PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER BETLE L.) TERHADAP PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS ISOLAT DARI PENDERITA FARINGITIS

  

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih… (Effa, Nona Rahmaida Puetri)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER

  

BETLE L.) TERHADAP PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCCUS

AUREUS ISOLAT DARI PENDERITA FARINGITIS

  1

  2 Effa , Nona Rahmaida Puetri

  1 Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

  2 Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh

  Email : HP : 085260873465

  ABSTRAK

Daun sirih (Piper betle L.) merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang mengandung

berbagai macam senyawa kimia yang berkhasiat obat yaitu minyak atsiri. Kandungan

minyak atsiri dari daun sirih memiliki kegunaan untuk menyembuhkan radang

tenggorokan (faringitis) yang disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian tentang aktivitas antibakteri daun sirih terhadap Staphylococcus aureus

penyebab faringitis. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 5 perlakuan yaitu P (kontrol negatif akuades),P (kontrol positif

  1

eritromisin sebagai antibiotik),P (ekstrak etanol daun sirih 75%),P (ekstrak etanol

  2

  3

daun sirih 50%), dan P (ekstrak etanol daun sirih 25%), masing-masing perlakuan

  4

diulangi sebanyak 5 kali. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar.

  

Parameter yang diamati adalah panjang diameter zona hambat pertumbuhan S.

aureus. Data dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA), dilanjutkan dengan

uji Beda Nyata Terkecil (BNT) karena terdapat pengaruh perlakuan. Penelitian ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih yang

diberikan maka zona hambat pertumbuhan S. aureus semakin besar.

  Kata kunci : S. aureus., Piper betle L, zona hambat

ABSTRACT

  

Betel leaf (Piper betle L.) is one of the herbs that contain various chemical compounds

that have medicinal essential oils. The content of essential oil from the leaves of the

betel have uses to cure sore throat (pharyngitis) caused by bacteria. Therefore, it is

necessary to do research on the antibacterial activity against Staphylococcus aureus

betel leaf causes of pharyngitis. The design used a completely randomized design

(CRD) with 5 treatment that is P0 (negative control distilled water), P1 (positive

control as the antibiotic erythromycin), P2 (betel leaf etanol extract 75%), P3 (betel

leaf etanol extract 50%), and P4 (betel leaf etanol extract 25%), each treatment was

repeated 5 times. The method used is the agar diffusion method. Parameters measured

were the long diameter of the growth inhibition zone of S. aureus. Data were analyzed

using analysis of variance (ANOVA), followed by Least Significant Difference test

(LSD) because there is a treatment effect. This study shows that the higher the

concentration of betel leaf extract given the growth inhibition zone of S. aureus

greater.

  Keywords: S. aureus., Piper betle L, inhibition zone

  SEL Vol. 2 No. 2 November 2015: 57-65 PENDAHULUAN

  6

1 Tumbuhan secara empiris mempunyai

  aktivitas antimikroba dan secara tradisional telah banyak digunakan untuk pengobatan. Daun sirih (Piper

  betle L.) merupakan salah satu jenis

  tumbuhan obat yang sering digunakan sejak dulu untuk menjaga kesehatan, pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit

  2

  . Daun sirih mengandung berbagai macam senyawa kimia yang berkhasiat obat yaitu minyak atsiri yang terdiri dari fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol. Kandungan minyak atsiri dari daun sirih memiliki kegunaan untuk menyembuhkan radang tenggorok (faringitis) yang disebabkan oleh bakteri.

  Tumbuhan merupakan suatu komponen penting dalam kehidupan manusia, terutama sebagai sumber makanan dan sebagai obat-obatan.

  . Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh daun sirih terhadap S. aureus penyebab faringitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan konsentrasi ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan isolat S. aureus dari penderita faringitis.

  7

  . Pengganti antibiotik untuk mengatasi resistensi bakteri salah satunya dapat berasal dari senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Senyawa aktif tersebut mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri patogen, sehingga dapat berperan sebagai zat antimikroba

3 Kandungan fenol dan kavikol dari

BAHAN DAN METODE

3 Bakteri yang terdapat di

  Faringitis biasanya dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, namun pengobatan dengan antibiotik tidak selalu efektif bahkan dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut

  3 C P

  2 A P

  2 B P

  2 C P

  2 D P

  2 E

  P

  3 P

  3 A P

  3 B P

  3 E

  3 D P

  P

  P

  4 P

  4 A P

  4 B P

  4 C P

  4 D P

  4 E

  4

  daun sirih dapat menyembuhkan radang tenggorok (faringitis)

  2 P

  1 E

  5 .

  A P

  patogen (menimbulkan infeksi)

  Staphylococcus aureus yang bersifat

  tenggorokan dan merupakan penyebab faringitis diantaranya adalah

   Penelitian ini akan

  menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yaitu kontrol negatif (akuades), kontrol positif (eritromisin sebagai antibiotik), larutan uji yaitu ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 75%, ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 50%, dan ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 25%. Masing- masing perlakuan diulangi sebanyak 5 kali ulangan. Rancangan percobaan dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 1: Bentuk Rancangan Penelitian Perlakuan

  Ulangan A B C D E P

  o

  P

  o

  o

  1 D P

  B P

  o

  C P

  o

  D P

  , nyeri tenggorok yang disertai demam dan batuk merupakan gejala faringitis. Faringitis adalah infeksi pada tenggorokan yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

  E P

  1 P

  1 A P

  1 B P

  1 C P

  o

  

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih… (Effa, Nona Rahmaida Puetri)

  tersebut langsung dimasukkan ke dalam media transpor stuart. Setelah itu swab yang ada dalam media transpor disapukan pada media Blood

  Selanjutnya setelah kering diletakkan kertas cakram yang diisi dengan konsentrasi antibiotik yang digunakan di atas media, lalu dikeringkan pada keadaan dingin

  5,10 .

  Keterangan : P o : Akuades sebagai kontrol negatif P

  Berdasarkan studi pendahuluan pada satu media diletakkan cakram yang berisi kontrol negatif (akuades) dengan kontrol positif (eritromisin 15 µ g) pada daerah yang berbeda (A dan

  bakteri Gram positif, kemudian media tersebut dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam. Pemeriksaan awal pada bakteri hasil isolasi dilakukan dengan pewarnaan Gram.

  Agar (BA) untuk menumbuhkan

  Sampel berupa swab tenggorok diperoleh dari penderita faringitis dengan cara mulut pasien dibuka dan lidah ditekan dengan spatel lidah. Kemudian dimasukkan swab tenggorok hingga menyentuh dinding belakang faring, diusap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan ditarik ke luar dengan tidak menyentuh bagian mulut lain.

  C. Hasil akhir didapatkan ekstrak murni dengan cairan kental dan berwarna coklat kehitaman. Ekstrak yang diperoleh dijadikan larutan stok dengan konsentrasi 100%, kemudian diencerkan dengan akuades untuk memperoleh konsentrasi 75%, 50%, dan 25%. Hasil ekstrak digunakan sebagai bahan uji antimikrobial terhadap S. aureus pada konsentrasi 75%, 50%, dan 25%.

  4 : Ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 25% Prosedur Kerja

  Ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 50% P

  3 :

  P

  2 : Ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 75%

  Eritromisin 15µg/20µl sebagai kontrol positif P

  1 :

  evaporator dengan suhu 40 o

5 Selanjutnya swab tenggorok

5 Apabila terdapat koloni kuman

  Selanjutnya membuat ekstraksi daun sirih. Daun sirih yang sudah kering ditimbang 30 gram dan dimaserasi dengan 150 ml etanol 70% mendidih. Kemudian disaring dan diperas dengan menggunakan corong kaca dan kertas saring, selanjutnya hasil saringan tersebut dievaporasi (diuapkan) dalam vacum rotary

  8,9,10

  aureus . Kuman hasil identifikasi diuji

  B). Pada cawan petri lainnya diletakkan cakram berisi larutan uji yaitu ekstrak etanol daun sirih dengan 3 konsentrasi (C : 75%, D : 50%, dan E : 25%) untuk satu set percobaan.

  Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 37

  o

  C selama 24 jam dan diamati pertumbuhan bakteri dengan zona hambat pada setiap daerah. Apabila zona hambat belum terbentuk atau belum tampak media diinkubasi dan diamati kembali. Daerah hambatan yang tampak diukur dengan penggaris dalam satuan milimeter

  5,10 .

  Parameter yang diamati adalah panjang diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus

  yang berbentuk coccus bergerombol dilanjutkan dengan uji katalase dan koagulase. Bila terbentuk gelembung udara hasil uji katalase positif menunjukkan Staphylococcus sp., sedangkan bila tidak terjadi gelembung hasil uji katalase negatif. Hasil uji koagulase positif bila pada kaca objek terjadi penggumpalan, menunjukkan S.

  sensitifitasnya dengan metode cakram pada media MHA.

  SEL Vol. 2 No. 2 November 2015: 57-65

  masing-masing 75%, 50% dan 25% menghasilkan diameter zona hambat dengan rata-rata 33,0 mm; 31,0 mm; dan 29,4 mm (Gambar 1). Sedangkan rata-rata diameter zona hambat antibiotik P

  b c B A

  c. Cakram yang diberikan ekstrak daun sirih

  b. Koloni bakteri

  Gambar 1. Diameter zona hambat ekstrak daun sirih (Piper betle L.) pada konsentrasi A: 75%, B: 50%, dan C: 25% Keterangan: a. Zona hambat

  bakteri yang kuat dari ekstrak daun sirih ini diduga karena ekstrak tersebut mengandung senyawa metabolit sekunder. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona hambat yang relatif sama untuk setiap konsentrasi.

  5 Daya hambat pertumbuhan

  (eritromisin sebagai kontrol positif) adalah 24,8 mm lebih kecil dari ekstrak daun sirih pada konsentrasi 25%, namun pada perlakuan P (akuades sebagai kontrol negatif) tidak menunjukkan respon penghambatan dengan diameter rata- rata 0,0 mm (Gambar 2). Lebarnya zona hambatan menunjukkan derajat kepekaan kuman tersebut terhadap antibiotik yang digunakan.

  1

  3 , maupun P 4 dengan konsentrasi

  yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA), dilanjutkan dengan uji BNT.

  , P

  2

  aureus tampak bahwa perlakuan P

  Berdasarkan uji antibakteri ekstrak daun sirih terhadap bakteri S.

  Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih terhadap S. aureus

  media BA. Selanjutnya bakteri tersebut diidentifikasi untuk mendapatan S . aureus . Hasil identifikasi pada pasien pertama menunjukkan Staphylococcus sp. dengan uji koagulase negatif, identifikasi bakteri pada pasien selanjutnya ditemukan S. aureus.

  Staphylococcus setelah diisolasi ke

  diisolasi dari swab tenggorok pasien yang diduga menderita faringitis, dari sembilan pasien yang diperiksa ada dua pasien yang diduga terdapat

  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus

  

C

a

  

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih… (Effa, Nona Rahmaida Puetri)

  dengan P

  (ekstrak etanol daun sirih 75%) 29,4

  c

  ± 0,89 Keterangan : Superscript huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

  Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa ekstrak etanol daun sirih mampu menghambat pertumbuhan S. aureus mulai dari konsentrasi yang terkecil yaitu 25%. Pada perlakuan ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 75%, 50% dan 25% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol (eritromisin dan akuades). Perlakuan P

  2 tidak berbeda

  nyata dengan P

  3 namun berbeda nyata

  4 . Perlakuan P 3 tidak berbeda

  ± 2,12 P

  nyata dengan P

  2 dan P 4, dan perlakuan

  P

  4 berbeda nyata dengan P 2 namun

  tidak berbeda nyata dengan P

  3 .

  Tabel 2 di atas juga menunjukkan bahwa diameter zona hambat yang terbentuk semakin besar dengan meningkatnya konsentrasi

  4

  cd

  Gambar 2. Zona hambat: A. Eritromisin pada konsentrasi 15 µg; dan B. Aquades Keterangan: a. Cakram eritromisin

  ± 0,00 P

  b. Zona hambat

  c. Koloni bakteri

  d. Cakram yang diberikan akuades Hasil Analisis Varian menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan dengan control (P<0,01). Hasil uji BNT pada taraf 0,01 dapat dilihat pada tabel 1 di bawah.

  Tabel 2: Rata-rata diameter zona hambat bakteri S. aureus akibat pemberian beberapa konsentrasi ekstrak etanol daun sirih (P. betle L.) dan eritromisin 15 µg

  Perlakuan Rata-rata ± SD

  P (akuades) 0,0

  a

  1

  (ekstrak etanol daun sirih 50%) 31,0

  (eritromisin dengan konsentrasi 15 µg) 24,8

  b

  ± 0,45 P

  2

  (ekstrak etanol daun sirih 75%) 33,0

  d

  ± 2,83 P

  3

  a d

A B

b c

  SEL Vol. 2 No. 2 November 2015: 57-65

  eritromisin yang juga menunjukkan respon hambatan pertumbuhan yang kuat, sedangkan akuades tidak menunjukkan respon hambatan pertumbuhan terhadap S. aureus karena memiliki diameter zona hambat 0 mm.

  . Poeloengan et al. (2006), menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sirih dapat menghambat pertumbuhan

  10

  Zona jernih yang terbentuk di sekitar cakram merupakan besarnya zona hambat pertumbuhan S. aureus. Daya hambat pertumbuhan bakteri yang kuat dari ekstrak etanol daun sirih diduga karena ekstrak tersebut mengandung senyawa antimikroba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lay (1994), bahwa penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh senyawa antimikrobial terlihat dari terbentuknya zona jernih di sekitar area pertumbuhan mikroorganisme. Luasnya zona jernih menunjukkan kepekaan dari senyawa antimikrobial tersebut

  dengan eritromisin. Apabila dibandingkan dengan kemampuan eritromisin, konsentrasi ekstrak etanol daun sirih 75%, 50% dan 25% memiliki kemampuan hambat yang setara dengan 19,95 µg, 18,75 µg dan 17,7 µg. Selain faktor konsentrasi, kandungan senyawa antimikrobial juga menentukan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

  S . aureus lebih besar bila dibandingkan

  Kemampuan ekstrak etanol daun sirih dalam menghambat pertumbuhan

  aureus . Demikian pula dengan

  ekstrak etanol daun sirih. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih yang diberikan, maka semakin banyak pula kandungan senyawa aktif antibakteri tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jawetz et al (2001), bahwa suatu zat antimikroba menjadi efektif apabila dipengaruhi oleh konsentrasi zat tersebut. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai bahan antimikroba semakin meningkat, sehingga kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroba juga semakin besar

  zona hambat yang terbentuk akibat pemberian ekstrak etanol daun sirih pada ketiga konsentrasi tersebut memiliki diameter rata-rata lebih besar dari 20 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki respon hambatan pertumbuhan yang kuat terhadap S.

  aureus . Hal ini disebabkan karena

  Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa apabila diameter zona hambat lebih besar dari 20 mm, maka respon hambatan pertumbuhannya kuat. Sedangkan respon hambatan pertumbuhan dinyatakan tidak ada jika diameter zona hambat 0 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol daun sirih 75%, 50%, dan 25% dapat digunakan sebagai zat antibakteri terhadap S.

  …> 20 mm Kuat 16 - 20 mm Sedang 1 - 15 mm Lemah …0 mm Tidak ada

  11 Diameter zona hambat Respon hambatan pertumbuhan

  Tabel 3 Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut Greenwood

  9 .

  S . aureus lebih tinggi dibandingkan

  

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih… (Effa, Nona Rahmaida Puetri)

  dengan minyak atsiri daun sirih, hal ini diduga karena adanya kandungan senyawa lain yang larut dalam etanol

  12 .

  Senyawa yang dapat larut dalam etanol tersebut diduga dapat merusak protein sel bakteri, sehingga aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein. Sebagaimana pernyataan Pelczar dan Chan (2005), bahwa protein akan terdenaturasi oleh panas dan terendap oleh etanol atau garam-garam anorganik berkonsentrasi tinggi seperti ammonium sulfat.

  14 Senyawa-senyawa tersebut

  Komponen utama dari zat bioaktif tersebut adalah kavikol yang merupakan kandungan dari minyak atsiri. Minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunan seperti estragol, eugenol, karvakrol, dan seskuiterpen. Selain kavikol ekstrak daun sirih juga mengandung estragol, eugenol, karvakrol, betelphenol, seskuiterpen, hidroksikavikol, kavibetol, dan diastase.

13 Hal ini didukung

  aureus dengan merusak protein

  penyusun membran sel. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa senyawa dari ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas yang bersifat bakterisida terhadap S. aureus.

  Kemampuan ekstrak etanol daun sirih dalam menghambat pertumbuhan

  S. aureus lebih besar bila

  Uraian di atas menjelaskan bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki kandungan senyawa yang dapat larut dalam etanol, namun tidak terkandung dalam minyak atsiri daun sirih. Kandungan senyawa ini diduga mampu menghambat pertumbuhan S.

  Daun sirih mampu menghambat pertumbuhan S. aureus karena adanya pengaruh dari kandungan zat bioaktif yang terkandung dalam ekstrak.

  9 .

  oleh pernyataan Jawetz et al. (2001), bahwa sebagian besar obat antimikroba memiliki mekanisme kerja dengan menghambat sintesis protein, sintesis dinding sel, sintesis asam nukleat, dan menghambat fungsi selaput sel

  memiliki sifat tertentu, sehingga daun sirih dapat menjadi obat yang mapu menyembuhkan berbagai penyakit. Eugenol memiliki sifat antiseptik, analgesik, dan anti peradangan yang mempercepat proses penyembuhan luka. Estragol memiliki sifat antibakteri, terutama terhadap Shigella sp. Serta monoterpen dan seskuiterpen memiliki sirfat yang sama dengan eugenol.

  15 Karvakrol bersifat sebagai desinfektan

  dan antijamur sehingga dapat digunakan sebagai anti septik.

  16 Ekstrak daun sirih mengandung

  senyawa alkaloid, flavonoid, steroid dan saponin dengan kadarnya yang standar. Senyawa ini diduga bekerja bersama- sama saling menguatkan, diantara senyawa-senyawa tersebut steroid merupakan senyawa yang lebih banyak ditemukan sedangkan senyawa alkaloid hanya pada satu pereaksi dinyatakan positif terkandung dalam ekstrak. Senyawa alkaloid yang berjumlah sedikit juga berperan sebagai antimikroba melalui mekanisme kerjanya yang berhubungan dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan DNA bakteri.

  17 Mekanisme kerja kavikol pada

  bakteri yaitu dengan mendenaturasi protein sel bakteri, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Kehadiran kavikol yang mirip senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga

  dibandingkan dengan eritromisin dan dapat dilihat pada lampiran 4. Apabila dibandingkan dengan eritromisin 15 µg/µl konsentrasi ekstrak daun sirih 75%, 50% dan 25% memiliki kemampuan hambatan yang setara dengan 19,95 µ g, 18,75 µg, dan 11,7 µg. Selain faktor konsentrasi, jenis bahan antimikroba juga menentukan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

  SEL Vol. 2 No. 2 November 2015: 57-65

  UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Ibu Dr. dr.

  dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini menyebabkan protein terdenaturasi. Deret asam amino tersebut tetap utuh setelah terdenaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya.

  Zinatul Hayati, M. Kes, Sp. MK dan Ibu Lenni Fitri, M. P untuk memberikan arahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini, serta I-MHERE Batch II yang telah mendanai penelitian ini melalui Student Grant Batch II.

16 Uraian di atas menjelaskan

DAFTAR PUSTAKA.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

  3. Dakunil. Faringitis . 2007.

  bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki komponen utama minyak atsiri yang terdiri dari fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol. Kandungan senyawa ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri S.

  7. Ardiansyah. Antimikroba dari Tumbuhan (Bagian Pertama).

  2006. Com/cooling5/obat_radang_tengg orokkan.html. Diakses: 27 Maret 2008.

  6. Anonimus. Pengobatan Radang Tenggorokan.

  E. Suryawidjaja. Binarupa Aksara, Jakarta. 1990.

  Textbook of Medical Microbiology , oleh J.

  5. Gupte, S. Mikrobiologi Dasar Edisi Ketiga. Terjemahan dari The

  Terjemahan dari De Nuttige Planten Van Indonesie, oleh Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. 1987.

  4. Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid kedua.

  96. Diakses Tanggal : 27 Maret 2008.

  

  Diunduh Tanggal : 23 Oktober 2007.

  1. Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dapat menghambat pertumbuhan S.

  

  2. Anonymous. Sirih . 2002.

  aureus melalui kerusakan protein

  Populer Penggempur Aneka Penyakit . Agromedia Pustaka.

  1. Sudewo, B . Tanaman Obat

  penyusun membran sel. Selain itu daun sirih juga mengandung metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, steroid, dan saponin dalam jumlah yang sedikit, namun juga mempunyai komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa senyawa dari ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas yang bersifat bakterisida terhadap S. aureus.

  Simpulan

  3. Kemampuan ekstrak daun sirih konsentrasi 75%, 50% dan 25% setara dengan eritromisin 19,95 µg, 18,75 µg dan 17,7 µg.

  aureus .

  2. Semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan, maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan S.

  aureus isolat dari penderita faringitis.

  Jakarta. 2004.

  

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih… (Effa, Nona Rahmaida Puetri)

  Hal. 250-255. 2006. go.id/publikasi/semnas/pro06- 38.pdf . Diakses: 11 Februari

  Terjemahan dari Methode of Phytochemistry , oleh K. Padmawinata, dan I. Soediro.

  17. Harborne, J. B. Metode Fitokimia (Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan).

  Penebar Swadaya, Jakarta. 2003.

  16. Syukur, C.. dan Hernani. Budidaya Tanaman Obat Komersial .

   harapan.co.id/ip tek/kesehatan/2003/0613kes4.ht ml.

  15. Mooryati, S. Alam Sumber Kesehatan . 1998.

  Agromedia Pustaka, Jakarta. 2003.

  Khasiat dan Manfaat Daun Sirih .

  14. Moeljanto, R. D. dan Mulyono.

  Hadioetomo. UI Press, Jakarta. 2005.

  2. Terjemahan dari Basic of Microbiology. Oleh R. S.

  Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid

  13. Pelczar, M dan E. C. S. Chan.

  2009.

  Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.

  2007. Diakses: 21 Oktober 2007.

  oleh Bagian Mikrobiologi FK Universitas Airlangga. Salemba Medika, Jakarta. 2001.

  8. Anonymous. Buku Ajar

  Mikrobiologi Kedokteran . Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta.

  1994.

  9. Jawetz, E., L. Melnick dan E. A.

  Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Edisi ke-22. Terjemahan dari Medical

  Microbiology, Twenty Second Ed ,

  10. Lay, B. W. Analisis Mikroba di

  12. Poeloengan, M. A. Aktivitas Air Perasan, Minyak Atsiri dan Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Bakteri yang Diisolasi dari Sapi Mastitis Subklinis.

  Laboratorium . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1994.

  11 Pratama, M. R., Pengaruh Ekstrak

  Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar . Skripsi. IPB.

  Bogor. 2005.

  

  Diakses Tanggal: 3 Februari 2008.

  ITB, Bandung. 1987.