IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN KERINCI ARTIKEL

  

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP

KINERJA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN KERINCI

ARTIKEL

MENRA HUSNADI

NPM. 1010018312062

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

  

2016

  

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP

  1

  1

  2 Menra Husnad , Bahrul Hanif , Indra Yurmansyah

  1 Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta,

  2 Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT

  In an effort to implement safety systems work effectively and efficiently takes the safety of good management concepts to identify and analyze the causes of the occurrence of irregularities or accidents that have an impact on job performance. If an organization fails to manage the causes of the decline in performance due to the high number of accidents is certainly an organization may experience a loss. Therefore, in SMK3, safety management a major focus of preventive measures or at least reduce (mitigation) safety threat. This research aims to determine the factors that affect the implementation of the safety management system of work on the construction project and how the influence of these factors in the implementation of the system of safety management on the performance of construction projects that are measured in the parameter of time efficiency, cost efficiency, improved work quality and increased activity work. By using several analytical approach, the obtained results that the factors that affect the implementation of safety management systems in construction projects especially in Kerinci district consists of efficiency time, cost efficiency, and increase in work activities. There is a very significant influence among efficiency time, cost efficiency, improved quality of the work and an increase in work activities on the performance of safety management systems. Accumulated effect that seen from the coefficient determinant for the following 56% effect caused by the ability to manage time to achieve better efficiency, 77.3% influence posed by the ability to manage costs and 83.3% influence posed by the ability to increase activity work more effectively and efficiently.

  Keywords: SMK3, Efficiency Time, Cost and Quality Improvement Work

  finansial sebesar 1.25 triliun USD. Di

  Seiring dengan perkembangan industri di periode 2007-2010 terjadi lebih dari 315 ribu Indonesia, masalah kecelakaan kerja yang kecelakaan kerja, 5112 kematian, 512 cacat menimbulkan kerugian materi dan tenaga tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 diperkirakan akan terus meningkat. Di milyar. Menurut Hinsa Siahaan (2007) negara maju studi tentang risiko kecelakaan kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian kerja banyak dilakukan dan dipublikasikan. langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal Namun di Indonesia penelitian risiko yang aktif sebagai pekerja Jamsostek. Di kecelakaan kerja relatif jarang dilakukan. lingkungan konstruksi atau khususnya Riset yang dilakukan badan dunia perusahaan yang menyediakan jasa

  

International Labour Organization (ILO) konstruksi, kejadian kecelakaan kerja

  menghasilkan kesimpulan bahwa setiap ataupun kerusakan fasilitas sangat tinggi tahun terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 frekuensinya dan sangat besar kerugiannya. juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, Morgan Moroney dalam tulisannya pada The kematian 2,2 juta orang serta kerugian Risk Management and Construction mengatakan, dunia industri konstruksi hampir tidak pernah memikirkan keselamatan kerja, padahal angka kecelakaan bahkan kematian di industri tersebut sangat tinggi dibandingkan dengan industri jenis lainnya. Merujuk kepada kondisi dan pendapat ahli berkenaan dengan kondisi tersebut, tentunya sangat dimungkinkan industri jasa konstruksi khususnya yang ada di Kabupaten Kerinci mulai menyusun langkah-langkah antisipatif, salah satunya dengan memperbaiki sistem manajemen keselamatan kerja berbasis resiko. Peluang ini juga dikuatkan dengan fakta lapangan yang berhasil dikumpulkan dari tiga tahun terakhir (2011 s/d 2013) yang menyimpulkan bahwa hampir 25% pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja pada proyek konstruksi khususnya di Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berimplikasi pada efisiensinsi waktu, biaya dan kualitas hasil kerja (fakta ini dirumuskan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang pihak yang mewakil pihak Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci diantaranya Nasrul, S.T., M.T, Maya Novembri Handayani, S.T dan Anto, S.T., M.T). Dalam usaha menerapkan sistem keselamatan kerja yang efektif dan efisien dibutuhkan konsep manajemen keselematan yang baik untuk mengidentifikasi dan menganalisa penyebab terjadinya penyimpangan ataupun kecelakaan kerja yang berdampak pada performansi pekerjaan. Jika suatu organisasi gagal mengelola faktor penyebab terjadinya penurunan performansi oleh karena angka kecelakaan kerja yang tinggi tentunya organisasi dapat mengalami kerugian. Oleh karena itu, dalam SMK3, manajemen keselamatan kerja menjadi fokus utama dalam tindakan pencegahan atau paling tidak mereduksi (mitigasi) ancaman keselamatan kerja. Tujuannya adalah agar dapat mengurangi kerugian dengan harapan dapat tercapai Zero Accident atau tidak pernah terjadi kecelakaan di tempat kerja.

  Menurut The Australian/New Zealand Standard for Risk (AS/NZS 4360), risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan mempengaruhi obyek, dan hal ini diukur dengan frekuensi dan konsekuensi.

  Sedangkan manajamen risiko adalah sebuah proses dan struktur yang diarahkan menuju manajemen yang efektif. Pengelolaan risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan (probability) munculnya risiko dan mengurangi keseriusan (severity) konsekuensi risiko tersebut. Manajemen Risiko, pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini : Indentifikasi risiko, Evaluasi dan pengukuran risiko dan Pengelolaan risiko. Penelitian ini mengikuti konsep manajemen risiko dengan mengembangkan hasil internal safety audit yang telah dilakukan sebelumnya, untuk mengidentifikasi dan menganalisa risiko pada perusahaan Konstruksi yang ada di Kabupaten Kerinci. Kemudian untuk mengukur sejauhmana pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dilakukan melalui teknik scoring yang mengacu pada hasil NGT

  (Nominal Group Technique) , dan dilakukan

  analisa dengan menggunakan pareto chart dalam menentukan prioritas penanganan risiko serta menghitung perkiraan biaya yang diperlukan dalam penanganan risiko tersebut.

  Pertanyaan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat disusun beberapa hal yang menjadi pertanyaan penelitian, antara lain:

  • Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja pada proyek konstruksi?
  • Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja terhadap kinerja proyek konstruksi yang diukur dalam
  • Kondisi/ keadaan lingkungan kerja yang tidak selamat (unsafe condition)

  • Tindakan perbuatan yang tidak selamat
  • Sumber produksi diperiksa dan dipergunakan secara aman dan efisien
  • Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
  • Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan Pekerjaan

  Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling fatal. Kerugian tersebut meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Terdapat

  Penentuan Wilayah Penelitian

  Metoda penelitian yang digunakan untuk penelitian identifikasi faktor-faktor Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung di Kabupaten Kerinci ini adalah penelitian menggunakan desain studi kasus guna menjawab masalah secara detail. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini meliputi:

  Metodologi Penelitian

  Dalam analisis kecelakaan kerja, kedua faktor penyebab kecelakaan kerja tersebut disebut dengan gejala, yang berpotensi sebagai pemicu (trigger) terjadinya kecelakaan. Sedangkan akar masalahnya terdapat pada kebijakan manajemen (Management Policy), mengingat pimpinan perusahaan (istilah umum dikenal sebagai: Manajemen) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 1 tahun 1970) adalah penanggung jawab penyelenggaraan keselamatan kerja, maka dalam hal terjadi atau tidak terjadinya kecelakaan sangat tergantung sampai sejauh mana kesepakatan (commitment) manajemen dalam penerapan sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja (SMK3).

  (unsafe acts), dan

  2 (dua) faktor penyebab kecelakaan kerja, yaitu:

  Kecelakaan Kerja

  biaya, peningkatan kualitas kerja dan peningkatan kegiatan kerja?

  Keselamatan kerja adalah: keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara- cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja memiliki tujuan pencapaian ”Zero Accident” ataupun nihil kecelakaan dalam menjamin:

  Keselamatan Kerja

  2. Mengetahui bagaimanakah pengaruh faktor-faktor dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja terhadap kinerja proyek konstruksi yang diukur dalam parameter efisiensi waktu, efisiensi biaya, peningkatan kualitas kerja dan peningkatan kegiatan kerja?.

  1. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja pada proyek konstruksi?

  Penelitian ini bertujuan untuk :

  Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Kabupaten Kerinci pada proyek konstruksi Bangunan Gedung Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dengan domain waktu data rujukan adalah sepanjang lima tahun terakhir mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2015.

  Penentuan Populasi dan Penentuan Sampel

  5 Civil Engineer

  4

  2 PPTK

  8

  3 General Superintendent

  8

  4 Site Engineer

  16

  19

  No Jabatan Jumlah

  6 Konsultan Pengawas

  20

  7 Konsultan Perencana

  5

  80 Sumber : Hasil Perhitungan, 2016 Identifikasi Faktor dan Variabel Penelitian

  Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada bagian terdahulu, maka tahap terpenting yang harus dilaksanakan didalam penelitian ini adalah merumuskan faktor dan variabel yang akan digunakan sebagai dimensi operasional dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Rumusan faktor dan variabel diperoleh melalui kajian mendalam terhadap beberapa sumber referensi terkait yang diperoleh melalui hasil penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) khususnya dengan objek kasus pada bangunan gedung di Indonesia sudah dimulai semenjak tahun 2001 antara lain:

  1. Agung Irawan, (2001) Pengaruh Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Gedung Di Wilayah Jabotabek, Universitas Indonesia.

  2. Herlina, (2010) SMK3 Pandangan Baru Pimpinan Untuk Mencapai Produktifitas Organisasi.

  1 PPK

  Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Jabatan

  Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh pihak yang terlibat dan kompeten pada pekerjaan bangunan gedung selama lima tahun terakhir. Pihak yang terlibat dan memiliki kompetensi sebagai populasi dibatasi pada jabatan sebagai berikut : PPK, PPTK, General Superintendent, Site Manager, Civil Engineer, Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. Jumlah populasi didalam penelitian ini berdasarkan data yang didapat adalah sebanyak 100 orang dengan rincian sebagai berikut:

  10

  Tabel 1

  Jumlah Populasi Berdasarkan Klasifikasi Jabatan

  No Jabatan Jumlah

  1 PPK

  4

  2 PPTK

  16

  3 General Superintendent

  4 Site Engineer

  Tabel 2

  16

  5 Civil Engineer

  16

  6 Konsultan Pengawas

  28

  7 Konsultan Perencana

  10 100

  Sumber : Bidang Cipta Karya DPU Kab. Kerinci, 2016 Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel (n) dapat ditentukan yaitu dengan menggunakan model perhitungan Slovin dengan formulas sebagai berikut: Dimana : n : Jumlah Sampel N : Ukuran Populasi d : derajak kesalahan (5%) Melalui formulasi ini, maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 80 orang dengan kriteria sebagai berikut:

  3. Lenggogeni, (2001), Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Kinerja Produktivitas Gedung Di Jakarta Dan Sekitarnya, Tabel 3 Universitas Indonesia. Rumusan Faktor dan Variabel Penelitian

  4. Eka Cempaka P, 2009, Pengembangan

  Faktor Variabel Notasi

  SMK3 di Indonesia, FK Universitas

  Pembentukan Indonesia, Jakarta.

  X1 Panitia Pembina K3

  5. Munthe, E.

  A, 2010. Gambaran

  Penyuluhan dan

  X2 Pengetahuan dan Tindakan Pekerja pada Penjelasan K3

  Bagian Produksi tentang Sistem

  Penyelenggaraan

  Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

  Pelatihan dan

  X3 pengarahan Kerja

  Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di

  Pemberian sangsi

  PT Socfindo Kebun Aek Pamienke

  apabila tidak

  Tahun 2010.FKM-USU Medan

  X4 menggunakan alat

  6. Suardi, R..2007. Sistem Manajemen dan

  keselamatan kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kesadaran Peranan

  Jakarta : PPM

  Pimpinan terhadap

  X5 Manajemen K3 Anggapan pimpinan

  Dari enam sumber referensi ini, maka

  bahwa biaya K3

  X6

  diperoleh beberapa faktor berikut variabel

  Mahal

  yang menjadi indicator untuk

  Anggapan pimpinan

  mendefinisikan faktor-faktor dari Sistem

  bahwa hasil K3 tidak

  X7 langsung dapat

  Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

  dinikmati

  Kerja (SMK3) yang akan dipakai didalam

  Anggapan pimpinan

  penelitian ini, adapun rumusan faktor dan

  bahwa K3

  X8

  variabel tersebut disajikan pada tabel 3

  menghambat proses dibawah ini. produksi Tersedianya peralatan

  X9 Keselamatan Kerja Tempat kerja yang X10 Kondisi dan aman dan Luas

  Lingkungan Peralatan kerja Fisik Kerja dalam kondisi layak X11 dan memadai Ketersediaan alat penanggulangan X12 kebakaran Kedisiplinan dalam menggunakan alat X13 pengaman Kesadaran Ketaatan terhadap akan X14 prosedur kerja Kualitas Pengalaman kerja Pekerjaan

  X15 yang memadai Ketertiban dalam X16 mengikuti Pelatihan

  Menurut Arikunto (2002) Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat pengumpul data karena instrumen Penentuan jumlah faktor yang ditentukan tersebut sudah baik. Dalam penelitian untuk mewakili variabel-variabel yang ini, uji reliabilitas dilakukan dengan akan dianalisis didasarkan pada besarnya menggunakan tekhnik Formula Alpha eigenvalue serta persentase total Cronbach dan dengan menggunakan variannya. Hanya faktor yang memiliki program SPSS 19.0 for windows. eigenvalue sama atau lebih besar dari Formulasi manual adalah sebagai satu yang dipertahankan dalm model berikut: analisis faktor, sedangkan yang lainnya 2 dikeluarkan dari model.

  b. Mendorong karyawan untuk tetap taat melaksanakan prosedur kerja c. Pengalaman kerja karyawan yang memadai sebagai wujud pemahaman terhadap K3

  Pengujian validitas didalam penelitian ini merupakan pengujian tentang suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen yang terbentuk dari beberapa variabel SMK3. 2) Uji Reliabilitas Instrumen

  Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Uji Validitas Variabel

  Pengujian Kesesuaian Faktor dan Variabel Penelitian Dengan Objek Kasus di Kabupaten Kerinci

  Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner dengan pilihan jawaban berupa skala. Skala yang digunakan adalah skala likert. Skala ini berinterasi 1-5 dengan pilihan jawaban sebagai berikut : 1) Sangat Tidak Penting 2) Tidak Penting 3) Kurang Penting 4) Penting 5) Sangat Penting

  Mendefinisikan Teknik Pengukuran variabel

  d. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan secara terjadwal dan adil.

  a. Mendorong karyawan untuk selalu disiplin menggunakan Alat pelindung diri

  • Peranan Manajemen Beberapa hal yang menjadi indicator untuk peranan manajemen ini didalam pelaksanaan SMK3 adalah sebagai berikut: 1) Adanya upaya untuk membentuk
  • Kondisi Lingkungan Kerja Untuk mempermudah pemahaman tentang lingkungan fisik kerja ini, maka pada penelitian ini dirumuskan beberapa indicator, antara lain: 1) Ketersediaan peralatan K3 yang memadai

  2) Lingkungan fisik kerja yang memadai (luas dan aman) 3) Peralatan kerja dalam kondisi layak dan memadai 4) Ketersediaan alat penanggulangan kebakaran

  7) Anggapan pimpinan bahwa hasil K3 tidak langsung dapat dinikmati 8) Anggapan pimpinan bahwa K3 menghambat proses produksi

  6) Anggapan pimpinan bahwa biaya K3 Mahal

  K3 5) Pemberian sangsi apabils tidak menggunakan alat keselamatan kerja

  Pembinaan K3 4) Pemahaman dari Pimpinan tentang

  Panitia (PIC) SMK3 2) Penyelenggaraan Penyuluhan SMK3 yang terpadu 3) Penyelenggaraan Pelatihan dan

  Secara sederhana berikut disajikan hasil interpretasi penulis terhadap faktor dan variabel yang akan digunakan.

  • Faktor Kesadaran Karyawan dan Kualitas Pekerjaan Faktor ketiga yang selama ini juga terkait dengan kondisi di Kabupaten Kerinci adalah kesadaran karyawan terhadap K3 dan kaitannya dengan kualitas pekerjaan. Indikator yang dipakai adalah sebagai berikut:

  kS j  ∑

  1

  α = − 2

  Rotasi faktor

  k

  1 S x

  Hasil dari ekstraksi faktor dalam matriks

  −  

  Keterangan :

  faktor mengidentifikasikan hubungan

  α = koefisien reliabilitas alpha

  antar faktor dan variabel individual,

  k = jumlah item

  namun dalam faktor-faktor tersebut

  Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total

  banyak variabel yang berkorelasi

  Indikator pengukuran reliabilitas menurut

  sehingga sulit diinterpretasikan. Melalui

  Sekaran (2000) yang membagi tingkatan

  rotasi faktor matriks, faktor matriks

  reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :

  ditransformasikan ke dalam matriks yang

  • 0,8-1,0 = Reliabilitas baik lebih sederhana sehingga mudah

  0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

  • diinterpretasikan.
  • Interpretasi faktor
  • kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang Interpretasi faktor dilakukan dengan baik mengklasifikasikan variabel yang mempunyai factor loading minimum 0,4 sedangkan variabel dengan faktor loading

  Pendefinisian Faktor dan Variabel SMK3 kurang dari 0,4 dikeluarkan dari model.

  Pendefinisian faktor dan variabel SMK3

  • Model Fit (ketepatan model) pada penelitian ini dilakukan dengan

  Tahap akhir dari ananlisis faktor adalah menggunakan analisis faktor (confirmatory mengetahui ketepatan dalam memilih factor analysis) dengan tahapan sebagai teknik analisis faktor antara principal berikut: component analysis dan maximum

  • Menguji ketepatan dalam model faktor likelihood dengan melihat jumlah

  Untuk menguji ketepatan dalam model residual (perbedaan) antara korelasi yang faktor, uji statistik yang digunakan diamati dengan korelasi yang diproduksi. adalah barletts test sphericity dan Kiser-

  Semakin kecil persentase nilai residual Mayer-Olkin (KMO) untuk mengetahui

  (dalam hal ini adalah nilai root mean kecukupan sampelnya. Kriteria dan square error = RMSE), maka semakin parameter Nilai KMO adalah sebesar 0,9 tepat penentuan faktor yang terbentuk adalah baik sekali, Nilai KMO sebesar

  0,8 adalah baik, Nilai KMO sebesar 0,7

  Pengujian Pengaruh SMK3 Terhadap

  adalah sedang/agak baik, Nilai KMO

  Kinerja Proyek

  sebesar 0,6 adalah cukup, Nilai KMO Pengujian pengaruh ini dilakukan dengan sebesar 0,5 adalah kurang dan Nilai menggunakan persamaan regresi berganda

  KMO sebesar < 0,5 adalah ditolak (multiple regression) melalui pemanfaat

  • Penentuan jumlah faktor

  SPSS for windows 19. Input yang akan atau hasil akhr dari tahap analisis faktor.

  Literatur Review Untuk Mendefinisikan

  Pada pembahasan regresi ditetapkan ada dua

  Faktor dan Variabel

  variabel yang akan diuji, yaitu :

  Penelitian

  • Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas didalam penelitian ini

  Uji Validitas dan

  adalah variabel yang didapat dari hasil

  Reliabilitas

  perhitungan analisis faktor. Jumlah

  Untuk Memastikan

  variabel bebas bergantung dari berapa Kecocokan Faktor dan

  Variabel yang akan

  banyak faktor yang terbentuk pada

  digunakan analisis faktor ditahap sebelumnya.

  • Variabel Terikat (Dependen Variabel) Variabel terikat didalam penelitian ini

  Analisis Faktor Analisis Regresi

  adalah variabel yang besarannya sangat

  (untuk menjawab (untuk menjawab tujuan penelitian 1) tujuan penelitian 2)

  bergantung dari variabel bebas, yaitu kinerja proyek konstruksi bangunan

  Gambar 1

  gedung yang diukur dari 4 indikator, Skema Pembahasan dalam Penelitian yaitu : Efisiensi Waktu, Efisiensi Biaya,

  Peningkatan Kualitas Kerja dan

  Analisa Faktor Peningkatan Kerja.

  Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

  1. Pengujian Tahap 1 disajikan pada tabel Adapun langkah-langkah perhitungan yang dibawah ini. akan dilakukan didalam tahap ini meliputi:

  Tabel 5

  • Penentuan Nilai Koefisien Regresi Hasil KMO dan Bartlett’s Test Tahap 1

  Untuk menganalisis besarnya hubungan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of dan pengaruh variabel independen yang

  0,750 Sampling Adequacy jumlahnya lebih dari satu dikenal dengan Bartlett's Test of Approx. anlisis regresi berganda. Bentuk

  885.288 Sphericity Chi-Square persamaan regresi dengan dua variabel

  Df 120 independen adalah : Sig. 0,000

  Y = a + b

  1 X 1 + b

  2 X

  2 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

  Dimana : Y = Kinerja Proyek Konstruksi

  Pada tabel tersebut diatas, terlihat bahwa a = konstanta pengujian faktor yang dilakukan sudah b1,b2,b3 = koefisien kemiringan sangat memadai untuk menjelaskan x1,x2,x3 = independent variabel ketepatan model faktor untuk 16 variabel

  (SMK3) yang di ketahui. Secara statistic kriteria dan parameter Nilai KMO yang didapat

  Koefisien Determinasi (R ) adalah masuk pada kategori sedang dan Digunakan untuk menjelaskan seberapa kondisi ini dapat diterima untuk besar kontribusi variabel independen (X

  • 2

  1

  dilanjutkan pada tahapan berikutnya dan X ) terhadap variabel dependent (Y).

  2

  yaitu menentukan apakah masing-masing Secara skematik, tahapan pengolahan data variable sudah layak dikelompokkan yang dilakukan disajikan kedalam gambar kedalam faktor yang akan dibentuk. dibawah ini.

  Layak tidaknya variabel tersebut terlihat dari nilai MSA (Measures of Sampling

  Adequacy ) pada tabel anti-image matrix.

  Ketentuan standar secara statistic variabel yang dinyatakan layak untuk dikelompokkan jika variabel tersebut memiliki nilai MSA > 0.5 dan sebaliknya variabel dengan nilai MSA < 0.5 tidak lagi dapat digunakan pada tahap selanjutnya. Ketika pengujian MSA masih berada dibawah 0,5 maka analisis faktor perlu diulang kembali untuk mendapatkan ketepatan model faktor. Untuk pengujian faktor tahap pertama ini didapatkan tiga (3) variabel dengan nilai MSA kecil dari 0.5, yaitu X5, X6 dan X7 dengan nilai MSA masing-masing adalah 0.310, 0.450 dan 0.350. Sampai pada tahap uji ini, disimpulkan bahwa analisis faktor tidak lagi dapat dilanjutkan karena masig terdapat variabel dengan nilai MSA dibawah standar normative, oleh sebab itu perlu dilakukan pengujuan ketepatan model faktor tahap kedua. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut:

  Tabel 6

  Hasil KMO dan Bartlett’s Test Tahap 2 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy

  0,849 Bartlett's Test of Sphericity Approx.

  Chi-Square 452.545

  Df

  78 Sig. 0,000 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016 Hasil pengujian ketepatan model faktor berdasarkan nilai KMO pada tahap kedua ini menyimpulkan bahwa 13 variabel yang tersisa dengan nilai MSA > 0.5 layak dan tepat untuk dikelompokkan kedalam beberapa faktor nantinya. Selanjutnya setelah didapatkan nilai KMO maka perlu dilakukan lagi penyortiran variabel yang layak berdasarkan nilai MSA yang terbentuk. tahap kedua ini didapatkan satu (1) variabel dengan nilai MSA < 0,5, yaitu X8 dengan nilai 0.451. Dari hasil yang didapatkan maka tahap kedua pengujian ketepatan faktor juga tidak bisa diteruskan karena masih terdapat variabel dengan nilai MSA dibawah standar normative. Oleh sebab itu pengujian faktor tahap ketiga diperlukan dengan mengabaikan X8 sehingga sisa variabel yang dipakai berjumlah 12 buah variabel.

  Tabel 7

  Hasil KMO dan Bartlett’s Test Tahap 3 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy

  0,864 Bartlett's Test of Sphericity Approx.

  Chi-Square 77.261

  Df

  66 Sig. 0,162 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016 Sama halnya dengan pengujian pada tahap sebelumnya, hasil ringkasan pengolahan data seperti sajian tabel 6 menyimpulkan bahwa 12 variabel yang tersisa memadai untuk dikelompokkan kedalam beberapa faktor nantinya, namun tentunya setelah 12 variabel ini juga memiliki nilai MSA > 0.5. Nilai MSA dari tabel anti-image matrix yang didapatkan kemudian menetapkan bahwa X10, X15 dan X16 dengan nilai berturut- turut adalah 0.364, 0.375 dan 0.474, sehingga diperlukan analisis faktor tahap berikutnya. Hasil nilai KMO tahap ke empat ini disajikan pada tabel dibawah ini.

  Tabel 8

  0,853 Bartlett's Test of Sphericity Approx.

  1

  Component

  Pengelompokkan Variabel Kedalam 2 Faktor Berdasarkan Nilai Loading Factor

  Tabel 10

  Setelah didapatkan jumlah faktor yang terbentuk selanjutnya dilakukan interpretasi faktor dengan kriteria nilai factor loading minimum 0,4 yang akan dimasukkan pada salah satu faktor yang lebih besar. Adapun hasil nilai loading faktor disajikan pada tabel dibawah ini.

  9 (Sembilan) layak dan memadai untuk dikelompokkan kedalam faktor karena nilai KMO yang didapat sebesar 0,864 dan lebih besar dari 0,50. Sebelum sisa dipastikan kembali nilai MSA masing- masing variabel. Hasil yang didapat pada tahap kelima ini menyimpulkan bahwa sisa variabel setelah melalui pengujian ketepatan model faktor dengan standar nilai KMO dan MSA dapat dilanjutkan untuk dikelompokkan kedalam beberapa faktor yang terbentuk berdasarkan berdasarkan nilai eigenvalue sama atau lebih besar dari satu. Penentuan jumlah faktor mewakili variabel-variabel yang akan dianalisis didasarkan pada besarnya eigenvalue serta persentase total variannya. Informasi hasil analisis memperlihatkan bahwa jumlah faktor yang terbentuk adalah sebanyak dua buah faktor yang didasari dari nilai eigen value yang bernilai lebih besar dari satu yaitu 1.218 untuk faktor pertama dan 1.023 untuk faktor kedua dengan total variansi yang ditimbulkan sebesar 68.725%. Kondisi nilai ini sangat memadai secara statistic dan secara jelas sudah dapat disimpulkan bahwa hanya ada dua faktor dari dimensi SMK3 ini yang memiliki pengaruh signifikan pada capaian kinerja proyek konstruksi di Kabupaten Kerinci.

  15 Sig. 0.446 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016 Tabel 9 diatas menyimpulkan bahwa variabel yang tersisa sebanyak

  Df

  Chi-Square 15.072

  Hasil KMO dan Bartlett’s Test Tahap 5 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy

  Hasil KMO dan Bartlett’s Test Tahap 4 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy

  Tabel 9

  variabel memiliki nilai MSA kecil dari 0.5 diantaranya yaitu X2=0.449, X1=0.449 dan X13=0.486, selanjutnya variabel ini tidak digunakan pada tahapan selanjutnya. Oleh karena masih terdapat variabel dengan nilai MSA kecil dari 0.5 maka analisis faktor dilanjutkan pada tahap berikutnya dengan hasil sebagai berikut.

  Adequacy ) yang lebih dari 0,5. Dari tabel anti-image matrix didapatkan tiga

  untuk menentukan nilai MSA (Measures of Sampling

  anti-image matrix

  36 Sig. 0,162 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016 Pada tabel 8 terlihat bahwa nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) tahap pengujian keempat lebih besar dari 0.5 yaitu 0,85 berarti analisa faktor dapat dilanjutkan. Proses selanjutnya adalah melihat tabel

  Df

  Chi-Square 35.629

  0,850 Bartlett's Test of Sphericity Approx.

  2 X1 0.423 0.089 X3 0.569 0.256 X4 0.777 0.043 X9 0.367 0.648 X12 0.001 0.681 X14 0.242 0.656 bahwa tercapai tidaknya output pekerjaan selama ini ditentukan oleh 30% F1 dan 19.8% F2, kedua faktor ini memiliki pengaruh positif terhadap capaian kualitas pekerjaan meskipun pengaruh yang ditimbulkan oleh F2 tidak signifikan

  2 Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan

  bahwa tercapai tidaknya efisiensi waktu penyelesaiaan pekerjaan selama ini ditentukan oleh 31.1% F1 dan 29.2% F2, kedua faktor ini memiliki pengaruh positif terhadap capaian efisiensi waktu, artinya semakian baik pengelolaan F1 dan F2 didalam implementasi SMK3 maka akan semakin efisien juga waktu penyelesaian pekerjaan.

  Y4 (peningkatan output kerja) = 2.450 + 0.300 F 1 + 0.198 F

  bahwa tercapai tidaknya kualitas pekerjaan selama ini ditentukan oleh 13.6% F1 dan 25.2% F2, kedua faktor ini memiliki pengaruh positif terhadap capaian kualitas pekerjaan meskipun pengaruh yang ditimbulkan oleh F1 tidak signifikan.

  2 Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan

  1 + 0.252 F

  Y3 (kualitas pekerjaan) = 1.638 + 0.136 F

  bahwa tercapai tidaknya efisiensi biaya penyelesaiaan pekerjaan selama ini ditentukan oleh 41.1% F1 dan 21.0% F2, kedua faktor ini memiliki pengaruh positif terhadap capaian efisiensi biaya, artinya semakin baik pengelolaan F1 dan F2 didalam implementasi SMK3 maka akan semakin efisien juga biaya pelaksanaan pekerjaan.

  2 Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan

  Y2 (efisiensi biaya) = 1.338 + 0.411 F 1 + 0.210 F

  2 Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan

  Y1 (efisiensi waktu) = 1.175 + 0.311 F 1 + 0.292 F

  • Faktor 2 (F2) Faktor ini juga dijelaskan oleh tiga variabel yaitu : X9 = Tersedianya peralatan Keselamatan Kerja X12 = Ketersediaan alat penanggulangan kebakaran X14 = Ketaatan terhadap prosedur

  Hasil analisa regresi pada setiap indicator kinerja dan SMK3 disajikan sebagai berikut:

  peralatan k3 serta ketaatan karyawan Analisa Regresi

  indicator yang sama dengan penelitian sebelumnya.

  manajemen karena memiliki

  kerja Adapun penamaan faktor berdasarkan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

  10 diatas menyimpulan bahwa masing-masing faktor akan ditentukan oleh masing- masing variabel berdasarkan nilai loading faktor yang didapat. Hasil pengelompokkan adalah sebagai berikut:

  Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016 Hasil pengolahan data yang didapat seperti informasi tabel

  • Faktor 1 (F1) Faktor ini akan dijelaskan oleh tiga variabel yaitu X1, X3 dan X4 yaitu : X1 = Pembentukan Panitia Pembina K3 X3 = Penyelenggaraan Pelatihan dan pengarahan Kerja X4 = Pemberian sangsi apabila tidak menggunakan alat keselamatan kerja
  • Faktor 1 Faktor ini diberi nama peranan
  • Faktor 2 Faktor ini diberi nama ketersedian

  Validasi Model Multikolinearitas

  Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas saling berkorelasi atau tidak. Karena model regresi yang bagus adalah jika variabel bebasnya tidak saling berkolerasi. Pengujian ini hanya dilakukan dengan menentukan nilai

  VIF ( variance inflation factor), jika

  didapatkan nilai VIF kecil dari 10 maka disimpulkan persamaan regresi ataupun hubungan antara SMK3 dengan kinerja dapat diterima dan tidak terdapat hubungan

  multikolinieritas. Hasil olahan SPSS yang sudah disederhanakan menyimpulkan bahwa Nilai Tolerance > 0,10, Nilai VIF < 10.

  Auto Korelasi

  Uji Durbin-Watson digunakan untuk mengetahui apakah ada autokorelasi dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui autokorelasi pada suatu model nilai Durbin Watson harus lebih besar dari nilai du dan lebih kecil dari 4-du (du < D < 4-du). Untuk k = 3 dan n = 11, nilai batas atas (du) = 1,650. Hasil penilaian yang diperoleh untuk pengujian Durbin Watson = 1,790 lebih besar dari du =1,650 dan lebih kecil dari 4-du = 2,350, maka tidak ada autokorelasi pada model.

  • Pencapaian kinerja pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan gedung di Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh dua faktor dari SMK3 yaitu peranan manajemen (F1) dan ketersedian peralatan K3 serta ketaatan karyawan (F2), masing-masing faktor memiliki tiga dimensi indicator/variabel.
  • Terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara dua faktor SMK3 terhadap capaian efisiensi waktu, efisiensi biaya, sementara untuk peningkatan kualitas hasil kerja dan peningkatan kegiatan kerja masing- masingnya hanya dipengaruhi oleh satu faktor SMK3 secara signifikan, yaitu faktor ketersedian peralatan k3 serta ketaatan karyawan untuk Ukuran Kualitas dan peranan manajemen untuk capaian output pekerjaan.

  Pembahasan Faktor SMK3

  Penelusuran faktor-faktor SMK3 yang dinilai memiliki pengaruh signifikan pada capaian empat indicator kinerja pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan gedung khususnya di Kabupaten Kerinci menyimpulkan hanya terdapat dua buah faktor yang menentukan, yaitu Faktor Peranan Manajemen dan Faktor ketersedian peralatan K3 serta ketaatan karyawan. Jika dibandingkan dengan penelitian relevan yang pernah dilaksanakan seperti penjelasan pada bab dua dan tiga terlihat ada perbedaan hasil yang didapat. Pada penelitian terdahulu

  3 faktor dengan jumlah indicator sebanyak 16 buah secara bersama-sama mempengaruhi keberhasilan pekerjaan, sementara di Kabupaten Kerinci kinerja pelaksanaan pekerjaan hanya dipengaruhi oleh dua faktor dengan Sembilan variabel. Untuk beberapa indicator seperti kualitas pekerjaan dan peningkatan output pekerjaan pengaruh F1 dan F2 tidak sejalan karena nilai signifikansi yang disyaratkan tidak mencapai standar minimal statistic (berdasarkan hasil uji t dengan level signifikansi 5%)

  Penutup

  Bagian akhir dari penelitian ini akan memberikan informasi tentang kesimpulan yang diperoleh terkait dengan pertanyaan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bagian awal penelitian. Hal-hal yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut:

  Sementara saran-saran yang bisa diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut;

  1. Sebaiknya seluruh pemangku kepentingan melakukan perbaikan pada 2 melaksanakan sosialisasi kepada seluruh pihak tentang pentingnya SMK3 didalam pencapaian kinerja organisasi

  2. Sebaiknya pelaksanaan perbaikan nantinya perlu diperhatikan prioritas penanganannya berdasarkan nilai koefisien determinan yang diperoleh pada masing-masing faktor.

  Management: from conceptual until solving problem, Engineering

  Industry Safety Measures, Cost Engineering Vo.39 No. 2. Widiatmoko, P, 1989, Keselamatan dan

  Jakarta : PPM Trreo N, Yates, J.K, 1997, Construction

  Suardi, R..2007. Sistem Manajemen dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

  Rahmat Tisnawan, (2002), Analisa Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Total Quality Management Pada PT.X Universitas Indonesia

  Munthe, E. A, 2010. Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Pekerja pada Bagian Produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010.FKM-USU Medan

  Kondisi Kerja Terhadap Kinerja Produktivitas Tenaga Kerja Pada Proyek Konstruksi Gedung Di Jakarta Dan Sekitarnya, Universitas Indonesia

  Psychologist”, American Psychologist, Vol. 5, No. 2. Lenggogeni, Teknik Sipil, 2001 Pengaruh

  “Human Resources Planning: Challenges for Industrial/Organizational

  Education Australia. Jackson, Susan E., Schuler, Randall S., 1999,

  Institution of Engineers, 1999, Project

  Daftar Pustaka

  Herlina, 2010, “SMK3 Pandangan Baru Pimpinan Untuk Mencapai Produktifitas Organisasi”, Orasi Ilmiah UI, Jakarta

  Endroyo, B, 1989, Keselamatan Kerja Untuk Teknik Bangunan, IKIP Semarang Press, Semarang

  SMK3 di Indonesia, FK Universitas Indonesia, Jakarta

  Penerbit Erlangga. Jakarta Eka Cempaka P, 2009, Pengembangan

  Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Donald S. Boyd C.P.Jr, 1993, Manajemen Konstruksi Profesional. Edisi Kedua.

  Boediono dan Koster, W. 2001. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas.

  Bambang, R, 2004. Industrial Health. Safety & Environment. Modul Program Profesi Insiyur, PII. Cabang Semarang.

  AM Sugeng Budiono, 2007, Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Undip, Semarang

  Agung Irawan, (2001) Pengaruh Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Gedung Di Wilayah Jabotabek, Universitas Indonesia

  Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan, Modul III-IMPI, GPME, Istitut Manajemen Proteksi Indonesia, Jakarta