BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) - Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

  Konsep teori sinyal dan asimetri informasi sangat berkaitan erat dimana teori asimetri informasi terjadi ketika pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai informasi sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor”.

  Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan hutang yang dimiliki.

2.1.2 Pasar Modal

  Pasar modal (capital market) menurut Latumaerissa (2011:353) adalah “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan”. Pasar modal merupakan pasar yang menjadi penghubung antara pihak yang memiliki dana (pemodal atau investor) dengan pengguna dana (emiten atau perusahaan go public). Didalam pasar modal dikenal dengan istilah efek, yaitu setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right (bukti right), warrant, opsi atau setiap

  derivative dari efek dan istrumen lainnya.

  Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dapat memberikan manfaat yang cukup besar terkhusus bagi kalangan investor (pemodal), bidang usaha maupun lembaga-lembaga penunjang pasar modal lainnya. Melalui pasar modal, para pemodal atau investor akan dapat melakukan investasi melalui pembelian instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, atau sekuritas kredit lainnya. Investor dapat bebas dan leluasa untuk memilih berbagai efek yang diinginkan, apakah dalam bentuk saham, obligasi atau sekuritas kredit. Investor akan dapat memperolehbagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga yang mengambang bagi pemegangyang dapat mengurangi risiko. Sedangkan bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat memberikan keuntungan yang besar terutama dalam hal peningkatan solvability perusahaan serta meningkatkan keuntungan atau profitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang. Sementara pasar modal juga memberikan manfaat terhadap lembaga-lembaga penunjang pasar modal terkhusus lembaga pemeringkat utang (PT PEFINDO). Dimana dengan adanya pasar modal maka akan memberikan peluang bagi lembaga- lembaga penilai khususnya lembaga pemeringkat utang untuk memberikan pelayanan sesuai dengan bidang dan profesionalismenya.

2.1.3 Investasi

  Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa yang akan datang atau dalam jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto (1998:5) adalah sebagai berikut:

  Investasi merupakan suatu penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu. Investasi terbagi menjadi dua yaitu: investasi langsung dan investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.

  Pengertian investasi menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Pada umumnya para investor mempunyai sifat tidak menyukai resiko

  (risk-aderse), yaitu apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan investasi yang mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam saham maupun obligasi.

2.1.4 Obligasi

2.1.4.1 Pengertian Obligasi

  Menurut Sjahrial (2007: 45) mendefenisikan “obligasi sebagai surat hutang (pada umumnya berjangka panjang) yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah dimana obligasi ini disebut surat berharga karena pemegang obligasi memiliki klaim terhadap pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah ditetapkan”. Obligasi adalah surat tanda meminjamkan uang yang mempunyai jangka waktu tertentu, biasanya lebih dari satu tahun. Dimana pada hakikatnya obligasi adalah surat tagihan uang atas beban/tanggungan pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan obligasi (Gitosudarmo dan Basri, 2002:266).

  Karateristik obligasi menurut Latumaerissa (2011:236) antara lain sebagai berikut: a.

  Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut telah jatuh tempo.

  b.

  Kupon (interest rate) adalah nilai bunga yang diterima oleh pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentation.

  c.

  Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, makin panjang jatuh tempo suatu obligasi, makin tinggi nilai kupon/bunganya.

  d.

  Penerbit/emiten (issuer), mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan investasi obligasi ritel. Mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.

2.1.4.2 Manfaat Obligasi

  Menurut Sunariyah (2004) menyatakan bahwa “manfaat utama obligasi yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi”. Apabila dibandingkan dengan saham,

  return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada laba

  perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham.

  Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai urutan lebih diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya apabila perusahaan melakukan likuidasi. Urutannya adalah pajak pemerintah, hutang jangka pendek, obligasi (hutang jangka panjang), kemudian preffered stock dan yang terakhir adalah common stock (Keown dkk, 2011:236). Sehingga pemegang obligasi lebih dipentingkan daripada pemegang saham perusahaan publik apabila menuntut hak pembayaran pada saat perusahaan mengalami pailit. Setelah hak pemegang obligasi terpenuhi maka baru dipenuhi hak pemegang preffered stock dan common

  stock.

2.1.4.3 Kelemahan Obligasi

  Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada stabilitas suatu perekonomian negara. Ada beberapa kelemahan dari obligasi menurut Sunariyah (2004) antara lain sebagai berikut:

  a) Tingkat bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.

  b) Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif, sehingga menghasilkan yield yang cukup baik,dengan risiko rendah.

  Misalnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta. Risiko obligasi pemerintah relatif sangat rendah dibandingkan dengan obligasi perusahaan swasta. Dalam kasus tersebut, pemodal yang ingin mengoptimalkan keuntungan lebih baik melakukan investasi dalam instrumen ini, meskipun risiko cukup tinggi.

  c) Tingkat likuidasi obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun. Dalam kasus tersebut pemegang obligasi akan menahan obligasinya, dan berspekulasi bahwa masa yang akan datang obligasi akan naik kembali.

  d) Risiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.

  e) Risiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena perusahaan akhirnya tidak dapat menepati janjinya.

2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi

  Jenis-jenis obligasi menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:266) adalah sebagai berikut:

  1. Obligasi atas dasar emiten (penerbitnya) a.

  Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond), adalah sekuritas pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang pemerintah (obligasi RI tahun 1950).

  b.

  Obligasi Badan Usaha Milik Negara (State Owned Company

  Bond ), adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untuk pendanaan (obligasi Jasa Marga, BAFINDO).

  c.

  Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds), adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Obligasi ini terdiri dari: 1)

  Participating Bonds, Pemilik obligasi selain memperoleh bunga yang tetap juga memperoleh pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan. 2)

  Client Bonds, obligasi yang diberikan kepada langganan perusahaan dalam rangka mengembangkan pemilikan efek kepada masyarakat. 3)

  Debenture Bonds, obligasi yang tidak dijamin atau tanpa suatu jaminan.

  2. Obligasi atas dasar tingkat bunga. Obligasi yang tingkat bunganya berbeda-beda, antara lain sebagai berikut: a.

  Fixed Coupon Rate, obligasi yang memberikan bunga yang tetap jumlahnya kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga ditangguhkan, obligasi dengan premi, obligasi indeks.

  b.

  Floating/variable coupon rate,obligasi yang menawarkan suku bunga mengambang (tidak tetap) kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga variabel, obligasi indeks.

  c.

  Zero coupon bond,obligasi dengan tingkat bunga nol artinya obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian dilunasi sesuai nominal pada akhir periode.

  3. Obligasi atas dasar jaminan, terdiri dari: a.

  Secured Bonds, obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan.

  Contohnya: obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan aset, obligasi dengan klausal hipotek negatif.

  b.

  Unsecured Bonds, obligasi yang tidak disertai jaminan apapun.

  Contohnya: debenture bonds.

  4. Obligasi atas dasar jangka waktu, terdiri dari: a.

  Obligasi dengan jangka waktu terbatas (Limited Bonds), obligasi yang memiliki jangka waktu jatuh tempo untuk pengambilan hutang-hutangnya.

  b.

  Obligasi dengan jangka waktu tidak terbatas (Unlimited Bonds), obligasi yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu untuk pengambilan hutangnya. Sementara jenis-jenis obligasi menurut Keown dkk. (2011:232) terbagi menjadi enam bahagian besar diantaranya sebagai berikut:

  1. Surat hutang, istilah surat hutang (debenture) berlaku untuk semua hutang berjangka tanpa ada jaminan.

  2. Obligasi subordinat, merupakan suatu obligasi yang pembayarannya menjadi subordinat atas obligasi lain pada saat perusahaan tidak mampu membayar hutang.

  3. Obligasi hipotek, yaitu suatu obligasi yang dijamin dengan hak gadai atas properti riil dimana nilai dari properti riil lebih besar dibandingkan dengan obligasi hipotek yang diterbitkan. Hal ini memberikan para pemegang obligasi hipotek marjin keamanan jika terjadi penurunan atas nilai pasar properti yang dijaminkan.

  4. Obligasi Euro, tidak berbeda banyak dengan jenis surat berharga lainnya. Secara sederhana, obligasi jenis ini adalah surat berharga obligasi yang dikeluarkan dinegara yang berbeda mata uangnya yang digunakan untuk menyatakan nilai obligasi tersebut.

  5. Obligasi tanpa bunga dan nilai bunga terendah, merupakan suatu obligasi yang diterbitkan dengan diskon substansial atas nilai nominal obligasi tanpa membayar bunga atau membayar bunga yang sangat rendah.

  6. Obligasi Junk-Bonds, merupakan hutang yang berisiko tinggi dengan peringkat obligasi yang rendah (non-investment grade).

2.1.4.5 Penerbit Obligasi

  Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi antara lain sebagai berikut: 1.

  Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European

Investment Bank ) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank).

  2. Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond).

  3. Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN).

  4. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau agencies.

  5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.

  6. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.

2.1.4.6 Peringkat Obligasi

  Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba mengukur risiko kegagalan, yaitu peluang emiten atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan (Keown dkk, 2011:237). Informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya.

  Peringkat obligasi juga penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan.

  Peringkat hutang nantinya akan berfungsi membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif para investor institutional seperti bank, perusahaan-perusahaan asuransi dan dana pension. Berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO

  Peringkat Keterangan

IdAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor

  memiliki kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

  

IdAA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki

  kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

  

IdA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki

  kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan rating yang lebih tinggi.

  

IdBBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki

  kapasitas yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, perubahan kondisi ekonomi dianggap dapat melemahkan kapasitas obligor dalam memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.

  

IdBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki

  kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.

  

IdB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki

  kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor

  Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan kapasitas atau

  willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut.

  

IdCCC Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki

  kapasitas yang sangat lemah dan rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

  

IdD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak memiliki

  kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default. Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut. Sumber: PEFINDO

2.1.4.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

  Peringkat obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten atau penghutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponnya.

  Penetapan rating sekuritas lembaga peringkat, seperti halnya agen pemeringkat internasional Standard & poor’s (S&P) dan Moody’s terdapat kriteria kualitatif dan kuantitatif.

  Menurut Keown dkk. (2011:237) menyatakan bahwa “secara umum peringkat obligasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya, proporsi modal terhadap hutang perusahaan, tingkat profitabilitas perusahaan,tingkat kepastian dalam menghasilkan pendapatan, besar kecilnya perusahaan, dan sedikit penggunaan hutang subordinat”.

  Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston (2006:373) diantaranya sebagai berikut: 1.

  Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current

  ratio , profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik

  rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating obligasi perusahaan.

  2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision).

  Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating akan membaik.

  3. Kedudukan obligasi dengan jenis hutang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari hutang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.

  4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.

  5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).

  6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.

  7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.

  8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.

  9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk.

  10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.

2.1.5 PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia)

  PT. PEFINDO atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif (BAPEPAM) dan Pada tanggal 31 Agustus 1994, Pefindo memperoleh izin usahanya dengan Nomor. 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga penunjan Tugas utama Pefindo adalah untuk menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutang yang diperdagangkan kepada masyarakat luas. Disamping melaksanakan kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, Pefindo juga menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbitbeserta sektor aset acuannya. Pefindo merupakan perseroan terbatas yang sahamnya per Desember 2006 tercatat dimiliki oleh 96 perusahaan domestik, yangterdiri dari dana pensiun, perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan sekuriti.

2.1.6 Rasio Keuangan

2.1.6.1 Pengertian Rasio Keuangan

  Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang telah dilakukan dituangkan dalam bentuk angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun mata uang asing. Angka-angka didalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Artinya hanya dengan melihat apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini dikenal dengan istilah analisis rasio keuangan (analys of finantial ratio).

  Menurut Home (2006 dalam Kasmir, 2008:104) menjelaskan bahwa “rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Dimana rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan sehingga akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan”.

  Sementara analisis rasio keuangan menurut Harahap (2011:297) adalah “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos-pos lainnya mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Dimana rasio keuangan ini sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan”.

  Perbedaan perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio keuangan yang digunakan seperti diantaranya rasio ideal mengenai likuiditas untuk perusahaan perbankan tidak sama dengan rasio pada perusahaan industri, manufaktur, perdagangan, atau jasa.

2.1.6.2 Kelebihan dan Kelemahan Rasio Keuangan

2.1.6.2.1 Kelebihan Rasio keuangan

  Kelebihan rasio keuangan menurut Harahap (2011:298) antara lain sebagai berikut:

  1. Rasio keuangan merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

  2. Rasio keuangan menjadi pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

  3. Mengetahui posisi keuangan ditengah industri lain.

  4. Sangat bermanfaat untuk bahan didalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (terkhusus didalam memprediksi peringkat obligasi).

  5. Menstandarisir size perusahaan.

  6. Lebih mudah membandingkan perusahaan yang satu dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik (time series).

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

2.1.6.2.2 Kelemahan Rasio Keuangan

  Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi seperti hasil perhitungan yang dibuat. Memang dengan hasil rasio yang diperoleh, paling tidak dapat diperoleh gambaran yang seolah-olah sesungguhnya terjadi. Namun, belum dapat dipastikan menjamin kondisi dan posisi keuangan yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan rasio-rasio keuangan yang digunakan memiliki banyak kelemahan.

  Ada beberapa keterbatasan analisis rasio keuangan menurut Harahap (2011:298) yaitu sebagai berikut: 1.

  Kesulitan didalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainnya.

  2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: a.

  Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

  b.

  Nilai yang terkandung didalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

  c.

  Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

  d.

  Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda.

  3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

  4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

  5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntasi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

  2.1.6.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan

  Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur di interpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Harahap (2011:299) menyatakan bahwa “jenis-jenis rasio keuangan perusahaan terdiri atas: rasio likud itas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas/proftabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio pasar, dan rasio produktivitas”. Didalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil empat rasio keuangan saja sebagai variabel penelitian yaitu rasio likuiditas, leverage , profitabilitas dan produktivitas.

  2.1.6.4 Rasio Likuiditas

  Menurut Gill (2006 dalam Kasmir, 2008:130) mendefenisikan bahwa “rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat (quick ratio). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aset lancar lebih besar daripada hutang lancarnya.

  Penelitian Linandarini (2010) menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi peringkat obligasi perusahaan tersebut. Burton et al (2002 dalam Adrian, 2011:40) menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi”.

2.1.6.5 Rasio Leverage

  Rasio leverage menurut Kasmir (2008:151) merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang.

  Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingka n dengan asetnya”. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Sementara menurut Harahap (2011:306) mengartikan bahwa “rasio leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).

  Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (Total Liabilities/Total Asset). Semakin besar

  

leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah

leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan

  (Burton at al, 1998 dalam Adrian, 2011:38). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Dengan demikian, semakin rendah

  

leverage perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat yang diberikan pada

  perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) dan Yohanes (2012) menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

2.1.6.6 Rasio Profitabilitas

  Menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

  Menurut Brotman dan Young (1998 dalam Adrian, 2011:39) menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010), Adrian (2011), Yohanes

  (2012) dan Onji (2013) menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.

2.1.6.7 Rasio Produktivitas

  Rasio produktivitas ini mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat produktivitasnya rendah. Hal ini juga menunjukkan perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi akan lebih mampu memenuhi kewajibanya secara lebih baik. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Menurut Horrigan (1966 dalam Linandarini, 2010:51) menjelaskan bahwa “rasio produktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit rating.

  Semakin tinggi rasio produktivitas maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Linandarini (2010) menyatakan bahwa rasio produktivitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

2.1.7 Rasio Non Keuangan

2.1.7.1 Umur obligasi (maturity)

  Umur Obligasi merupakan tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama (Latumaerissa, 2011:367). Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Sehingga umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi investment grade. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) dan Yohanes (2012) menemukan bahwa umur obligasi (maturity) berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

2.1.7.2 Reputasi Auditor

  Reputasi dalam arti sempit adalah nama baik. Argumen yang mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi reputasi auditor didalam melakukan proses audit maka semakin tinggi pula tingkat kepastian laporan keuangan perusahaan sehingga semakin kecil tingkat kegagalan perusahaan tersebut (Almilia & Vieka, 2007). Tambahan pula, Allen (1994 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009:148) menyatakan bahwa “pengguna informasi keuangan merasa bahwa auditor big 8 menyediakan kualitas audit yang lebih baik untuk perusahaan dan pemerintah daerah”. Dengan reputasi auditor yang baik maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya. Sementara di Indonesia emiten yang diaudit oleh auditor big four akan mempunyai investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi peringkat obligasi.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

  Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai pengaruh rasio keuangan maupun non keuangan terhadap peringkat obligasi.

  Dimana masing-masing penelitian mempunyai varibel independen yang berbeda- beda dari tahun ke tahun dan penelitian tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan sipeneliti (menambah atau mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan objek perusahaan yang berbeda dan periode penelitian yang berbeda).

  Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, diantaranya sebagai berikut: Magreta dan Nurmayanti (2009) melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada seluruh perusahaan dari sudut akuntansi dan non akuntansi. Dimana sampel perusahaan yang digunakan adalah sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan lembaga keuangan lainnnya dari periode 2005- 2008. Dari sisi faktor akuntansi yang digunakan adalah size (Log.Total Asset), likuiditas (Current Asset/Current Liabilities), profitabilitas (Operating

  

Income/Investment ), leverage (Total Liabilities/Total Equity), dan produktivitas

  (Sales/Total Asset), sementara dari faktor non akuntansi yang digunakan adalah

  

secure, umur obligasi dan reputasi auditor. Metode analisis menggunakan logistic

regression . Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya profitabilitas dan

  produktivitas dari sudut akuntansi dan secure (jaminan) dari sudut non akuntansi saja yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sementara rasio

  

leverage , likuiditas, maturity, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Linandarini (2010) juga melakukan penelitian yang mengenai kemampuan rasio keuangan didalam memprediksi peringkat obligasi. Dimana sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan perusahaan dibidang perbankan dan lembaga keuangan lainnya periode 2007-2008. Rasio keuangan yang dijadikan penelitian ini adalah rasio leverage (Long Term Liability/Total Asset), rasio likuiditas (Current Asset/Current Liability), rasio solvabilitas (Cash Flow from

  

Operation/Total Liabilities ), rasio profitabilitas (Operating Income/Sales),dan

  rasio produktivitas (Sales/Total Asset). Penelitian ini menggunakan Multiple

  

Discriminant Analysis (MDA). Hasil penelitian terdapat tiga variabel rasio

  keuangan yang dapat membentuk model prediksi peringkat obligasi. Ketiga variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio produktivitas. Sementara rasio solvabilitas dan leverage tidak dapat dijadikan sebagai prediksi didalam menentukan peringkat obligasi.

  Sementara Maharti (2011) juga menguji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Variabel independen yang diuji adalah profitabilitas (Laba setelah pajak/Total Aset), likuiditas (Aset lancar/Utang

  

lancar ), ukuran perusahaan (Log.Total Asset), leverage (Utang jangka

panjang/Total Asset ), dan jaminan (obligasi memberikan jaminan atau tidak).

  Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

  Indonesia. Kriteria sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive

  

sampling . Total sampel yang diambil adalah 45 perusahaan selama tahun 2007-

  2010. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analysis ordinal regresission karena variabel terikat berupa skala ordinal (peringkat). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Kemudian, Adrian (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2006 hingga tahun 2009. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode penyampelan bersasaran (purposive sampling), sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Dimana variabel independen yang digunakan didalam penelitian ini adalah rasio leverage (Total hutang/Total

  

modal ), rasio likuiditas (Aset lancar/Hutang lancar), rasio profitablititas (Laba

bersih/ Total aset ) dan umur obligasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa

  likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Yohanes (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dan karakteristik obligasi terhadap rating obligasi korporasi di Indonesia. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria, Obligasi yang diperingkat oleh PT. Pefindo pada April 2012, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor keuangan (Banking, Finance

  

Company , dan Securities Company), obligasi yang waktu jatuh temponya

  berdasarkan satuan tahun. Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik

  

purposive sampling , terdapat 117 obligasi yang sesuai dengan kriteria

  pengambilan sampel. Analisis data menggunakan regresi berganda. Variabel independen yang digunakan didalam memprediksi peringkat obligasi adalah rasio

  

leverage (Total Debt/Total Equity ), dan profitabilitas (Net Income/Common

Equity) sedangkan karateristik obligasi yang digunakan adalah maturity dan

subordination . Hasil penelitian menujukkan bahwa rasio leverage, profitability,

  umur obligasi dan subordination secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan secara parsial hanya subordination yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan.

  Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Onji (2013) mengenai pengaruh faktor-faktor akuntansi dan non akuntansi dalam mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan non manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size (log of Total Asset), profitabilitas (Laba bersih/Total asset), likuiditas (Asset lancar/Utang lancar),

  

leverage (Total hutang/Total ekuitas), maturity, secure, dan reputasi auditor.

  Sampel penelitian ini adalah perusahaan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT.

  Pefindo periode tahun 2009 sampai 2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan non manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dalam dengan metode purposive sampling, sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Logistik. Penelitian ini menghasilkan bahwa size dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan likuiditas, leverage, maturity, secure dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Dengan demikian, leverage, maturity, secure dan reputasi auditor tidak dapat dijadikan acuan untuk menilai baik buruknya peringkat obligasi pada perusahaan non manufaktur.

  

Tabel : 2.2

Review Penelitian Terdahulu

  Nama, Tahun dan Judul penelitian Variabel penelitian Hasil penelitan

  Magreta dan Nurmayanti (2009) “Faktor-faktor yang Mempe- ngaruhi Prediksi Peringkat Obli- gasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akun- tansi”

  Variabel independen: Ukuran perusahaan, rasio likuiditas, profitabilitas,

  leverage , produktivitas,

  umur obligasi, jaminan obligasi, reputasi auditor Variebel dependen: Peringkat obligasi

  Profitabilitas, produktivitas dan jaminan obligasi yang ber- pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. sedangkan rasio likuiditas, leverage, reputasi auditor dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Linandarini (2010) “Kemam- puan Rasio Ke- uangan dalam Memprediksi Peringkat Obli- gasi Perusahaan di Indonesia”

  Variabel independen: Rasio leverage, liquidity,

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

18 426 121

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 17 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) - Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Price To Book Value Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return SahamPada Perusahaan Teksti

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Sinyal (Signaling Theory) - Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan - Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Maturity, Financial Leverage, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di B

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisis Laporan keuangan - Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perio

0 0 21

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 2 22