ANALISIS KEBIJAKAN RUANG TERBUKA HIJAU D (2)

1

ANALISIS KEBIJAKAN RUANG TERBUKA HIJAU DILINGKUNGAN
PERUMAHAN DALAM KABUPATEN BUNGO
Nova Elsyra, S.Sos., M.A.
(nova.elsyra@yahoo.com)
Dosen Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara STIA Muara Bungo
Abstrak
Banyak Developer kurang memperhatikan ruang tata hijau dalam melakukan
proyek besar-besaran dalam pembangunan perumahan, terkadang developer
mengenyampingkn pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam Undangundang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan kebijakan ruang terbuka hijau dilingkungan perumahan dalam
kabupaten Bungo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan populasi pimpinan pengembang
perumahan dalam Kabupaten Bungo, staf pengembang perumahan, warga
perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bungo bidang tata ruang.
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman saat ini, pengaturan pengelolaan lingkungan hidup pada
dasarnya dalam Undang-undang lingkungan hidup mulai kearah keseimbangan
antara kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial. Sampai tahun 2009, Indonesia
memiliki 3 (tiga) Undang-undang bidang lingkungan hidup, yakni Undang-undang
nomor 4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup yang
kemudian dicabut dan berlaku Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup. Dan terakhir diberlakukan lah Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
yaitu sebagai pengganti Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997.
Konsep tata ruang wilayah harus digali dari pandangan mazhab-mazhab besar
ekonomi dan pemikiran ahli-ahli ekonomi tata ruang wilayah. Indikator
perkembangan tata ruang wilayah, namun harus menampilkan indikator yang
spesifik tetapi bersifat luas, lebih mendasar dan lebih terarah, sehingga memperoleh
gambaran yang jelas.
Pada saat ini, cenderung kebanyakan developer kurang memperhatikan ruang
tata hijau dalam melakukan proyek besar-besaran dalam pembangunan perumahan,
terkadang developer mengenyampingkn pengelolaan lingkungan hidup. Dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, pasal 1 ayat (1) menyebutkan : lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahkluk hidup lainnya. Dari pengertian diatas terlihat bahwa
lingkungan hidup sangat berperan dalam mempengaruhi kelangsungan kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Berpijak pada pembangunan perumahan ā€“ perumahan yang ada di Kabupaten
Bungo, masih terdapat kendala-kendala dalam ruang terbuka hijau (RTH) yaitu

2

kurangnya pepohonan dalam perumahan tersebut, yang membuat cuaca disekitar
perumahan terasa berubah menjadi panas yang diakibatkan oleh kurangnya
pepohonan dan ruang terbuka hijau, sehingga membuat polusi udara dan
menimbulkan udara yang tidak baik bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, perlu pengkajian lebih menyangkut
proses impelementasi ruang terbuka hijau melalui penelitian yang berjudul ā€œ Analisis
Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Dilingkungan Perumahan Dalam Kabupaten
Bungo.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di lingkungan
perumahan dalam Kabupaten Bungo?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang di inginkan dalam penelitian yang akan dilakukkan
adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bungo
1.4. Kegunaan Penelitian
1.
Kegunaan Teoritis
Dari segi teoritis dapat memberikan sumbangan pikiran dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti.
2.
Kegunaan Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bungo tentang implementasi kebijakan ruang terbuka
hijau.
1.5. Tinjauan Pustaka
1.
Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan
dapat mencapai tujuannya. Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai
studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam
praktikny implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks
bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai
kepentingan.
Dalam pengertian lain yang dikemukan oleh Daniel Mazmanian dan Paul
Sabatier yang mendefinisikan impelementasi kebijakan yaitu sebagi pelaksanaan
keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat
pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting
atau keputusan badan peradilan. Lazimnya keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah yang ingin diatasi, dan menyebutnya secara tegas, tujuan atau sasaran yang
ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
implementasinya.

3

Sedangkan menurut ahli Van Meter dan Van Horn yang mendefinisikan
implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapinya tujuan-tujuan yan telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan. ada beberapa variable yang mempengaruhi kebijakan
publik ialah sebagai berikut :
a. Aktifitas implementasi dan komunikasi antar organisasi
b. Karakteristik agen pelaksana/implementor
c. Kondisi ekonomi, social dan politik
d. Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor
2.
Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau adalah ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan
tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama diudara terbuka. Secara teoritis,
menurut Undang-undang Nomor 4 tahun 1992, ruang terbuka hijau adalah ruang
yang berfungsi sebagai wadah untuk kehidupan manusia, baik secara individu
maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang
secara berkelanjutan.
Menurut Budi Harjo yang mendifinisikan ruang terbuka hijau ialah sebagai
suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak
mempunyai penutup dalam bentuk fisik. Sedangkan, menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang pedoman penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau berfungsi sebagai pengatur mikro agar sistem

sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh,
produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan
media udara, air dan tanah serta penahan angin.
1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, dengan pendekatan analisis data kualitatif yaitu dengan maksud untuk
mengetahui serta mendapatkan gambaran tentang permasalahan yang tejadi pada
tempat dan waktu tertentu, kemudian berusaha menganalisa dan menjelaskan
penomena - penomena yang terjadi untuk pemecahan masalah mengenai fakta fakta.
1.
Populasi
Dari penelitian ini Penulis mengambil dan mempelajari populasi, yaitu
pimpinan pengembang perumahan dalam Kabupaten Bungo, staf pengembang
perumahan, warga perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bungo
bidang tata ruang.
2.
Sampel
Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah sebanyak 13 orang yang
terdiri dari (1) 3 (tiga) orang Pimpinan pengembang perumahan (2) 3 (tiga) orang
Staf pengembang perumahan (3) Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Bungo (4) 2 (dua) orang warga penghuni perumahan keyla I (5) 2 (dua)
orang warga penghuni perumahan Graha Sungai Buluh Indah (6) 2 (dua) orang
warga penghuni perumahan Persada I
2.

Pembahasan

4

Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Di Lingkungan Perumahan
Dalam Kabupaten Bungo
Mengingat pentingnya penentuan lokasi untuk menunjang keberhasilan
pembangunan yang bersifat jangka panjang, maka diwajibkan mengambil keputusan
yang harus direncanakan secara cermat dan tepat. Agar pembangunan yang bersifat
jangka panjang tersebut dapat berjalan secara produktif, juga dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Untuk itu perlunya memahami dimensi tata ruang wilayah
yang berlandaskan pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang mengamanatkan porsi ruang terbuka hijau (RTH) yang mana paling sedikit
30% dari luas wilayah, yang mana sudah direncanakan sebelumnya dalam analisis
perencanaan pembangunan.

Maka dari itu, selaku pihak pengembang pembangunan harus mempelajari
konsep tata ruang wilayah dan indicator perkembangan tata ruang wilayah.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala Bidang Tata
Ruang Dinas Pekerjaan Umum, beliau mengatakan bahwa konsep tata ruang itu
haruslah dipahami terlebih dahulu oleh pihak pengembang pembangunan perumahan.
Karena tata ruang itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu lokasi dimana kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana pembangunan itu ditempatkan, dengan
memandang aspe tata ruang yang dikonotasikan dengan aspek lokasional. Karena
aspek lokasional itu sendiri mempunyai dimensispasial, yang artinya dalam
melakukan atau melaksanakan setiap kegiatan pembangunan, baik itu pembangunan
untuk lokasi perumahan, pusat perbelanjaan atau pembangunan lainnya, harus
dilakukan pemilihan dan penentuan lokasi yang optimal. Dengan tidak melupakan
30% ruang yang disediakan untuk ruang terbuka hijau.
Untuk itu, dengan dikembangkannya konsep tata ruang, yang berarti bahwa
para perencana pembangunan harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
secara cermat potensi kondisi, dan karakteristik dari lokasi atau wilayah yang
direncanakan tersebut. maka dengan sangat mudah akan diketahui kemampuan
perkembangan di masing-masing wilayah (regional growth potensial), juga dapat
diketahui pula faktor-faktor apa yang akan mempengaruhinya.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Direktur CV.

Satria, beliau mengatakan bahwa sebelum melaksanakan pekerjaan pembangunan
perumahan, mereka selaku pihak pengembang perumahan atau developer, selalu
melakukan pengkajian pada lokasi yang nantinya akan dibangun untuk kawasan
perumahan atau pemukiman penduduk. Hal ini dapat dilihat langsung pada
pembangunan perumahan ā€œ keyla Iā€, yang mana lokasi perumahan tersebut terletak
dikawasan yang asri dan banyak ditumbuhi pepohonan. Selain itu, sebelum
melakukan pekerjaan pembangunan perumahan tersebut, mereka harus melengkapi
seluruh persyaratan serta izin-izin yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah
ataupun dari pihak instansi yang terkait.
Ruang terbuka hijau dibuat bertujuan untuk kawasan atau lingkungan yang
akan dibangun sebagai lokasi perumahan tersebut tidak memiliki atau menghindari
dampak negatif terhadap lingkungan disektirnya yang akan muncul dikemudian hari.
Untuk itu developer dari CV. Satria selaku pihak pengembang perumahan harus
menerapkan salah satu langkah yaitu penerapan 30% dari luas lahan atau wilayah
perumahan yang dipergunakan untuk fasilitas umum dan yang pastinya ruang terbuka
hijau (RTH).

5

Kondisi tata ruang wilayah tentunya sangat berbeda antara tata ruang yang satu

dengan tata ruang yang lainnya. Ada tata ruang wilayah atau lokasi pengembangan
perumahan yang memiliki lahan yang subur, begitu juga sebaliknya terdapat lahan
yang tidak subur. Dalam hal ini, kebijakan pembangunan berkelanjutan diharapkan
mampu menggerakkan dinamika pembangunan suatu wilayah.
Dalam hal ini, dimensi tata ruang wilayah atau lokasi pengembangan
perumahan menjadi penting dalam analisis pembangunan. Karena tata ruang wilayah
menjadi variable baru dalam perencanaan pembangunan, tata ruang wilayah juga
digunakan sebagai pendekatan untuk melakukan perencanaan pembangunan.
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu komponen
yang perlu dikembangkan dan menjadi pertimbangan guna memenuhi kualitas
lingkungan perumahan dan permukiman. Ruang Terbuka Hijau sendiri memiliki
berbagai peran dan fungsi, yaitu membentuk iklim mikro di kawasan perumahan dan
permukiman; memberi keindahan; sebagai ruang sosial, budaya, dan rekreasi
penghuninya; daerah peresapan air yang bermanfaat menjaga keseimbangan air tanah
dan mencegah banjir; serta sebagai salah satu tindakan pencegahan bencana di
kawasan perumahan dan permukiman.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Direktur CV.
Satria, beliau mengatakan bahwa keterbatasan lahan yang ada di wilayah Kabupaten
Bungo ini merupakan hambatan yang sering dijumpai oleh CV. Satria selaku pihak
pengembang perumahan atau developer. Karena tata ruang lokasi untuk

pembangunan ini apakah masuk daerah perkotaan, atau sebaliknya jauh dari
perkotaan. Hal ini lah yang menjadi hambatan bagi pengembang perumahan untuk
melakukan pembangunan. Dan juga akibat keterbatasan lahan ini, maka
implementasi terhadap ruang terbuka hijau (RTH) terkadang juga tidak sesuai dengan
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan
porsi ruang terbuka hijau (RTH) yang mana paling sedikit 30% dari luas wilayah.
Karena keterbatasan lahan ini yang mengakibatkan ruang terbuka hijau (RTH)
tersebut tidak efektif.
Demi mewujudkan kesejahteraan rakyat, lingkungan dapat dikatakan sebagai
instrument administrasi Negara dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Oleh karena itu perlu pengawasan terhadap implenetasi kebijakan ruang
terbuka hijau di kawasan perumahan dalam Kabupaten Bungo.
3.
Penutup
3.1. Kesimpulan
1. Mengingat pentingnya penentuan lokasi untuk menunjang keberhasilan
pembangunan yang bersifat jangka panjang, maka diwajibkan mengambil
keputusan yang harus direncanakan secara cermat dan tepat. Agar
pembangunan yang bersifat jangka panjang tersebut dapat berjalan secara
produktif, juga dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk itu
perlunya memahami dimensi tata ruang wilayah yang berlandaskan pada
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
mengamanatkan porsi ruang terbuka hijau (RTH) yang mana paling sedikit
30% dari luas wilayah, yang mana sudah direncanakan sebelumnya dalam
analisis perencanaan pembangunan. Untuk itu, dengan dikembangkannya
konsep tata ruang, yang berarti bahwa para perencana pembangunan harus
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi secara cermat potensi kondisi,

6

dan karakteristik dari lokasi atau wilayah yang direncanakan tersebut. maka
dengan sangat mudah akan diketahui kemampuan perkembangan di masingmasing wilayah (regional growth potensial), juga dapat diketahui pula
faktor-faktor apa yang akan mempengaruhinya.
2. Implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di kawasan perumahan dalam
Kabupaten Bungo belum sepenuhnya direalisasi dengan baik oleh setiap
pengembang perumahan
3.2. Saran
1. Mengingat bahwa implementasi kebijakan ruang terbuka hijau (RTH)
dilingkungan Perumahan sangat lah penting. Untuk itu haruslah
direncanakan terlebih dahulu, karena hal ini menyangkut kehidupan jangka
panjang. Untuk itu pihak pengembang perumahan harus menerapkan ruang
terbuka hijau (RTH) dilingkungan perumahan untuk menjaga dan
menghindari dampak negatif seperti : polusi udara dan menciptakan suasana
yang asri.
2. Karena implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di kawasan perumahan
dalam Kabupaten Bungo belum sepenuhnya direalisasi dengan baik oleh
setiap pengembang perumahan, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap
kebijakan tersebut agar terlaksana dengan semestinya.
4.

Daftar Pustaka
Agustino, Leo, Dasar-dasar kebijakan public, cet. Ke-2, Alfabeta, 2008.
Dadang Narbuko, Metode Penelitian Sosial, Pustaka Setia, Bandung,
2011
Dwijiwijoto, R, N, 2003. Kebijakan Publik formulasi, implementasi dan
evaluasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
M. Daud Silalahi, huku lingkungan dalam system penegakkan hukum
lingkungan Indonesia, Alumni, Bandung, 2001.
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi,( Bandung; alfabeta, 2001