BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Evaluasi 2.1.1.1. Evaluasi Model CIPP - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tambangan 01 Kec

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Evaluasi 2.1.1.1. Evaluasi Model CIPP Model evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan

  desain atau konstelasi evaluasi tertentu. Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi yang diharapkan. Salah satu model evaluasi dalam penelitian ini adalah model evaluasi CIPP (Contacxt, Input, Proces, Product).

  Evaluasi model CIPP ini dimaksudkan membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.

  Evaluasi model CIPP dalam penelitian ini adalah upaya untuk menggambarkan kebutuhan sekolah yang tidak terpenuhi, kebijakan kepala sekolah yang sesuai dengan sasaran-sasaran yang akan dicapai serta keterkaitan antara kebutuhan-kebutuhan dari pelaksanaan program. Evaluasi model CIPP mengetahui sejauhmana kegiatan yang dilaksanakan, apakah program terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga dapat diberikan arahan perbaikan yang dibutuhkan.

  Dari uraian di atas peneliti beranggapan bahwa model CIPP merupakan model evaluasi terbaik karena bersifat mendasar, menyeluruh, dan terpadu. Bersifat mendasar, karena mencakup objek-objek inti penelitian yaitu tujuan, materi, proses pembelajaran, dan evaluasi itu sendiri.

  Bersifat menyeluruh karena evaluasi juga difokuskan pada seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan dan pengimplementasian Total Quality Management. Bersifat terpadu karena proses evaluasi ini melibatkan seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan terutama siswa.

2.1.1.2. Jenis Evaluasi Model CIPP

  Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) dalam membuat keputusan. Menurut Daniel Stufflebeam, (2009:

  118) mengungkapkan bahwa, “the

  CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but improve

  .” Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Berikut ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi: context, input, process, product.

1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation).

  Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin). 2) Evaluasi Input (Input Evaluation).

  Evaluasi masukan ini ialah untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber- sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya (Menurut Eko Putro Widyoko). 3) Evaluasi Proses (Product Evaluation).

  Evaluasi proses ialah merupakan model CIPP yang diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan, apakah program terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak. Evaluasi proses juga digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. 4) Evaluasi Produk (Process Evaluation).

  Evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan dalam mengambil suatu keputusan terkait program yang sedang terlaksana, apakah program tersebut dilanjutkan, diakhiri atau ada keputusan lain

  Berdasarkan kajian teoritis, CIPP dalam mengevaluasi pembelajaran. Dari segi konteksnya tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan karakteristik siswa yang semakin berkembang rasa ingin tahunya seiring perkembangan zaman, sehingga mengarahkan guru menjadi fasilitator dan motivator mereka yang profesional.

  Dari segi input, guru dan siswa dalam pembelajaran mampu bekerja sama dengan baik sesuai dengan kapasitas tugasnya masing-masing. Selain itu, disertai kejelasan aturan dan prosedur kerja dalam pembelajaran. Begitu pula sumber belajar yang digunakan tidak hanya berasal dari guru, melainkan siswa dapat menggunakan buku apapun yang relevan untuk membangun pengetahuan mereka. Tentu lebih menarik lagi karena dilengkapi penggunaaan media belajar oleh guru selama pembelajaran berlangsung, walaupun sederhana.

  Dipandang dari prosesnya, sudah berjalan dengan baik. Siswa tidak lagi dijadikan obyek belajar yang pasif menerima informasi dan prosedur, melainkan sebagai subyek belajar yang aktif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya. Selama pembelajaran berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Siswa aktif mencari, menyelidiki, merumuskan, membuktikan, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari. Ini berakibat tidak hanya pengetahuan kognitif yang dibangun, tetapi siswa juga dilatihkan beberapa keterampilan sosial, seperti bekerja mandiri maupun bekerjasama dalam kelompok, bersikap kritis, kreatif, konsisten, berpikir logis, sistematis, menghargai pendapat, jujur, percaya diri, dan bertanggung jawab. Selama pembelajaran guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga dalam menerima pelajaran siswa tidak lagi merasa didoktrin, melainkan dapat belajar tanpa paksaan dan itu lebih bermakna bagi mereka.

  Dari segi produk, pembelajaran menghasilkan siswa yang aktif, kreatif dan bertanggung jawab, di samping unggul dalam pengetahuan kognitif. Ini dikarenakan dalam pembelajarannya, guru tidak hanya menilai kognitifnya saja melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik. Dalam hidup bermasyarakat, siswa tidak hanya membutuhkan pengetahuan kognitif melainkan juga nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat ditumbuh kembangkan dalam pembelajaran matematika humanistik.

  CIPP dalam mengevaluasi pembelajaran sudah mencakup keseluruhan aspek penting dalam evaluasi. Keberlanjutan informasi dan evaluasi sangat diperlukan dalam pengembangan program pembelajaran. Meskipun berdasarkan hasil evaluasi ternyata program pembelajaran sudah memadai, namun pemberian umpan balik, pemodifikasian, dan penyesuaian tetap diperlukan, sebab sekolah selalu menghendaki adanya perubahan yang signifikan ke depannya.

2.1.1.3. Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi Model CIPP

  Langkah-langkah evaluasi CIPP tersebut dilakukan oleh evaluator untuk memudahkan pengukuran keberhasilan suatu program, yaitu:

  1) Menetapkan keputusan yang akan diambil

  2) Menetapkan jenis data yang diperlukan

  3) Pengumpulan data

  4) Menetapkan kriteria mengenai kualitas

  5) dan menginterpretasi data Menganalisa berdasarkan kriteria

  6) informasi kepada pihak Memberikan penanggungjawan program atau pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. (Tyler dalam Arikunto, 2009: 5). Selanjutnya menurut Cronbach dan Stufflebeam dalam Arikunto (2009: 5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Secara umum terdapat 3 tahap dalam pelaksanaan evaluasi program sebagaimana dikemukakan oleh Gary (2009) sebagai berikut

  1) Pre-Evaluation Phase: a). evaluator preparation to conduct an evaluation, b). initial contact,

  c). evaluation planning, and d). evaluation contracting 2)

  Active Evaluation Phase: a). initial evaluation implementation, b). evaluation data collection, c). evaluation judgment, and d). evaluation reporting

  3) Post-Evaluation Phase: a). promoting evaluation use, b). evaluation reflection

  Langkah-langkah penerapan model CIPP dalam mengevaluasi Implementasi Total Quality Management di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang adalah sebagai berikut:

  1. Perencanaan evaluasi Perencanaan program yang berorientasi pada perbaikan berkelanjutan. Pada tahap ini direncanakan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan evaluasi. Perencanaan tersebut mencakup bidang: 1). orang-orang yang akan dilibatkan dalam evaluasi, 2). anggaran yang dibutuhkan dan harus disediakan dalam pelaksanaan evaluasi, 3). pengorganisasian pelaksanaan evaluasi, baik penetapan struktur organisasi, ruang lingkup tugas dan tanggung jawab maupun pendelegasian kewenangan, serta 4). waktu mulai dari perencanaan evluasi serta pelaporan dan perekomendasian hasil.

  2. Pelaksanaan evaluasi Pada tahap ini, pelaksanaan evaluasi tersebut mencakup beberapa hal, yaitu: 1). pemfokusan terhadap fenomena yang akan dievaluasi 2). pengumpulan Informasi 3). pengorganisasian Informasi 4). penganalisisan Informasi.

  3. Tindak lanjut hasil evaluasi Tindak lanjut hasil evaluasi sangat diperlukan dalam pengembangan Implementasi Total Quality Management meskipun berdasarkan hasil evaluasi ternyata Implementasi Total Quality Management tersebut sudah memadai, namun pemberian umpan balik, pemodifikasian, dan penyesuaian tetap diperlukan sebab berbagai kekuatan yang mempengaruhi sekolah selalu menghendaki adanya perubahan.

2.1.2. Total Quality Management

2.1.2.1 Pengertian Total Quality Management

  Pengertian Total Quality Management mempunyai bermacam-macam pengertian, masing-masing orang mempunyai konsep yang berbeda dalam mendefinisikan Total Quality Management. Menurut Ishikawa dalam buku Total Quality Management diartikan sebagai “perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasrkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas serta kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi”. Sedangkan menurut Fandy Tjiptono, Total Qua lity Management merupakan “suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, proses dan lingkungannya” (Tjiptono, 2001: 4).

  Filosofi Total Quality Management dalam dunia pendidikan, memandang bahwa pendidikan sebagai jasa dan bukan lini produksi, oleh karena itu Total Quality Management tidak berbicara tentang masukan, atau siswa, dan keluaran atau lulusan, sebagaimana umum berpendapat, tetapi berbicara tentang berbagai kebutuhan dalam masyarakat dan dunia usaha yang membutuhkan.

  Lebih jelasnya mengenai pengertian dan konsep TQM menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut:

  1. Menurut Hashmi (2004: 1), TQM adalah filosofi manajemen yang mencoba mengintegrasikan semua fungsi organisasi (pemasaran, keuangan, desain, rekayasa, produksi, pelayanan konsumen, dan sebagainya), terfokus untuk memenuhi keinginan konsumen dan tujuan organisasi.

  2. Menurut Tjiptono dan Diana (2001: 4), TQM merupakan pendekatan dalam meningkatkan produktivitas organisasi (kinerja kuantitatif), meningkatkan kualitas (menurunkan kesalahan dan tingkat kerusakan), meningkatkan evektifitas pada semua kegiatan, meningkatkan efisiensi (menurunkan sumberdaya melalui peningkatan produktivitas), dan mengerjakan segala sesuatu yang benar dengan cara yang tepat.

  3. Dale (2003: 26) mendefinisikan TQM adalah kerja sama yang saling menguntungkan dari semua orang dalam organisasi dan dikaitkan dengan proses bisnis untuk menghasilkan nilai produk dan pelayanan yang melampaui kebutuhan dan harapan konsumen.

  4. Crosby berpendapat TQM adalah strategi dan integrasi sistem manajemen untuk meningkatkan kepuasan konsumen, mengutamakan keterlibatan seluruh manajer dan karyawan, serta menggunakan metode kuantitatif (Bhat dan Cozzolino: 106-107).

  5. Direktorat Bina Produktivitas merumuskan TQM sebagai suatu sistem manajemen untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas dengan menggunakan pengendalian kualitas dalam pemecahan masalah, mengikut sertakan seluruh karyawan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.

2.1.2.2 Prinsip Total Quality Management

  Total Quality Management dalam dunia pendidikan, memandang bahwa pendidikan sebagai sebagai instrument jasa dan bukan proses produksi, oleh karena itu Total Quality Management tidak berbicara tentang masukan, atau siswa, dan keluaran atau lulusan, tetapi berbicara tentang berbagai kebutuhan.

  Pendapat umum menyatakan bahwa lulusan adalah produk pendidikan, lulusan yang telah menyelesaikan pendidikannya adalah perilaku yang sesungguhnya, bukan saja oleh ilmu dan ketrampilan pada waktu sekolah, melainkan juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan lingkungan. Oleh sebab itu Total Quality Management menganggap produk usaha pendidikan sebagai industri jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh pengelola pendidikan yang sesuai dengan standar mutu tertentu.

  Prinsip Total Quality Management dapat dibedakan menjadi empat prinsip utama, yaitu:

  1. Kepuasan Pelanggan.

  Konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas, tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifik- spesifik tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.

  2. Respek terhadap setiap orang.

  Setiap orang dipandang sebagai individu yang mempunyai talenta dan kreativitas tersendiri yang unik.

  3. Managemen berdasarkan fakta.

  Setiap keputusan selalu didasarkan pada data, buka sekedar pada perasaan

  4. Perbaikan berkesinambungan.

  Perlu melakukan proses secara sistematis dalam meaksanakan perbaikan berkesinambungan.

2.1.2.3 Implementasi Total Quality Management

  Dalam implementasinya Total Quality Management bukanlah suatu pendekatan yang sifatnya langsung jadi atau hasilnya diperoleh dalam waktu sekejap, tetapi membutuhkan suatu proses yang sistematis yang dikemas dalam fase-fase tertentu. Banyak pakar yang mengemukakan mengenai fase-fase atau tahap-tahap implementasi Total Quality Management, Menurut Fandy Tjiptono dalam buku Total Quality Management, ada beberapa persyaratan untuk melaksanakan Total Quality Management, yaitu:

  1) Komitmen dari Manajemen Puncak;

  2) Komitmen atas Sumber daya yang dibutuhkan;

  3) Organization-Wide Stering Committee;

  4) Perencanaan dan Publikasi;

  5) Instruktur yang mendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan. (Fandy Tjiptono,

  (2011: 332-334). Pada tahapan pelaksanaan Total Quality Management dibagi menjadi tiga tahapan, tahap persiapan, tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan, dimana masing-masing tahapan memerlukan waktu penerapannya. Tahapan Implementasi Total Quality Management menurut Fandy Tjiptono, (2011: 343-348) meliputi:

  1) Tahap Persiapan. Terdiri langkah-langkah, membentuk Steering committee, membentuk Tim Satuan Tugas, pelatihan Total Quality

  Management, menyusun visi, misi, dan strategi program kegiatan, menyusun tujuan umum sebagai sasaran jangka panjang, komunikasi dan publikasi, identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengidentifikasi pro dan kontra program, memperkirakan sikap karyawan, mengukur kepuasan pelanggan;

  2) Tahap perencanaan. Terdiri langkah-langkah implementasi sebagai sasaran jangka pendek tahun pertama, identifikasi proyek, komposisi Tim, pelatihan Tim;

  3) Tahap Pelaksanaan. Terdiri langkah-langkah, menggiatkan Tim, Umpan balik pada pada pelanggan, karyawan, memodifikasi infrastruktur. Sedangkan Tahap Pelaksanaan Total Quality

  Management menurut Depdikbud adalah: 1) Tahap Persiapan

  a. Menyampaikan informasi pada guru staf administrasi dan orang tua siswa; b. Menyusun Tim pengembang, Terdiri dari guru, Kepala sekolah, dan pakar; c. Melatih Tim Evaluasi Sekolah;

  d. Menentukan focus aspek yang akan dievaluasi beserta indikatornya; e. Menentukan secara random subyek sumber informasi dan sample responden. 2) Tahap Implementasi

  a. Pengumpulan informasi;

  b. Pengolahan informasi;

  c. Penyusunan draf laporan dan rekomendasi; d. Penyampaian laporan dan rekomendasi. 3) Tahap tindak lanjut

  a. Kepala Sekolah, guru, orang tua siswa mempelajari hasil evaluasi; b. Menyusun skala prioritas;

  c. Menerapkan sasaran dan target sekolah;

  d. Menyusun program kerja untuk meningkatkan mutu sekolah.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang dapat Menyebabkan Kegagalan Total Quality Management

  Dalam implementasi Total Quality Management tidak satupun cara tertentu yang berlaku secara universal dan dapat menghasilkan kesuksesan dalam segala kondisi. Agar implementasi Total Quality Management dapat berjalan dengan baik perlu mempelajari semua informasi yang tersedia, baik mengenai implementasi yang berhasil ataupun yang gagal. Kemudian mengadaptasi pendekatan yang paling sesuai untuk memberikan hasil yang baik

  Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implemtasi Total Quality Management sebagaimana menurut Fandy Tjiptono dalam buku Total Quality Management adalah sebagai berikut:

  1) Delegasi dan Kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.

  Bila tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada pihak lain, maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar. 2) Team mania.

  Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing. Kedua, harus melakukan perubahan budaya supaya kerjasama tim tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah. 3) Proses Penyebaran (deployment).

  Pengembangan kualitas tanpa berbarengan mengembangkan rencana untuk melibatkan seluruh pihak, maka keberhasilan akan sulit tercapai. 4) Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis.

  Tidak ada satupun pendekatan yang disarankan oleh pakar-pakar kualitas yang merupkan satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan program-program kualitas dengan kebutuhan mereka masing-masing. 5) Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis,

  Bila hanya mengirim karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa hari, bukan berarti telah membentuk keterampilan mereka. Masih dibutuhkan waktu untuk mendiidik, mengilhami dan membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas. 6) Empowerment yang bersifat prematur

  Kurangnya memahami makna dari pemberian empowerment kepada para karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah dilatih dan diberi wewwenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil positif. Seringkali dalam praktik karyawa tidak tahu apa yang harus dikerjakan setelah sesuatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebetulnya mereka membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas, sehingga tidak salah dalam melakukan sesuatu.

2.1.3. Mutu Pendidikan

2.1.3.1 Pengertian Mutu Pendidikan

  Mutu dalam kamus Bahasa Indoneisa berarti “kualitas, taraf atau derajat” (1984: 665). Lebih lanjut Fandy Tjiptono dalam Total Quality Manajemen mengartikan “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan” (2001: 4).

  Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya. Hal tersebut berarti mutu dalam pendidikan merupakan sesuatu hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Mutu merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang makin keras (Sallis 2006: 30)

  Sedangkan yang dimaksud pendidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian. Kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

2.1.3.2 Pentingnya Mutu Pendidikan

  Pendidikan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Indikasi maju tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan manusia yang berkualitas lahir maupun batin, maka secara otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tenteram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang dan mengalami kegagalan

  UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. Sementara itu The United Nations Development Programme

  (UNDP) tahun 2011 juga telah melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara. Dan pada 14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan ke-121 dari 185 negara. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan pendidikan.

  Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan fakta di lapangan dalam hal rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, khususnya siswa sekolah dasar adalah bentuk evaluasi yang diberikan kepada siswa masih lebih banyak pada aspek kognitif pada tingkat menghafal belum menyentuh pada aspek analisis. Hal ini dapat dilihat dari jenis LKS yang beredar. Dalam LKS jenis ini, materi pelajaran biasanya tidak disampaikan dalam bentuk uraian atau bacaan, melainkan sudah dalam bentuk rangkuman atau poin-poin penting saja. Akibatnya, ketika menggunakan LKS ini, siswa cenderung langsung mengerjakan soal-soal, yang pada umumnya berupa soal-soal pilihan ganda. Jika siswa tidak dapat mengerjakan sebuah soal, maka siswa akan mencari jawabannya dalam rangkuman materi pelajaran di LKS tersebut. Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin bahwa kemampuan siswa untuk memahami bacaan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif tidak akan berkembang (Sutrisno: 2013)

  Dari uraian diatas, peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi sekolah untuk bisa memberikan pendidikan yang bermutu pada siswa, aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian. Selain peningkatan mutu diperlukan juga kerjasama antara orang tua dan guru serta sikap dan kepercayaan orang tua terhadap pendidikan anak di sekolah, mengingat bahwa guru dan orang tua siswa mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu proses perkembangan anak dengan sebaik-baiknya

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu adalah sebagai berikut: Achmad Supriyanto (2011) dalam Implementasi Total

  Quality Management dalam Sistem Manajemen Mutu Pembelajaran di Institusi Pendidikan Pertama, hasil penelitian

  yaitu: Pertama, keberhasilan implementasi TQM dapat ditinjau dari tiga aspek: 1). perumusan tujuan peningkatan mutu, 2). penerapan prinsip-prinsip TQM, dan 3). komponen pendukung implementasi TQM. Kedua, dukungan pihak pimpinan dinilai baik oleh anggota dalam upaya tidak lanjut. Ketiga, hambatan dari aspek sumber daya manusia, waktu, anggaran, dan sumber daya dalam implementasi TQM yang dilaksanakan hampir semua pimpinan bukan menjadi hambatan, tetapi mendukung aktivitas implementasinya. Kinerja tim juga cukup bagus, hanya masih ada kendala, antara lain: 1). kekompakkan tim, 2). waktu terbatas, dan 3). biaya terbatas. Keempat, strategi yang digunakan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam implementasi TQM dilakukan melalui: 1). diklat dan komunikasi, tetapi tidak secara intensif dilaksanakan, 2). pelibatan anggota selalu digunakan, 3). penyediaan fasilitas dan pemberian dukungan diberikan oleh pimpinan unit, namun hal tersebut pada kondisi tertentu tidak dapat diberikan, 4). negosiasi kadang dilakukan, 5). praktik manipulasi dan kooptasi ada terutama terkait dengan pencapaian standar, dan 6). pemaksaaan tidak pernah dilakukan oleh pimpinan unit maupun pelaksana penjaminan mutu. Kelima, hasil-hasil implementasi TQM menunjuk pada dua hal, yaitu: 1). monev pembelajaran, dan 2). draft naskah dokumen penjaminan mutu akademik di institusi pendidikan.

  Jam Jami, M. Syukri, Wahyudi (2013) Implementasi

  Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di SD Negeri 03 Muara

Pawan Kabupaten Ketapang hasil penelitian yaitu:

  1). Perencanaan program y ang berorientasi pada perbaikan berkelanjutan (continual improvement) di SD Negeri 03 Kecamatan Muara Pawan diwujudkan dalam bentuk kegiatan: (a). menyusun program, (b). memperbahurui dan melaksanakan program, (c). mencari penghambat dari program yang dilaksanakan, kemudian mencari solusinya, (d). melakukan tindakan dan penyusunan program. 2). Pelaksanaan program diwujudkan dalam bentuk kegiatan: (a). mengidentifikasi dan mengantisipasi kebutuhan peserta didik dan tenaga pendidik, (b). menciptakan lingkungan yang kondusif, (c). menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai, (d). memberikan pengakuan atau reward jika ada peserta didik maupun tenaga pendidik yang berprestasi. 3). Kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi TQM dilaksanakan dengan cara: (a). melakukan perbaikan yang berkelanjutan, (b). memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan pendidikan, (c). pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, (d). mengurangi sisa pekerjaan dan menghindari adanya pengerjaan ulang. 4). Implementasi TQM dilaksanakan dengan cara: (a). mengikutsertakan guru dalam pelatihan dan pengembangan, (b). melakukan pembagian tugas dan tanggungjawab yang jelas dan tepat,

  (c).melibatkan guru dalam pengambilan keputusan, (d). mengkomunikasi- kan tentang tugas dan tanggungjawab mereka, (e). melakukan evaluasi, (f). memberikan pengakuan atau reward, (g). melibatkan guru dalam penyusunan RAPBS. 5). Implementasi TQM dalam mengurangi sisa pekerjaan dan menghindari adanya pengerjaan ulang dilaksanakan dengan cara: (a). memberikan informasi yang jelas, (b). memberikan imbalan yang lebih kepada tenaga pendidik yang telah melaksanakan kegiatan remedial atau pengayaan, dan (c). mendorong tenaga pendidik agar memperbaiki cara atau proses mengajarnya agar lebih baik dan lebih bermutu, 6). Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan TQM diantaranya adalah (a). menciptakan tutor sebaya di kalangan tenaga pendidik, (b). memberikan pembinaan atau pengarahan langsung kepada tenaga pendidik, dan (c). melakukan evaluasi dan supervisi pembelajaran.

  Candra, I Wayan (2012) Studi Evaluatif Implementasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Negeri 3 Singaraja, Kabupaten Buleleng Bali hasil penelitian yaitu:

  1). Manajemen berbasis sekolah (MBS) pada dasarnya merupakan suatu model atau strategi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah dalam mengelola, mengerahkan, dan mendayagunakan sumber internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan efisien melalui kerja sama dengan pemerintah dan stakeholder dalam pengambilan keputusan untuk memenuhi tujuan peningkatan mutu pendidikan. 2). Akibat dari konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) tersebut, sekolah yang menerapkannya sangat signifikan tergantung pada komitmen, kesungguhan dan keiklasan untuk berkolaborasi dari semua pihak yang berkepentingan dengan dunia pendidikan. 4) Guna pengimplementasian manajemen berbasis sekolah (MBS), institusi formal pendidikan tersebut memiliki tanggungjawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan, dan fungsi setiap personal sekolah dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan pemerintah. Bersama-sama dengan stakeholder, sekolah harus mampu membuat keputusan, mengatur skala prioritas, serta mampu menyediakan lingkungan kerja yang professional bagi semua personel warga sekolah.

  Guili Zhang, ect. (2011) dalam Using the Context, Input,

  

Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a

Comprehensive Framework to Guide the Planning,

Implementation, and Assessment of Service-learning Programs.

  membahas tentang 1). eksplorasi akar teoritis evaluasi model CIPP dan aplikasinya, 2). melukiskan empat komponen, dan 3). analisis peran masing-masing komponen. Ini membantu dalam membimbing perencanaan, apelaksanaan dan evaluasi terahadap sebuah program. Tanpa bimbingan Konteks, Input, Process, dan Evaluasi Produk Model, pengawasan atau kegagalan dapat dengan mudah terjadi pada setiap bagian dari proses, yang serius dapat menghambat tujuan program dan mengurangi efektivitasnya

  Vikram Singh, Sandeep Grover and Ashok Kumar This

paper is an attempt of demonstrating the importance of TQM in

education setting. The quality dimensions and enablers

identified show the fundamental requirement and their

relationship. The framework developed with the application of

QFD in an educational institute will help in establishing the

present improvement and set priorities for future scope of

improvement. The utmost advantage of implementing the QFD

approach in an educational institution is that it considers both

tangible and intangibles aspects, and results can be utilized to

have academic reforms in any educational institute.

  Dari beberapa hasil penelitian di atas, dapat diketahui beberapa kelebihan dan kelemahan jika dilihat dan dibandingkan dengan model evaluasi lainnya.

1. Kelebihan model CIPP .

  1) Merupakan system kerja yang dinamis. 2) Memiliki pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya yang bertujuan memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteks hingga saat proses implementasinya. 3) Dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final.

  4) Memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif. 5) Lebih komperenhensif dari model lainnya.

  2. Kelemahan Model CIPP.

  1) Tidak terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan yang sedang berlangsung. 2) Kurang adanya modifikasi juga berdampak pada tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi. 3) Cenderung fokus pada rational management dari pada mengakui realita yang ada. 4) Terkesan top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya. 5) Bila diterapkan secara terpisah (partial) akan melemahkan ide dasar.

  Disamping beberapa kelebihan dan kelemahan tersebut di atas, model CIPP merupakan model evaluasi terbaik karena bersifat mendasar, menyeluruh, dan terpadu. Bersifat mendasar, karena mencakup tujuan, materi, proses pembelajaran, dan evaluasi itu sendiri. Bersifat menyeluruh karena evaluasi juga difokuskan pada seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan dan pengimplementasian Total Quality Managemen. Bersifat terpadu karena proses evaluasi ini melibatkan seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan terutama siswa.

  Keistemewaan Implementasi Total Quality Management di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang dengan menggunakan model CIPP adalah: 1). perencanaan Implementasi TQM lebih berorientasi pada perbaikan yang berkelanjutan sehingga selalu ada evaluasi dan perbaikan 2). pelaksanaan Implementasi TQM membutuhkan anggaran yang lebih sedikit dan waktu yang lebeih pendek. 3). tindak lanjut hasil evaluasi Implementasi TQM dilakukan dengan memberikan umpan balik dan perbaikan program dengan memperhatikan kesesuaian dan kebutuhan sekolah serta kondisi lingkungan masyarakat sekolah.

2.3. Kerangka Fikir

  Kerangka fikir pelaksanaan evaluasi Implementasi Total Quality Management dalam peningkatan mutu pendidikan di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang bisa dilihat sebagaimana bagan berikut:

Gambar 2.1. E V A L U A S I I M P L E M E N T A S I T Q M D A L A M P E N I N G K A T A N M U T U P E N D I D I K A N D I S D N T A M B A N G A N 0 1 K E C A M A T A N M I J E N Kerangka Fikir K O T A S E M A R A N G

  

E V A L U A S I E V A L U A S I E V A L U A S I E V A L U A S I

K O N T E K S I N P U T P R O S E S P R O D U K S S e k o l a h K e p a l a S e k o l a h K e p a l a S e k o l a h m e n i n g k a t K e b u t u h a n K e s i a p a n P a r t i s i p a s i K i n e r j a g u r u T u j u a n S e k o l a h k e s i a p a n g u r u m e n i n g k a t V i s i , M i s i d a n K e s i a p a n G u r u P e n g u a s a a n d a n P r e s t a s i S i s w a S e k o l a h s i s w a b a r u P r o g r a m P r a s a r a n a o r a n g t u a / w a l i h a l - h a l y a n g R a n c a n g a n S a r a n a d a n K o m i t e S e k o l a h m e m p e l a j a r i T u j u a n K e s i a p a n P a r t i s i p a s i S i s w a s u d a h P r a s a r a n a S a r a n a d a n p e n g g u n a a n K e s e s u a i a n T I N D A K L A N J U T

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semes

0 0 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester

0 0 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluh

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 110

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Sistem Pencatatan Hasil Uji Organoleptikdi PT. Gunung Slamat pada Android Platform

0 0 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Kinerja Manajerial Di Kalangan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dan Madrasah Gugus Abdulrahman Saleh Kecamatan Boja,Kabupaten Kendal

0 1 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Kinerja Manajerial Di Kalangan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dan Madrasah Gugus Abdulrahman Saleh Kecamatan Boja,Kabupaten Kendal

0 0 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Kinerja Manajerial Di Kalangan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dan Madrasah Gugus Abdulrahman Saleh Kecamatan Boja,Kabupaten Kendal

0 0 17