PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP JENIS DAN UKURAN KEMASAN PENGAWET NIRA ALAMI INSTAN “TANGKIS”

  

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP JENIS DAN UKURAN

KEMASAN PENGAWET NIRA ALAMI INSTAN

  “TANGKIS”

Oleh

  

Karseno dan Tri Yanto

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto 53122

E-mail : karsenounsoed@gmail.com

  

ABSTRAK

Tangkis merupakan suatu produk pengawet nira alami yang banyak digunakan perajin gula kelapa.

  Pengawet nira alami Tangkis masih dikemas menggunakan kemasan plastik sablon dengan berat bersih 250g/bungkus dan kurang memberikan informasi kepada konsumen. Pemasaran pengawet nira alami Tangkis juga masih dalam lingkup yang terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap : 1) Jenis kemasan; 2) Kemudahan kemasan dalam penggunaan; 3) Ukuran kemasan; 4) Jenis dan ukuran kemasan serta harga jual. Responden dalam penelitian terdiri dari dua kelompok pengrajin gula cetak dan gula kristal yang ditentukan dengan metode purposive sampling.Jumlah responden diambil sebanyak 35 orang disetiap kelompok responden. Variabel yang diamati meliputi preferensi konsumen terhadap jenis kemasan serta kemudahan kemasan dalam penggunaan yang terdiri dari kemasan polipropilen (0,3 mm), polipropilen (0,5 mm), polipropilen double (0,3 mm dan 0,5 mm), stand pouch zipper dan toples; ukuran kemasan terdiri dari 150g, 250g, dan 350g; jenis dan ukuran kemasan serta harga. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kemasan yang disukai kedua kelompok responden adalah toples; kemudahan kemasan dalam penggunaan yang disukai kedua kelompok responden adalah

  

stand pouch zipper dan toples; ukuran kemasan yang disukai kedua kelompok responden adalah

  250g dan 350g.; jenis kemasan, ukuran serta harga yang disukai kelompok pengrajin gula cetak adalah polipropilen 0,3 mm, 250g, Rp 6.000 dan polipropilen 0,5 mm, 250g, Rp 6.500, sedangkan kelompok pengrajin gula kristal menyatakan netral pada semua pilihan yang ditawarkan. Kata kunci: kemasan, pengawet nira alami Tangkis, perajin gula, preferensi konsumen.

  PENDAHULUAN Banyumas merupakan salah satu daerah pemasok gula kelapa terbesar di Indonesia.

  Menurut data Dipertanbunhut kabupaten Banyumas 2015, Banyumas memiliki luas area tanaman kelapa mencapai 17.955,032 ha dengan jumlah tanaman kelapa sebanyak 2.244.379 pohon. Sedangkan jumlah tanaman kelapa deres yang terdapat di kabupaten Banyumas sebanyak 643.832 pohon dengan luas area kebun sebesar 5.150,656 ha dengan jumlah pengrajin nira kelapa sebanyak 27.112 kk.

  Bahan baku dalam proses pembuatan gula kelapa adalah nira. Nira merupakan cairan manis yang disadap dari manggar kelapa yang kuncupnya belum membuka (Setyamidjaja, 2008). Nira mudah mengalami kerusakan karena kontaminasi mikroba, sehingga perlu ditambahkannya pengawet yang dapat menghambat terjadinya kerusakan pada nira. Tangkis merupakan suatu produk pengawet nira alami yang diproduksi oleh CV. Mahira Purwokerto. Pengawet nira alami Tangkis terbuat dari bahan alami campuran antara kapur dengan kayu nangka dan kulit buah manggis yang dapat berperan sebagai antimikroba dan antioksidan sehingga menjadikan nira lebih awet dan produk gula yang dihasilkan lebih aman.

  Pengawet nira alami Tangkis perlu dikemas untuk mencegah terjadinya kerusakan serta menjaga mutu produk dari pengaruh luar. Selain itu fungsi lain dari kemasan juga dapat dijadikan sebagai sarana informasi dan promosi dari produk yang ditawarkan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faridz (2010) menunjukan bahwa upaya yang dilakukan industri sebagai cara memenangkan persaingan dalam menarik konsumen untuk membeli barang yang dihasilkan, ternyata tidak hanya dari ragam produknya tetapi juga dari desain kemasan yang ditampilkan menyertai produk, pemilihan ukuran kemasan dari berbagai macam ukuran berikut harganya turut kemasan plastik sablon dengan berat bersih 250g/bungkus. Kemasan pengawet nira alami Tangkis masih sederhana dan kurang memberikan informasi mengenai produk kepada konsumen. Oleh karena itu inovasi baru diperlukan dalam pemilihan kemasan yang disukai oleh konsumen.

  Hal lain yang harus dipahami oleh produsen pengawet nira alami Tangkis adalah pemilihan terhadap kebijakan pemasaran. Kebijakan pemasaran merupakan suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberi pelayanan kepada konsumen. Pemasaran pengawet nira alami Tangkis saat ini hanya dilakukan sampai kelompok tani binaan, tidak dipasarkan secara masal karena diproduksi dalam jumlah terbatas. Lingkup pemasaran yang kurang mendorong kebutuhan untuk dilakukannya pengembangan strategi pemasaran di bidang tempat pembelian dan promosi. Apabila produsen pengawet nira alami Tangkis telah melakukan perubahan pada kemasan dan pemilihan kebijakan pemasaran, maka langkah selanjutnya yaitu mengetahui preferensi konsumen terhadap inovasi yang telah dilakukan.

  Preferensi konsumen dapat diartikan sebagai kesukaan, pilihan atau sesuatau hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi konsumen dilakukan dapat menentukan peningkatan atau penurunan tingkat penjualan produk. Sehingga dengan adanya inovasi baru terhadap pemilihan kemasan dan kebijakan pemasaran pengawet nira alami Tangkis diharapkan dapat memberikan masukan bagi produsen untuk menemukan kemasan yang sesuai dengan produk yang disukai konsumen dan dapat meningkatkan pemasaran produk dalam membangun industri pengawet nira alami Tangkis yang lebih luas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap : 1) Jenis kemasan; 2) Kemudahan kemasan dalam penggunaan; 3) Ukuran kemasan; 4) Jenis dan ukuran kemasan serta harga jual.

  METODE PENELITIAN Bahan dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Susukan dan desa Sokawera, kabupaten Banyumas.

  Pengemasan produk dilakukan di Laboratorium Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2017.

  Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah pengawet nira alami Tangkis, kemasan polipropilen (0,3 mm), polipropilen (0,5 mm), polipropilen double (0,3 mm dan 0,5 mm), dan toples, stiker, hand sealer merek power pack DZ-280A alat tulis, dan

  stand pouch zipper kuesioner penelitian.

  Penetapan responden

  Penelitian ini menggunakan metode survei. Pemilihan responden ditentukan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Responden pada penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu petani gula cetak dan petani gula kristal. Jumlah responden pada penelitian diambil sebanyak 35 orang disetiap kelompok responden. Penentuan jumlah responden peneliti mengacu sesuai dengan yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2005) yang menyebutkan bahwa jumlah responden yang layak dalam penelitian survei adalah antara 30 sampai 500 orang. Pemilihan responden dibatasi berdasarkan beberapa karakteristik responden. Hal ini diperlukan karena dengan karakteristik responden yang berbeda dapat mempengaruhi penilaian. Terdapat lima karakteristik yang dimasukkan dalam penelitian yaitu; umur, tingkat pendidikan, pengalaman menderes, jenis laru yang digunakan dan jumlah gula yang dihasilkan.

  Variabel yang diamati meliputi preferensi konsumen terhadap jenis kemasan, kemudahan kemasan dalam penggunaan, jenis dan ukuran kemasan serta harga, warna label kemasan, tempat pembelian, media promosi pengawet nira alami Tangkis.

  Preferensi konsumen dapat diketahui dari jawaban yang diberikan responden pada pertanyaan yang terdapat dikuesioner. Kuesioner yang digunakan berupa pertanyaan yang bersifat tertutup dengan menggunakan metode skoring pada skala Likert 7 jenjang, dengan alternatif pilihan skor 1 (sangat tidak suka), skor 2 (tidak suka), skor 3 (agak tidak suka), skor 4 (netral), skor 5 (agak suka), skor 6 (suka), dan skor 7 (sangat suka). Pada saat pengambilan data teknik wawancara digunakan. Teknik wawancara digunakan untuk memperjelas kuesioner jika terdapat responden yang menginginkan penjelasan.

  Analisis data

  Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F. Apabila hasil data menunjukkan terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5%. Proses pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0 for windows.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Preferensi konsumen

  Preferensi konsumen dapat diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka seseorang terhadap produk yang dikonsumsi. Dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk oleh konsumen dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dan rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel tersebut saling mempengaruhi proses keputusan pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian (Kotler, 1997).

1. Preferensi konsumen terhadap jenis kemasan

  suatu produk, fungsi lain dari kemasan juga dapat dijadikan sebagai sarana informasi dan promosi dari produk yang ditawarkan. Kemasan sebuah produk merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi banyaknya penjualan atau minatnya konsumen terhadap produk tersebut. Hasil uji F dari kedua kelompok responden menunjukan adanya perbedaan kesukaan jenis kemasan sehingga dilakukan uji DMRT pada taraf 5% yang dapat dilihat pada Gambar 1.

  (A) (B) Keterangan : (A) = Pengrajin gula cetak; (B) = Pengrajin gula kristal;

  Skor kesukaan : 1 = Sangat tidak suka; 2 = Tidak suka; 3 = Agak tidak suka; 4 = Netral; 5 = Agak suka; 6 = Suka; 7 = Sangat suka; Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%.

  Gambar 1. Preferensi konsumen terhadap jenis kemasan pengawet nira alami Tangkis.

  Berdasarkan Gambar 1, pada kelompok responden pengrajin gula cetak lebih menyukai jenis kemasan polipropilen double 0,3 mm dan 0,5 mm, stand pouch zipper dan toples sebagai jenis kemasan pengawet nira alami Tangkis dengan rentang skor kesukaan 4,69-5,37 (agak suka) dibandingkan dengan pilihan jenis kemasan polipropilen 0,3 mm tidak disukai responden kelompok pengrajin gula cetak dengan skor kesukaan 3,14 (agak tidak suka).

  Pada kelompok pengrajin gula kristal lebih menyukai jenis kemasan toples sebagai jenis kemasan pengawet nira alami Tangkis dengan skor kesukaan 5,69 (suka), demikian pada pilihan jenis kemasan polipropilen 0,3 mm tidak disukai kelompok pengrajin gula kristal sebagai jenis kemasan pengawet nira alami Tangkis dengan skor kesukaan 2,77 (agak tidak suka).

  Menurut kedua kelompok responden jenis kemasan polipropilen double 0,3 mm dan 0,5 mm, stand pouch zipper dan toples lebih mampu dalam mempertahankan mutu pengawet nira alami Tangkis dibandingkan dengan jenis kemasan polipropilen 0,3 mm hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari (2013) menyatakan bahwa semakin tipis plastik maka semakin singkat umur simpannya, begitupun sebaliknya.

  Kemasan pada produk bisa menjadi daya tarik bagi konsumen. Hasil uji F dari kedua kelompok responden menunjukan adanya perbedaan kesukaan jenis kemasan dalam kemudahan penggunaan sehingga dilakukan uji DMRT pada taraf 5% yang dapat ilihat pada Gambar 2.

  (A) (B) Keterangan : (A) = Pengrajin gula cetak; (B) = Pengrajin gula kristal;

  Skor kesukaan : 1 = Sangat tidak suka; 2 = Tidak suka; 3 = Agak tidak suka; 4 = Netral; 5 = Agak suka; 6 = Suka; 7 = Sangat suka; Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%.

  Gambar 2. Preferensi konsumen terhadap kemudahan kemasan dalam penggunaan pengawet nira alami Tangkis.

  Berdasarkan Gambar 2, pada kelompok responden pengrajin gula cetak lebih menyukai jenis kemasan stand pouch zipper dan toples sebagai jenis kemasan yang mudah dalam penggunaannya dengan rentang skor kesukaan 5,77-5,8 (suka) dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.

  Demikian hasil yang sama ditemukan pada kelompok responden pengrajin gula kristal lebih menyukai jenis kemasan stand pouch zipper dan toples sebagai jenis kemasan yang mudah dalam penggunaannya dengan rentang skor 5,8-6,26 (suka) dan tidak menyukai jenis kemasan polipropilen 0,3 mm sebagai jenis kemasan yang mudah dalam penggunaannya dengan skor kesukaan 3,34 (agak tidak suka).

  Menurut opini kedua kelompok responden, jenis kemasan stand pouch zipper dan toples lebih mudah dalam penggunaan maupun penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Assauri (2004) yang menyatakan bahwa kemasan harus praktis, mudah dibuka dan ditutup, mudah disimpan (terkait dengan bentuk) serta ukuran yang harus sesuai dengan penggunaan dan preferensi konsumen.

  Suatu produk harus memiliki ukuran yang sesuai dengan penggunaan dan preferensi konsumen (Assauri, 2004). Hasil uji F dari kedua kelompok responden menunjukan adanya perbedaan kesukaan terhadap ukuran produk sehingga dilakukan uji DMRT pada taraf 5% yang dapat dilihat pada Gambar 3.

  (A) (B)

  Keterangan : (A) = Pengrajin gula cetak; (B) = Pengrajin gula kristal; Skor kesukaan : 1 = Sangat tidak suka; 2 = Tidak suka; 3 = Agak tidak suka; 4 = Netral; 5 = Agak suka; 6 = Suka; 7 = Sangat suka; Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%.

  Gambar 3. Preferensi konsumen terhadap ukuran kemasan pengawet nira alami Tangkis.

  Berdasarkan Gambar 3, pada kelompok responden pengrajin gula cetak lebih menyukai ukuran kemasan 250g dan 350g sebagai ukuran kemasan pengawet nira alami Tangkis dengan rentang skor kesukaan 4,74-5,09 (suka), dibandingkan dengan ukuran kemasan 150g tidak disukai kelompok responden pengrajin gula cetak sebagai ukuran kemasan pengawet nira alami Tangkis dengan skor 3,26 (agak tidak suka).

  Demikian hasil yang sama ditemukan pada kelompok responden pengrajin gula kristal lebih menyukai ukuran kemasan 250g dan 350g sebagai ukuran kemasan pengawet nira alami Tangkis dengan rentang skor kesukaan 4,97-5,29 (suka), dan menyatakan netral pada pilihan ukuran kemasan 150g dengan rentang skor 3,80 (netral).

  Pada hasil uji dari kedua kelompok responden lebih menyukai ukuran kemasan yang lebih banyak dibandingkan dengan ukuran kemasan yang lebih sedikit karena menurut opini kedua kelompok responden ukuran kemasan yang lebih banyak lebih lama dalam penggunaanya dibandingkan dengan ukuran kemasan yang lebih sedikit.

4. Preferensi kosumen terhadapa jenis dan ukuran kemasan serta harga

  Harga memainkan peranan penting dalam menentukan preferensi konsumen dalam konsumen banyak ditentukan oleh kondisi ekonomi yang dimiliki oleh seseorang konsumen dalam mengambil suatu keputusan pembelian. Hasil uji F pada pengrajin gula cetak menunjukan adanya perbedaan kesukaan sehingga dilakukan uji DMRT pada taraf 5%. Sedangkan pada kelompok responden gula kristal menunjukkan tidak adanya perbedaan terhadap jenis dan ukuran kemasan serta harga. yang dapat dilihat pada Gambar 4.

  (A) (B) Keterangan : (A) = Pengrajin Gula Cetak; (B) = Pengrajin Gula Kristal; A1 = pp (0,3) 150g Rp 4.000; A2 = pp (0,3) 250g Rp 6.000; A3 = pp (0,3) 350g Rp 8.500; B1 = pp (0,5) 150g Rp 4.500; B2 = pp (0,5) 250g Rp 6.500; B3 = pp (0,5) 350g Rp 9.000; C1 = pp (0,3+0,5) 150g Rp 5.000; C2 = pp (0,3 + 0,5) 250g harga Rp 7.000; C3 = pp (0,3+0,5) 350g Rp 9.500; D1 = Stand Pouch Zipper 150g Rp 5.500; D2 = Stand Pouch Zipper 250g Rp 7.500; D3 = Stand Pouch

  Zipper 350g Rp 10.000; E1 = Toples 150g Rp 6.000; E2 = Toples 250g Rp

  15.000; E3 = Toples 350g Rp 18.000; Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%. Gambar 4. Preferensi konsumen terhadap jenis, ukuran kemasan serta harga pengawet nira alami Tangkis.

  Berdasarkan Gambar 4, pada kelompok pengrajin gula cetak lebih menyukai pilihan A2 (polipropilen 0,3 mm, 250g, Rp 6.000) dan B2 (polipropilen 0,5 mm, 250g, Rp 6.500) dengan rentang skor 4,23-4,31 (netral) dibandingkan dengan jenis pilihan lainnya hal tersebut bisa disebabkan karena pada kelompok pengrajin gula cetak faktor harga masih menjadi prioritas dalam mengambil keputusan. Sedangkan pada kelompok responden gula kristal menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Menurut kelompok responden pengrajin gula kristal semua pilihan yang ditawarkan dapat diterima sebagai jenis dan ukuran serta harga pengawet nira alami Tangkis.

  Perbedaan hasil uji antara kedua kelompok responden tersebut bisa disebabkan karena adanya perbedaan terhadap jenis pendapatan. Berdasarkan harga pasaran untuk jenis gula cetak sebesar Rp 8.000,-/kg sedangkan untuk harga gula kristal sebesar Rp 12.000,-/kg sehingga kelompok responden pengrajin gula kristal memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok responden pengrajin gula cetak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hardjono (2000) menyatakan bahwa kondisi ekonomi dari setiap konsumen berbeda-beda tergantung dari jenis usaha yang dimilikinya dalam melakukan berbagai aktivitas kerja untuk meningkatkan tingkat pendapatan usahanya.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, 1)jenis kemasan yang disukai kedua kelompok responden adalah jenis kemasan toples. Jenis kemasan polipropilen

  

double 0,3 mm dan 0,5 mm, dan stand pouch zipper jugadisukai oleh kelompok pengrajin gula

  cetak. 2) Kemudahan kemasan dalam penggunaan yang disukai kedua kelompok responden adalah

  

stand pouch zipper dan toples. 3) Ukuran kemasan yang disukai kedua kelompok responden adalah

  250g dan 350g.4) Jenis kemasan, ukuran serta harga yang disukai kelompok responden gula cetak adalah polipropilen 0,3 mm, 250g, Rp 6.000 dan polipropilen 0,5 mm, 250g, Rp 6.500, sedangkan kelompok responden gula kristal menyatakan netral pada semua pilihan yang ditawarkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemetrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai kegiatan ini melalui skim HIKOM tahun 2017.

  DAFTAR PUSTAKA Alma, B. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta, Bandung.

  Assauri, S. 2004. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Departemen Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas 2015. Kebijakan Pemkab Banyumas Dalam Pengembangan Industri Kecil Gula Kelapa. Bupati Banyumas.

  Faridz, R. 2010. Analisis faktor-faktor perubahan desain kemasan terhadap nilai jual abon ikan.

  Jurnal Agrointek. Universitas Trunojoyo Madura, Jawa Timur.

  Hardjono, W. 2000. Manajemen Pemasaran Modern dan Perilaku Konsumen. Sinar Baru, Bandung. Kotler, P. 2000. Marketing Management. The Millnennium Edition. Prentice Hall International, Inc ________. 1999. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi Sembilan. Terjemahan oleh H. Teguh. 2000. Prenhallindo, Jakarta. ________. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Jilid 2 Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta. Lesmana. 2004. Pengembangan dalam Prospektif Pemasaran. Rajawali Press, Jakarta. Setyamidjaja, D. 2008. Bertanam Kelapa : Budidaya Dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung. _______. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. Umar, H. 2005. Metode Penelitian. Salemba Empat, Jakarta. ________. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Gramedia Pustaka, Jakarta. Wirya, I. 1999. Kemasan yang menjual, menang bersaing melalui kemasan. Gramedia pustaka utama, Jakarta. Wulandari, A., S. Waluyo., dan D. Dian Novita. 2013. Prediksi Umur Simpan Kerupuk Kemplang Dalam Kemasan Plastik Polipropilen Beberapa Ketebalan. Jurnal Teknologi Pertanian.

  Universitas Lampung, Lampung.