POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN
POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL REMAJA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 14 MEDAN
Ruth Sefriana Silitonga1, Jek Amidos Pardede2
Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia
ABSTRAK
Pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dengan orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan normanorma yang ada dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan
emosional remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriptif corelasi dengan menggunakan metode cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Hubungan pola asuh orang tua)
dengan variabel terikat (perkembangan emosional). Populasi dari penelitian ini berjumlah
296 orang. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik random sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
pola asuh orang tua adalah otoriter (63,3%) dan mayoritas perkembangan emosional remaja
adalah baik (61,7%), dan dari hasil uji chi-square didapatkan p. vallue = 0,02. Hal ini berarti
pola asuh orang tua berhubungan dengan perkembangan emosional remaja. Penelitian ini
menyarankan agar orang tua harus mampu menyesuaikan tindakan dan pola asuh yang baik
agar perkembangan emosional remaja semakin baik.
Kata kunci : pola asuh, remaja, emosional
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
A. Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak-anak ke
masa dewasa. Pada masa ini, remaja
mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, dan
emosional.
Umumnya,
masa
ini
berlangsung sekitar umur tiga belas
tahun sampai umur delapan belas
tahun,
yaitu
masa
anak
duduk
dibangku sekolah menengah. Masa ini
biasanya dirasakan sebagai masa sulit,
baik bagi remaja sendiri maupun bagi
keluarga atau lingkungannya. Remaja
memiliki energi yang besar, emosi
berkobar-kobar,
sedangkan
pengendalian diri belum sempurna.
Remaja
juga
sering
mengalami
perasaan tidak aman, tidak tenang, dan
khawatir (Asrori, 2011).
B.
Pola asuh
merupakan
interaksi
orang
anak
tua
dengan
orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Pada dasarnya pola asuh
dapat diartikan seluruh cara perlakuan
orang tua yang di terapkan pada anak.
Banyak ahli mengatakan pengasuhan
anak
adalah
bagian
penting
dan
mendasar, menyiapkan anak untuk
menjadi masyarakat yang baik. Terlihat
kepada
pendidikan
umum
yang
diterapkan (Edwards, 2006).
C.
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fadhilah (2010)
tentang Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Kecerdasan Emosional
Anak pada usia Prasekolah ditemukan
jumlah pola asuh demokratis sebanyak
51%. Anak yang diasuh dengan gaya
pengasuhan
demokratis
akan
mengembangkan rasa percaya diri,
kontrol emosi diri yang baik, selalu
ingin tahu, menggali hal-hal yang
dapat
memperluas
wawasan
dan
kematangan pribadinya. Anak mampu
menemukan arah dan tujuan dari tugas
tugas
perkembangannya.
Anak
mengembangkan sikap bertanggung
jawab
dan
percaya
terhadap
kemampuan diri sendiri (Mardatillah,
2014).
D.
Berdasarkan hasil penelitian
Fadhilah (2010) tentang Hubungan
Pola
Asuh
Orang
Tua
dengan
Kecerdasan Emosional Anak pada usia
Prasekolah ditemukan jumlah pola
asuh otoriter sebanyak 29,4%. 25%
responden
menerapkan
pola
asuh
otoriter. Anak yang dibesarkan dengan
pola
asuh
mengembangkan
otoriter
sikap
akan
sebagai
pengekor, selalu tergantung pada orang
lain dalam mengambil keputusan dan
tidak memiliki pendirian. Anak tidak
bahwa pengasuhan anak menunjuk
2
memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
memberikan
dipenuhi ketakutan berbuat salah, dan
tingkah
cenderung sulit mempercayai orang
pendidikan anak (Kartono, 2013).
disekitarnya (Mardatillah, 2014).
E.
Berdasarkan hasil penelitian
Fadhilah (2010) tentang Hubungan
Pola
Asuh
Orang
Tua
dengan
Kecerdasan Emosional Anak pada usia
Prasekolah
Sedangkan 20,8% orang
tua didapatkan dengan penerapan pola
asuh permisif. ditemukan jumlah pola
asuh permisif sebanyak 19,6%. Pola
asuh permisif ditandai dengan sikap
penerimaan tinggi, namun kontrol
terhadap anak rendah. Orang tua serba
membolehkan anak berbuat apa saja,
orang tua memiliki kehangatan dan
menerima apa adanya. Kehangatan
cenderung memanjakan (Mardatillah,
2014).
F.
Orang
tua
harus
dapat
memberikan pola asuh yang tepat
sesuai dengan perkembangan anaknya,
agar anak dapat menerima pola asuh
yang diberikan kepadanya dengan baik
sehingga dapat memotivasi belajarnya.
Pola asuh orang tua adalah sikap orang
tua
dalam
membimbing
anaknya.
Keluarga merupakan lembaga pertama
dalam kehidupan anak, tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai
mahluk
sosial.
Dalam
keluarga
umumnya anak ada dalam hubungan
interaksi
yang
intim.
Keluarga
dasar
laku,
G.
pembentukan
watak,
moral
dan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Oktafiany et al.
Dengan judul
Pola Asuh Orang tua
dengan Kecerdasan Emosional Siswa
Kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta,
jumlah populasi kelas VIII SMP
Diponegoro 1 Jakarta sebanyak 98
siswa.
Adapun
sampel/responden
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60
responden
yang
diambil
masing-
masing 20% dari 3 kelas VIII yang ada
di SMP Dipoengoro 1 Jakarta.
H.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara Pola Asuh
Orang
tua
dengan
Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas VIII SMP
Diponegoro 1 Jakarta. Apabila pola
asuh orang tua baik, atau tinggi maka
semakin baik pula dan meningkat pula
kecerdasan emosional siswa. Untuk
meningkatkan kecerdasan emosional
siswa, maka pola asuh yang sebaiknya
diterapkan oleh orangtua yaitu pola
asuh demokratis karena pola asuh
demokratis
menyesuaikan
perkembangan
anak
dengan
sehingga
hal
tersebut mengacu pada kecerdasan
emosional anak.
I.
Menurut
Kaplan
(2008,
dalam Djaali, 2013), emosi adalah
3
keadaan kompleks yang mengandung
bahwa
komponen, kejiwaan badan dan prilaku
mendukung,
yang berkaitan dengan affect dan
memberi semangat kepada anaknya
mood.
dan selalu memberi kebebasan dalam
Affect
merupakan
ekspresi
orang
berpendapat.
dapat
diatas,
sebagai
respons
selalu
membimbing
sebagai tampak oleh orang lain. Affect
bervariasi
tuanya
Dari
maka
latar
penulis
serta
belakang
merumuskan
terhadap perubahan emosi, sedangkan
permasalahan dalam penelitian ini
mood adalah suatu perasaan yang
yaitu Hubungan Pola Asuh Orang tua
meluas, meresap dan terus–menerus
dengan
yang secara subjektif dialami dan
Remaja di Sekolah Menengah Atas
dikatakan oleh individu dan juga
(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015.
dilihat oleh orang lain.
J.
awal
Berdasarkan
yang
di
hasil
peroleh
survei
dari
BP,
siswa/siswi kelas XI yang berjumlah
296 IPA dan IPS di Sekolah Menengah
Atas
(SMA)
didapatkan
Negeri
beberapa
14
Medan,
siswa
yang
tercatat berkelakuan tidak baik seperti
sering
berkelahi,
marah
yang
disebabkan oleh teman sebaya yang
sering mengganggunya mengatakan
bahwa
orang
memaksakan
tuanya
kehendaknya
Perkembangan
Emosional
1.2 Perumusan Masalah
K.
Dari latar belakang diatas,
maka
peneliti
merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini
yaitu “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Perkembangan Emosional
Remaja di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015”
?
L. 1.3 Tujuan Penelitian
M. Tujuan Umum
N. Mengetahui “Hubungan Pola Asuh
selalu
Orang Tua
dalam
Emosional
dengan Perkembangan
Remaja”
di
Sekolah
semua tindakan dan tidak pernah
Menengah Atas (SMA) Negeri 14
memberi
Medan Tahun 2015.
O. Tujuan Khusus
kebebasan
mengambil
keputusan sendiri, ada juga siswa yang
sering bolos atau pun tidak mengikuti
disiplin sekolah mengatakan orang
tuanya
tidak
pernah
memberi
dukungan atau bimbingan karena sibuk
bekerja dan sering berkelahi mengenai
masalah keluarga, ada juga beberapa
siswa yang berprestasi mengatakan
a. Mengetahui pola asuh orang tua
remaja di SMA Negeri 14
Medan Tahun 2015.
b. Mengetahui
perkembangan
emosional
remaja
di
SMA
Negeri 14 Medan Tahun 2015.
P.
Q.
4
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Orang Tua
R.
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
data
antara
orang
tua
“Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Emosional Remaja
hubungan
dan
di Sekolah Menengah Atas (SMA)
remaja,
Negeri 14 Medan Tahun 2015”.
sehingga dapat meningkatkan pola
asuh orang tua bagi remaja yang
lebih baik.
2. Bagi Remaja SMA
S.
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
ini
digunakan
sebagai informasi tambahan bagi
remaja
SMA
sehingga
perkembangan emosional remaja
SMA
tidak
mengalami
penyimpangan dari perkembangan
remaja yang seharusnya. Penelitian
ini
juga
bermanfaat
dalam
diharapkan
bagi
dapat
remaja
menghadapi
SMA
berbagai
masalah pada tahap perkembangan
remaja SMA
3. Bagi Instansi Pendidikan
T.
Dapat menjadi
strategis
dalam
secara
formal
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua
W. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu
pola dan asuh. Menurut kamus bahasa
Indonesia,
“pola”
berarti
model,
sistem, cara kerja, dan bentuk yang
tepat. Sedangkan kata “asuh” dapat
berarti
menjaga
(merawat
dan
mendidik) atau membimbing. Pola
asuh orang tua merupakan interaksi
antara anak dan orang tua selama
mengadakan
kegiatan
pengasuhan.
Orang tua mempunyai peran yang
sangat
penting
dalam
menjaga,
contoh bimbingan kepada anak-anak
sumber
rangka
meningkatkan kualitas pendidikan
baik
V.
mengajar, mendidik serta memberi
informasi dalam rangka menyusun
rencana
peneliti
penelitian lebih lanjut mengenai
memberikan
atau
bagi
berikutnya yang ingin melakukan
yang
informasi bagi orang tua terhadap
perkembangan
tambahan
maupun
informal. Serta dapat meningkatkan
hubungan antara orang tua, siswa
maupun pihak instansi pendidikan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
U.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat digunakan sebagai
untuk mengetahui, mengenal, mengerti
dan
akhirnya
dapat
menerapkan
tingkah laku yang sesuai dengan nilainilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
ditanamkan
Pola
tiap
asuh
keluarga
yang
berbeda
dengan keluarga lainnya. Hal ini
tergantung dari pandangan pada diri
tiap orang tua (Gunarsa, 2002).
X.
2.2 Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua
5
Y. Pola asuhan orang tua menurut
(2007, dalam Aisyah, 2010) dari hasil
Stewart dan Koch (2007, dalam Aisyah
penelitiannya
menemukan
2010) terdiri dari tiga kecenderungan
teknik-teknik
asuhan
pola asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh
demokratis
otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan
keyakinan
(3) pola asuh permisif.
a. Pola Asuh Otoriter
Z. Dalam pola asuh ini
menerapkan
orang
seperangkat
cenderung
pendekatan
yang
dan
orang
tua
menumbuhkan
kepercayaan
diri
maupun mendorong tindakan-tindakan
tua
peraturan
kepada anaknya secara ketat dan
sepihak,
yang
bahwa
menggunakan
akan berakibat munculnya tingkah laku
mandiri yang bertanggung jawab.
c. Pola Asuh Permisif
BB. Menurut Syamsul (2005) pola asuh
diktator,
orang tua dengan permisif merupakan
menonjolkan wibawa, menghendaki
sikap orang tua meningkat namun
ketaatan mutlak. Pola asuh otoriter
kontrolnya
rendah,
adalah
kebebasan
terhadap
bentuk
bersifat
mandiri membuat keputusan sendiri
pola
asuh
yang
memberikan
anak
untuk
menekankan pada pengawasan orang
mengatakan dorongan keinginannya.
tua atau kontrol yang ditujukan pada
Tipe orang tua yang mempunyai pola
anak untuk mendapatkan ketaatan dan
asuh
kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah
memberikan kebebasan pada anak
pengasuhan yang kaku, diktator, dan
tanpa memberikan kontrol sama sekali
memaksa anak untuk selalu mengikuti
dan kurang tegas dalam menerapkan
orang tua tanpa banyak alasan anak
peraturan-peraturan yang ada. Anak
harus tunduk dan patuh terhadap
sedikit sekali dituntut untuk suatu
kemauan orang tua. Apapun yang
tanggung jawab, tetapi mempunyai hak
dialakukan oleh anak ditentukan oleh
yang sama seperti orang dewasa. Anak
orang tua.
b. Pola Asuh Demokratis
AA. Menurut Syamsul (2005) pola asuh
demokratis adalah sikap orang tua
dengan kontrolnya mengikat, bersikap
permisif
diberi
kebebasan
cenderung
untuk
selalu
mengatur
dirinya sendiri dan orang tua tidak
banyak mengatur anaknya.
2.3 Konsep Perkembangan Emosional
responsif terhadap kebutuhan anak,
Remaja
CC.
mendorong anaknya untuk menyatakan
perubahan yang teratur, sistematis, dan
pendapat atau pertanyaan, memberikan
terorganisir yang mempunyai tujuan
penjelasan tentang dampak perbuatan
tertentu.
yang baik atau buruk. Hanna Wijaya
pada suatu proses perubahan yang
Perkembangan
Perkembangan
adalah
menunjuk
6
bersifat kualitatif mengenai fungsi-
(situasi) yang mengaktifkan sistem
fungsi fisik maupun mental yang
saraf
terjadi terus-menerus ke arah yang
terjadinya perubahan fisiologis di luar
lebih sempurna sampai akhir hayat
kesadaran (misalnya terjadi perubahan
sebagai
ekspresi wajah, percepatan denyut
hasil
interaksi
dengan
lingkungan (Sumanto, 2014).
DD.
Emosi
adalah
kegiatan
atau
pergolakan
jantung,
setiap
pikiran,
perasaan, nafsu serta setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap.
Emosi juga merujuk kepada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis,
dan
kecenderungan
serangkaian
untuk
bertindak
(Asrori, 2011).
EE.Emosi merupakan suatu kompleksi
suasana
yang
mempengaruhi
perasaan /pikiran yang ditandai oleh
perubahan
biologis
dan
muncul
sebelum atau sesudah terjadinya suatu
perilaku. Mekanisme terjadinya emosi
didahului
dengan
suatu
yang
kejadian
dapat
menimbulkan
keluarnya
keringat,
dan
sebagainya) yang akhirnya membuat
seseorang
mengalami
kenyamanan
atau ketidaknyamanan sesuai impuls
yang
diterimanya.
Perkembangan
emosi meliputi kemampuan anak untuk
mencintai, merasa nyaman, berani,
gembira, takut, marah serta bentukbentuk emosi lainnya. Pada aspek ini,
anak sangat dipengaruhi oleh interaksi
dengan orang tua dan orang-orang di
sekitarnya. Emosi berkembang sesuai
dengan
impuls
diterimanya.
Anak
emosi
yang
mendapatkan
curahan kasih sayang juga akan belajar
untuk menyayangi (Sumanto, 2014).
FF.
GG.
HH.
II.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
JJ. Desain penelitian ini adalah rancangan Deskriptif Corelasi dengan menggunakan
Cross Sectional
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
(Hubungan pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (perkembangan emosional).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
KK.
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa/i kelas XI Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 14 Medan yang berjumlah 296 orang, dan jumlah sampel sebanyak 60
orang yang di ambil dengan teknik random sampling.
3.3 Defenisi Operasional
7
MM.
LL. Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
NN. Variabel
OO.
Defenisi
PP. Operasional
QQ.
Alat
RR. Ukur
SS. Hasil
TT. Ukur
VV. Independ
en
WW.
Pola
Asuh
Orang Tua
XX. Suatu bentuk pola yang digunakan
orang tua agar patuh dan tunduk
terhadap perintah dan aturan yang
di buat oleh orang tua terhadap
remaja baik secara demokratis,
otoriter, permisif.
YY. Kuisioner1.
1. Demokratis :
(56-72)
2. Otoriter :
(37-55)
3. Permisif :
(18-36)
GGG.
III. Perkembangan emosional remaja
yang bersifat positif dan negatif,
yang diakibatkan oleh faktor
internal dan eksternal khususnya
faktor pola asuh orang tua dari
remaja.
JJJ. Kuisioner
Depe
nden
HHH. Perke
mbangan
Emosional
Remaja
2.
3.
4.
5.
1. Sangat Baik :
KKK. (39-48)
2. Baik : (30-38)
3. Kurang Baik :
(21-29)
4. Sangat
Kurang : (1220)
UU. Skal
a
Uku
r
ZZ. Ordi
nal
AAA.
BBB.
CCC.
DDD.
EEE.
FFF.
LLL.
O
rdin
al
MMM.
3.4 Aspek Pengukuran
a. Pola Asuh Orang Tua
5. Pola asuh orang tua diukur dengan
menggunakan kuisioner sebanyak 18
pernyataan,
dengan
menggunakan
skala likert kategori pilihan jawaban
Selalu (S), Sering (SR), Kadangkadang (KK) dan Tidak Pernah (TP).
Untuk jawaban pertanyaan tersebut,
maka dibentuk skor pilihan jawaban
12. P= 18
13. Keterangan :
14. P = Panjang kelas
15. R = Rentang (skor tertinggi – skor
terendah)
16. BK = Banyak kelas yang dikategorikan
17. Maka Kategorinya :
18. 1. Demokratis
: (56-72)
19. 2. Otoriter
: (37-55)
20. 3. Permisif
: (18-36)
b. Perkembangan
Emosional
Remaja
21. Perkembangan
emosional
remaja
Selalu (4), Sering (3), Kadang-kadang
diukur dengan menggunakan kuisioner
(2) dan Tidak Pernah (1). Jumlah skor
sebanyak
tertinggi adalah 72 dan jumlah skor
menggunakan skala likert kategori
terendah adalah 18. Selanjutnya akan
pilihan jawaban Selalu (S), Sering
dikategorikan dengan menggunakan
(SR), Kadang-kadang (KK), Tidak
rumus statistik Sudjana (2005) :
6. P=
R
7.
BK
8. P=
72-18
9.
3
10. P= 54
11.
3
Pernah
12
(TP).
pernyataan,
Untuk
dengan
jawaban
pertanyaan tersebut, maka dibentuk
skor pilihan jawaban Selalu (4), Sering
(3), Kadang-kadang (2), dan Tidak
Pernah (1). Jumlah skor tertinggi
8
adalah 48 dan jumlah skor terendah
adalah 12. Adapun bentuk pertanyaan
dalam kuisioner ini adalah pertanyaan
yang
positif
mengkatagorikan
(+),
untuk
digunakan
rumus
25.
Perkembangan
Emosional Remaja.
42. Berdasarkan
tabel,
pola
demokratis
mayoritas
memiliki
kemudian pola asuh otoriter mayoritas
P = Skor Tertinggi-
31. Keterangan :
32. P = Panjang Kelas
33. R = Skor Tertinggi – Skor Terendah
34. BK = Banyak kelas yang dikategorikan
Maka Kategorinya :
Sangat Baik : 39-48
Baik
: 30-38
Kurang
: 21-29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
39. Responden mayoritas
perempuan
sebanyak 39 orang (65%) dan laki-laki
sebanyak 21 orang (35%).
1.2 Analisa Univariat
1. Pola Asuh Orang Tua
40. Mayoritas responden memiliki pola
memiliki
perkembangan
emosional
yang baik dengan jumlah 27 orang
(45%),
dan
mayoritas
pola
memiliki
asuh
emosional yang baik yaitu 1 orang
(1,7%).
43.
1.4 Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Pola Asuh Orang Tua di SMA
Negeri 14 Medan Tahun 2015
44.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa sebanyak 38 orang (63,3%)
sampel memiliki pola asuh orang
tua
yang
otoriter,
kemudian
sebanyak 21 orang (35%) sampel
memiliki pola asuh orang tua yang
demokratis, dan 1 orang (1,7%)
sampel
mempunyai
pola
asuh orang tua yang otoriter yaitu
sebanyak 38 orang (63,3%).
2. Perkembangan
Emosional
46.
Hal
responden
memiliki
perkembangan emosional yang baik
yaitu sebanyak 37 orang (61,7%).
1.3 Analisa Bivariat
permisif
perkembangan
orang tua yang permisif.
45.
Remaja
41. Mayoritas
asuh
dengan jumlah 11 orang (18,3%),
Skor Terendah
Kelas Atau Kode
26.
P = 48-12
27.
4
28.
P = 36
29.
4
30.
=9
35.
36.
37.
38.
Dengan
perkembangan emosional sangat baik
Sudjana (2005) yaitu :
22. P= R
23.
BK
24.
1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
ini
dapat
diketahui
asuh
dari
jawaban kuisioner yang dibuat
sebanyak 18 pernyataan, ternyata
dari
60
responden
38
orang
diantaranya memiliki pola asuh
9
orang tua yang otoriter. Hal ini
terutama hukuman fisik. Orang tua
dapat
yang
dilihat
dari
jawaban
otoriter
amat
berkuasa
responden tentang bagaimana pola
terhadap
asuh orang tua mereka dalam
kekuasaaan
kehidupan sehari-hari yaitu orang
mengharuskan anak patuh pada
tua
perintah-perintahnya.
yang
mengontrol
semua
anak,
memegang
tertinggi
serta
Dengan
tindakan yang sampel lakukan, dan
berbagai cara, segala tingkah laku
ada juga jawaban dari responden
anak dikontrol dengan ketat.
49.
50.
Hasil
penelitian
yang menyatakan bahwa orang tua
juga memaksa responden untuk
menjadi patuh dengan aturan yang
berlaku dan memberi hukuman jika
melakukan kesalahan.
47.
ini
didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Aisyah, St. (2010)
dimana setiap pola asuh memberi
kontribusi
terhadap
perilaku.
Kontribusi yang diberikan dapat
48.
Menurut Stewart dan Koch
negatif
maupun
positif.
Oleh
(1983), orang tua yang menerapkan
karena itu, pada masing-masing
pola asuh otoriter mempunyai ciri
tipe
antara lain: kaku, tegas, suka
kekuatannya
menghukum, kurang ada kasih
kelemahannya. Berkataitan dengan
sayang serta simpatik. Orang tua
hal ini maka orang tua harus
memaksa anak-anak untuk patuh
semakin menyadari posisinya dan
pada
serta
menerapkan pola asuh yang paling
mencoba membentuk lingkah laku
tidak merangsang potensi agresif
sesuai dengan tingkah lakunya
pada anak-anak asuhnya. Disadari
serta
mengekang
bahwa hampir tidak ada orang tua
keinginan anak. Orang tua tidak
yang mempraktikkan pola asuh
mendorong
memberi
secara murni pada salah satu tipe.
kesempatan kepada anak untuk
Kecenderungan-kecendrungan pada
mandiri dan jarang memberi pujian.
tipe pola asuh tertentu nampaknya
Hak anak dibatasi tetapi dituntut
lebih banyak digunakan oleh orang
tanggung
tua.
nilai-nilai
mereka,
cenderung
serta
jawab
seperti
anak
pola
Atau
asuh
terdapat
sisi
dan
sisi
bahkan
orang
tua
dewasa. Orang tua yang otoriter
mempraktikkan pola asuh secara
cenderung
elektrik,
memberi
hukuman
artinya
melakukan
10
pengasuhan kepada anaknya secara
58.
situasional.
emosional remaja di SMA Negeri
51.
perkembangan
14 Medan adalah baik. Hal ini
52.
Kesimpulannya,
sesuai
dengan
hasil penelitian dimana didapatkan
mayoritas responden memilih pola
asuh orang tua yang otoriter. Hal
ini disebabkan karena sebagian
besar responden merasa orang tua
mereka
mendidik
dengan
cara
mengontrol semua tindakan yang
dilakukan, mengikuti aturan yang
berlaku di rumah, dan menghukum
responden
jika
melakukan
kesalahan.
Remaja
yang
diisi
Sebanyak
di
SMA Negeri
14
penelitian
orang (61,7%), responden memiliki
emosional
yang
baik, kemudian sebanyak 16 orang
responden
perkembangan
memilki
emosional
yang
sangat baik, sebanyak
7 orang
(11,7%)
memiliki
responden
perkembangan
kurang baik.
orang
dari
60
responden memiliki perkembangan
emosional yang baik. Namun ada
yang responden yang memiliki
perkembangan
emosional
yang
sangat baik atau bahkan kurang
baik.
59.
Perkembangan
adalah
perubahan yang teratur, sistematis,
dan terorganisir yang mempunyai
tertentu.
pada
mengenai
Perkembangan
suatu
fungsi-fungsi
proses
emosional
yang
fisik
maupun mental yang terjadi terusmenerus
menunjukkan bahwa sebanyak 37
(26,7%)
responden.
perubahan yang bersifat kualitatif
Emosional
Hasil
perkembangan
oleh
37
menunjuk
Medan Tahun 2015
57.
dapat disimpulkan dari kuisioner
tujuan
53.
54.
55.
b. Perkembangan
56.
Mayoritas
ke
sempurna
sebagai
arah
sampai
hasil
yang
lebih
akhir
hayat
interaksi
dengan
lingkungan (Sumanto, 2014).
60.
61.
Generasi
sekarang
cenderung
banyak
mengalami
kesulitan emosional, seperti mudah
merasa kesepian dan pemurung,
cemas,
agresif
dan
kurang
menghargai sopan santun. Dalam
hal ini kecerdasan atau skor IQ
yang tinggi bukanlah satu-satunya
jaminan kesuksesan anak dimasa
depan. Ada faktor lain yang cukup
11
populer
yaitu
kecerdasan
minder, bahkan cenderung lebih
emosional. Kecerdasan emosional
mandiri dan percaya diri.
dapat dilatih pada anak-anak sejak
c. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
usia dini. Salah satu aspeknya
Dengan
adalah kecerdasan sosial, dimana
Emosional
anak memiliki kemampuan untuk
Negeri 14 Medan Tahun 2014
mengerti dan memahami orang lain
serta bertindak bijaksana dalam
hubungan antar manusia. Suasana
damai dan penuh kasih sayang
dalam
keluarga,
sikap
saling
menghargai, disiplin, dan penuh
semangat tidak mudah putus asa,
semua ini memungkinkan anak
untuk
kemampuan
mengembangkan
yang
berhubungan
dengan kecerdasan emosionalnya
(Sri Widayati, 2008).
62.
63.
Kesimpulannya,
Perkembangan
Remaja
di
SMA
64.
65.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari 60 sampel sebanyak 38
orang (63%) memilki pola asuh
otoriter,
5
orang
(8,3%)
diantaranya
memiliki
perkembangan
sangat
baik,
emosional
27 orang
yang
(45%)
memiliki perkembangan emosional
yang baik dan 6 orang (10%)
memiliki perkembangan emosional
yang kurang baik.
sesuai
66.
dengan hasil penelitian dimana
didapatkan mayoritas responden
memiliki perkembangan emosional
yang baik. Hal ini dikarenakan pola
asuh orang tua yang otoriter,
dimana orang tua mendidik anak
dengan mengontrol setiap tindakan
anak dan memberikan sanksi jika
anak melakukan kesalahan. Dengan
pola asuh yang demikian maka
perkembangan
emosional
anak
dapat berkembang dengan baik,
anak tidak manja, dan juga tidak
67.
Hasil
penelitian
menunjukkan
ini
bahwa
juga
dari
60
sampel, sebanyak 21 orang (35%)
responden
memiliki
pola
asuh
orang tua yang demokratis, 11
orang
(18,3%)
memiliki
perkembangan
emosional
sangat
9
baik,
orang
yang
(15%)
memiliki perkembangan emosional
yang baik dan sebanyak 1 orang
(1,7%)
memilki
emosional
yang
perkembangan
kurang
baik.
12
Kemudian dari 60 responden hanya
lingkungan pendidikan yang paling
1 orang yang memiliki pola asuh
utama dan pertama, dalam arti
orang
dan
keluarga merupakan lingkungan
memiliki perkembangan emosional
yang paling bertanggung jawab
yang baik.
68.
dalam
tua
yang
permisif
kematangan emosi anak-anaknya.
Kecerdasan emosi adalah bekal
69.
Hasil uji Chi-square menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan
antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan emosional remaja
dengan (p = 0,02 ; p < 0,05). Hasil
ini
mengindikasikan
bahwa
semakin bagus pola asuh orang tua
maka
semakin
baik
terpenting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan,
karena dengan kecerdasan emosi,
seseorang
akan
dapat
berhasil
dalam menghadapi segala macam
tantangan,
termasuk
tantangan
untuk berhasil secara akademis.
72.
juga
perkembangan emosional remaja.
70.
73.
Melihat adanya hubungan
antara pola asuh orang tua dengan
kecerdasan emosional anak. Hal ini
71.
Hasil penelitian yang dilakukan
Fadhilah
Ika
(2010)
tentang
Hubungan pola asuh orang tua
dengan kecerdasan emosional pada
usia prasekolah ditemukan bahwa
anak yang mempunyai kecerdasan
tinggi sebanyak 52,9%. Menurut
Grahacendikia (2009), Tingkat EQ
yang dimiliki anak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, terutama
oleh keluarga, yaitu peran dan
keterlibatan
orang
tua
yang
tercermin di dalam pelaksanaan
pola asuh. Keluarga sebagai satuan
unit
mengembangkan
sosial
terkecil
sesuai
bahwa
dengan
gaya
Sunarti
(2004)
pengasuhan
merupakan pola perilaku orang tua
yang paling menonjol atau yang
paling dominan dalam menagani
anaknya sehari-hari. Pola orang tua
dalam mendisiplinkan anak , dalam
menanamkan nilai-nilai hidup dan
dalam mengelola emosi. Selain itu
faktor resiko yang mempengaruhi
kegagalan anak disekolah ternyata
bukan terletak pada kemampuan
kognitif anak, tetapi terletak pada
masalah psikososial anak, aspek
merupakan
13
emosi-sosial
yang
menentukan
1. Mayoritas
keberhasilan anak.
74.
75.
Kesimpulannya, setiap anak
pola asuh orang tua yang
otoriter.
2. Mayoritas
asuh yang berbeda-beda, karena
baik.
3. Hasil uji statistik menunjukkan
tidak mendukung penerapan pola
perkembangan
bahwa ada hubungan yang
sosial-emosi anak.
signifikan antara pola asuh
1.5 Kelemahan Penelitian
76. Adapun
kelemahan
orang
dalam
kelas XI, tidak secara menyeluruh
sampling
yang
0,02 ; p < 0,05).
2.2 Saran
1. Bagi Remaja SMA Negeri 14
83.
digunakan peneliti adalah secara
Peneliti
acak, setiap kelasnya di ambil 7
diri
dilakukan
dalam
penelitian ini sangat singkat.
77.
78.
79.
80.
81.
mengharapkan
siswa/i
SMA Negeri 14 mampu membuka
atau 8 orang siswa/i.
yang
dengan
SMA Negeri 14 Medan (p =
a. Penelitian ini hanya pada siswa/i
b. Waktu
tua
perkembangan emosional siswa
penelitian ini antara lain :
teknik
(37
perkembangan emosional yang
lingkungan tempat tinggal juga
dan
responden
orang : 61,7%) mempunyai
orang tua terlalu sibuk bekerja serta
terhadap
(38
orang : 63,3%) mempunyai
memiliki orang tua dengan pola
asuh
responden
kepada orang tua dan mau
mendengarkan nasehat orang tua
2. Kepada Orang Tua
84. Diharapkan kepada orang tua untuk
memberikan pola asuhan yang lebih
baik lagi dan mau terbuka kepada anak
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
85. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
2. KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Kesimpulan
82. Berdasarkan
penelitian
mengenai
untuk melakukan penelitian tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua
perkembangan emosional remaja dan
dengan
Perkembangan Emosional
juga untuk melakukan observasi lanjut
Remaja
di Sekolah Menengah Atas
setelah diberikan kuisioner.
86.
87. DAFTAR PUSTAKA
(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015”
maka
dapat
sebagai berikut:
diambil
kesimpulan
88.
Aisyah, St. (2010). Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat
14
Agresivitass Anak. Universitas
Negeri Makasar: Jurnal.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
Ali & Asrori. (2011). Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Edisi 7. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Prasekolah (3-6 Tahun) Di Tk Budi
Utama Jorong Seberang Parit
Koto
Tangah
Batu
Hampa
Kecamatan Akabiluru Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2014.
Jurnal. FK-UMSB.
109.
110.
Amidos, J. (2014). Metodologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Kelana Kusuma Dharma
Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Edisi 15. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Djaali, H. (2013). Psikologi
Pendidikan. Edisi 7. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Edward, D. (2006). Ketika Anak
Sulit Diatur: Panduan Orang Tua
Untuk
Mengubah
Masalah
Perilaku Anak. Bandung: PT.
Mirzan Utama.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
Gunarsa & Singgih. (2002).
Psikologi Perkembangan. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
117.
118.
Grahacendikia.
Mengarahkan
Emosi
Jakarta : Erlangga
119.
120.
(2009).
Anak.
Hurlock, E. (1980). Psikologi
Perkembangan. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga
Kartono, K. (2013). Patologi
Sosial II: Kenakalan Remaja. Edisi
11. Jakarta: PT.
RajaGrafindo
Persada.
Mardatillah, A. (2014). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kecerdasan
Emosional
Anak
121.
122.
123.
124.
Naibaho, F. (2012). Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua terhadap Perilaku
Kesehatan Remaja pada Keluarga
Batak
Toba
di
Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir.
Jurnal. Repository USU.
Notoatmdjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi 1.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Oktafiany, et al. (2013). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kecerdasan Emosional Siswa di
SMP Diponegoro 1 Jakarta.
Universitas Negeri Jakarta Online:
Jurnal PPKN.
Santrock. (2007). Remaja. Edisi
Kesebelas. Jakarta : Erlangga
Septriati. (2012). Pola Asuh Orang
Tua . Edisi Pertama. Jakarta: PT.
Angkasa .
Sudjana. (2005). Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Suharsono, J.T. (2009). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua terhadap
Kemampuan Sosialisai pada anak
pra sekolah di TK Pertiwi
Purwokerto
Utara.
Jurnal
Keperawatan. Sodirman. Vol.4 No.
3.
Sumanto.
(2014).
Psikologi
Perkembangan Fungsi dan Teori.
15
Yogyakarta: Center of Academic
Publishing Service.
125.
126.
Syamsul. (2005). Psikologi Remaja
dan Kebutuhan Emosional Remaja.
Edisi Revisi. Jakarta:
PT.
RajaGrafindo Persada.
127.
128.
Yusuf, A. H. (2013). Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Tingkat Kooperatif Anak Usia 3-5
Tahun dalam Perawatan Gigi dan
Mulut.
Skripsi.
Universitas
Hasanuddin Makassar.
129.
16
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 14 MEDAN
Ruth Sefriana Silitonga1, Jek Amidos Pardede2
Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia
ABSTRAK
Pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dengan orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan normanorma yang ada dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan
emosional remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriptif corelasi dengan menggunakan metode cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Hubungan pola asuh orang tua)
dengan variabel terikat (perkembangan emosional). Populasi dari penelitian ini berjumlah
296 orang. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik random sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
pola asuh orang tua adalah otoriter (63,3%) dan mayoritas perkembangan emosional remaja
adalah baik (61,7%), dan dari hasil uji chi-square didapatkan p. vallue = 0,02. Hal ini berarti
pola asuh orang tua berhubungan dengan perkembangan emosional remaja. Penelitian ini
menyarankan agar orang tua harus mampu menyesuaikan tindakan dan pola asuh yang baik
agar perkembangan emosional remaja semakin baik.
Kata kunci : pola asuh, remaja, emosional
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
A. Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak-anak ke
masa dewasa. Pada masa ini, remaja
mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, dan
emosional.
Umumnya,
masa
ini
berlangsung sekitar umur tiga belas
tahun sampai umur delapan belas
tahun,
yaitu
masa
anak
duduk
dibangku sekolah menengah. Masa ini
biasanya dirasakan sebagai masa sulit,
baik bagi remaja sendiri maupun bagi
keluarga atau lingkungannya. Remaja
memiliki energi yang besar, emosi
berkobar-kobar,
sedangkan
pengendalian diri belum sempurna.
Remaja
juga
sering
mengalami
perasaan tidak aman, tidak tenang, dan
khawatir (Asrori, 2011).
B.
Pola asuh
merupakan
interaksi
orang
anak
tua
dengan
orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Pada dasarnya pola asuh
dapat diartikan seluruh cara perlakuan
orang tua yang di terapkan pada anak.
Banyak ahli mengatakan pengasuhan
anak
adalah
bagian
penting
dan
mendasar, menyiapkan anak untuk
menjadi masyarakat yang baik. Terlihat
kepada
pendidikan
umum
yang
diterapkan (Edwards, 2006).
C.
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fadhilah (2010)
tentang Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Kecerdasan Emosional
Anak pada usia Prasekolah ditemukan
jumlah pola asuh demokratis sebanyak
51%. Anak yang diasuh dengan gaya
pengasuhan
demokratis
akan
mengembangkan rasa percaya diri,
kontrol emosi diri yang baik, selalu
ingin tahu, menggali hal-hal yang
dapat
memperluas
wawasan
dan
kematangan pribadinya. Anak mampu
menemukan arah dan tujuan dari tugas
tugas
perkembangannya.
Anak
mengembangkan sikap bertanggung
jawab
dan
percaya
terhadap
kemampuan diri sendiri (Mardatillah,
2014).
D.
Berdasarkan hasil penelitian
Fadhilah (2010) tentang Hubungan
Pola
Asuh
Orang
Tua
dengan
Kecerdasan Emosional Anak pada usia
Prasekolah ditemukan jumlah pola
asuh otoriter sebanyak 29,4%. 25%
responden
menerapkan
pola
asuh
otoriter. Anak yang dibesarkan dengan
pola
asuh
mengembangkan
otoriter
sikap
akan
sebagai
pengekor, selalu tergantung pada orang
lain dalam mengambil keputusan dan
tidak memiliki pendirian. Anak tidak
bahwa pengasuhan anak menunjuk
2
memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
memberikan
dipenuhi ketakutan berbuat salah, dan
tingkah
cenderung sulit mempercayai orang
pendidikan anak (Kartono, 2013).
disekitarnya (Mardatillah, 2014).
E.
Berdasarkan hasil penelitian
Fadhilah (2010) tentang Hubungan
Pola
Asuh
Orang
Tua
dengan
Kecerdasan Emosional Anak pada usia
Prasekolah
Sedangkan 20,8% orang
tua didapatkan dengan penerapan pola
asuh permisif. ditemukan jumlah pola
asuh permisif sebanyak 19,6%. Pola
asuh permisif ditandai dengan sikap
penerimaan tinggi, namun kontrol
terhadap anak rendah. Orang tua serba
membolehkan anak berbuat apa saja,
orang tua memiliki kehangatan dan
menerima apa adanya. Kehangatan
cenderung memanjakan (Mardatillah,
2014).
F.
Orang
tua
harus
dapat
memberikan pola asuh yang tepat
sesuai dengan perkembangan anaknya,
agar anak dapat menerima pola asuh
yang diberikan kepadanya dengan baik
sehingga dapat memotivasi belajarnya.
Pola asuh orang tua adalah sikap orang
tua
dalam
membimbing
anaknya.
Keluarga merupakan lembaga pertama
dalam kehidupan anak, tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai
mahluk
sosial.
Dalam
keluarga
umumnya anak ada dalam hubungan
interaksi
yang
intim.
Keluarga
dasar
laku,
G.
pembentukan
watak,
moral
dan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Oktafiany et al.
Dengan judul
Pola Asuh Orang tua
dengan Kecerdasan Emosional Siswa
Kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta,
jumlah populasi kelas VIII SMP
Diponegoro 1 Jakarta sebanyak 98
siswa.
Adapun
sampel/responden
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60
responden
yang
diambil
masing-
masing 20% dari 3 kelas VIII yang ada
di SMP Dipoengoro 1 Jakarta.
H.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara Pola Asuh
Orang
tua
dengan
Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas VIII SMP
Diponegoro 1 Jakarta. Apabila pola
asuh orang tua baik, atau tinggi maka
semakin baik pula dan meningkat pula
kecerdasan emosional siswa. Untuk
meningkatkan kecerdasan emosional
siswa, maka pola asuh yang sebaiknya
diterapkan oleh orangtua yaitu pola
asuh demokratis karena pola asuh
demokratis
menyesuaikan
perkembangan
anak
dengan
sehingga
hal
tersebut mengacu pada kecerdasan
emosional anak.
I.
Menurut
Kaplan
(2008,
dalam Djaali, 2013), emosi adalah
3
keadaan kompleks yang mengandung
bahwa
komponen, kejiwaan badan dan prilaku
mendukung,
yang berkaitan dengan affect dan
memberi semangat kepada anaknya
mood.
dan selalu memberi kebebasan dalam
Affect
merupakan
ekspresi
orang
berpendapat.
dapat
diatas,
sebagai
respons
selalu
membimbing
sebagai tampak oleh orang lain. Affect
bervariasi
tuanya
Dari
maka
latar
penulis
serta
belakang
merumuskan
terhadap perubahan emosi, sedangkan
permasalahan dalam penelitian ini
mood adalah suatu perasaan yang
yaitu Hubungan Pola Asuh Orang tua
meluas, meresap dan terus–menerus
dengan
yang secara subjektif dialami dan
Remaja di Sekolah Menengah Atas
dikatakan oleh individu dan juga
(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015.
dilihat oleh orang lain.
J.
awal
Berdasarkan
yang
di
hasil
peroleh
survei
dari
BP,
siswa/siswi kelas XI yang berjumlah
296 IPA dan IPS di Sekolah Menengah
Atas
(SMA)
didapatkan
Negeri
beberapa
14
Medan,
siswa
yang
tercatat berkelakuan tidak baik seperti
sering
berkelahi,
marah
yang
disebabkan oleh teman sebaya yang
sering mengganggunya mengatakan
bahwa
orang
memaksakan
tuanya
kehendaknya
Perkembangan
Emosional
1.2 Perumusan Masalah
K.
Dari latar belakang diatas,
maka
peneliti
merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini
yaitu “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Perkembangan Emosional
Remaja di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015”
?
L. 1.3 Tujuan Penelitian
M. Tujuan Umum
N. Mengetahui “Hubungan Pola Asuh
selalu
Orang Tua
dalam
Emosional
dengan Perkembangan
Remaja”
di
Sekolah
semua tindakan dan tidak pernah
Menengah Atas (SMA) Negeri 14
memberi
Medan Tahun 2015.
O. Tujuan Khusus
kebebasan
mengambil
keputusan sendiri, ada juga siswa yang
sering bolos atau pun tidak mengikuti
disiplin sekolah mengatakan orang
tuanya
tidak
pernah
memberi
dukungan atau bimbingan karena sibuk
bekerja dan sering berkelahi mengenai
masalah keluarga, ada juga beberapa
siswa yang berprestasi mengatakan
a. Mengetahui pola asuh orang tua
remaja di SMA Negeri 14
Medan Tahun 2015.
b. Mengetahui
perkembangan
emosional
remaja
di
SMA
Negeri 14 Medan Tahun 2015.
P.
Q.
4
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Orang Tua
R.
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
data
antara
orang
tua
“Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Emosional Remaja
hubungan
dan
di Sekolah Menengah Atas (SMA)
remaja,
Negeri 14 Medan Tahun 2015”.
sehingga dapat meningkatkan pola
asuh orang tua bagi remaja yang
lebih baik.
2. Bagi Remaja SMA
S.
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
ini
digunakan
sebagai informasi tambahan bagi
remaja
SMA
sehingga
perkembangan emosional remaja
SMA
tidak
mengalami
penyimpangan dari perkembangan
remaja yang seharusnya. Penelitian
ini
juga
bermanfaat
dalam
diharapkan
bagi
dapat
remaja
menghadapi
SMA
berbagai
masalah pada tahap perkembangan
remaja SMA
3. Bagi Instansi Pendidikan
T.
Dapat menjadi
strategis
dalam
secara
formal
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua
W. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu
pola dan asuh. Menurut kamus bahasa
Indonesia,
“pola”
berarti
model,
sistem, cara kerja, dan bentuk yang
tepat. Sedangkan kata “asuh” dapat
berarti
menjaga
(merawat
dan
mendidik) atau membimbing. Pola
asuh orang tua merupakan interaksi
antara anak dan orang tua selama
mengadakan
kegiatan
pengasuhan.
Orang tua mempunyai peran yang
sangat
penting
dalam
menjaga,
contoh bimbingan kepada anak-anak
sumber
rangka
meningkatkan kualitas pendidikan
baik
V.
mengajar, mendidik serta memberi
informasi dalam rangka menyusun
rencana
peneliti
penelitian lebih lanjut mengenai
memberikan
atau
bagi
berikutnya yang ingin melakukan
yang
informasi bagi orang tua terhadap
perkembangan
tambahan
maupun
informal. Serta dapat meningkatkan
hubungan antara orang tua, siswa
maupun pihak instansi pendidikan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
U.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat digunakan sebagai
untuk mengetahui, mengenal, mengerti
dan
akhirnya
dapat
menerapkan
tingkah laku yang sesuai dengan nilainilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
ditanamkan
Pola
tiap
asuh
keluarga
yang
berbeda
dengan keluarga lainnya. Hal ini
tergantung dari pandangan pada diri
tiap orang tua (Gunarsa, 2002).
X.
2.2 Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua
5
Y. Pola asuhan orang tua menurut
(2007, dalam Aisyah, 2010) dari hasil
Stewart dan Koch (2007, dalam Aisyah
penelitiannya
menemukan
2010) terdiri dari tiga kecenderungan
teknik-teknik
asuhan
pola asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh
demokratis
otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan
keyakinan
(3) pola asuh permisif.
a. Pola Asuh Otoriter
Z. Dalam pola asuh ini
menerapkan
orang
seperangkat
cenderung
pendekatan
yang
dan
orang
tua
menumbuhkan
kepercayaan
diri
maupun mendorong tindakan-tindakan
tua
peraturan
kepada anaknya secara ketat dan
sepihak,
yang
bahwa
menggunakan
akan berakibat munculnya tingkah laku
mandiri yang bertanggung jawab.
c. Pola Asuh Permisif
BB. Menurut Syamsul (2005) pola asuh
diktator,
orang tua dengan permisif merupakan
menonjolkan wibawa, menghendaki
sikap orang tua meningkat namun
ketaatan mutlak. Pola asuh otoriter
kontrolnya
rendah,
adalah
kebebasan
terhadap
bentuk
bersifat
mandiri membuat keputusan sendiri
pola
asuh
yang
memberikan
anak
untuk
menekankan pada pengawasan orang
mengatakan dorongan keinginannya.
tua atau kontrol yang ditujukan pada
Tipe orang tua yang mempunyai pola
anak untuk mendapatkan ketaatan dan
asuh
kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah
memberikan kebebasan pada anak
pengasuhan yang kaku, diktator, dan
tanpa memberikan kontrol sama sekali
memaksa anak untuk selalu mengikuti
dan kurang tegas dalam menerapkan
orang tua tanpa banyak alasan anak
peraturan-peraturan yang ada. Anak
harus tunduk dan patuh terhadap
sedikit sekali dituntut untuk suatu
kemauan orang tua. Apapun yang
tanggung jawab, tetapi mempunyai hak
dialakukan oleh anak ditentukan oleh
yang sama seperti orang dewasa. Anak
orang tua.
b. Pola Asuh Demokratis
AA. Menurut Syamsul (2005) pola asuh
demokratis adalah sikap orang tua
dengan kontrolnya mengikat, bersikap
permisif
diberi
kebebasan
cenderung
untuk
selalu
mengatur
dirinya sendiri dan orang tua tidak
banyak mengatur anaknya.
2.3 Konsep Perkembangan Emosional
responsif terhadap kebutuhan anak,
Remaja
CC.
mendorong anaknya untuk menyatakan
perubahan yang teratur, sistematis, dan
pendapat atau pertanyaan, memberikan
terorganisir yang mempunyai tujuan
penjelasan tentang dampak perbuatan
tertentu.
yang baik atau buruk. Hanna Wijaya
pada suatu proses perubahan yang
Perkembangan
Perkembangan
adalah
menunjuk
6
bersifat kualitatif mengenai fungsi-
(situasi) yang mengaktifkan sistem
fungsi fisik maupun mental yang
saraf
terjadi terus-menerus ke arah yang
terjadinya perubahan fisiologis di luar
lebih sempurna sampai akhir hayat
kesadaran (misalnya terjadi perubahan
sebagai
ekspresi wajah, percepatan denyut
hasil
interaksi
dengan
lingkungan (Sumanto, 2014).
DD.
Emosi
adalah
kegiatan
atau
pergolakan
jantung,
setiap
pikiran,
perasaan, nafsu serta setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap.
Emosi juga merujuk kepada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis,
dan
kecenderungan
serangkaian
untuk
bertindak
(Asrori, 2011).
EE.Emosi merupakan suatu kompleksi
suasana
yang
mempengaruhi
perasaan /pikiran yang ditandai oleh
perubahan
biologis
dan
muncul
sebelum atau sesudah terjadinya suatu
perilaku. Mekanisme terjadinya emosi
didahului
dengan
suatu
yang
kejadian
dapat
menimbulkan
keluarnya
keringat,
dan
sebagainya) yang akhirnya membuat
seseorang
mengalami
kenyamanan
atau ketidaknyamanan sesuai impuls
yang
diterimanya.
Perkembangan
emosi meliputi kemampuan anak untuk
mencintai, merasa nyaman, berani,
gembira, takut, marah serta bentukbentuk emosi lainnya. Pada aspek ini,
anak sangat dipengaruhi oleh interaksi
dengan orang tua dan orang-orang di
sekitarnya. Emosi berkembang sesuai
dengan
impuls
diterimanya.
Anak
emosi
yang
mendapatkan
curahan kasih sayang juga akan belajar
untuk menyayangi (Sumanto, 2014).
FF.
GG.
HH.
II.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
JJ. Desain penelitian ini adalah rancangan Deskriptif Corelasi dengan menggunakan
Cross Sectional
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
(Hubungan pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (perkembangan emosional).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
KK.
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa/i kelas XI Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 14 Medan yang berjumlah 296 orang, dan jumlah sampel sebanyak 60
orang yang di ambil dengan teknik random sampling.
3.3 Defenisi Operasional
7
MM.
LL. Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
NN. Variabel
OO.
Defenisi
PP. Operasional
QQ.
Alat
RR. Ukur
SS. Hasil
TT. Ukur
VV. Independ
en
WW.
Pola
Asuh
Orang Tua
XX. Suatu bentuk pola yang digunakan
orang tua agar patuh dan tunduk
terhadap perintah dan aturan yang
di buat oleh orang tua terhadap
remaja baik secara demokratis,
otoriter, permisif.
YY. Kuisioner1.
1. Demokratis :
(56-72)
2. Otoriter :
(37-55)
3. Permisif :
(18-36)
GGG.
III. Perkembangan emosional remaja
yang bersifat positif dan negatif,
yang diakibatkan oleh faktor
internal dan eksternal khususnya
faktor pola asuh orang tua dari
remaja.
JJJ. Kuisioner
Depe
nden
HHH. Perke
mbangan
Emosional
Remaja
2.
3.
4.
5.
1. Sangat Baik :
KKK. (39-48)
2. Baik : (30-38)
3. Kurang Baik :
(21-29)
4. Sangat
Kurang : (1220)
UU. Skal
a
Uku
r
ZZ. Ordi
nal
AAA.
BBB.
CCC.
DDD.
EEE.
FFF.
LLL.
O
rdin
al
MMM.
3.4 Aspek Pengukuran
a. Pola Asuh Orang Tua
5. Pola asuh orang tua diukur dengan
menggunakan kuisioner sebanyak 18
pernyataan,
dengan
menggunakan
skala likert kategori pilihan jawaban
Selalu (S), Sering (SR), Kadangkadang (KK) dan Tidak Pernah (TP).
Untuk jawaban pertanyaan tersebut,
maka dibentuk skor pilihan jawaban
12. P= 18
13. Keterangan :
14. P = Panjang kelas
15. R = Rentang (skor tertinggi – skor
terendah)
16. BK = Banyak kelas yang dikategorikan
17. Maka Kategorinya :
18. 1. Demokratis
: (56-72)
19. 2. Otoriter
: (37-55)
20. 3. Permisif
: (18-36)
b. Perkembangan
Emosional
Remaja
21. Perkembangan
emosional
remaja
Selalu (4), Sering (3), Kadang-kadang
diukur dengan menggunakan kuisioner
(2) dan Tidak Pernah (1). Jumlah skor
sebanyak
tertinggi adalah 72 dan jumlah skor
menggunakan skala likert kategori
terendah adalah 18. Selanjutnya akan
pilihan jawaban Selalu (S), Sering
dikategorikan dengan menggunakan
(SR), Kadang-kadang (KK), Tidak
rumus statistik Sudjana (2005) :
6. P=
R
7.
BK
8. P=
72-18
9.
3
10. P= 54
11.
3
Pernah
12
(TP).
pernyataan,
Untuk
dengan
jawaban
pertanyaan tersebut, maka dibentuk
skor pilihan jawaban Selalu (4), Sering
(3), Kadang-kadang (2), dan Tidak
Pernah (1). Jumlah skor tertinggi
8
adalah 48 dan jumlah skor terendah
adalah 12. Adapun bentuk pertanyaan
dalam kuisioner ini adalah pertanyaan
yang
positif
mengkatagorikan
(+),
untuk
digunakan
rumus
25.
Perkembangan
Emosional Remaja.
42. Berdasarkan
tabel,
pola
demokratis
mayoritas
memiliki
kemudian pola asuh otoriter mayoritas
P = Skor Tertinggi-
31. Keterangan :
32. P = Panjang Kelas
33. R = Skor Tertinggi – Skor Terendah
34. BK = Banyak kelas yang dikategorikan
Maka Kategorinya :
Sangat Baik : 39-48
Baik
: 30-38
Kurang
: 21-29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
39. Responden mayoritas
perempuan
sebanyak 39 orang (65%) dan laki-laki
sebanyak 21 orang (35%).
1.2 Analisa Univariat
1. Pola Asuh Orang Tua
40. Mayoritas responden memiliki pola
memiliki
perkembangan
emosional
yang baik dengan jumlah 27 orang
(45%),
dan
mayoritas
pola
memiliki
asuh
emosional yang baik yaitu 1 orang
(1,7%).
43.
1.4 Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Pola Asuh Orang Tua di SMA
Negeri 14 Medan Tahun 2015
44.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa sebanyak 38 orang (63,3%)
sampel memiliki pola asuh orang
tua
yang
otoriter,
kemudian
sebanyak 21 orang (35%) sampel
memiliki pola asuh orang tua yang
demokratis, dan 1 orang (1,7%)
sampel
mempunyai
pola
asuh orang tua yang otoriter yaitu
sebanyak 38 orang (63,3%).
2. Perkembangan
Emosional
46.
Hal
responden
memiliki
perkembangan emosional yang baik
yaitu sebanyak 37 orang (61,7%).
1.3 Analisa Bivariat
permisif
perkembangan
orang tua yang permisif.
45.
Remaja
41. Mayoritas
asuh
dengan jumlah 11 orang (18,3%),
Skor Terendah
Kelas Atau Kode
26.
P = 48-12
27.
4
28.
P = 36
29.
4
30.
=9
35.
36.
37.
38.
Dengan
perkembangan emosional sangat baik
Sudjana (2005) yaitu :
22. P= R
23.
BK
24.
1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
ini
dapat
diketahui
asuh
dari
jawaban kuisioner yang dibuat
sebanyak 18 pernyataan, ternyata
dari
60
responden
38
orang
diantaranya memiliki pola asuh
9
orang tua yang otoriter. Hal ini
terutama hukuman fisik. Orang tua
dapat
yang
dilihat
dari
jawaban
otoriter
amat
berkuasa
responden tentang bagaimana pola
terhadap
asuh orang tua mereka dalam
kekuasaaan
kehidupan sehari-hari yaitu orang
mengharuskan anak patuh pada
tua
perintah-perintahnya.
yang
mengontrol
semua
anak,
memegang
tertinggi
serta
Dengan
tindakan yang sampel lakukan, dan
berbagai cara, segala tingkah laku
ada juga jawaban dari responden
anak dikontrol dengan ketat.
49.
50.
Hasil
penelitian
yang menyatakan bahwa orang tua
juga memaksa responden untuk
menjadi patuh dengan aturan yang
berlaku dan memberi hukuman jika
melakukan kesalahan.
47.
ini
didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Aisyah, St. (2010)
dimana setiap pola asuh memberi
kontribusi
terhadap
perilaku.
Kontribusi yang diberikan dapat
48.
Menurut Stewart dan Koch
negatif
maupun
positif.
Oleh
(1983), orang tua yang menerapkan
karena itu, pada masing-masing
pola asuh otoriter mempunyai ciri
tipe
antara lain: kaku, tegas, suka
kekuatannya
menghukum, kurang ada kasih
kelemahannya. Berkataitan dengan
sayang serta simpatik. Orang tua
hal ini maka orang tua harus
memaksa anak-anak untuk patuh
semakin menyadari posisinya dan
pada
serta
menerapkan pola asuh yang paling
mencoba membentuk lingkah laku
tidak merangsang potensi agresif
sesuai dengan tingkah lakunya
pada anak-anak asuhnya. Disadari
serta
mengekang
bahwa hampir tidak ada orang tua
keinginan anak. Orang tua tidak
yang mempraktikkan pola asuh
mendorong
memberi
secara murni pada salah satu tipe.
kesempatan kepada anak untuk
Kecenderungan-kecendrungan pada
mandiri dan jarang memberi pujian.
tipe pola asuh tertentu nampaknya
Hak anak dibatasi tetapi dituntut
lebih banyak digunakan oleh orang
tanggung
tua.
nilai-nilai
mereka,
cenderung
serta
jawab
seperti
anak
pola
Atau
asuh
terdapat
sisi
dan
sisi
bahkan
orang
tua
dewasa. Orang tua yang otoriter
mempraktikkan pola asuh secara
cenderung
elektrik,
memberi
hukuman
artinya
melakukan
10
pengasuhan kepada anaknya secara
58.
situasional.
emosional remaja di SMA Negeri
51.
perkembangan
14 Medan adalah baik. Hal ini
52.
Kesimpulannya,
sesuai
dengan
hasil penelitian dimana didapatkan
mayoritas responden memilih pola
asuh orang tua yang otoriter. Hal
ini disebabkan karena sebagian
besar responden merasa orang tua
mereka
mendidik
dengan
cara
mengontrol semua tindakan yang
dilakukan, mengikuti aturan yang
berlaku di rumah, dan menghukum
responden
jika
melakukan
kesalahan.
Remaja
yang
diisi
Sebanyak
di
SMA Negeri
14
penelitian
orang (61,7%), responden memiliki
emosional
yang
baik, kemudian sebanyak 16 orang
responden
perkembangan
memilki
emosional
yang
sangat baik, sebanyak
7 orang
(11,7%)
memiliki
responden
perkembangan
kurang baik.
orang
dari
60
responden memiliki perkembangan
emosional yang baik. Namun ada
yang responden yang memiliki
perkembangan
emosional
yang
sangat baik atau bahkan kurang
baik.
59.
Perkembangan
adalah
perubahan yang teratur, sistematis,
dan terorganisir yang mempunyai
tertentu.
pada
mengenai
Perkembangan
suatu
fungsi-fungsi
proses
emosional
yang
fisik
maupun mental yang terjadi terusmenerus
menunjukkan bahwa sebanyak 37
(26,7%)
responden.
perubahan yang bersifat kualitatif
Emosional
Hasil
perkembangan
oleh
37
menunjuk
Medan Tahun 2015
57.
dapat disimpulkan dari kuisioner
tujuan
53.
54.
55.
b. Perkembangan
56.
Mayoritas
ke
sempurna
sebagai
arah
sampai
hasil
yang
lebih
akhir
hayat
interaksi
dengan
lingkungan (Sumanto, 2014).
60.
61.
Generasi
sekarang
cenderung
banyak
mengalami
kesulitan emosional, seperti mudah
merasa kesepian dan pemurung,
cemas,
agresif
dan
kurang
menghargai sopan santun. Dalam
hal ini kecerdasan atau skor IQ
yang tinggi bukanlah satu-satunya
jaminan kesuksesan anak dimasa
depan. Ada faktor lain yang cukup
11
populer
yaitu
kecerdasan
minder, bahkan cenderung lebih
emosional. Kecerdasan emosional
mandiri dan percaya diri.
dapat dilatih pada anak-anak sejak
c. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
usia dini. Salah satu aspeknya
Dengan
adalah kecerdasan sosial, dimana
Emosional
anak memiliki kemampuan untuk
Negeri 14 Medan Tahun 2014
mengerti dan memahami orang lain
serta bertindak bijaksana dalam
hubungan antar manusia. Suasana
damai dan penuh kasih sayang
dalam
keluarga,
sikap
saling
menghargai, disiplin, dan penuh
semangat tidak mudah putus asa,
semua ini memungkinkan anak
untuk
kemampuan
mengembangkan
yang
berhubungan
dengan kecerdasan emosionalnya
(Sri Widayati, 2008).
62.
63.
Kesimpulannya,
Perkembangan
Remaja
di
SMA
64.
65.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari 60 sampel sebanyak 38
orang (63%) memilki pola asuh
otoriter,
5
orang
(8,3%)
diantaranya
memiliki
perkembangan
sangat
baik,
emosional
27 orang
yang
(45%)
memiliki perkembangan emosional
yang baik dan 6 orang (10%)
memiliki perkembangan emosional
yang kurang baik.
sesuai
66.
dengan hasil penelitian dimana
didapatkan mayoritas responden
memiliki perkembangan emosional
yang baik. Hal ini dikarenakan pola
asuh orang tua yang otoriter,
dimana orang tua mendidik anak
dengan mengontrol setiap tindakan
anak dan memberikan sanksi jika
anak melakukan kesalahan. Dengan
pola asuh yang demikian maka
perkembangan
emosional
anak
dapat berkembang dengan baik,
anak tidak manja, dan juga tidak
67.
Hasil
penelitian
menunjukkan
ini
bahwa
juga
dari
60
sampel, sebanyak 21 orang (35%)
responden
memiliki
pola
asuh
orang tua yang demokratis, 11
orang
(18,3%)
memiliki
perkembangan
emosional
sangat
9
baik,
orang
yang
(15%)
memiliki perkembangan emosional
yang baik dan sebanyak 1 orang
(1,7%)
memilki
emosional
yang
perkembangan
kurang
baik.
12
Kemudian dari 60 responden hanya
lingkungan pendidikan yang paling
1 orang yang memiliki pola asuh
utama dan pertama, dalam arti
orang
dan
keluarga merupakan lingkungan
memiliki perkembangan emosional
yang paling bertanggung jawab
yang baik.
68.
dalam
tua
yang
permisif
kematangan emosi anak-anaknya.
Kecerdasan emosi adalah bekal
69.
Hasil uji Chi-square menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan
antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan emosional remaja
dengan (p = 0,02 ; p < 0,05). Hasil
ini
mengindikasikan
bahwa
semakin bagus pola asuh orang tua
maka
semakin
baik
terpenting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan,
karena dengan kecerdasan emosi,
seseorang
akan
dapat
berhasil
dalam menghadapi segala macam
tantangan,
termasuk
tantangan
untuk berhasil secara akademis.
72.
juga
perkembangan emosional remaja.
70.
73.
Melihat adanya hubungan
antara pola asuh orang tua dengan
kecerdasan emosional anak. Hal ini
71.
Hasil penelitian yang dilakukan
Fadhilah
Ika
(2010)
tentang
Hubungan pola asuh orang tua
dengan kecerdasan emosional pada
usia prasekolah ditemukan bahwa
anak yang mempunyai kecerdasan
tinggi sebanyak 52,9%. Menurut
Grahacendikia (2009), Tingkat EQ
yang dimiliki anak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, terutama
oleh keluarga, yaitu peran dan
keterlibatan
orang
tua
yang
tercermin di dalam pelaksanaan
pola asuh. Keluarga sebagai satuan
unit
mengembangkan
sosial
terkecil
sesuai
bahwa
dengan
gaya
Sunarti
(2004)
pengasuhan
merupakan pola perilaku orang tua
yang paling menonjol atau yang
paling dominan dalam menagani
anaknya sehari-hari. Pola orang tua
dalam mendisiplinkan anak , dalam
menanamkan nilai-nilai hidup dan
dalam mengelola emosi. Selain itu
faktor resiko yang mempengaruhi
kegagalan anak disekolah ternyata
bukan terletak pada kemampuan
kognitif anak, tetapi terletak pada
masalah psikososial anak, aspek
merupakan
13
emosi-sosial
yang
menentukan
1. Mayoritas
keberhasilan anak.
74.
75.
Kesimpulannya, setiap anak
pola asuh orang tua yang
otoriter.
2. Mayoritas
asuh yang berbeda-beda, karena
baik.
3. Hasil uji statistik menunjukkan
tidak mendukung penerapan pola
perkembangan
bahwa ada hubungan yang
sosial-emosi anak.
signifikan antara pola asuh
1.5 Kelemahan Penelitian
76. Adapun
kelemahan
orang
dalam
kelas XI, tidak secara menyeluruh
sampling
yang
0,02 ; p < 0,05).
2.2 Saran
1. Bagi Remaja SMA Negeri 14
83.
digunakan peneliti adalah secara
Peneliti
acak, setiap kelasnya di ambil 7
diri
dilakukan
dalam
penelitian ini sangat singkat.
77.
78.
79.
80.
81.
mengharapkan
siswa/i
SMA Negeri 14 mampu membuka
atau 8 orang siswa/i.
yang
dengan
SMA Negeri 14 Medan (p =
a. Penelitian ini hanya pada siswa/i
b. Waktu
tua
perkembangan emosional siswa
penelitian ini antara lain :
teknik
(37
perkembangan emosional yang
lingkungan tempat tinggal juga
dan
responden
orang : 61,7%) mempunyai
orang tua terlalu sibuk bekerja serta
terhadap
(38
orang : 63,3%) mempunyai
memiliki orang tua dengan pola
asuh
responden
kepada orang tua dan mau
mendengarkan nasehat orang tua
2. Kepada Orang Tua
84. Diharapkan kepada orang tua untuk
memberikan pola asuhan yang lebih
baik lagi dan mau terbuka kepada anak
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
85. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
2. KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Kesimpulan
82. Berdasarkan
penelitian
mengenai
untuk melakukan penelitian tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua
perkembangan emosional remaja dan
dengan
Perkembangan Emosional
juga untuk melakukan observasi lanjut
Remaja
di Sekolah Menengah Atas
setelah diberikan kuisioner.
86.
87. DAFTAR PUSTAKA
(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015”
maka
dapat
sebagai berikut:
diambil
kesimpulan
88.
Aisyah, St. (2010). Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat
14
Agresivitass Anak. Universitas
Negeri Makasar: Jurnal.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
Ali & Asrori. (2011). Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Edisi 7. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Prasekolah (3-6 Tahun) Di Tk Budi
Utama Jorong Seberang Parit
Koto
Tangah
Batu
Hampa
Kecamatan Akabiluru Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2014.
Jurnal. FK-UMSB.
109.
110.
Amidos, J. (2014). Metodologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Kelana Kusuma Dharma
Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Edisi 15. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Djaali, H. (2013). Psikologi
Pendidikan. Edisi 7. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Edward, D. (2006). Ketika Anak
Sulit Diatur: Panduan Orang Tua
Untuk
Mengubah
Masalah
Perilaku Anak. Bandung: PT.
Mirzan Utama.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
Gunarsa & Singgih. (2002).
Psikologi Perkembangan. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
117.
118.
Grahacendikia.
Mengarahkan
Emosi
Jakarta : Erlangga
119.
120.
(2009).
Anak.
Hurlock, E. (1980). Psikologi
Perkembangan. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga
Kartono, K. (2013). Patologi
Sosial II: Kenakalan Remaja. Edisi
11. Jakarta: PT.
RajaGrafindo
Persada.
Mardatillah, A. (2014). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kecerdasan
Emosional
Anak
121.
122.
123.
124.
Naibaho, F. (2012). Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua terhadap Perilaku
Kesehatan Remaja pada Keluarga
Batak
Toba
di
Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir.
Jurnal. Repository USU.
Notoatmdjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi 1.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Oktafiany, et al. (2013). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kecerdasan Emosional Siswa di
SMP Diponegoro 1 Jakarta.
Universitas Negeri Jakarta Online:
Jurnal PPKN.
Santrock. (2007). Remaja. Edisi
Kesebelas. Jakarta : Erlangga
Septriati. (2012). Pola Asuh Orang
Tua . Edisi Pertama. Jakarta: PT.
Angkasa .
Sudjana. (2005). Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Suharsono, J.T. (2009). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua terhadap
Kemampuan Sosialisai pada anak
pra sekolah di TK Pertiwi
Purwokerto
Utara.
Jurnal
Keperawatan. Sodirman. Vol.4 No.
3.
Sumanto.
(2014).
Psikologi
Perkembangan Fungsi dan Teori.
15
Yogyakarta: Center of Academic
Publishing Service.
125.
126.
Syamsul. (2005). Psikologi Remaja
dan Kebutuhan Emosional Remaja.
Edisi Revisi. Jakarta:
PT.
RajaGrafindo Persada.
127.
128.
Yusuf, A. H. (2013). Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Tingkat Kooperatif Anak Usia 3-5
Tahun dalam Perawatan Gigi dan
Mulut.
Skripsi.
Universitas
Hasanuddin Makassar.
129.
16