POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN

POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL REMAJA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 14 MEDAN
Ruth Sefriana Silitonga1, Jek Amidos Pardede2
Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia

ABSTRAK
Pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dengan orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan normanorma yang ada dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan
emosional remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriptif corelasi dengan menggunakan metode cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Hubungan pola asuh orang tua)
dengan variabel terikat (perkembangan emosional). Populasi dari penelitian ini berjumlah
296 orang. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik random sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
pola asuh orang tua adalah otoriter (63,3%) dan mayoritas perkembangan emosional remaja
adalah baik (61,7%), dan dari hasil uji chi-square didapatkan p. vallue = 0,02. Hal ini berarti
pola asuh orang tua berhubungan dengan perkembangan emosional remaja. Penelitian ini
menyarankan agar orang tua harus mampu menyesuaikan tindakan dan pola asuh yang baik

agar perkembangan emosional remaja semakin baik.
Kata kunci : pola asuh, remaja, emosional

1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
A. Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak-anak ke
masa dewasa. Pada masa ini, remaja
mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, dan
emosional.

Umumnya,

masa

ini


berlangsung sekitar umur tiga belas
tahun sampai umur delapan belas
tahun,

yaitu

masa

anak

duduk

dibangku sekolah menengah. Masa ini
biasanya dirasakan sebagai masa sulit,
baik bagi remaja sendiri maupun bagi
keluarga atau lingkungannya. Remaja
memiliki energi yang besar, emosi
berkobar-kobar,

sedangkan


pengendalian diri belum sempurna.
Remaja

juga

sering

mengalami

perasaan tidak aman, tidak tenang, dan
khawatir (Asrori, 2011).
B.
Pola asuh
merupakan

interaksi

orang
anak


tua

dengan

orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Pada dasarnya pola asuh
dapat diartikan seluruh cara perlakuan
orang tua yang di terapkan pada anak.
Banyak ahli mengatakan pengasuhan
anak

adalah

bagian

penting


dan

mendasar, menyiapkan anak untuk
menjadi masyarakat yang baik. Terlihat

kepada

pendidikan

umum

yang

diterapkan (Edwards, 2006).
C.
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fadhilah (2010)
tentang Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Kecerdasan Emosional

Anak pada usia Prasekolah ditemukan
jumlah pola asuh demokratis sebanyak
51%. Anak yang diasuh dengan gaya
pengasuhan

demokratis

akan

mengembangkan rasa percaya diri,
kontrol emosi diri yang baik, selalu
ingin tahu, menggali hal-hal yang
dapat

memperluas

wawasan

dan


kematangan pribadinya. Anak mampu
menemukan arah dan tujuan dari tugas
tugas

perkembangannya.

Anak

mengembangkan sikap bertanggung
jawab

dan

percaya

terhadap

kemampuan diri sendiri (Mardatillah,
2014).
D.


Berdasarkan hasil penelitian

Fadhilah (2010) tentang Hubungan
Pola

Asuh

Orang

Tua

dengan

Kecerdasan Emosional Anak pada usia
Prasekolah ditemukan jumlah pola
asuh otoriter sebanyak 29,4%. 25%
responden

menerapkan


pola

asuh

otoriter. Anak yang dibesarkan dengan
pola

asuh

mengembangkan

otoriter
sikap

akan
sebagai

pengekor, selalu tergantung pada orang
lain dalam mengambil keputusan dan

tidak memiliki pendirian. Anak tidak

bahwa pengasuhan anak menunjuk
2

memiliki rasa percaya diri yang tinggi,

memberikan

dipenuhi ketakutan berbuat salah, dan

tingkah

cenderung sulit mempercayai orang

pendidikan anak (Kartono, 2013).

disekitarnya (Mardatillah, 2014).
E.
Berdasarkan hasil penelitian

Fadhilah (2010) tentang Hubungan
Pola

Asuh

Orang

Tua

dengan

Kecerdasan Emosional Anak pada usia
Prasekolah

Sedangkan 20,8% orang

tua didapatkan dengan penerapan pola
asuh permisif. ditemukan jumlah pola
asuh permisif sebanyak 19,6%. Pola
asuh permisif ditandai dengan sikap
penerimaan tinggi, namun kontrol
terhadap anak rendah. Orang tua serba
membolehkan anak berbuat apa saja,
orang tua memiliki kehangatan dan
menerima apa adanya. Kehangatan
cenderung memanjakan (Mardatillah,
2014).
F.

Orang

tua

harus

dapat

memberikan pola asuh yang tepat
sesuai dengan perkembangan anaknya,
agar anak dapat menerima pola asuh
yang diberikan kepadanya dengan baik
sehingga dapat memotivasi belajarnya.
Pola asuh orang tua adalah sikap orang
tua

dalam

membimbing

anaknya.

Keluarga merupakan lembaga pertama
dalam kehidupan anak, tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai
mahluk

sosial.

Dalam

keluarga

umumnya anak ada dalam hubungan
interaksi

yang

intim.

Keluarga

dasar

laku,

G.

pembentukan

watak,

moral

dan

Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Oktafiany et al.
Dengan judul

Pola Asuh Orang tua

dengan Kecerdasan Emosional Siswa
Kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta,
jumlah populasi kelas VIII SMP
Diponegoro 1 Jakarta sebanyak 98
siswa.

Adapun

sampel/responden

dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60
responden

yang

diambil

masing-

masing 20% dari 3 kelas VIII yang ada
di SMP Dipoengoro 1 Jakarta.
H.

Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara Pola Asuh
Orang

tua

dengan

Kecerdasan

Emosional Siswa Kelas VIII SMP
Diponegoro 1 Jakarta. Apabila pola
asuh orang tua baik, atau tinggi maka
semakin baik pula dan meningkat pula
kecerdasan emosional siswa. Untuk
meningkatkan kecerdasan emosional
siswa, maka pola asuh yang sebaiknya
diterapkan oleh orangtua yaitu pola
asuh demokratis karena pola asuh
demokratis

menyesuaikan

perkembangan

anak

dengan

sehingga

hal

tersebut mengacu pada kecerdasan
emosional anak.
I.

Menurut

Kaplan

(2008,

dalam Djaali, 2013), emosi adalah
3

keadaan kompleks yang mengandung

bahwa

komponen, kejiwaan badan dan prilaku

mendukung,

yang berkaitan dengan affect dan

memberi semangat kepada anaknya

mood.

dan selalu memberi kebebasan dalam

Affect

merupakan

ekspresi

orang

berpendapat.

dapat

diatas,

sebagai

respons

selalu

membimbing

sebagai tampak oleh orang lain. Affect
bervariasi

tuanya

Dari

maka

latar

penulis

serta

belakang

merumuskan

terhadap perubahan emosi, sedangkan

permasalahan dalam penelitian ini

mood adalah suatu perasaan yang

yaitu Hubungan Pola Asuh Orang tua

meluas, meresap dan terus–menerus

dengan

yang secara subjektif dialami dan

Remaja di Sekolah Menengah Atas

dikatakan oleh individu dan juga

(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015.

dilihat oleh orang lain.
J.
awal

Berdasarkan
yang

di

hasil

peroleh

survei

dari

BP,

siswa/siswi kelas XI yang berjumlah
296 IPA dan IPS di Sekolah Menengah
Atas

(SMA)

didapatkan

Negeri

beberapa

14

Medan,

siswa

yang

tercatat berkelakuan tidak baik seperti
sering

berkelahi,

marah

yang

disebabkan oleh teman sebaya yang
sering mengganggunya mengatakan
bahwa

orang

memaksakan

tuanya

kehendaknya

Perkembangan

Emosional

1.2 Perumusan Masalah
K.
Dari latar belakang diatas,
maka

peneliti

merumuskan

permasalahan dalam penelitian ini
yaitu “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Perkembangan Emosional
Remaja di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015”
?
L. 1.3 Tujuan Penelitian
M. Tujuan Umum
N. Mengetahui “Hubungan Pola Asuh

selalu

Orang Tua

dalam

Emosional

dengan Perkembangan
Remaja”

di

Sekolah

semua tindakan dan tidak pernah

Menengah Atas (SMA) Negeri 14

memberi

Medan Tahun 2015.
O. Tujuan Khusus

kebebasan

mengambil

keputusan sendiri, ada juga siswa yang
sering bolos atau pun tidak mengikuti
disiplin sekolah mengatakan orang
tuanya

tidak

pernah

memberi

dukungan atau bimbingan karena sibuk
bekerja dan sering berkelahi mengenai
masalah keluarga, ada juga beberapa
siswa yang berprestasi mengatakan

a. Mengetahui pola asuh orang tua
remaja di SMA Negeri 14
Medan Tahun 2015.
b. Mengetahui
perkembangan
emosional

remaja

di

SMA

Negeri 14 Medan Tahun 2015.
P.
Q.
4

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Orang Tua
R.
Hasil
penelitian
diharapkan

dapat

data

antara

orang

tua

“Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Emosional Remaja

hubungan
dan

di Sekolah Menengah Atas (SMA)

remaja,

Negeri 14 Medan Tahun 2015”.

sehingga dapat meningkatkan pola
asuh orang tua bagi remaja yang
lebih baik.
2. Bagi Remaja SMA
S.
Hasil
penelitian
diharapkan

dapat

ini

digunakan

sebagai informasi tambahan bagi
remaja

SMA

sehingga

perkembangan emosional remaja
SMA

tidak

mengalami

penyimpangan dari perkembangan
remaja yang seharusnya. Penelitian
ini

juga

bermanfaat
dalam

diharapkan
bagi

dapat

remaja

menghadapi

SMA

berbagai

masalah pada tahap perkembangan
remaja SMA
3. Bagi Instansi Pendidikan
T.
Dapat menjadi
strategis

dalam

secara

formal

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua
W. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu
pola dan asuh. Menurut kamus bahasa
Indonesia,

“pola”

berarti

model,

sistem, cara kerja, dan bentuk yang
tepat. Sedangkan kata “asuh” dapat
berarti

menjaga

(merawat

dan

mendidik) atau membimbing. Pola
asuh orang tua merupakan interaksi
antara anak dan orang tua selama
mengadakan

kegiatan

pengasuhan.

Orang tua mempunyai peran yang
sangat

penting

dalam

menjaga,

contoh bimbingan kepada anak-anak
sumber
rangka

meningkatkan kualitas pendidikan
baik

V.

mengajar, mendidik serta memberi

informasi dalam rangka menyusun
rencana

peneliti

penelitian lebih lanjut mengenai

memberikan

atau

bagi

berikutnya yang ingin melakukan

yang

informasi bagi orang tua terhadap
perkembangan

tambahan

maupun

informal. Serta dapat meningkatkan
hubungan antara orang tua, siswa
maupun pihak instansi pendidikan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
U.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat digunakan sebagai

untuk mengetahui, mengenal, mengerti
dan

akhirnya

dapat

menerapkan

tingkah laku yang sesuai dengan nilainilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
ditanamkan

Pola
tiap

asuh

keluarga

yang
berbeda

dengan keluarga lainnya. Hal ini
tergantung dari pandangan pada diri
tiap orang tua (Gunarsa, 2002).
X.
2.2 Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua
5

Y. Pola asuhan orang tua menurut

(2007, dalam Aisyah, 2010) dari hasil

Stewart dan Koch (2007, dalam Aisyah

penelitiannya

menemukan

2010) terdiri dari tiga kecenderungan

teknik-teknik

asuhan

pola asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh

demokratis

otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan

keyakinan

(3) pola asuh permisif.
a. Pola Asuh Otoriter
Z. Dalam pola asuh ini
menerapkan

orang

seperangkat

cenderung

pendekatan

yang

dan

orang

tua

menumbuhkan
kepercayaan

diri

maupun mendorong tindakan-tindakan
tua

peraturan

kepada anaknya secara ketat dan
sepihak,

yang

bahwa

menggunakan

akan berakibat munculnya tingkah laku
mandiri yang bertanggung jawab.
c. Pola Asuh Permisif
BB. Menurut Syamsul (2005) pola asuh

diktator,

orang tua dengan permisif merupakan

menonjolkan wibawa, menghendaki

sikap orang tua meningkat namun

ketaatan mutlak. Pola asuh otoriter

kontrolnya

rendah,

adalah

kebebasan

terhadap

bentuk

bersifat

mandiri membuat keputusan sendiri

pola

asuh

yang

memberikan
anak

untuk

menekankan pada pengawasan orang

mengatakan dorongan keinginannya.

tua atau kontrol yang ditujukan pada

Tipe orang tua yang mempunyai pola

anak untuk mendapatkan ketaatan dan

asuh

kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah

memberikan kebebasan pada anak

pengasuhan yang kaku, diktator, dan

tanpa memberikan kontrol sama sekali

memaksa anak untuk selalu mengikuti

dan kurang tegas dalam menerapkan

orang tua tanpa banyak alasan anak

peraturan-peraturan yang ada. Anak

harus tunduk dan patuh terhadap

sedikit sekali dituntut untuk suatu

kemauan orang tua. Apapun yang

tanggung jawab, tetapi mempunyai hak

dialakukan oleh anak ditentukan oleh

yang sama seperti orang dewasa. Anak

orang tua.
b. Pola Asuh Demokratis
AA. Menurut Syamsul (2005) pola asuh
demokratis adalah sikap orang tua
dengan kontrolnya mengikat, bersikap

permisif

diberi

kebebasan

cenderung

untuk

selalu

mengatur

dirinya sendiri dan orang tua tidak
banyak mengatur anaknya.
2.3 Konsep Perkembangan Emosional

responsif terhadap kebutuhan anak,

Remaja
CC.

mendorong anaknya untuk menyatakan

perubahan yang teratur, sistematis, dan

pendapat atau pertanyaan, memberikan

terorganisir yang mempunyai tujuan

penjelasan tentang dampak perbuatan

tertentu.

yang baik atau buruk. Hanna Wijaya

pada suatu proses perubahan yang

Perkembangan

Perkembangan

adalah

menunjuk

6

bersifat kualitatif mengenai fungsi-

(situasi) yang mengaktifkan sistem

fungsi fisik maupun mental yang

saraf

terjadi terus-menerus ke arah yang

terjadinya perubahan fisiologis di luar

lebih sempurna sampai akhir hayat

kesadaran (misalnya terjadi perubahan

sebagai

ekspresi wajah, percepatan denyut

hasil

interaksi

dengan

lingkungan (Sumanto, 2014).
DD.
Emosi
adalah
kegiatan

atau

pergolakan

jantung,
setiap
pikiran,

perasaan, nafsu serta setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap.
Emosi juga merujuk kepada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis,

dan

kecenderungan

serangkaian

untuk

bertindak

(Asrori, 2011).
EE.Emosi merupakan suatu kompleksi
suasana

yang

mempengaruhi

perasaan /pikiran yang ditandai oleh
perubahan

biologis

dan

muncul

sebelum atau sesudah terjadinya suatu
perilaku. Mekanisme terjadinya emosi
didahului

dengan

suatu

yang

kejadian

dapat

menimbulkan

keluarnya

keringat,

dan

sebagainya) yang akhirnya membuat
seseorang

mengalami

kenyamanan

atau ketidaknyamanan sesuai impuls
yang

diterimanya.

Perkembangan

emosi meliputi kemampuan anak untuk
mencintai, merasa nyaman, berani,
gembira, takut, marah serta bentukbentuk emosi lainnya. Pada aspek ini,
anak sangat dipengaruhi oleh interaksi
dengan orang tua dan orang-orang di
sekitarnya. Emosi berkembang sesuai
dengan

impuls

diterimanya.

Anak

emosi

yang

mendapatkan

curahan kasih sayang juga akan belajar
untuk menyayangi (Sumanto, 2014).
FF.
GG.
HH.

II.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
JJ. Desain penelitian ini adalah rancangan Deskriptif Corelasi dengan menggunakan
Cross Sectional

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

(Hubungan pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (perkembangan emosional).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
KK.

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa/i kelas XI Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 14 Medan yang berjumlah 296 orang, dan jumlah sampel sebanyak 60
orang yang di ambil dengan teknik random sampling.
3.3 Defenisi Operasional
7

MM.

LL. Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

NN. Variabel

OO.
Defenisi
PP. Operasional

QQ.
Alat
RR. Ukur

SS. Hasil
TT. Ukur

VV. Independ
en
WW.
Pola
Asuh
Orang Tua

XX. Suatu bentuk pola yang digunakan
orang tua agar patuh dan tunduk
terhadap perintah dan aturan yang
di buat oleh orang tua terhadap
remaja baik secara demokratis,
otoriter, permisif.

YY. Kuisioner1.

1. Demokratis :
(56-72)
2. Otoriter :
(37-55)
3. Permisif :
(18-36)

GGG.

III. Perkembangan emosional remaja
yang bersifat positif dan negatif,
yang diakibatkan oleh faktor
internal dan eksternal khususnya
faktor pola asuh orang tua dari
remaja.

JJJ. Kuisioner

Depe
nden
HHH. Perke
mbangan
Emosional
Remaja

2.
3.
4.
5.

1. Sangat Baik :
KKK. (39-48)
2. Baik : (30-38)
3. Kurang Baik :
(21-29)
4. Sangat
Kurang : (1220)

UU. Skal
a
Uku
r
ZZ. Ordi
nal
AAA.
BBB.
CCC.
DDD.
EEE.
FFF.
LLL.
O
rdin
al

MMM.
3.4 Aspek Pengukuran
a. Pola Asuh Orang Tua
5. Pola asuh orang tua diukur dengan
menggunakan kuisioner sebanyak 18
pernyataan,

dengan

menggunakan

skala likert kategori pilihan jawaban
Selalu (S), Sering (SR), Kadangkadang (KK) dan Tidak Pernah (TP).
Untuk jawaban pertanyaan tersebut,
maka dibentuk skor pilihan jawaban

12. P= 18
13. Keterangan :
14. P = Panjang kelas
15. R = Rentang (skor tertinggi – skor
terendah)
16. BK = Banyak kelas yang dikategorikan
17. Maka Kategorinya :
18. 1. Demokratis
: (56-72)
19. 2. Otoriter
: (37-55)
20. 3. Permisif
: (18-36)
b. Perkembangan
Emosional
Remaja
21. Perkembangan

emosional

remaja

Selalu (4), Sering (3), Kadang-kadang

diukur dengan menggunakan kuisioner

(2) dan Tidak Pernah (1). Jumlah skor

sebanyak

tertinggi adalah 72 dan jumlah skor

menggunakan skala likert kategori

terendah adalah 18. Selanjutnya akan

pilihan jawaban Selalu (S), Sering

dikategorikan dengan menggunakan

(SR), Kadang-kadang (KK), Tidak

rumus statistik Sudjana (2005) :
6. P=
R
7.
BK
8. P=
72-18
9.
3
10. P= 54
11.
3

Pernah

12

(TP).

pernyataan,

Untuk

dengan

jawaban

pertanyaan tersebut, maka dibentuk
skor pilihan jawaban Selalu (4), Sering
(3), Kadang-kadang (2), dan Tidak
Pernah (1). Jumlah skor tertinggi
8

adalah 48 dan jumlah skor terendah
adalah 12. Adapun bentuk pertanyaan
dalam kuisioner ini adalah pertanyaan
yang

positif

mengkatagorikan

(+),

untuk

digunakan

rumus

25.

Perkembangan

Emosional Remaja.
42. Berdasarkan
tabel,
pola
demokratis

mayoritas

memiliki

kemudian pola asuh otoriter mayoritas

P = Skor Tertinggi-

31. Keterangan :
32. P = Panjang Kelas
33. R = Skor Tertinggi – Skor Terendah
34. BK = Banyak kelas yang dikategorikan
Maka Kategorinya :
Sangat Baik : 39-48
Baik
: 30-38
Kurang
: 21-29

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
39. Responden mayoritas
perempuan
sebanyak 39 orang (65%) dan laki-laki
sebanyak 21 orang (35%).
1.2 Analisa Univariat
1. Pola Asuh Orang Tua
40. Mayoritas responden memiliki pola

memiliki

perkembangan

emosional

yang baik dengan jumlah 27 orang
(45%),

dan

mayoritas

pola

memiliki

asuh

emosional yang baik yaitu 1 orang
(1,7%).
43.
1.4 Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Pola Asuh Orang Tua di SMA
Negeri 14 Medan Tahun 2015
44.
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa sebanyak 38 orang (63,3%)
sampel memiliki pola asuh orang
tua

yang

otoriter,

kemudian

sebanyak 21 orang (35%) sampel
memiliki pola asuh orang tua yang
demokratis, dan 1 orang (1,7%)
sampel

mempunyai

pola

asuh orang tua yang otoriter yaitu
sebanyak 38 orang (63,3%).
2. Perkembangan
Emosional

46.
Hal

responden

memiliki

perkembangan emosional yang baik
yaitu sebanyak 37 orang (61,7%).
1.3 Analisa Bivariat

permisif

perkembangan

orang tua yang permisif.
45.

Remaja
41. Mayoritas

asuh

dengan jumlah 11 orang (18,3%),

Skor Terendah
Kelas Atau Kode
26.
P = 48-12
27.
4
28.
P = 36
29.
4
30.
=9

35.
36.
37.
38.

Dengan

perkembangan emosional sangat baik

Sudjana (2005) yaitu :
22. P= R
23.
BK
24.

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua

ini

dapat

diketahui

asuh

dari

jawaban kuisioner yang dibuat
sebanyak 18 pernyataan, ternyata
dari

60

responden

38

orang

diantaranya memiliki pola asuh
9

orang tua yang otoriter. Hal ini

terutama hukuman fisik. Orang tua

dapat

yang

dilihat

dari

jawaban

otoriter

amat

berkuasa

responden tentang bagaimana pola

terhadap

asuh orang tua mereka dalam

kekuasaaan

kehidupan sehari-hari yaitu orang

mengharuskan anak patuh pada

tua

perintah-perintahnya.

yang

mengontrol

semua

anak,

memegang

tertinggi

serta
Dengan

tindakan yang sampel lakukan, dan

berbagai cara, segala tingkah laku

ada juga jawaban dari responden

anak dikontrol dengan ketat.
49.
50.
Hasil
penelitian

yang menyatakan bahwa orang tua
juga memaksa responden untuk
menjadi patuh dengan aturan yang
berlaku dan memberi hukuman jika
melakukan kesalahan.
47.

ini

didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Aisyah, St. (2010)
dimana setiap pola asuh memberi
kontribusi

terhadap

perilaku.

Kontribusi yang diberikan dapat
48.

Menurut Stewart dan Koch

negatif

maupun

positif.

Oleh

(1983), orang tua yang menerapkan

karena itu, pada masing-masing

pola asuh otoriter mempunyai ciri

tipe

antara lain: kaku, tegas, suka

kekuatannya

menghukum, kurang ada kasih

kelemahannya. Berkataitan dengan

sayang serta simpatik. Orang tua

hal ini maka orang tua harus

memaksa anak-anak untuk patuh

semakin menyadari posisinya dan

pada

serta

menerapkan pola asuh yang paling

mencoba membentuk lingkah laku

tidak merangsang potensi agresif

sesuai dengan tingkah lakunya

pada anak-anak asuhnya. Disadari

serta

mengekang

bahwa hampir tidak ada orang tua

keinginan anak. Orang tua tidak

yang mempraktikkan pola asuh

mendorong

memberi

secara murni pada salah satu tipe.

kesempatan kepada anak untuk

Kecenderungan-kecendrungan pada

mandiri dan jarang memberi pujian.

tipe pola asuh tertentu nampaknya

Hak anak dibatasi tetapi dituntut

lebih banyak digunakan oleh orang

tanggung

tua.

nilai-nilai

mereka,

cenderung
serta

jawab

seperti

anak

pola

Atau

asuh

terdapat

sisi

dan

sisi

bahkan

orang

tua

dewasa. Orang tua yang otoriter

mempraktikkan pola asuh secara

cenderung

elektrik,

memberi

hukuman

artinya

melakukan
10

pengasuhan kepada anaknya secara

58.

situasional.

emosional remaja di SMA Negeri

51.

perkembangan

14 Medan adalah baik. Hal ini

52.
Kesimpulannya,

sesuai

dengan

hasil penelitian dimana didapatkan
mayoritas responden memilih pola
asuh orang tua yang otoriter. Hal
ini disebabkan karena sebagian
besar responden merasa orang tua
mereka

mendidik

dengan

cara

mengontrol semua tindakan yang
dilakukan, mengikuti aturan yang
berlaku di rumah, dan menghukum
responden

jika

melakukan

kesalahan.

Remaja

yang

diisi

Sebanyak

di

SMA Negeri

14

penelitian

orang (61,7%), responden memiliki
emosional

yang

baik, kemudian sebanyak 16 orang
responden

perkembangan

memilki

emosional

yang

sangat baik, sebanyak

7 orang

(11,7%)

memiliki

responden

perkembangan
kurang baik.

orang

dari

60

responden memiliki perkembangan
emosional yang baik. Namun ada
yang responden yang memiliki
perkembangan

emosional

yang

sangat baik atau bahkan kurang
baik.
59.

Perkembangan

adalah

perubahan yang teratur, sistematis,
dan terorganisir yang mempunyai
tertentu.
pada

mengenai

Perkembangan
suatu

fungsi-fungsi

proses

emosional

yang

fisik

maupun mental yang terjadi terusmenerus

menunjukkan bahwa sebanyak 37

(26,7%)

responden.

perubahan yang bersifat kualitatif
Emosional

Hasil

perkembangan

oleh

37

menunjuk

Medan Tahun 2015

57.

dapat disimpulkan dari kuisioner

tujuan

53.
54.
55.
b. Perkembangan

56.

Mayoritas

ke

sempurna
sebagai

arah

sampai
hasil

yang

lebih

akhir

hayat

interaksi

dengan

lingkungan (Sumanto, 2014).
60.
61.
Generasi
sekarang
cenderung

banyak

mengalami

kesulitan emosional, seperti mudah
merasa kesepian dan pemurung,
cemas,

agresif

dan

kurang

menghargai sopan santun. Dalam
hal ini kecerdasan atau skor IQ
yang tinggi bukanlah satu-satunya
jaminan kesuksesan anak dimasa
depan. Ada faktor lain yang cukup
11

populer

yaitu

kecerdasan

minder, bahkan cenderung lebih

emosional. Kecerdasan emosional

mandiri dan percaya diri.

dapat dilatih pada anak-anak sejak

c. Hubungan Pola Asuh Orang Tua

usia dini. Salah satu aspeknya

Dengan

adalah kecerdasan sosial, dimana

Emosional

anak memiliki kemampuan untuk

Negeri 14 Medan Tahun 2014

mengerti dan memahami orang lain
serta bertindak bijaksana dalam
hubungan antar manusia. Suasana
damai dan penuh kasih sayang
dalam

keluarga,

sikap

saling

menghargai, disiplin, dan penuh
semangat tidak mudah putus asa,
semua ini memungkinkan anak
untuk
kemampuan

mengembangkan
yang

berhubungan

dengan kecerdasan emosionalnya
(Sri Widayati, 2008).
62.
63.
Kesimpulannya,

Perkembangan
Remaja

di

SMA

64.
65.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari 60 sampel sebanyak 38
orang (63%) memilki pola asuh
otoriter,

5

orang

(8,3%)

diantaranya

memiliki

perkembangan
sangat

baik,

emosional
27 orang

yang
(45%)

memiliki perkembangan emosional
yang baik dan 6 orang (10%)
memiliki perkembangan emosional
yang kurang baik.

sesuai

66.

dengan hasil penelitian dimana
didapatkan mayoritas responden
memiliki perkembangan emosional
yang baik. Hal ini dikarenakan pola
asuh orang tua yang otoriter,
dimana orang tua mendidik anak
dengan mengontrol setiap tindakan
anak dan memberikan sanksi jika
anak melakukan kesalahan. Dengan
pola asuh yang demikian maka
perkembangan

emosional

anak

dapat berkembang dengan baik,
anak tidak manja, dan juga tidak

67.
Hasil

penelitian

menunjukkan

ini

bahwa

juga

dari

60

sampel, sebanyak 21 orang (35%)
responden

memiliki

pola

asuh

orang tua yang demokratis, 11
orang

(18,3%)

memiliki

perkembangan

emosional

sangat

9

baik,

orang

yang
(15%)

memiliki perkembangan emosional
yang baik dan sebanyak 1 orang
(1,7%)

memilki

emosional

yang

perkembangan
kurang

baik.
12

Kemudian dari 60 responden hanya

lingkungan pendidikan yang paling

1 orang yang memiliki pola asuh

utama dan pertama, dalam arti

orang

dan

keluarga merupakan lingkungan

memiliki perkembangan emosional

yang paling bertanggung jawab

yang baik.
68.

dalam

tua

yang

permisif

kematangan emosi anak-anaknya.
Kecerdasan emosi adalah bekal

69.
Hasil uji Chi-square menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan
antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan emosional remaja
dengan (p = 0,02 ; p < 0,05). Hasil
ini

mengindikasikan

bahwa

semakin bagus pola asuh orang tua
maka

semakin

baik

terpenting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan,
karena dengan kecerdasan emosi,
seseorang

akan

dapat

berhasil

dalam menghadapi segala macam
tantangan,

termasuk

tantangan

untuk berhasil secara akademis.
72.

juga

perkembangan emosional remaja.
70.

73.

Melihat adanya hubungan

antara pola asuh orang tua dengan
kecerdasan emosional anak. Hal ini

71.
Hasil penelitian yang dilakukan
Fadhilah

Ika

(2010)

tentang

Hubungan pola asuh orang tua
dengan kecerdasan emosional pada
usia prasekolah ditemukan bahwa
anak yang mempunyai kecerdasan
tinggi sebanyak 52,9%. Menurut
Grahacendikia (2009), Tingkat EQ
yang dimiliki anak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, terutama
oleh keluarga, yaitu peran dan
keterlibatan

orang

tua

yang

tercermin di dalam pelaksanaan
pola asuh. Keluarga sebagai satuan
unit

mengembangkan

sosial

terkecil

sesuai
bahwa

dengan
gaya

Sunarti

(2004)

pengasuhan

merupakan pola perilaku orang tua
yang paling menonjol atau yang
paling dominan dalam menagani
anaknya sehari-hari. Pola orang tua
dalam mendisiplinkan anak , dalam
menanamkan nilai-nilai hidup dan
dalam mengelola emosi. Selain itu
faktor resiko yang mempengaruhi
kegagalan anak disekolah ternyata
bukan terletak pada kemampuan
kognitif anak, tetapi terletak pada
masalah psikososial anak, aspek

merupakan
13

emosi-sosial

yang

menentukan

1. Mayoritas

keberhasilan anak.
74.
75.
Kesimpulannya, setiap anak

pola asuh orang tua yang
otoriter.
2. Mayoritas

asuh yang berbeda-beda, karena

baik.
3. Hasil uji statistik menunjukkan

tidak mendukung penerapan pola
perkembangan

bahwa ada hubungan yang

sosial-emosi anak.

signifikan antara pola asuh

1.5 Kelemahan Penelitian
76. Adapun
kelemahan

orang
dalam

kelas XI, tidak secara menyeluruh
sampling

yang

0,02 ; p < 0,05).
2.2 Saran
1. Bagi Remaja SMA Negeri 14
83.

digunakan peneliti adalah secara

Peneliti

acak, setiap kelasnya di ambil 7

diri

dilakukan

dalam

penelitian ini sangat singkat.
77.
78.
79.
80.
81.

mengharapkan

siswa/i

SMA Negeri 14 mampu membuka

atau 8 orang siswa/i.
yang

dengan

SMA Negeri 14 Medan (p =

a. Penelitian ini hanya pada siswa/i

b. Waktu

tua

perkembangan emosional siswa

penelitian ini antara lain :

teknik

(37

perkembangan emosional yang

lingkungan tempat tinggal juga

dan

responden

orang : 61,7%) mempunyai

orang tua terlalu sibuk bekerja serta

terhadap

(38

orang : 63,3%) mempunyai

memiliki orang tua dengan pola

asuh

responden

kepada orang tua dan mau

mendengarkan nasehat orang tua
2. Kepada Orang Tua
84. Diharapkan kepada orang tua untuk
memberikan pola asuhan yang lebih
baik lagi dan mau terbuka kepada anak
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
85. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya

2. KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Kesimpulan
82. Berdasarkan
penelitian
mengenai

untuk melakukan penelitian tentang
faktor-faktor

yang

mempengaruhi

“Hubungan Pola Asuh Orang Tua

perkembangan emosional remaja dan

dengan

Perkembangan Emosional

juga untuk melakukan observasi lanjut

Remaja

di Sekolah Menengah Atas

setelah diberikan kuisioner.
86.
87. DAFTAR PUSTAKA

(SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015”
maka

dapat

sebagai berikut:

diambil

kesimpulan

88.

Aisyah, St. (2010). Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat

14

Agresivitass Anak. Universitas
Negeri Makasar: Jurnal.
89.
90.

91.
92.

93.
94.

95.
96.

97.
98.

99.
100.

101.
102.

103.
104.

105.
106.

107.
108.

Ali & Asrori. (2011). Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Edisi 7. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Prasekolah (3-6 Tahun) Di Tk Budi
Utama Jorong Seberang Parit
Koto
Tangah
Batu
Hampa
Kecamatan Akabiluru Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2014.
Jurnal. FK-UMSB.
109.
110.

Amidos, J. (2014). Metodologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Kelana Kusuma Dharma
Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Edisi 15. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Djaali, H. (2013). Psikologi
Pendidikan. Edisi 7. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Edward, D. (2006). Ketika Anak
Sulit Diatur: Panduan Orang Tua
Untuk
Mengubah
Masalah
Perilaku Anak. Bandung: PT.
Mirzan Utama.

111.
112.

113.
114.

115.
116.

Gunarsa & Singgih. (2002).
Psikologi Perkembangan. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.

117.
118.

Grahacendikia.
Mengarahkan
Emosi
Jakarta : Erlangga

119.
120.

(2009).
Anak.

Hurlock, E. (1980). Psikologi
Perkembangan. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga
Kartono, K. (2013). Patologi
Sosial II: Kenakalan Remaja. Edisi
11. Jakarta: PT.
RajaGrafindo
Persada.
Mardatillah, A. (2014). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kecerdasan
Emosional
Anak

121.
122.

123.
124.

Naibaho, F. (2012). Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua terhadap Perilaku
Kesehatan Remaja pada Keluarga
Batak
Toba
di
Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir.
Jurnal. Repository USU.
Notoatmdjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi 1.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Oktafiany, et al. (2013). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kecerdasan Emosional Siswa di
SMP Diponegoro 1 Jakarta.
Universitas Negeri Jakarta Online:
Jurnal PPKN.
Santrock. (2007). Remaja. Edisi
Kesebelas. Jakarta : Erlangga
Septriati. (2012). Pola Asuh Orang
Tua . Edisi Pertama. Jakarta: PT.
Angkasa .
Sudjana. (2005). Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Suharsono, J.T. (2009). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua terhadap
Kemampuan Sosialisai pada anak
pra sekolah di TK Pertiwi
Purwokerto
Utara.
Jurnal
Keperawatan. Sodirman. Vol.4 No.
3.
Sumanto.
(2014).
Psikologi
Perkembangan Fungsi dan Teori.

15

Yogyakarta: Center of Academic
Publishing Service.
125.
126.

Syamsul. (2005). Psikologi Remaja
dan Kebutuhan Emosional Remaja.
Edisi Revisi. Jakarta:
PT.
RajaGrafindo Persada.

127.
128.

Yusuf, A. H. (2013). Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Tingkat Kooperatif Anak Usia 3-5
Tahun dalam Perawatan Gigi dan
Mulut.
Skripsi.
Universitas
Hasanuddin Makassar.
129.

16