa ada kerjasam a dengan pihak dalam bank (Saunders, 20 0 2). Pem bobolan yang m urni dilakukan oleh pihak luar biasanya terbatas pada pem bobolan kartu kredit serta transaksi elektronis. Dengan sem akin ketatnya prosedur pengam anan transaksi elektronis, praktis peluang pem bobolan dari luar sem akin tipis.

Pem bobolan yang dilakukan oleh pihak dalam bank sem akin canggih dan sem akin besar sesuai dengan tin gkat jabatan pelaku. Otorisasi transaksi yang dapat dilakukan oleh pejabat bank disesuaikan dengan tingkatan jabatan. Sem akin tinggi jabatan sem akin besar otoritas transaksi yang menjadi kewenangannya. Karena itu, pem bobolan dalam sekala kecil biasanya dilakukan oleh pegawai di tingkat rendahan. Kasus pem bebolan skala besar hanya m ungkin terjadi di bank besar dan oleh pejabat bank dengan posisi tinggi.

3 .2 . Pe n cu cia n U a n g Vs . Ke ja h a ta n P e rb a n ka n

Tindak pencucian uang (m on ey laundering) m em ang tidak berkait langsung dengan pelanggaran di bidang perbankan dan atau pem bobolan bank. Seseorang atau lem baga yang mem iliki sim panan bank dalam jum lah yang besar dan m elakukan transaksi keuan gan yang aktif tidak dapat dikenai secara langsung delik hukum tentang kejahatan perbankan. Dalam transaksi pencucian uang tidak akan ditem ui pelan ggaran terhadap peraturan perundang-un dangan perbankan m aupun tindak kejahatan yang m erugikan bank dan atau nasabah bank lainnya. Sebagai lem baga kepercayaan, sejatinya bank m em bawa “m isi” untuk m enjaga kerahasiaan nasabahnya. Itu sebabnya, beberapa bank (di luar negeri) m asih m em egang teguh “m isi” in i; tidak perduli dari m ana asal usul dana sim panan dan bagaim ana lalu lintas transaksi terhadap rekening nasabahnya. Kita sering m endengar, banyak dana hasil kejahatan dan praktik ilegal yang diparkir di luar negeri dan sulit diekstradisi. Bagi praktisi keuangan, perbankan dan pasar m odal sudah m engenal istilah transaksi “w ashing” sejak m araknya lalu lintas investasi portofolio asing sejak awal tahun 1990 -an. Transaksi w ashing lebih kurangnya ditujukan utuk m enghindari akses bagi siapapun untuk m engetahui asal-usul dana dari sebuah transaksi pem belian, penem patan, dan investasi; yang sangat m ungkin berkait dengan hasil tindak kejahatan. Subyek transaksi jenis in i biasanya sebuah lem baga keuangan dan investasi yang berdom isili hukum di negeri yang dikenal dengan istilah “green island”. Seperti Caym and Island dan Mauritius; kalangan um um m engenalnya sebagai negeri bebas pajak. Nam un bagi praktisi keuangan dan bisnis, kedua negeri in i lebih diandalkan peranannya sebagai gerbang m ulus untuk m engalirkan dana dan kendali bisn isnya tanpa dapat diusik oleh pihak lain. Inilah cikal bakal praktik pencucian uang, tran sn asion al m on ey laun dering.

Pencucian uang hasil kejahatan um um atau praktik ilegal sangat berbahaya dalam m em bangun perekon om ian yang efisien dan sistem keuangan yang stabil. Dam pak tindak kejahatan pecucian uang terhadap perekonom ian di antaranya adalah:

- menciptakan instabilitas sistem keuangan - menciptakan distorsi sistem persaingan bebas - mempersulit bank sentral dalam mengendalikan moneter - meningkatkan kejahatan baik kualitas maupun kuantitasnya - memunculkan kerawanan sosial di masyarakat Pencucian uang dapat m em pengaruhi kegiatan bisnis dalam hal: - merongrong sektor swasta yang sah - mengganggu integritas pasar keuangan

- membahayakan upaya privatisasi perusahaan negara - mengikis kepercayaan pasar - menimbulkan biaya dan risiko sosial - mengakibatkan kurangnya akurasi pemerintah dalam mengendalikan

kebijakan ekonom i

Pra ktik Ile ga l

Le m ba ga

Ke u a n ga n

money laundering

d i Gre e n

Is la n d

money laundering

Sistem Keuangan Nasional - Perbankan

Menurut UU No. 25 Tahun 20 0 3, pencucian uang didefinisikan sebagai “perbuatan m enem patkan, m entransfer, m em bayarkan, m em belanjakan, m enghibahkan, m enyum bangkan, m enitipkan, m em bawa ke luar negeri, m enukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga m erupakan hasil tindak pidana dengan m aksud untuk m enyem bunyikan, atau m enyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah- olah m enjadi harta kekayaan yang sah”. Sedangkan yang tergolong sebagai “hasil tindak pidana” dalam ketentuan in i m eliputi harta kekayaan yang diperoleh dar tindakan:

- korupsi, penyuapan; - penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan

im igran; - di bidang perbankan, di bidang pasar modal, di bidang asuransi; - narkotika, psikotropika; - perdagangan manusia, perdagangan senjata gelap; - penculikan, terorisme; - pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang; - perjudian, prostitusi; - di bidang perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup,

di bidang kelautan; - yang dipergunakan langsung atau tidak langsung untuk kegiatan

terorism e.

Konteks pencegahan dan penanganan tindak kejahatan perbankan m estinya tidak dipisahkan dari upaya m em berantas tindak pencucian uang. Dan upaya ke arah itu bukanlah hal yang m udah, karena berhadapan dengan kejahatan yang bersifat transnasional dan lem baga keuangan/ investasi internasional. Bank sebagai infrastruktur lem baga keuangan yang kredibel pastinya tidak bisa dihindarkan “peranannya” dalam m enyokong kelangsungan lalu lintas transaksi keuangan hasil korupsi, pen ipuan, praktik ilegal, dan kejahatan um um lainnya. Secara nasional, upaya yang intensif pencegahan pencucian uang m elalui pendekatan kebijakan perbankan seperti ketentuan pengenalan nasabah (know y our custom ers/ KYC) dinilai m erupakan sarana am puh untuk m enekan tindak kejahatan um um .

Sem entara di sisi lain, upaya penegakan hukum terhadap tindak pencucian uang sejauh in i dinilai kurang m em buahkan hasil. Masalah utam a yang banyak disoroti para pakar hukum di antaranya adalah sulitnya pem buktian dalam perkara tindak pencucian uan g, dan kewenan gan yang belum padu antara penyidik, PPATK dan lem baga perbankan. Masalah sulitnya pem buktian berkait dengan kom pleksitas tindak kejahatan itu sendiri sebagai dasar dakwaan bahwa telah terjadi pencucian uang. Padahal, m enurut Garnasih (20 0 6), kejahatan pen cucian uang adalah kejahatan yang berdiri sendiri tanpa harus m engaitkannya dengan kejahatan asalnya (predicate offenses atau core crim e). Sedangkan dari sisi kewenangan, PPATK belum diberikan kewenangan dalam m elakukan penyidikan, m eski lem baga ini yang pertam a m enem ukan indikasi adanya tindak pen cucian uang m elalui m ekanism e pelaporan bank dan lem baga keuangan lain.

Dem ikian halnya dengan perbankan; penerapan prinsip KYC belum m engarah pada diberikannya otoritas untuk m elakukan tindakan cepat terhadap rekening yang diduga m enam pung dana-dana hasil kejahatan, m isaln ya pem bekuan rekening yang berguna dalam proses penyidikan.

Mengingat porsi terbesar frekuensi kasus kejahatan perbankan dalam tiga tahun terakhir adalah pada kegiatan sim panan, m aka upaya penanganan tindak pencucian uang m esti m erupakan bagian integral dengan upaya m em basm i tindak kejahatan perbankan. Bagi perbankan, ini m erupakan tantangan sulit. Sebab, praktik pengelolaan rekening yang terindikasi hasil praktik kejahatan sesungguhnya tidak m endatangkan kerugian nom inal bagi bank, kecuali dapat m engganggu kegiatan dan volum e lalu lintas pem bayaran. Dalam praktiknya, pengelolaan rekening itu dilakukan secara taat asas, artinya sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku um um . Berbeda dengan tindak kejahatan perbankan yang nyata-nyata dapat dibuktikan adanya pelanggaran prosedur, m anipulasi, kolusi atau penipuan dalam transaksi rekening nasabah.

Di tengah upaya-upaya kalangan perbankan untuk m eningkatkan kewaspadaannya dalam m engantisipasi tindak kejahatan, m aka tam paknya kasus- kasus serupa akan dapat diantisipasi dengan baik. Oleh karena itu, tantangan utam a ke depan adalah bagaim ana m em berikan otoritas yang lebih luas kepada dunia perbankan untuk m engam bil langkah-langkah hukum dalam m em bantu proses pen yidikan terhadap tindak pencucian uang. Kewenangan serupa m esti diberikan kepada PPATK untuk dapat m enyidik (penyidik pegawai negeri sipil/ PPNS), agar dapat bergerak cepat dalam m em proses laporan-laporan transaksi rekening nasabah pada lem baga keuangan yang terindikasi adanya unsur-unsur pen cucian uang.

3 .3 . Mo d u s Tin d a k Pe n cu cia n U a n g

Bank sebagai lem baga pem bayaran m enduduki posisi sentral dalam jaringan lalu lintas dana pencucian uang. Tiga m ata ratai utam a dalam skem a pencucian uang yang tidak lepas dari peran bank adalah: penem patan (placem ent), pengaburan (lay ering), dan integrasi (integration).

Melalui skem a penem patan, pelaku pencucian uang m em asukkan dana hasil kejahatan atau praktik ilegal ke dalam berbagai in strum en keuangan, seperti sim panan di bank, surat berharga di pasar m odal dan pasar uang. Biasanya, pelaku m em ecah transaksi m enjadi beberapa rekening atau beberapa type instrum en keuangan dengan nam a sam a atau berbeda sehingga tidak perlu dilaporkan kepada PPATK oleh penyedia jasa keuangan (PJ K).

Melalui skem a pengaburan, pelaku m enciptakan transaksi keuangan yang rum it dengan cara m em ecah transaksi m enjadi banyak dan beragam , kem udian Melalui skem a pengaburan, pelaku m enciptakan transaksi keuangan yang rum it dengan cara m em ecah transaksi m enjadi banyak dan beragam , kem udian

Ga m b a r 3 .2 . S ke m a Pe n cu cia n U a n g

3 .4 . Mo d e l Te o ritis Pe n ja ra h a n Ba n k

Dalam bagian ini akan dibahas suatu m odel teoritik tentang penyalahgunaan lem baga keuangan oleh pem ilik dan m anajem en. Model ini diadopsi dari Akerlof dan Rom er (1993) yang m engungkapkan kem ungkinan terjadinya penjarahan yang m engakibatkan runtuhnya industri keuangan di Chile dan dalam krisis Sav ing and Loan (S&L) di Am erika Serikat pada awal tahun delapan puluhan. Kedua krisis tersebut bersifat luar biasa, dan kedua profesor dari Berkeley tersebut m encurigai bahwa penyebabnya juga bersifat luar biasa.

Banyak hal penting yang terabaikan oleh ekonom dalam m engidentifikasi m asalah dan m erum uskan kebijakan untuk m engatasi krisis tersebut. Salah satunya adalah m asalah penjarahan.

Dalam literatur, jam inan pem erintah baik dalam bentuk fasilitas LOLR, deposit in suran ce , m aupun penyertaan saham pem erintah, dipandang sebagai suatu hal yang dapat m enciptakan m oral hazard dan pengam bilan risiko yang berlebihan. J am inan seperti LOLR sebenarnya lum rah saja dan bersifat harm less dalam dunia non-stokastik seperti dalam m odel Diam ond dan Dybvig (198 3). Tetapi, dalam lingkungan stokastik, bahaya yang ditim bulkan dari jam inan ini berasal dari pem apasan distribusi peluang di sebelah kiri sehingga distribusi yang dihadapi oleh bankir tidak sim etris. Den gan kata lain, bankir hanya dihadapkan pada pilihan; kalau situasi baik m aka saya untung, kalau tidak berarti im pas. Dengan dem ikian, bankir akan m em ilih portfolio yang m em berikan keuntungan yang besar walaupun peluang suksesnya kecil karena dia tidak m enanggung risiko kerugian. Hal ini lazim terjadi walaupun kita lalai untuk m em perhatikan bahwa bankir dapat m engam bil keuntungan untuk dirinya tanpa harus m engam bil risiko.

Model penjarahan berikut in i m eliputi tiga periode dan selam a itu bankir m em aksim um kan nilai kiwari dari keuntungan (net present value of profits). Anggap V adalah nilai bersih (net w orth) sebenarnya dari suatu bank. Diasum sikan bahwa pem erintah berjanji untuk m em berikan pinjam an atau penyertaan m odal kepada bank dalam jum lah tertentu (sesuai dengan assesm ent pem erintah), dengan batasan bahwa bankir tidak boleh m entransfer dana bank untuk kepentingan m ereka sendiri m elam paui jum lah yang ditentukan yaitu Λ. Seorang bankir m enghadapi dua alternatif keputusan sebagai berikut. J ika Λ lebih kecil dari V, bankir akan m engoperasikan banknya sesuai dengan prinsip- prinsip m anajem en yang dapat m em aksim um kan net w orth. J anji atau tawaran pem erintah tidak akan berpengaruh pada perilaku m anajem en.

Tetapi jika Λ lebih besar dari V, bank dapat meminta dana kepada pem erintah senilai Λ, dengan kesadaran penuh bahwa dana dari pemerintah tidak harus dikem balikan atau jika harus dikem balikan di kem udian hari m aka bankir

bisa m enyatakan default. Dalam kasus seperti ini, tidak ada insentif bagi bankir untuk m elakukan pengelolaan bank secara baik. Bahkan ada insentif untuk m em perburuk kinerja bank.

Skenario tersebut sangat sederhana tetapi cukup pow erful sebagai landasan investigasi terhadap kem ungkinan penjarahan yang dilakukan oleh bankir. Kesederhanaan nya m erupakan cerm inan dari tiga m ekanism e yang cukup rum it.

Pertam a , tidak ada dikotom i antara kepentingan pem ilik dan m anajem en. Oleh karena itu m anajem en bertindak untuk dan atas n am a pem ilik. Hal in i cukup Pertam a , tidak ada dikotom i antara kepentingan pem ilik dan m anajem en. Oleh karena itu m anajem en bertindak untuk dan atas n am a pem ilik. Hal in i cukup

Kedua , pem erintah bertindak sebagai pem beri dana baik dalam bentuk pinjam an likuiditas m aupun penyertaan m odal, hanyalah sebagai penyederhanaan dalam m eyusunan m odel. Dalam kenyataannya deposan m enem patkan dananya dalam bank dan kem udian pem erintah m enolon g bank tersebut seandainya bank dilan da rush dan kredit berm asalah. Ini sam a saja dengan penem patan langsung dana pem erintah tanpa harus m elalui akum ulasi tabungan m asyarakat. Akibatnya pun sam a, jika bank jatuh m aka pem erintahlah yang m enanggungnya.

Ketiga , istilah tran sfer dana dari bank kepada oknum bankir jangan diartikan secara harfiah karena m eliputi rekayasa keuangan yang sangat rum it, baik itu yang bersifat legal m aupun yang ilegal. Terdapat beragam cara untuk m elakukan transfer sehingga bank diliputi kerugian. Contoh pertam a adalah dalam hal pem berian fasilitas kredit kepada pihak tertentu yakni pem berian kredit m urah di bawah suku bunga kepada pihak lain; pem berian hair-cut dan penghapusbukuan m anakala terjadi resesi; dan pem berian kredit baru untuk m enutupi bunga pada utang lam a (plafondering). Cara yang kedua adalah m elalui sisi liabilities, seolah-olah bank m em iliki kewajiban yang telah jatuh tem po kepada pihak ketiga. Tentu rekayasa sem acam ini dibuat supaya tidak terjangkau oleh hukum .

Secara um um tidak ada ketidakpastian dalam m odel ini, dan tingkat suku bunga pasar adalah r antara periode 0 dan 1, dan 1 r antara periode 1 dan 2. 2

Sebuah bank m ulai beroperasi pada periode 0 dengan in vestasi awal dari pem ilik sebesar W . Bank berhasil mengumpulkan deposit sebesar 0 L , lalu dana bank 0 dialokasikan dalam bentuk aset sebesar A, sehingga A 0 = W 0 + L 0 . Pem erintah m enetapkan bahwa capital adequacy ratio (CAR) yang harus dipenuhi adalah

( W / A ) ≥ ς , dim ana ς adalah konstan. Aset menghasilkan keuntungan tunai sebesar ρ 1 ( A ) rupiah pada periode 1, dan ρ 2 ( A ) rupiah pada periode 2. Untuk sederhananya, A diasum sikan konstan dan tidak liquid pada periode

1. Pada periode tersebut transfer yang diberikan kepada pem ilik adalah ∆ . Maka 1 1. Pada periode tersebut transfer yang diberikan kepada pem ilik adalah ∆ . Maka 1

subject to 0 ≤ ς A 0 ≤ W 0

Karena deposit bisa diperbaharui pada periode 1, m aka persam aan tersebut diatas bisa juga dinyatakan sebagai:

(2) V = Max A , ⎨ ⎬ + ρ 1 ( A ) − ( 1 + r 1 ) L 0

subject to 0 ≤ ς A 0 ≤ W 0

Masalah m aksim isasi tersebut di atas adalah untuk keadaan yang kom petitif dim ana pem erintah tidak m enyediakan jam inan deposit. Esensi m asalahnya adalah, dibolehkannya suatu bank m encapai net w orth yang negatif. Artinya, pem erintah bersedia untuk m enutup kerugian yang diderita oleh suatu bank.

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012) Analysis of Banking Financial Performance Before and After Merger and Acquisition (Studies in Banki

7 55 8

Analisis Konsentrasi Geografis Sektor Ekonomi di Kabupaten Situbondo

9 121 186

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

3 30 59

Pengaruh Rasio Harga Laba Dan Pengembalian Ekuitas Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 13 1

Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Logam yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2013

0 9 1

Peranan Humas Pemerintah Kabupaten Subang Melalui Konferensi Pers Dalam Menyampaikan Informasi Korupsi

0 27 130

Kriminalisasi Gratifikasi Seks Sebagai Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia

2 29 90