Kesesuaian lahan untuk tanaman kacang tanah (arachis hypogeae l) di kecamatan Jatiyoso kabupaten Karanganyar

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/ Program Studi Ilmu Tanah

Oleh: FERY DWI ASTUTI

H 0205033

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogea L) DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Fery Dwi Astuti H0205033

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : ....................................... dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Ir. Sudjono Utomo, MP Ir. Noorhadi, MSi Ir. Sutopo, MP NIP. 19450712 198403 001 NIP. 19510101 1984031003 NIP.194801011976111001

Surakarta, Februari 2010 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karenanya penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H Suntoro Wongso Atmojo, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Sudjono Utomo, MP., selaku pembimbing utama atas segala bimbingan dan ilmu yang ditularkan kepada penyusun, serta segala nasehat, masukan, saran, dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Noorhadi, M.Si., selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingannya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini,

4. Ir. Sutopo, MP., selaku dosen penguji, terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi,

5. Prof. Dr. Ir. Indrowuryatno MSi, dan Dr. Ir. WS Dewi MP., selaku pembimbing akademik atas arahan, bimbingan, dan nasehatnya selama ini.

6. Kedua orang tua dan kakakku tercinta yang telah memberi kasih sayang, doa, dan dukungan yang tidak henti-hentinya kepada penyusun.

7. MIT’05, Tim Jatiyoso dan kos ‘Edelweiss cew” terima kasih atas kasih sayang, perhatian, kekompakan, dan kekeluargaannya.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat lebih baik. Semoga skripsi bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surakarta, Februari 2010

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Data Curah Hujan, Bulan Basah, dan Bulan Kering Kecamatan

19

Jatiyoso, kabupaten Karanganyar ....................................................

4.2 Data Curah Hujan, Bulan Basah, dan Bulan Kering, Kecamatan

21

Jatiyoso Kabupaten Karanganyar ...................................................

4.3 Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara di Kecamatan Jatiyoso

23

Kabupaten Karanganyar ..................................................................

24

4.4 Morfologi Pedon Pewakil SPT I ......................................................

25

4.5 Morfologi Pedon Pewakil SPT II ....................................................

26

4.6 Morfologi Pedon Pewakil SPT III ...................................................

27

4.7 Morfologi Pedon Pewakil SPT IV ...................................................

28

4.8 Morfologi Pedon Pewakil SPT V ....................................................

29

4.9 Morfologi Pedon Pewakil SPT VI ...................................................

30

4.10 Morfologi Pedon Pewakil SPT VII..................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Tipe Iklim Schmidt-Ferguson Wilayah Penelitian ................................... 22

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea L. ) di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar ABSTRAK

Oleh : Fery Dwi Astusi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar pada bulan Juli-September 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.) di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang pendekatan variabelnya dilakukan dengan survei langsung di lapang dan ditunjang oleh analisis tanah di laboratorium matching, dan analisis usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan aktual untuk tanaman

kacang tanah pada SPT I, IV, V adalah N; wa 1 , eh 1 dan pada SPT II, III, VI adalah N; wa 1 . Kesesuaian lahan potensialnya SPT 1 adalahah S3;wa 1 , eh 1 , pada SPT ; II, III, VI adalah S3; wa 1 , rc 1 dan pada SPT IV, V adalah S3; wa 1 , rc 1, eh 1 . Berdasarkan analisis usahatani menunjukkan bahwa budidaya tanaman kacang tanah mempunyai keuntungan sebesar Rp 215.000/Ha dengan R/C 1,03

Kata kunci : Kesesuaian lahan, kacang tanah, analisis usahatani

Land Suitability for Ground Peanut (Arachis hypogea L.) at Jatiyoso District Karanganyar Regency ABSTRACT

Fery Dwi Astuti

H 0205033

Department of Soil Science Faculty of Agriculture Sebelas Maret University

The research has been conducted from July until September 2009 at Jatiyoso, Karanganyar regency. The purpose of the research are to find out the land suitability level for ground peanut cultivation (Arachis hypogeae L.) at Jatiyoso, Karanganyar regency. The research was a descriptive explorative research, and its variable approximated by with field survey and supported by laboratory, matching and farming analysis. From the result of this research it can be concluded that actual land suitability for ground

peanut (Arachis hypogeae L) in SMU I, IV, V was N; wa 1, eh 1 and at SMU II,

III, IV was N; wa 1 . Potential land suitability in SMU 1 was S3;wa 1 , eh 1, at SMU II, III, IV was S3; wa 1 , rc 1, and at SMU IV and V S3; wa 1 , rc 1, eh 1 . From

the result of the farming analysis show that ground peanut cultivation has profit Rp 215.000,00/Ha with R/C 1,03.

Kata kunci : Land suitability, ground peanut, farming analysis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan mempunyai potensi yang berbeda dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari suatu tanaman. Oleh karena itu evaluasi kesesuaian lahan untuk penggunaan sistem pertanian secara luas sangat diperlukan sehingga dapat diperoleh suatu lahan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman pertanian menurut kemampuannya. Penggunaan lahan sesuai jenis tanamannya dapat dioptimalkan dengan pendekatan evaluasi kesesuaian lahannya. Perencanaan pengembangan tata guna lahan menjadi kurang baik apabila tidak memperhatikan kesesuaian lahannya.

Kecamatan Jatiyoso merupakan daerah yang sangat berpotensi untuk ditanami tanaman kacang tanah jika dilihat dari karakteristik lahan, iklim, dan ketinggian tempatnya. Jatiyoso merupakan daerah yang memiliki bentuk lereng dari berombak sampai pegunungan, dengan kemiringan lereng yang berkisar antara sedang sampai sangat curam, sehingga menimbulkan berbagai masalah untuk budidaya pertanian. Oleh karena itu perlu dicari tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahannya.

Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peran cukup penting pada lahan dan mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Menurut Sumarno (1987) tanaman kacang tanah merupakan komoditas yang menguntungkan, dengan masukan yang lebih rendah. Usaha budidaya kacang tanah memberikan prospek yang sangat baik, karena luasnya pasaran hasil kacang tanah. Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor kacang tanah sekitar 200.000 ton per tahun. Pengembangan luas pertanaman serta peningkatan hasil per hektar masih mempunyai prospek yang baik. Akan tetapi di Kecamatan Jatiyoso, budidaya kacang tanah belum banyak di lakukan oleh petani. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu langkah yang tepat untuk mengembangkan budidaya Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peran cukup penting pada lahan dan mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Menurut Sumarno (1987) tanaman kacang tanah merupakan komoditas yang menguntungkan, dengan masukan yang lebih rendah. Usaha budidaya kacang tanah memberikan prospek yang sangat baik, karena luasnya pasaran hasil kacang tanah. Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor kacang tanah sekitar 200.000 ton per tahun. Pengembangan luas pertanaman serta peningkatan hasil per hektar masih mempunyai prospek yang baik. Akan tetapi di Kecamatan Jatiyoso, budidaya kacang tanah belum banyak di lakukan oleh petani. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu langkah yang tepat untuk mengembangkan budidaya

B. Perumusan Masalah

Kacang tanah mempunyai peran yang cukup penting pada lahan dan mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Apakah lahan di Kecamatan Jatiyoso sesuai untuk tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.).

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.) di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi rekomendasi bagi petani di Kecamatan Jatiyoso maupun Pemerintah Kabupaten Karanganyar mengenai pembudidayaan tanaman kacang tanah dengan kelas kesesuaian lahannya sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

2. Memberikan masukan pengembangan ilmu tata guna lahan.

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjuan Pustaka

1. Evaluasi lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi atau relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation ) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun masa sekarang. Dalam kegiatan survei dan pemetaan sumber daya alam, bagian lahan satu dengan lainnya dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya yang terdiri dari iklim, topografi atau relief, tanah dan hidrologi sehingga terbentuk satuan-satuan lahan (Djaenudin et al, 2003).

Evaluasi lahan merupakan suatu proses dari sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung et al., 2007)

Evaluasi lahan adalah proses dalam menduga potensi lahan untuk penggunaan tertentu baik untuk pertanian maupun non pertanian. Potensi suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisika lingkungan yang mencakup iklim, tanah, yang terdiri dari lereng, topografi/bentuk wilayah, batuan permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop ), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman (Djaenudin 2003 cit Azis et al., 2008).

Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian suatu lahan sehingga sesuai dengan kondisinya pada penggunaan-penggunan tertentu. Evaluasi lahan berguna untuk mengetahui potensi atau kemampuan lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Dalam evaluasi lahan perlu Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian suatu lahan sehingga sesuai dengan kondisinya pada penggunaan-penggunan tertentu. Evaluasi lahan berguna untuk mengetahui potensi atau kemampuan lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Dalam evaluasi lahan perlu

Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan informasi yang mencakup tiga aspek utama yaitu lahan, pengguna lahan dan aspek ekonomi. Tujuan utama evaluasi lahan adalah menyeleksi penggunaan lahan yang optimal untuk masing-masing satuan lahan tertentu dengan mempertimbangkan faktor fisik dan sosial ekonomi serta konservasi sumber daya lahan. Proses dalam evaluasi lahan mencakup deskripsi penggunaan yang memberikan harapan, dan penilaian serta perbandingan dari kesemuanya dari setiap tipe lahan daerah yang bersangkutan (Rayes, 2007).

2. Kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan (Ritung et al., 2007).

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk

tertentu yang produktif (Rayes, 2007).

usahatani

atau

komoditas

Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas. Setiap kelas dapat dipecahkan menjadi satu atau lebih sub-kelas tergantung atas jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditaruh setelah simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) akan menurunkan sub-kelas S2s. Biasanya hanya ada satu simbol pembatas di dalam setiap sub kelas. Akan tetapi bisa juga dalam sub kelas mempunyai dua atau tiga simbol pembatas dengan catatan jenis pembatas yang paling dominan ditempatkan pertama. Misalnya dalam subkelas S2t, s maka pembatas topografi (t) adalah pembatas dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas ke dua atau tambahan (Soemarno, 2007)

adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut bagi tanaman tertentu, misalnya kesesuaian untuk tanaman pertanian. Klasifikasi ini lebih terperinci, dengan spesifikasi faktor pembatas dinilai secara kuantitatif (Sutanto, 2005). Menurut Rayes (2007) menyatakan klasifikasi lahan kualitatif merupakan kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Klasifikasi kualitatif terutama didasarkan atas produksi fisik lahan, dengan perhitungan ekonomi hanya sebagai latar belakang. Sedangkan klasifikasi kesesuaian lahan kualitatif merupakan kesesuaian untuk penggunaan tertentu yang didasarkan atas faktor-faktor fisik dan pertimbangan ekonomi (biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh).

Kesesuaian lahan didefinisikan kemampuan tipe lahan untuk memberikan jenis penggunaan lahan yang spesifik. Berdasarkan objek evaluasi kesesuaian dari unit evaluasi untuk penggunaan lahan dapat dideskripsikan menjadi 4 tingkat secara detail dari yang paling umum menjadi yang paling spesifik yaitu:

1. Ordo yaitu semua tanah dibagi 2 ordo. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan tidak sesuai (N).

2. Kelas yaitu ada beberapa definisi dari kesesuaian ordo yang diindikasikan dengan tingkat kesesuaian cukup sesuai dan tidak sesuai. S1 = sesuai, S2 = cukup sesuai, S3 = sesuai marginal, N1 = tidak sesuai, untuk alasan fisik istilah cukup dan marginal memberikan arti yang sempit di dalam evaluasi. N2 memberikan keterbatasan tidak langsung berbagai kerugian penggunaan lahan. Pada evaluasi fisik, S3 dan N1 dapat dikombinasikan S3/N1 karena perbedaan ekonomi diantaranya (dalam penanggulangan keterbatasannya). Keterbatasan antara S1 dan S2, S2 dan S3/N1 berubah-ubah berdasarkan faktor pengurangan hasil. Evaluasi ekonomi keterbatasan antara S1 dan S2, S2 dan S3, dan N1 terbentuk berdasarkan ramalan nilai ekonomi.

3. Sub kelas yaitu ada beberapa bagian kesesusaian lahan yang mengindikasikan tidak hanya berdasarkan tingkat kesesuaian tetapi juga berdasarkan sifat dari keterbatasan dasar yang membuat tanah menjadi rendah dari kesesuaian secara lengkap, jadi kelas kesesuaian S1 tidak mempunyai sub kelas. Kode sub kelas terdiri dari kode kesesuaian dengan menambahkan dengan awalan yang mengindikasikan keterbatasan dasar. Kode sub kelas menambahkan daftar dari awalan dari berbagai pedoman. S3e sesuai marginal (S3) karena bahaya erosi (e), S3wa sesuai marginal (S3) karena ketersediaan air.

4. Unit yaitu ada beberapa bagian dari kesesuaian sub kelas yang ditunjukkan dengan nomor dalam sub kelas S3 e-3 yang berarti hampir sama. Sub kelas ini mempunyai perbedaan dalam syarat pengaturan tetapi pada tingkat kesesuaian yang sama dan pada tingkat keterbatasan yang umum (karena bagian dari sub kelas) (Rossiter, 1994)

3. Kacang Tanah

Taxonomi kacang tanah secara lengkap adalah sebagai berikut:

Sub familia

: Arachis hypogea L.

(Cahyono, 2007) Kacang tanah (Arachis hypogea L.) merupakan tanaman polong- polongan atau legum. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Republik Rakyat Cina dan India merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Kebutuhan akan kacang tanah (Arachis hypogea L.) sebagi salah satu produk pertanian tanaman pangan setahun, diduga masih perlu ditingkatkan sejalan dengan kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk (Anonim, 2008).

Syarat pertumbuhan tanaman kacang tanah meliputi:

1. Iklim

a) Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.

b) Suhu udara sekitar 28-32 0 C. Bila suhunya di bawah 10 0 C,

pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.

c) Kelembaban udara berkisar 65-75 %.

d) Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2. Media Tanam

a) Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.

b) pH antara 6,0-6,5.

c) Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.

d) Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

3. Ketinggian Tempat Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl. (Anonim, 2007) Kacang tanah sebagian besar ditanam di lahan kering dan sebagian kecilnya di lahan sawah. Kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah geluh berpasir atau geluh lempung berpasir. pH tanah optimal adalah sekitar 6,5-7. Apabila pH tanah lebih besar dari 7 maka daun akan berwarna kuning akibat kekurangan unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering kali timbul bercak hitam pada polong (Adisarwanto, 2000)

B. Kerangka Berfikir

Budidaya kacang tanah belum banyak dilakukan Budidaya kacang tanah belum diketahui dan prospek

menguntungkan

Survei Survei

Data/informasi Data/informasi Karakteristik lahan Karakteristik lahan dan kondisi dan kondisi

lingkungan lingkungan

Evaluasi lahan

Persyaratan - Pengambilan tumbuh tanaman sampel tanah

dari PPT Bogor

- Analisis tanah

Matching

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kacang tanah

Masukan teknologi

Kelas kesesuaian lahan potensial

Kelayakan usahatani

Rekomendasi penggunaan lahan terbaik

Peta arahan budidaya kacang tanah

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah pada bulan Juli sampai September 2009.

Secara geografis Kecamatan Jatiyoso terletak pada 111 o 02’00’’-111 12’00’’ BT dan 7 o 41’00’’- 7 o 45’00’’ LS. Sedangkan Analisis tanah dilaksanakan di

Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas MIPA Pusat, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Peta

a. Peta-peta pendukung

1) Peta Rupa Bumi Kabupaten Karanganyar

2) Peta Administrasi Kecamatan Jatiyoso

3) Peta Satuan Peta Tanah Kecamatan Jatiyoso

4) Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Jatiyoso

5) Peta Geologi Kecamatan Jatiyoso

6) Peta topografi Kecamatan Jatiyoso

2. Bahan

a) Sampel Tanah Sampel tanah untuk analisis Laboratorium meliputi sampel tanah komposit (kering angin diameter 0,5 mm dan 2 mm), sampel tanah bongkahan dan segar

b) Data pendukung dalam penelitian ini

1) Data kesuburan tanah

2) Persyaratan tumbuh tanaman kacang tanah

3) Iklim

4) Hasil wawancara dengan petani 4) Hasil wawancara dengan petani

tanah), NaOH, H 3 PO 4 , HNO 3 -HClO 4 .

Bahan kimia untuk analisis lapang meliputi NaF dan H 2 O (untuk analisis pH), H 2 O 2 10% (untuk analisis kandungan bahan organik), HCl 1,2 N; KCNS 1 N; K 4 Fe(CN) 6 (untuk analisis aerasi dan drainase), H 2 O 2 3% (untuk analisis kandungan konkresi).

3. Alat

a. Meteran saku

b. Munsel Soil Color Chart (MSCC)

c. GPS (Global Position System)

d. Klinometer

e. Altimeter

f. Kompas

g. Loop

h. Cangkul

i. pH meter j. Flakon k. Pipet l. Kamera m. Pisau belati n. Plastik transparan o. Kertas label p. Spidol permanen q. Alat tulis r. Software arc view GIS 3.3 s. Alat-alat analisis fisika dan kimia tanah

C. Desain Penelitian dan Teknik Penentuan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yaitu menggambarkan keadaan di tempat penelitian dan pendekatan variabelnya dengan survei langsung di lapangan dan didukung dengan analisis tanah di laboratorium.

Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan menyepadankan antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Penentuan kelas kesesuaian lahan ini mengacu pada sistem kesesuaian lahan yang disusun oleh PPT ( Pusat Penelitian Tanah) tahun 2003. Untuk pembuatan satuan peta tanah (SPT) dilakukan dengan Observation Cluster terhadap data hasil pengamatan atribut tanah pada setiap transek. Satu satuan peta tanah (SPT) diasumsikan mempunyai karakteristik tanah terpilih yang mirip dalam satu satuan fisiografi lahan (bentang lahan, drainase, topografi, erosi, bentuk lahan). Sampel untuk analisis laboratorium diambil dari pedon pewakil tanah dari masing-masing satuan peta tanah (SPT) sebanyak tiga kali ulangan profil.

Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit pada masing- masing Satuan Peta Tanah (SPT) di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel tanah lapisan olah komposit digunakan untuk kepentingan analisis sifat-sifat fisika dan kimia tanah. Hal ini didasarkan atas distribusi dan kategori penggunaan lahan, jenis tanah, dan kemiringan lereng.

Analisis ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis R/C untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani. Analisis R/C sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis dengan R/C =1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Semakin tinggi nilai R/C semakin tinggi tingkat kelayakan. Adapun rumus penghitung sebagai berikut:

R/C=

Keterangan: R/C = Return Cost Ratio R/C < 1, maka usahatani rugi atau tidak layak R/C = 1, maka usahatani impas (tidak untung dan tidak rugi) R/C > 1, usahatani untung atau layak

Teknik pengumpulan data yang diperlukan untuk analisis usahatani yaitu dengan wawancara kepada petani.

D. Tata Laksana Penelitian

Dalam penlitian ini ada beberapa tahapan yang dilaksanakan yaitu :

1. Tahap persiapan

a) Studi pustaka

b) Penyiapan peta rupa bumi, peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta geologi, peta kontur dan peta kerja Kecamatan Jatiyoso Kabupatan Karanganyar

c) Menyusun kelengkapan anggota tim, birokrasi dan base camp

d) Persiapan khemikalia dan peralatan untuk analisis lapang

e) Pengumpulan data-data pendukung (iklim, curah hujan, kelembaban, dan suhu udara)

f) Mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang peta rupa bumi,

data pendukung lain, dan infra struktur wilayah penelitian

2. Tahap pra survei

a) Survei pendahuluan meliputi pengecekan batas wilayah survei, serta membandingkannya dengan peta rupa bumi,

b) Penentuan awal jalur dan titik pengambilan sampel tanah dengan metode transek.

c) Menentukan dan memastikan batas-batas daerah survei

d) Menentukan tenaga kerja

3. Tahap survei utama

a) Pengambilan sampel tanah dengan cara membuat minipid pada masing-masing titik yang telah ditetapkan (berdasarkan metode transek ), a) Pengambilan sampel tanah dengan cara membuat minipid pada masing-masing titik yang telah ditetapkan (berdasarkan metode transek ),

c) Mentabulasikan data kemudian diuji dengan stepwise regression untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh selanjutnya dianalisis dengan analisis Cluster sehingga didapatkan SPT (Satuan Peta Tanah)

d) Membuat pedon pewakil pada setiap SPT dan mengamati attribute tanah dan melakukan analisis lapang, seperti pencandraan profil tanah, sifat fisika dan kimia tanah, bahan induk serta kondisi fisiografi lahan yang meliputi bentang lahan, drainase, erosi, topografi, dan kelerengan,

e) Mengklasifikasikan dan memberikan penamaan tanah dengan mengacu pada Soil Taxonomy (2006).

f) Mengambil sampel tanah komposit untuk keperluan analisis kesuburan tanah.

g) Mencatat karakteristik lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman dari Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor tahun 2003

h) Melakukan wawancara di lapang terkait untuk kepentingan analisis sosial ekonomi dan minat petani untuk menanam kacang tanah.

4. Tahap pasca survei

a. Analisis laboratorium Meliputi analisis sifat fisika dan kimia tanah (meliputi: tekstur tanah, kadar lengas, struktur tanah, pH tanah, C-Organik, N-total, P-tersedia, K-tersedia, Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), Kejenuhan Basa (KB), dan Molibdenum (Mo)

b. Interpretasi dan penyajian data dengan sistem matching antara data lahan dan persyaratan tumbuh.

E. Variabel yang diamati

1. Fisiografi lahan

a. Topografi a. Topografi

c. Erosi

d. Bentuk lahan (Landform)

e. Bentamg lahan (Landscape).

2. Tanah, meliputi :

a. Sifat fisika tanah :

1) Tekstur (metode pemipetan)

2) Struktur

3) Aerasi dan draenasi (Analisis permeabilitas)

4) Konsistensi

5) Warna (dengan Munsell Soil Color Chart).

b. Sifat kimia tanah :

1) pH secara kuantitatif dengan metode elektrometrik.

2) KPK secara kuantitatif dengan metode penjenuhan amonium asetat dengan pH 7.

3) C-organik secara kuantitatif dengan metode Walkly and Black

4) Kejenuhan basa dengan metode penjenuhan amonium asetat dengan pH 7.

5) N total tanah dengan metode mikro Kjeldahl.

6) P tersedia tanah dengan metode Bray I.

7) K tersedia tanah dengan metode Ekstrak Amonium Asetat dengan pH 7.

8) Mo dengan metode Ekstrak Amonium Asetat selanjutnya di analisis dengan AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometer).

3. Sosial ekonomi Kelayakan usahatani (perbandingan antara penerimaan dan biaya)

4. Iklim

a. Rata-rata curah hujan selama 15 th terakhir

b. Rata-rata kelembaban udara selama 15 th terakhir

c. Rata-rata suhu udara.selama 15 th terakhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Daerah penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Kecamatan mempunyai bentuk wilayah berombak sampai berbukit (50%), berbukit sampai bergunung (50%). Daerah ini mempunyai 9 desa yaitu Desa Jatisawit, Desa Jatiyoso, Desa Petung, Desa Wonokeling, Desa Tlobo, Desa Wonorejo, Desa Karangsari, Desa Wukirsawit, dan Desa Beruk. Secara geografis terletak pada 111 o 02’00’’-111 o 12’00’’ BT dan 7 o 41’00’’- 7 o 45’00’’ LS dengan luas wilayah 6697.2750 ha. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Tim Survei Tanah dan Evaluasi Lahan tahun 2007, Kecamatan Jatiyoso terbagi menjadi 7 satuan peta tanah (SPT) yang terdiri dari 3 ordo tanah, yaitu Inceptisols, Alfisols, dan Andisols. Batas administrasi wilayah Kecamatan Jatiyoso:

Sebelah Utara : Kecamatan Tawangmangu Sebelah Selatan : Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri Sebelah Barat

: Kecamatan Jatipuro

Sebelah Timur : Kecamatan Magetan (Jawa Timur)

a. Topografi

Informasi tentang keadaan topografi dan geologi sangat penting dalam evaluasi lahan. Derajat kemiringan dan panjang lereng, posisi dalam bentang tanah dan ketinggian tempat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas lahan. Struktur dari formasi geologi berpengaruh terhadap lereng serta bahan induk tanah yang berkembang (Rayes, 2007).

Kemiringan, panjang, bentuk, dan arah hadap lereng merupakan faktor-faktor topografi selain berpengaruh terhadap kualitas lahan juga Kemiringan, panjang, bentuk, dan arah hadap lereng merupakan faktor-faktor topografi selain berpengaruh terhadap kualitas lahan juga

Wilayah penelitian memiliki topografi secara umum bergelombang, berbukit sampai pegunungan. Kemiringan lereng di lapang menunjukkan bahwa wilayah penelitian ini memiliki kemiringan antara agak miring – sampai sangat curam dengan kemiringan lereng 4 – 65%. Karakteristik permukaan tanah didaerah penelitian ditunjukan dengan prosentase batuan di permukaan sebesar 0,01-3% sehingga dapat dikatagorikan daerah tersebut tidak berbatu. Kedalaman efektif di daerah Jatiyoso yaitu >90 cm dapat dikatakan daerah penelitian mempunyai jeluk sangat dalam. Penggunaan lahan di daerah Jatiyoso kebanyakan berupa tegalan dan sawah.

b. Geomorfologi

Berdasarkan peta geologi Lembar Ponorogo, Jawa, (skala 1: 100.000), wilayah penelitian termasuk dalam Lembar Girimarto, Tawangmangu, dan Poncol. Terdapat beberapa produk gunung Lawu, antara lain aliran lava maupun lahar. Aliran lava maupun lahar ini akan membentuk batuan. Formasi batuan yang terdapat di wilayah Jatiyoso ini terbagi menjadi enam macam yaitu lahar lawu (Qlla), breksi Jobolarangan (Qvjb), lava Jobolarangan (Qvjl), lava Sidoramping (Qvsl), batuan terobosan intrusion andesit (Tma), dan formasi Wonosari (Tmwl). Satuan tersebut pada umumnya adalah endapan lahar Gunung api Lawu Tua. Satuan ini berada di sekitar lereng pegunungan Lawu. Bagian Utara yang ditempati Gunung api Lawu termasuk dalam jalur gunung api quarter yang masih giat, sedang bagian Selatan termasuk dalam jalur Pegunungan Kendeng Selatan. Perbukitan di sebelah Utara Sungai Tirtomoyo merupakan perbukitan lipatan berarah Timur Laut- Barat Daya. Perbukitan tinggi di selatannya selain terlipat juga tersesarkan. Beberapa tonjolan morfologi dibentuk oleh batuan terobosan. Secara morfogenesis perbukitan di lembar ini dipengaruhi oleh struktur (lipatan, sesar) dan sifat litologi.

c. Stratigrafi

Gunung Lawu merupakan kompleks pegunungan volkanik yang terletak 27 km Timur Surakarta. Strukturnya terdiri dari arus lahar andesitic yang mengalami pengendapan. Srukturnya masih sedikit aktif dan dari waktu ke waktu aktivitas permukaanya terlihat bergeser menuju kearah selatan, arah Gunung Jobolarangan. Proses ini terjadi pada zaman quarter yang berstruktur dacitic terpotong ke arah Barat Laut. Ada dua kawah tua di dekat area puncak Gunung Lawu yaitu Kawah Telaga Kuning dan Kawah Telaga Lembung Selayur yang menunjukkan tanda deposit oksida, tanah liat, dan porselin karena aktivitas solfataric pada masa lampau. Area yang masih aktif yaitu area Candradimuka ke Selatan yang mengandung fumarol, dengan jumlah air yang melimpah pada danau solfataric yang mengalami penguapan karena pengaruh pemanasan. Karena proses tersebut tanah mengandung argillit, klorid, kerikil, sulfid dan oksida. Kompleks volkanik menduduki area seluas kira-kira 400 km. Kumpulan batuannya dibedakan menjadi Kelompok Jobolarangan atau Lawu Tua (Qvjt, Qvbt, Qvbl, Qvtt, Qvjb, Qvsl, Qvjl) yang berumur pleistosen dan Kelompok Lawu Muda (Qvl, Qval, Qvcl, Qlla) yang berumur holosen.

d. Vegetasi

Vegetasi yang terdapat di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar beraneka ragam baik itu tanaman semusim maupun tanaman tahunan yaitu pada lampiran 7

2. Tipe Iklim Lokasi Penelitian

Unsur iklim yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman mencakup suhu, curah hujan, kelembapan, bulan basah dan bulan kering (FAO, 1984 cit. Rossister, 1994) . Iklim di daerah penelitian dapat ditentukan dengan melalui pendekatan iklim daerah terdekat yang memiliki stasiun iklim. Metode pendekatan ini dapat digunakan untuk mengetahui temperatur udara pada daerah penelitian.

Untuk mengetahui besarnya temperatur udara pada daerah penelitian maka digunakan rumus Braak sebagai berikut ini:

t = 26,3 0 C – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6 0 C)

Tipe iklim yang digunakan yaitu sistem klasifikasi iklim Oldeman karena tanaman kacang tanah merupakan tanaman musiman. Tipe iklim Oldeman digunakan untuk kepentingan kesesuaian lahan tanaman semusim. Menurut Khairullah (2009) Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah bulan basah berturut- turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut. Sistem klasifikasi iklim ini di dalam penentuan tipe iklim mengacu pada jumlah curah hujan tahunan, dalam hal ini adalah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK). Menurut Oldeman et al .,(1977) cit. Bachri et al., (1999). Suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan >200 mm, bulan lembab dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm, dan dikatakan bulan kering apabila mempunyai curah hujan bulanan < 100 mm. Untuk mengetahui data curah hujan, bulan basah, bulan lembab, bulan kering di Kecamatan Jatiyoso dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Data Curah Hujan, Bulan Basah dan Bulan Kering Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar

Tahun Curah Hujan

5,57 Sumber: Data Klimatologi Puslitbang FP UNS dan DPU Kantor Dinas

Pengairan, Kabupaten Karanganyar 2009 Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah penelitian memiliki rata-rata curah hujan sebesar 2176,33 mm/tahun, dengan rata-rata bulan basah sebesar 5,2, rata-rata bulan lembab sebesar 1,53, dan rata-rata bulan kering sebesar 5,57. Menurut Khairullah (2009), maka daerah penelitian memiliki tipe iklim D3 (satu kali padi atau satu kali palawija setahun, tergantung pada adanya persediaan air irigasi).

Tipe iklim Schmidt-ferguson untuk mengetahui keadaan iklim wilayah penelitian untuk keperluan klasifikasi tanah yaitu apabila curah hujan dalam satu bulan mencapai >100 mm maka disebut bulan basah, bila curah hujan dalam satu bulan sebesar 60-100 mm maka disebut bulan lembab, sedangkan apabila curah hujan dalam satu bulan < 60 mm maka disebut dengan bulan kering. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson (1951) dihitung berdasarkan persamaan nilai rasio Q, yaitu :

Q= ∑ % ∑

Berdasarkan besarnya nilai Q yang diperoleh maka penggolongan tipe iklim di suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 8 tipe iklim yaitu:

Tipe Iklim

Nilai Q (%)

Tipe Iklim

A 0,0-14,3

Sangat basah

B >14,3-33,3

Basah

C >33,3-60

Agak basah

D >60-100

Sedang

E >100-167

Agak kering

F >167-300

Kering

G >300-700

Sangat kering

Luar biasa kering Sumber: Kartasapoetra et al., (1991).

H >700

Data rata-rata curah hujan, bulan basah, bulan lembab dan bulan kering pada wilayah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Data Curah Hujan, Bulan Basah dan Bulan Kering Kecamatan

Jatiyoso Kabupaten Karanganyar

Curah

∑ Bulan

∑ Bulan ∑ Bulan

Tahun

Lembab Kering 1994

Hujan (mm)

1,07 4,2 Sumber: Data Klimatologi Puslitbang FP UNS dan DPU Kantor Dinas

Pengairan, Kabupaten Karanganyar 2009

Dari Tabel 4.2. menunjukkan bahwa wilayah penelitian memiliki rata-rata curah hujan sebesar 2175.33 mm/tahun, dengan rata-rata bulan basah sebesar 6.67, rata-rata bulan lembab sebesar 1.07, dnn rata-rata bulan kering sebesar 4,2. Dari nilai rata-rata bulan basah dan bulan kering dapat diketahui nilai Q yaitu sebesar 62.97 %. Dengan demikian menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson (1951), wilayah penelitian tergolong dalam tipe iklim D atau ber iklim sedang seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1.

Daerah survei 62.97%

G Tipe D

Gambar 4.1. Tipe Iklim Schmit Ferguson (1951) Wilayah penelitian berada pada tipe iklim sedang, menurut Handoko (1994) tipe iklim ini sesuai untuk tanaman vegetasi hutan musim. Iklim mempengaruhi proses pembentukan tanah secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung terutama diberikan oleh curah hujan dan temperatur, yang memasok air dan panas untuk memungkinkan berlangsungnya reaksi-reaksi dengan bahan induk. Pengaruh tidak langsung adalah berupa kemampuan iklim dalam mengendalikan flora dan fauna (biosfir) yang menyediakan sunber energi dalam bentuk bahan organik (Sutanto, 2005).

Tabel 4.3 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar

Suhu Minimum Suhu Maksimum Kelembaban Tahun

77,8 Sumber: Data Klimatologi Puslitbang FP UNS dan DPU Kantor Dinas

Pengairan, Kabupaten Karanganyar 2009 Pada wilayah penelitian suhu tahunan rata-rata maksimum adalah

sebesar 28.7 °C dan suhu tahunan rata-rata minimum sebesar 26.18 °C, sedangkan untuk kelembaban udara tahunan rata-rata adalah sebesar 77.8%. Dengan demikian pendugaan suhu tanah pada wilayah penelitian adalah antara 28.58 °C – 31.2 °C, sehingga digolongkan dalam rejim suhu isohyperthermik (> 22 °C).

3. Pemerian Horison :

a) SPT 1 Tabel 4.4 Morfologi Pedon Pewakil SPT 1

Horison

Jeluk

Deskripsi/ Sifat Tanah

B 0-28 cm

10YR 5/6 (yellowish brown); geluh lempung berpasir; struktur: sub angular blocky (gumpal membulat), sedang, sedang; lembab-gembur; jelas, rata datar; perakaran:

banyak, bahan organik: tinggi; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH

H 2 O: 6.74; pH KCl: 5.56

B t 28-64 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); geluh lempung berpasir; struktur: sub angular

blocky (gumpal membulat), halus, sedang; lembab-gembur; baur, rata datar; perakaran:

sedikit; bahan organik: sedang; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 6.84; pH KCl: 5.44

B t 64-99 cm 10YR 4/6 (dark yellowish brown); geluh lempung berdebu; struktur: angular blocky (gumpal; menyudut), halus, kuat; lembab- teguh; perakaran: nihil; bahan organik:

sedikit; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 6.63; pH KCl:

Sumber : Pengamatan di lapang, 2009 Sumber : Pengamatan di lapang, 2009

Horison

Jeluk

Deskripsi/ Sifat Tanah

B 1 0-16 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); lempung berpasir; struktur: granuler (kersai), sedang, sedang; lembab-gembur; baur, rata datar; perakaran: sangat banyak, bahan organik:

tinggi; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 6.24; pH

KCl: 4.98

B 2 16-38 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); lempung berpasir; struktur: granuler (kersai), sedang,

sedang; lembab-gembur; baur, rata datar; perakaran: banyak; bahan organik: tinggi;

CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.68; pH KCl: 4.78

B 3 38-68 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); lempung berpasir; struktur: sub angular blocky (gumpal; membulat), halus, sedang; lembab- gembur; baur, rata datar; perakaran: banyak;

bahan organik: sedang; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH

H 2 O: 6; pH KCl: 4.74

B t1 /

68-97 cm

10 YR 4/4 (dark yellowish brown); lempung berdebu; struktur: angular blocky (gumpal

argilik menyudut), halus, kuat; lembab-teguh; baur,

tidak beraturan; perakaran: sedikit; bahan organik: sedang; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: sedang; pH H 2 O: 6.15;

pH KCl: 4.79

B t2 /

97-124 cm

10 YR 4/6 (dark yellowish brown); lempung berdebu; struktur: angular blocky (gumpal

argilik menyudut), halus, kuat; lembab-teguh;

perakaran: sedikit; bahan organik: rendah; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: buruk; pH H 2 O: 5.73; pH KCl:

Sumber : Pengamatan di lapang, 2009 Sumber : Pengamatan di lapang, 2009

Horison

Jeluk

Deskripsi/ Sifat Tanah

B 1 0-33 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); geluh lempung pasiran; struktur: sub angular blocky (gumpal membulat), sedang, sedang; lembab-gembur; baur, rata datar; perakaran:

banyak; bahan organik: tinggi; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH

H 2 O: 5.30; pH KCl: 4.42

B 2 33-68 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); geluh lempung pasiran; struktur: sub angular

blocky (gumpal membulat), halus, sedang; lembab-gembur; baur, rata datar; perakaran:

cukup banyak; bahan organik: sedang; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.13; pH KCl: 4.32

B t1 /

68-87 cm

10YR 5/8 (yellowish brown); lempung; struktur:

blocky (gumpal argilik menyudut), halus, kuat; lembab-teguh; jelas,

angular

rata datar; perakaran: sedikit; bahan organik: sedikit; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: buruk; pH H 2 O: 5.32; pH KCl:

B t2 /

68-97 cm

10 YR 4/6 (dark yellowish brown); lempung; struktur: angular blocky (gumpal

argilik menyudut), sangat halus, kuat; lembab-

sangat teguh; perakaran: sedikit; bahan organik: sedikit; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: buruk; pH H 2 O: 5.19;

pH KCl: 4.25

Sumber : Pengamatan di lapang, 2009 Sumber : Pengamatan di lapang, 2009

Horison

Jeluk

Deskripsi/ Sifat Tanah

B 0-41 cm

10YR 3/6 (dark yellowish brown); geluh berpasir; struktur: sub angular blocky (gumpal membulat), halus, lemah; lembab- teguh; baur, bergelombang; perakaran:

sedikit; bahan organik: sedikit; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.87; pH KCl: 4.86 Bt 1 /

41-56 cm

10YR 3/4 (dark yellowish brown); geluh berlempung; struktur: angular blocky

argilik (gumpal menyudut), halus, sedang; lembab-

teguh; jelas, rata datar; perakaran: sedikit; bahan organik: sedikit; CaCO 3 : nihil;

konkresi: Fe; aerasi drainase: baik; pH H 2 O:

6.19; pH KCl: 5.05

Bt 2 /argilik

56-89 cm

10YR 4/4 (dark yellowish brown); lempung berdebu; struktur: blocky (membulat), halus, kuat; lembab-teguh; rata miring, baur; perakaran: sedikit; bahan organik:

sedikit; CaCO 3 : nihil; konkresi: Fe; aerasi drainase: buruk ; pH H 2 O: 6.27; pH KCl:

Bt 3 /

89-116 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); lempung berdebu; struktur: blocky (membulat),

Argilik halus, kuat; lembab-teguh; perakaran:

sedikit; bahan organik: sedikit; CaCO 3 : nihil; konkresi: Fe; aerasi drainase: buruk; pH H 2 O: 6.08; pH KCl: 4.83

Sumber : Pengamatan di lapang, 2009 Sumber : Pengamatan di lapang, 2009

Horison

Jeluk

Deskripsi/ Sifat Tanah

A/B

0-24 cm

7.5YR 5/6 (strong brown); lempung berpasir; struktur: sub angular blocky (gumpal membulat), halus, sedang; lembab-gembur; jelas, rata miring; perakaran: sangat banyak, bahan organik:

tinggi; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.29; pH

KCl: 4.26

B kambik 24-61 cm

7.5YR 4/4 (brown); lempung berdebu; struktur:

blocky (gumpal menyudut), halus, sedang; lembab-teguh; berangsur, rata datar; perakaran: banyak;

angular

bahan organik: sedang; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH

H 2 O: 5.41; pH KCl: 4.45

B kambik 61-114 cm

5YR 4/6 (strong brown); geluh lempung debuan; struktur: angular blocky (gumpal; membulat), halus, sedang; lembab-teguh; jelas, rata datar; perakaran: sedikit; bahan

organik: sedang; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.30;

pH KCl: 4.34

B kambik 114-124 cm

7.5YR 4/4 (brown); geluh lempung berpasir; struktur: sub angular blocky (gumpal mebulat), sedang, kuat; lembab- teguh; perakaran: nihil; bahan organik:

sedikit; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.34; pH

KCl: 4.29

Sumber : Pengamatan di lapang, 2009 Sumber : Pengamatan di lapang, 2009

Horison

Jeluk

Deskripsi/ Sifat Tanah

Ap 0-8 cm

5YR 5/3 (reddish brown) ; geluh berpasir; struktur: granuler (kersai), kasar, lemah; lembab-gembur; tajam, berombak; perakaran:

banyak; bahan organik: banyak; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi dan drainase: baik; pH H 2 O: 6.15; pH KCl: 5.17

B 1 8-46 cm 5YR 6/6 (reddish yellow); pasir bergeluh; struktur: angular blocky (gumpal menyudut), sedang, sedang; lembab-gembur; jelas, rata datar; perakaran: cukup banyak; bahan

organik: sedang; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi dan draenase: baik; pH H 2 O:

5.80; pH KCl: 4.84

5 YR 5/8 (yellowish red); lempung berpasir; argilik

B t1 /

46-74 cm

struktur: angular blocky (gumpal menyudut), halus, kuat; lembab-teguh; jelas, rata datar; perakaran; sedikit; bahan organik: sedikit; konkresi: nihil; aerasi dan draenase: sedang;

pH H 2 O: 5.83; pH KCl: 5.02

5 YR 5/6 (yellowish red); lempung berpasir; argilik

B t2 /

74-99 cm

angular blocky (gumpal menyudut), halus, kuat; lembab-teguh; perakaran: nihil; bahan organik: sedikit; konkresi: -; aerasi dan

draenase: sedang; pH H 2 O: 5.75; pH KCl:

Sumber: Pengamatan di lapang, 2009 Sumber: Pengamatan di lapang, 2009

Horison

Jeluk

Deskripsi/ Sifat Tanah

0-10 cm

10YR 3/3 (dark brown); pasir; struktur: single grain (butiran lepas), sangat halus, lemah; lembab-lepas; tajam, bergelombang; perakaran: sangat banyak, bahan organik:

sangat tinggi; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.67;

pH KCl: 6.58

10YR 2/2 (dark yellowish brown); pasir; melanik

A 10- 54 cm

struktur: granuler (kersai), sangat halus, lemah; lembab-lepas; jelas, bergelombang;

perakaran: banyak; bahan organik: tinggi; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi

drainase: baik; pH H 2 O: 5.63; pH KCl: 4.58

B t1 54-96 cm

10YR 4/6 (dark yellowish brown); lempung berpasir; struktur: sub angular blocky (gumpal; membulat), halus, sedang; lembab- gembur; baur, berombak; perakaran: cukup

banyak; bahan organik: sedang; CaCO 3 : sedikit; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.63; pH KCl: 4.56

B t2 96-140 cm

10 YR 5/8 (yellowish brown); lempung berdebu; struktur: angular blocky (gumpal menyudut), halus, sedang; lembab-teguh; baur, tidak beraturan; perakaran: sedikit;

bahan organik: sedang; CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH

H 2 O: 5.37; pH KCl: 3.93

10 YR 5/8 (yellowish brown); lempung cm

B t3 140-180

berdebu; struktur: angular blocky (gumpal menyudut), sedang, sedang; lembab-teguh; perakaran: sedikit; bahan organik: rendah;

CaCO 3 : nihil; konkresi: nihil; aerasi drainase: baik; pH H 2 O: 5.33; pH KCl: 3.98

Sumber : Pengamatan di lapang, 2009

4. Klasifikasi tanah

a) SPT I

1) Tingkat Ordo Tanah lain yang mempunyai salah satu sifat : - Fragipan, atau horison oksik, sombrik, atau spodic yang batas

atasnya di dalam 200 cm dari permukaan tanah mineral Inceptisols

2) Tingkat Sub Ordo - Inceptisols lain yang memiliki rezim kelembaban tanah udik Udepts