BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Genteng AspalAsphalt Roofing - Pembuatan Dan Karakterisasi Genteng Polimer Yang Terbuat Dari Campuran Aspal – Poliester Dan Agregat Pasir Yang Diperkuat Dengan Serat Gelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Genteng Aspal/Asphalt Roofing

  Asphalt Roofing atau yang lebih dikenal dengan genteng Aspal yang dijadikan atap bangunan dibuat dari suatu bentangan yang cukup luas, yaitu bentangan suhu pemanasan aspal, carbon balck dan batu kerikil (Book, 2011)

  Genteng dari aspal ini tentu tak sepenuhnya dari material aspal. Genteng merupakan perpaduan antara bubuk kertas, serat organik, resin, serta aspal. Material ini diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang ringan, lentur, dan tahan air. Aspal dalam hal ini berfungsi sebagai water proofing sehingga atap menjadi tahan terhadap kebocoran. Selain anti bocor, genteng aspal juga lebih ringan dibandingkan genteng tanah liat, beton, atau keramik. Dengan bobot yang ringan konstruksi atap pun bisa diminimalkan, sehingga biaya pun bisa dihemat.(Kompas, 2009)

  Suatu atap berfungsi melindungi terutama terhadap hujan. Tergantung atas sifat alami bangunan, atap itu bisa juga melindungi dari panas, cahaya matahari, dingin dan angin. Jenis-jenis lain dari struktur, sebagai contoh, suatu bangunan untuk kebun, akan melindungi dari dingin, angin dan hujan tetapi bisa tembus cahaya. Suatu rumah bisa diatapi dengan material yang melindungi dari cahaya matahari tetapi tidak menghalangi unsur-unsur yang lain.

  Genteng polimer merupakan perpaduan antara serat organik dan aspal. Material ini diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang ringan, lentur, dan tahan air. Aspal dalam hal ini berfungsi sebagai water proofing sehingga atap menjadi tahan terhadap kebocoran. Selain anti bocor, genteng aspal juga lebih ringan dibandingkan genteng tanah liat, beton, atau keramik. Dengan bobot yang ringan konstruksi atap pun bisa diminimalkan, sehingga biaya pun bisa dihemat. Jenis genteng bermacam-macam, ada genteng beton, genteng tanah liat, genteng keramik, genteng seng,genteng kayu (sirap) dan genteng polimer.

  Untuk itu penulis mencoba merencanakan pembuatan genteng dengan menggunakan bahan serat gelas dan proses cetak injeksi merupakan salah satu cara untuk membuat genteng ini. Untuk membuat genteng polimer dengan tambahan serat gelas agar mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif. ( Syafrudin latif, 2009).

  Keuntungan dari genteng polimer ini yaitu :

  1.Ramah lingkungan

  2. Tahan lama

  3. Pemeliharaannya mudah

  4. Fleksibel Berdasarkan sistemnya genteng ini memiliki struktur polimer khusus yang meningkatkan fleksibilitas.Kekuatan tarik produk meningkat karena usia pembuatan lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk menyediakan produk dengan kinerja yang sangat baik.( Lane, Regan., Soham, dan Ely, 2011)

  Setiap jenis penutup atap punya kelebihan dan kekurangangnya masing- masing. Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk dan umur rencananya masing-masing.

  Bahan meterial ini terbuat dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasar. Pertama, model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka. Multipelks dan rangka dikaitkan dengan bantuan sekrup. Genteng aspal dilem ke papan. Untuk jenis kedua, model bergelombang, ia cukup disekrup pada balok gording.

  Pemakaian atap kaca semakin popular untuk mendapatkan penerangan alami dalam rumah pada siang hari. Biasa dipakai pada bagian rumah yang tidak mendapatkan cahaya langsung dari jendela atau sebagai aksen yang melengkapi desain sebuah rumah. Bentuknya pun bermacam macam, ada yang berbentuk lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.( Ide, 2011)

  2.2. Aspal Aspal dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak

  o

  bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 C dibawah tekanan atmosfer untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil (Wignall,A., 2003)

  Aspal berasal dari aspal alamatau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi Aspal sering juga disebut

2.2.1. Jenis-jenis Aspal

  Jenis-jenis aspal dibedakan oleh temperatur. Konsistensi adalah istilah itu digunakan untuk menurunkan derajat tingkat dari ketidakstabilan atau kekenyalan aspal-aspal pada setiap temperatur yang tertentu. Konsistensi dari aspal memiliki temperatur yang bervariasi. Aspal-aspal dinilai didasarkan pada cakupan-cakupan dari konsistensi pada suhu standar. Ketika Aspal itu diunjukkan ke udara di dalam selaput tipis dan diperlakukan pemanasan. Bagaimanapun, temperatur berlebihan dapat menyebabkan kerusakan lebih pada aspal. Aspal yang mengandung lilin (wax) lebih peka terhadap temperatur dibandingkan dengan aspal yang tidak mengandung lilin. Hal ini terlihat pada aspal yang mempunyai viskositas yang sama pada temperatur tinggi, tetapi sangat berbeda viskositas pada temperatur rendah.

  Aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses pembentukannya yaitu sebagai berikut :

1. Aspal Alamiah

  Aspal alamiah ini berasal dari berbagai sumber,seperti pulau Trinidad. Aspal dari Trinidad mengandung kira – kira 40% organic dan zat – zat anorganik yang tidak dapat larut. Dengan pengembangan aspal minyak bumi,aspal alamiah relative tidak penting.

  2. Aspal batuan Aspal batuan ini adalah endapan alamiah batu kapur atau batu pasir yang diperpadat dengan bahan – bahan berbitumen. Aspal ini terjadi ini diberbagai bagian di Amerika Serikat. Aspal ini umumnya membuat permukaan jalan yang sangat lama dan stabil ,tetapi kebutuhan transportasi yang tinggi membuat aspal terbatas pada daerah – daerah tertentu.

  3. Aspal minyak bumi

  Aspal minyak bumi pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan – bahan pengeras jalan aspal sekarang berasal dari minyak mentah domestic bermula dari ladang – ladang di Kentucky, Ohio , Michigan, Illinois , Mid-Continent, Gulf-Coastal, Rocky Mountain, California, dan Alaska. Sumbar – sumber asing termasuk Meksiko, Venezuela, Colombia, dan Timur Tengah. Sebasar 32 juta ton telah digunakan pada tahun 1980 (Oglesby,C.H.,1996)

  4. Aspal iran

  Aspal iran merupakan salah satu jenis aspal yang di impor dari Iran – Teheran. Aspal jenis ini sangat sesuai dan direkomendasikan untuk Negara beriklim tropis seperti di Indonesia, karena ini desain untuk bisa elastis menyesuaikan suhu yang naik dan turun, contohnya aspal yang dipergunakan sebagai bahan utama dalam penelitihan ini yaitu aspal dengan angka penetrasi 60/70.

2.2.2. Sifat-sifat Aspal

  Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan tergantung dari waktu pembebanan. Pada proses pencampuran dan proses pemadatan sifat aspal dapat ditunjukkan dari nilai viscositasnya,sedangkan pada sebagian besar kondisi saat masa pelayanan, aspal mempunyai sifat viscositas yang diwujudkan dalam suatu nilai modulus kekakuan. (Shell, 2010 )

  Sedangkan sifat-sifat aspal lainnya adalah : 1.

  Aspal mempunyai sifat mekanis ( Rheologic ), yaitu hubungan antara tegangan ( stress dan regangan ( strain ) dipengaruhi oleh waktu. Apabila mengalami pembebanan dengan jangka waktu pembebanan yang sangat cepat, maka aspal akan bersifat elastis, tetapi jika pembebanannya terjadi dalam jangka waktu yang lambat maka sifat aspal menjadi plastis ( viscous ).

2. Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang terjadi.

  Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan semakin rendah atau semakin encer demikian pula sebaliknya. Dari segi pelaksanaan lapis keras, aspal dengan viskositas yang rendah akan menguntungkan karena aspal akan menyelimuti batuan dengan lebih baik dan merata.Akan tetapi dengan pemanasan yang berlebihan maka akan merusak molekul-molekul dari aspal, aspal menjadi getas dan rapuh.

  3. Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami tegangan regangan akan berakibat aspal menjadi mengeras sesuai dengan jalannya waktu. Meskipun aspal hanya merupakan bagian yang kecil dari komponen campuran beraspal, namun merupakan bagian terpenting untuk menyediakan ikatan yang awet/tahan lama (durable ) dan menjaga campuran tetap dalam kondisi kental yang elastis.( Brown dkk, 1992).

  2.2.3. Kemurnian Aspal

  Aspal-aspal disuling dan biasanya lebih dari 99,5 persen yang dapat larut di dalam disulfida karbon. Secara normal, aspal bebas dari air atau embun karena diperoleh dari instalasi penyulingan. Bagaimanapun, tangki aspal pemuatan dan pengangkutan mungkin punya beberapa uap air ditank mereka. Bila ada air pada aspal, dapat menyebabkan aspal itu untuk berbusa ketika aspal dipanaskan atau diaduk di atas 212°F (100°C).

  2.2.4. Keselamatan

  Pembusaan aspal bisa merupakan suatu resiko keselamatan. Spesifikasi biasanya memerlukan temperatur aspal tanpa busa pada temperatur sampai ke 350°F

  (177°C). Aspal jika dipanaskan pada temperatur cukup akan menyambar percikan nyala api. Temperatur saat hal ini terjadi berada di atas temperatur-temperatur yang secara normal digunakan di dalam operasi pengaspalan. Bagaimanapun, untuk memastikan suatu batas aman yang cukup, titik nyala dari aspal itu harus diketahui.

  2.2.5. Kepekaan Temperatur

  Semua aspal-aspal adalah termoplastik, yang mana akan menjadi lebih keras lebih merekat dengan berkurangnya temperatur dan akan menjadi lebih lembut, lebih sedikit yang merekat sebagai bila temperatur mereka meningkat. karakteristik ini dikenal sebagai kepekaan temperatur. Aspal pada temperatur-temperatur yang berbeda. Saat temperatur meningkat, aspal menjadi lebih sedikit yang merekat (lebih banyak cair). Mengetahui kepekaan temperatur aspal itu yang sedang digunakan di suatu campuran seman aspal sangat penting, karena itu menandai temperatur yang tepat untuk mencampur aspal dengan bahan lainnya.

  2.2.6. Ketahanan

  Ketahanan adalah seberapa baik suatu aspal mempertahankan karakteristik- karakteristiknya yang asli ketika mengalami proses-proses kerusakan karena iklim dan lingkungan. Penilaian ketahanan aspal termasuk uji laboratorium berupa peniruan proses-proses kerusakan karena iklim dan penuaan. Kinerja semen aspal masih sangat yang dipengaruhi oleh desain campuran, karakteristik-karakteristik kumpulan, pengerjaan dan variabel-variabel lain.

  2.2.7. Adhesi dan Kohesi

  Kohesi secara umum adalah gaya tarik menarik antar molekul yang sama jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain tidak dapat menempel karena molekulnya saling tolak menolak. Contoh Kohesi :

  • Air di atas daun talas - Air raksa yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi kimia.

  Adhesi secara umum adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik menarik atau merekat. Contoh Adhesive :

  • Air di atas telapak tangan
  • Susu tumpah di lantai

  Adhesi pada aspal adalah kemampuan aspal itu untuk berikatan dengan kumpulan di dalam campuran semen aspal. Kohesi adalah kemampuan aspal itu untuk memegang partikel-partikel kumpulan pada tempatnya di dalam campuaran semen aspal akhir.

2.2.8. Cairan Aspal

  Aspal secara temperatur normal berbentuk semipadat dan sangat merekat, harus dilelehkan atau dicairkan sementara untuk menangani selama operasi konstruksi. Aspal dapat sementara dicairkan dalam tiga cara: 1.

  Dengan peleburan dengan panas.

  2. Dengan penghancuran aspal di dalam bahan pelarut yang terpilih. Proses ini disebut stek yang dikenal sebagai Aspal Potong Pendek.

  3. Dengan menjadikan emulsi aspal dengan air. Produk hasilnya disebut spal Emulsi. Aspal-aspal yang dijadikan emulsi disebut cairan-cairan aspal untuk membedakan dengan kelompok dari aspal-aspal normal.

2.2.9. Penuaan dan Pengerasan

  Aspal-aspal mengalami pengerasan di dalam campuran semen aspal, dan didalam konstruksi terjadi Pemadatan disebabkan terutama oleh oksidasi kombinasi aspal dengan oksigen. Pemadatan terjadi menunjukkan peningkatan di dalam kekentalan disebabkan oleh pemanasan dari aspal. Tidak semua aspal-aspal mengeras di tingkat yang sama ketika yang dipanaskan. Oleh karena itu, masing-masing aspal yang digunakan harus diuji untuk menentukan karakteristik-karakteristik, penuaannya sehingga konstruksi dan teknik-teknik dapat disesuaikan untuk memperkecil kesalahan. Penyesuaian-penyesuaian seperti itu biasanya melibatkan pencampuran aspal pada temperatur yang mungkin yang paling rendah dan waktu yang praktis.

2.3. Serat Gelas

  Bahan dasar dari serat gelas adalah silica (SiO

  2 ), untuk memperbaiki sifat

  mekanisnya maka dilakukan penambahan bahan-bahan oksigen, seperti : boron, kalsium, sodium, iron, dan aluminium.Silika pada umumnya amorf walaupun kristalisasi dapat terjadi sesudah mengalami pemanasan yang lama pada temperatur tinggi, hal ini mengurangi kemampuannya. Komposisi yang berbeda-beda dari silika dengan bahan-bahan tambahan akan menentukan sifat-sifat mekanis serat gelas.

2.3.1. Bentuk Serat Gelas

  Bentuk serat gelas ada 2 yaitu : 1. Woven Roving

  Woven roving mempunyai bentuk seperti anyaman tikar,serat gelas yang teranyam dibuat saling bertindih secara selang seling kearah vertical dan

  o o

  horizontal (0 dan 90 ). Kumpulan anyaman adalah seperti tali,anyaman ini memberikan penguatan kearah vertikal dan horizontal. Pemakaiannya dalam konstruksi terutama pada bagian frame dan ginder. Woven roving sedikit kaku, sehingga agak sulit dibentuk terutama digunakan untuk bagian berlekuk tajam.

  2 Woven roving mempunyai berat per luas 407 gr/m dengan ketebalan antara

  0,51 mm sampai 1,02 mm. Bentuk serat gelas woven roving adalah berupa gulungan serat gelas yang menjadi kain yang tebal dan kasar. Bentuk serat gelas ini sangat baik digunakan dalam industry, misalnya pembuatan bak mandi, pembuatan kapal dan lain-lain.

2. Chop Stand Mat (CSM)

  Chop stand mat mempunyai bentuk seperti anyaman tidak teratur, serat gelas yang teranyam dibuat bertindih secara tidak teratur kesegala arah (unidirectional). Serat gelas yang teranyam mempunyai panjang serat yang relative lebih pendek dari panjang serat woven roving. Kumpulan anyaman adalah seperti tumpukan jerami, anyaman ini memberikan penguatan ke segala arah. Pemakaiannya dalam konstruksi terutama pada bagian hull. CSM ini

2.3.2. Sifat-sifat Serat Gelas

  Bahan dasar dari serat gelas adalah silicon (SiO ) atau dalam bentuk polimer

  2

  (SiO

  4 ) n sebagai kerangka dasar. Gelas merupakan bahan yang amorf yaitu tidak

  mempunyai struktur Kristal zat padat maupun sifat aliran zat cair. Penggunaan tipe- tipe serat gelas pada umumnya didasarkan atas satu atau lebih sifat-sifat yang diinginkan. Sifat serat gelas yang diinginkan, sifat mekanik, mekanis thermal dan kelistrikan.

  Komposisi serat gelas adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan sifat-sifat serat gelas antara lain : Daya tahan terhadap panas dan pembakaran

  • Sifat organik dari suatu serat gelas menghasilkan daya tahan terhadap panas dan pembakaran.
  • Serat gelas tidak bersifat higrokopis terhadap kelembaban udara disekelilingnya, sehingga serat gelas tidak dapat mengembung atau meregang. Kekuatan mekaniknya tidak berpengaruh terhadap lingkungan yang lembab.

  Daya tahan terhadap Kelembaban udara

  • bakteri dan lain- lain.

  Daya tahan terhadap zat-zat kimia, dan tidak dapat ditumbuhi oleh jamur,

  • Serat gelas mempunyai kekuatan tarik lebih besar terhadap serat-serat tekstil.

  Kekuatan tariknya tinggi

  • Serat gelas mempunyai koefisien ekspansi yang rendah dan koefisien konduktivitas thermal yang tinggi.

  Sifat-sifat thermal

  Sifat-sifat kelistrikan

  Serat gelas bersifat non konduktif sehingga sangat baik digunakan sebagai isolasi pada komponen-komponen elektronik, karena dielektriknya rendah.(Anaria, 1990)

2.3.3. Pasir

  Pasir adalah contoh baha tetapi di beberapaatu pasir (standstone) adalah endapan yang terdiri dari mineral berukuran pasir atau butiran batuan. Sebagian besar batu pasir terbentuk oleh kuarsa atau feldfar karena mineral-mineral tersebut paling banyak terdapat di kulit bumi. Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu, dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya warna tertentu batu pasir dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Sebagai contoh, sebagian besar wilayah di bagian barat Amerika Serikat dikenal dengan batu pasir warna merahnya.

  Materi pembentuk pasir adalah silicon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Pasir merupakan material alam yang sangat fungsional dalam kehidupan umat manusia dimuka bumi ini, seperti industry pembuatan unsur pasir kuarsa, pada pengecoran baja, pasir silica dimanfaatkan untuk memisahkan kotoran dari baja cair, dalam kegiatan konstruksi bangunan peranan pasir sangat utama hingga ke industri kerajinan, dekorasi maupun kegiatan lainnya.Nama-nama pasir dalam bisnis bangunan kadang identik dengan daerah asal dimana pasir tersebut di dapat.Misalnya pasir yang berasal dari Cileungsi, banyak orang menyebutnya dengan sebutan pasir Cileungsi. Pasir yang berasal dari daerah Cikalong, orang menyebutnya pasir Cikalong. Pasir dari daerah Bangka disebut pasir Bangka, karena warnanya putih lebih lengkap dengan sebutan pasir putih Bangka.

  Pasir halus adalah pasir alam sebagai hasil disentragrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm. Pasir kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri. Pasir ringan adalah agregat dengan berat isi kering oven gembur maksimum 1100 N. Pasir ukuran tunggal adalah agregat yang ukuran butirannya sama.

  Pengenalan Agregat yaitu 70-80% kandungan konkrit terdiri dari agregat. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanlasakan konkrit. Pilihan agregat yang sesuai untuk tujuan sesuatu pembinaan memerlukan kefahaman mengenai sifat- sifat agregat. Sifat-sifat ini boleh diketahui melalui ujikaji-ujikaji seperti yang telah ditetapkan oleh kod-kod piawai. Agregat dibagi kepada dua bagian utama - Agregat Halus (pasir) dan Agregat Kasar (batu kerikil). Pasir untuk saiz nominal agregat yang kurang dari 5mm dan batu kelikir adalah agregat yang mempunyai saiz nominal yang lebih dari 5mm.

  Pasir sungai biasa digunakan dan paling sesuai karena kurang dari kotoran kimia. Pasir terkilang (pasir dari pecahan batu kerikil besar) boleh digunakan sebagai bahan ganti. Untuk menjamin mutu konkrit yang dihasilkan, pasir sungai atau terkilang ini mesti memenuhi syarat-syarat pengagregatan. Pengagregatan pasir dilakukan melalui Analisis Ayak (BS410:1969). Piawai lain (BS882: Bagian 2: 1973) menggariskan hal-hal pengagregatan dalam empat zone. Zone 1 menggambarkan kandungan pasir yang kasar dan zon 4 menggambarkan kandungan pasir yang halus.

  3 Pasir mempunyai ketumpatan disekitar 2.700kg/m .

  Agregat kasar yaitu Agregat yang bisa didapati dari sumber natural atau artificial. Sumber natural biasanya dari kumpulan Granit atau Batu Kapur (BS812: Bahagian 1: 1975). Kumpulan batu ini digunakan untuk paduan (campuran) biasa.

  3 Densitas (kerapatan) bandingan agregat biasa ini dalam jumlah 2.500-2.700 kg/m .

  Untuk paduan konkrit berat, Barit (Barium Sulfat) yang bisa didapati dari sumber asli dapat saja digunakan. Barium Sulfat mempunyai Densitas (kerapatan) 4.200-

  3

  4.300kg/m . Agregat berat digunakan untuk paduan konkrit yang terukur oleh sinar-X, sinar gamma atau reaktor nuklir. Agregat artificial bisa didapati dari hasil limbah industri. Bola besi untuk konkrit berat, klinker atau jermang hasil pembakaran untuk konkrit ringan. Umumnya agregat ringan mempunyai kekuatan yang rendah, dan agregat berat mempuyai kekuatan yang tinggi. Angka nominal yang biasa digunakan ialah 10mm, 20mm dan 40mm. Angka (Ukuran) maksimal bergantung kepada jenis paduan antara lain campuran padat, tebal atau tipis.

2.4.1. Ciri-Ciri Penting Agregat 1.

  Agihan partikel Ciri ini penting untuk rekabentuk campuran. Agihan yang baik penting untuk mempastikan konkrit yang terhasil adalah padat. Longgokan agregat yang tidak baik agihan saiz partikelnya (gap-graded distribution) boleh menghasilkan konkrit yang berongga dan memberi kesan kepada kekuatan.

  Agihan partikel juga memberi kesan yang konkrit. Agihan partikel boleh di lakukan melalui Analisis Ayak.

  Sampling yang betul mesti dilakukan supaya sampel yang diambil untuk Analisis Ayak mewakili longgokan agregat. Proses sampling yang betul ialah dengan mengikuti proses 'quartering'.

  2. Kekuatan agregat.

  Kekuatan agregat memberi kesan yang banyak kepada ciri-ciri konkrit seperti kekuatan konkrit, ubahbentuk, ketahanan, perubahan isipadu, graviti tentu, ketelusan dan tindakbalas kimia. Biasanya kekuatan agregat ialah lebih tinggi dari kekuatan konkrit yang hendak di rekabentuk. Kekuatan konkrit selalunya berada di sekitar 30-50MPa, sementara kekuatan agregat dalam lingkungan 80-350MPa.

  3. Ketelusan (Porosity) Ketelusan agregat mempengaruhi kandungan lembapan yang terdapat dalam agregat. Kandungan lembapan pula mempengaruhi rekabentuk campuran dan juga kekuatan konkrit terkeras. Agregat yang mempunyai ketelusan yang tinggi biasanya kurang lasak. Ketelusan diukur dengan kadar serapan air (absorption) oleh agregat. Kadar resapan ialah peratus air yang terserap oleh agregat kering sehingga menjadikan agregat tepu. Kandungan air dalam agregat boleh berada dalam keadaan kering, kering udara, tepu dan basah. Rekabentuk campuran adalah berdasarkan agregat yang mempunyai kandungan air tepu. Memandangkan agregat biasanya terdapat dalam keadaan kering udara atau basah, kandungan air yang dikira dalam rekabentuk campuran mesti diubah sesuai dengan kandungan lembapan yang berada dalam agregat.

  4. Perubahan isi padu Perubahan isipadu disebabkan oleh perubahan kandungan lembapan dalam agregat memberi kesan kepada sifat pengecutan (shrinkage). Kadar pengecutan agregat yang lebih tinggi dari konkrit akan mengakibatkan retakan dalaman konkrit. Perubahan isipadu berkait rapat dengan ketelusan agregat.

  5. Graviti tentu Graviti tentu sesuatu bahan adalah nisbah unit berat bahan tersebut berbanding dengan unit berat air. Memandangkan agregat boleh meresap air, graviti tentunya bergantung kepada kandungan lembapannya.

  6. Bentuk partikel dan keadaan permukaan Agregat yang bulat dan licin mempunyai darjah keboleh kerjaan yang baik tetapi menghasilkan kekuatan yang kurang baik berbanding dengan agregat yang bersegi dan berpermukaan kasar. Bentuk secara umumnya mempengaruhi kepadatan dan juga ikatan dalam konkrit.(Tano Eddy, 1997)

2.5 Poliester

  Poliester adalah sebuah polimer (sebuah rantai dari unit yang berulang-ulang) dimana masing-masing unit dihubungkan oleh sebuah sambungan ester. Rantai polimernya sangat kecil dan kelihatan sedikit rumit. Tetapi tidak terlalu sulit untuk menuliskan strukturnya – menggambarkan strukturnya akan lebih mudah ketimbang mencoba untuk mengingatnya.

  Nama lazim dari poliester umum ini adalah polietilen tereftalat. Nama sehari- harinya tergantung pada apakah digunakan sebagai serat atau sebagai material untuk membuat produk seperti botol untuk minuman ringan. Jika digunakan sebagai serat untuk membuat kain, biasanya sering hanya disebut poliester. Terkadang juga dikenal dengan nama perdagangannya seperti Terilen. Jika digunakan untuk membuat botol, misalnya, biasanya disebut PET.

  2.5.1 Pembuatan poliester sebagai sebuah contoh polimerisasi kondensasi

  Pada polimerisasi kondensasi, jika monomer-monomer bergabung bersama, ada sebuah molekul kecil yang hilang. Ini berbeda dengan polimerisasi adisi yang menghasilkan polimer seperti poli(eten) – dimana pada proses ini tidak ada yang hilang ketika monomer-monomer bergabung bersama.

  Sebuah poliester dibuat dengan sebuah reaksi yang melibatkan sebuah asam dengan dua gugus -COOH, dan sebuah alkohol dengan dua gugus -OH.Pada poliester umum yang digambarkan terdapat: Asam benzen-1,4-dikarboksilat (nama lama: asam tereftalat). Alkohol yaitu etana-1,2-diol (nama lama: etilen glikol).

  Sekarang bayangkan kita menyusun senyawa-senyawa ini secara bergantian dan membuat ester dimana masing-masing gugus asam dan masing-masing gugus alkohol, kehilangan satu molekul air setiap kali sebuah sambungan ester terbentuk.

  2.5.2 Pembuatan poli(etilen tereftalat) dalam skala produksi

  Reaksi terjadi dalam dua tahap utama, yaitu: tahap pra-polimerisasi dan polimerisasi sesungguhnya. Pada tahap pertama, sebelum polimerisasi terjadi, terbentuk sebuah ester yang cukup sederhana dari asam dan dua molekul etana-1,2- diol. Pada tahap polimerisasi, ester sederhana ini dipanaskan pada suhu sekitar 260°C dan pada tekanan rendah. Dalam hal ini diperlukan sebuah katalis – ada beberapa kemungkinan termasuk senyawa-senyawa antimoni seperti antimoni(III) oksida. Poliester terbentuk dan setengah dari etana-1,2-diol diperbaharui. Ini selanjutnya dilepaskan dan disiklus ulang.

2.5.3 Hidrolisis poliester

  Ester-ester sederhana mudah dihidrolisis melalui reaksi dengan asam atau

  basa encer. Poliester diserang dengan mudah oleh basa, tetapi jauh lebih lambat oleh asam encer. Hidrolisis dengan air saja sangat lambat sehingga hampir tidak diperhitungkan. (Poliester tidak akan terurai menjadi bagian-bagian kecil jika terkena air hujan).

  Jika anda menumpahkan basa encer pada sebuah kain yang terbuat dari poliester, maka sambungan-sambungan esternya akan putus. Etana-1,2-diol terbentuk bersama dengan garam asam karboksilat. Karena dihasilkan molekul-molekul kecil dan bukan polimer asli, maka serat-serat kain tersebut akan hancur, dan terbentuk sebuah lubang pada kain.

2.6 DIKUMIL PEROKSIDA (DCP)

  DCP adalah radikal sumber yang kuat, digunakan sebagai inisiator polimerisasi,

  o o

  katalis dan zat penvulkanisasi. Temperatur waktu paruh 61 C (untuk 10 jam), 80 C

  o

  (untuk 1 jam) dan 120 C (untuk 1 menit). DCP terdekomposisi dengan cepat, menyebabkan kebakaran dan ledakan, pada pemanasan dan dibawah pengaruh cahaya. DCP juga bereaksi keras dengan senyawa yang bertentangan (asam, basa, zat pereduksi dan logam berat).

  Teknik crosslinking (ikat silang) karet dengan peroksida telah dikenal sejak lama. Keuntungan umum menggunakan peroksida sebagai zat ikat silang adalah ketahanannya baik pada suhu tinggi dalam waktu yang lama, keelastisannya yang baik, dan tidak ada penghilangan warna pada produk akhir.

  o

  Sebaiknya DCP disimpan dalam kondisi temperatur kamar (< 27 C atau

  o

  maksimum 39

  C) dan untuk menjaga dari zat pereduksi dan senyawa–senyawa yang tidak kompatibel dengannya (Khrisnan, 2010).

  Diantara berbagai tipe inisiator, peroksida (ROOR) dan hidroperoksida (ROOH) merupakan jenis yang paling banyak digunakan. Mereka tidak stabil dengan panas dan terurai menjadi radikal-radikal pada suatu suhu dan laju yang tergantung pada strukturnya. Yang ideal, suatu inisiator peroksida mestilah relatif stabil pada suhu pemrosesan polimer untuk menjamin laju reaksi yang layak (Stevens, 2001).

2.7 DIVINIL BENZENE ( DVB)

  Divinil benzene berubah – ubah secara ekstrim zat crosslinking (ikat silang) yang sangat baik dan juga meningkatkan sifat – sifat polimer. Sebagai contoh, divinil benzene banyak digunakan pada pabrik adesif, plastik, elastomer, keramik, material biologis, mantel, katalis, membran, perlatan farmasi, khususnya polimer dan resin penukar ion (Hafizullah, A. 2010).

  o

  Rumus molekul divinil benzene C

  10 H 10 , titik didih 195

  C, tidak larut dalam

  o

  air dan larut dalam etanol dan eter dan titik nyala 76

  C. Ketika beraksi bersama-sama dengan stirena, divinil benzene dapat digunakan sebagai monomer reaktif dalam resin polyester. Stiren dan divinil benzene bereaksi secara bersam-sama menghasilkan kopolimer stirena dvinil benzene (James, 2005).