KAJIAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN METODA RISK BREAKDOWN STRUCTURE ANALYTHICAL HIERARCHY PROCESS

  

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN

METODA RISK BREAKDOWN STRUCTURE & ANALYTHICAL

HIERARCHY PROCESS

  (Studi Kasus : Proyek Jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat)

  

ARTIKEL

EFRIZON

NPM. 1210018312002

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2014

  

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN

METODA RISK BREAKDOWN STRUCTURE & ANALYTHICAL

HIERARCHY PROCESS

  (Studi Kasus : Proyek Jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat)

  1

  2

  3 1 Efrizon , Zaidir , M. Nursyaifi Yulius 2 Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Bung Hatta, Jurusan Teknik Sipil, FT- 3 Universitas Andalas, Jurusan Teknik Industri, FTI-Universitas Bung Hatta

  

Abstrak

  Penelitian ini ditujukan untuk menjawab tiga hal utama terkait dengan permasalahan risiko pada pekerjaan perencanaan hingga pelaksanaan jalan, diantaranya: pertama mengetahui secara pasti risiko yang muncul dari masing-masing stakeholders, kedua menentukan parameter risiko pada masing-masing sumber risiko dengan menggunakan pendekatan risk breakdown structure dan analytical hierarchy process, dan ketiga mengetahui strategi respon risiko dari masing-masing stakeholders. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, penelitian ini menetapkan sepuluh orang pakar mewakili masing- masing unsur stakeholders yang dianggap mampu dan memiliki pengetahuan memadai tentang objek kasus yang diteliti. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan metoda risk breakdown structure dan analytical hierarchy process dapat disimpulkan bahwa pertimbangan faktor risiko masing-masing pihak adalah menurut kontraktor kontribusi risiko dari kriteria ekonomi adalah pertimbangan yang paling prioritas dengan bobot 40.3%, kriteria konstruksi sebesar 30.9% dan kriteria hukum dan kontrak sebesar 28.8%. Sementara menurut owner risiko prioritas ekonomi juga merupakan kriteria dominan sebesar ekonomi 36.8%, risiko konstruksi 31.8% dan hukum dan kontrak sebesar 31.4%. Sedangkan menurut persepsi konsultan, kriteria ekonomi memiliki bobot sebesar 41%, hukum dan kontrak sebesar 31% dan kriteria konstruksi sebesar 28%. Untuk mencegah dampak risiko yang akan timbul, masing- masing stakeholders memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam mensiasati tingkat kepentingan pencegahannya yang didasari dari adanya kemungkinan perubahan situasi masa akan datang baik yang berasal dari internal ataupun eksternal. Masing- masing stakeholders akan menyusun strategi respon risiko dengan batas sensitifitas pada rentang 5% pada setiap kemungkinan perubahan penyebab risiko di setiap stakeholders

  Kata Kunci : Manajemen Risiko, Dampak Risiko, Stakeholders, Sensitifitas Risiko memiliki peluang dari banyak aspek.

1. PENDAHULUAN Didalam pelaksanaannya, pemerintah

  Rencana induk Percepatan dan telah menyusun kerangka pembangunan Perluasan Pembangunan Ekonomi nasional yang dapat digunakan sebagai Indonesia menjelaskan bahwa pada acuan bagi seluruh pemangku dasarnya Indonesia memiliki potensi, kepentingan, salah satunya adalah ketangguhan dan keunggulan, yang MP3EI. Pada gilirannya kesejahteraan terbukti dari selamatnya Indonesia masyarakat Indonesia juga menjadi lebih melewati periode resesi ekonomi global. baik, bergerak menuju masyarakat yang Selain itu, Indonesia oleh kalangan adil dalam kemakmuran. Salah satu yang pengamat ekonomi dunia dinilai akan menjadi isu didalam MP3EI tersebut menjadi kawasan ekonomi yang adalah pertumbuhan pembangunan infrastruktur. Adalah suatu hal yang umum bila mengkaitkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dengan pertumbuhan infrastruktur di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6% pada tahun 2008 lalu, tercatat sebagai salah satu yang tertinggi di dunia. Namun demikian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah. Data yang dilansir oleh World Economic

  Forum pada tahun 2008 menempatkan

  Indonesia pada posisi ke 86 dari 143 negara dalam hal kondisi infrastruktur. Meningkatnya pergerakan penduduk, terutama peningkatan pergerakan kendaraan bermotor akan berkorelasi dengan tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan jalan. Suatu hal yang harus dilaksanakan untuk pencapaian optimalisasi pembangunan jalan sebagai sarana utama kelancaran dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah pengelolaan pekerjaan mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan terutama yang terkait dengan kemampuan pengelolaan risiko yang akan terjadi pada masing-masing tahap. Risiko merupakan suatu konsekuensi dari kondisi yang tidak pasti. Dalam suatu proyek konstruksi ketidakpastiannya sangat besar karena tidak dapat diprediksi secara pasti berapa keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh. Karena hal inilah maka perlu adanya manajemen risiko dari awal proyek konstruksi, untuk mengurangi risiko dan dampak dari risiko yang mungkin akan terjadi. Dalam PMBOK Guide 3rd edition (2004), dipaparkan tahapan manajemen risiko, yaitu Risk Identification, Risk Analysis, Risk Response, Risk Monitoring and Control. Risiko dalam proyek konstruksi sebenarnya dipikul oleh banyak pihak yang terlibat dalam proyek. Pada umumnya risiko hanya diidentifikasi dari pihak owner dan kontraktor saja, padahal banyak pihak lain yang juga terlibat dalam proyek, seperi konsultan pengawas, konsultan perencana, dan masyarakat sekitar proyek. Penelitian tesis ini bertujuan untuk menganalisis risiko pada proyek peningkatan dan pembangunan jalan Manggopoh hingga Simpang Empat dari persepsi para stakeholders atau pemangku kepentingan dalam proyek terutama dari kontraktor, owner dan konsultan perencana. Analisis risiko ini akan dibahas baik dari segi ekonomi, teknis, sosial politik, dan lainnya. Persepsi risiko dari para stakeholders ini tidak akan sama karena perbedaan kepentingan dan cara pandangnya terhadap proyek.

  2. PERMASALAHAN

  salah satu cara mendorong pembangunan ekonomi secara nasional tentunya dengan mendorong terlaksananya pembangunan yang ada didaerah. Hal ini tentunya dapat dicapai melalui pembangunan infrastruktur yang handal. Pembangunan infrastruktur yang handal dapat dicapai jika pembangunan tersebut direncanakan dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan berbagai faktor risiko yang melekat pada pembangunan infrastruktur tersebut.

  Namun kenyataannya seringkali didalam kajian-kajian faktor risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tidak dipertimbangkan secara lebih mendalam dan hal ini akan berdampak kepada kegagalan proyek dimasa akan datang. Lemahnya pengelolaan risiko merupakan salah satu penyebab ketidak berhasilan proyek dalam memenuhi sasaran yang diinginkan.

  3. PERTANYAA PENELITIAN

  pelaksanaan proyek pembangunan jalan Manggopoh- Padang Sawah Simpang Empat

  5.2 Manajemen Risiko dalam Proyek Jalan

  Proyek konstruksi merupakan suatu hal yang unik, spesifik dan dinamik, maka setiap proyek memiliki identifikasi risikonya masing-masing, dan respon risiko yang berbeda-beda untuk meminimalisasi dampak risikonya. Donald S. Barie (1992) menganalisis risiko proyek pada proyek bangunan gedung di Indonesia dan mendapati bahwa risiko dapat berdampak tidak langsung terhadap jadwal pelaksanaan proyek. Kategori risiko dalam proyek konstruksi ini adalah risiko eksternal, risiko ekonomi dan finansial, risiko teknis dan kontrak, serta risiko manajerial.

  Soenarmo (2007) menjelaskan bahwa risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalisir dampaknya.

  5.1 Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi

  5. TINJAUAN LITERATUR

  3. Mengetahui strategi respon risiko dari masing-masing stakeholders yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat.

  breakdown structure dan analytical hierarchy process .

  2. Menentukan parameter risiko pada masing-masing sumber risiko berdasarkan pendekatan risk

  stakeholders dalam perencanaan dan

  Berdasarkan permasalahan yang ada didalam penelitian ini, selanjutnya dapat dirumuskan tiga hal yang harus dijawab secara mendalam, yaitu :

  1. Mengetahui secara pasti risiko yang muncul dari masing-masing

  Penelitian ini bertujuan untuk :

  4. TUJUAN PENELITIAN

  3. Bagaimanakah strategi yang dapat dilaksanakan terhadap respon risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan ruas jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat?

  pelaksanaan pembangunan jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat?

  stakeholders dalam perencanaan dan

  2. Parameter risiko apa saja yang harus diperhatikan oleh masing-masing

  1. Faktor-faktor risiko apa saja yang dipertimbangkan oleh masing- masing stakeholders dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jalan Manggopoh- Padang Sawah Simpang Empat?

  Pada dasarnya, manajemen risiko pada proyek jalan melalui beberapa tahap seperti identifikasi risiko, analisis risiko serta respon risiko. Yang membedakan di proyek jalan dengan proyek lainnya adalah pada risiko yang diidentifikasi. Risiko akan berbeda tergantung dari persepsi pemangku kepentingan pada proyek. Purnomo (2011) mengemukakan beberapa identifikasi risiko pada proyek jalan yang meliputi risiko karena faktor tanah,

  traffic , tarif, bunga, desain, pelaksanaan, dan pemeliharaan.

  Risiko muncul karena adanya ketidakpastian akan suatu peristiwa yang belum terjadi. Dalam suatu ketidakpastian itu, risiko akan selalu berbanding terbalik dengan keuntungan. Ketidakpastian biasanya dapat meningkatkan faktor risiko yang dapat dilihat dari berpotensi terjadinya suatu keadaan negatif yang tidak diinginkan dari suatu peristiwa. Banyak kasus dimana semakin besar kemungkinan risikonya, maka akan semakin besar juga kemungkinan keuntungannya. Tetapi ada pula beberapa kasus dimana tingkat risikonya kecil, tetapi kemungkinan keuntungannya besar. Kemampuan memandang risiko dan keuntungan seseorang tidak sama satu dengan yang lainnya, semua bergantung pada pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Menganalisis risiko merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah bisnis atau usaha. Dalam bidang konstruksi, risiko dapat dilihat dalam setiap aspek pekerjaan, seperti lokasi kerja, resources , atau jadwal pelaksanaan proyek. Analisis risiko bertujuan untuk mengetahui dari awal kemungkinan kerugian dan keuntungan yang ada.

  Gambar 1 Unsur Risiko

  5.4 Risk Management Planning

  Perencanaan yang hati-hati dan jelas akan menentukan kesuksesan lima proses manajemen risiko lainnya. Tahap ini merupakan proses untuk menentukan langkah-langkah dalam menyelesaikan risiko yang timbul dalam suatu proyek. Proses perencanaan ini penting dalam menentukan tingkat, tipe, dan visibilitas manajemen risiko apakah setara dengan risiko serta pentingnya proyek terhadap organisasi, untuk menyediakan sumber daya yang cukup, serta waktu untuk aktivitas manajemen risiko serta untuk menguatkan dasar pada persetujuan untuk mengevaluasi risiko. Perencanaan manajemen risiko menggambarkan bagaimana manajemen risiko disusun dan dilaksanakan dalam sebuah proyek.

  5.5 Risk Identification

  Langkah paling penting dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi risiko yang ada. Keseluruhan risiko harus teridentifikasi untuk dapat dianalisis dan diketahui respon risiko yang akan ditempuh, agar tidak berdampak negatif terhadap proyek. Para pengambil keputusan percaya bahwa keuntungan paling utama dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi disbanding daripada menganalisisnya. Menurut buku A Guide

  KEJADIAN AKIBAT KEMUNGKINAN

5.3 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko

  to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK), langkah yang

  dapat dilakukan dalam tahapan identifikasi risiko adalah Peninjauan Kembali Dokumen, Teknik Mengumpulkan Informasi, Analisis

  Checklist , Analisis Asumsi, dan Teknik Diagram.

  Penelitian ini diawali dengan mempelajari isu-isu strategis secara nasional terutama yang berkaitan dengan persoalan daya saing dan pertumbuhan ekonomi. Daya saing dan pertumbuhan ekonomi yang baik tentunya didukung oleh ketersediaan sarana prasarana yang memadai, seperti infrastruktur jalan.

  Tepat atau tidaknya sasaran pembangunan infrastruktur jalan ini tentunya didukung dengan proses perencanaan dan pelaksanaan yang mempertimbangkan seluruh kemungkinan risiko yang melekat sepanjang rangkaian aktivitas tersebut. Secara skematik, kerangka penelitian dapat dilihat seperti gambar dibawah ini Kecendrunagn Pertumbuhan Ekonomi yang lambat

  Dukungan Sarana Prasarana yang Memadai Jalan dan Jembatan Proses Perencanaan dan Pelaksanaan tidak didasari dari manajemen risiko yang baik dan benar Lemahnya Pemahaman dan Implementasi Manajemen Risiko Risk Breakdown Structure dan Analytical Hierarchy Process Gambar 2 : Kerangka Penelitian

  6.2 Obyek Penelitian

  Obyek penelitian ini adalah proyek pembangunan Ruas Jalan Nasional Manggopoh-Padang Sawah sepanjang 32 KM dan Ruas Jalan Padang Sawah- Simpang Empat sepanjang 40,693 dimulai. Dalam hal ini yang dianalisis adalah persepsi risiko dari para

  stakeholders yaitu kontraktor, owner,

  konsultan perencana. Perbedaan cara pandang para stakeholders terhadap proyek, mengakibatkan berbedanya pandangan terhadap risiko proyek. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tahapan seperti dijelaskan pada gambar 3 dibawah ini. MULAI

6. METODOLOGI PENELITIAN

6.1 Kerangka Pemikiran

  IDENTIFIKASI & RUMUSAN MASALAH Studi Literatur, Observasi Lapangan Research Question dan Tujuan Penelitian Identifikasi Variabel Risiko pada masing-masing sumber penyebab Lingkup dan Batasan Penelitian Penyusunan Instrumen Penelitian Responden Penelitian Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner Perhitungan Dampak, Tingkat, Kategori dan Rangking Analisis Respon dan Strategi Risiko SELESAI Analytical Hierarchy Process (AHP)

  Gambar 3 : Tahapan Penelitian

  6.3 Analisis Risk Breakdown Structure

  Risk breakdown structure dilakukan untuk menguraikan faktor-faktor risiko menjadi variabel-variabel yang lebih operasional hingga menetapkan strategi respon risiko pada masing-masing variabel. Selengkapnya tahapan ini dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

  Rumusan Faktor-Faktor Risiko Variabel-variabel risiko (Menurut Oberlender) berdasarkan faktor yang sudah Penjajakan Opini Pakar tentang diketahui (kusioner 1)

  7. PEMBAHASAN Pengukuran dampak risiko yang Validasi Melalui Pakar guna ditimbulkan oleh masing-masing mengukur konsistensi variabel

  7.1 Analisis Risiko dari Persepsi Risk frekuensi kejadian (kusioner 3) (kusioner 2) variabel risiko berdasarkan dengan faktor-faktor risiko Kontraktor dengan Metode Breakdown Structure Penentuan tingkat dan kategori Peringkat risiko berdasarkan Penentuan Rangking dan Identifikasi risiko dilakukan dengan kategori menurut Sonhadji, 2011 risiko berdasarkan standar urutan kategori masing-masing variabel risiko mengelompokkan frekuensi kejadikan risiko dan kemudian dikonversi kedalam Penentuan Strategi Respon Risiko berdasarkan Hartono dan Laksito standar kriteria risiko. Selanjutnya (2006) dilakukan penilaian dampak masing- masing variabel risiko berdasarkan skala

  nilai dampak sesuai standar. Setelah

  Gambar 4 : Tahapan Penentuan Strategi

  mendapatkan probabilitas dan dampak,

  Respon Risiko

  langkah selanjutnya adalah menghitung

6.4 Analisis Risiko

  tingkat risiko dengan mengalikan Setelah analisis melalui Risk probabilitas dan dampak risiko tersebut.

  Breakdown Structure selanjutnya risiko

  Analisis risiko dengan metode Risk dikelompokkan berdasarkan akar

  Breakdown Structure disajikan dalam

  permasalahannya ataupun berdasarkan tabel 1 di bawah ini. kategori yang dianggap penting dapat membantu meningkatkan efektivitas

  Tabel 1

  penaggulangan risiko. Untuk mengetahui

  Analisis Dampak dan Kategori Tingkat

  risiko mana yang paling berpotensi

  Risiko Berdasarkan Persepsi Kontraktor

  menyebabkan kegagalan pada proyek maka digunakan pendekatan matematis dengan metoda AHP (Analythical

  Hierarchy Process ) dengan tahapan

  seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 dibawah ini. Variabel risiko berdasarkan hasil Penyusunan Hirarki Risk Breakdown Structure Permasalahan nilai bobot dan konsistensi matrik telah dirumuskan expert choice guna mendapatkan antara variabe-variabel yang dengan menggunakan softaware nilai perbandingan kepentingan Pengurutan variabel-variabel Input Data dan Analisis Hasil Penjajakan opini pakar tentang risiko yang diperbandingkan berdasarkan nilai bobot yang Selanjutnya, berdasarkan tabel diatas diperoleh Analisis Sensitifitas Risiko guna dapat di tentukan tindakan atau respon melihat tingkat/batas kerentanan variabel risiko dari masing- terhadap risiko. Penentuan respon ini masing stakeholders terhadap situasi masa akan datang dibagi menjadi tiga, yaitu diterima dengan monitor dan review, mitigasi, atau dihindari. Respon terhadap risiko dari persepsi kontraktor dapat dilihat

  Gambar 5 : Tahapan Penentuan Batas

  pada tabel di bawah ini

  Sensitifitas Risiko

  Tabel 2 Strategi Respon Risiko Berdasarkan

  Dari hasil penjajakan opini kepada pakar

  Persepsi Kontraktor

  pada kelompok kontraktor ini, selanjutnya dapat ditentukan nilai matrik berpasangan seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

7.2 Analisis Risiko dari Persepsi

  Melalui analisis dengan menggunakan

  Kontraktor dengan Metode

  software expert choice selanjutnya dapat

  Analythical Hierarchy Process

  ditentukan bobot prioritas masing- Analisis risiko juga dilakukan masing aspek risiko pada kelompok dengan metode Analythical Hierarchy kontraktor yaitu 40.3% adalah kriteria Process (AHP). Untuk analisis risiko ekonomi, 30.9% kriteria konstruksi dan dengan metode AHP ini, responden dari

  28.8% kriteria kontrak dan hukum. Nilai kontraktor diambil sepuluh orang orang inkonsistensi untuk perhitungan pada yang menduduki posisi kepala proyek kelompok kontraktor adalah sebesar atau dan manajerial. Pengolahan dengan 0.046%, oleh karena lebih kecil dari metode ini di dasarkan pada hierarchy 10%, maka bisa di simpulkan bahwa seperti gambar 6 Risiko Ekonomi X11 data yang diambil adalah konsisten dan (X1) X12 dapat dipertanggung jawabkan. Proses perhitungan selanjutnya adalah X21 menentukan rangking risiko pada Risiko Persepsi Risiko Kontrak dan masing-masing variabel dengan hasil Kontraktor Hukum (X2) X23 X22 akhir seperti pada tabel dibawah ini:

  Tabel 3 X31 Dampak dan Rangking Risiko Persepsi Risiko Konstruksi (X3) X33 X32 Kontraktor X35 X34 Gambar 6 Hirarki Masalah Berdasarkan Persepsi Kontraktor

  Tabel 5 Kategori dan Tanggapan Respon Risiko

7.3 Analisis Risiko dari Persepsi

  Berdasarkan Persepsi Owner Owner dengan Metode Risk Breakdown Structure

  Dari identifikasi risiko yang ada, dilakukan pembobotan terhadap probabilitas dan dampak terhadap risiko. Selanjutnya dihitung tingkat risiko dengan mengalikan probabilitas dan dampak risiko tersebut. Analisis risiko dengan metode Risk Breakdown Structure disajikan dalam tabel di bawah ini. Adapun analisis risiko ini didapat melalui wawancara di Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional 2 Sumatera Barat Satker PJN Wilayah I Sumatera Barat.

  Tabel 4 Penilaian Dampak Risiko Berdasarkan Persepsi Owner

  7.4 Analisis Risiko dari Persepsi Owner dengan Metode Analythical Hierarchy Process

  Analisis risiko juga dilakukan dengan metode Analythical Hierarchy Hasil analisis dan pembahasan dengan

  Process (AHP). Untuk analisis risiko

  metoda Risk Breakdown Structure untuk dengan metode AHP ini, responden dari kelompok stakeholders dari owner dapat owner diambil sebanyak sepuluh orang dilihat pada tabel dibawah ini yang menduduki posisi mulai dari Ka.

  Satker PJN-I Sumatera Barat hingga Kaur TU-PPK yang ada dilingkungan Satker PJN-I Provinsi Sumatera Barat dengan daftar sebagai berikut.

  X2 : Risiko Ekonomi X3 : Risiko Kontrak dan Hukum Selanjutnya data penilaian responden ini diolah dengan menggunakan software

  expert choice dengan memberikan hasil sebagai berikut.

  Gambar 8 Nilai Bobot Faktor Penyebab Risiko Gambar 7 Berdasarkan Persepsi Owner Hirarki Masalah Berdasarkan Persepsi Owner

  7.5 Analisis Risiko dari Persepsi Konsultan dengan Metode Risk

  Dari hasil pengisian kuisioner yang

  Breakdown Structure

  dilakukan oleh sepuluh orang responden, Dari identifikasi risiko yang ada, didapat pembobotan probabilitas risiko dilakukan pembobotan terhadap berdasarkan persepsi owner seperti probabilitas dan dampak terhadap risiko. disajikan pada tabel dibawah ini

  Selanjutnya dihitung tingkat risiko dengan mengalikan probabilitas dan dampak risiko tersebut. Analisis risiko dengan metode

  Risk Breakdown Tabel 6

  Structure disajikan dalam tabel di bawah Matrik Berpasangan Nilai Kepentingan

  ini. Adapun analisis risiko ini didapat

  Persepsi Owner

  melalui kuisioner yang diberikan pada responden dari salah satu konsultan yang ada ditunjukkan pada tabel 7 dibawah ini.

  Keterangan : X1 : Risiko Konstruksi

  Tabel 7

  yaitu metode Analythical Hierarchy

  Penilaian Dampak Risiko Berdasarkan Process . Metoda AHP diawali dengan

  Persepsi Konsultan

  menggambarkan bentuk hirarki permasalahan yang akan dibahas seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Data Primer dan Data Kualitas personil tidak memenuhi standar Sekunder Tidak Memadai RESIKO KONSTRUKSI Sulitnya akses ke lokasi Kesalahan taksir untuk Hasil perencanaan kurang kompetibel perenacanaan perencenaan penawaran dengan kondisi di lapangan

  Selanjutnya hasil pembahasan kategori Waktu penyelesaian terlalu singkat risiko dapat ditentukan tindakan atau respon terhadap risiko dengan tiga Tidak konsistennya RESIKO DARI PERSEPSI RESIKO HUKUM DAN dokumen kontrak kategori, diantaranya diterima dengan KONSULTAN KONTRAK PERENCANA Keterlambatan penyelesaian monitor dan review, mitigasi, atau perencanaan dihindari. Hasil analisis dan pembahasan Pembayaran termiin terlambat selengkapnya ditampilkan pada tabel 8 RESIKO EKONOMI Perubahan tingkat suku dibawah ini. bangsa

  Gambar 9 Tabel 8 Struktur Hirarki Risiko Berdasarkan Respon dan Strategi Risiko Berdasarkan Persepsi Konsultan Persepsi Konsultan Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah penjajakan opini pakar atau ahli yang telah didefinisikan pada awal penelitian untuk kelompok stakeholder konsultan dengan menggunakan kuesioner tahap 4 diperoleh hasil perhitungan matrik berpasangan yang menjelaskan perbandingan berpasangan masing-masing variebal seperti disajikan pada tabel 9 dibawah ini. Penyajian matrik berpasangan merupakan langkah awal dalam perhitungan yang akan dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui nilai kepentingan yang diberikan oleh masing- masing pakar.

7.6 Analisis Risiko dari Persepsi Konsultan Perencana dengan

  Metode Analythical Hierarchy Process

  Di bawah ini akan dianalisis risiko dari identifikasi risiko yang ada, menggunakan metode yang berbeda,

  Tabel 9 Hasil Matrik Berpasangan Sumber Penyebab Risiko Berdasarkan Persepsi Konsultan

  Keterangan : X1 : Risiko Konstruksi X2 : Risiko Hukum dan Kontrak X3 : Risiko Ekonomi Selanjutnya data-data yang sudah dihimpun melalui penjajakan kepada pakar akan diolah sedemikian rupa dengan menggunakan software expert choice untuk menentukan bobot masing- masing kriteria dengan hasil sebagai berikut:

  Gambar 10 Bobot Kriteria Penyebab Risiko Persepsi Konsultan

  Pada tahap ini akan dibahas mengenai analisis sensitivitas risiko dari persepsi seluruh stakeholdes. Pada analisis ini akan diketahui tingkatan risiko apabila terdapat perubahan kebijaksanaan dari masing-masing

  stakeholders . Perubahan kebijaksanaan

  ini dilakukan oleh decission maker yang dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Struktur hirarki risiko dari persepsi para stakeholders ini dapat digambarkan sebagai berikut. Risiko Proyek Pembangunan Jalan

  Kontraktor Owner Konsultan Perencana Risiko Konstruksi Risiko Hukum dan Kontrak Risiko Ekonomi Gambar 11

  Struktur Hirarki Risiko Pada Masing- Masing Stakeholders Berdasarkan struktur hirarki di atas, dilakukan perbandingan antar elemen dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level di atasnya. Perbandingan ini dilakukan secara berpasangan (pairwise

  comparisson ), atau lebih dikenal dengan metode Analythical Hierarchy Process.

  Bobot yang dihitung adalah elemen pada level dua dan tiga. Pada level kedua akan didapat bobot untuk masing-masing

  stakeholders , yaitu kontraktor, owner

  dan konsultan perencana. Sedangkan pada level ketiga akan didapat bobot untuk kategori risiko konstruksi, risiko hukum dan kontrak, serta risiko ekonomi masing-masing stakeholders.

  Perhitungan bobot dilakukan dengan metode penyebaran kuisioner kepada sepuluh orang responden dari para ahli. Hasil analisis yang dilakukan berdasarkan data tingkat/penilaian kepentingan pada masing-masing stakeholder selanjutnya ditentukan nilai matrik berpasangan dengan hasil sebagai berikut:

7.7 Analisis Sensitivitas pada Risiko dari Persepsi para Stakeholders

  Tabel 10 Hasil Matrik Berpasangan Berdasarkan Persepsi dari Masing-masing Stakeholder

  Keterangan X1 : Risiko Kontraktor X2 : Risiko Owner X3 : Risiko Konsultan Hasil penilaian tersebut selanjutnya diteruskan untuk mendapatkan nilai bobot prioritas penyebab risiko masing- masing stakeholders dengan hasil sebagai berikut

  Gambar 12

  Bobot Penyebab Risiko Masing-Masing Stakeholders Pada kondisi tingkat risiko kontraktor 33.8% maka kategori risiko ekonomi menduduki ranking pertama dengan bobot 0,395 atau 39,5%. Ranking kedua adalah risiko hukum dan kontrak dengan bobot 0,304 atau 30.4%. Sedangkan risiko pada ranking ketiga adalah risiko konstruksi dengan bobot 0,301 atau 30.1%. Apabila bobot tingkat risiko kontraktor diturunkan menjadi

  0,30 maka prioritas global menjadi 38% adalah risiko ekonomi, 29.3% risiko hukum dan 28.9% risiko konstruksi. Apabila bobot tingkat risiko kontraktor diturunkan menjadi 5% maka prioritas risikonya berubah meskipun risiko ekonomi tetap menjadi risiko terbesar dengan bobot 0.279 atau 27.9%, risiko hukum dan kontrak pada ranking kedua dengan bobot 0.221 atau 22.1%; dan konstruksi pada ranking ketiga dengan bobot 0,212 atau 21.2%. Maka dapat dikatakan bahwa bobot tingkat risiko kontraktor sensitif ketika terjadi penurunan dari 33.8% menjadi 5%. Langkah perhitungan ini dilakukan pada seluruh stakeholders dengan hasil sebagai berikut.

  Tabel 11 Nilai Perubahan Bobot Terhadap Prioritas Penyebab Risiko Berdasarkan Masing-masing Stakeholder

  8. PENUTUP

  8.1 Kesimpulan

  Hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, menyimpulkan beberapa hal diantaranya:

  4. Faktor-faktor risiko yang seharusnya diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan jalan berdasarkan persepsi masing-masing stakeholders adalah risiko yang berasal dari Aspek Konstruksi, Aspek Ekonomi, Aspek Hukum dan Kontrak Ketiga kriteria risiko ini menjadi pertimbangan yang amat penting didalam pelaksanaan pekerjaan karena akan memberikan dampak pada baik buruknya kinerja (mitigasi) dampak risiko yang akan organisasi. terjadi.

  5. Setiap peran dan fungsi stakeholders

  2. Oleh karena lingkup stakeholders memiliki pertimbangan yang didalam penelitian ini hanya dibatasi berbeda-beda didalam mensiasati pada tiga elemen saja, maka tingkat kepentingan pencegahan penelitian selanjutnya dapat dampak risiko. Masing-masing pihak menguraikan faktor-faktor risiko memiliki penilaian bobot untuk yang berasal dari komponen lain setiap faktor risiko yaitu menurut salah satunya adalah masyarakat. kontraktor kriteria ekonomi adalah Keterlibatan masyarakat sebagai kriteri paling prioritas dengan bobot komponen penyebab risiko didalam 40.3%, konstruksi sebesar 30.9% dan proyek ini menjadi bagian yang hukum dan kontrak sebesar 28.8%. harus diperhatikan untuk selanjutnya Sementara menurut owner risiko disiasati langkah-langkah pekerjaan disebabkan karena kriteria pencegahannya. ekonomi 36.8%, konstruksi 31.8% dan hukum dan kontrak sebesar

  9. REFERENSI

  31.4%. Sedangkan menurut Amborowati (2004), Analisis Hirarki konsultan, risiko yang paling Proses “Pendekatan Pengambilan dominan disebabkan oleh kriteria

  Keputusan Kriteria Majemuk”, ekonomi sebesar 41.0%, hukum dan Jakarta kontrak sebesar 31.0% dan terakhir Daft, Richard L (1992), Organization adalah kriteria konstruksi sebesar Theory and Design , West Publishing 28.0%. Company, New York.

  6. Perubahan situasi masa akan datang Donald S. Barrie (1992), Professional akan berpengaruh pada masing- Construction Management , 1992. masing respon risiko pada setiap Ervianto, W.I (2002), Manajemen stakeholders. Jika batas kerentanan Proyek Konstruksi, Penerbit ANDI, terhadap respon tersebut berada Yogyakarta. minimal sebesar 5%, maka dapat Farid, M (2005), Identifikasi Faktor- disimpulkan bawwa risiko yang Faktor Penyebab Permasalahan terjadi masing dapat dielakkan secara Pengembangan Kemampuan efektif dan efisien. Batas kerentanan Kontraktor Kecil dan Menengah ini menggambarkan besarnya dalam Dinamika Otonomi Daerah perubahan kemungkinan terjadinya (Studi kasus Kabupaten Bandung), risiko yang disebabkan oleh masing- Tesis Magister, Institut Teknologi masing stakeholders. Bandung.

  Hendricson, (2000), Project Management for contruction.

8.2 Saran

  1. Sebaiknya penanganan dampak Ilyas.M. (1998), Buletin Pengawasan risiko diatasi dengan melakukan No. 13 & pendekatan manajemen risiko yang Lembaga Pengembangan Jasa lebih efektif salah satunya Konstruksi /LPJK, (2004), Klasifikasi melibatkan seluruh pemangku dan Kualifikasi kepentingan untuk mencegah Lembaga Pengembangan Jasa

  Konstruksi /LPJK, (2008), Registrasi usaha jasa pelaksana konstruksi,

  

  Oberlender, (2000). Project

  Management for Engineering and Contruction.

  Pribadi K.S, Affandi. F, Firmandi.A.

  (1998), Jurnal Teknik Sipil Vol.5 No.1 Januari 1998, Institut Teknologi Bandung.

  Singarimnbun,M. (1989), Metode Penelitian Survey, LP3S, Jakarta. Soenarno (2003), LPJK Harus Berbenah

  Diri. www.lpjk.or.id . Download internet 10 Agustus 2008. Tika, M.P (2005), Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,

  Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Tjokrowinoto,M. (1981), Tahap – Tahap

  Penelitian Sosial Dalam Metodologi Penelitian, Lembaga Pendidikan Doktor UGM, Yogyakarta.

  Toruan, R.L (2005), Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

  Wiryodiningrat, P. (1997), ISO 9000 Untuk Kontraktor, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 4 16

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN PASAMAN BARAT DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ARTIKEL

0 1 15

IMPLEMENTASI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR (PKB) ANGKUTAN UMUM KAITANNYA DENGAN KESELAMTAN PENUMPANG DIKABUPATEN SIJUNJUNG Hendri Payan

1 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI DAN AKTIVITAS SISWA DENGAN METODE LANGSUNG SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 31 PADANG

0 0 15

KAJIAN PEMBERIAN KESEMPATAN 50 HARI PEKERJAAN DENGAN DENDA KEPADA KONTRAKTOR STUDI KASUS PROYEK GEDUNG INPRES II PASAR RAYA KOTA PADANG ARTIKEL

0 11 14

KAJIAN PERBANDINGAN TARIF SEWA ALAT BERAT BERDASARKAN PERDA KABUPATEN KERINCI NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG BIAYA SEWA ALAT BERAT DENGAN SEWA PIHAK SWASTA ARTIKEL

0 0 13

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN KERINCI ARTIKEL

1 4 14

KAJIAN PARTISIPASI GABUNGAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (GP3AP3A) DALAM UPAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI (Studi Kasus Pada Kegiatan Wismp – 2 Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat) ARTIKEL

0 0 10

KAJIAN PENGARUH KOMPETENSI KONSULTANPENGAWAS PADA PROYEK IRIGASI DI KABUPATEN KERINCI

0 1 14

STUDI KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI DI KOTA PEKANBARU DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GAP

0 4 11