Sikap konsumen pasar tradisional terhadap ikan bandeng segar (chanos chanos) di kabupaten Klaten

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : R. Dyah Wulandari

H.036088

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah subsektor perikanan. Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritim atau kelautan yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu

mencapai 5,8 juta Km 2 atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat sumber daya alam

kelautan terutama ikan. Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami peningkatan dari 6,86 juta ton menjadi 7,39 juta ton. Hal tersebut menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, belum dibarengi dengan tingginya tingkat konsumsi ikan nasional yang baru mencapai 24,47 kg/kapita/tahun, atau masih rendah dibandingkan rekomendasi dari Badan Pangan Dunia sebesar 26 kg/kapita/tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006).

Salah satu produk perikanan adalah ikan bandeng yang banyak di budidayakan di daerah pesisir pantai di Indonesia. Ikan Bandeng dalam bahasa Latin disebut Chanos chanos atau milk fish (bahasa Inggris). Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae. Spesies ini hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Ikan Bandeng baru kembali ke laut bila sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Wikipedia, 2009).

Manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan tidak hanya dalam hal kebutuhan pangan pokok saja seperti beras, jagung, umbi-umbian, tetapi juga memerlukan pemenuhan akan gizi khususnya yang mengandung protein Manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan tidak hanya dalam hal kebutuhan pangan pokok saja seperti beras, jagung, umbi-umbian, tetapi juga memerlukan pemenuhan akan gizi khususnya yang mengandung protein

Aspek konsumsi ikan bandeng segar oleh masyarakat adalah sumber protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein tinggi sekitar 20% dan rendah kolesterol yang kandungan lemaknya hanya 4,8 % (Mudjiman, 1991). Bandeng presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk bandeng olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Produk ikan bandeng lainnya yaitu ikan bandeng segar banyak dijumpai di pasar tradisional. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan masa operasinya rata- rata dari subuh sampai siang atau sore hari namun ada sebagian yang beroperasi malam. Selain itu, pasar tradisional juga selalu menyediakan produk-produk yang segar termasuk ikan bandeng segar.

Konsumen menginginkan ikan bandeng segar yang baik sesuai dengan seleranya. Konsumen akan selalu memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar. Pemasar atau produsen ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten khususnya di pasar tradisional dituntut memberikan kualitas produk yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar atau produsen ikan bandeng segar harus mengetahui sikap konsumen. Sikap konsumen menjadi faktor yang kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga dengan mempelajari sikap konsumen dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk membantu pemasar atau produsen dalam menyediakan produk khususnya ikan bandeng segar yang memiliki atribut yang sesuai dengan keinginan konsumen.

B. Rumusan Masalah

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein hewani dan sering dikonsumsi masyarakat. Jenis ikan yang sering dikonsumsi masyarakat sangat beraneka ragam. Jenis ikan yang dipasarkan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu ikan atau hasil perikanan dalam keadaan segar atau sering disebut ikan segar dan dalam bentuk olahannya. Ikan segar dapat berupa ikan laut maupun ikan air tawar. Salah satu jenis ikan segar yang sekarang ini ada dipasaran adalah ikan bandeng (Chanos chanos), gurameh (Osphronemus gouramy Lac.), lele (Clarias batrachus Linnaeus), kakap (Lutjanus spp.), nila (Tilapia nilotica L.), mujaer (Tilapia mossambica Peters ) dan berbagai jenis ikan lainnya yang masih dalam bentuk segar (Junianto, 2007).

Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng yang dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah ikan bandeng segar. Menurut Standar Nasional Indonesia (2008) dalam Bank Indonesia (2010), ciri ikan segar adalah mata cerah dengan bola mata menonjol dan kornea tampak jernih, insang berwarna cemerlang tanpa lendir, lapisan lendir jernih, transparan, mengkilat cerah dan belum terdapat perubahan warna, sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut dagingnya utuh, bau isi perut segar, bau segar, bau rumput laut, bau spesifik jenis, konsistensi padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging tulang belakang. Atribut ikan bandeng segar menurut Wijayanto (2007) yaitu ukuran ikan, keadaan mata, kekenyalan daging dan kebersihan kulit sisik sedangkan menurut Purnomowati dkk. atribut ikan bandeng segar yaitu keadaan mata, keadaan mulut, warna insang, kebersihan sisik, kekenyalan daging dan aroma ikan bandeng.

Sofyan Ilyas (1998) dalam Bank Indonesia (2010) menyebutkan ciri ikan bandeng segar berdasarkan lima parameter yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri Ikan Bandeng Segar No.

Parameter Keterangan

1. Kulit Warna kulit terang dan jernih, Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut.

2. Sisik Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas.

3. Mata Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung.

4. Insang Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah dan

tertutup lendir berwarna terang dan bau segar seperti bau ikan.

5. Daging Daging kenyal, berbau segar dan bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan.

Sumber : Sofyan Ilyas (1998). Salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap biasanya mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen akan sangat terkait dengan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian suatu produk.

Sikap konsumen terhadap permintaan ikan bandeng di pasar tradisional dipengaruhi oleh adanya selera dan pengetahuan konsumen yang tercermin dari perilaku konsumen. Pengkajian mengenai perilaku konsumen khususnya mengenai sikap konsumen tentu menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga diharapkan produk tersebut dapat memberikan manfaat bagi konsumen. Jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat memberikan keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen ikan bandeng perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan konsep kepercayaan dan perilaku.

Setiap konsumen memiliki kriteria produk ideal. Ditinjau dari sikap, maka semakin dekat sebuah produk ke poin ideal maka semakin ideal posisi produk tersebut. Poin ideal tersebut mengenai atribut yang melekat pada suatu produk. Konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar akan mempertimbangkan atribut yang melekat pada ikan bandeng. Atribut tersebut dievaluasi oleh konsumen sehingga mencerminkan sikap konsumen terhadap produk ikan bandeng segar.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut :

1. Apakah atribut ikan bandeng segar telah memenuhi sifat ideal yang diinginkan konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap berbagai atribut ikan bandeng segar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi atribut produk ikan bandeng segar yang memenuhi sifat ideal bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten.

2. Mengidentifikasi sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap berbagai atribut produk ikan bandeng segar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai topik penelitian dan dilaksanakan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen serta pemasar ikan bandeng segar, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang sikap konsumen di Kabupaten Klaten terhadap ikan bandeng segar sehingga dapat digunakan sebagai dasar strategi pemasaran yang akan diterapkan.

3. Bagi pihak lain sebagai sumber referensi dan dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi yang berminat pada masalah yang sama.

I. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Rismawati (2007) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta , menggunakan analisis model sikap angka ideal, yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut keamanan produk, warna, kemasan, dan kondisi fisik mendekati ideal, tetapi atribut harga belum ideal. Sikap konsumen terhadap sayuran organik sangat baik, sedangkan sifat ideal sayuran organik adalah sayuran organik keamanannya terjamin, lubang pada daun seminimal mungkin, berwarna kehijau-hijauan, kemasan menarik, dan harga murah.

Penelitian Kilamanca (2008) mengenai Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Kota Surakarta , dengan menggunakan analisis model sikap angka ideal, menunjukkan bahwa berdasarkan analisis kepentingan atribut susu kedelai, diketahui atribut yang diprioritaskan oleh konsumen dalam melakukan pembelian, secara berturut- turut adalah keamanan, rasa, kepraktisan, kemasan, harga dan promosi. Sedangkan berdasarkan analisis masing-masing atribut menurut ideal konsumen pasar swalayan, diketahui bahwa atribut-atribut secara keseluruhan pada susu kedelai cair UHT sudah mendekati ideal, kecuali atribut promosi ; pada susu kedelai cair impor, atribut-atribut secara keseluruhan sudah mendekati ideal kecuali atribut promosi dan keamanan. Sedangkan atribut- atribut susu kedelai bubuk secara keseluruhan sudah mendekati ideal, kecuali harga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap susu kedelai cair teknologi sederhana adalah sangat baik. Sedangkan sikap konsumen terhadap produk susu kedelai cair UHT, susu kedelai cair impor dan susu kedelai bubuk adalah baik. Sifat ideal susu kedelai menurut konsumen adalah kemasan menarik, produk praktis, harga murah, promosi maksimal, rasa kedelai terasa, dan bebas bahan pengawet.

Budiyati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Konsumen Dalam Mengambil Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota Yogyakarta melakukan análisis tentang sikap konsumen terhadap atribut produk kunyit putih di kota Yogyakarta. Atribut kunyit putih yang diketahui ada lima jenis antara lain : komposisi bahan, harga, jenis produk, indikator pengunaan dan kemasan produk. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa keamanan produk merupakan atribut yang paling penting, yang kemudian diikuti dengan komposisi bahan, indikasi penggunaan, jenis produk dan harga. Dengan menggunakan análisis multiatribut model poin ideal diketahui bahwa atribut komposisi bahan belum mendekati sesuai dengan keinginan konsumen. Sedangkan secara umum sikap konsumen terhadap kunyit putih sudah sangat baik artinya responden menerima produk tersebut yang kemudian diikuti dengan pembelian atau mengkonsumsinya.

Beberapa penelitian diatas dijadikan sebagai landasan dengan alasan bahwa ketiga penelitian diatas menggunakan metode analisis data yang sama yaitu Model Angka Ideal (The Ideal - Point Model). Model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat, dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.

B. Tinjauan Pustaka

1. Ikan Bandeng Segar

Ikan bandeng termasuk dalam kelas Pisces (bangsa ikan), sub kelas Teleostei (ikan bertulang besar), ordo Malcopterygii (ikan berjari-jari sirip lemah), keluarga Chanidae (bandeng-bandengan), genus Chanos, spesies Chanos-chanos . Dalam bahasa daerah dikenal dengan nama bandeng, bolu, muloh, ikan agam. Dalam bahasa inggris disebut milk fish karena dagingnya seputih susu dan rasanya pulen (Mudjiman, 1991).

Lama ikan bandeng menjadi dewasa masih belum dapat diketahui dengan pasti. Sebab di tambak ikan bandeng belum menjadi dewasa. Walaupun sudah dipelihara 4-5 tahun, panjangya sudah 75-86 cm, belum juga masak kelamin. Oleh karena itu, jenis jantan dan betinanya pun masih belum dapat dibedakan. Namun suatu pengamatan yang telah dilakukan oleh ahli budidaya ikan pada tahun 1976 di Taiwan, mendapatkan suatu hasil bahwa ikan bandeng asal dari laut (jantan dan betina) dapat masak kelamin setelah dipelihara selama 5-6 tahun di dalam tambak (Mudjiman, 1991).

Ikan bandeng memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu sebesar 20 % dibanding dengan protein yang berasal dari tumbuh- tumbuhan, sebab protein hewani mengandung asam-asam amino yang lengkap dan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino yang ada dalam tubuh manusia. Disamping itu juga sebagai sumber lemak, mineral, dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan (Murtidjo, 2002).

Bandeng merupakan ikan tambak yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Bandeng termasuk ikan bertulang keras, dagingnya berwarna putih susu, dan strukturnya padat dengan duri-duri halus. Kandungan gizi per 100 gram daging ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Gizi Daging Ikan Bandeng Segar per 100 gram

Kandungan gizi Daging Ikan Bandeng Segar Energi (kkal)

129 Protein (g)

20 Lemak (g)

4,8 Kalsium (mg)

20 Fosfor (mg)

150 Besi (mg)

2 Vitamin A (SI)

150 Vitamin B (mg)

0,05 Sumber : Khotimah (2006).

Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan

2. Pasar dan Pasar Tradisional

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran yang berguna untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1997).

Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi keinginan mereka. Semua istilah pasar menunujukkan tempat dimana penjual dan pembeli berkumpul untuk bertukar barang-barang mereka. Ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada sejumlah pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada suatu produk (Kotler, 2000).

Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006).

Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada

Menurut Saptoaji (2007), keberadaan pasar modern seperti swalayan atau supermarket tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pasar tradisional. Pasar tradisional didalamnya terjadi interkasi antara penjual dan pembeli. Hubungan antara personal antara pedagang dan pembeli lebih dekat sehingga memudahkan dalam tawar-menawar.

3. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen, dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).

Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk membeli suatu produk (Lamb et al, 2001).

Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.

Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tiga unsur pokok pemasaran yaitu: (a) Orientasi pada konsumen, (b) Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral dan (c) Kepuasan konsumen.

Dalam konteks agribisnis, operasionalisasi konsep pemasaran merupakan hal yang mutlak harus diterapkan. Konsep pemasaran dalam hal ini adalah sekumpulan gagasan pengembangan produk yang mengacu pada pasar, berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen, serta didukung penuh oleh usaha pemasaran secara terpadu yang diarahkan untuk membangkitkan kepuasan konsumen (Kotler, 1997).

4. Riset Konsumen

Menurut Simamora (2004), riset konsumen merupakan bagian dari riset pemasaran. Riset konsumen merupakan suatu rangkaian proses.

Karena berusaha menemukan kebenaran tentang suatu objek, maka proses riset harus benar. Riset konsumen terdiri dari empat tahap, yaitu :

a. Mendefinisikan masalah dan menetapkan sasaran penelitian. Masalah penelitian adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti atau sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Atau bisa juga yang menimbulkan keingintahuan karena lain dari biasanya. Setelah menetapkan masalah penelitian selanjutnya perlu menetapkan sasaran penelitian. Pada umumnya ada tiga jenis sasaran penelitian:

1) Mengumpulkan informasi awal yang diperlukan untuk mendefinisikan masalah dan mengajukan hipotesis.

2) Mendeskripsikan sesuatu.

3) Menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.

b. Mengembangkan rencana riset Tahap ini sering disebut juga proposal penelitian. Rencana riset harus menyatakan data yang apa dibutuhkan, bagaimana cara mengumpulkan data, metode kontak apa yang dilakukan, apa alat yang b. Mengembangkan rencana riset Tahap ini sering disebut juga proposal penelitian. Rencana riset harus menyatakan data yang apa dibutuhkan, bagaimana cara mengumpulkan data, metode kontak apa yang dilakukan, apa alat yang

c. Mengimplementasikan rencana riset Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Setelah data terkumpul, kemudian diolah, misalnya dengan menggunakan tabulasi dan alat-alat statistik lainnya.

d. Menginterpretasikan dan membuat laporan hasil penelitian Tahap ini menginterpretasikan informasi apa yang terkandung pada hasil olahan dan analisis data. Setelah diperoleh informasi- informasi tersebut kemudian dituliskan dalam laporan yang bisa dibaca siapa saja. Bentuk laporan penelitian beragam sesuai dengan kepentingannya, salah satunya berupa skripsi yang ditulis dengan mengikuti struktur formal.

5. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

Menurut Olson dan Peter (1999), model Teori Tindakan beralasan mengasumsikan bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan konsekuensi alternatif perilaku yang sedang dipertimbangkan, dan memilih salah satu yang dapat memberikan konsekuensi paling diharapkan. Hasil dari proses pilihan beralasan adalah suatu keinginan untuk terlibat dalam perilaku yang dipilih. Keinginan berperilaku adalah alat prediksi perilaku nyata terbaik. Menurut teori ini seseorang cenderung melaksanakan perilaku yang dievaluasi baik dan diterima baik orang lain serta cenderung menahan diri dari perilaku yang dianggap tidak baik dan tidak menyenangkan orang lain. Secara formal, Teori Tindakan Beralasan dapat disajikan sebagai berikut :

B ฀BI = W1 (AB) + W2 (SN)

Dimana :

B (Behaviour)

= suatu perilaku

BI (Behaviour Intention) = niat berperilaku AB (Attitude Behaviour) = sikap konsumen untuk terlibat pada perilaku SN (Subjective Norm) = norma subjektif sehubungan dengan apakah

orang lain menginginkan si konsumen terlibat pada perilaku tersebut

W1 dan W2 (Weight) = bobot yang ditentukan secara empiris yangmenggambarkan pengaruh relatif dari komponen.

Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) disebut juga dengan model keinginan berperilaku. Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku dan norma subjektif dengan memperkenalkan formulasi pengaruh kelompok referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Jadi teori ini tidak berusaha memprediksikan perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk betindak (Mowen dan Minor, 2002).

Teori Tindakan Beralasan merupakan salah satu teori untuk memahami minat konsumen dalam membeli produk atau dengan kata lain behavioral intention model (model minat berperilaku). Menurut Theory Reasoned Action tersebut, perilaku (behavior) seseorang tegantung pada minatnya (intention) sedangkan minat untuk berperilaku tegantung pada sikap (attitude) dan norma subyektif (subjective norm) atas perilaku (Yatyoga, 2007).

Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Sularto (2004), niat berperan mempengaruhi perilaku yang akan terjadi. Niat dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku seseorang yang bersifat normatif dan apa yang dilakukan orang lain (terutama yang orang-orang berpengaruh di dalam kelompok) pada situasi yang sama. Teori Tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action ) mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Sularto (2004), niat berperan mempengaruhi perilaku yang akan terjadi. Niat dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku seseorang yang bersifat normatif dan apa yang dilakukan orang lain (terutama yang orang-orang berpengaruh di dalam kelompok) pada situasi yang sama. Teori Tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action ) mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta

6. Sikap Konsumen

Sikap merupakan ungkapan perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Seorang pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen terhadap produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan pembelian, bukan saja dari konsumen yang bersangkutan tetapi dari rekomendasi kepada teman-teman maupun keluarganya juga akan membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar. Sebaliknya, sikap negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap yang demikian akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Itulah sebabnya pemasar sangat mempedulikan sikap konsumen terhadap produknya. Sikap positif didukung supaya tetap positif ataupun bertambah positif, sikap

negatif diupayakan diubah menjadi positif (Prasetijo dan John, 2005). Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. (Sumarwan, 2003).

Sedangkan perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatan- kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengembangan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan Sedangkan perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatan- kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengembangan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan

Perilaku konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang. Lebih dari itu, perilaku konsumen adalah suatu hal yang dinamis, yang mencangkup suatu hubungan interaktif antara afektif dan kognitif serta perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberi dan menerima sesuatu yang berharga (Simamora, 2003).

Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

a. Pengalaman pribadi, pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh pengalaman konsumen terhadap produk. Sebagus apapun produk jika tidak pernah dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap produk tersebut.

b. Pengaruh keluarga dan kawan, pengaruhnya melalui perkataan, perbuatan atau teladan.

c. Direct Marketing, pemasaran langsung adalah metode yang mengkombinasikan semua metode promosi dan diarahkan langsung kepada pelanggannya yang memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya sedikit. Karena kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan pelanggan yang unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable terhadap produk.

d. Media Massa, banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan sumber informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini.

e. Karakteristik individu, karakteristik seseorang mempengaruhi pembentukan sikap karena memiliki cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, seperti tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian dan lain-lain.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain:

a. Faktor kebudayaan, faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial pembeli.

b. Faktor Sosial, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.

c. Faktor pribadi, keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep pembei yang bersangkutan.

d. Faktor psikologis, faktor psikologis yang utama yaitu motivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.

7. Atribut Produk

Konsep dasar tertentu akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan dengan mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut produk yang dianggap relevan atau menonjol. Mereka akan memberikan paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari. Pasar dari suatu produk sering dapat disegmentasikan menurut atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda. Para pemasar harus lebih memperhatikan kepentingan atribut, mereka harus mengukur bobot kepentingan yang digunakan konsumen pada berbagai atribut (Kotler, 1999).

Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Kemampuan konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut sehingga para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya. Atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).

Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin dimilki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu atribut intrinsik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama merk, label, dan kemasan (Mowen dan Minor, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menyebabkan adanya peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung nilai gizi tinggi terutama dari protein hewani. Pemenuhan protein hewani salah satunya dengan mengkonsumsi ikan bandeng segar. Ikan bandeng segar merupakan salah satu jenis ikan yang banyak digemari oleh masyarakat karena mudah dalam pengolahannya, memiliki rasa yang gurih dan mengandung protein tinggi yang berguna bagi tubuh untuk pertumbuhan serta harganya yang relatif murah dibandingkan dengan ikan laut segar lainnya.

Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada ikan bandeng segar. Atribut yang diteliti meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang. Sikap konsumen tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan yang dimiliki.

Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk yang dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan ikan bandeng segar salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat membentuk sebuah perilaku konsumen.

Sikap konsumen dapat menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut dan manfaat yang diperoleh dari produk ikan bandeng segar. Kepercayaan dan sikap akan membentuk perilaku. Dengan mengetahui sikap konsumen, maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Konsumen memiliki poin ideal pada setiap produk. Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka semakin baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis model sikap angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat, dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.

Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ab = å W i I i -X i

Di mana : Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden

terhadap atribut i W i = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i

I i = performansi ideal konsumen terhadap atribut i

X i = kepercayaan konsumen terhadap atribut i n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen

Pasar Tradisional

Produk Kebutuhan Sehari-hari

Ikan Bandeng segar Konsumen Ikan Bandeng Segar

Atribut-atribut Ikan bandeng segar :

1. Harga 2. Ukuran ikan

Evaluasi

Kepercayaan

3. Keadaan mata

4. Keadaan Kulit 5. Kebersihan Sisik

Sikap Konsumen 6. Keadaan Daging

7. Aroma atau bau

8. Warna Insang

Model Poin Ideal Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Ikan

Bandeng Segar.

D. Hipotesis

1. Diduga atribut ikan bandeng segar memenuhi sifat ideal (sifat produk ikan bandeng segar telah sesuai dengan keinginan atau selera konsumen pasar tradisional Kabupaten Klaten).

2. Diduga sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah baik (konsumen memberikan tanggapan yang baik terhadap ikan bandeng segar).

E. Asumsi-Asumsi

1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.

2. Dalam pengambilan keputusan, konsumen mengevaluasi atribut-atribut yang ada pada produk.

F. Pembatasan Masalah

1. Ikan bandeng segar yang diteliti terbatas pada ikan bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau maupun teksturnya.

2. Atribut yang diteliti dalam penelitian ini adalah atribut yang melekat pada ikan bandeng segar yang meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang.

3. Penelitian terbatas pada konsumen yang membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten untuk konsumsi sendiri atau rumah tangga.

4. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April – Mei 2010 dan harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Konsumen ikan bandeng segar adalah seseorang yang membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional untuk konsumsi sendiri atau rumah tangga.

2. Sikap konsumen adalah penilaian kognitif baik maupun tidak baik sebagai tanggapan dari produk yang diperoleh dan pengalaman atau informasi yang diperoleh.

3. Ikan bandeng segar adalah ikan bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau maupun teksturnya.

4. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki atau melekat pada suatu produk dalam hal ini ikan bandeng segar. Atribut ikan bandeng 4. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki atau melekat pada suatu produk dalam hal ini ikan bandeng segar. Atribut ikan bandeng

5. Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan produk.

6. Ukuran ikan adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan besar atau kecilnya ikan. Ukuran ikan bandeng segar terdiri dari besar sebanyak 3 - 4 ekor per kg, sedang sebanyak 5 - 7 ekor per kg, dan kecil sebanyak lebih dari 7 ekor per kg.

7. Keadaan mata adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan ciri-ciri mata ikan, yaitu dengan pilihan bersinar cerah/terang dan menonjol, sedikit bersinar cerah dan datar, serta tidak bersinar/suram dan tenggelam/tidak menonjol.

8. Keadaan kulit adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan kulit yang membungkus tubuh ikan bandeng. Dengan pilihan yaitu warna kulit terang dan jernih dan masih kuat membungkus tubuh; kulit berwarna kusam, pucat dan berlendir banyak dan terlihat mengendur.

9. Kebersihan sisik adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan sisik yang meliputi warna, keadaan sisik tidak terkoyak dan bebas dari kotoran-kotoran yang menempel. Dengan pilihan kulit sisik bersih (warna cemerlang/terang atau belum pudar, sisik melekat kuat, tidak sobek, dan bebas dari kotoran); kulit sisik agak bersih (warna sedikit cemerlang atau sedikit pudar, sisik sedikit melekat kuat, sedikit sobek dan ada sedikit kotoran) dan kulit sisik kotor (warna pudar atau tidak cemerlang, sisik mudah lepas, sobek, dan ada banyak kotoran).

10. Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat pada tulang. Dengan pilihan daging kenyal, elastis (bila ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang; tidak elastis (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan, lembek, dan mudah lepas dari tulang.

11. Aroma atau bau ikan adalah karakteristik ikan bandeng segar yang dapat dirasakan dengan indera penciuman. Dengan pilihan aroma atau bau ikan antara lain bau busuk (menusuk), anyir atau amis dan segar.

12. Warna insang adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan alat pernapasan atau insang pada ikan bandeng segar. Dengan pilihan warna insang antara lain insang berwarna merah terang dan lamella insang terpisah, tertutup lendir berwarna terang; insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan tertutup lender berwarna keruh.

13. Sikap terhadap produk (Ab) adalah sikap konsumen secara menyeluruh terhadap produk ikan bandeng segar yang digambarkan oleh angka nol sampai jumlah tertentu.

14. Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang dilakukan konsumen terhadap kepentingan atribut, yaitu dengan menyatakan pilihan skala yang menggambarkan sama sekali tidak penting (1) sampai kategori sangat penting (5).

15. Perfomansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan perfomansi konsumen dari atribut yang dievaluasi.

16. Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.

17. Pasar Tradisional adalah pasar dimana konsumen membeli dengan cara tawar menawar dengan penjual.

III.METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian dijelaskan (Surakhmad, 1998).

Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Klaten. Pemilihan Kabupaten Klaten sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten merupakan daerah yang tingkat konsumsi ikan bandeng segar dari tahun ke tahun rata-rata cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Jumlah Konsumsi Ikan Bandeng Segar di Kabupaten Klaten

No.

Tahun

Volume (Kg)

112.298 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008.

Data konsumsi ikan bandeng segar tersebut diatas juga didukung dengan data realisasi peredaran ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Realisasi Peredaran Ikan Bandeng Segar Di Kabupaten Klaten No.

Tahun

Dari Daerah Lain

Ke Luar Daerah

14.978 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008. Selain itu, berdasarkan pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten

Klaten yang setiap tahunnya meningkat. Peningkatan pendapatan per Kapita penduduk Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Harga

Konstan 2000 No.

Tahun

Pendapatan per Kapita Peningkatan (%)

5.783.272,344 11,478 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008

Menurut Sumarwan (2003), pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan itulah konsumen dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen dan menjadi indikator besarnya jumlah produk yang bisa dibeli konsumen. Tabel 5 menunjukkan bahwa pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004-2008 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 11,478 % per tahun sehingga daya beli masyarakat juga meningkat. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemenuhan kebutuhan termasuk kebutuhan konsumsi pangan.

Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional yang ada di Kabupaten Klaten. Pasar tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional yang ada di Kabupaten Klaten. Pasar tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki

1. Wilayah UPTD I

: Kota

2. Wilayah UPTD II

: Delanggu

3. Wilayah UPTD III : Jatinom

4. Wilayah UPTD IV : Pedan

5. Wilayah UPTD V

: Jogonalan

Pengelompokkan wilayah perdagangan atau UPTD tersebut akan diambil lima pasar yang mewakili masing-masing wilayah. Pengambilan sampel lokasi juga berdasarkan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang mewakili setiap wilayah UPTD, karena dapat mencerminkan banyaknya konsumen. Kelima pasar tradisional yang akan dipilih menjadi tempat penelitian sebagai berikut:

1. Wilayah UPTD I

: Pasar Klaten III Lantai

2. Wilayah UPTD II

: Pasar Delanggu

3. Wilayah UPTD III : Pasar Jatinom

4. Wilayah UPTD IV : Pasar Masaran

5. Wilayah UPTD V

: Pasar Prambanan

Nama pasar dan jumlah pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Klaten dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 6. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional di Kabupaten

Klaten

Wilayah Nama Pasar Jumlah pedagang I 1. Pasar Klaten III Lantai

2. Pasar Mlinjon 62 3. Pasar Ngepos

30 4. Pasar Gunungan

65 5. Pasar Plembon

59 6. Pasar Srago

228 7. Pasar Bareng

12 8. Pasar Gayamprit

89 9. Pasar Bendogantungan

10. Pasar Totogan 104 11. Pasar Gentongan

314 12. Pasar Senggol

83 13. Pasar Mayungan

59 14. Pasar Wedi

468 15. Pasar Jimbung

109 II 1. Pasar Tegalgondo

2. Pasar Delanggu 950

3. Pasar Tanjung 224 4. Pasar Juwiring

101 5. Pasar Panjangan

105 6. Pasar Babadan

100 7. Pasar Carikan

50 8. Pasar Minggiran

192 9. Pasar Soka

48 10. Pasar Karang Talun

45 III

1. Pasar Jatinom 544

2. Pasar Gabus 366 3. Pasar Jolotundo

8 4. Pasar Pomah

43 5. Pasar Mundu

30 6. Pasar Klodran

40 7. Pasar Bonyokan

188 8. Pasar Jeblog

74 9. Pasar Ngendo

341 10. Pasar Karangan

35 11. Pasar Karanganom

26 12. Pasar Glagahwangi

10 13. Pasar Cokrokembang

341 14. Pasar Tulung

35 15. Pasar Bono

26 16. Pasar Ngaran

3 IV 1. Pasar Pedan

2. Pasar Masaran 814

3. Pasar Bandung Rejo 46 4. Pasar Baran

33 5. Pasar Balak

64 6. Pasar Kalimangu

7 7. Pasar Sidoharjo

442 8. Pasar Karangasem

46 9. Pasar Krakitan

5 10. Pasar Bayat

38 11. Pasar Jerukan

18 12. Pasar Posis

65 13. Pasar Babad

144 14. Pasar Gamongan

114 15. Pasar Temuwangi

140 16. Pasar Ngebeg

48 17. Pasar Jeto

84 18. Pasar Kiringan

43 19. Pasar Pager

6 20. Pasar Jetis

24 V 1. Pasar Kraguman

265 2. Pasar Pokoh

36 3. Pasar Puluhwatu

191 4. Pasar Dompyongan

123 5. Pasar Srowot

85 6. Pasar Mandungan

7. Pasar Gantiwarno 48 8. Pasar Panggil

62 9. Pasar Gempol

99 10. Pasar Balong

5 11. Pasar Kepoh

60 12. Pasar Menggah

70 13. Pasar Watununggal

14. Pasar Prambanan 173

15. Pasar Kembang 626 16. Pasar Surowono

424 17. Pasar Butuh

Sumber : Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008.

C. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling. Pada pengambilan sampel dengan cara ini sampel diambil berdasarkan ketersedian elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya atau sampel terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat (Durianto dkk, 2001). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen yang membeli ikan bandeng segar di pasar-pasar tradisional yang telah ditentukan.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan dasar confident level sebesar 95%. Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994), pengambilan sampel menggunakan confident level sebesar 95%, dikarenakan besarnya populasi tidak diketahui, maka dianggap proporsi populasi tidak diketahui. Apabila dalam suatu penduga proporsi menggunakan sampel dengan keyakinan (1- α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut :

E = 1 , 96 N

Dimana : E = error P = proporsi populasi N = jumlah sampel

Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak diketahui, tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya populasi Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak diketahui, tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya populasi

df (P) = 1-2P dP

0 = 1-2P 2P = 1 P

= 0,5 Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25 Jadi besarnya sampel jika digunakan confident level 95% dan kesalahan yang terjadi adalah 0,1 adalah :

N = ( 0 , 25 ) ç

÷ = 96,04 dibulatkan menjadi 100 sampel è 0 , 1 ø

Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, jumlah sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 100 responden yang tersebar di lokasi pasar tradisional di Kabupaten Klaten yang telah ditentukan. Pembagian responden pada kelima pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah menurut perbandingan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang terdapat di lima pasar tradisional tersebut yaitu secara proporsional. Pembagian responden untuk masing-masing pasar tradisional dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten

Klaten No.

Pasar Tradisional Jumlah Pedagang Ikan Jumlah Responden

Bandeng Segar