ANALISIS KOMPARATIF USAHA PEMBESARAN IKAN NILA MERAH KARAMBA DI WADUK DAN GENANGAN AIR HUJAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

ANALISIS KOMPARATIF USAHA PEMBESARAN IKAN NILA MERAH KARAMBA DI WADUK DAN GENANGAN AIR HUJAN DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Agus Eko Purnomo

H 0306002

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

ii

ANALISIS KOMPARATIF USAHA PEMBESARAN IKAN NILA MERAH KARAMBA DI WADUK DAN GENANGAN AIR HUJAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

yang dipersiapkan dan disusun oleh: AGUS EKO PURNOMO

NIM. H0306002

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 20 Juli 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Agustono,MSi NIP. 196408001990031004

Anggota I

R. Kunto Adi, SP, MP NIP. 19731017 200312 1 002

Anggota II

Mei Tri Sundari, SP, MSi. NIP. 197805032005012002

Surakarta, Juli 2012

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS.

NIP. 19551217 198203 1 003

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan di Kabupaten Sukoharjo”.

Usaha yang terbaik senantiasa dilakukan dan menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Usaha pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan di Kabupaten Sukoharjo”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada Penyusun.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Sri Marwanti, M.S. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku ketua komisi sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Mei Tri Sundari, SP., M.Si, selaku pembimbing akademik dan penguji skripsi, bimbingan serta arahan kepada Penyusun selama menempuh pembelajaran di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Ir. Agustono, M.Si., selaku Pembimbing Utama Skripsi dan penguji skripsi, yang dengan sabar memberikan nasihat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi Penyusun.

commit to user

iv

7. Bapak R. Kunto Adi, SP., MP. selaku pembimbing pendamping dan penguji skripsi atas diskusi, bimbingan, serta arahan kepada Penyusun.

8. Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian dan Perikanan, serta Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan bagi penulis.

9. Ayah, ibu, adek dan semua saudara-saudara atas do’a, cinta, serta kesabaran yang senantiasa mengalir.

10. Keluarga besar Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret angkatan 2006.

11. Seluruh responden dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam penelitian maupun penyusunan skripsi.

Penulis sadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Kabupaten Sukoharjo maupun bagi almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala keren- dahan hati penulis berharap dibalik kekurangsempurnaan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan tambahan pengetahuan.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Ikan Segar Secara Umum ..............................

2 Tabel 2. Jumlah Konsumsi Ikan nila merah di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2008-2011 ..........................................................

3 Tabel 3. Jumlah Jumlah Produksi Ikan nila merah di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2008-2011 ..........................................................

4 Tabel 4. Jumlah Petani, Jumlah Karamba dan Luas Karamba

Budidaya pembesaran ikan nila merah karamba di Kabupaten sukoharjo......................................................................

28 Tabel 5. Penentuan Jumlah Responden Usaha Pembesaran Ikan

nila merah Karambadi Kabupaten Sukoharjo ................................

30 Tabel 6. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten SukoharjoTahun

2001-2010 ......................................................................................

42 Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan

Bendosari menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 .............................

43 Tabel 8. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ..............................

44 Tabel 9. Banyaknya Penduduk (15 tahun keatas) yang Bekerja

menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ....................................................................................

45 Tabel 10. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian di

Kabupaten Sukoharjo Selama 5 Tahun (2005-2009) .....................

47 Tabel 11. Banyaknya Produksi Perikanan Darat Menurut Sub

Sektor di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 ( Ton ) ............

48 Tabel 12. Karakteristik petani sampel Usaha pembesaran ikan nila

merah karamba di waduk dan genangan air hujan ........................

51 Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usaha

pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air dalam Satu Kali Musim Tanam Tahun 2011 ............

53 Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Pembesaran

Ikan Nila Merah Karamba Dalam Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 ................................................................

54 Tabel 15. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usaha pembesaran ikan

nila merah karamba di waduk dan genangan air dalam satu kali masa pembesaran Tanam Tahun 2011 ............................

56

commit to user

viii

Tabel 16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usaha Pembesaran Ikan

Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air dalam Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 ......................................

57 Tabel 17. Rata-rata Biaya Lain-lain Usaha Pembesaran Ikan Nila

Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air dalam Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 ......................................

59 Tabel 18. Rata-rata Biaya Mengusahakan Usaha Pembesaran Ikan

Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air dalam Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 ............................

60 Tabel 19. Rata-rata Pendapatan Usaha pembesaran ikan nila merah

karamba di waduk dan genangan air dalam satu kali masa pembesaran Tahun 2011 .......................................................

61 Tabel 20. Rata-rata Produktifitas Usaha pembesaran ikan nila

merah karamba di waduk dan genangan air dalam satu kali masa pembesaran Tahun 2011 ................................................

62 Tabel 21. Hasil Analisis R/C Ratio pada Usaha Pembesaran Ikan

Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan Tahun 2011 ..........................................................................

64 Tabel 22. Risiko dan Batas Bawah Keuntungan Usaha

Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan Tahun 2011 ..................................................

65

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah ...............................

23

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

1 Identitas Sampel Petani Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk ........................................................................

71

2. Penggunaan Sarana Produksi Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah di Waduk Dalam Satu Kali Masa Pembesaran di Kabupaten Sukoharjo .................................................................

72

3. Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usaha PembesaranIkan Nila Merah Karamba di waduk Dalam Satu Kali Masa Pembesaran di Kabupaten Sukoharjo ..................

73

4 Biaya Lain-lain Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk Dalam Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 .................................................................................... 74

5 Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Satu Kali Masa Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk Tahun 2011 ................................................................................................ 75

6 Total Biaya Usaha Pembesaran Ikan Nila Karamba di Waduk Pada Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 ................. 76

7 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk Pada Satu Kali Pembesaran Tahun 2011 ...............................................................

77

8 Produktifitas Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk Pada Satu Kali Pembesaran Tahun 2011 ...............................................................................................

78

9 Identitas Sampel Petani Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Genangan Air Sungai .................................................

79

10 Penggunaan Sarana Produksi Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba .....................................................................

80

11 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usaha PembesaranIkan Nila Merah Karamba di Genangan Air Dalam Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 .........................

81

12 Biaya Lain-lain Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Genangan Air Dalam Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 ................................................................................................

82

13 Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Satu Kali Masa Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Genangan Air Tahun 2011 ....................................................................................

83

commit to user

xi

14 Total Biaya Usaha Pembesaran Ikan Nila Karamba di Genangan Air Pada Satu Kali Masa Pembesaran Tahun 2011 ................................................................................................

84

15 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di genangan Air Pada Satu Kali Pembesaran Tahun 2011 ................................................................

85

16 Produktifitas Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk Pada Satu Kali Pembesaran Tahun 2011 ...............................................................................................

86

17 Analisis uji t Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan Pada Satu Kali Pembesaran Per Usaha Tahun 2011 ......................................

87

18 Resiko Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk Pada Satu Kali Pembesaran Per Usaha Tahun 2011 ...............................................................................................

95

29 Resiko Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk Pada Satu Kali Pembesaran Per Usaha Tahun 2011 ...............................................................................................

96

20 Analisis B/C rasio Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan Pada Satu Kali Pembesaran Per Usaha Tahun 2011 ......................................

97

21 Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan Pada Satu Kali Pembesaran Tahun 2011 ...............................................

23 Peta Kabupaten Sukoharjo ............................................................. 104

24 Perijinan Penelitian ....................................................................... 105

25 Foto Penelitian .............................................................................. 107

commit to user

xii

ANALISIS KOMPARATIF USAHA PEMBESARAN IKAN NILA MERAH KARAMBA DI WADUK DAN GENANGAN AIR HUJAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

Agus Eko Purnomo

H 0306002

RINGKASAN

Agus Eko Purnomo. H 0306006. 2012. Analisis Komaratif Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan Air Hujan di

Kabupaten Kudus. Di bawah bimbingan Ir. Agustono, MSi dan R. Kunto Adi, SP. MP. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan yang

bertujuan untuk mengkaji produktifitas, pendapatan, efisiensi, kemanfaatan dan resiko dari usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan

Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik. Penentuan tempat

penelitian dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). Penentuan tempat penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Sukoharjo terdapat usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan. Selain itu Kabupaten Sukoharjo juga memiliki fasilitas-fasilitas dalam pengembangan usaha budidaya perikanan seperti balai benih ikan.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata produktivitas dalam satu kali masa pembesaran (MP) dari usaha pembesaran ikan nila merah karamba diwaduk lebih kecil dibanding dengan usaha pembesaran ikan nila merah karamba di genangan hujan, hal ini dikarenakan luasan kolam berbeda antara waduk dan genangan air

hujan . Rata-rata produksi pada usaha pembesaran ikan nila merah karamba di

waduk lebih kecil daripada Usaha pembesaran ikan nila merah karamba di genangan air hujan, yaitu sebesar 133,125 Kg/MP yang lebih kecil daripada rata- rata produksi pembesaran ikan nila merah karamba di genangan air hujan yang besarnya 151,97 Kg/MP. Penerimaan yang diperoleh penerimaan yang diterima petani ikan karamba di waduk juga lebih besar, yaitu sebesar Rp 33.003.281,25 / MP yang lebih besar daripada penerimaan usaha pembesaran ikan nila merah karamba di genangan sebesar Rp 22.485.416,67/MP . Besarnya pendapatan Usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk adalah Rp 5.878.450,52MP, sedangkan pendapatan Usaha pembesaran ikan nila merah karamba di genangan air hujan sebesar Rp 5.919.802,22/ MP.

Usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan di Kabupaten Sukoharjo yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar1,26 dan 1,18.Sedangkan untuk B/C rasio sebesar 1,00 yang berarti pembesaran ikan nila merah di waduk lebih menguntungkan daripada pembesaran ikan nila merah di genangan air hujan. Bahwa besarnya simpangan baku Usaha Pembesaran Ikan

commit to user

xiii

Nila Merah Karamba di Waduk dan Genangan air hujan Hujan Tahun 2011 adalah Rp. 41.215.711,56 dan Rp. 77.235.543,50 besarnya koefisien variasi sebesar 6,11 dan12,96. Sedangkan batas bawah keuntungan sebesar Rp -77.721.653,26 untuk Usaha pembesaran Ikan Nila Merah karamba di waduk dan Rp. -147.630.327,8 untuk Usaha pembesaran Ikan Nila Merah karamba di genangan air hujan. Maka dapat dinyatakan bahwa Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah Karamba di Waduk dan di Genangan air hujan Hujan menanggung risiko.

commit to user

xiv

THE COMPARATIVE ANALYSIS OF INDIGO RED FISH ENLARGEMENT BY KARAMBA SYSTEM IN RESERVOIR AND RAINWATER IN SUKOHARJO DISTRICT

Agus Eko Purnomo

H 0306002

SUMMARY

Agus Eko Purnomo. H 0306006. 2012 . The Comparative Analysis of Indigo Red Fish Elargement by Karamba System in Reservoir and

Rainwater in Sukoharjo District. Under the guidance of Ir. Agustono, MSi dan R. Kunto Adi, SP. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

This thesis is based on the results of research aimed at aimed to assess the productivity, revenue, efficiency, usefulness, risk of farms rearing red fish cages in reservoirs and rainwater .

The basic method of research is analytical descriptive method. Determination of places in this research study done on purposive. Determination of the research site was chosen on the basis that there is a farming district Sukoharjo red fish rearing cages in the reservoir and rain puddles. In addition Sukoharjo district also has facilities in the development of aquaculture such as fish breeding centers .

The results average productivity in a time period of enlargement of farms rearing red tilapia cages reservoirs smaller than that of red fish farm rearing cages in a puddle of rain, this is because the area of land is different between the reservoirs and rainwater. Average production in the farming of red fish rearing cages in the reservoir is smaller than the farming of red cages in a puddle of rain water, which amounted to 133.125 Kg / Season is smaller than the average production of red tilapia fish rearing cages in the amount of rainwater 151.97 Kg / Season. Revenue that the revenue received by farmers fish cages in the reservoir is also larger, amounting to Rp 33,003,281.25 / Season is greater than the acceptance of farm rearing red fish cages in a pool of Rp 22,485,416.67 / Season. The amount of farm income rearing red fish cages in the reservoir is Rp 5.878.450,52 Season, while farm income rearing red fish cages in rain puddles of Rp 5.919.802,22/ Season.

Business enlargement of red fish cages in reservoirs and rainwater run Sukoharjo district so far has been efficient as indicated by the value of R / C ratio is more than one 1, 26 and 1.18. As for the B / C ratio of 1, 00 which means the enlargement of red fish in the reservoirs is more profitable than the rearing red fish in rain puddles. That the magnitude of the standard deviation of the Red Fish Farming Enlargement Reservoir and rain puddles rain in 2011 was Rp. 41,215,711.56 . 77,235,543.50 magnitude of the coefficient of variation of 6.70 and 12.96. While the lower limit for a income of Rp -77.721.653,26 Red Fish farming cages enlargement in the reservoir and Rp. -147.630.327,8 For Red Fish

commit to user

xv

farming rearing cages in rain puddles of rain. The enlargement of Red Fish Farming in the Reservoir and the Rainwater had risk.

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang.

manusia untuk memperkembangkan tumbuh-tumbuhan maupun hewan dengan maksud supaya tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dapat lebih baik memenuhi kebutuhan manusia. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki posisi yang sangat penting. Indonesia memiliki luas lahan dan kondisi iklim yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian .

Indonesia merupakan negara agraris yang mana sektor pertanian mampu memegang peranan yang penting bagi kehidupan. Menurut Soekartawi (1999), pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kelima sub sektor pertanian tersebut bila ditangani dengan serius sebenarnya akan mampu memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia mendatang. Salah satu cara penanganannya yaitu dengan berorientasi pada agrobisnis.

Perikanan sebagai salah satu sub sektor pertanian mempunyai kedudu- kan yang unik dan spesifik dalam Pola Dasar Pembangunan Nasional, yang perlu mendapat perhatian khusus mengingat dominannya faktor-faktor geogra- fis, hidrografis serta jenis flora dan fauna perikanan yang sangat beragam. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani, mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil perikanan, menciptakan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani nelayan, serta menunjang pembangunan daerah (Anonim, 2004).

commit to user

Salah satu perwujudan serta usaha penyediaan pangan dan gizi yang memadai adalah mencakup kebutuhan protein hewani. Protein merupakan kebutuhan pokok disamping beras (karbohidrat). Makanan-makanan yang kaya akan protein dapat menolong agar darah tetap merah, saraf dan otot tetap sehat serta membentuk tulang-tulang gigi dan kuku menjadi keras dan kuat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah mengkonsumsi ikan. Ikan merupakan bahan makanan yang kaya akan zat-zat gizi essensial, secara umum komposisi kandungan ikan sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Ikan Segar Secara Umum No

Bahan Penyusun

Kandungan Gizi

Lemak Karbohidrat Vitamin Zat Besi Seng Lainnya

Basah + 17 % Kering + 40 % +8% +5%

+ 0,01 % + 0,1 % + 0,05 % +5%

Sumber : Ellen, 1991 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa bahan penyusun ikan yang

paling utama adalah protein yaitu terdiri dari basah + 17% dan kering + 40 %. Dapat dikatakan bahwa ikan merupakan sumber protein hewani yang penting. Komposisi unsur lain yang cukup besar adalah lemak dan karbohidrat disamping unsur-unsur lain yang ikut menyusun komposisi ikan. Selain sebagai sumber protein ikan juga menghasilkan kalori yang cukup tinggi yaitu sebesar + 200%.

Ikan nila merah merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dimasukkan ke dalam salah satu komoditas ekspor dari Indonesia. Beberapa negara pengimpor ikan nila merah ini adalah Amerika Serikat,Arab Saudi serta Kuwait.Ikan ini banyak diminati oleh banyak produsen maupun konsumen ikan dikarenakan mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah dapat dibudidayakan diberbagai jenis air, kemampuannya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan hidup yang baru sangat baik.

commit to user

Selain itu ikan nila merah mempunyai tingkat daya tahan yang tinggi terhadap perubahan cuaca, termasuk ikan pemakan segala yang mempunyai sistem pencernaan yang sangat efisien. Kelebihan lainnya adalah laju pertumbuhannya termasuk cepat, daging yang terdapat disisi tubuhnya sangat tebal dan tekstur daging dan rasanya mirip dengan ikan kakap.

Hal ini sangat mendukung untuk berbudidaya ikan nila merah di Kabupaten Sukoharjo. Karena terdapat lokasi yang sangat cocok untuk budidaya ikan nila merah yaitu di waduk dan genangan air hujan.dengan lokasi kabupaten sukoharjo yang sangat strategis sangat mendukung dan berpotensi bagi budidaya ikan nila merah karamba untuk berkembang.

Perkembangan konsumsi akan bahan pangan khususnya protein hewani, pakan, dan bahan baku industri semakin meningkat. Hal ini pula yang terjadi dengan perkembangan perikanan di Kabupaten Sukoharjo yang semakin berkembang pesat. Potensi perikanan di Kabupaten Sukoharjo cukup tinggi mengingat keadaan geografis Kabupaten Sukoharjo yang sangat mendukung yaitu dengan tersedianya tempat-tempat yang cocok untuk budidaya perikanan dan sumber daya alam yang memadai. Disamping itu juga tersedianya benih yang berkualitas dengan di tunjang dengan adanya balai benih ikan dan unit pembenihan rakyat ( UPR ). Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah konsumsi ikan nila merah di Kabupaten Sukoharjo seperti terlihat pada Tabel 3 :

Tabel 2. Jumlah Konsumsi Ikan nila merah di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2008-2011 Tahun

Jumlah Konsumsi ( Kg/kap/th )

Laju Persentase (%)

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah konsumsi ikan nila

merah yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan

commit to user

karena minat konsumsi ikan nila merah yang semakin meningkat, kesadaran masyarakat akan kandungan gizi dan protein ikan nila merah yang cukup tinggi, ikan nila merah merupakan ikan yang rendah kolesterol sehingga cocok di konsumsi oleh semua orang dan juga ketersediaan di pasar yang cukup banyak.

Ikan nila merah merupakan salah satu jenis komoditi yang cukup diminati masyarakat, selain karena rasa dagingnya enak seperti ikan kakap, harga ikan nila merah juga relatif terjangkau apabila dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya. Harga ikan nila merah di pasaran hanya berkisar antara Rp. 15.000/kg – Rp. 18.000/kg sedangkan untuk ikan kakap mencapai Rp. 20.000/kg- Rp 25.000/kg. Kondisi perikaanan ikan nila merah karamba di Kabupaten Sukoharjo yang semakin berkembang pesat secara otomatis membuat jumlah unit karamba dan produksi juga semakin bertambah.

Berikut adalah jumlah produksi Ikan nila merah di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008-2011

Tabel 3. Jumlah Produksi Ikan nila merah di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2008-2011 Tahun

Jumlah Produksi (ton)

Laju Persentase (%)

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa budidaya ikan nila merah

karamba jumlah produksinya bertambah. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya lokasi genangan yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar genangan. Data jumlah produksi ikan nila merah di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2008–2011 menunjukkan perkembangan yang baik karena jumlah produksi ikan nila merah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga budidaya pembesaran ikan nila merah karamba mempunyai potensi yang sangat bagus untuk di kembangkan.

commit to user

B. Perumusan Masalah

Usahatani adalah suatu bentuk organisasi faktor-faktor produksi untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga petani yang sebesar-besarnya dan kontinu. Oleh karena itu, usahatani merupakan suatu usaha yang kompleks dan unik.

Salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam usahatani adalah menentukan usahatani apa yang akan diusahakan yang dapat memberikan pendapatan dengan penggunaan sumber daya yang ada. Petani berusaha untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya tersebut sebaik- baiknya agar diperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. Petani memperhitungkan pendapatan dengan membandingkan antara hasil yang diterima pada saat panen dengan biaya yang telah dikeluarkan.

Usahatani pemeliharaan ikan nila merah di karamba merupakan salah satu sumber produksi ikan dalam rangka menjaga keberlangsungan sektor perikanan. Usahatani pembesaran ikan nila merah di karamba banyak diminati oleh petani sebagai mata pencaharian yang merupakan sumber pendapatan petani. Dalam melakukan usahataninya petani mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu bagaimana usahatani yang dilakukannya tersebut akan dapat memberikan pendapatan dengan penggunaan sumber daya yang ada. Petani berusaha untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya tersebut sebaik- baiknya agar diperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya.

Usahatani ikan nila sistem karamba di Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan di bekas alur sungai Bengawan Solo dan waduk sejak tahun 1997 aatas inisiatif warga yang ingin memanfaatkan genangan tersebut daripada menjadi sarang nyamuk. Dari hasil uji coba pada tahun 1997 tersebut usahatani ini mendapat sambutan yang baik dan terus mengalami perkembangan. Dan dari lahan yang ada sudah ada tiga Kecamatan yang melaksanakan usahatani nila di karamba pada genangan yaitu Kecamatan Sukoharjo, Grogol dan Tawangsari sedangkan di waduk yaitu di Kecamatan Bendosari. Dengan adanya perbedaan tempat memelihara ikan nila merah maka perlu adanya analisis usaha bahwa dengan adanya perbedaan kondisi

commit to user

budidaya, sumber air dan lokasi budidaya berpengaruh terhadap penerimaan, biaya dan pendapatan usaha tani

Sehubungan dengan ilustrasi di atas rumusan permasalahan dari peneliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah produktivitas usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk berbeda daripada produktivitas usahatani pembesaran ikan nila merah karamba pada genangan air hujan?

2. Apakah pendapatan usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk berbeda daripada pendapatan usahatani pembesaran ikan nila merah karamba pada genangan air hujan?

3. Apakah usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan usahatani pembesaran ikan nila merah karamba pada genangan air hujan berbeda tingkat efisiensinya?

4. Apakah usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan usahatani pembesaran ikan nila merah karamba pada genangan air hujan sama-sama memberikan kemanfaatannya?

5. Apakah usaha pembesaran ikan nila merah di waduk dan genangan air hujan menanggung resiko?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji produktivitas pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan.

2. Mengkaji pendapatan usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan.

3. Mengkaji efisiensi dari usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan.

4. Mengkaji kemanfaatan dari usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan.

5. Mengkaji risiko usaha pembesaran ikan nila merah karamba di waduk dan genangan air hujan.

commit to user

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji. Di samping itu, penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat kelengkapan dalam meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan pihak lembaga yang terkait sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi.

3. Bagi pengusaha/petani, sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam berusahatani.

4. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan tambahan informasi atau bahan pembanding dalam penelitian berikutnya.

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ikan nila merah (Oreochromis sp)

Berdasarkan taksonominya ikan nila merah Merah (Oreochromis sp) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum

: Chordata

Subfilum : Vertebrata Kelas

: Pisces

Subkelas : Teleostei Ordo

: Oreochromis sp

Ikan nila merah Merah (Oreochromis sp) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain itu juga merupakan komoditas penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan air tawar. Bentuk badan ikan nila merah Merah agak pipih kesamping dan tampak kekar. Bentuk kepalanya relatif lancip dan bentuk punggungnya agak membusur. Mulutnya terletak di ujung moncong dan tampak sedikit condong ke arah bawah. Matanya berukuran sedang dan tampak sedikit menonjol dengan hiasan berwarna putih kekuningan di sekeliling pupilnya. Warna tubuh di bagian punggung lebih merah dibanding di bagian tengah dan bawah yang cenderung berwarna merah muda hingga kuning keputihan. Sirip punggungnya berukuran panjang dan ujungnya melewati pangkal ekor. Sirip punggung ini terdiri dari jari-jari keras di bagian depan dan jari-jari lemah di bagian belakangnya. Sirip ekornya berbentuk seperti kipas, sedangkan sirip duburnya berbentuk lancip yang ujungnya melebihi pangkal ekor (Rochdianto, 1991).

Ikan nila merah adalah salah satu komoditas budidaya yang memiliki prospek pasar yang cukup tinggi. Selain mempunyai spesifik

commit to user

rasa, padat dagingnya, mudah disajikan dalam berbagai menu, juga harganya relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat luas. Terlebih kini fillet nila merupakan komoditas ekspor yang mulai diminati oleh negara-negara importir khususnya Amerika Serikat, sebagai alternatif sumber protein non-kelesterol. Dengan keunggulan tersebut, usaha budidaya ikan nila merah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Ikan nila merah juga merupakan salah satu pilihan yang tepat dalam menggantikan posisi ikan mas yang baru-baru ini mengalami kegagalan akibat serangan virus KHV (Koi Herves Virus), yang menyebabkan kematian massal pada usaha budidaya ikan mas (Anonim, 2010).

Peluang pengembangan bisnis perikanan diperkirakan akan terus membaik seiring dengan meningkatnya permintaan ikan di pasaran, baik disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan maupun pergeseran pola konsumsi, kebutuhan manusia akan makanan sehat (healthy food) serta rasa ketidakamanan manusia untuk mengkonsumsi daging ternak (Anonim, 2010).

Pertumbuhan ikan nila merah Merah cepat pada lingkungan ekologi yang baik. Ikan nila merah merah dapat hidup dengan baik pada suhu udara 15,5 sampai 39,0 °C. Suhu yang paling sesuai untuk hidupnya adalah diatas 15,5 °C dan tidak sanggup menghadapi suhu dibawah 12,0 °C. (Asmawi, 1986).

Ukuran benih ikan nila merah yang disebarkan pada usaha budidaya ikan nila merah berukuran 8 – 12 cm atau ukuran berat 30 gram/ ekor dengan padat tebar 5 – 10 ekor/ m2 serta lama pemeliharaan 6 bulan hingga ukuran berat ikan nila merah mencapai 400 – 600 gram/ekor. Setelah masa pemeliharaan 4 – 6 bulan, ikan nila merah dapat dipanen. Pada saat panen total ukuran ikan bervariasi di atas 50 gram/ ekor (Anonim, 2008).

commit to user

2. Karamba Apung

Budidaya ikan adalah salah satu cara untuk mengembangbiakkan baik di kolam sawah sebagai mina padi maupun dengan keramba yang belum dikembangkan di semua daerah. Budidaya ikan dalam keramba ini, timbul karena suatu kebetulan, yang semula dilakukan oleh pedagang ikan hidup di daerah Bandung untuk menampung ikan dagangannya yang belum laku dijual. Ikan-ikan tersebut disimpan di dalam keramba dekat rumah mereka. Akan tetapi ikan tersebut tetap hidup dan bahkan bertambah besar, sehingga hal ini menimbulkan niat para pedagang untuk membudidayakan ikan dalam keramba. Budidaya ikan dalam keramba ini juga dianjurkan untuk menunjang kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga khususnya untuk daerah-daerah yang dekat dengan perairan untuk (sungai, danau dan rawa-rawa. Budidaya ikan dalam keramba sangat berperan dalam membantu melestarikan sumber air ini di perairan umum, karena penangkapan yang dilakukan secara terus menerus akan mengganggu kelestarian di perairan tersebut. Penangkapan ikan pada umumnya dilakukan tanpa memperhatikan ukuran ikan. Dengan adanya sistim budidaya ikan dalam keramba, maka diharapkan anak-anak ikan yang ikut tertangkap akan dibudidayakan, sehingga akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan bila ditangkap waktu masih kecil. Secara garis besar,peranan budidaya ikan dalam keramba adalah :

1. Mendukung usaha peningkatan pembinaan sumber hayati di perairan umum.

2. Meningkatkan produksi yang bernilai ekonomi tinggi serta memenuhi kebutuhankonsumsi ikan secara terus menerus.

3. Meningkatkan pendapatan Para petani ikan serta kesejahteraan petani ikan sepanjangtahun.

4. Menghindari adanya masa paceklik bagi para nelayan dimana pada musim barat paranelayan tidak dapat menangkap ikan.

5. Memperluas lapangan kerja bagi nelayan dan masyarakat secara umum. (Anonim, 2010).

commit to user

Sistem jaring apung atau inponding net adalah suatu wadah yang terbuat dari bahan jarring yang diapungkan dalam air misalnya waduk,danau, bendungan dan sebagainya untuk memelihara ikan. Sitem ini biasanya hanya untuk pembesaran saja. Lokasi yang dipilih sebagai tempat jarring terapung harus memenuhu syarat sebagai berikut:

1. Lokasi harus terlindung dari angin kencang serta hempasan gelombang

2. Kedalaman air antara 5 m - 10 m dan berarus horizontal

3. Bebas dari segala macam pencemaran baik fisik, kimia, biologi dan tidak mempunyai pelepasan air ( stratifikasi air)

4. Sedapat mungkin lokasi mudah di jangkau baik oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Lebih baik bila calon lokasi dekat dengan tempat pemasaran ikan dan sumber sarana misalnya benih, pakan, dan

sebagainya (Anonim 1 ,2010).

3. Produktivitas

Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kuaitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

4. Biaya

Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Dalam menghitung pengeluaran usaha ada bagian usaha yang tidak dapat diperhitungkan didalamnya yaitu upah tenaga kerja keluarga, biaya modal sendiri dan bunga tanah milik petani sendiri. Menurut sifatnya, biaya usaha digolongkan menjadi :

a. Biaya tetap dan biaya variabel

commit to user

Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa tanah dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki seperti bibit, pakan ternak, biaya pembelian sarana produksi dan sebagainya.

b. Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan

Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk usahanya seperti pupuk, pakan ternak, upah tenaga kerja luar dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak dibayarkan dapat berupa penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri dan penyusutan modal.

c. Biaya langsung dan biaya tidak langsung Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung digunakan dalam proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak dan makanan tenaga kerja luar. Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung digunakan dalam proses produksi seperti penyusutan modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga (Prasetya, 1996).

Biaya yang digunakan dalam usaha menurut Hadisapoetra (1973) meliputi :

a. Biaya alat-alat luar, adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usaha untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha serta upah tenaga kerja keluarga sebdiri.

b. Biaya mengusahakan, adalah biaya alat-alat dari luar ditambah dengan tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

c. Biaya menghasilkan, adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usaha.

Cara pengukuran tenaga kerja dengan menggunakan satuan hari kerja orang (HKO) atau satuan jam kerja orang (JKO). Untuk analisis

commit to user

usaha lebih cenderung menggunakan jam kerja orang karena yang disebut hari kerja orang tidak selalu sama untuk semua tempat. Hal ini dipersulit lagi dengan adanya sistem borong dalam usaha (sulit untuk memperhitungkan HKO) (Soekartawi, 2002).

Selain biaya tenaga kerja, diantaranya juga ada biaya penyusutan. Biaya penyusutan adalah biaya pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan karena waktu dan cara penggunaan dari suatu modal tetap (alat-alat, mesin dsb). Biaya penyusutan selama satu tahun diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai pada waktu modal tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi (Hadisapoetra, 1973).

5. Penerimaan

Penerimaan usaha adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari semua cabang usaha tani dan sumber dalam usaha yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali.

Menurut Hadisapoetra (1973), yang termasuk penerimaan usaha adalah:

a. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan memngingat akan adanya penerimaan pada permulaan dan pada akhir tahun.

b. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usaha kepada rumah tangga dan keperluan pribadi dari petani kepada usaha-usaha yang tidak termasuk usaha.

c. Nilai bahan yang dibayarkan sebagai upah tenaga kerja luar. Nilai bahan yang dihasilkan dalam usaha yang diperlukan dalam usaha sendiri sebagai bangunan-banguna tetap misalnya berupa untuk perumahan, alat-alat dan sebagainya.

Menurut Prasetya (1996), penerimaan usaha dapat berwujud tiga hal yaitu :

1. Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur, sayuran dan buah-buahan.

commit to user

2. Nilai dari keseluruhan produksi usaha yang dijual baik dari hasil

pertanaman, ternak, ikan maupun produk lainnya.

3. Kenaikan nila merahi inventaris, nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani akan berubah-ubah setiap tahunnya. Karena ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun perhitungan.

6. Pendapatan

Pendapatan usaha merupakan selisih penerimaan usaha dengan biaya usaha. Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari pendapatan usaha adalah merupakan tabungan dan juga sebagai sumber dana untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usaha dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahanya (Prasetya, 1996).

Menurut Djuwari (1994), analisis dalam usaha untuk meng-hitung pendapatan usaha dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan pendapatan, digunakan jika usaha yang dikelola bersifat subsisten atau tidak berorientasi keuntungan. Pendapatan merupakan pengurangan penerimaan dengan total biaya luar yang secara nyata dibayarkan untuk masukan dari luar .

2. Pendekatan keuntungan, digunakan jika usaha yang dikelola bersifat komersial atau bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Keuntungan merupakan hasil dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan untuk masukan dari luar dan ma-sukan milik sendiri yaitu sewa tanah milik petani, upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal milik sendiri.

Menurut Hadisapoetra (1973) pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya-biaya alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah

commit to user

upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

7. Efisiensi

Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan (Rahardi, 1999).

Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Revenue Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan ( nisbah ) antara penerimaan dan biaya. Secara metematis sebagai berikut:

Efisiensi =

Keterangan : R

= Penerimaan

C = Biaya mengusahakan Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah: R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien, R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan belum efisien atau usaha mencapai titik impas R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien. (Soekartawi, 1995).

8. Kemanfaatan Usaha

Menurut Sutrisno (1983), untuk mengetahui usaha yang secara ekonomi mempunyai kemanfaatan yang lebih besar dengan menggunakan Increamental Benefit Cost Ratio. Increamental B/C Ratio dirumuskan :

commit to user

C B al Increament al

Keterangan :

DB = Selisih penerimaan usaha DC = Selisih biaya usaha

Kriteria : B/C > 1 Usaha A lebih memberikan kemanfaatan daripada usaha B. B/C = 1 Usaha sama-sama memberikan kemanfaatan. B/C < 1 Usaha

tidak

memberikan

kemanfaatan atau tidak

menguntungkan (Sutrisno, 1983).

9. Risiko

Risiko suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan, atau kemungkinan return yang diterima menyimpang dari keadaan yang diharapkan. Makin besar penyimpangan tersebut berarti makin besar risikonya. Risiko investasi mengandung arti bahwa return di waktu yang akan datang tidak dapat diketahui, tetapi hanya dapat diharapkan ( Soekartawi, 1999).

Untuk mengukur risiko secara statistik menggunakan koefisien variasi (KV). Dimana batas bawah pendapatan (L) menunjukkan nilai nominal terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha. Apabila nilai L ³0, maka pengusaha tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya apabila nilai L£ 0 maka dapat disimpulkan bahwa setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diterima pengusaha (Hernanto, 1993).

Untuk menghitung besarnya risiko usaha pembesaran ikan nila merah karamba adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha pembesaran ikan nila merah dengan jumlah

commit to user

keuntungan yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

keterangan : CV (coefficient of variation) = koefisien variasi usaha

V = simpangan baku keuntungan (Rupiah)

E = keuntungan rata-rata usaha (Rupiah)

10. Penelitian Terdahulu

Menurut hasil penelitian Rahayu (2003) di Kabupaten Sukoharjo yang membandingkan usaha ikan nila dan ikan patin sistem karamba menunjukkan bahwa rata-rata karamba yang diusahakan per usaha pada ikan nila adalah 5 unit dengan masa produksi 5 bulan dan pada usaha ikan patin 6 unit dengan masa produksi 8 bulan.

Hasil penelitian pada usaha ikan nila sistem karamba dalam satu kali masa produksi (5 bulan) rata-rata biaya mengusahakan sebesar Rp 806.977,08 per karamba/masa produksi.rata-rata penerimaan sebesar Rp.1.101.000,00 per karamba/masa produksi. Rata-rata pendapatan sebesar Rp. 294.002,00 per karamba/masa produksi. Sehingga rata-rata pendapatan per bulan sebesar Rp. 58.804,58. Sedangkan pada ikan patin sistem karamba dalam satu kali masa produksi ( 8 bulan ) rata-rata biaya mengusahakan sebesar Rp. 1.056.999,11 per karamba/masa produksi.. rata-rata penerimaan sebesar Rp. 1.725.000,00 per karamba/masa produksi.Rata-rata pendapatan sebesar Rp.668.000,89 per karamba/masa produksi. Seingga rata-rata pendapatan per bulan sebesar Rp. 83.500,11.

Hasil uji statistika menunjukkan bahwa terdapat beda nyata antara pendapatan usaha ikan nila sistem karamba dengan ikan patin sistem karamba. Sehingga rata-rata pendapatan usaha ikan patin sistem karamba ( Rp. 83.500,11/karamba/bulan) lebih besar dari pendapatan usaha ikan nila sistem karamba ( Rp. 58.804,58/karamba/bulan).

commit to user

Efisiensi (R/C ratio) usaha ikan nila sistem karamba1,4. Efisiensi (R/C ratio ) ikan patin 1,6 sehingga usaha ikan patin lebih efisien daripada usaha ikan nila sistem karamba.

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah