ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010 SKRIPSI

Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

oleh : DANANG KUSBIANTORO F 117039

EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Narimo ing pandum

Kita yang menentukan Tuhan yang merencanakan, selalu dalam rencana Tuhan

Kalau aku harus menunuk itu karena aku harus sudah melewati rekaat ke dua hidupku dari berdiri, ruku, sampai sujud. Dan itu harus demi keselamatan kanan Dan kiriku

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul judul “ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR

EKONOMI

DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR

UNGGULAN DI

KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010”. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro, M. S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. DRS. Mulyanto, ME selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membagi waktu, pikiran, pengetahuan, nasehatnya dengan penuh kesabarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Riwi Sumantio, SE selaku pembimbing akademik.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang selesainya penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

pengorbanannya.

9. Teman-temanku EP Non Reguler 2007, mas amin mas Jenggot, mas Anton, mas Adi Grand, mas Cimpluk, mas Kampret, mas Kebo, mas Lampung, mas Bekasi, mas Gondrong, mas Soni, mas Lendra, mas Acong, mas Simbah, mas Jhon, Bang Baron, mas Ajik, mas Putra, mas Pras, Mbak Janti, Mbak Suci, Mbak Lupita, Mbak Selly, Mbak Lia, Mbak Dian, Mbak Anjela, Mbak Tari, Mbak Ella, Mbak Nindya, Mbak Cesa, Mbak Fornia, Mbak Fani, Mbak Tania, Mbak Reni, Mbak Anisa terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang telah tercipta.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, juli 2012 Penulis

Danang Kusbiantoro

4. Teori Lokasi .......................................................................

5. Teori Kausasi Kumulatif ...................................................

6. Model Daya Tarik (attraction) ...........................................

D. Teori Transformasi Dan Perubahan Struktur Wilayah ..........

E. Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah ...........................................................

F. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1. Pendekatan produksi ..........................................................

2. Pendekatan pendapatan .....................................................

3. Pendekatan pengeluaran ....................................................

4. Metode alokasi ...................................................................

G. Penelitian Terdahulu ..............................................................

H. KerangkaPemikiran ................................................................

I. Hipotesis .................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. RuangLingkupPenelitian ........................................................

B. Jenis Dan Sumber Data ..........................................................

C. Definisi Operasional Variabel ................................................

D. MetodeAnalisis Data

1. Analisis LQ (Location Quotient) .......................................

2. Analisis Shift Share ...........................................................

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah penelitian

1. Keadaan Geografi Kabupaten Ngawi ................................

7. Keadaan Ekonomi .............................................................

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Analisis LQ (Location Quotient) .......................................

2. Analisis Shift Share ...........................................................

3. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ....................................

4. Matrik Potensi ...................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................

B. Saran .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

LAMPIRAN ...............................................................................................

Halaman

Tabel 1.1 Kontribusi sektoral Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002- 2005-2007-2010 (Juta Rupiah) ...................................................

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sktoral Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2002- 2005-2007-2010 (Juta Rupiah) ...................................................

Tabel 3.1 Matrik Potensi ............................................................................

Tabel 4.1 Tingkat kepadatan penduduk kabupaten ngawi tahun 2010 .......

Tabel 4.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi Tahun

2006-2010 ...................................................................................

Tabel 4.3 Jumlah Sekolahan Dan Murid Di Kabupaten Ngawi Tahun

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Atas

Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah) .

Tabel 4.5 Pertumbuhan Ekonomi Ngawi dan Jawa Timur Tahun 2003-

2010 (Persen) ..............................................................................

2002-2010 ....................................................................................

56

Tabel 4.7 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Ngawi Tahun 2002-2010

(Jutaan Rupiah) ...........................................................................

59

Tabel 4.8 Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten

Ngawi Tahun 2002-2010 ...........................................................

68

Tabel 4.9 Hasil Matrik Potensi Kabupaten Ngawi Tahun 2002-2010 ........

70

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................

32

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Ngawi ............................................................

47

Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi jawa timur Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2002- 2010 (Juta Rupiah) .........................................................................

81

Lampian 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2010 (Juta Rupiah) ..................................................................................

82

Lampiran 3. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2002- 2010 (Juta Rupiah) .........................................................................

83

Lampiran 4. Hasil Olah Data Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten

Ngawi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2002-2010 ................................................................

84

Lampiran 5. Hasil Olah Data Analisis Shift Share Kabupaten Ngawi Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2002- 2010 ................................................................................................

35

Lampiran 6. Hasil Olah Data Analisis Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten

Ngawi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2002-2010 ................................................................

86

Lampiran 7. Hasil Analisis Matrik Potensi Kabupaten Ngawi Tahun 2002 -2010

SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010 Oleh

Danang Kusbiantoro NIM. F1107039

Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi. Kedua, untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Ngawi. Ketiga, untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Ngawi. Keempat, untuk mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi dan Propinsi Jawa Timur selama tahun 2002-2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share (SS), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan analisis Matrik Potensi.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan; Pertama, berdasarkan analisis Location Quotient , yang termasuk sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kedua, berdasarkan analisis Shift Share, Kabupaten Ngawi mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah. Dari semua sektor ekonomi, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa adalah sektor yang menyumbangkan nilai terbesar bagi kenaikan kinerja perekonomian daerah. Hal ini bertanda terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier. Ketiga, berdasarkan analisis Model Rasio Pertumbuhan, di Kabupaten Ngawi tidak ditemukan adanya sektor ekonomi yang dominan pertumbuhan, namun sebagian besar sektor ekonomi masuk dalam kualifikasi sektor ekonomi yang menonjol ditingkat propinsi tetapi kurang menonjol ditingkat kabupaten. Keempat, berdasarkan analisis Matrik potensi, sektor ekonomi di Kabupaten Ngawi sebagian besar dikelompokkan dalam ketegori sektor ekonomi berkembang.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu pemerintah daerah hendaknya membuat perencanaan kebijakan pembangunan yang lebih efektif, pemerintah daerah hendaknya mempertahankan dan mempromosikan sektor ekonomi unggulan keluar daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu membuat suatu strategi pengembangan yang tepat sasaran dalam pengembangan kegiatan sektor ekonomi yang potensial dan perencanaan pembangunan daerah hendaknya mengutamakan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang prima dan potensial.

Kata Kunci: Perubahan Struktur Ekonomi, Analisis Shift Share, Analisis Location

Quotient, Analisis Model Rasio Pertumbuhan, Analisis Matrik Potensi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan komponen yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat maka peningkatan taraf hidup harus selalu di upayakan. Seperti halnya tujuan pembangunan nasional yang harus dicapai yaitu meningkatkan taraf hidup di daerah melalui pembangunan yang serasi, terpadu antar sektor dengan perencanaan efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah.

Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir yang merupakan proses transformasi yang membawa perubahan dalam alokasi sumbersumber ekonomi, distribusi manfaat dan akumulasi yang membawa peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang ada di Indonesia agar tepat sasaran, maka pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dan pembangunan nasional yang diarahkan untuk pengembangan daerah. Perencanaan merupakan pijakan awal untuk menentukan arah pembangunan nasional melalui penetapan kebijakan dan program yang tepat serta dengan mengoptimalkan sumber daya dan melibatkan pelaku pembangunan nasional. Bagi bangsa Indonesia, perencanaan pembangunan memiliki itu tujuan yang sangat strategis dan vital

pembangunan ekonomi baik di tingkat nasional maupun daerah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999: 108). Penyelenggaraan pembangunan daerah diarahkan untuk mencapai pembangunan nasional, merupakan perwujudan dari wawasan nusantara. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar sektor serta pembukaan dan percepatan pembangunan yang akan disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah bersangkutan yang diwujudkan dalam pola pembangunan (Arsyad, 1999: 109).

Pembangunan suatu daerah harus memperhatikan sektor-sektor yang ada pada suatu daerah. Salah satu penentu keberhasilan pembangunan daerah adalah semakin meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat daerah tersebut. Dengan adanya pembangunan di bidang ekonomi maka diharapkan taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik, tingkat kemakmuran semakin tinggi, kesempatan kerja semakin luas dan kualitas sumberdaya manusia semakin membaik.

Melalui kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang Melalui kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten yang melaksanakan otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan masyarakat Ngawi tidak berharap terlalu besar kepada pemerintah pusat karena pembangunan tidak lagi dikendalikan secara ketat oleh pemerintah pusat, tetapi akan diserahkan kepada daerah kabupaten/kota sehingga keberhasilan pembangunan di Kabupaten Ngawi akan ikut menentukan keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Oleh karena itu, masyarakat Ngawi dituntut untuk mencari dan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menopang keberlanjutan di Kabupaten Ngawi dan diharapkan masyarakat Ngawi bisa merasa lebih baik karena dapat mengatur sendiri urusan di daerahnya. Dalam hal ini masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi sendirilah yang tahu apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Kabupaten Ngawi, sehingga perumusan perencanaan pembangunan termasuk pembangunan di bidang pertanian dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan tersebut serta Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten yang melaksanakan otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan masyarakat Ngawi tidak berharap terlalu besar kepada pemerintah pusat karena pembangunan tidak lagi dikendalikan secara ketat oleh pemerintah pusat, tetapi akan diserahkan kepada daerah kabupaten/kota sehingga keberhasilan pembangunan di Kabupaten Ngawi akan ikut menentukan keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Oleh karena itu, masyarakat Ngawi dituntut untuk mencari dan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menopang keberlanjutan di Kabupaten Ngawi dan diharapkan masyarakat Ngawi bisa merasa lebih baik karena dapat mengatur sendiri urusan di daerahnya. Dalam hal ini masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi sendirilah yang tahu apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Kabupaten Ngawi, sehingga perumusan perencanaan pembangunan termasuk pembangunan di bidang pertanian dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan tersebut serta

Berdasarkan kontribusinya sektoral PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Ngawi tahun 2002, 2005, 2007, dan 2010 sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor pertanian pada tahun 2002 berkontribusi 39,79%, tahun 2005 berkontribusi 37,17% tahun 2007 berkontribusi 37,31% dan di tahun 2010 berkontribusi 36%. Sedangkan sektor ekonomi dengan kontribusi terkecil di Kabupaten Ngawi tahun 2002, 2005, 2007, dan 2010 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya memberikan kontribusi pada tahun 2002 sebesar 0,55%, tahun 2005 sebesar 0,56%, tahun 2007 sebesar 0,58% dan tahun 2010 sebesar 0,56%, selanjutnya dapat di lihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002- 2005-2007-2010 (Juta Rupiah)

No Sektor

Kontribusi nilai Kontribusi (1)

Pertambangan dan Penggalian

3 Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Minum

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Kabupaten Ngawi

Secara keseluruhan laju pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi pada tahun 2002, 2005, 2007 dan 2010 menunjukan adanya suatu tingkat pertumbuhan yang positif. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi tahun 2002 adalah sektor listrik, gas dan air minum sebesar 7,83%, tahun 2005 adalah sektor kontruksi sebesar 6,55%, tahun 2007 adalah sektor penangkutan dan komunikasi sebesar 7,31%, dan tahun 2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,82%. Sedangkan sektor dengan pertumbuhan terendah pada tahun 2002 adalah sektor pertanian sebesar 0,17%, tahun 2005 adalah sektor industri pengolahan sebesar 2,26%, tahun 2007 adalah sektor jasa-jasa sebesar 3,11%, dan tahun 2010 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 3,19%, selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 1.2 di bawah

Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2002- 2005-2007-2010 (Juta Rupiah)

Sumber: BPS Kabupaten Ngawi

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini mengambil judul “ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010 ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka diambil permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010 ?

2. Bagaimanakah perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Ngawi tahun

No Sektor

Pertum buhan

(%)

nilai

Pertum buhan (%)

4.67 1.145.589,73 4.87 2 Pertambangan dan

7.21 17.526,39 3.19 3 Industri Pengolahan

4.8 196.280,68 6.22 4 Listrik, Gas dan Air

5.74 135.663,44 6.77 6 Perdagangan, Hotel

dan Restoran

6.95 923.010,01 8.82 7 Pengangkutan dan

Persewaan dan Jasa Perusahaan

109.505,86

5.06 129.290,39

5.24 167.732,93

3.62 190.048,43 5.28 9 Jasa-jasa

296.841,70

2.46 327.654,41

3.25 367.281,87

3.11 412.818,32 3.40 Jumlah

2.122.888,84

3,15 2.369.081,99

4,24 2.639.717,89

5,59 3.121.821,49 5,99

Ngawi tahun 2002-2010 ?

4. Bagaimanakah gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010

2. Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010.

3. Untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010.

4. Untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk 2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pengertian pembangunan ekonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 1999: 6). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu di diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Para ahli banyak memberikan pengertian mengenai pembangunan ekonomi daerah, di antaranya adalah pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (Arsyad, 1999: 298).

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) denganmenggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan

pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan. Selain itu, Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Proses adalah proses mencakup pembentukan institusi-institusi alternatif perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Pada hakekatnya pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan pelaksanaan pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional tersebut serta tunduk pada peraturan tertentu (Arsyad, 1999: 107-108). Menurut Arsyad (1999: 107-108) Pembangunan ekonomi apabila dilihat dari sisi kegiatan ekonomi dan dari sudut penyebarannya ada 3 (tiga) adalah :

1. Daerah Homogen Daerah homogen adalah daerah yang dianggap sebagai ruang di mana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam pelosok ruang terdapat sifat- sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapita, sosial-budayanya, geografinya dan sebagainya.

2. Daerah Nodal Daerah nodal adalah daerah yang dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi sehingga perbatasan daerah tersebut ditentukan oleh tempat-tempat 2. Daerah Nodal Daerah nodal adalah daerah yang dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi sehingga perbatasan daerah tersebut ditentukan oleh tempat-tempat

3. Daerah Perencanaan Daerah perencanaan adalah daerah administrasi dimana dalam daerah yang bersangkutan juga merupakan suatu ekonomi ruang yang berada di bawah suatu daerah adminstrasi tertentu (seperti Provinsi, kabupaten kota dan sebagainya). Jadi pengertian daerah di sini lebihditunjukan pada pembagian daerah yang adminstratif suatu wilayah.

B. Kebijakan Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dengan ditetapkannya Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai perundang-undangan. Sejalan dengan adanya Undang- undang Otonomi Daerah tersebut maka sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk menangani potensi wilayah yang berada dalam ruang lingkup pemerintahannya.

Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai

Pelaksanaan otonomi daerah menuntut tiap daerah agar bisa melaksanakan optimalisasi semua sumber dayanya. Oleh karena itu, tiap daerah harus bisa cermat dalam memberdayakan potensi alam daerah setempat supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan daerah lain sehingga daerah perlu melakukan antisipasi dengan menentukan sektor apa yang menjadi basis ekonomi dan kemungkinan bisa dikembangkan pada masa yang akan datang (Suyatno, 2000).

Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di wilayah kerjanya. Partisipasi tersebut dengan memperhatikan beberapa azas berikut ini: (i) mengembangkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing daerah sesuai dengan potensi sumber daya spesifik yang dimilikinya, serta Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di wilayah kerjanya. Partisipasi tersebut dengan memperhatikan beberapa azas berikut ini: (i) mengembangkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing daerah sesuai dengan potensi sumber daya spesifik yang dimilikinya, serta

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu bagaimana memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakikatnya, inti dari teori- teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang metode dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (Arsyad, 1999: 114).

Pengembangan analisis untuk mengembangkan perekonomian suatu daerah penting sekali kegunaanya sebagai sarana mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya. Pengembangan metode analisis ini kemudian dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil guna mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Akan tetapi di pihak lain harus diakui, menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit.

analisis perekonomian di antaranya:

1. Data tentang daerah Data tentang daerah kadang sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan berdasarkan pengertian daerah nodal (berdasarkan fungsinya).

2. Data tidak sesuai Data yang dibutuhkan umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.

3. Data perekonomian daerah Data perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan sebab perekonomian daerah lebih terbuka jika dibandingkan dengan perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran aliran yang masuk dan keluar dari suatu daerah sukar diperoleh.

4. Data bagi negara sedang berkembang Bagi negara sedang berkembang, disamping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum, data yang terbatas itu pun banyak yang kurang akurat dan terkadang relatif sulit dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian yang sebenarnya di suatu daerah.

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999: 116). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation ). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory ).

Teori basis ekonomi membagi kegiatan ekonomi kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan sektor basis merupakan kegiatan suatu masysrakat yang hasilnya berupa barang dan jasa yang ditujukan untuk ekspor keluar, regional, nasional, dan Teori basis ekonomi membagi kegiatan ekonomi kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan sektor basis merupakan kegiatan suatu masysrakat yang hasilnya berupa barang dan jasa yang ditujukan untuk ekspor keluar, regional, nasional, dan

Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi. Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, yang akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis dan begitu juga untuk sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama.

Inti dari teori basis ekonomi ini adalah karena industri basis menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadi arus pendapatan dari luar daerah yang menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, selanjutnya pada saat gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru (Arsyad,

Peranan teori ekonomi neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan 2 (dua) konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equlibrium) dan mobilitas faktor produksi artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal mengalir tanpa restriksi (pembatasan) oleh karena itu modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupah rendah (Arsyad, 1999: 115).

3. Teori Lokasi Para ekonom regional sering mengatakan bahwa ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi petumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi dan lokasi! Pernyataan tersebut masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.

Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan serta Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan serta

4. Teori Lokasi Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya industri dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaaan. Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai wilayah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah (Arsyad, 1999: 117).

5. Teori Kausasi Kumulatif Kondisi daerah-daerah disekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative 5. Teori Kausasi Kumulatif Kondisi daerah-daerah disekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative

6. Model Daya Tarik (attraction) Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialiasi dengan cara melalui pemberian subsidi dan insentif (Arsyad, 1999: 118).

D. Teori Transformasi dan Perubahan Struktur Wilayah

Teori perubahan wilayah diturunkan dari kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah akan terkait dengan perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi, misalnya perubahan produksi sektoral, distribusi pendapatan dan pengembangan spasial. Dalam jangka panjang perubahan struktur ekonomi akan mempengaruhi spasialisasi produksi dan aktivitas perdagangan yang menentukan distribusi penduduk dan perubahan ekonomi ruang.

Transformasi struktural tak selamanya mempunyai efek positif dalam pembangunan, ada pula sisi negatifnya, karena biasanya sektor industri biasanya ada di daerah perkotaan maka akan terjadi arus urbanisasi dari desa ke kota, yang akibatnya pendapatan hanya akan terjadi di sektor modern daerah perkotaan, sementara pedesaan yang banyak ditinggalkan pekerja Transformasi struktural tak selamanya mempunyai efek positif dalam pembangunan, ada pula sisi negatifnya, karena biasanya sektor industri biasanya ada di daerah perkotaan maka akan terjadi arus urbanisasi dari desa ke kota, yang akibatnya pendapatan hanya akan terjadi di sektor modern daerah perkotaan, sementara pedesaan yang banyak ditinggalkan pekerja

Berkaitan dengan teori pembangunan ekonomi daerah yang lain Todaro (2000) mengemukakan tentang teori perubahan struktural. Teori ini menitikberatkan pada mekanisme transformasi perekonomian yang bersifat subsistem (sektor pertanian) dan kemudian diubah menuju struktur perekonomian modern yang didominasi sektor industri. Teori ini merupakan kombinasi dari teori migrasi yang dikemukakan oleh Arthur Lewis dan Hollis Chenery dengan teori transformasi struktural.

Dalam teori migrasi Lewis menjelaskan bahwa, migrasi yang terjadi merupakan proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tenaga output (Lewis, 1986). Dalam perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua yaitu: Pertama, Perekonomian Tradisional (di pedesaan) dimana diasumsikan mengalami surplus tenaga kerja yang erat kaitannya dengan basis utama perekonomian yang berada pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang bersifat subsisten pula. Kedua, Perekonomian Industri di daerah perkotaan dimana tingkat produktivitas yang tinggi dari input (termasuk tenaga kerja) digunakan.

Daerah

Menurut Arsyad (1999: 108) permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan- kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi.

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Pada Pengertian sektor unggulan dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (i) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (ii) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (i) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (ii) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas;

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannyasektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistika (2002: 3) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan yang digunakan (BPS, 2002: 5-6) yaitu :

1. Pendekatan Produksi Pendekatan produksi adalah pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

2. Pendekatan Pendapatan Pendekatan pendapatan adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi:

a. Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)

b. Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)

c. Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)

d. Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)

Pendekatan pengeluaran adalah model pendekatan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

a. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

b. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto.

c. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

4. Metode Alokasi Metode alokasi adalah pendekatan yang digunakan apabila tidak memungkinkan menghitung data pendapatan regional dengan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode lokasi atau metode tidak langsung.

Sebagai contoh, bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan kantor cabang tidak mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena perhitungan rugi-laba dilakukan di kantor pusat. Untuk mengatasi hal itu penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka oleh kantor pusat dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat menunjukkan seberapa besarnya peranan suatu kantor cabang terhadap kantor pusat. Penyajian menghitung PDRB dilakukan sebagai berikut:

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai PDRB.

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2010) dengan judul “Analisis Potensi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008”. Dengan alat analisis Location Quotient LQ dapat disimpulkan bahwa sektor perekonomian Kabupaten Sragen yang menjadi sektor basis selama tahun penelitian (2004-2008) yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih, Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan, Serta Sektor Jasa-Jasa. Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) yang menjadi sektor berpotensi berkembang selama tahun penelitian (2004-2008) yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih, Sektor Bangunan/Konstruksi; Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, Persewaan

(DLQ) yang menjadi sektor unggulan selama tahun penelitian (2004-2008) yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor perekonomian yang menjadi sektor andalan selama tahun penelitian (2004- 2008) yaitu: Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Bangunan/Konstruksi. Hasil analisis SWOT yang berhubungan dengan pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Sragen untuk pelaku usaha: Memanfaatkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan hasil pertanian, peningkatan kemampuan tentang masa tanam atau merubah tanaman yang cocok pada iklim tersebut, mengoptimalkan sumber dana dan bantuan pemerintah untuk kelangsungan usaha, memenuhi permintaan pasar dan memperluas pasar, memanfaatkan adanya kelompok tani dan koperasi untuk modal dan penambahan modal petani, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan hasil pertanian, meningkatan kemampuan manajemen dan pemasaran sebagai kompetensi kewirausahaan di kalangan pelaku usaha, tingkatkan kualitas dan kuantitas pertanian menghadapi persaingan, menanggulangi serangan hama/ penyakit ternak. Untuk Pemerintah daerah: Prioritas utama pembangunan ekonomi, pemberdayaan petani melalui penerapan teknologi pertanian, Program bantuan serta pembinaan dan pendampingan pertanian, penguatan kelembagaan dan modal usaha pertanian, perbaikan fasilitas sarana (DLQ) yang menjadi sektor unggulan selama tahun penelitian (2004-2008) yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor perekonomian yang menjadi sektor andalan selama tahun penelitian (2004- 2008) yaitu: Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Bangunan/Konstruksi. Hasil analisis SWOT yang berhubungan dengan pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Sragen untuk pelaku usaha: Memanfaatkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan hasil pertanian, peningkatan kemampuan tentang masa tanam atau merubah tanaman yang cocok pada iklim tersebut, mengoptimalkan sumber dana dan bantuan pemerintah untuk kelangsungan usaha, memenuhi permintaan pasar dan memperluas pasar, memanfaatkan adanya kelompok tani dan koperasi untuk modal dan penambahan modal petani, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan hasil pertanian, meningkatan kemampuan manajemen dan pemasaran sebagai kompetensi kewirausahaan di kalangan pelaku usaha, tingkatkan kualitas dan kuantitas pertanian menghadapi persaingan, menanggulangi serangan hama/ penyakit ternak. Untuk Pemerintah daerah: Prioritas utama pembangunan ekonomi, pemberdayaan petani melalui penerapan teknologi pertanian, Program bantuan serta pembinaan dan pendampingan pertanian, penguatan kelembagaan dan modal usaha pertanian, perbaikan fasilitas sarana