POTENSI YOGURT KACANG MERAH TERHADAP GANGGUAN TOLERANSI GLUKOSA, KADAR KOLESTEROL DAN PENURUNAN BERAT BADAN PADA REMAJA PUTRI OBESITAS

  

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

POTENSI YOGURT KACANG MERAH TERHADAP GANGGUAN

TOLERANSI GLUKOSA, KADAR KOLESTEROL DAN

PENURUNAN BERAT BADAN PADA REMAJA PUTRI OBESITAS

  

Oleh

Natalia Desy Putriningtyas, Ari Tri Astuti

Jl. Raya Tajem Km. 1,5 Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta

  

Natalia.desy12@gmail.com

ABSTRAK

  Obesitas merupakan akumulasi dari lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat mengganggu kualitas kesehatan seseorang. Kacang merah merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki kandungan serat serta flavonoid (proantosianidin dan isoflavon). Pengolahan kacang merah menjadi produk yogurt kacang merah dilakukan dengan penambahan bakteri asam laktat. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi yogurt kacang merah terhadap gangguan toleransi glukosa, kadar kolesterol total dan penurunan berat badan pada remaja putri obesitas.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy experimental desain pre-post-test controlled group trial. Penelitian dilaksanakan Mei- September 2017 di Laboratorium Mikrobiologi, PAU, UGM dan Laboratorium Dietetik dan Kulinari Universitas Respati Yogyakarta. Responden penelitian sebanyak 22 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Intervensi yang diberikan berupa yogurt kacang merah yang dibuat mandiri oleh peneliti sebanyak 225 ml selama 11 hari sebanyak 1 kali. Pengukuran glukosa darah menggunakan metode hexokinase sedangkan kolesterol total menggunakan CHOD-PAP di laboratorium Parahita. Analisis statistik menggunakan paired t test dan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan berat badan dan kadar glukosa darah pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan nilai masing- masing p=0,340; p=0,260. Perubahan kadar kolesterol darah pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang bermakna (p=0,024). Hasil uji paired t-test untuk kadar glukosa darah pada kelompok kontrol (p=0,002) dan yogurt kacang merah (p=0,013). Hasil paired t test untuk kadar kolesterol darah diperoleh nilai p=0,758 untuk kelompok kontrol dan p=0,002 pada kelompok perlakuan. Disimpulkan bahwa yogurt kacang merah mampu menurunkan kadar glukosa darah dan kolesterol total remaja putri obesitas. Kata kunci:yogurt, kacang merah, glukosa, kolesterol, obesitas

  ABSTRACT

  Obesity is an accumulation of excess body fat that can influence quality of life. Red beans is contain fibers and flavonoid (proantosianidin and isoflavone). Processing of red beans into red beans yogurt needs lactic acid bacteria. This research was aimed to analyze the potential of red beans yogurt on fasting blood glucose (FBG), cholesterol level and weight loss in obese girls teenagers. The research was quasy-experimental pre-post test control group trial. This research was conducted May - September 2017 at Microbiology laboratory, PAU UGM and Dietetic and Culinary Laboratory, Universitas Respati Yogyakarta. Twenty two girls teenagers randomly divided into control and treatment group. The treatment group was given 225 ml red beans yogurt via oral 1x/day for 11 days. Each subject met the inclusion and exclusion criteria and the subjects were chosen by purposive sampling. The red beans yogurt made in independent by researcher. FBG and cholesterol levels were checked used hexokinase and CHOD-PAP, respectivelly at Parahita Laboratory. Paired t test and independent t test were used for data analysis. The result showed that body weight and FBG changes on control and treatment groups were p=0,340; 0,260, respectively. There was significanly decrease in cholesterol changes level on treatment group compared to control p=0,024. The paired t test for FBG on control and treatment group were p= 0,002 and 0,013, respectively. The paired t test for cholesterol level on control and treatment group were p=0,758 and 0,002, respectively. It concluded that red beans yogurt can decrease FBG and cholesterol levels in obese girls teenagers. Key words:yogurt, red beans, glucose, cholesterol, obesity

  PENDAHULUAN

  Obesitas merupakan akumulasi dari lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat mengganggu kualitas kesehatan seseorang (Solomon, 1997). Konsep obesitas tidak hanya sekedar masalah deposisi lemak tubuh karena adipositas tetapi dikaitkan juga dengan panjang dan pendeknya waktu komplikasi metabolik yang merugikan serta dengan masalah fisik dan psikososial yang secara signifikan ditimbulkan. Survei WHO pada tahun 2012 mengatakan bahwa kematian akibat NCD meningkat sampai 17% dalam sepuluh tahun mendatang di seluruh dunia. Peningkatan terbesar sebanyak 27% berada di Afrika tetapi jumlah kematian tertinggi berada di sepanjang pantai barat dan wilayah Asia Tenggara (Action PlanInternational Obesity Task Force, 2013; Ogden, 2012).

  Peningkatan prevalensi obesitas ini meliputi kelompok umur remaja dan anak pra- sekolah. Berdasarkan riskesdas 2010 status gizi pada kelompok dewasa di atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas (Riskesdas, 2010). Angka obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Permasalahan gizi pada orang dewasa cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat badan. Prevalensi obesitas pada laki

  • –laki lebih rendah, yakni sebanyak 16,3% dibanding perempuan sebanyak 26,9%. Beberapa negara berkembang menghadapi paradoks yang mana pada anak- anak dilaporkan terjadi underweight tapi pada masa dewasa mengalami

  

overweight . Kombinasi ini dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan selama kehamilan dan

  mengakibatkan berat bayi lahir rendah yang memberikan predisposisi kejadian obesitas pada masa mendatang (WHO, 2003). Kejadian obesitas ini dikaitkan dengan percepatan pencapaian berat badan selama masa anak- anak yang pada akhirnya akan mendorong kejadian resistensi insulin dan sindroma metabolik. Metabolik sindrom biasa dikenal sebagai sindrom X. Metabolik sindrom merupakan kumpulan dari berbagai faktor risiko metabolik seperti misalnya obesitas central, peningkatan kadar tekanan darah, resistensi insulin, peningkatan kadar glukosa darah ataupun kondisi dislipidemia. Orang dengan metabolik sindrom memiliki kecenderungan terjadi peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2 (Kaur, 2014; Vliet-Ostaptchouk, 2014).

  Diabetes mellitus dapat diawali dengan penurunan respons jaringan perifer terhadap insulin (resistensi insulin) dan penurunan kemampuan sel beta (β) pankreas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa (PERKENI, 2011). Resistensi insulin dapat memicu terjadinya peningkatan produksi glukosa dan penurunan penggunaan glukosa sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (Gavin, 2001). Hiperglikemia dapat pula disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Destruksi sel β pankreas merupakan penyebab lain hiperglikemia yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan kadar gula darah (Bouwen, 2005).

  Hiperglikemia menyebabkan peningkatan radikal bebas melalui jalur glikasi non- enzimatik (Advanced Glucose End-product/ AGEs), peningkatan jalur polyol, autooksidasi monosakarida, dan pengaktifan protein Kinase-C (PKC) yang berakibat hambatan jalur metabolisme dan menimbulkan stres oksidatif (Gavin, 2001; Brownlee, 2001). Spesies oksigen reaktif (ROS) berperan terhadap patogenesis berbagai inflamasi dan disfu ngsi sel β (Stephen, 2007). Hiperglikemia juga menyebabkan peningkatan ROS dalam mitokondria yang mengakibatkan kerusakan DNA.

  Pemberian antioksidan dan komponen polifenol termasuk isoflavon menunjukkan dapat melindungi jaringan terhadap radikal bebas dan peroksidasi lipid serta berfungsi sebagai anti inflamasi yang pada akhirnya berkaitan dengan penurunan risiko obesitas maupun DM tipe 2 (Jian Liu, 2013). Suplementasi isoflavon dapat membantu penurunan berat badan dibandingkan kelompok placebo pada wanita non- asia yang sudah mengalami postmenopausal. Suplementasi isoflavon dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan bahkan dapat menurunkan glukosa darah wanita non-asia postmenopausal secara signifikan (Zhang et al, 2012). Isoflavon merupakan salah satu senyawa flavonoid yang banyak dijumpai pada kacang- kacangan (Kao, 2004)

  Kacang merah merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki kandungan serat serta flavonoid (proantosianidin dan isoflavon). Serat dalam kacang merah berupa serat larut dan serat tidak larut. Kacang merah (Phaseolusvulgaris), merupakan sumber protein, kalori, vitamin dan mineral seperti kalsium dan fosfor. Kacang merah memiliki berbagai manfaat serta aman dikonsumsi oleh mereka yang memiliki masalah dengan berat badan. Pengolahan kacang merah menjadi produk yogurt kacang merah merupakan salah satu inovasi pemanfaatan kacang merah. Pembuatan yogurt kacang merah dilakukan dengan penambahan bakteri asam laktat (BAL)yang berfungsi sebagai mikroflora usus dan membantu proses pencernaan. Pemanfaatan kacang merah menjadi yogurt kacang merah diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya jual kacang merah.Penelitian ini mengkaji potensi kacang merah terhadap perbaikan gangguan toleransi glukosa, kadar kolesterol total darah dan penurunan berat badan pada remaja putr i obesitas.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan jenis quasy experimental dengan rancangan pre-post-

testcontrolled group trial . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-September 2017 di

  

laboratorium mikrobiologi Pusat Studi Pangan dan Gizi, UGM dan Laboratorium dietetik

dan kulinari Universitas Respati Yogyakarta.

  Responden penelitian sebanyak 22 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dipilih secara purposive sampling. Kriteria

inklusi responden meliputi remaja perempuan usia 18-22 tahun, memiliki IMT> 22,9

  2

kg/m , bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi informconsent. Kriteria eksklusi

penelitian meliputi remaja putri yang memiliki penyakit bawaan dan penyakit kronis serta

memiliki gangguan hormonal.

  Intervensi yang diberikan kepada semua responden penelitian berupa leaflet

rendah kalori dan pada kelompok perlakuan diberikan yogurt kacang merah yang dibuat

mandiri oleh peneliti sebanyak 225 ml menggunakan bahan kacang merah, susu skim, gula

pasir, bakteri asam laktat (Lactobacillusbulgaricus dan Streptococcusthermophilus).

Pemberian yogurt kacang merah dilakukan selama 11 hari sebanyak 1 kali dalam sehari.

Pengukuran glukosa darah puasa, kolesterol total dan berat badan dilakukan sebanyak dua

kali, yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Responden dalam penelitian ini

dilakukan pengondisian selama 24 jam sebelum penelitian melalui short messages service.

Responden diminta tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, istirahat minimal 6-8

jam, mengonsumsi makan malam terakhir setidaknya pada pukul 22.00 WIB, tidak

mengonsumsi minuman berenergi, multivitamin dan minuman elektrolit.

  Instrumen yang digunakan meliputi formulir food recall 24 jam, formulir

informedconsent , formulir data diri, timbangan, mikrotoa dan bahan pembuat yogurt

kacang merah. Program statistik yang digunakan untuk analisis data adalah SPSS.

  

Ethicalclearance sudah diperoleh sebelum penelitian dilaksanakan dengan nomor

674.4/FIKES/PL/VII/2017. Responden terlebih dahulu diminta persetujuan dan semua

informasi serta data dalam penelitian ini dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan

untuk kepentingan ilmiah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Kacang merah yang digunakan pada penelitian ini dijadikan dalam bentuk sediaan

berupa yogurt kacang merah yang diperoleh melalui proses fermentasi menggunakan

bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Yogurt kacang merah

memiliki kandungan gizi yang baik daripada kacang merah yang tidak mengalami proses

fermentasi. Kandungan lemak, protein dan flavonoid pada yogurt kacang merah relatif

  

lebih tinggi daripada kacang merah. Kacang merah yang mengalami proses pengolahan

fermentasi menggunakan BAL memiliki efek langsung berupa peningkatan kualitas protein

dan vitamin serta peningkatan nilai cerna protein dan serat (Eklund-Jonsson, 2006). Proses

fermentasi juga meningkatkan kualitas organoleptik dan nilai gizi serta menghilangkan

beany flavors (Kwak, 2007).

  Flavonoid merupakan komponen fenol bioaktif yang banyak ditemukan pada

buah, sayur dan bagian tanaman. Flavonoid banyak memiliki peran sebagai antioksidan

(Pinent, 2008). Proses pengolahan dengan fermentasi ternyata dapat meningkatkan

aktivitas antioksidan sehingga akan meningkatkan nilai fungsional suatu bahan pangan.

Hasil penelitian McCue dan Shetty menunjukkan bahwa selama fermentasi terjadi

perubahan glycosides yang disertai peningkatan glycosidase dan aktivitas glucuronidase

serta pelepasan substansi antioksidan potensial melalui perubahan flavonoids (McCue,

2003).

  Penimbangan berat badan responden dilakukan sebelum dan setelah mendapat

perlakuan selama 11 hari dengan menggunakan timbangan digital. Penimbangan berat

badan responden ini bertujuan memantau kondisi responden selama penelitian

berlangsung. Kondisi awal responden dapat dilihat pada Tabel 1.

  

Tabel 1. Gambaran responden penelitian

  Gambaran Deskriptif Responden Kelompok

  Usia TB

  IMT Kontrol (n=11) 19,27±0,786 154±4,96 31,06±4,51 Yogurt kacang merah

  19,36±0,674 154,82±5,04 30,01±4,30 (n=11)

  p* 0,774* 0,705* 0,582*

  • uji t independent, tidak signifikan, p > 0,05 Tabel 1 menunjukkan bahwa usia, tinggi badan dan indeks massa tubuh pada

    kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada awal perlakuan memiliki nilai p>0,05

    yang berarti bahwa kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Rata-rata berat badan awal

    dan akhir perlakuan masing- masing kelompok ditunjukkan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Rata-rata berat badan responden selama penelitian

  Berat Badan (kg) Kelompok

  Awal Perlakuan Akhir (∆)

  Perlakuan Kontrol 74,09±13,95 74,44±13,95 -0,35±0,68 0,124 Yogurt kacang

  71,90±10,98 71,91±10,96 -0,01±0,91 0,974 merah ∆ : Selisih rata-rata berat badan awal perlakuan dan akhir perlakuan

   Uji paired t test, tidak signifikant (p>0,05)

  Berat badan responden pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mengalami penurunan masing- masing sebesar 0,35±0,68 kg dan 0,01±0,91 kg selama penelitian berlangsung. Perubahan berat badan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang tidak bermakna yakni p=0,124dan p=0,974. Kadar glukosa darah reponden pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

  Tabel 3. Rata- rata kadar glukosa darah puasa responden selama penelitian Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)

  Kelompok Awal Perlakuan Akhir Perubahan selama 11 P*

  Perlakuan hari (∆) Kontrol 75,18±9,52 83,55±8,14 -8,36±6,68 0,002 Yogurt kacang

  78,18±6,27 83,45±5,91 -5,27±5,78 0,013 merah

  : selisih rata-rata kadar GDP akhir perlakuan dan awal perlakuan selama 11 hari p* uji paired t test, bermakna (p<0,05)

  Kadar glukosa darah merupakan salah satu parameter hiperglikemia. Responden akan diperiksa darahnya untuk diketahui kadar glukosa darah puasanya dan apabila diperoleh hasil ≥ 126 mg/dl menunjukkan bahwa responden dalam keadaan hiperglikemia. Pemeriksaan kadar glukosa darah pada penelitian ini bertujuan untuk memantau perkembangan responden SD selama intervensi berlangsung.

  Kadar glukosa darah yang tinggi akan meningkatkan stres oksidatif melalui proses enzimatis maupun non-enzimatis. Perubahan fungsi protein misalnya NADPH oksidase sehingga mengganggu dan merusak fungsi sel serta menimbulkan reactive oxygen intermediates yang dapat mengoksidasi LDL terjadi pada proses enzimatis, sedangkan proses non-enzimatis akan mengubah ekspresi gen (growth factor dan cytokine) serta mengganggu pertahanan antioksidan (meningkatkan stres oksidatif) yang berujung pada kerusakan fungsi sel β (Sheetz, 2002).

  Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada semua responden menunjukkan bahwa responden belum memiliki gejala hiperglikemia meskipun semua responden tergolong memiliki indeks massa tubuh berlebih. Rata-rata kadar glukosa darah awal perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 75,18±9,52 mg/dl dan kelompok yogurt kacang merah sebesar 78,18±6,27 mg/dl.

  Penelitian dilakukan selama 11 hari dan diperoleh rata-rata kadar glukosa darah akhir perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok yogurt kacang merah masing- masing 83,55±8,14 mg/dl dan 83,45±5,91 mg/dl. Hasil uji paired t-test pada kelompok kontrol (p=0,002) dan yogurt kacang merah (p=0,013) menunjukkan nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna untuk kadar glukosa darah antara kadar glukosa darah sebelum intervensi (pre-test) dengan sesudah intervensi (post-test).Rata-rata perubahan kadar glukosa darah pada kelompok kontrol dan kelompok yogurt kacang merah masing-masing mengalami penurunan sebesar 5,27±5,78 mg/dl dan 8,36±6,68 mg/dl setelah 11 hari perlakuan.

  Analisis untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah selama penelitian antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dilakukan uji independent t test. Hasil uji beda dapat dilihat pada Tabel 4.

  Tabel 4.Hasil uji beda perubahan kadar glukosa darah puasa N p*

  Δ Kadar glukosa darah (mg/dl) Kelompok

  Rata-rata Kontrol 11 -5,27±5,78

  0,260* Yogurt kacang merah 11 -8,36±6,68

  • Uji t independent pada 2 kelompok (p>0,05), tidak signifikan

  Rata-rata perubahan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan yogurt kacang merah mengalami penurunan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yakni sebesar 8,36±6,68 mg/dl selama 11 hari perlakuan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,260 yang berarti tidak ada perbedaan signifikan rata-rata perubahan kadar glukosa darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang diberikan yogurt kacang merah.

  Hasil ini menunjukkan bahwa proses fermentasi meningkatkan bioavability isoflavon. Nilai bioavailability yang tinggi memberikan kemudahan untuk dicerna karena adanya aktivitas mikroorganisme yang mendegradasi senyawa makro molekul menjadi bentuk sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap. Kandungan serat yang ada pada kacang merah juga efektif dalam mengontrol kadar glukosa darah (Penha, 2007). Efek hipoglikemik terhadap kontrol glukosa darah dapat dimungkinkan melalui mekanisme α- glukosidaseinhibitor pada brushborder usus. α-

  glukosidase berperan sebagai katalisator hidrolisis ikatan 1,4-

  α-glikosida yang ada pada karbohidrat dan melepaskan gugus α-glukosa dan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. α-glukosidaseinhibitor bersifat antagonis terhadap aktivitas α-glukosidase, sehingga dapat menunda absorpsi karbohidrat dan menekan kenaikan kadar glukosa darah (Wu, 2012).

  Tabel 5. Rata- rata kadar kolesterol darah puasa responden selama Kadar kolesterol darah puasa (mg/dl)

  Kelompok Awal Perlakuan Akhir Perlakuan P*

  (∆) Kontrol 185,64±27,41 187,27±20,40 1,64±17,16 0,758 Yogurt kacang

  175,91± 28,55 162,45±22,48 -13,46±10,67 0,002* merah

  : selisih rata-rata kadar GDP akhir perlakuan dan awal perlakuan selama 11 hari p* uji paired t test, bermakna (p<0,05)

  Kadar kolesterol darah merupakan salah satu parameter profil lipid. Responden akan diperiksa darahnya untuk diketahui kadar kolesterol darahnya dan apabila diperoleh hasil > 200 mg/dl menunjukkan bahwa responden dalam keadaan hiperkolesterolemia. Pemeriksaan kadar kolesterol darah pada penelitian ini bertujuan untuk memantau perkembangan responden selama intervensi berlangsung.

  Rata-rata kadar kolesterol darah awal perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 185,64±27,41 mg/dl dan kelompok yogurt kacang merah sebesar 175,91±28,55 mg/dl. Rata-rata kadar kolesterol darah akhir perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 187,27±20,41 mg/dl dan kelompok yogurt kacang merah sebesar 162,45±22,48 mg/dl. Hasil analisis statistik pada awal perberian dan akhir intervensi diperoleh nilai p masing-masing p=0,758 untuk kelompok kontrol dan p=0,002 pada kelompok perlakuan. Hasil ini bisa disimpulkan bahwa pemberian yogurt kacang merah memberikan hasil bermakna dalam menurunkan kadar kolesterol darah selama 11 hari pemberian dibandingkan kelompok kontrol.

  BAL secara tidak langsung dalam proses pengolahannya dapat menghidrolisis senyawa isoflavon menjadi senyawa isoflavon aktif yang disebut aglikon. Aglikon memiliki aktivitas lebih tinggi sehingga dapat memperbaiki profil lipid. Penelitian dengan menggunakan tikus dislipidemia yang diberi jus kacang merah, yogurt susu dan yogurt kacang merah sebanyak 4 ml selama 28 hari memberikan hasil bahwa yogurt kacang merah mampu menurunkan kadar kolesterol LDL dibandingkan kelompok yogurt susu dan jus kacang merah (Gerin, 2012).

  Kacang merah terdapat kandungan flavonoid yang berperan melawan lipid peroksidase. Di dalam flavonoid terdiri atas proantosianidin dan isoflavon yang memiliki peran dalam menurunkan kolesterol melalui mekanisme penghambatan pembentukan malonaldehid (MDA) dan aktivitas lipase pankreas, sehingga menurunkan penyerapan monogliserida dan asam lemak. Kandungan isoflavon pada kacang merah sebesar 3741 µg/g sudah mampu memperbaiki profil lipid secara signifikan serta tidak menghasilkan bau langu seperti penggunaan kedelai (Nakamura dkk., 2011).

  Yogurt kacang merah mengandung BAL yang menyebabkan terjadinya mekanisme penurunan kolesterol dengan cara mendegradasi kolesterol menjadi coprostanol yaitu sebuah sterol yang tidak dapat diserap oleh usus sehingga langsung dikeluarkan bersama feses. BAL secara langsung juga mengangkut kolesterol kemudian mengalami inkorporasi dengan sel bakteri sehingga jumlah kolesterol bebas akan berkurang. Mekanisme tidak langsung yang dilakukan oleh BAL dengan menggunakan enzim bile salt hydrolase (BSH) sehingga asam empedu sulit diabsorbsi kembali dan akan diekskresikan melalui feses. Tubuh akan membutuhkan banyak kolesterol untuk pembentukan asam empedu dan akibatnya kadar kolesterol dalam darah menjadi berkurang (Surajudin dkk., 2008)

  BAL secara tidak langsung juga membantu metabolisme isoflavon dalam menurunkan kadar kolesterol dengan menghasilkan enzim ß-glukosidase yang akan menghidrolisis isoflavon sehingga tidak berkonjugasi dengan glukosa menjadi aglikon dalam bentuk aktif yang berfungsi menekan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan ekskresi asam empedu dan mengontrol aktivitas reseptor kolesterol LDL (Suroso, 2003; Winasi, 2007).

  Tabel 6. Hasil uji beda perubahan kadar kolesterol darah puasa N p*

  Δ Kadar kolesterol darah (mg/dl) Kelompok

  Rata-rata Kontrol 11 1,64±17,16

  0,024* Yogurt kacang merah 11 -13,45±10,67

  p*independent t t test, signifikan

  • * Uji t independent pada 2 kelompok (p<0,05), signifikan

  Rata-rata perubahan kadar kolesterol darah pada kelompok perlakuan yogurt kacang merah mengalami penurunan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yakni sebesar 13,45±10,67 mg/dl selama 11 hari perlakuan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,024 yang berarti ada perbedaan signifikan rata-rata perubahan kadar kolesterol darah antara kedua kelompok kontrol.

  Penurunan kadar kolesterol ini dimungkinkan karena adanya isoflavon pada kacang merah. Kacang merah mengandung 527 µg/g daidzen dan 389 µg/g genistein. Isoflavon dapat menghambat proses biosintesis kolesterol melalui aktivasi enzim Adenosine Monophosphate

  

Activates Protein Kinase (AMPK). Enzim ini menyebabkan terhambatnya reduksi HMG-KoA

  menjadi mevalonat sehingga dapat mengurangi biosintesis kolesterol di dalam tubuh. Isoflavon dalam kacang merah juga dapat menurunkan sekresi apolipoprotein-ß melalui berbagai mekanisme termasuk dengan menghambat sintesis dan esterifikasi kolesterol, menghambat aktivitas microsomal transfer protein (MTP) dan meningkatkan ekspresi reseptor LDL (Reddy, 2013).

  KESIMPULAN Yogurt kacang merah sebanyak 225 ml selama 11 hari mampu menurunkan kadar glukosa darah dan kolesterol total pada remaja putri obesitas.

UCAPAN TERIMAKASIH

  Penelitian ini didanai oleh dana DIPA Kopertis Wilayah V Yogyakarta Tahun Anggaran 2017.

  DAFTAR PUSTAKA

Action Plan International Obesity Task Force. 2010. [Online]. [cited 2013 April 10].

  Available from: URL: http : //www.iotf.org/ Bouwen, L.&R. Ilse. 2005. Regulation of P ancreatic β-cell Mass. Physiol Rev85:1255-70.

  [Online]. Available at: http://physrev.physiology.org/content/85/4/1255.full.pdf+html.

Brownlee, M. 2001. Biochemistry and Molecular Cell Biology of Diabetic

Complications. Nature 414:813-9. [Online]. Available at: http://www.nature.com/nature/journal/v414/n6865/pdf/414813a.pdf.

Eklund-Jonsson, C, A. Sandberg, & M.L. Alminger. 2006. Reduction of Phytate while

Preserving Minerals during Whole Grain Cereal Tempe Fermentation. J of Cereal

  

Sci 44:154-60. [Online]. Available at: http://www.elsevier.com/locate/yjcrs.

  

Gavin, J.R. 2001 Pathophysiologic Mechanisms of Postprandial Hyperglycemia. Am J

88(suppl):4H [Online]. Available at: Cardiol –8H. http://www.ajconline.org/article/S0002-9149(01)01830-6.

  

Gerin, O. 2012. Perbedaan Pengaruh Yogurt Susu, Jus Kacang Merah dan Yogurt Kacang

Merah terhadap Kolesterol LDL Serum dan Kolesterol HDL Serum pada Tikus Dislipidemia. Artikel Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program Studi Kedokteran Umum. FK Undip Semarang.

  

Jian Liu, Y., J. Zhan, X. Liu, Y. Wang, & J. Jia. 2013. Dietary Flavonoids Intake and Risk

of Type 2 Diabetes: A Meta-analysis of Prospective Cohort Studies. Clin xxx:1-5. [Online]. Available at:

  Nutr http://www.clinicalnutritionjournal.com/article/S0261-5614(13)00089-7/abstract.

  

Kao, T.H., Y.F. Lu, H.C. Hsieh, & B.H. Chen. 2004. Stability of Isoflavone Glucosides

during Processing of Soymilk and Tofu. Food Res Int 37:891 –900. [Online].

  Available at: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0963996904001292.

  

Kaur, J. 2014. A Comprehensive Review on Metabolic Syndrome. Cardiology Research

and Practice 1-21. [Online]. Available at: http://dx.doi.org/10.1155/2014/943162.

Kwak, C.S., M.S. Lee, & S.C. Park. 2007. Higher Antioxidant Properties of

Chungkookjang, a Fermented Soybean Paste, May be due to Increased Aglycone and Malonylglycoside Isoflavone during Fermentation. Nutr Resch27:719-27. [Online]. Available at: http://www.elsevier.com/locate/nutres/doi:10.1016/j.nutres.2007.09.004.

McCue, P. &K. Shetty. 2003. Role of Carbohydrate-Cleaving Enzymes in Phenolic

Antioxidant Mobilization from Whole Soybean Fermented with Rhizopus oligosporus . Food Biotech 17:27-37. [Online]. Available at: http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1081.

  

Nakamura, Y., A. Kaihara, K. Yoshii, Y. Tsumura, S. Ishimitsu, & Y. Tonogai. 2011.

  Content and Composition of Isoflavonoids in Mature or Immature Bean Sprouts Consumed in Japan. Journal of Health Science 47(4):394-406.

  

Ogden, C.L., M.D. Caroll, B.K. Kit, & K.M. Flegal. 2012. Prevalence of Obesity in the

United States 2009- 2010 . NCHS Data Brief: USA.

Penha, L.A.O., I.C.B. Fonseca, J.M. Mandarino, & V.T. Benassi. 2007. A Soja Como

Alimento: Valor Nutritional, Beneficios Para a Saude E Cultivo Organic. Boletim do Centro de Perquisa de Processamento de Alimentos 25:91-102. [Online].

  

Available at: http://www.intechopen.com/download/get/type/pdfs/id/19761.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia . PERKENI. Jakarta. hal. 1-4.

  

Pinent, M.et al.2008.Bioactivity of Flavonoids on Insulin-secreting Cells. Inst of Food

Tech. 7:299-307. [Online]. Available at: http://www.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.111/j.1541-4337.00048x/pdf.

  

Reddy, C.K., M. Suriya, & H. Sundaramoorthy. 2013. Physico-chemical and Functional

Properties of Resistant Starch Prepared from Red Kidney Beans (Phaseolus vulgaris L) Starch by Enzymatic Method. Elsevier 95(1):220.

  

Riset Kesehatan Dasar 2010 [online]. [cited 2013 Apr 10]; Available from: URL:

//www.depkes.org/.

Sheetz, M.J. &G.L. King. 2002. Molecular Understanding of H iperglycemia’s Adverse

Effects for Diabetic Complications. JAMA288(20):2579-87. [Online]. Available at:

http://www.uoguelph.calhans/grad/HBNS6710/HBNS6710W04 Sheetz.pdf.

Surajudin, R.K. Fauzi, & P. Dwi. 2008. Yogurt: Susu Fermentasi yang Menyehatkan.

  Agromedia Pustaka. Jakarta.

Stephen, B.et al. 2007. Accelerated Endothelial Dysfunction in Mild Prediabetic Insulin

Resisten: The Early Role of Reactive Oxygen Spesies. Am J Physiol Endocrinol

  Metab 293:E1311-9. [Online]. Available at: http://ajpendo.physiology.org/content/293/5/E1311.

  

Suroso, I.S. 2003. In Vitro Probiotic Properties of Indigenous Dadih Lactic Acid Bacteria.

  Asian Aust J Anim Sci 16:726-731.

  

Solomon, C.G. &J.E. Manson. 1997. Obesity and Mortality: A Review of the

Epidemiologic Data. Am J Clin Nutr 66 (suppl): 1044S- 50S.

Vliet-Ostaptchouk, J.V. 2014. The Prevalence of Metabolic Syndrome and

Metabolically Healthy Obesity in Europe: A Collaborative Analysis of Ten Large

  Cohort Studies. BMC Endocrine Disorders 14:1-3. [Online]. Available at: http://www.biomedcentral.com/142-6823/14/9. Winarsi, H. 2006. Antioksidan Alami dan Radikal. Kanisius. Yogyakarta.

World Health Organization. 2003. Global strategy on diet, physical activity and health [online]. [cited 2013 Apr 10]. Available from : URL://www.who.int/ Wu, C. et al . 2012. The α Glucosidase Inhibiting Isoflavones Isolated from Belamcanda Chinensis Leaf Extract. Nat Prod 6(2):110-20. [Online]. Available at: http://www.acgpubs.org/RNP/16-RNP/1103-563.pdf.

  

Zhang, Y.et al. 2013. Soy Isoflavone Supplementation Could Reduce Body Weight

and Improve Glucose Metabolism In Non- Asia Postmenopausal Women-A Meta- Analysis. Nutrition 29: 8-14.