SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan)

SKRIPSI

Oleh: Erma Susilowati

NIM K1208085

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Juli 2012

commit to user

commit to user

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan)

Oleh: ERMA SUSILOWATI K1208085

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Juli 2012

commit to user

commit to user

commit to user

ABSTRAK

Erma Susilowati. K1208085. PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS di SMA NEGERI KARANGPANDAN). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

Tujuan Penelitian adalah untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pementasan drama, dan kendala-kendala serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal. Sumber data yang digunakan adalah tempat dan peristiwa berkaitan dengan lokasi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas, informan, dan dokumen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik analisis dokumen, teknik observasi, dan teknik wawancara. Validitas data diperoleh melalui triangulasi data, triangulasi metode, dan review informan. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil temuan penelitian tentang pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan diperoleh simpulan: (1) Perencanaan pembelajaran apresiasi drama (silabus dan RPP) yang disusun oleh masih terdapat kekurangan, dalam RPP guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik. (2) Pelaksananaan pembelajaran apresiasi drama, guru menjelaskan materi dengan metode inovatif, media yang digunakan guru laptop, LCD, proyektor, speaker, papan tulis dan spidol. Evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran apresiasi drama terdapat dua jenis, yaitu evaluasi proses dan hasil. (3) Pelaksanaan pementasan drama berwujud rekaman drama yang dimuat dalam CD. (4) Kendala yang dihadapi guru (a) peserta didik yang malu- malu/takut serta kurang rasa percaya diri dan tidak mengerjakan tugas; (b) belum memiliki fasilitas yang lengkap; (c) waktu yang terbatas; (d) kurangnya bahan dan materi ajar. Upaya yang dilakukan guru (a) guru memberikan motivasi, semangat, menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama, guru memberikan kelonggaran waktu untuk menyelesaikan tugas dan bila terjadi berkai-kali guru memberikan sanksi; (b) mengajak peserta didik untuk belajar di ruangan yang memiliki fasilitas lengkap, seperti di laboratorium fisika; (c) guru menjelaskan materi drama dengan singkat, padat, dan jelas, memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk bermain drama dengan kelompoknya masing-masing; (d) mengupayakan mencari tambahan materi ajar dari sumber lain, salah satunya buku Terampil Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menambahkan materi tentang pengeditan sebuah film dalam pembelajaran TIK.

Kata Kunci : pembelajaran, apresiasi, pementasan, drama

commit to user

MOTTO

“Pengalaman adalah segalanya yang aku miliki Aku pernah jatuh, lalu bangkit kembali Dan aku yakin bahwa pengalamanlah yang membantuku kembali kuat untuk berdiri ”

Carl Chirul

”Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

Q. S. Al Insyirah: 5

commit to user

PERSEMBAHAN

Rasa syukur selalu ku panjatkan pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

 Ayah dan Ibu

Doa restu darimu mengalir tiada hentinya demi kelancaran dan

kesuksesanku

 Nur Syarohmawati

Adikku yang selalu menghibur kala susah dan memotivasiku

 Edy Setiyawan, S. Psi dan Uning Intan Fittriawati, S.E Dukungan moralmu membuatku untuk selalu berpikir positif dan optimis.

 FACEL

Fira, Ardhy, Colin, Erma, Lina, lima bersaudara selamanya....

 Teman-teman tercinta

Wahyu Purwanto, Nita Nur’aini, Aditya Permana. S., Muhari Widi, Dwi, Wahyudi, Ummi, dan seluruh teman- teman Bastind ’08.

 Bapak/Ibu Dosen PBS Ilmu yang kau berikan adalah langkah awal untukku menuju sukses,...

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia. Peneliti menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segenap kerendahan hati perkenankan peneliti menghaturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penulisan skripsi.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi. 3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penyusunan skripsi. 4. Prof. Dr. Herman. J Waluyo, M. Pd., dan Drs. Purwadi, selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan positif kepada peneliti hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus membagikan ilmunya kepada peneliti. 6. Drs. Amin Suryadi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri Karangpandan yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di sana. 7. Dra. Ami Rahayu, selaku guru bahasa Indonesia SMA Negeri Karangpandan yang telah memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam menyusun skripsi.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Swt.

Akhirnya peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Indonesia.

Surakarta, Juli 2012

Peneliti

commit to user

Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ......................................................... 68

B. Pembahasan ................................................................................ 72

1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 72

2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 77

3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ......................................................... 80

4. Kendala-kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan .......................................................... 82

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ............................................... 85

A. Simpulan ................................................................................... 85

B. Implikasi .................................................................................... 87

C. Saran .......................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90 LAMPIRAN ...................................................................................................... 93

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 43 Gambar 3.1. Analisis Interaktif (Miles& Hubermen) ....................................... 49

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Format Penilaian Pribadi .................................................................. 37 Tabel 2.2. Format Penilaian Proyek .................................................................. 38 Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ................................. 44 Tabel 4.1. Rubrik Penilaian Pengekspresian Dialog dalam Drama .................. 58

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Catatan Lapangan Hasil Pengamatan .......................................... 94 Lampiran 02 Catatan Lapangan Hasil Analisis Data ........................................ 103 Lampiran 03 Catatan Lapangan Hasil Wawancara ........................................... 106 Lampiran 04 Silabus Materi Pembelajaran Apresiasi Drama ........................... 115 Lampiran 05 RPP Apresiasi Drama ................................................................... 118 Lampiran 06 Materi Pembelajaran Apresiasi Drama ........................................ 136 Lampiran 07 Daftar Nama Peserta Didik Kelas XI IPS 1 .................................. 153 Lampiran 08 Contoh Naskah Drama yang Ditulis Peserta Didik ..................... 154 Lampiran 09 Foto-foto Pembelajaran Apresiasi Drama dan Pengambilan Adegan Drama Peserta Didik ............................................................................. 162 Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA Negeri Karangpandan ................................................................................................... 164 Lampiran 11 Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian di SMA Negeri Karangpandan ................................................................................................... 165 Lampiran 12 Surat Keterangan Permohonan Menyusun Skripsi ...................... 166 Lampiran 13 Surat Keputusan Dekan FKIP ...................................................... 167 Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Research Kepada Rektor ........................ 168

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sastra di sekolah sesungguhnya sangat menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran sastra dapat membimbing peserta didik agar memiliki wawasan tentang sastra, mampu mengapresiasi sastra, bersikap positif terhadap sastra, dan dapat mengembangkan kemampuan dirinya guna kepentingan pendidikan. Sunaryo (2011:156) berpendapat bahwa pembelajaran sastra dapat benar-benar membimbing peserta didik apabila mampu mengolah aspek kemanusian peserta didik, yang sekaligus dapat memperkokoh jati dirinya sebagai manusia Indonesia. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik lulusan sekolah lanjutan diharapkan dapat terlibat dalam berbagai kegiatan apresiasi di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Kegiatan apresiasi tersebut antara lain: mendengarkan, membaca hasil karya sastra, mengadakan pementasan, mendiskusikan hasil sastra, maupun menulis kritik sastra sebagai sarana untuk memperkokoh jati dirinya.

Pembelajaran sastra dalam mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Namun, kegiatan bersastra belum dapat berkembang secara maksimal yang dikarenakan kemampuan dan kebiasaan membaca dan menulis masih relatif rendah. Temuan Ismail (dalam Suryaman, 2011: 3) menyebutkan bahwa peserta didik tidak membaca karya sastra alias nol judul buku per tahun, padahal mereka diwajibkan untuk membaca karya sastra minimal sebanyak lima belas judul buku karya sastra. Selain itu, implementasi pembelajaran sastra di kelas selama ini dimungkinkan peserta didik mahir dan terbiasa membaca dan menulis saja. Dalam pembelajaran sastra guru dan peserta didik relatif menghabiskan banyak waktu untuk keterampilan seperti bahasan kosakata, hubungan huruf-bunyi, dan jawaban terhadap pertanyaan secara tertulis. Hal ini berbanding terbalik bahwa guru dan peserta didik sedikit waktu yang digunakan untuk membaca prosa, menyimak cerita yang dibaca teman dan pendramatisasian suatu cerita.

commit to user

sastra yang terdapat di Sekolah Menengah Atas. Pembelajaran drama di Sekolah Menengah Atas memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengapresiasi drama. Hal ini berarti peserta didik harus mampu mengenal, memahami, mengahayati dan menghargai drama sebagai karya sastra secara kreatif. Selain itu, peserta didik diharapkan mampu mengkomunikasikan hasil kegiatan mengapresiasi bentuk sastra tersebut kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulis dan dapat mendorong keberanian menuangkan gagasan, pengalaman, dan perasaannya dalam bentuk drama. Pelaksanaan pembelajaran drama, dan sastra pada umumnya masih menyatu atau merupakan dari pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia dari dulu hingga sekarang. Dalam kaitanya dengan kepentingan pembelajaran bahasa Indonesia, sastra dan pembelajaran sastra Indonesia sangat membantu pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga penyajiannya dalam pendidikan formal bahasa Indnesia dan sastra tidak dapat dipisahkan.

Pembelajaran apresiasi drama dianggap masih belum memenuhi sasaran. Di sekolah-sekolah pembelajaran drama terkadang tidak berjalan sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mengingat alokasi waktu yang tidak sebanding dengan banyaknya materi yang harus disampaikan membuat materi terkesan dipaksakan, terkadang ada materi yang tercecer dan tidak dapat diajarkan pada peserta didik. Akibatnya peserta didik menjadi kurang akrab dengan apresiasi drama itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil apresiasi drama peserta didik masih rendah. Minimnya ketersediaan bahan ajar dan contoh teks-teks drama juga menjadi penghambat tercapainya kompetensi yang diharapkan. Kegiatan drama secara apresiatif tidak akan terwujud apabila peserta didik tidak diperkenalkan secara langsung dengan teks drama maupun pementasan yang kemudian membahasnya. Selain itu, minat peserta didik yang kurang antusias pada pembelajaran drama di sekolah. Dibuktikan dengan hasil penelitian Yus Rusyana (dalam Waluyo, 2003:1) menyatakan bahwa minat peserta didik dalam membaca karya sastra yang paling banyak, yaitu prosa, menyusul puisi, baru

commit to user

yang berbentuk dialog, peserta didik kurang teliti dibandingkan dengan memahami prosa atau puisi terlebih lagi kurangnya rasa percaya didri dalam menentukan gerak dan karakter dari pemain dalam naskah drama tersebut.

Hal lain yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran drama adalah faktor guru. Guru sebagai salah satu komponen pembelajaran adalah orang yang bertindak dan bertanggung jawab langsung pada pengelolaan kelas. Peran serta peserta didik secara aktif atau pasif dalam pembelajaran drama sangat tergantung dengan cara guru mengajar. Sebagai pengelola seorang guru diharapkan dapat membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, guru mata pelajaran bahasa Indonesia harus mampu menyusun RPP secara matang dan mampu melaksakan secara optimal dan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, agar kompetensi dasar yang terkait dengan pembelajaran drama dapat diraih dengan baik. Menurut Mulyasa (2007:222) seorang guru dalam menyusun RPP paling tidak harus mencakup beberapa aspek agar proses belajar dapat terkendali dengan baik, yaitu (1) mengisi kolom identitas; (2) menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan; (3) menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun; (4) merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,serta indikator yang telah ditentukan; (5) mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran dalam silabus; (6) menetukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang akan digunakan; (7) merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (8) menentukan sumber belajar yang digunakan; (9) menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran. Pada saat pembuatan RPP, hendaknya guru memilih metode yang akan digunakan dalam penyampaian materi dengan inovatif, tidak monoton sehingga pesera didik tidak merasa jenuh dan bosan. Pemilihan media yang kurang tepat atau kurang mendukung juga dapat menghambat proses penyampaian materi kepada peserta didik. Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran drama dikarenakan keterbatasan

commit to user

yang dipakai dalam pembelajaran apresiasi drama. Dalam sebuah pembelajaran, berbagai pendukung atau komponen diperlukan agar pembelajaran dapat terlaksana dengan lancar dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Sejalan dengan pendapat Hamalik (2003:10) bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula dengan pembelajaran drama, diperlukan beberapa unsur yang dapat menunjang pembelajaran drama agar berjalan dengan baik dan lancar. Beberapa unsur tersebut antara lain: guru yang berpengalaman, peserta didik yang aktif dan kreatif, fasilitas yang menunjang pembelajaran, perlengkapan yang memadai, dan prosedur yang sistematis. Guru yang berpengalaman dalam pembelajaran apresiasi drama harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan kemampuannya secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran apresiasi drama. Fasilitas dan perlengkapan pembelajaran dalam apresiasi drama yang minim menjadikan proses petransferan ilmu menjadi terhambat. Pada saat proses penyampaian materi kebanyakan guru masih susah dalam pengelolaan fasilitas terutama pada penggunaan media yang mendukung. Di SMA Negeri Karangpadan fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Dalam pembelajaran apresiasi drama guru masih terbatasi dengan media LCD dan pengeras suara/speaker yang jumlahnya sedikit. Sehingga dalam memberikan contoh pementasan drama guru harus meminjam laboratorium fisika untuk memutarkan contoh drama pentas tersebut dikarenakan belum mempunyai laboratorium bahasa sendiri.

commit to user

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama kelas XI di SMA Negeri Karangpandan, secara lebih terperinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (silabus dan RPP)?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (guru, peserta didik, tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi)?

3. Bagaimanakah guru melaksanakan pementasan drama di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses latihan, dan proses perekaman drama)?

4. Apakah kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama dan bagaimanakah upaya yang dilakukan guru untuk mengatasinya di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (peserta didik, fasilitas,waktu, bahan ajar)?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang dikemukaan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui.

1. Perencanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan oleh guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (silabus dan RPP).

2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan oleh guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (guru, peserta didik, tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi).

3. Pementasan drama yang dilakukan oleh guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses latihan, dan proses perekaman drama).

4. Kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama dan upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui di kelas XI SMA Negeri Karangpandan.

commit to user

Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi yang membacanya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis Hasil dari penelitian yang hendak dilakukan diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam hal pembelajaran apresiasi drama di SMA Karangpandan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Sebagai pengembangan secara lengkap potensi dan kreativitas dalam diri peneliti terkait dengan aspek pembelajaran apresiasi drama dan sekaligus dapat menjadi bahan perbandingan dalam kenyataan di lapangan.

b. Bagi Guru Memberikan gambaran mengenai pembelajaran apresiasi sastra pada umumnya, pada apresiasi drama khususnya sehingga dapat menjadi alternatif pemecahan masalah dan memunculkan kreativitas serta inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama.

c. Bagi Sekolah Memberi masukan dan pertimbangan untuk meningkatan mutu pembelajaran apresiasi sastra, khususnya pada pembelajaran apresiasi drama.

d. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan pembelajaran apresiasi sastra, pada pembelajaran apresiasi drama khususnya.

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran

Sebelum membahas mengenai hakikat pembelajaran, terlebih dahulu disinggung sedikit tentang arti belajar. Belajar menurut Witherington (dalam Sukmadinata, 2009:155) merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru dengan bentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Senada dengan pendapat di atas belajar diartikan sebagai suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap situasi (Hilgrad dalam Sukmadinata, 2009:156). Lain halnya dengan pendapat Hamalik (2003:37) memberikan pengertian bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan belajar adalah proses yang berkaitan dengan kegiatan/aktivitas yang menghasilkan suatu perubahan, baik berupa penambahan informasi (pengetahuan) maupun berupa perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu kegiatan penambahan informasi atau perubahan tingkah laku. Belajar tidak hanya dapat dilakukan oleh anak kecil saja tapi bisa dilakukan oleh setiap individu tanpa memandang umur. Kegiatan belajar sendiri tidak hanya bisa dilakukan di bangku sekolah saja tetapi juga bisa di jalan, di lingkungan keluarga dan masyarakat, juga berbagai tempat lainnya yang dapat dijadikan sebagai penambah informasi dan pengalaman hidup bagi manusia.

Belajar sangat erat kaitannya dengan istilah pembelajaran. Istilah ini sama dengan kata intruction atau pengajaran. Pengajaran merupakan interaksi belajar dan mengajar (Hamalik, 2003:54). Seiring dengan perkembangan

commit to user

dapat diartikan sebagai suatu proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku peserta didik kearah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaanyang dimiliki peserta didik (Sanjaya, 2008:77-78)

Menurut Hamalik (2003:57-64), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada lima pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar.

a. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik.

b. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik

d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu peserta didik mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang di dalamnya ada interaksi antara guru dan peserta didik dengan mengoptimalkan faktor internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan berupa perubahan yang dialami oleh peserta didik, perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Komponen dalam pembelajaran berdasarkan pendapat Hamalik (2003:57) yang terdiri dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur. Hal ini dapat dijabarkan unsur manusiawi terdiri dari peserta didik, guru, dan tenaga pendidikan lainnya. Unsur material dapat berupa sumber belajar. Unsur fasilitas dan perlengkapan meliputi ruang kelas, media. Prosedur meliputi metode, tujuan pembelajaran, isi pelajaran dan teknik evaluasi . Berdasarkan uraian di atas dapat dijabarkan lebih rinci, sebagai berikut.

commit to user

Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Lain halnya menurut UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa istilah siswa berganti dengan istilah peserta didik yang berarti anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

b. Guru Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Seperti halnya dengan pengertian dan istilah peserta didik, guru pun memiliki istilah lain dalam UU no 20 tahun 2003 yaitu pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Lebih lanjut diuraikan bahwa sebagai tenaga profesional yang memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan, diantaranya: sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, sebagai manajer, sebagai demonstrator, sebagai administrator, sebagai motivator, sebagai organisator, dan sebagai evaluator (Sanjaya, 2008:147). Peran guru tersebut selaras dengan pendapat Soedomo (2005:23) yang secara ringkas mengelompokkan tugas seorang guru pada dasarnya meliputi tiga hal, yakni: (1) tugas edukasional (mendidik), (2) tugas instruksional (mengembangkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik), dan (3) tugas managerial (mengelola kelas dan kegiatan belajar).

c. Tujuan Tujuan merupakan pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti proses belajar

commit to user

psikomotor, dan afektif. Hamalik (2003:73) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsung pengajaran. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pengajaran. Lebih lanjut Beliau menjelaskan bahwa suatu tujuan pengajaran terdiri dari tiga komponenn yakni: (1) tingkah laku terminal, (2) kondisi-kondisi tes, dan (3) standar (ukuran).

d. Isi pelajaran Isi atau materi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bahan pengajaran adalah bagian integral. Rahmanto (2004:27-33) menyebutkan tiga aspek yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pembelajaran sastra, yaitu:

1) bahasa, agar pengajaran sastra dapat berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa peserta didik;

2) psikologis, dalam memilih materi pengajaran sastra hendaknya guru memperhatikan tahap ini karena sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan peserta didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini sangat besar pengaruhnya bagi daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkina pemecahan masalah yang dihadapi; dan

3) latar belakang budaya, masalah-masalah yang ditampilkan oleh suatu karya seyogyanya mendekati dengan apa yang dihadapi oleh para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

e. Metode Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi intruksional. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara (metode) tertentu. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang baik tentunya diperlukan suatu cara yang efektif dan efisien sehingga ketercapaian

commit to user

metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu, tapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya

Yamin (2006:148-152)

menjelaskan beberapa pertimbangan yang seharusnya dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pengajaran secara tepat dan akurat, meliputi:

1) tujuan pembelajaran,

2) pengetahuan awal peserta didik,

3) bidang studi/pokok bahasan/aspek,

4) alokasi waktu dan sarana penunjang,

5) jumlah peserta didik, dan

6) pengalaman dan kewibawaan pengajar.

f. Media Media merupakan bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan. Suatu media yang digunakan tidak mungkin cocok untuk semua peserta didik. Marshall Mcluhan (dalam Hamalik, 2003:201) menjelaskan bahwa media adalah ekstensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orag lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia.

William Burton (dalam Usman, 2005:32) memberikan petunjuk bahwa dalam memilih media yang akan digunakan dalam pembelajaran, hendaknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman

peserta didik serta perbedaan individual dalam kelompok,

2) alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan,

3) harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa terlebih dahulu,

4) penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya, seperti dengan diskusi, analisis, dan evaluasi, dan

5) sesuai dengan batas kemampuan biaya.

commit to user

Evaluasi yakni suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana peserta didik telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan mengajar (Hamalik, 2003:157). Wand dan Brown (dalam Sanjaya, 2008:181) mendefinisikan evaluasi sebagai “… refer to the act process to determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai suatu yang dievaluasi. Beliau juga menyebutkan karakteristik evaluasi, yakni suatu proses berhubungan dengan pemberian nilai atau arti.

Keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:

1) Minat Belajar Minat, artinya kecenderungan yang agak menetap, mempengaruhi si subjek agar merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang.

2) Motivasi Belajar Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan guna mencapai tujuan tertentu.

3) Bahan Belajar Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik, dan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik agar diminati oleh peserta didik.

4) Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (peserta didik). Dalam memilih alat bantu belajar harus mempertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar itu dengan tujuan belajar, kemampuan peserta didik, bahan yang dipelajari, dan ketersediaan di sekolah (Hamalik, 2003:69)

commit to user

Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembelajaran yang berlangsung.

6) Kondisi Peserta didik yang Belajar Kondisi peserta didik adalah keadaan peserta didik pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung, baik fisik maupun psikis.

7) Kemampuan Guru Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta dalam mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar- mengajar berlangsung.

8) Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk meyampaikan materi kepada peserta didik.

2. Hakikat Drama

Secara etimologis kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu draomai yang memiliki arti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Menurut Moulton (dalam Tarigan, 1991: 70) drama adalah kehidupan yang ditampilkan dengan gerak (life presentedin action). Kemudian Sudjiman (dalam Siswanto, 2008: 163) menyatakan bahwa drama merupakan karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog.

Selanjutnya, Waluyo (2006: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti luas apabila ditinjau dari genre sastra atau cabang kesenian mandiri, yaitu drama naskah dan drama pentas. Drama naskah merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa, sedangkan drama pentas merupakan kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni kostum, seni rias, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:342 ) “drama” memiliki beberapa arti, yaitu (1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan

commit to user

(2) cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus

disusun untuk pertunjukan teater; (3) kejadian yang menyedihkan. Subrata dalam

kamus Webster’s New World Dictionary (1989) akan menjumpai entri “drama” (hlm. 413) yang menyatakan:

“a literary composition that tell a story, usually of human conflict, by means of dialogue and action, to be performed by actors ”

Kalimat di atas mempunyai makna bahwa drama merupakan suatu karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung konflik yang disajikan dalam bentuk dialog dan laga, dan dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas. Kemudian Wijanto (dalam Dewojati, 2010: 8) menyimpulkan yang dimaksud drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak dalam bentuk naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana.

Dari beberapa definisi dan pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan drama adalah sebuah bentuk karya sastra yang menceritakan konflik kehidupan, dipertunjukkan oleh para aktor yang memiliki karakter ditunjukkan lewat dialog dan tingkah dalam sebuah pementasan lengkap dengan unsur-unsur pembangunnya.

Drama sering disebut dengan istilah “sandiwara” atau “teater”. Kata “sandiwara” sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “sandi” yang berarti rahasia

dan “warah” yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran ayng disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Hal ini karena pada hakikatnya setiap sandiwara memiliki/mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya. Kata “teater” berasal dari bahasa Inggris theater yang berarti “gedung pertunjukkan” atau “dunia sandiwara”. Kata tersebut ternyata sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu theatron yang artinya pertunjukan atau dunia sandiwara yang spektakuler, Wiyanto dan Soemanto dan Padmodarmaya (dalam Endraswara, 2011:12). Kedekatan tiga kata tersebut memang memiliki makna

commit to user

ketiganya. Setelah dipaparkan beberapa pengertian dari drama, akan dijelaskan pengklasifikasian drama. Drama diklasifikasikan atas dasar jenis stereotip manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Drama dalam Waluyo (2003:38) diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu:

a. Tragedi Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Dengan kisah tentang bencana ini, pengarang naskah mengharapkan agar penonton memandang kehidupan secara optimis. Kenyataan hidup yang dilukiskan berwana romantis atau idealis, sebab itu lakon yang dilukiskan sering kali mengungkapkan kekecewaan hidup karena mengharapkan sesuatu yang sempurna atau yang paling baik di dunia ini.

b. Melodrama Melodrama adalah lakon/cerita yang sentimentil, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Tokoh dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh agung seperti tragedi). Dalam kehidupan sehari-hari, sebutan melodramatik kepada seseorang seringkali merendahkan martabat orang tersebut, karena dianggap berperilaku yang melebih-lebihkan perasaannya.

c. Komedi Drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak dan bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan yaitu disebut drama komedi. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi hanya untuk menimbulkan kelucuan atau tawa riang. Nilai dramatik dari komedi masih tetap dipelihara. Hal ini berbeda dengan dagelan (farce) yang mudah mengorbankan nilai dramatik dari lakon demi kepentingan mencari kelucuan. Drama komedi ditampilkan tokoh yang tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tetapi lucu. Brockett dalam Waluyo (2003:43) merinci pembagian drama komedi menjadi 6 yaitu: (1) komedi situasi,

commit to user

sosial, (5) komedi gaya, dan (6) komedi romantik.

d. Dagelan Dagelan (farce) disebut juga banyolan. Seringkali jenis drama ini disebut dengan komedi murahan atau komedi picisan. Sering pula disebut tontonan konyol atau tontonan murahan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi, dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik dan perkembang cerita sang tokoh. Isi cerita dagelan ini biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Jika melodrama berhubungan dengan tragedi, dagelan berhubungan dengan dengan komedi.

Wiyanto (2002:7-12) juga membagi beberapa jenis drama, yaitu berdasarkan penyajian lakon, berdasarkan sasaran, dan berdasarkan keberadaan naskah.

Bedasarkan penyajian, lakon (cerita) dapat di katagorikan menjadi delapan jenis yaitu;

a. drama tagedi (duka cerita) adalah drama yang penuh kesedihan,

b. drama komedi (suka cerita) adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton,

c. drama targekomedi adalah perpaduan antara drama tagedi dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga menggandung hal-hal yang menggembirakan dan menggelitik hati. Sedih dan gembira silih berganti,

d. drama opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan iringan musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demikian pula irama musik pengiringgnya. Drama jenis ini memang mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya sebagai sarana. Opera yang pendek namanya operet,

e. drama melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi atau musik. Tentu saja cara mengucapkannya sesuai dengan musik pengiringnya. Bahkan kadang-kadang pemain tidak berbicara apa-apa. drama farce adalah drama yang menyerupai dalegan, tetapi tidak

commit to user

lewat kata dan perbuatan,

f. drama tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan- gerakan. Jalan cerita dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu, dan

g. drama sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwa diwujudkan dalam bentuk tari yang diringi musik. Tidak ada dialog hanya kadang- kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan.

Berdasarkan sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan kepada penonton, drama dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu:

a. drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan. Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati secara langsung dengan melihat perbuatan para aktor, mendengarkankan dialog, bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh,

b. drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat,

c. drama televisi dapat didengar dan dilihat (meskipun hanya gambar). Hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya, drama televisi tak dapat diraba. Drama televisi dapat ditayangkan langsung, dapat pula direkam dulu lalu ditayangkan kapan saja sesuai dengan program mata acara televisi,

d. drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukan di bioskop. Namun, drama film dapat pula ditanyangkan dari studio televisi sehingga penonton dapat menikmati di rumah masing-masing,

e. drama wayang ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dialog. Karena itu, semua bentuk tontonan yang mengandug cerita disebut juga drama, termasuk tontonan wayang kulit (Jawa) atau wayang golek (Sunda). Para

commit to user

dimainkan oleh dalang, dan

f. drama boneka hampir sama dengan wayang. Perbedaanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. bahkan, kalau bonekanya besar (di dalamnya ada orang) boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang.

Berdasarkan ada atau tidaknya naskah yang digunakan, drama dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) drama tradisional, dan (2) drama modern.

Dalam Endraswara (2011: 20-24) membagi struktur baku sebuah drama, antara lain:

a. Babak yang biasanya kalau dalam prosa disebut episode. Suatu babak dalam naskah drama merupakan bagian dari naskah drama itu sendiri yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu.

b. Adegan yaitu bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh ke atas pentas

c. Dialog ialah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Dialog memainkan peranan yang penting karena menjadi pengarah lakon drama. Ini berarti, cerita dari sebuah drama dapat diketahui oleh penonton dengan mudah dan cepat lewat dialog yang mereka ucapkan. Dalam pengucapan dialog diperlukan penjiwaan emosional agar dialog yang diucapkan tidak membosankan dan hambar. Selain memerlukan penjiwaan, pelafalan yang jelas dan volume suara juga perlu diperhatikan agar suara yang dihasilkan jelas terdengar oleh semua penonton baik dari bagian depan sampai bagian paling belakang.

d. Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal. Prolog berisi jalan cerita, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung. Selain itu, prolog juga bisa berisi beberapa keterangan pengarang tentang cerita yang akan disajikan.

commit to user

berisi kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang disaksikan yang biasanya dibacakan oleh pembawa acara atau announcer.

Unsur-unsur lakon (cerita) suatu drama dalam Wiyanto (2002:23-30) meliputi delapan hal.

a. Tema Tema adalah pikiran pokok yang mendasari cerita dalam drama. Pikiran pokok dikembangkan sampai menjadi cerita yang menarik. Seorang penulis cerita harus menentukan lebih dahulu tema yang akan diangkat dalam cerita tersebut. Waluyo (2003:24) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema tersebut berhubungan dengan premis dari drama itu sendiri yang berhubungan pola dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya. Dialog yang diucapkan oleh para tokoh menjadi pengejawantahan tema dari cerita drama.

b. Amanat Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Pesan moral tersebut tidak disampaikan sacara langsung tetapi bisa lewat cerita dalam naskah drama tersebut. Rampan (1995:72) berpendapat bahwa amanat adalah peristiwa yang melahirkan kejadian-kejadian yang membuat sebuah cerita menjadi hidup, yang berkaitan dan berkesinambungan.

c. Plot Ali Ahmad dalam Rampan menjelaskan bahwa alur atau plot merupakan aksi-aksi yang berkembang dan berhubungan satu sama lain, perkembangan ini dimungkinkan oleh adanya perlawanan antara satu kuasa dengan satu kuasa yang lain (1995:60). Wahyuningtyas dan Wijaya membagi alur berdasarkan kriteria urutan waktu menjadi tiga jenis: (1) alur garis lurus (progersif); (2) alur sorot balik (regersif) ; dan (3) alur campuran (2011:6-7)

commit to user

memiliki kebebasan untuk berkreativitas. Namun sebaik apapun buah pikiran pengarang, kalau pembaca atau penonton tidak tertarik kepada karya yang diciptanya berarti karya tersebut belum bisa diterima. Pengarang hendaknya memperhatikan unsur-unsur dalam plot. Menurut Endraswara (2011: 27-28) terdapat tiga unsur plot yang paling utama, yaitu (1) ketegangan (suspense) adalah plot yang akan menimbulkan ketegangan pada diri pembaca atau penonton melalui kemampuannya untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan kepenasaran penonton dari awal hingga akhir cerita; (2) dadakan (surprise) ialah plot yang akan mengagetkan penonton dengan cerita yang sedang dinikmatinya mengakibatkan penonton terus menduga-duga ceritanya; (3) ironi dramatik (dramatic irony) merupakan plot yang membuat pembaca atau penonton meramalkan apa yang akan terjadi kemudian.

Plot dalam drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana, konflik yang kompleks, sampai pada penyelesaian konflik. Secara rinci, Gustaf dalam Waluyo, (2006: 9-14) menjelaskan perkembangan plot drama ada lima tahap, yaitu:

1) Exposition atau pelukisan awal cerita Pembaca diperkenalkan dengan semua tokoh dalam drama dengan watak masing-masing agar pembaca memperoleh gambaran tentang cerita yang dibaca.

2) Komplikasi atau pertikaian awal Dalam tahap ini pengen alan terhadap para pelaku sudah menjurus pada pertikaian, sehingga konflik pun mulai menanjak.

3) Klimaks atau titik puncak cerita Konflik yang meningkat pada tahap komplikasi akan meningkat terus sampai mencapai puncak atau klimaksnya.

4) Resolusi atau penyelesaian atau falling action

commit to user

selesai atau memperoleh pemecahan/penyelesaiannnya.

5) Catastrophe atau denoument atau keputusan Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar lagi cerita selesai.